Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Perlaku Menggosok Gigi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Prasekolah
2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah
Padmonodewo (2003), mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang
berusia antara 3-6 tahun, mereka biasa mengikuti
program prasekolah. Di Indonesia pada umumnya
mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3
bulan-5 tahun) dan kelompok bermain atau Play Group
(usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4-6 tahun
biasanya mereka mengikuti program taman kanakkanak.
2.1.2 Tumbuh dan Kembang Anak
Anak merupakan individu yang unik, karena faktor
bawaan
dan
pertumbuhan
lingkungan
dan
yang
pencapaian
berbeda,
maka
kemampuan
perkembangan juga berbeda. Pertumbuhan (growth)
berkaitan dengan perubahan jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
dan ukuran panjang (centimeter, meter) (Soetjiningsih,
8
9
1995).
Wong
pertumbuhan
(2008),
mengemukakan
merupakan
peningkatan
bahwa
jumlah
dan
ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis
protein baru dan kemudian menghasilkan peningkatan
ukuran dan berat.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur tubuh yang lebih
kompleks
dalam
pola
yang
teratur
dan
dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Dalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi
dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya, misalnya
pada perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai
hasil
interaksi
dan
lingkungannya
(Soetjiningsih, 1995). Wong (2008), mengemukakan
bahwa perkembangan adalah perubahan dan perluasan
secara
bertahap,
misal
perkembangan
tahap
kompleksitas dari yang lebih rendah ke lebih yang
tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang
melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran.
10
2.1.3 Ciri-Ciri Anak Prasekolah
Padmonodewo (2003), mengemukakan ciri-ciri anak
prasekolah yang meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan
kognitif anak.
a. Ciri fisik
Anak prasekolah biasanya sangat aktif. Mereka
telah
memiliki
penguasaan
(kontrol)
terhadap
tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan
yang dilakukkan sendiri, sehingga sebagai orang tua
harus memberikan kesempatan kepada anak untuk
melakukan kegiatan, misalnya berlarian, memanjat
dan melompat tetapi tetap dengan pengawasan
orang tua. Pada umumnya anak laki-laki yang paling
aktif dibandingkan dengan anak perempuan, namun
anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang
bersifat praktis khususnya pada kemampuan motorik
halusnya.
b. Ciri sosial
Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi
dengan orang disekitarnya. Biasanya anak pada
tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat yang
cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat
11
menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau
bermain dengan teman.
c. Ciri Emosional
Anak prasekolah cenderung mengekspresikan
emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah,
iri hati pada anak prasekolah yang sering terjadi, dan
misalnya sering sekali mereka memperebutkan
perhatian gurunya.
d. Ciri Kognitif
Anak
prasekolah
umumnya
sudah
terampil
berbahasa. Sebagian besar dari mereka senang
berbicara, khususnya pada kelompoknya. Anak
prasekolah juga memiliki daya ingat yang baik,
kompetensi anak pun dapat dikembangkan melalui
interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan minat
ataupun hobi dari anak.
2.1.4 Tugas Tumbuh Kembang Anak
Soetjiningsih (1995), mengemukakan bahwa semua
tugas perkembangan anak usia 4-6 tahun itu disusun
berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam
empat
kelompok
besar
perkembangan yang meliputi :
yang
disebut
sektor
12
a. Perilaku Sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan
kemandirian, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungan,
misalnya
membantu
dirumah,
mengambil makanan, berpakaian tanpa bantuan,
menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan,
dan mengambil makanan.
b. Gerakan Motorik Halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang
melibatkan
dilakukan
bagian
otot-otot
kecil,
tubuh
tetapi
tertentu
yang
memerlukan
koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis,
lingkaran dan menggambar manusia.
c. Bahasa
Kemampuan yang memberikan respon terhadap
suara, mengikuti perintah misalnya bicara semua
yang dimengerti, mengenal dan menyebutkan warna,
menggunakan kata sifat (besar-kecil)
d. Gerakan Motorik Kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh misalnya berdiri dengan satu kaki,
berjalan naik tangga dan menendang bola ke depan
13
2.2 Peran Orang Tua
2.2.1 Pengertian
Peran adalah perilaku yang berkenan dengan siapa
yang memegang posisi tertentu, posisi mengidentifikasi
status atau tepat seseorang dalam suatu sistem sosial.
Setiap individu menempati posisi-posisi yang multipel.
Misalnya seorang suami yang memiliki peran sebagai
kepala rumah tangga dan sebagai pencari nafkah untuk
keluarganya, dan posisi ibu memiliki beberapa peran
yang terkait yaitu sebagai penjaga rumah, merawat
anak, pemimpin kesehatan dalam keluarga, masak,
sahabat atau teman bermain untuk anak-anaknya
(Friedman, 2003). Peran adalah seperangkat tingkah
laku
yang
diharapkan
oleh
orang
lain
terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun luar yang bersifat stabil (Kozier Barbara, 2010).
Orang tua merupakan seorang ayah dan ibu yang
bertanggung
jawab
pada
keturunannya
semenjak
terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa
tubuh
maupun
sifat-sifat
moral
dan
spiritual
(Widnaningsih, 2005). Sedangkan menurut Maulani
(2005), orang tua adalah tokoh panutan anak, maka
14
diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang
bersekolah pun sudah mau dan mampu menyikat gigi
dengan benar dan teratur melalui model atau contoh
dari orang tuanya.
2.2.2 Macam-Macam Peran
Ada dua macam peran yaitu :
a. Peran Formal
Peran
formal
merupakan
peran
yang
membutuhkan ketrampilan dan kemampuan tertentu
dalam menjalankan peran tersebut. Peran formal
yang standar terdapat dalam keluarga yaitu ayah
sebagai pencari nafkah, ibu sebagai pengatur
ekonomi keluarga di samping itu tugas pokok
sebagai pengasuh anak. Jika salah satu anggota
keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran maka
anggota keluarga yang lainnya mengambil alih
kekosongan ini dengan memerankan perannya agar
tetap berfungsi (Friedman, 2003).
b. Peran Informal
Peran informal adalah peran yang mempunyai
tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada
usia, jenis kelamin dan lebih berdasarkan pada
atribut
personalitas
atau
kepribadian
individu.
15
Pelaksanaan peran informal yang efektif dapat
mempermudah
pelaksaan
peran-peran
formal
(Friedman, 2003).
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran
a. Faktor Kelas Sosial
Menurut Notoatmodjo (2003), mengemukakan
bahwa kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur
seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.
Pendapatan seseorang dari segi finansial akan
memepengaruhi status ekonomi, dimana dengan
pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih
bisa terpenuhinya kebutuhan sehingga yang ada di
masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi
seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas
sosialnya.
Pada keluarga dengan status ekonomi kurang,
peran orang tua merupakan hal paling penting dari
sang ibu, di mana ibu lebih jauh bersifat tradisional
dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak
dengan suatu penekanan yang lebih besar pada
kehormatan,
kedisiplinannya
kepatuhan,
bila
kebersihan,
dibandingkan
dan
keluarga
menengah keatas yang lebih menitik beratkan pada
16
pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan
kemandirian perkembangan antara orang tua kepada
anak (Friedman, 2003).
b. Faktor Bentuk Keluarga
Keluarga dengan orang tua lengkap dengan
(ayah dan ibu) akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anggota keluarga terutama anak,
dimana anggota keluarga dengan adanya ayah dan
ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman
dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan
fisik,
mental
dan
sosial
dibandingkan
dengan
keluarga dengan orang tua tunggal yang hanya
mengenal salah satu sosok orang tua sehingga
anggota keluarga atau anak mengalami kesulitan
mencari identitas diri.
c. Faktor Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga di mulai dari
terjadinya pernikahan yang menyatukan dua peribadi
yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap persiapan
menjadi orang
tua. Tahap selanjutnya adalah
menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai
tahap-tahap berikutnya yang berakhir dengan tahap
berduka. Dimana dalam setiap tahap individu
17
mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan
keadaan.
d. Faktor Peristiwa Situasional Khususnya Masalah
Kesehatan atau Sakit
Kejadian kehidupan situasional yang pasti akan
berhadapan dengan masalah sehat ataupun sakit.
Peran ibu disini adalah sebagai pembuat keputusan
tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, dan
pemberi asuhan dalam keluarga (Friedman, 2003).
2.3 Kesehatan Gigi
2.3.1 Pengertian Kesehatan Gigi
Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari
kesehatan pada umumnya. Selain itu gigi merupakan
salah satu organ pencernaan yang berperan penting
dalam
proses
pengunyahan
makanan,
sehingga
pemeliharaan kesehatan gigi penting dilakukan (Depkes
RI, 1999). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian
dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu
dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan
tubuh
keseluruhan.
Penyebab
timbulnya
masalah
kesehatan gigi dan mulut pada anak salah satunya
adalah
faktor
perilaku
atau
sikap
mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo, 2004). Hal
18
tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi. Anak masih
tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga
kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi
(Notoatmodjo, 2003). Perawatan gigi merupakan bagian
penting yang harus diketahui dan dipahami sejak dini
terutama oleh para ibu dalam upaya perawatan gigi
pada anaknya dan mengenalkan kelainan-kelainan
yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Riyanti,
2005).
2.3.2 Tujuan Kesehatan Gigi
Begitu pentingnya gigi bagi manusia sehingga gigi
perlu
dirawat
dengan
benar.
Berikut
pentingnya
merawat gigi, antara lain :
a. Mencegah terganggunya proses pencernaan karena
gigi
merupakan
salah
satu
organ
penting
pencernaan. Gigi digunakan untuk mengunyah
makanan sebelum masuk ke saluran pencernaan.
Jika gigi mengalami gangguan, akan terganggu pula
proses pencernaannya.
19
b. Mencegah terjadinya masalah pada gigi karena gigi
yang bermasalah dapat menganggu aktivitas seharihari.
c. Mencegah terjadinya infeksi karena gigi yang tidak
terawat sehingga terkena infeksi dapat menimbulkan
penyakit yang lainnya, seperti penyakit jantung, dan
pembuluh darah antara lain, paru-paru, gulan, stroke
dan kanker.
d. Mencegah
terjadinya
bau
mulut
karena
sisa
makanan yang masih ada di gigi menyebabkan
aktivitas
bakteri
berlebihan
sehingga
mulut
mengeluarkan bau yang kurang sedap.
e. Menjaga keindahan diri seseorang karena gigi juga
berfungsi sebagai keindahan. Gigi adalah komponen
lain dalam kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah,
mata, bibir. Oleh karena itu, setiap orang ingin
punya senyum memikat dengan gigi yang sehat.
2.3.3 Masalah-Masalah Pada Gigi
1) Gigi Berlubang
Gigi berlubang disebut karies gigi. Karies akan
mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga
terbentuk lubang (Pratiwi, 2009).
20
Gejala umum :
a. Gigi terasa sakit, gigi menjadi sensitif setelah
makan atau minum, manis, asam atau dingin.
b. Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi.
c. Bau mulut (halitosis)
2) Karang gigi
Karang gigi (kalkulus) adalah plak yang telah
mengalami
pengerasan,
klasifikasi
atau
remineralisasi. Gelaja karang gigi yaitu karang gigi
yang melekat di permukaan mahkota gigi biasanya
berwarna kekuningan sampai kecoklatan yang dapat
terlihat oleh mata. Permukaannya keras seperti gigi
dan tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi atau
tusuk gigi. Karang gigi yang tidak terlihat biasanya
tumbuh dibawah gusi, mengakibatkan gusi infeksi
dan mudah berdarah. Karang gigi biasanya dapat
menyebabkan bau mulut (Pratiwi, 2009).
3) Gusi Berdarah
Gejala gusi berdarah yaitu saat dan setelah
menyikat gigi, ada noda di dalam air liur, gusi bisa
dipisahkan dari gigi dengan menggunakan tusuk
gigi, warna gusi mengkilap dan bengkak, kadangkadang berdarah saat disentuh, tidak selalu disertai
21
rasa sakit. Terdapat akumulasi plak atau karang gigi
di sekitar leher gigi (Pratiwi, 2009).
2.3.4 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Masalah Gigi
1) Makanan Manis
Mulut dihuni oleh bakteri pemakan gula yang sangat
menyukai makanan manis. Bakteri tersebut akan
mengubah gula dan menyebabkan kondisi asam
pada mulut yang dapat mengikis enamel (email)
gigi. Hanya dalam waktu sekitar 20 detik setelah
mengkonsumsi makanan manis, bakteri sudah
mengubah kondisi mulut menjadi asam.
2) Genetika
Genetika memiliki pengaruh penting terhadap setiap
perkembangan fisiologis alami manusia. Gen tidak
hanya dapat menentukan warna rambut tertapi juga
bertanggung jawab pada kondisi gigi. Kekerasan
enamel (email) gigi juga dipengaruhi oleh faktor
genetika, sehingga seberapa keras usaha untuk
menjaga kesehatan gigi, berbeda dari orang yang
satu dengan orang yang lain.
3) Kebiasaan Menggosok Gigi
Seorang anak harus memulai menjaga kebersihan
mulut jauh sebelum tumbuh gigi. Bau mulut, noda
22
pada gigi, atau gigi berlubang disebabkan karena
perawatan gigi dan mulut yang kurang baik sejak
balita. Ajari anak menyikat gigi setiap 30 menit
setelah selesai makan atau setidaknya 2 kali sehari.
4) Makanan Asam
Makanan asam seperti jeruk, permen asam dan
minuman bersoda dapat berkontribusi terhadap
kerusakan gigi. Makanan asam berbahaya karena
dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan
bagi bakteri jahat dalam mulut.
5) Email gigi, lapisan luar gigi yang keras
Mimunan dingin ataupun yang terlalu panas adalah
faktor yang menyebabkan gigi rusak. Mungkin pada
awalnya
tidak
akan
terjadi
masalah,
namun
kelamaan, email gigi akan mulai retak dan bisa
beresiko terjadi lubang pada gigi.
6) Terlalu banyak flouride bisa berakibat buruk
Flouride adalah sesuatu yang sangat penting
supaya gigi sehat. Akan tetapi, pada anak-anak usia
dibawah 8 tahun flouride yang berlebihan akibat
pasta gigi yang tertelan dalam jumlah banyak akan
menyebabkan
kondisi
yang
disebut
flourosis.
Umumnya flourosis dengan kondisi yang terlihat
23
seperti titik putih dan akhirnya berubah menjadi
kecoklatan.
2.3.5 Peran Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi
Dengan perawatan yang baik kita dapat mencegah
penyakit gigi dan mulut, yaitu dengan menerapkan
teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan membersihkan
gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan serta fisur yang
harus lebih diperhatikan kebersihannya. Anak-anak
memang masih dalam taraf memerlukan bimbingan
yang ketat, memerlukan kesabaran yang luar biasa,
memerlukan kebijaksaan yang sempurna dengan cara
yang baik (Machfoedz, 2005).
Beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut pada anak prasekolah adalah :
a. Mengajarkan waktu yang tepat menggosok gigi
Maulani
(2005),
mengemukakan
bahwa
seseorang menyikat gigi setelah makan, khususnya
makanan
yang
mengandung
karbohidrat,
akan
mengalami fermentasi atau peragian terhadap gula
(glukosa)
makanan.
Hasilnya
berupa
senyawa
bersifat asam dan membuat lingkungan sekitar gigi
bersuasana asam. Dalam beberapa menit derajat
24
keasaman tadi akan meningkatkan atau pH-nya
turun. Jika berlanjutan, penurunan nilai pH kritis,
yaitu nilai pH yang dapat memicu hilangnya garam
kalsium pada email gigi sebagai penyebab gigi
berlubang.
Dengan demikian setelah beberapa waktu, pH
plak akan berangsur naik kembali mencapai pH
normal. Demikianlah yang selalu terjadi setelah
makan terutama makan-makanan yang mengandung
gula jadi, sebenarnya terjadi proses alamiah yang
bertujuan untuk melindungi gigi. Berbagai penelitian
memperlihatkan bahwa pH akan kembali normal
setelah
makanan
20-30
menit
yang
setelah
kita
mengandung
menyantap
karbohidrat
(mengandung gula) merupakan saat-saat sangat
rentan untuk terjadinya kerusakan gigi. Penyikatan
gigi pada saat derajat keasaman dalam mulut masih
pada tingkat kritis ini akan menambah kerusakan
permukaan gigi. Jadi, jangan menyikat gigi setelah
makan, tunggulah sampai lewat masa genting
sesudah makan, yaitu sekitar setengah jam sesudah
makan. Frekuensi menyikat gigi yang baik adalah 2
25
kali sehari, pagi 30 menit setelah sarapan pagi dan
malam hari sebelum tidur (Maulani, 2005).
b. Mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang
baik
Memilih sikat gigi anak disesuaikan dengan
keadaan gigi anak. Apabila gigi dan rahangnya kecil,
pilihlah sikat gigi dengan bulu yang pendek dan
semt. Namun apabila gigi dan rahangnya agak
besar, pilih sikat gigi dengan bulu yang lebih besar
dan lebih sesuai. Selalu cari sikat gigi dengan bulu
nilon
yang
lebih
lembut
atau
ujung
bulunya
membulat karena bulu sikat gigi dan ujung yang
kasar dapat melukai gusi, sedangkan anak yang
masih belajar melakukan kontrol terhadap tekanan
sikat giginya.
Jika anak sudah mulai mengerti anak bisa
diajak memilih sikat giginya sendri. Ajaklah anak
membandingkan beberapa sikat gigi dan doronglah
supaya dia memilih sikat gigi dengan bulu yang
lembut. Sikat gigi anak di ganti setidaknya 2 bulan
sekali atau segera ganti jika bulu sikat gigi sudah
lebar. Sikat gigi harus dipakai satu orang, tidak boleh
dipakai bersama-sama atau bergantian. Jadi jika
26
mempunyai anak lebih dari satu, tentukan warna
masing-masing
kesukaan
anak
dan
2
bulan
kemudian diganti bersamaan, bisa dengan warna
yang sama atau berubah warna antara satu anak
dengan anak yang lain. Ingatkan anak akan sikat
giginya sendiri, sehingga disaat orang tua lupa, anak
bisa mengingatkan sikat giginya sendiri dengan
tepat.
Sikat
gigi
dengan
gagang
sikat
yang
transparan atau tembus cahaya kemungkinan bulu
sikat gigi dapat terlihat sampai pangkalnya, sehingga
pembersihan bulu sikat akan lebih baik. Jika akan
sudah mulai menyikat giginya sendiri, periksalah
sekali waktu sikat gigi anak, karena sering kali sisa
pasta gigi mengendap pada dasar bulu sikat gigi.
Setelah sikat gigi bersih, letakkan sikat dengan bulu
diatas,
sehingga
memungkinkan
air
mengalir
kebawah dan bulu sikat gigi cepat kering. Dengan
mengajak anak memilih dan membeli pasta gigi dan
sikat
gigi
kesukaannya,
motivasi
anak
akan
meningkat dan ia akan rajin membersihkan gigi
setiap hari dengan sikat gigi kesukaannya (Maulani,
2005).
27
Menurut Machfoedz (2005), mengemukakan
bahwa sikat gigi yang baik sebagai berikut :
1) Tangkai lurus dan mudah dipegang
2) Kepala sikat gigi kecil, sebagai ancar-ancar
paling besar sama dengan jumlah lebar keempat
gigi bawah. Kenapa harus kecil, sebab kalau
besar tidak dapat masuk ke bagian-bagian yang
sempit ke dalam.
3) Bulu sikat gigi harus lembut dan datar, bila sikat
gigi terlalu besar bulu dapat dicabut sebagian.
c. Mengajarkan cara menyikat gigi yang benar
Pada umumnya anak senang makanan yang
manis-manis padahal gula adalah musuh gigi anak,
yang artinya apabila anak terlalu banyak makan gula
dan jarang membersihkan maka giginya akan rusak
atau karies. Gula di dalam gigi akan diubah oleh
kuman dengan bahan dari mulut, kuman itu menjadi
asam. Asam yang menempel pada permukaan email
akan melunakkan email, diatas email itu kuman akan
melubanginya, kemudian kuman itu akan tinggal di
dalam
lubang
karies
(Machfoedz, 2005).
untuk
berkembang
biak
28
Apabila kita membersihkan gigi secara benar,
plak pun ikut bersih dari permukaan gigi, namun plak
ini secara alamiah akan terbentuk lagi dari waktu ke
waktu. Plak ini merupakan lapisan tipis transparan,
tidak bisa dilihat oleh mata telanjang dan melekat
erat pada permukaan gigi. Gigi disikat setidaknya
selama 2 menit supaya air ludah juga dapat keluar
dan membersihkan kantong gusi yang terletak
diperbatasan gigi dan gusi. Kantong gusi ini
mempunyai kedalaman normal 2-4 mm yang perlu
juga dibersihkan untuk mencegah makanan terselip
diantaranya. Kemiringan bulu sikat sebesar 450 pada
daerah kantong gusi dapat membantu bulu sikat gigi
masuk kedalam kantong gusi untuk pembersihan
yang lebih maksimal (Maulani, 2005).
Pada dasarnya bersikat gigi yang benar adalah
menyikat semua permukaan gigi sampai bersih dan
plak juga hilang sempurna. Gerakan bersikat gigi
pendek-pendek
saja
dan
jangan
terburu-buru.
Bersihkan salah satu sisi dulu baru pindah ke sisi
yang lain. Untuk menyikat permukaan samping baik
luar
maupun
dalam
jangan
melawan
arah
permukaan gusi (ujung pinggir gusi). Jadi kalau gigi
29
atas jangan menyikat kearah atas, sebaliknya untuk
gigi bawah jangan menyikat ke arah bawah. Ini untuk
menghindarkan diri agar gusi tidak terkelupas. Tetapi
bulu-bulu sikat harus dikenakan gusi tujuannya ialah
supaya gusi terjepit oleh bulu-bulu halus itu.
(Machfoedz, 2005).
2.4 Perilaku
2.4.1 Pengertian
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu
aktivitas
dari
pada
manusia
itu
sendiri,
untuk
kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa
perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme
tersebut, baik dapat diamati secara langsung dan tidak
langsung.
merupakan
Menurut
hasil
Notoatmodjo
hubungan
(2003),
antara
perilaku
perangsang
(stimulus) dan tanggapan (respon) yang dibedakan
adanya dua respon, yakni :
a. Respondent respons ialah respon yang ditimbulkan
rangsangan-rangsangan tertentu dan menimbulkan
rangsangan tetap, misalnya makanan yang lezat
menimbulkan air liur.
30
b. Operant
respons
adalah
yang
timbul
dan
perkembangannya diikuti oleh perangsang dan
diperkuat
oleh
respon
yang
telah
dilakukakn
organisme, misalnya seorang anak belajar atau telah
melakukan perbuatan kemudian memperoleh reward
atau hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar
atau akan lebih baik melakukan perbuatan tersebut.
2.4.2 Prosedur Pembentukan Perilaku
Notoatmodjo
(2003),
mengemukakan
bahwa
sebagian besar perilaku manusia adalah operant
respons. Sehingga untuk membentuk jenis respon atau
perilaku ini diciptakan adanya suatu kondisi tertentu,
yang disebut operant conditing. Prosedur pembentukan
perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner
adalah sebagai berikut :
a. Melakukan
identifikasi
tentang
hal-hal
yang
merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah
atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
Melakukan
analisis
komponen-komponen
untuk
kecil
mengidentifikasi
yang
membentuk
perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen
tersebut dengan disusun dalam urutan yang tepat
31
untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang
dimaksud.
b. Dengan menggunakan secara urut komponen itu
sebagai
tujuan
reinforcer
atau
sementara,
hadiah
mengidentifikasi
untuk
masing-masing
komponen tersebut.
c. Melakukan
pembentukan
perilaku,
dengan
menggunakan urutan komponen yang telah disusun
itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan,
maka
hadiahnya
diberikan,
hal
ini
akan
mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan)
tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau
perilaku
ini
sudah
terbentuk,
maka
dilakukan
komponen (perilaku) yang kedua yang diberikan
hadiah
(komponen
hadiah
lagi),
pertama
demikian
tidak
memerlukan
berulang-ulang,
sampai
komponen kedua terbentuk.
Misalnya dikehendaki agar anak mempunyai
kebiasaan menggosok gigi untuk berperilaku seperti
ini maka anak tersebut harus :
1. Pergi ke kamar mandi sebelum tidur ataupun
saat mandi pagi
32
2. Mengambil sikat dan pasta gigi. Sebelum
memulai sikat gigi, sikat gigi terlebih dahulu di
cuci sampai bersih. Kemudian diberi odol/
pasta gigi yang sesuai rasa kesukaan anak.
3. Mengambil
air
dan
berkumur,
sediakan
segelas air matang mulailah berkumur-kumur
terlebih dahulu.
4. Melaksanakan gosok gigi. Untuk usia balita,
orang tua membantu atau pun mengawasi
anak
untuk
melakukan
penyikatan
gigi
(menggosok gigi).
5. Menyimpan sikat gigi dan odol yang benar.
Setelah melakukan gosok gigi maka sikat gigi
harus di cuci sampai bersih, setelah itu
digantung
dengan
kepala
diatas
atau
diposisikan dengan kepala diatas apabila
tidak digantung, kemudian odol/ pasta gigi
diletakan dengan posisi tutup berasa diatas
dengan tertutup dengan rapat.
33
2.5 Kerangka Konseptual
Variabel bebas
Variabel terikat
(Variabel Independen)
(Variabel Dependen)
Peran Orang Tua
Perilaku Menggosok
Gigi
2.6 Hipotesis
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua
terhadap perilaku menggosok gigi pada anak prasekolah RA
Sudirman IV Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara peran orang
tua terhadap perilaku menggosok gigi pada anak prasekolah RA
Sudirman IV Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Download