KEHIDUPAN MASA PRA AKSARA DI INDONESIA Masa pra aksara

advertisement
KEHIDUPAN MASA PRA AKSARA DI INDONESIA
Masa pra aksara atau biasa disebut masa prasejarah adalah masa
kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra
aksara adalah manusia purba. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta
kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia
purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan
fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu.
Zaman pra aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan
hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal dan
menggunakan tulisan disebut zaman aksara atau zaman sejarah. Zaman pra aksara di Indonesia
berlangsung
sampai
abad
ke-3
Masehi. Jadi, pada abad ke-4 Masehi, manusia Indonesia baru mulai mengenal tulisan. Hal ini
dapat diketahui dari batu bertulis yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Meskipun
prasasti tersebut tidak berangka tahun, tetapi bahasa dan bentuk huruf yang digunakan
menunjukkan bahwa prasasti tersebut dibuat kurang lebih tahun 400 Masehi.
Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dapat dibagi ke dalam tiga masa, yaitu
masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
Masa
Berburu
dan
Mengumpulkan
Makanan
Kehidupan manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan, dari sejak Pithecanthropus
sampai dengan Homo sapiens dari Wajak sangat bergantung pada kondisi alam. Mereka tinggal
di padang rumput dengan semak belukar yang letaknya berdekatan dengan sungai. Daerah itu
juga merupakan tempat persinggahan hewan-hewan seperti kerbau, kuda, monyet, banteng, dan
rusa, untuk mencari mangsa. Hewan-hewan inilah yang kemudian diburu oleh manusia. Di
samping berburu, mereka juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan seperti ubi,
keladi, daun-daunan, dan buah-buahan. Mereka bertempat tinggal di dalam gua-gua yang tidak
jauh dari sumber air, atau di dekat sungai yang terdapat sumber makanan seperti ikan, kerang,
dan
siput.
Ada dua hal yang penting dalam sistem hidup manusia Praaksara (masa berburu dan
mengumpulkan makanan) yaitu membuat alat-alat dari batu yang masih kasar, tulang, dan kayu
disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak perimbas, alat-alat serpih, dan kapak
genggam. Selain itu, manusia Praaksara juga membutuhan api untuk memasak dan penerangan
pada malam hari. Api dibuat dengan cara menggosokkan dua keping batu yang mengandung
unsur besi sehingga menimbulkan percikan api dan membakar lumut atau rumput kering yang
telah disiapkan.Sesuai dengan mata pencahariannya, manusia Praaksara tidak mempunyai tempat
tinggal tetap, tetapi selalu berpindah-pindah (nomaden) mencari tempat-tempat yang banyak
bahan makanan. Tempat yang mereka pilih di sekitar padang rumput yang sering dilalui binatang
buruan, di dekat danau atau sungai, dan di tepi pantai. Dalam kehidupan sosial, manusia
Praaksara
hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali dirinya untuk menghadapi lingkungan
sekelilingnya.
Beberapa ahli membagi masa ini menjadi 2 (dua) yaitu masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat sederhana dan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
Masa
Bercocok
Tanam
Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
cara memanfaatkan hutan belukar untuk dijadikan ladang. Masa bercocok tanam terjadi ketika
cara hidup berburu dan mengumpulkan bahan makanan ditinggalkan. Pada masa ini, mereka
mulai hidup menetap di suatu tempat. Manusia Praaksara yang hidup pada masa bercocok tanam
adalah Homo sapiens, baik itu ras Mongoloid maupun ras Austromelanesoid.
Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena pada masa ini terdapat
beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam. Berbagai macam tumbuhan
dan hewan mulai dipelihara. Mereka bercocok tanam dengan cara berladang. Pembukaan lahan
dilakukan dengan cara menebang dan membakar hutan. Jenis tanaman yang ditanam adalah ubi,
pisang, dan sukun. Selain berladang, kegiatan berburu dan menangkap ikan terus dilakukan
untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani. Kemudian, mereka secara perlahan
meninggalkan cara berladang dan digantikan dengan bersawah. Jenis tanamannya adalah padi
dan umbi-umbian. Dalam perkembangan selanjutnya, manusia praaksara masa ini mampu
membuat alat-alat dari batu yang sudah diasah lebih halus serta mulai dikenalnya pembuatan
gerabah. Alat-alatnya berupa beliung persegi dan kapak lonjong, alat-alat pemukul dari kayu,
dan
mata
panah.
Pada masa bercocok tanam, manusia mulai hidup menetap di suatu perkampungan yang terdiri
atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga.
Mereka mendirikan rumah panggung untuk menghindari binatang buas. Kebersamaan dan
gotong royong mereka junjung tinggi. Semua aktivitas kehidupan, mereka kerjakan secara
gotong royong. Tinggal hidup menetap menimbulkan masalah berupa penimbunan sampah dan
kotoran
sehingga
timbul
pencemaran
lingkungan
dan
wabah penyakit. Pengobatan dilakukan oleh para dukun. Pada masa bercocok tanam, bentuk
perdagangan bersifat barter. Barang-barang yang dipertukarkan waktu itu ialah hasil-hasil
bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung), garam, dan ikan yang dihasilkan oleh
penduduk
pantai.
Masa
Perundagian
Masa perundagian merupakan masa akhir Prasejarah di Indonesia. Menurut R.P. Soejono, kata
perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok
orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha
tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu (Nugroho
Notosusanto, et.al, 2007). Manusia Praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras
Australomelanesoid dan Mongoloid. Pada masa perundagian, manusia hidup di desa-desa, di
daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan
yang makin teratur dan terpimpin. Kehidupan masyarakat pada masa perundagian ditandai
dengan dikenalnya pengolahan logam. Alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
sudah banyak yang terbuat dari logam. Adanya alat-alat dari logam tidak serta merta
menghilangkan penggunaan alat-alat dari batu. Masyarakat masa perundagian masih
menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu. Penggunaan bahan logam tidak tersebar luas
sebagaimana halnya penggunaan bahan batu. Kondisi ini disebabkan persediaan logam masih
sangat terbatas. Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki keahlian
untuk
mengolah
logam.
Pada masa perundagian, perkampungan sudah lebih besar karena adanya hamparan lahan
pertanian. Perkampungan yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. Setiap kampung
memiliki pemimpin yang disegani oleh masyarakat.Pada masa ini, sudah ada pembagian kerja
yang
jelas
disesuaikan
dengan
keahlian
masing-masing. Masyarakat tersusun menjadi kelompok majemuk, seperti kelompok petani,
pedagang, maupun perajin. Masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang
dilakukan secara turun-temurun. Hubungan dengan daerah-daerah di sekitar Kepulauan
Nusantara mulai terjalin. Peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan
keanekaragaman budaya. Berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup, dan upacara
menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan masyarakat masa itu sudah memiliki kebudayaan
yang tinggi.
Untuk lebih memahami materi tentang KEHIDUPAN MASA PRA AKSARA di INDONESIA
silahkan
pelajari
rangkuman
berikut
:
1. Ciri kehidupan masyarakat pada masa pra aksara
No
1
2
Keadaan
Lingkungan
Hidup
berkelompok dan
Berburu
dan jumlahnya tidak
mengumpulkan
terlalu banyak,
makanan
tingkat mereka selalu
sederhana
berpindah2
mencari daerah
baru.
Hewan yg
semula bergerak
Berburu dan
leluasa menjadi
mengumpulkan
lebih sempit dan
makanan tingkat
terbatas.
lanjut
Masa
Keberadaan
manusia
Meganthropus,
phite
canthropus
erectus, homo.
Tingkat
teknologi
Mengutamakan
segi praktis
sesuai dengan
tujuan
penggunaanya.
Kehidupan
Sos - Bud
Menggantungkan
kehidupannya pada
kondisi alam.
Ada dua ras
yang mendiami
Indonesia,
yakni
Austromelanesoid dan
Mongoloid.
Ada tiga tradisi
pokok
pembuatan
alat2 yakni
tradisi serpih
bilah, tradisi
alat tulang, dan
Mendiami
gua – gua
payung yang
dekat dengan
sumber air
sebagai
sumber
3
4
Bercocok tanam
Masyarakat
menetap di suatu
tempat dan
mereka mampu
mengolah alam.
Mendapat
pengaruh besar
dari ras
mongoloid.
Masyarakat
menghasilkan
bahan makanan
sendiri.
Sudah mulai
aktivitas
perdagangan.
Perundagian
tradisi kapak
genggam
Sumatera.
Masyarakat
mahir
mengasah alat
dari batu.
Teknologi
pada masa ini
beraneka
ragam, yaitu
teknologi
peleburan,
percampuran,
penempaan,
dan
pencetakan.
makanan.
Masyarakat
mulai
bergotong
royong untuk
mendirikan
rumah dan
membersihkan saluran
air.
Kehidupan
pada masa
ini penuh
rasa setia
kawan. Seni
ukir dan seni
hias
diterapkan
pada benda –
bemda
mengalitik
mengalami
kemajuan
pesat.
1. Jenis – jenis manusia purba di Indonesia
Pithecanthropua
Erectus
Eugene Dobuis
Bagian yang di
temukan
Fosil tengkorak
Meganthropus
Paleojavanicus atau
Homo Soloensis
Homo Mojokertensis
Ter Haar, dan Von
Koenigswald
Homo Wajakensis
Jenis
Penemu
Tempat
Tahun
Trinil
1890
Fosil rahang bawah
yang sangat besar
Ngandong
1936 - 1941
Tjokrohandojo dan
Duifjes
Fosil – fosil manusia
purba
1937
Van Reictshotten
Fosil tengkorak
Perning,
Mojokerto, dan
Sangiran
Wajak
1889
Homo Sapiens
Merupakan perkembangan dari jenis manusia sebelum-nya dan telah
menunjukkan bentuk seperti manusia pada masa sekarang. Fosil jenis manusia ini
ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.
--
Prof. Dr. Teuku Jacob
13 buah fosil
Sambungmacan
1973
KEHIDUPAN MASA PRA AKSARA DI INDONESIA
Masa pra aksara atau biasa disebut masa prasejarah adalah masa
kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra
aksara adalah manusia purba. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta
kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia
purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan
fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu.
Zaman pra aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan
hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal dan
menggunakan tulisan disebut zaman aksara atau zaman sejarah. Zaman pra aksara di Indonesia
berlangsung
sampai
abad
ke-3
Masehi. Jadi, pada abad ke-4 Masehi, manusia Indonesia baru mulai mengenal tulisan. Hal ini
dapat diketahui dari batu bertulis yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Meskipun
prasasti tersebut tidak berangka tahun, tetapi bahasa dan bentuk huruf yang digunakan
menunjukkan bahwa prasasti tersebut dibuat kurang lebih tahun 400 Masehi.
Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dapat dibagi ke dalam tiga masa, yaitu
masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
Masa
Berburu
dan
Mengumpulkan
Makanan
Kehidupan manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan, dari sejak Pithecanthropus
sampai dengan Homo sapiens dari Wajak sangat bergantung pada kondisi alam. Mereka tinggal
di padang rumput dengan semak belukar yang letaknya berdekatan dengan sungai. Daerah itu
juga merupakan tempat persinggahan hewan-hewan seperti kerbau, kuda, monyet, banteng, dan
rusa, untuk mencari mangsa. Hewan-hewan inilah yang kemudian diburu oleh manusia. Di
samping berburu, mereka juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan seperti ubi,
keladi, daun-daunan, dan buah-buahan. Mereka bertempat tinggal di dalam gua-gua yang tidak
jauh dari sumber air, atau di dekat sungai yang terdapat sumber makanan seperti ikan, kerang,
dan
siput.
Ada dua hal yang penting dalam sistem hidup manusia Praaksara (masa berburu dan
mengumpulkan makanan) yaitu membuat alat-alat dari batu yang masih kasar, tulang, dan kayu
disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak perimbas, alat-alat serpih, dan kapak
genggam. Selain itu, manusia Praaksara juga membutuhan api untuk memasak dan penerangan
pada malam hari. Api dibuat dengan cara menggosokkan dua keping batu yang mengandung
unsur besi sehingga menimbulkan percikan api dan membakar lumut atau rumput kering yang
telah disiapkan.Sesuai dengan mata pencahariannya, manusia Praaksara tidak mempunyai tempat
tinggal tetap, tetapi selalu berpindah-pindah (nomaden) mencari tempat-tempat yang banyak
bahan makanan. Tempat yang mereka pilih di sekitar padang rumput yang sering dilalui binatang
buruan, di dekat danau atau sungai, dan di tepi pantai. Dalam kehidupan sosial, manusia
Praaksara
hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali dirinya untuk menghadapi lingkungan
sekelilingnya.
Beberapa ahli membagi masa ini menjadi 2 (dua) yaitu masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat sederhana dan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
Masa
Bercocok
Tanam
Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
cara memanfaatkan hutan belukar untuk dijadikan ladang. Masa bercocok tanam terjadi ketika
cara hidup berburu dan mengumpulkan bahan makanan ditinggalkan. Pada masa ini, mereka
mulai hidup menetap di suatu tempat. Manusia Praaksara yang hidup pada masa bercocok tanam
adalah Homo sapiens, baik itu ras Mongoloid maupun ras Austromelanesoid.
Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena pada masa ini terdapat
beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam. Berbagai macam tumbuhan
dan hewan mulai dipelihara. Mereka bercocok tanam dengan cara berladang. Pembukaan lahan
dilakukan dengan cara menebang dan membakar hutan. Jenis tanaman yang ditanam adalah ubi,
pisang, dan sukun. Selain berladang, kegiatan berburu dan menangkap ikan terus dilakukan
untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani. Kemudian, mereka secara perlahan
meninggalkan cara berladang dan digantikan dengan bersawah. Jenis tanamannya adalah padi
dan umbi-umbian. Dalam perkembangan selanjutnya, manusia praaksara masa ini mampu
membuat alat-alat dari batu yang sudah diasah lebih halus serta mulai dikenalnya pembuatan
gerabah. Alat-alatnya berupa beliung persegi dan kapak lonjong, alat-alat pemukul dari kayu,
dan
mata
panah.
Pada masa bercocok tanam, manusia mulai hidup menetap di suatu perkampungan yang terdiri
atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga.
Mereka mendirikan rumah panggung untuk menghindari binatang buas. Kebersamaan dan
gotong royong mereka junjung tinggi. Semua aktivitas kehidupan, mereka kerjakan secara
gotong royong. Tinggal hidup menetap menimbulkan masalah berupa penimbunan sampah dan
kotoran
sehingga
timbul
pencemaran
lingkungan
dan
wabah penyakit. Pengobatan dilakukan oleh para dukun. Pada masa bercocok tanam, bentuk
perdagangan bersifat barter. Barang-barang yang dipertukarkan waktu itu ialah hasil-hasil
bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung), garam, dan ikan yang dihasilkan oleh
penduduk
pantai.
Masa
Perundagian
Masa perundagian merupakan masa akhir Prasejarah di Indonesia. Menurut R.P. Soejono, kata
perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok
orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha
tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu (Nugroho
Notosusanto, et.al, 2007). Manusia Praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras
Australomelanesoid dan Mongoloid. Pada masa perundagian, manusia hidup di desa-desa, di
daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan
yang makin teratur dan terpimpin. Kehidupan masyarakat pada masa perundagian ditandai
dengan dikenalnya pengolahan logam. Alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
sudah banyak yang terbuat dari logam. Adanya alat-alat dari logam tidak serta merta
menghilangkan penggunaan alat-alat dari batu. Masyarakat masa perundagian masih
menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu. Penggunaan bahan logam tidak tersebar luas
sebagaimana halnya penggunaan bahan batu. Kondisi ini disebabkan persediaan logam masih
sangat terbatas. Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki keahlian
untuk
mengolah
logam.
Pada masa perundagian, perkampungan sudah lebih besar karena adanya hamparan lahan
pertanian. Perkampungan yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. Setiap kampung
memiliki pemimpin yang disegani oleh masyarakat.Pada masa ini, sudah ada pembagian kerja
yang
jelas
disesuaikan
dengan
keahlian
masing-masing. Masyarakat tersusun menjadi kelompok majemuk, seperti kelompok petani,
pedagang, maupun perajin. Masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang
dilakukan secara turun-temurun. Hubungan dengan daerah-daerah di sekitar Kepulauan
Nusantara mulai terjalin. Peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan
keanekaragaman budaya. Berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup, dan upacara
menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan masyarakat masa itu sudah memiliki kebudayaan
yang tinggi.
Untuk lebih memahami materi tentang KEHIDUPAN MASA PRA AKSARA di INDONESIA
silahkan
pelajari
rangkuman
berikut
:
1. Ciri kehidupan masyarakat pada masa pra aksara
No
1
2
Keadaan
Lingkungan
Hidup
berkelompok dan
Berburu
dan jumlahnya tidak
mengumpulkan
terlalu banyak,
makanan
tingkat mereka selalu
sederhana
berpindah2
mencari daerah
baru.
Berburu dan
Hewan yg
Masa
Keberadaan
manusia
Meganthropus,
phite
canthropus
erectus, homo.
Tingkat
teknologi
Mengutamakan
segi praktis
sesuai dengan
tujuan
penggunaanya.
Kehidupan
Sos - Bud
Menggantungkan
kehidupannya pada
kondisi alam.
Ada dua ras
Ada tiga tradisi Mendiami
mengumpulkan
makanan tingkat
lanjut
3
4
Bercocok tanam
semula bergerak
leluasa menjadi
lebih sempit dan
terbatas.
yang mendiami
Indonesia,
yakni
Austromelanesoid dan
Mongoloid.
Masyarakat
menetap di suatu
tempat dan
mereka mampu
mengolah alam.
Mendapat
pengaruh besar
dari ras
mongoloid.
Masyarakat
menghasilkan
bahan makanan
sendiri.
Sudah mulai
aktivitas
perdagangan.
Perundagian
pokok
pembuatan
alat2 yakni
tradisi serpih
bilah, tradisi
alat tulang, dan
tradisi kapak
genggam
Sumatera.
Masyarakat
mahir
mengasah alat
dari batu.
Teknologi
pada masa ini
beraneka
ragam, yaitu
teknologi
peleburan,
percampuran,
penempaan,
dan
pencetakan.
gua – gua
payung yang
dekat dengan
sumber air
sebagai
sumber
makanan.
Masyarakat
mulai
bergotong
royong untuk
mendirikan
rumah dan
membersihkan saluran
air.
Kehidupan
pada masa
ini penuh
rasa setia
kawan. Seni
ukir dan seni
hias
diterapkan
pada benda –
bemda
mengalitik
mengalami
kemajuan
pesat.
1. Jenis – jenis manusia purba di Indonesia
Pithecanthropua
Erectus
Eugene Dobuis
Bagian yang di
temukan
Fosil tengkorak
Meganthropus
Paleojavanicus atau
Homo Soloensis
Ter Haar, dan Von
Koenigswald
Fosil rahang bawah
yang sangat besar
Jenis
Penemu
Tempat
Tahun
Trinil
1890
Ngandong
1936 - 1941
Homo Mojokertensis
Tjokrohandojo dan
Duifjes
Fosil – fosil manusia
purba
Homo Wajakensis
Van Reictshotten
Fosil tengkorak
Homo Sapiens
Merupakan perkembangan dari jenis manusia sebelum-nya dan telah
menunjukkan bentuk seperti manusia pada masa sekarang. Fosil jenis manusia ini
ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.
--
Prof. Dr. Teuku Jacob
13 buah fosil
Perning,
Mojokerto, dan
Sangiran
Wajak
Sambungmacan
1937
1889
1973
Download