14 anjing mampu bertahan hidup. Babesia sp. akan terus berada dalam eritrosit dengan bentuk tidak aktif. Hal ini mengakibatkan infeksi berlangsung kronis. Infeksi yang berlangsung kronis menyebabkan sumsum tulang melakukan penyesuaian fisiologis dengan tidak menstimulasi pengeluaran retikulosit ke dalam peredaran darah. Hal ini menyebabkan tubuh tetap berada dalam kondisi anemia karena eritrosit yang telah dikeluarkan tidak dapat bekerja secara optimal akibat infestasi Babesia sp. di dalamnya. Kondisi ini terjadi akibat adanya depresi eritrogenesis (Schalm et al. 1975). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa anjing yang terinfeksi Babesia sp. secara kronis cenderung mengalami anemia normositik normokromik karena terjadi depresi eritrogenesis. Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjut pada anjing yang terinfeksi Babesia sp. dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan ras anjing yang lebih beragam. DAFTAR PUSTAKA Brown BA. 1980. Essentials of Veterinary Hematology. Philadelphia: Lea & Febiger Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians. Missouri: Mosby. Cowell RL. 2004. Veterinary Clinical Pathology Secrets. St.Louis: Elsevier Mosby. Cunningham JG. 2002. Veterinary Physiology. Ed ke-3. Philadelphia: Saunders Company Guyton AC, Hall JE. 1997. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia: Saunders Company. Hatmosrojo R, Budiana NS. 2003. Melatih Anjing Penjaga. Depok: Penebar Swadaya. Levine ND. 1994. Buku Pelajaran Parasitology Veteriner. Terjemahan G. Ashadi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lobetti, RG. 2005. The pathophysiology of renal and cardiac changes in canine babesiosis. [tesis]. Faculty of Veterinary Science University of Pretoria. Mbassa GK, Poulsen JSD. 1993. Reference Ranges for Hematological Value in Landrace Goats. Small Rum Res. 15 Ndungu SG, Brown CGD, Dolan TT. 2005. In vivo comparison of susceptibility between Bos indicus and Bos Taurus cattle types to Theileria parva infection. Onderstepoort J Vet Res (72) : 13-22 Pearce, EC. 2006. Anatomis dan Fisiologis untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama [POLRI] Kepolisian Republik Indonesia. 1996. Hut Satwa Polri ke 37. Jakarta: Direktorat Samapta Polri Sub Direktorat Satwa. Price SA, Wilson LM. 2006. Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Processes. Ed ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Schalm OW, Jain NC, Carroll EJ. 1975. Veterinary Hematology. Ed ke-3. Philadelphia: Lea & Febiger. Sigit SH, Koesharto FX, Hadi UK, Gunandini DJ, Soviana S, Wirawan IA, Chalidaputra M, Rivai M, Priyambodo S, Yusuf S, et al. 2006. Hama Permukiman Indonesia. Bogor: UKPHP FKH IPB. Soulsby, EJL. 1982. Helminths, Arthropods, and Protozoa of Domesticated Animals. Ed ke-7. London: Bailliere Tindall. Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology. Ed ke-2. State Avenue: Blackwell Publishing. Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sugiarto. 2005. Potensi caplak anjing Rhipicephalus sanguineus sebagai vektor penyakit. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Swenson. 1984. Duke’s Phisiology of Domestic Animals. Ed ke-10. London: Cornel University Press. Weiss DJ, Wardrop KJ. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. State Avenue: Blackwell Publishing. Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, Lelana RPA. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press. Wulansari R. 2002. Therapeutic effect of clindamycin on experimental infection with Babesia gibsoni and their immune responses in dogs. [disertasi]. The United Graduate School of Veterinary Sciences, Yamaguchi University, Japan.