Republika Online : http://www.republika.co.id Page 1 of 3 Cetak Tutup Senin, 17 Oktober 2005 Cara Gampang Punya Perusahaan Investasi di saham boleh dibilang paling fleksibel dan simple. Fleksible berarti investor bisa gonta ganti saham kapan saja ia mau sesuai ekspektasinya. Simple karena membeli saham tidak membutuhkan jalur birokrasi yang berliku. Investor yang investasi di saham tidak perlu melewati banyak meja birokrasi dan segala tetek bengek yang seringkali menyebalkan. Coba bayangkan betapa rumitnya jika seseorang ingin membuka usaha (investasi di sektor riil) mendirikan pabrik kayu lapis misalnya. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk itu, berapa banyak instansi yang harus disambangi baik untuk keperluan perizinan maupun sekedar lobi. Berapa lama riset yang dilakukan sebelum memutuskan untuk investasi. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun sistem organisasi usaha, merekrut karyawan, sistem renumerasi atau penggajian dan seabrek masalah lainnya. Belum lagi memikirkan strategi untuk memenangkan persaingan pasar sehingga perusahaan bisa berkembang dan besar. Pada umumnya perusahaan besar yang menjadi primadona di Bursa Efek Jakarta (BEJ) membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk meraih prestasi atau posisi seperti sekarang. PT Gudang Garam Tbk (GGRM), perusahaan rokok terbesar dan menjadi andalan bagi Kabupaten Kediri, Jatim membutuhkan waktu sekitar 35 tahun untuk bisa mencapai posisinya seperti sekarang. PT HM Sampoerna, juga perusahaan rokok papan atas yang terkenal dengan rokok merk Dji Sam Soe-nya itu menghabiskan waktu 43 tahun, meski kemudian dilepas total ke Philip Morris, raksasa rokok asal AS melalui anak usahanya PT Philip Morris Indonesia. Di sektor telekomunikasi PT Telkom dan PT Indosat juga mengalami hal serupa. Telkom, sebelum menjadi Perum pada 1991 merupakan perusahaan milik The Dutch East Indies dan Post en Telegraafdients. Sedangkan Indosat hingga kini telah menghabiskan waktu 38 tahun. Itupun kebesaran dan prestasi yang dicapai keduanya tidak terlepas dari perlakuan istimewa pemerintah yang memberi hak monopoli puluhan tahun. Juga perusahaan sekaliber PT Astra International (ASII) yang kemarin mampu menghasilkan laba bersih hingga Rp 5,4 triliun, telah melewati masa pasang surut dalam rentang waktu lebih dari setengah abad. Pendek kata, tidak gampang untuk memulai usaha di sektor riil. Jelas semua itu membutuhkan ongkos yang tidak kecil. Investasi di sektor riil selalu menyedot waktu, energi dan biaya yang besar dengan tingkat keberhasilan yang bisa dibilang fifty-fifty tergantung situasi internal dan eksternal yang mendukungnya. Nah, dengan membeli saham, seorang investor dengan sangat gampang memangkas semua kerumitan tersebut di atas. Jika investor kakap menghendaki untuk memiliki usaha perbankan misalnya, ia tidak perlu memulai dari nol. Ia tidak perlu menghabiskan energi untuk mempelajari syarat-syarat mendirikan sebuah bank baru, tapi yang ia butuhkan hanya mencari mana bank yang sehat dan menyediakan dana untuk membeli saham hingga mayoritas. Dengan kata lain, investasi saham bisa dibilang sebagai cara gampang untuk mempunyai perusahaan. Bahkan investor bisa memilih dan menentukan perusahaan mana yang dianggap sehat dan punya prospek baik di masa depan. Ini jelas sangat berbeda dengan apabila investor memilih jalur sektor riil. Ia harus menghitung modal, risiko, dan strategi marketing agar bisa berkompetisi dengan perusahaan sejenis yang sudah ada. `Barang Jadi' Dengan bahasa sederhana, investor yang investasi di saham sama artinya membeli perusahaan yang sudah jadi, perusahaan yang jelas sudah stabil secara organisasi maupun pasar, sudah untung dan memiliki peluang besar untuk tumbuh dan berkembang. Pendek kata, perusahaan besar yang tercatat di bursa bisa dibilang sebagai `barang jadi'. http://www.republika.co.id/cetak_berita.asp?id=217614&kat_id=389&edisi=Cetak 06/10/2007 Republika Online : http://www.republika.co.id Page 2 of 3 Karena itu sangat wajar jika untuk memiliki perusahaan semacam itu investor harus membayar dengan harga yang lebih tinggi. Ini tidak hanya berlaku untuk investor ritel, tapi juga investor-investor kakap yang bernafsu untuk memiliki saham dengan porsi besar. Makanya jangan heran jika dalam kasus-kasus hostile take over terhadap perusahaan besar dan bagus selalu dilakukan dengan harga lebih tinggi dari harga book value ataupun harga pasar (premium) karena perusahaan yang dibeli merupakan `barang jadi'. Premium merupakan harga yang harus dibayar atas prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan. Ini semacam kompensasi yang harus diberikan oleh investor baru terhadap pemegang saham lama sebagai pendiri (founders) yang selama ini telah berusaha keras mempertahankan dan membesarkan perusahaan. Philips Morris Indonesia bersedia membeli mayoritas (40 persen) saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dengan harga premium Rp 10.600 per saham pertengahan Maret lalu. Khazanah Nasional Bhd berani mengambil alih 52,07 saham Bank Lippo dengan harga premium, Rp 1.620. Padahal harga di pasar sebelumnya berada di kisaran Rp 900 - Rp 1.000. Toh, jika ternyata keputusan investasi itu salah, investor dengan sangat gampang mengalihkan ke pihak lain. Masih ingat kasus hostile take over PT Bank Papan Sejahtera oleh Jopie Widjaja cs. Ia dengan sangat gampang menguasai mayoritas saham BPS, dan - dengan alasan tertentu - menjual kembali ke pihak lain. Ini sekadar sebuah gambaran betapa berinvestasi di saham (portofolio) memiliki keunggulan yang begitu besar, fair, profesional, transparan, likuid dan fleksibel. Selain keunggulan tersebut, investasi di saham juga bersifat simple. Tidak ada prosedur birokrasi yang bertele-tele dan sarat pungutan liar. Investasi di saham, siapapun bisa melakukannya tanpa persyaratan yang rigit. Siapapun, asal ia punya uang dengan mudah bisa masuk pasar. n tim BEJ Masuk Saat Ada Juragan Baru Selain fleksibel dan simple, investasi di saham bisa sewaktu-waktu menghasilkan keuntungan besar dalam tempo singkat. Hal ini biasanya terjadi jika ada investor kakap yang berniat untuk melakukan take over mayoritas saham emiten. Kenaikan harga saham akan terjadi secara fantastis karena si juragan baru tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk mendapatkan saham sebanyak-banyaknya meski harus di beli jauh di atas harga pasar. Tender offer Keuntungan besar dalam tempo singkat tadi dimungkinkan karena Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) selaku otoritas pasar modal memberlakukan aturan tentang Penawaran Tender atau Tender Offer (TO) yang dituangkan dalam Peraturan No. IX.F.1 tanggal 3 April 2002 tentang Penawaran Tender. Dalam aturan itu disebutkan bahwa siapapun yang ingin membeli saham perusahaan publik sekurang-kurangnya 20 persen dengan tujuan ingin menjadi pemegang saham utama maka ia harus melakukan penawaran tender kepada masyarakat investor lainnya. Aturan ini dimaksudkan untuk menghindarkan investor dari kerugian akibat take over yang akan dilakukan oleh si juragan. Jangan sampai investor tidak bisa menjual saham yang dimilikinya pada harga yang menarik. Jangan sampai hanya pemegang saham lama (founders) saja yang bisa menjual saham pada harga tinggi, investor publikpun harus diberi kesempatan untuk melepas sahamnya pada harga tinggi. Dalam aturan disebutkan bahwa harga yang ditawarkan sang juragan baru dalam penawaran tender harus lebih tinggi dari harga tertinggi selama 90 hari di pasar. Jelas, dengan aturan semacam itu investor memperoleh peluang untuk meraih gain yang fantastis.Contoh dalam kasus-kasus tender offer sudah banyak terjadin di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Yang cukup fantastis adalah masuknya Philip Moris Indonesia sebagai juragan baru di kerajaan bisnis HM Sampoerna Tbk (HMSP). Ia membeli 42 persen saham milik Keluarga Putera Sampoerna di harga Rp 10.600. Padahal harga di pasar saat itu masih berkisar antara Rp 4.500 hingga Rp 5.000. Akibatnya Philip Moris harus melakukan penawaran tender untuk membeli saham HMSP milik publik. Akibat isu ini harga saham HMSP melesat terbang lebih dari dua kali lipat. Jika sebelumnya harga HMSP bergerak di kisaran Rp 4.500, terbang hingga di atas Rp 10.000, http://www.republika.co.id/cetak_berita.asp?id=217614&kat_id=389&edisi=Cetak 06/10/2007 Republika Online : http://www.republika.co.id Page 3 of 3 meskipun saat ini turun kembali dan bertahan di posisi Rp 8.450. Yang paling gres adalah penawaran tender terhadap saham Bank Lippo (LPBN) oleh investor asal Malaysia,Khazanah Nasional Bhd. Khazanah semula hanya membeli 52,07 saham LPBN di harga Rp 1.620. Karena melebihi 20%, Khazanah harus melakukan penawaran tender kepada publik juga di harga Rp 1.620. Isu masuknya Khazanah sebagai bos baru di Lippo telah mengangkat harga saham LPBN lebih dari 50 persen dalam kurun tidak lebih dari enam bulan. Semula harga LPBN berada dan stagnan di posisi Rp 900, kini berada dan bertahan di posisi Rp 1.500-an. Gambaran di atas salah satu keunggulan investasi di saham. Karena itu masuklah (belilah, red) ketika diketahui akan ada juragan baru. Siapa tahu ada angin segar yang bisa menggelembungkan kantong Anda. ( tim BEJ ) http://www.republika.co.id/cetak_berita.asp?id=217614&kat_id=389&edisi=Cetak 06/10/2007