BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu atau sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA (Tito, 2010). Memiliki hewan peliharaan bagi sebagian manusia merupakan kepuasan tersendiri. Ada banyak jenis hewan yang bisa dijadikan peliharaan, salah satunya adalah anjing (Alex, 2010). Anjing merupakan hewan peliharaan yang dapat menjadi teman bagi manusia, dapat dimanfaatkan sebagai penjaga rumah, anjing pelacak, hewan coba, hewan kesayangan, hiburan (Puja, 2007). Anjing mendapat julukan sebagai sahabat terbaik manusia karena memiliki kesetiaan dan pengabdian kepada majikannya (Halim, 2012). Hewan perlu makan dalam melangsungkan kehidupannya dan gigi merupakan alat prehensi utama dalam mengambil makan. Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Berdasarkan penggolongan makanannya, anjing tergolong hewan karnivora yaitu hewan pemakan daging (Widodo, 2011). Anjing memiliki empat jenis gigi, yaitu gigi seri (incisivus), gigi taring (caninus), geraham depan (premolar) dan geraham belakang (molar). Gigi incisivus berfungsi untuk memotong makanan, gigi caninus digunakan untuk menyobek makanan, gigi premolar untuk menyobek dan 1 membantu menggiling makanan sedangkan gigi molar untuk mengunyah dan menggiling makanan (Hale, 1997). Permasalahan gigi pada anjing yang sering ditemukan adalah keberadaan karang gigi (Perdanawinata, 2004). Karang gigi terbentuk biasanya disebabkan oleh pengaruh makanan. Sisa makanan yang menumpuk akan membentuk pelikel dengan bakteri sehingga terbentuk karang gigi. Karang gigi memiliki karakteristik warna yaitu kuning, coklat dan hitam (Carranza et al., 2006; Foster dan Smith, 2011b). Keberadaan karang gigi dapat mempengaruhi status kesehatan anjing. Apabila karang gigi tidak diatasi maka akan menimbulkan halitosis sebagai akibat pembusukan bakteri di karang gigi. Hal ini akan menjadi penyebab anjing gelisah karena merasa kesakitan akibat peradangan telah mengenai syaraf sehingga menyebabkan nafsu makan menurun (Dewi, 2005). Karang gigi juga dapat merusak mukosa bibir dan gusi. Kondisi selanjutnya dapat menyebabkan penyakit periodental, antara lain gingivitis, caries dan periodontitis (Widodo, 2011). Pakan instan untuk anjing disebut dog food. Dog food menawarkan aroma dan rasa yang lezat sehingga kebanyakan anjing menyukainya, namun sebagai pemilik anjing yang kritis, sebaiknya diberikan dog food bergizi, sehingga nutrisi dapat tercukupi. Untuk menghasilkan anjing yang prima tidak hanya dibutuhkan nutrisi yang cukup, tetapi juga keseimbangan nutrisi (Latumetenps, 2013). Jika anjing diberikan pakan berupa dog food diduga dapat berpengaruh pada ada atau tidaknya karang gigi pada anjing tersebut. 2 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penelitian dengan judul “Keberadaan Karang Gigi Pada Anjing Yang Diberi Dog Food” perlu dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ditemukan karang gigi pada anjing yang diberikan pakan berupa dog food kering? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah agar mengetahui keberadaan karang gigi pada anjing yang telah diberikan pakan berupa dog food kering. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi keberadaan karang gigi pada anjing yang biasa diberikan pakan berupa dog food kering. 1.5 Kerangka Konsep Permasalahan gigi yang sering ditemukan adalah keberadaan karang gigi yang disebabkan oleh sisa pakan yang menempel pada gigi yang akan mengeras setelah mengalami proses kimiawi. Karang gigi merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut (Carranza et al., 2006). Karakteristik warna karang gigi adalah kuning, coklat dan hitam (Carranza et al., 2006; Foster dan Smith, 2011b). 3 Dilaporkan pula bahwa keberadaan karang gigi muncul mulai usia dua tahun (AVDC, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya karang gigi pada anjing adalah cara pemeliharaan gigi anjing dan jenis pakan yang diberikan jenis pakan basah. Pakan basah memiliki konsistensi lembek sehingga mudah lengket pada permukaan gigi akibatnya memicu terbentuknya plak dan karang gigi (Mahmud, 2008). Gigi yang semula berwarna putih akan berubah warna menjadi kuning sebagai akibat timbunan plak. Plak berakumulasi pada gigi sehingga membentuk pelikel. Pelikel adalah membran tipis yang berasal dari protein saliva yang didepositkan pada gigi segera setelah gigi dibersihkan dan tidak dapat dihilangkan dengan sempurna melalui penyikatan gigi. Pada pelikel diperoleh mikroorganisme yang sebagian besar adalah bakteri aerobik Gram positif, terutama dari genus streptococcus yang menghasilkan suatu eksopolisakarida. Eksopolisakarida merupakan suatu zat yang bertindak seperti lem yang berfungsi sebagai fasilitator perlekatan bakteri ke permukaan gigi sehingga terjadi kolonisasi awal pada permukaan gigi. Proses ini disebut kolonisasi plak bakteri, bakteri tersebut membutuhkan waktu sekitar 24 sampai 48 jam untuk memperbanyak diri yang akhirnya menimbun membentuk karang gigi. Karang gigi bersama saliva menghasilkan iritasi mekanik dan gangguan pengunyahan (Pieri et al., 2012). Dog food merupakan pakan olahan anjing. Dog food diberikan pada anjing sebagai sumber nutrisi. Jika anjing diberikan pakan berupa dog food diduga dapat berpengaruh pada ada atau tidaknya karang gigi pada anjing tersebut, mengingat 4 struktur dog food yang renyah, mudah dihancurkan (lembek) bila dicampur dengan air, kering dan juga empuk, contohnya sisa dari dog food akan menempel pada gigi anjing. Sisa pakan yang menempel tersebut akan menyebabkan karang gigi. 5