15 STRATEGI Peran investor dalam Edisi Minggu Bisnis Indonesia 27 Maret 2011 penerapan GCG MAS ACHMAD DANIRI Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance & ANGELA INDIRAWATI SIMATUPANG Anggota Tim Penyusun Pedoman-Pedoman Governance, Komite Nasional Kebijakan Governance Pertanyaan, saran, kritik, dan komentar dapat disampaikan ke redaksi melalui: [email protected], dan www.bisnis.com P enerapan GCG memang sangat dipengaruhi oleh para pimpinan perusahaan yang diberikan amanah untuk mengelola perusahaan, yaitu direksi dan dewan komisaris, yang kemudian meneruskan iktikad tersebut kepada seluruh jajaran perusahaan. Namun, seperti tertulis dalam Pedoman Umum GCG Indonesia yang telah dirilis oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, untuk memastikan penerapan GCG benar terjadi, butuh peran serta pemerintah sebagai regulator, dan juga stakeholders lainnya. Dalam konteks ini, jika kita bicara mengenai pengaruh, dapat dikatakan secara jujur bahwa stakeholders lain yang dapat memberikan tekanan khusus saat ini masih terbatas pada investor yang kemudian menjadi pemegang saham; sementara stakeholders lain seperti karyawan, masyarakat sekitar perusahaan beroperasi masih kurang dapat memberikan tekanan kepada perusahaan untuk menerapkan GCG. Mengapa demikian? Karena perusahaan membutuhkan dana untuk operasi dan ekspansi melalui proses IPO atau right issue, bagi perusahaan tercatat; dan juga perlu untuk memastikan agar harga saham perusahaan tidak anjlok dan justru malah meningkat dan hal ini juga sangat terpengaruh oleh kondisi perdagangan saham perusahaan di bursa, yang terefleksikan dari animo investor untuk melakukan pembelian saham perusahaan. Oleh karena itu, investor dapat berperan cukup besar, dalam mendorong perusahaanperusahaan menerapkan GCG. Apa benar seorang investor dapat membantu mendorong penerapan GCG? Jawabannya memang tidak jika investor adalah investor individual atau perorangan yang melakukan pembelian saham secara langsung yang umumnya melakukan pembelian saham dalam jumlah kecil. Investor yang memiliki peranan di sini adalah investor institusional yang memiliki sumber dana cukup besar karena sumbernya berasal dari kumpulan investor individual atau institusi yang melakukan pengelolaan dana masyarakat (asset management); seperti antara lain dana pensiun, sekuritas, perusahaan yang menjual produk unitlink, serta reksa dana. Karena modal yang dimiliki cukup besar, maka perdagangan saham yang dilakukan oleh institusi seperti ini dapat memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap harga saham di pasar. Cara investor institusional untuk berperan serta dalam mendorong penerapan GCG adalah dengan melakukan investasi yang bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan investasi yang bertanggung jawab adalah dengan membuat kebijakan hanya akan melakukan penempatan investasi pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG, dan tentu secara konsisten menerapkan kebijakan tersebut dalam melakukan investasi. Dengan cara ini, institusi tersebut bertanggung jawab terhadap masyarakat yang dana-nya mereka kelola, karena dana tersebut hanya di investasikan pada perusahaan-perusahaan yang memang dapat dipercaya, sehingga risiko hilangnya dana masyarakat karena penempatan yang salah menjadi lebih kecil. Di lain pihak, perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa juga menjadi lebih memberi perhatian terhadap penerapan GCG karena dengan menerapkan GCG secara konsisten, saham mereka menjadi lirikan investor dan masuk dalam daftar saham yang ”desirable” atau ingin dimiliki oleh investor, lebih jauh hal ini akan menaikkan nilai saham yang secara tidak langsung juga menaikkan nilai perusahaan. Tentu untuk bisa menerapkan investasi yang bertanggung jawab dibutuhkan usaha tambahan oleh investor institusional, karena harus ada fungsi di dalam institusi tersebut yang bertanggung jawab melakukan analisis secara berkesinambungan terhadap penerapan GCG perusahaan-perusahaan target dengan menggunakan acuan yang benar sebagai dasar penerapan GCG. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil jika memang sudah menjadi sebuah iktikad dalam melakukan investasi yang bertanggung jawab, dalam mengelola dana masyarakat. Sebagai contoh, CalPERS (California Public Employees’ Retirement System) adalah suatu organisasi pengelola dana pensiun yang dibentuk pada 1932 di Amerika untuk mengelola manfaat pensiun dan kesehatan bagi pegawai negeri di negara bagian California (jika melihat fungsinya, kurang lebih, bisa kita sejajarkan dengan Taspen atau Jamsostek di Indonesia), dan saat ini memiliki lebih dari 1,3 juta anggota dengan total dana kelolaan senilai US$218 miliar per Oktober 2010. Lulus seleksi CalPERS percaya bahwa penerapan GCG akan memberikan kinerja investasi yang lebih baik, dan dalam upaya melindungi investornya (nasabah yang dikelola dananya oleh CalPERS), maka institusi tersebut hanya mau melakukan penempatan investasi pada Investor yang memiliki peranan di sini adalah investor institusional yang memiliki sumber dana cukup besar. perusahaan yang telah ”lulus seleksi” penerapan GCG. CalPERS melakukan review terhadap kinerja perusahaan tersebut, melihat indikator pengembalian (investment return) untuk periode 1, 3, dan 5 tahun terakhir dan melakukan pembandingan dengan indeks umum dan spesifik untuk industri terkait; kemudian CalPERS juga melakukan review terhadap indikator governance seperti antara lain independensi dewan, mekanisme pengangkatan anggota dewan, kompensasi eksekutif, keragaman kemampuan anggota dewan, pelaksanaan manajemen risiko, serta isu terkait dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan pada perusahaan. Perusahaan yang gagal memenuhi standar penilaian, tidak akan dijadikan target investasi; dan bukan hanya itu, CalPERS juga mengumumkan dalam websitenya nama-nama perusahaan yang masuk dalam daftar yang lolos sensor penerapan GCG dan nama-nama perusahaan yang dikeluarkan dari daftar tersebut karena dianggap sudah tidak lagi menerapkan GCG; daftar ini pun diperbarui secara berkala. Kendala dalam meniru aktivitas CalPERS adalah kebijakan tersebut tentu akan menambah biaya operasional, yang mungkin menjadi kurang menarik bagi sebagian institusi, sehingga butuh kesadaran tinggi bagi investor institusional dalam menerapkan investasi yang bertanggung jawab. Pilihan lain adalah dengan menggunakan data hasil analisis pihak ketiga yang dapat dipercaya mengenai tingkat penerapan GCG perusahaan-perusahaan target. Pilihan ini pun bukan tidak memiliki kendala, karena saat ini belum ada penilaian secara menyeluruh terhadap penerapan GCG di perusahanperusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dilakukan secara berkala, konsisten, dan tersedia datanya di publik. BISNIS/MAHER