HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA PASANGAN SUAMI ISTRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: MITA NOVITASARI F 100 080 043 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA PASANGAN SUAMI ISTRI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Drajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : MITA NOVITASARI F 100 080 043 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA PASANGAN SUAMI ISTRI Mita Novitasari Wiwien Dinar Prastiti ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecenderungan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunkan skala. Responden penelitian ini diambil dari populasi pasangan suami istri yang tinggal di Desa Jetis, Kec. Baki, Kab. Sukoharjo. Alat ukur yang digunakan adalah skala kecerdasan emosional dan skala kecenderungan melakukan kekerasan dalam rumah tangga, kemudian dianalisis dengan SPSS versi 15.0. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan kecenderungan melakukan kekerasan dalam rumah tangga dengan nilai (r) = -0,649 ;dengan p = 0,000 ; (p<0,01). Sumbangan efektif kecerdasan emosional sebesar 42,2% terhadap kecenderungan melakukan kekerasan dalam rumah tangga, masih terdapat 57,8% faktor-faktor lain yang memberikan sumbangan efektif terhadap kecenderungan melakukan kekerasan dalam rumah tangga diluar dari variabel kecerdasan emosional. Kata kunci : Kecerdasan emosional,Kecenderungan melakukan kekerasan dalam rumah tangga 1 PENDAHULUAN Pengertian pernikahan menurut Undang-Undang Nomor 1 saat menghadapi konflik rumah tangga Tahun dapat menyebabkan 1974, adalah ikatan lahir batin antara kekerasan seorang pria dengan seorang wanita (KDRT) sebagai suami istri dengan tujuan ketidakamanan membentuk keluarga (rumah tangga) terhadap orang yang berada dalam yang bahagia dan kekal berdasarkan lingkup Ketuhanan Yang Maha Esa . (Djannah, 2007). Tahun-tahun awal pernikahan, dalam terjadinya rumah sehingga atau rumah tangga timbul ketidakadilan tangga tersebut Kasus kekerasan dalam rumah pasangan suami istri perlu melakukan tangga penyesuaian satu dengan yang lainnya. Pengadilan Negeri Sukoharjo, pada Sementara melakukan tahun 2009 terdapat 3 kasus, tahun penyesuaian, sering timbul ketegangan 2010 terdapat 10 kasus dan tahun emosional yang akan memunculkan 2011 terdapat 7 kasus. Kekerasan konflik (Hurlock, dalam rumah tangga pada kenyataanya 2004). Kadar kualitas perilaku dan sulit diungkapkan karena beberapa pengendalian diri dari individu yang sebab, yang pertama : KDRT terjadi berada dalam lingkup rumah tangga, dalam akan terhadap tangga yang bersifat intern (privasi), yang kedua : korban yang mengalami Ketidakmampuan KDRT lebih memilih diam atau seseorang untuk mengendalikan diri menutup-nutupi permasalahan tersebut suami antar istri pasangan berpengaruh penyelesaian dihadapinya. konflik 2 menurut lingkup catatan kehidupan dari rumah karena apabila dilaporkan masalah akan keluarga, tersebut membuka ketiga: Kasus aib KDRT lebih sering terungkap di media masa yaitu KDRT kurangnya yang dilakukan suami terhadap pengetahuan dan kesadaran hukum istrinya. Ketika istri menjadi korban masyarakat terhadap hak-hak hukum kekerasan rumah tangga, istri akan yang dimilikinya (Ridwan, 2006). mencoba tetap bertahan karena ada Kekerasan dalam rumah anak-anak yang harus di besarkan tangga (KDRT) menurut Undang- bersama undang RI Nomor 23 tahun 2004, ketergantungan ekonomi istri kepada Pasal 1 didefiniskan setiap perbuatan suami (Saraswati, 2009). Akan tetapi yang dilakukan oleh seseorang secara terdapat juga kasus KDRT yang sendiri atau bersama-sama terhadap dialami oleh laki-laki (suami), namun perempuan yang kasus ini tidak begitu terungkap di tersubordinasi dalam lingkup rumah media masa karena adanya rasa malu tangga dan tidak etis apabila kasus tersebut atau pihak yang kesengsaraan mengakibatkan fisik, suami serta karena seksual, diketahui oleh banyak pihak. Menurut psikologis, dan penelantaran rumah harian Kompas hari Sabtu tanggal 28 tangga Oktober 2010, tiga orang suami termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pamaksaan atau melaporkan perampasan Pemberdayaan kemerdekaan secara istrinya ke Perempuan Kantor dan melawan hukum dalam lingkup rumah Perlindungan Anak (KPPPA) Malang, tangga (Ridwan, 2006). karena mengalami siksaan psikis. Siksaan psikis yang dimaksud seperti 3 berkurangnya rasa hormat sang istri individu yang mempunyai kecerdasan dan tidak mau melayani kebutuhan emosional yang tinggi akan lebih luas biologis suami. Kasus lain yang terjadi pengalaman dan pengetahuan dari di Palu, seorang istri tega memotong individu yang lebih rendah kecerdasan alat emosionalnya. kelamin suaminya karena Individu cemburu suaminya diduga memiliki mempunyai wanita idaman lain (Suara Merdeka, 8 tinggi akan lebih kritis dan rasional Maret 2011). dalam menghadapi berbagai macam Faktor kekerasan penyebab dalam terjadinya rumah kecerdasan yang emosional masalah, dengan demikian individu tangga yang mempunyai kecerdasan menurut penelitian yang dilakukan emosional tinggi akan memikirkan Winantio pula akibat-akibat yang mungkin akan (2009), dikarena faktor kurangnya keimanan dan ketaqwaan terjadi di masa yang akan datang. dalam kehidupan berumah tangga dan Kesuksesan dalam pernikahan juga karena faktor ekonomi. Akan bukan tetapi ketika ekonomi bukan lagi masalah pendidikan, seks, uang, dll, menjadi salah satu faktor yang dapat melainkan bagaimana membina mempererat hubungan suami istri kecerdasan emosional bersama maka antara pasangan sehingga ketika menghadapi dapat permasalahan suami kekuatan dan memberikan emosional istrilah yang kelangsungan hanya memfokuskan dapat pada diselesaikan rumah dengan baik. Kecerdasan emosional tangganya (Goleman, 2000). Goleman terdiri dari dari lima aspek, antra lain : (2000) mengenali mengemukakan bahwa 4 emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, masyarakat. Perbedaan gender (gender mengenali emosi orang lain dan difference) yang selanjutnya membina hubungan (Goleman, 2000). melahirkan peran gender (gender role) Menurut Sukri (dalam Saraswati, sebenarnya tidak menjadi masalah 2009) kekerasan dalam rumah tangga sehingga tidak perlu dipersoalkan. adalah yang Namun, yang perlu direkonstruksi dilakukan seseorang atau beberapa adalah ketidakadilan gender yang orang terhadap orang lain, yang disebabkan peran gender. Seorang berakibat atau mungkin berakibat perempuan dengan alat reproduksinya kesengsaraan atau penderitaan secara bisa hamil, melahirkan, kemudian fisik, seksual, dan atau psikologis, mempunyai termasuk ancaman perbuatan tertentu, merawat, mengasuh,mendidik anak, pemaksaan atau perampasan serta melaksanakan pekerjaan ibu kemerdekaan secara sewenang- rumah tangga. Terjadinya kekerasan wenang setiap atau perbuatan penekanan peran gender seperti secara dalam rumah tangga bermula dari ekonomis yang terjadi dalam lingkup adanya pola relasi kekuasaan yang rumah tangga. timpang antara laki-laki (suami) dan Kekerasan apapun yang terjadi dalam masyarakat, berawal perempuan (istri). Hal ini tidak jarang dari mengakibatkan terjadinya kekerasan idiologi tertentu yang membenarkan dalam rumah tangga yang dilakukan penindasan disatu pihak baik secara suami terhadap istri karena ototritas perseorangan yang dimiliki laki-laki sebagai kepala maupun kelompok karena ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga (Ridwan, 2006). 5 Hawari (2009) mengemukakan faktor-faktor yang Kecerdasan emosi menuntun perasaan mempengaruhi untuk belajar mengakui, menghargai terjadinya kekerasan dalam rumah perasaan pada diri dan orang lain serta tangga, menanggapinya antara lain kepribadian, sosial peselingkuhan, nikah faktor : ekonomi, siri, menerapkan NAZA dengan secara tepat, efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. (narkotika, alkohol & zat adiktif) serta Kecerdasan emosional juga gangguan jiwa. merupakan kemampuan untuk Menurut Undang-Undang menggunakan emosi secara efektif Republik Indonesia Nomor 23 Tahun untuk mencapai tujuan. 2004 bab III, kekerasan dalam rumah Bagian-bagian dari kecerdasan tangga dibagi menjadi empat bentuk, emosional antara lain : kekerasan fisik, kekerasan (Goleman, 2000), dibagi menjadi 5, psikis, yaitu kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga. : menurut mengenali Salovey emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri Menurut Cooper dan Sawaf (Goleman, 2000) kecerdasan emosional adalah kemampuan sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan. Berdasarkan uraian diatas, merasakan, memahami dan secara maka permasalahan yang akan diteliti efektif adalah “Apakah ada hubungan antara kepekaan energi, pengaruh menerapkan emosi informasi, yang daya sebagai dan sumber koreksi kecerdasan emosional dengan dan kecenderungan melakukan kekerasan manusiawi. dalam rumah tangga pada pasangan 6 suami ?”. istri Berdasarkan PEMBAHASAN permasalahan di atas, maka peneliti Berdasarkan analisis yang telah tertarik untuk mengadakan penelitian dilakukan, didapatkan hasil dengan perhitungan teknik analisis product judul skripsi “Hubungan dari Antara Kecerdasan Emosional dengan moment dari pearson dengan Kecenderungan Melakukan Kekerasan koefisien korelasi (r) sebesar -0,649; p dalam Rumah Tangga” . = 0,000 ; (p<0,01) artinya ada hubungan signifikan METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan emosional negatif antara dengan yang nilai sangat kecerdasan kecenderungan pendekatan kuantitatif dengan variabel melakukan kekerasan dalam rumah bebas tangga pada pasangan suami istri. kecerdasan variabel tergantung emosional dan kecenderungan Hal tersebut dibuktikan dari melakukan kekerasan dalam rumah hasil analisis yang diketahui, variabel tangga pada pasangan suami istri. kecerdasan emosional memiliki rerata Adapun teknik statistik yang empirik sebesar (RE) 106,63 dan digunakan dalam penelitian ini adalah rerata hipotetik (RH) sebesar 90 yang korelasi untuk menunjukkan kecerdasan emosional product moment, mengetahui hubungan antara pasangan suami dan istri tergolong kecerdasan emosional dengan dalam kategori tinggi. Sedangkan kecenderungan melakukan kekerasan variabel dalam rumah tangga pada pasangan kekerasan suami istri. memiliki rerata empirik (RE) sebesar 7 kecenderungan melakukan dalam rumah tangga 99,26 dan rerata hipotetik sebesar 120 pada perempuan (istri). Menurut menunjukkan Sulaeman dan Hamzah (2010), laki- kecenderungan melakukan kekerasan laki memiliki peluang lebih besar dalam rumah tangga tergolong rendah. menjadi Peneliti yang (RH) menambahkan pelaku kekerasan dalam uji rumah tangga karena masalah budaya, analisis t-test, untuk mecari perbedaan masyarakat yang menganut sistem antara patriarkis ditandai dengan pembagian kecenderungan kekerasan dalam rumah tangga antara suami dan kekuasaan istri. perempuan.. Berdasarkan analisis t-test antara laki-laki dan diperoleh nilai t sebesar 0,324, p = Penyebab terjadinya kekerasan 0,746 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan dalam rumah tangga menurut Hawari tidak ada perbedaan yang signifikan (2009) salah satunya karena faktor antara ekonomi, sesuai dengan penelitian kecenderungan kekerasan dalam melakukan rumah tangga yang dilakukan oleh Winantio (2009) berdasarkan jenis kelamin laki-laki faktor (suami) dan perempuan (istri). Rerata terjadinya kekerasan dalam rumah jenis kelamin laki-laki sebesar 99,74 tangga dan rerata jenis kelamin perempuan keimanan sebesar 98,78. Dari hasil tersebut kehidupan berumah tangga dan juga menunjukkan bahwa laki-laki (suami) karena faktor ekonomi. Akan tetepi memiliki peluang yang lebih besar ketika untuk melakukan tercukupi kecenderungan kekerasan dalam rumah tangga dari yang karena dan masalah dan melatarbelakangi faktor kurangnya ketaqwaan dalam ekonomi sudah masih terjadi kecenderungan melakukan kekerasan 8 dalam rumah faktor aspek psikologis, aspek sosial dan dapat aspek ekonomi. mempererat hubungan suami istri Kecerdasan kecerdasan tangga, emosional emosional dalam keluarga. Faktor kecerdasan berpengaruh pada kematangan emosi emosional tersebut seperti : mengenali dan pola pikir seseorang. Seseorang emosi yang telah matang emosinya, dapat diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali mengendalikan emosi individu dapat berfikir secara matang orang lain dan membina hubungan (Goleman, 2000). Terjadinya kekerasan emosinya maka dan objektif sehinga ketika dalam dalam rumah tangga terjadi masalah dapat rumah tangga karena individu kurang diselesaikan dengan baik tanpa saling mampu menangani emosinya sendiri menyakiti (Walgito, 2011). dan kurang mampu mengenali emosi Sumbangan efektif pasangan, empati terhadap pasangan emosional sudah buruknya melakukan kekerasan dalam rumah dengan tangga sebesar 42,2%, ditunjukkan pasangan (Pasiak, 2006). Sedangkan oleh koefisien determinan (R) = 0,422 dampak dari kekerasan dalam rumah Berarti masih terdapat 57,8% variabel tangga menurut Suminar (Sarwono lain dan Memarno, 2009) antara lain kecenderungan melakukan kekerasan terdapat empat aspek yang akan dalam dialami oleh korban: aspek fisik, kecerdasan emosional, seperti faktor berkurang komunikasi yang serta terjadi budaya, 9 dengan kecerdasan kecenderungan yang rumah mempengaruhi tangga kemiskinan, diluar dari lingkungan tempat tinggal, sakit mental, pecandu sebelumnya, alkohol, kurangnya komunikasi, citra kesimpulan bahwa : diri 1. yang rendah, frustrasi, Ada dapat hubungan kepribadian serta karena kebiasaan sangat (Hawari, 2009). kecerdasan Berdasarkan uraian diatas dapat diambil negatif signifikan antara emosional kecenderungan disimpulkan bahwa ada hubungan yang dengan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. antara kecerdasan emosional dengan 2. kecenderungan melakukan kekerasan Tingkat kecerdasan emosional di Desa Jetis tergolong tinggi. dalam rumah tangga. Semakin tinggi 3. Tingkat kecenderungan kecerdasan emosional individu maka melakukan semakin rumah tangga tergolong rendah. rendah kecenderungan melakukan kekerasan dalam rumah 4. Sumbangan kekerasan efektif dalam kecerdasan tangga, begitu pula sebaliknya jika emosional dengan kecenderungan kecerdasan emosional individu rendah melakukan maka semakin tinggi kecederungan rumah tangga sebesar 42,2%, melakukan kekerasan dalam rumah ditunjukkan tangga. determinan (R2) = 0,422 masih kekerasan oleh dalam koefisien terdapat 57,8% variabel lain yang mempengaruhi KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan melakukan yang telah diuraikan rumah 10 kekerasan tangga kecerdasan kecenderungan diluar emosional, dalam dari seperti faktor budaya, kemiskinan, kepada pasangan suami istri lingkungan tempat tinggal, sakit tentang kekerasan dalam rumah mental, alkohol, tangga, bahwa menyelesaikan kurangnya komunikasi, citra diri konflik dalam perkawinan tidak yang harus selalu disertai dengan pecandu rendah, kepribadian frustrasi, serta karena kekerasan. kebiasaan. 3. Bagi penelitian lain, peneliti lain SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan yang akan melakukan penelitian dengan tema yang kesimpulan yang diperoleh selama sejenis pelaksanaan penelitian, maka penulis dengan tema hubungan antara membeikan sumbangan saran yang kecerdasan emosional dengan diharapkan dapat bermanfaat, yaitu : kecenderungan 1. Bagi pasangan suami istri, kekerasan dalam rumah pada disarankan pasangan suami istri, penulis 2. untuk menjaga atau yang berkaitan melakukan kualitas kecerdasan emosional menyarankan yang dimiliki, karena kecerdasan memfokuskan peneliti dengan emosional tema kekerasan dalam rumah yang dimiliki pasangan suami istri di Desa tangga Jetis sudah tergolong tinggi. variabel diluar dari variabel Bagi praktisi bidang psikologi, kecerdasan emosional, seperti: dapat dijadikan pertimbangan faktor komunikasi, kepribadian, untuk sosial ekonomi, perselingkuhan. mengadakan konseling 11 dengan untuk menggunakan DAFTAR RUJUKAN Djannah, F., Rustam dan Nuraisah. 2007. Kekerasan Terhadap Istri. Yogyakarta : LKiS Ridwan. 2006. Kekerasan Berbasis Gender. Yogyakarta : Fajar Pustaka. Goleman, D. 2000. Emotional Intelligence. Terjemahan. Jakarta : PT. Gramedia Sarwono, S dan Meinarno, E. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humaika. Hawari. D. 2009. Penyiksaan Fisik dan Mental dalam Rumah Tangga (Domestic Violance). Jakarta : Balai Penerbit FK UI Shapiro, L.E. 1998. Mengajar Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : PT. Gramedia. Hude, D.M. 2008. Emosi. Erlangga : Jakarta. Shapiro, L.E. 1998. Mengajar Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : PT. Gramedia. Hurlock, E. B. 1997. Psikologi Perkembangan. Erlangga : Jakarta. Walgito, B. 2010. Bimbingan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Andi Offset. Pasiak, Winanto, A.E. 2009. Cerai Gugat Akibat Kekerasan dalam Rumah Tangga (studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta). Skripsi : Tidak diterbitkan. UMS. T. 2006. Managemen Kecerdasan, Memberdayakan IQ, EQ dan SQ untuk Kesuksesan Hidup. Bandung : Mizan Pustaka. 12