Modul ke-2 Mata Kuliah : Manajemen Strategik Jurusan Manajemen S-1 – PKK Kampus UMB Menteng Dosen : Agus Arijanto,SE,MM Pihak-pihak Yang Bertanggung-jawab Pengelolaan Korporasi Masa depan suatu perusahaan ataupun korporasi sangat bergantung sekali dengan pengelolaan yang baik dan benar. Bagaimana me-manage organisasi bisnis itu sehingga dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Dalam mengelola/memanage korporasi ini tentunya banyak pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Keterkaitan itu menyangkut output yang dihasilkan oleh pihak manajemen maupun input yang didapatkannya sehingga manajemen perusahaan dapat membuat suatu keputusankeputusan yang tepat. Keberhasilan ini harus didukung pula dengan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Karena dengan memiliki tata kelola yang baik maka semua sistem yang ada di perusahaan tersebut akan dapat berjalan sesuai yang diharapkan perusahaan. Ada 3(tiga) pihak yang terkait langsung dengan perusahaan yaitu : a. Board of Director (Dewan Direksi) b. Top Management c. Shareholder (Pemegang Saham/Pemilik) Ketiga pihak ini tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan perusahaan/korporasi tersebut. Visi dan Misi perusahaan dapat tercapai atau tidak sangat tergantung dari mereka. Semakin ketiga pihak itu bersinergi maka akan semakin baik. Tanggung-jawab dan Peranan Dewan Direksi Dewan Direksi adalah : Pemegang wewenang tertinggi di dalam perusahaan sehingga memilki pengaruh yang sangat besar sekali dalam manajemen strategik. Kreatifitas, interaksi dan gaya kepmimpinannya dengan manajer-manajer perusahaan akan memberikan kontribusi terhadap manajemen strategik dimaksud. Adapun yang menjadi tanggung-jawab Dewan Direksi adalah : ‘12 1 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana a. Dalam penyusunan strategi korporasi, arahan, misi dan visi b. Mengangkar dan memberhentikan CEO dan Top Management c. Melakukan control, monitoring, dan mengawasi kegiatan top Management d. Meninjau dan menyetujui penggunaan sumber daya perusahaan e. Ikut mencermati dan memenuhi kepentingan para shareholders Sehingga berdasarkan tanggung-jawab tersebut maka dewan direksi harus berperan dalam manajemen strategik seperti : (a) memantau pelaksanaan manajemen strategik, (b) melakukan evaluasi dan mempengaruhi manajemen strategik (c) melakukan inisiatif dan ikut menentukan keputusan manajemen strategik. Peranan Top Manajemen Dalam Manajemen Strategik Pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan manajemen strategik adalah manajemen tingkat tinggi (top manajemen). Hal ini memang tergantung sekali dari siapa dan bagaimana top manajemen itu. Apakah orang yang cukup memiliki kapabilitas dalam memanage perusahaan dengan menentukan kebijakan strategik bagi perusahaan atau tidak. Karena ada ada top manajemen yang sibuk dengan rutinitas kerjanya sehingga tidak sempat berpikir yang strategis, ada yang hanya ingin memperbaiki hal-hal masa lampau untuk diperbaiki dan sebagainya. Pada dasarnya ada dua tanggung-jawab utama yang dimiliki oleh seorang top manajemen terhadap manajemen strategik yaitu : a. Menyiapkan diri sebagai pelasana pimpinan (provide exceutive leadership) b. Melakukan strategik planing process. Top manajemen menetapkan tujuan, merencanakan strategi, membentuk organisasi, memberi arah dan mengendalikan serta aktifitaslainnya yang diperlukan untuk semua itu, sehingga diperlukan juga peranannya sebagai pribadi, peran pengambilan keputusan dan peran sebagai pemberi informasi. Proses Manajemen Strategik 1. Mendefinisikan kegiatan utama organisasi (core business), menetapkan/mengembangkan visi dan misi organisasi 2. Menetapkan tujuan organisasi yang terukur 3. Menyusun/memilih strategi untuk mencapai tujuan ‘12 2 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana 4. Mengimplementasikan dan mengeksekusi strategi 5. Melakukan evaluasi Menetapkan Visi Strategik Visi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan kondisi perusahaan di masa yang akan datang Visi merupakan cita-cita perusahaan Visi adalah pernyataan yang menjawab pertanyaan where we are going? Analysis Lingkungan Step 1 2 Menetapkan Menetap visi dan misi organisasi kan 4 Menyusun strategi Step Implementa si dan Eksekusi Strategi 5 Evaluasi, monitoring, perbaikan tujuan Tugas 1 Perbaikan apabila perlu 3 Tugas 2 Perbaikan apabila perlu Tugas 3 Perbaikan apabila perlu Tugas 4 Perbaikan apabila perlu Tugas 5 Perbaikan apabila perlu Gambar Proses Manajemen Strategik Visi yang disusun harus strategik. Visi Strategik adalah visi yang mudah diartikulasikan, mudah dipahami, diterima semua pihak dalam organisasi. Mengapa visi harus strategik? Visi yang dipahami dan diterima oleh semua pihak (karyawan) akan menjadi magnet yang mengikat mereka pada organisasi. Ketika karyawan memiliki komitmen tinggi dan jangka panjang pada organisasi, maka keputusan-keputusan bisnis akan dapat dihasilkan dan dilaksanakan dengan lebih mudah. Visi strategik mampu merefleksikan aspirasi manajemen dan memberikan gambaran yang jelas mengenai masa depan perusahaan, menjawab pertanyaan “where we are going?” Visi dapat disusun dengan menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini: Bisnis apa yang kita jalankan saat ini? Bisnis apa yang ingin kita jalankan? ‘12 3 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Apa yang diinginkan pelanggan kita? Harapan apa yang dimiliki stakeholders Siapa yang akan menjadi pesaing kita di masa yang akan datang? Siapa partner kita (suplier/distributor) Bagaimana teknologi berpengaruh terhadap industri kita? Penetapan Misi Perusahaan Misi merupakan pernyataan cara mencapai visi. Misi menjawab pertanyaan what we are doing? Misi perusahaan merupakan pernyataan atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan lama tentang keinginan atau maksud perusahaan. Misi harus fokus pada kebutuhan lingkungan terutama pelanggan. Misi menguraikan bidang produk, pasar, serta teknologi yang ditekankan perusahaan dan hal ini dilakukan sedemikian rupa hingga mencerminkan nilai dan prioritas para pengambil keputusan strategik perusahaan. Ringkasnya, misi harus mencerminkan keunikan atau keunggulan perusahaan. Hal-hal penting yang perlu ada dalam misi Pelanggan, Produk, Pasar Teknologi yang digunakan Komitmen terhadap pertumbuhan, keuntungan atau stabilitas Konsep perusahaan Komitmen terhadap stakeholder CONTOH VISI DAN MISI PT TELKOM Visi To become a leading InfoCom player in the region Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik. ‘12 4 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Misi Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop InfoCom " dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif. Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis. PT SIDOMUNCUL Visi: Menjadi industri jamu yang dapat memberikan manfaat pada masyarakat dan lingkungan Misi: Meningkatkan mutu pelayanan di bidang herbal tradisional Mengembangkan research/penelitian yang berhubungan dengan pengembangan pengobatan dengan bahan-bahan alami. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membina kesehatan melalui pola hidup sehat, pemakaian bahan-bahan alami dan pengobatan secara tradisional. Ikut mendorong pemerintah/instnais resmi agar lebih berperan dalam pengembangan pengobatan tradisional. ‘12 5 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Penetapan Tujuan Misi perusahaan masih perlu diterjemahkan kedalam pernyataan-pernyataan yang lebih terukur kinerjanya, ini disebut dengan Tujuan -- hasil atau outcome yang ingin dicapai perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus meliputi dua kategori atau tipe., yaitu: Tujuan Finansial Outcome yang berkaitan dengan peningkatan atau pertumbuhan kinerja keuangan, seperti laba, deviden, harga saham Tujuan Strategik Outcome yang akan menghasilkan daya saing yang lebih besar, lebih kuat, dan jangka panjang. Prinsip-prinsip penyusunan tujuan: Suitable/cocok/sesuai Feasible/Layak Achievable/dapat dicapai Flexible/lentur Motivating/memotivasi Understandable/dapat dimengerti Linkage/terkait dengan misi Measurable/dapat diukur Penyusunan Strategi Perusahaan Proses penyusunan strategi merupakan isu kritis mengenai bagaimana mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan finansial maupun tujuan strategik. Secara umum, kita mendefinisikan strategi sebagai suatu cara mencapai tujuan. Strategi dapat bersifat hidden atau tersembunyi, tidak mudah diketahui pihak luar, bahkan orang dalam sekalipun, dapat pula bersifat open, terbuka, orang dapat dengan mudah menentukan strategi yang dilakukan suatu perusahaan. Strategi itu proaktif (intended and deliberate) tetapi sekaligus juga reaktif (adaptive). ‘12 6 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Strategy-Making concerns HOW to Mencapai kedua macam tujuan Memenangkan persaingan Merespon perubahan industri dan persaingan Bertahan dari ancaman Menumbuhkan bisnis Mengelola fungsi-fungsi manajemen Penyusunan strategi merupakan entrepreneurship exercise, yaitu aktivitas yang menuntut kemampuan kreator strategi untuk bisa menangkap peluang dan mengelola resiko. Seperti yang kita ketahui, lingkungan yang kita hadapi tidak selamanya stabil dan dapat diprediksi. Untuk saat ini, perubahannya bahkan cenderung fluktuatif dan sulit diprediksi. Semakin cepat perubahan lingkungan maka semakin kritis bagi manajer untuk bisa menjadi seorang entrepreneur, yaitu seseorang yang mampu memprediksikan kondisi dan menyesuaikan strategi untuk menghadapi perubahan tersebut. Strategi dan Perencanaan Strategik Menetapkan visi strategik, misi, tujuan dan menentukan strategi merupakan proses merencanakan masa depan perusahaan. Perencanaan tersebut meliputi kinerja perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang, juga mengenai rencana aksi-aksi menghadapi pesaing. E. Implementasi dan Eksekusi Strategi Implementasi strategi berarti menempatkan strategi pada tujuan yang tepat. Perusahaan diharapkan jangan sampai keliru dalam mengimplementasikan strategi. Hal ini bisa saja terjadi meskipun tujuan telah ditetapkan di awal. Sementara eksekusi strategi harus memenuhi beberapa prinsip dibawah ini: membangun organisasi yang mampu menyelesaikan strategi dengan sukses alokasi sumberdaya perusahaan yang tepat dan sesuai (fit) menetapkan kebijakan dan SOP yang mendukung strategi memotivasi SDM, memodifikasi tugas-tugas, & memperbaiki perilaku agar sesuai dgn persyaratan strategi yang dipilih mendesain struktur reward menciptakan budaya organisasi & iklim kerja yg mendukung implementasi & eksekusi strategi ‘12 7 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana mengembangakan system informasi & komunikasi yg mampu menyediakan informasi yg dibutuhkan untuk pengambilan keputusan menentukan best practices & program-program perbaikan kontinyu (continuous improvement) mengembangkan kepemimpinan internal yang dapat mendorong kemajuan implementasi strategi Siapa yang bertanggung jawab pada penyusunan 5 (lima) tugas manajemen strategik di atas? Chief Executive Officer (CEO) & Eksekutif Senior Manajer Unit Bisnis (Kepala Cabang/ GM Area) Manajer Fungsional Bagaimana Strategi diciptakan atau disusun? Perusahaan dapat memilih satu dari alternatif di bawah ini: ( The Chief Architect Approach, The Delegation Approach, The Collaborative or Team Approach, dan The Corporate Intrapreneur Approach ) F. Tingkatan Strategi Strategi yang disusun dapat kita bedakan menjadi beberapa tingkatan tergantung pada jenis perusahaan yang melakukannya, apakah perusahaan tunggal (single business) atau perusahaan terdiversifikasi (diversified company). Strategi Bisnis Strategi Fungsional (SDM, Pemasaran, Keuangan, Operasional) Strategi Operasional Gambar 1.2. Perusahaan Tunggal ‘12 8 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Strategi Korporat Strategi Bisnis Strategi Fungsional (SDM, Pemasaran, Keuangan, Operasional) Strategi Operasional Gambar Perusahan Diversifikasi Strategi Korporat Strategi yang dirumuskan untuk mencapai tujuan korporat atau bisnis secara keseluruhan mencakup bagaimana mengintegrasikan dan mengelola semua bisnis (New busines, New Devisions, New Subdiareis, Merger, Acquisition ). Korporat bertanggung jawab membangun “value” dalam bisnisnya. Korporat bertanggung jawab pada portofolio bisnis, memastikan bahwa bisnis akan beroprasi dalam jangka panjang, dan memastikan setiap bisnis yang dimilikinya kompatibel satu sama lain. Strategi korporat merupakan game plan keseluruhan dari perusahaan diversifikasi. Strategi ini menjadi payung atau pedoman strategi bagi seluruh unit bisnis yang dimiliki perusahaan diversifikasi. Penyusunan strategi korporat perlu mempertimbangkan hal-hal di bawah ini: 1. langkah-langkah untuk memantapkan posisi dan keunggulan masing-masing unit bisnis ‘12 9 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana 2. langkah-langkah mempercepat tercapainya kinerja bisnis 3. menentukan cara untuk mencapai kesesuaian strategik (strategic fits) antar bisnis dengan korporat 4. menentukan prioritas investasi dan mendorong sumberdaya korporat untuk berdaya guna di bisnis yang paling atraktif dan menguntungkan. Strategi Bisnis Strategi level unit bisnis ini bisa berupa strategi di level anak perusahaan, divisi, lini produk, atau profit centre lain yang memiliki otonomi pengelolaan bisnisnya sendiri. Isu dalam strategi bisnis adalah bagaimana mengkoordinasikan fungsi-fungsi bisnis/manajemen untuk mencapai keunggulan kompetitif. Di level bisnis strategi yang diformulasikan akan berkaitan dengan posisi bisnis terhadap pesaing, bagaimana mengakomodasi perubahan tren pasar dan teknologi, dan upaya-upaya mempengaruhi persaingan melalui tindakan2 strategis sepeti integrasi vertikal, atau tindakan politis seperti lobi. Strategi generik Mc. Porter adalah contoh strategi bisnis Model 5 faktor pendorong kompetisi dari Michael Porter (Five Forces Factor Model) 1. Pelanggan Pelanggan adalah faktor utama mengapa sebuah bisnis dijalankan. Indicator berhasil tidaknya perusahaan menjalankan bisnisnya adalah sampai sejauh mana perusahaan dapat memperoleh pelanggan sebanyak–banyaknya sekaligus loyal terhadap perusahaan kita. 2. Persaingan dalam Bisnis yang Sama Perusahaan perlu menyadari bahwa dalam lingkungan bisnis yang kompetitif tidak hanya perusahaan mereka yang bergerak dalam pemenuhan dan penyediaan barang dan jasa bagi pelanggan, tetapi terdapat juga perusahaan lain yang bertindak sebagai pesaing bagi perusahaan dalam mendapatkan pelanggan. 3. Potensi Pendatang Baru Pendatang baru akan menyebabkan persaingan semakin ketat dan perusahaan harus semakin pandai dalam melakukan strategi bersaingnya agar bisa menenangkan persaingan dalam bisnis. 4. Pemasok Faktor Input ‘12 10 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Sampai sejauh mana perusahaan memiliki jaringan dengan pemasok yang dapat memberikan keunggulan bagi perusahaan, terutama jika pemasok dapat memberikan factor input dengan harga yang lebih murah. 5. Perusahaan Substitusi Perusahaan perlu menyadari bahwa jika kondisi bisnis berubah, maka pelanggan dapat beralih ke perusahaan substitusi. Strategi Fungsional Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di level fungsi manajemen dari tiap bisnis, seperti fungsi SDM, keuangan, operasional, dan pemasaran. Level ini menjadi pusat informasi manajemen strategi di level lebih atas yaitu bisnis dan korporat. Setiap unit fungsional diharuskan mengembangkan strategi bisnis agar dapat memberikan kontribusi pada kesuksesan strategi bisnis secara keseluruhan Terdapat 2 faktor menentukan bagaimana strategi tingkat fungsional perlu dilakukan 1. Kesamaan Pasar Kesamaan pasar terkait dengan tingkat persaingan yang sama antara kedua perusahaan dalam hala meraih pelanggan melalui apa yang ditawarkan. 2. Kesamaan Sumber Kesamaan sumber terkait dengan keadaan persaingan dimana perusahaan memiliki kesamaan dalam faktor mana mereka bersaing. Analisis SWOT Internal Strenght : Letaknya strategis Pernah pemimpin retail Tidak bisa merangkul keseluruhan segmen pasar Mempunyai yang megah Konsep mall yang ditawarkan kurang inovasi Melakukan perluasan wilayah promosi Membuat diferensiasi fasilitas pelayanan Mempermudah akses menuju Plaza Indonesia Melakukan inovasiinovasi sesuai dengan Eksternal Opportunity : ‘12 Tumbuhnya sektor retail di Indonesia Pertumbuhan 11 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Weakness : di menjadi industri gedung Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana penduduk dan pola belanja konsumen yang naik dengan signifikan Threath : perkembangan masyarakat Banyaknya pesaing yang terjun dalam sektor retail Konsumen yang sangat peka terhadap pembaharuan (inovasi) konsep Menciptakan konsep baru yang sangat berbeda dan selalu up to date dibanding pesaing-pesaingnya Membuat corporate social responsibilty untuk menjaga dan meningkatkan loyalitas konsumen selera Membuat branding karakter yang berbeda Menciptakan berbagai sarana hiburan menarik bagi semua golongan umur dan kalangan masyarakat Analisis Matriks BCG PANGSA PASAR RELATIF TINGGI RENDAH Tinggi ? TINGKAT PERTUMBUHAN PASAR Rendah Keterangan : ? = Question Mark, merupakan indicator bagi keadaan SBU di mana pangsa pasar rendah, namun tingkat pertumbuhan pasar tinggi = Star, merupakan indicator bagi keadaan SBU di mana pangsa pasar tinggi dan tingkat pertumbuhan pasar tinggi. ‘12 12 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana = Cash Cow, merupakan indicator bagi keadaan SBU di mana pangsa pasar tinggi, akan tetapi tingkat pertumbuhan pasar rendah. = Dogs, merupakan indicator bagi keadaan SBU di mana pangsa pasar rendah dan tingkat pertumbuhan pasar juga rendah. Dengan menggunakan analisis Matriks BCG, maka posisi Plaza Indonesia dalam bisnisnya sebagai berikut. 1. Question Mark Plaza Indonesia berada pada posisi Question Mark saat pertama memulai bisnisnya, saat pertama terjun di industry ritel. Posisi ini berarti bahwa dapat tidaknya perusahaan melanjutkan bisnis yang sedang dijalankan sangat bergantung, misalnya pada kondisi keuangan yang ada. Pada posisi ini, Plaza Indonesia baru memasuki industry ritel sehingga Plaza Indonesia belum memiliki pangsa pasar yang tinggi. Namun, pertumbuhan pasar cukup tinggi. Oleh karena itu, Plaza Indonesia memerlukan tambhan dana untuk meningkatkan pangsa pasar sehingga bisa menjadi leader dalam industry ritel ini. 2. Star Pada saat Plaza Indonesia berada dalam posisi Star, ini berarti bahwa perusahaan (Plaza Indonesia) tengah meraih kesuksesan dalam bisnisnya. Hal ini terjadi karena pada posisi ini Plaza Indonesia berhasil meningkatkan pangsa pasarnya menjadi tinggi dan tetap mempertahankan pertumbuhan pasarnya yang tinggi. Posisi ini dialami Plaza Indonesia sekitar tahun 1990-an. Pada saat itu Plaza Indonesia memiliki pangsa pasar yang tinggi karena perusahaan yang terjun dan bersaing dalam industry ritel belum terlalu banyak. Selain itu, Plaza Indonesia juga menjadi leader karena menguasai hamper keseluruhan pangsa pasar. Pertumbuhan pasar Plaza Indonesia pada saat itu juga sangat tinggi dibandingkan dengan saat pertama memulai bisnis ritel. 3. Cash Cow Pada saat Plaza Indonesia mengalami indicator Cash Cow, Plaza Indonesia mengalami kesuksesan yang tinggi dengan memperoleh pendapatan yang berlebih dari pangsa pasar yang tinggi sekalipun pertumbuha pasar relative rendah. Plaza Indonesia mengalami indicator ini sekitar tahun 2000-an. Pada saat itu, mulai banyak perusahaan – perusahaan lain yang terjun dalam bisnis ritel. Akibatnya, posisi Plaza Inonesia agak tergeser. Namun, Plaza Indonesia masih memiliki pangsa pasar yang tinggi walaupun tingkat pertumbuhan pasarnya tidak terlalu tinggi. Dalam keadaan ini, Plaza Indonesia tidak memerlukan investasi ‘12 13 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana yang berelebih. Sebaliknya, ketersediaan dana yang dimiliki oleh perusahaan dapat dialokasikan untuk kegiatan bisnis yang lain. 4. Dogs Pada saat perusahaan mengalami kondisi dengan indicator Dogs, perusahaan mengalami kondisi yang buruk dalam sector bisnis yang dijalankannya. Selain pangsa pasar yang rendah, pertumbuhan pasarnya juga rendah. Bisnis pada sector ini sering kali disubsidi dari bisnis pada sector lain yang mungkin dijalankan oleh perusahaan. Pada kondisi seperti ini, perusahaan sebaiknya menutup bisnis yang dijalankan. Plaza Indonesia belum mencapai indicator ini. Meskipun mungkin pangsa pasarnya masih cukup tinggi, namun seiring berjalannya waktu jika Plaza Indonesia tidak membuat strategi baru untuk meningkatkan pangsa pasarnya, maka Plaza Indonesia dapat mencapai indicator Dogs. Sehingga Plaza Indonesia harus menutup bsinis yang dijalankannya. Strategi Operasional Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di unit-unit operasional seperti penjualan, distribusi, penyimpanan, promosi, persediaan, penggajian dll. Keberhasilan manager pada jajaran ini akan menentukan kelancaran proses dan kesuksesan organisasi secara keseluruhan. ‘12 14 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana CONTOH LEVEL-LEVEL STRATEGI PT ASTRA INTERNATIONAL Strategi Korporat PT ASTRA GRAPHIA PT ASTRA CREDIT COMPANY PT ASTRA AGROLESTARI Strategi Bisnis Strategi Bisnis Strategi Bisnis Dept. SDM Dept. Operasi Strategi Fungsional Dept. Keuangan Dept. Pemasaran Gaya Pengelolaan Korporasi Pada saat ini masalah pengelolaa korporasi dalam hal ini adalah menyangkut tata kelola perusahaan (good corporate governance) kembali menjadi perbincangan hangat baik di kalangan praktisi manajemen publik maupun perusahaan, tidak terkecuali dikalangan pimpinan Pemerintahan. Setelah Pemerintah menyatakan pelaksanaan good corporate governance (GCG) sebagai salah satu agenda penting pemerintahannya, Meneg BUMN, Sugiharto, juga menyatakan komitmen lembaganya untuk mendorong praktek GCG pada seluruh BUMN di Indonesia. ‘12 15 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Selanjutnya apakah penerapan GCG tersebut hanya sebuah tren sesaat, sebuah management fad and fashion? Atau praktek GCG merupakan sebuah kepercayaan organisasi publik dan atau perusahaan? Adakah nilai dan manfaat bagi organisasi pelaksana dari penerapan GCG tersebut baik secara langsung mempengaruhi Key Performance Indicators (KVI) maupun turut menentukan sebuah keberlangsungan sebuah organisasi? Tulisan ini mencoba mengurai beberapa pertanyaan tersebut. Debat Soal Manfaat Good Corporate Governance . Definisi good governance (GG) yang sering diartikan sebagai “tata pengelolaan yang baik” lebih dahulu dikenal dalam praktek manajemen modern. Bila ditelusuri lebih dalam, istilah tersebut sudah cukup populer sejak tahun 1950-an, saat ilmu manajemen tumbuh sebagai ilmu pengetahun (science). Dulu, penerapan praktek manajemen korporat atau lebih dikenal dengan good management practices sesungguhnya sejalan dan merupakan istilah lain dari terminologi GG yang kini kian populer. Sejak Word Bank memformulasikan istilah GG lengkap dengan indikator pengukurannya pada pertengahan tahun 90-an, terminologi ini menjadi platform umum bagi dunia manajemen, baik bagi korporat maupun pemerintahan. Sejak itulah, terminologi GG diartikan sebagai “tata kelola kepemerintahan yang baik” dalam di bidang ilmu pemerintahan dan organisasi publik. Di Indonesia dan negara-negara Asia Timur lainnya yang mengalami krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, isu mengenai Goog Governance (GG) telah menjadi pembahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan kegiatan dunia usaha dan pertumbuhan perekonomian setelah masa-masa krisis tersebut. Pada saat bersamaan, di tengah banyak dugaan mengapa perekonomian negara ini ambruk, terminologi ini juga muncul sebagai spirit para pengelola korporat dan organisasi publik untuk membangun kinerja organisasi pasca krisis ekonomi. Dalam perkembangannya, GG kemudian lebih dikenal sebagai Good Corporate Governance (GCG), baik untuk sektor usaha, organisasi publik dan birokrasi pemerintahan. Sebagian praktisi manajemen meyakini bahwa kinerja korporat adalah resultan dari praktek manajemen yang baik secara terus menerus. Dengan kata lain implementasi GCG adalah keniscayaan (compulsary), namun sebagian lain beranggapan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh proses inti (core process) atau bottom line dari kegiatan organisasi, yakni proses dimana arus pendapatan (revenue stream) atau pelayanan diperoleh setinggi-tingginya, sebaliknya arus pengeluaran ditekan (cost stream) serendahrendahnya. Pendapat kedua semakin tidak populer, sejak organisasi Internasional Organization for Standardization (ISO) yang berkedudukan di Swiss pada 1986 secara resmi ‘12 16 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana membuat ketentuan yang melegitimasi pencapaian good management practice yang berbasis pada sistem manajemen mutu yang kuat dan berkesinambungan. Sejak itulah organisasi tersebut mengeluarkan pedoman berbagai pengakuan yang berbentuk sertifikasi terhadap sistem manajemen mutu perusahaan melalui seri ISO 9000 (1986, 1994, 2000) dan berbagai seri ISO lainnya. Walaupun demikian halnya banyak praktisi manajemen mengakui praktek GCG akan menunjang kinerja korporasi, namun debat terhadap isu ini tidak pernah berhenti. Salah satu yang cukup mengemuka adalah soal keberhasilan kinerja korporat yang bukannya berbasis pada sistem yang kuat, melainkan lebih karena kekuatan proses inti seperti inovasi produk, efisiensi, dan diversifikasi. Kenyataan ini telah membuat pandangan pada sebagian praktisi manajemen bahwa praktek GCG sebenarnya adalah mitos. Bahkan mereka berpandangan bahwa praktek GCG telah mendorong korporat menjadi tidak lincah dan cenderung menciptakan inefisiensi. Dengan kata lain, dunia usaha cenderung menjadi lebih birokratis. Praktek Good Corporate Governance di Indonesia Sejak negeri ini terperosok dalam krisis ekonomi pada tahun 1997, seluruh aspek kehidupan dalam negeri ini sempat mengalami stagnasi. Parahnya, kenyataan tersebut tidak hanya dialami oleh pemerintah tapi juga organisasi bisnis. Banyak perusahaan misalnya yang harus mengetatkan segala bentuk pengeluarannya dalam menjalankan roda bisnisnya, sementara tak sedikit pula yang terpaksa harus merumahkan karyawan dan menghentikan operasinya. Mengapa hal ini terjadi? Tentu banyak hal yang bisa dijadikan alasannya. Namun pada dasarnya adalah tidak diterapkannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik menjadi salah satu alasan yang paling mengemuka saat itu. Sejak itulah, konsep GCG sebagai bagian dari langkah pembenahaan pengelolaan korporasi oleh banyak pihak mulai lebih dikenal dan diterapkan. Berdasarkan dari pengalaman tersebut, saat ini lebih banyak pihak sepakat bahwa implementasi dari GCG merupakan satu hal yang tidak dapat dihindarkan lagi dan menjadi satu prasyarat penting bagi kelangsungan dunia usaha dan perekonomian. Tidak kurang dari lembaga-lembaga multilateral seperti World Bank, Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), The Bassel Commite on Banking Supervision (dari The Bank for International Settlement/BIS yang bermarkas di Basel, Swiss), seluruhnya memberikan arahan pelaksanaan GCG. Lembaga-lembaga ini berpendapat kemajuan dalam penerapan GCG akan menolong negara-negara yang tertimpa krisis moneter untuk segera membangun kembali daya saing industri dan praktek pengelolaan negaranya, memperbaiki kepercayaan investor, serta mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang ‘12 17 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana berkelanjutan. Hal yang sama juga akan berlaku jika diterapkan dalam organisasi bisnis. Kenyataan ini semakin diperkuat dengan semakin banyaknya konsultan-konsultan bisnis terkenal di dunia yang terlibat dalam mendorong dan memastikan penerapan prinsip-prinsip GCG. Sebut saja apa yang telah dilakukan McKinsey & Company pada tahun 2000 yang telah melakukan riset mengenai pelaksanaan GCG yang melibatkan para investor di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat terhadap lima negara di Asia. Hasilnya, Indonesia dinyatakan sebagai peringkat terendah dalam pelaksanaan GCG. Belakangan, Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) juga pernah mengeluarkan indeks persepsi tentang tata kelola perusahaan dengan baik setiap tahun. Di Indonesia berbagai lembaga yang bergerak dalam bidang penerapan GCG bermunculan dan disambut oleh berbagai pimpinan organisasi publik dan perusahaan. Jika dicermati secara teoritis terdapat dua penyebab yang mendorong munculnya isu tentang GCG. Pertama, terjadinya perubahan lingkungan yang begitu cepat yang berdampak pada perubahan peta kompetisi pasar global. Bahkan dalam perjalanannya, kompetisi pasar global terus meningkat karena dipacu oleh kecanggihan teknologi dan deregulasi ekonomi. Sehingga dampaknya fenomena ini berimplikasi terhadap eksistensi perusahaan melalui privatisasi dan restrukturisasi. Selain itu kompetisi pasar ini juga menyebabkan terjadinya turbulensi, stress, resiko tinggi dan ketidakpastian bagi perusahaan. Dalam kondisi seperti ini perusahaan kemudian dituntut untuk cepat tanggap dalam merespon ancaman dan peluang yang muncul serta harus tepat dalam merancang dan menggunakan strategi dan system pengendalian yang prima untuk mempertahankan kesinambungannya. Kedua, semakin banyak dan kompleksnya pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, termasuk rumitnya pola ownership structures, sehingga berimplikasi terhadap manajemen stakeholders. Untuk menghadapi lingkungan dan kompetisi pasar seperti ini, maka keharusan akan adanya penerapan GCG bagi perusahaan menjadi semakin kuat serta tidak bisa dielakkan lagi. Pelaksanaan GCG di dalam perusahaan diharapkan mampu menghindari adanya praktek tidak terpuji yang dilakukan direksi, maupun bersama-sama pihak lain yang punya hubungan atau kepentingan di dalam tubuh perusahaan. Perjuangan untuk melahirkan dan menempatkan profesional yang jujur, memiliki integritas, bertanggung jawab, memiliki semangat kerja keras dan inovatif, serta independen, merupakan bagian dari upaya untuk mendukung pelaksanaan GCG. Penerapan GCG dalam organisasi publik maupun perusahaan, penulis yakini akan menciptakan kinerja organisasi yang kuat dan berkelanjutan (sustainaible). Untuk itu, dalam merealisasikan GCG perlu ditopang oleh kekuatan sistem manajemen organisasi yang kuat ‘12 18 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana dan sistemik. Hal ini akan terbangun apabila terjadi keseimbangan kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan organisasi (stakeholders) dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Perancangan perangkat organisasi dan sistem seperti: struktur, kebijakan, peraturan, pengawas, imbalan, dan sebagainya tidak akan berarti apabila tidak tersedianya oleh sistem pengendalian yang jelas. Untuk mengetahui apakah keseimbangan kepentingan telah tercipta maka sistem manajemen hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk mencapai apa yang diinginkan bersama. Disamping itu, suatu usaha dalam menjalankan GCG secara maksimal, perlu didukung oleh sejumlah langkah-langkah konkrit, diantaranya; 1. Kekuatan visi pemimpin organisasi dan kepastian arah dan tujuan yang akan dicapai. 2. Kepemimpinan manajerial yang kuat dan mampu mentransfer visi yang dimiliki kedalam praktek manajemen sehari-hari. 3. Keserdiaan perangkat peraturan dan ketentuan yang harus berjalan paralel dengan kebutuhan pengelolaan usaha yang baik. 4. Adanya fungsi pengawasan dan penegakkan aturan yang berjalan. 5. Terciptanya hubungan yang profesional antara akuntan publik, konsultan hukum, dan professional lainnya. 6. Adanya kemampuan dan pengetahuan eksekutif puncak dan para pengawas perusahaan (komisaris bila di perusahaan). Dengan adanya dukungan dari semua pihak, maka penerapan prinsip-prinsip GCG dalam perusahaan/korporasi akan lebih dapat menjamin kinerja organisasi secara kuat dan berkelanjutan. ‘12 19 Manajemen Strategik Agus Arijanto SE. MM Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana