Download, PDF - Indonesia Veterinary Pharmacy and

advertisement
PERSPECTIVES OF VETERINARY AUTHORITY FOR CONTROLLED
DISTRIBUTION OF VETERINARY DRUGS AND VETERINARY DEVICES IN
INDONESIA
Lazuardi Mochamad
Veterinary Pharmacy Laboratory, Basic Science Department, Faculty of Veterinary
Medicine, Airlangga University. At address: 3rd floor, of Faculty Veterinary Medicine,
Airlangga University, Mulyorejo rd “C” campus. Surabaya 60115. E-mail :
[email protected],ac.id. Phone/fax +62 31 86705165
ABSTRACT
Regulation on veterinary drug was recommended at Republic Indonesia Law of 18
2009 about animal health and livestock. The law described that veterinary drug and
veterinary devices will be control by autonomy section namely veterinary authority
section. The organization structure of veterinary authority section was better referred
to Human Drug and Food control with special autonomy task force. The competencies
of employed at veterinary authority section was better multidiscipline science and of
course all of employs must be supported to veterinary drug controlled. The veterinary
authority section can be collaboration with several associations with working at
veterinary drug and veterinary device domain.
Key words: Indonesia Veterinary Authority, Veterinary Drug Controlled, Veterinary
devices controlled, Animal health, Alert system, competencies
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengawasan dan pengelolaan obat hewan serta alat kesehatan hewan di Indonesia
sesuai dengan Pasal 50 UU 18 2009 ditetapkan oleh suatu lembaga yang memiliki
kekuatan otoritas, yaitu otoritas veteriner. Empat tahun sejak UU 18 2009 diluncur,
hingga saat ini TUPOKSI dan WEWENANG otoritas veteriner belum ditetapkan.
1
Namun demikian alur kontrol tersebut sesuai dengan beberapa negara di Eropa sejak
tahun 70-an.
Merujuk nama otoritas veteriner, maka peranan dokter hewan yang berkeahlian
khusus hingga setara level 8 sesuai lembaga sertifikasi nasional, sangat dipersyaratkan.
Sementara dalam tataran UU Pendidikan No. 20 2003, menyebutkan bahwa kompetensi
keahlian bersama-sama pemerintah banyak diserahkan kepada Asosiasi Keahlian yang
terbentuk di kalangan masyarakat. AFFAVETI sebagai salahsatu asosiasi keahlian yang
berada di Indonesia pada akhirnya akan banyak bertanggung jawab terhadap kebutuhan
akan kompetensi keahlian tersebut. Sesuai UU 17 tahun 2013 tentang organisai masa,
menyebutkan bahwa ciri-ciri suatu organisasi adalah adanya kesamaan tujuan oleh
sesama anggota (Organisasi Kemasyarakatan, 2013). Prinsip tersebut sangat sesuai
dengan semangat anggota suatu asosiasi di saat pertama kali suatu asosiasi dibentuk.
Oleh sebab itu ke depan asosiasi keahlian sudah saatnya dibesarkan dari anggota ke
anggota dan untuk anggota.
Dilatarbelakangi paparan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu bagaimana peranan otoritas veteriner kelak dalam mengatur mengawasi dan
mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan obat hewan serta alat kesehatan
hewan.
DISKUSI
Konsep Keberadaan Otoritas Veteriner
Bila kita ananlogikan Otoritas Veteriner dengan Balai Besar Pengawas Obat Hewan
di Indonesia, maka keadaan tidak terlalu identik. Sebab Otoritas Veteriner terlihat
menanggungjawabi hal-hal bukan saja masalah obat hewan tetapi juga banyak persoalan
yang menyangkut kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner. Persoalan obat
2
hewan dan alkeswan di beberapa negara di dunia bisa dilakukan oleh suatu otoritas,
dapat pula suatu unit obat dan dapat pula unit kerja gabungan (Tabel 1).
Tabel 1.
Institusi pengatur obat hewan pada berbagai negara
Negara
Indonesia
Kontrol & pengendali
obat hewan dan Alkeswan
Otoritas Veteriner
Kementerian/
Organisasi
?
Kepustakaan
Perancis
Pengawas obat hewan
Kementerian Pertanian
National Veterinary
Medicine Agency,
citation Sept 5th,
2013. At
www.anmv.anses.fr.
Inggris
Unit khusus pengawas
Obat hewan dan Bahan
Kimia keperluan
Pertanian
Kementerian Pertanian
Veterinary medicine
Directorate. Citation
Sept 5th, 2013 at
:www.vmd.gov.uk
Afrika Selatan
Unit Khusus Pengawas
obat Manusia dan hewan
Pemerintahan Afrika
Selatan
Fingleton, 2004.
UU 18 2009
Posisi ideal suatu lembaga otoritas veteriner adalah suatu badan yang bukan
merupakan suatu kementerian serta langsung di bawah presiden dengan komponen
petugas kelembagaan
di pimpin oleh seseorang dengan latar belakang pendidikan
kedokteran hewan. Lembaga tersebut dapat diisi oleh komponen anak bangsa dengan
latarbelakang sesuai kebutuhan. Dengan demikian amanah UU 18 2009 secara utuh
dapat dipenuhi dan dapat diterapkan secara menyeluruh. Eselonisasi dapat pula
diterapkan pada lembaga-lembaga non kementerian bila otoritas veteriner diwujudkan
sehingga sifat kemandirian TUPOKSI dan wewenang dapat ditegakkan.
Kompetensi Keahlian Petugas Otoritas Veteriner
Kompetensi sesuai aturan Organisasi Internasional Epizooticae (OIE) diketahui
terbagi menjadi tiga yaitu basic competencies, basic general competencies, advance
competencies.
Ketiga jenis kompetensi
tersebut tetap memenuhi asas-asas: (i)
3
knowledge (cognitive abilities, meaning mental skills), (ii) skills (ability to perform
specific tasks), (iii) attitude (affective abilities, meaning feelings and emotions, and,
(iv) aptitude (a student’s natural ability, talent, or capacity for learnin). Lebih lanjut
ranah masing-masing kompetensi yang harus diemban adalah sebagai berikut (Tabel 2).
Tabel 2. Kompetensi yang harus terdapat pada otoritas veteriner
Jenis Kompetensi
Kompetensi umum
Kompetensi khusus















Ranah yang ditanggungjawabi
Kedokteran hewan dasar
Diagnostik, klinik dan terapeutik
Epidemiologi
Penangan penyakit hewan antar
wilayah atau negara
Zoonosis
Emerging and re-emerging diseases
Program pencegahan dan pengendalian
penyakit umum
Higienis makanan
Produk veteriner
Kesejahteraan hewan
Regulasi dan etik veteriner
Prosedur umum standardisasi
Kemampuan berkomunikasi
Keterangan
Obat hewan dan
alkeswan berada pada:
 produk veteriner,
 Regulasi dan etik
veteriner,
 Prosedur umum
standardisasi
Obat hewan dan
alkeswan berada pada:
 Organisasi

aktivitas veteriner
 Pemantauan dan

prosedur

sertifikasi

 Analisis risiko

 Perdagangan
dunia

 Riset
 Adminitrsai dan
manajemen
Sumber : OIE recommendations on the Competencies of graduating veterinarians (‘Day
1 graduates’) to assure National Veterinary Services of quality (2012)
Kompetensi
Lanjutan
Organisasi tentang aktivitas veteriner
Prosedut pemantauan dan prosedur
sertifikasi
Manajemen penyakit menular akibat
sentuhan
Higienis makanan
Aplikasi analisis resiko
Riset
Program kerja perdagangan
internasional
Administrasi dan manajemen lainnya
Konsep Teknis Otoritas Veteriner Pengendali Obat Hewan - ALKESWAN
Kerja teknis otoritas veteriner dalam pengendali obat hewan dapat identik dengan
subdirektorat pengawas obat hewan dengan unit fungsionalnya Balai Besar Pengujian
Mutu dan sertifikasi Obat Hewan. Tentunya hal tersebut tidak perlu menyertakan
4
organisasi yang menghimpun industry obat hewan untuk ikut sebagai regulator. Namun,
dapat berkolaborasi dengan perhimpunan keahlian yang berkecimpung dalam obat
hewan dan ALKESWAN.
Negara-negara yang tergabung dalam uni eropa, membuat unit pengawasan obat
hewan dan alkeswan secara komprehensif. Setiap negara dari 12 negara yang tergabung
dalam uni eropa membangun unit kerja di setiap negara dengan sifat otonomi.
Selanjutnya unit kerja di setiap negara tersebut saling terhubung satu dengan lainnya.
Unit kerja di setiap negara tidak mengkaitkan perhinpunan obat hewan sebagai mitra,
namun menggunakan organisasi keahlian yang berkerja di bidang obat hewan dan
alkeswan sebagai mitra. Contoh asosiasi keahlian yang bekerja sama dengan Pengendali
Obat Hewan di EROPA (dapat dilihat di Tabel 3)
Tabel 3 Kerja sama berbagai organisasi pengendali obat hewan di Eropa
dibanding dengan organisasi sejenis di Indonesia
Negara
12 Negara Eropa
Asosiasi Keahlian
Europa for Association
Veterinary Pharmacology
and Toxicology (EAVPT)
Asosiasi Obat Hewan
NIHIL
Europa Chemical Analysis
Association (EURICHEM)
International Atomic Energy
Agency (IAEA)
Federation of Associations
for Hunting and
Conservation of the EU
(FACE)
Indonesia u.b. Direktorat
Kesehatan Hewan Dirjennak
dan Keswan
Nihil
Asosiasi Obat Hewan
Indonesia (ASOHI)
5
Unit kerja pengendalian dan pengawasan obat hewan dan alatkeswan di setiap
negara dari 12 negara yang tergabung dalam Uni Eropa memiliki sistem peringatan dini
yang mampu memberikan data bahaya kesetiap unit pengawas di setiap negara (alert
system) dalam waktu yang cepat. Hal itulah yang menyebabkan negara-negara di eropa
tidak mudah untuk ditembus pasaran ekspor dari negara lain. Bandingkan dengan di
Indonesia yang dengan mudah diserbu produk ekspor dari negara lain.
KESIMPULAN
Kesimpulan dalam paparan ini adalah otoritas veteriner sesuai UU 18 2009 dalam
mengkontrol dan mengawasi peredaran obat hewan dan alkeswan di Indonesia, masih
belum terperinci secara jelas baik struktur organisasi, kompetensi petugas dan
kiprahnya. Perlu diwujudkan bentuk organ definitif agar persoalan obat hewan serta
alkeswan di Indonesia tertata secara rapi dengan tuntunan dari unit pengendali serta
pengawas obat hewan dan alkeswan yang dibentuk secara otonomi oleh pihak
pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Fingleton J, 2004. Legislation of Veterinary Drugs Control. FAO LEGAL ON LINE.
Citation Sept 5th 2013 at http://www.fao.org/legal/pub-e.htm
National Veterinary Medicine Agency, France Gov. Citation at Sept 5th 2013 at
www.anmv.anses.fr.
OIE recommendations on the Competencies of graduating veterinarians (‘Day 1
graduates’) to assure National Veterinary Services of quality, OIE Office, 2012.
France, Paris. 12, rue de Prony • 75017 tel. 33 (0)1 44 15 18 88 • fax 33 (0)1 42
67 09 87 •
.
Organisasi Kemasyarakatan, 2013. UU 17 2013. Pemerintah Republik Indonesia.
Jakarta.
UU 18 2009. Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pemerintah Republik
Indonesia, Jakarta, 2009.
6
Veterinary Medicine Directorate. United Kingdom. Citation at Sept 5th 2013 at
www.vmd.gov.uk
7
Download