penggunaan alat peraga untuk meningkatkan

advertisement
182
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG SISWA KELAS V
SEMESTER II SD NEGERI 3 NGANTRU KECAMATAN TRENGGALEK
KABUPATEN TRENGGALEK PADA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh:
Unik Maryani
SD Negeri 3 Ngantru, Trenggalek
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah berdasarkan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga dapat
meningkatkan kemampuan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang pada siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini bertempat di Kelas
V SD Negeri 3 Ngantru Kec.Trenggalek Kab.Trenggalek. Waktu penelitian adalah rentang waktu
untuk melakukan penelitian.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret s/d Mei semester genap
2012-2013. Subyek bagi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Ngantru
Kec.Trenggalek Kab. Trenggalek yang berjumlah 24 siswa. Berdasarkan test hasil belajar yang
merupakan hasil implementasi alat peraga pada pokok bahasanbangun ruang di Kelas V SD Negeri 3
Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2012/2013 dalam penelitian
ini menunjukan hasil positif. Hal ini dibuktikan dengan hasil siklus I dengan nilai rata-rata 60.00%
hasil siklus II dengan hasil rata-rata 90.00%. peneliti tidak perlu melanjutkan pada siklus ke III karena
pada siklus II ketuntasan belajar telah tercapai.
Kata Kunci: Alat Peraga, Prestasi Belajar, Sifat Bangun Ruang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua phak dapat
memperoleh informasi dengan melimpah,
cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
tempat di dunia. Selain perkembangan yang
pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat.
Karenanya diperlukan kemampuan untuk
memperoleh, dan mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan
yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis,logis,
kritis yang dpaat dikembangkan melalui
pembelajaran matematika.
Pembelajaran Matematika tidak lagi
mengutamakan pada penyerapan melalui
pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan
pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas
peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan
bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ideide kepada orang lain. Pendidikan matematika pada dasarnya adalah suatu rangkaian
proses yang berhubungan dengan mengajar
matematika dan pengembangan sikap-sikap
manusia, Davis (dalam Suryanto, 1998)
mengemukakan bahwa pendidikan matematika adalah kajian tentang bagaimana orang
berpikir tentang pola-pola matematika, komunikasi mengenai pola-pola matematika
atau untuk bekerja dengan pola-pola itu.
Menurut Mustangin (2002) dalam
psikologi matematika, agar pengajaran dapat
berhasil membantu siswa memahami struktur
matematika, maka dapat dilakukan dengan:
(a) Memberikan pengalaman matematis
secara langsung kepada anak didik dengan
Unik Maryani, Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Kemampuan ...
183
pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih
muda memahami penjelasan dari kawannya
dibanding penjelasan dari guru karena taraf
pengetahuan serta pemikiran karena lebih
sejalan dan sepadan”. Penelitian juga
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
penggunaan alat peraga dapat meningkatkan
kemampuan kemampuan mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang pada siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngantru Kecamatan Trenggalek
Kabupaten Trenggalek.
tujuan agar proses berpikir matematika dapat
dipadukan dengan unsur sensabilitas atau
kecerdasan emosional; (b) Memberi nama
dan mengkategorikan unsur-unsur pengalaman tertentu sesuai dnegan karakteristik
tertentu; (c) Mengorganisir unsur-unsur
pengalaman tertentu sesuai dengan hubungan
fungsional antar unsur-unsur yang ada; (d)
Memanfaatkan hubungan antara unsur-unsur
tersebut dalam situasi yang lain.
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu
perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran
yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan
bersama. Menurut Supardjo (2003) dalam
Marsigit (2001: 4-5), agar potensi siswa
dapat berkembang secara optimal maka perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (a)
Siswa dapat belajar jika mendapat motivasi
dari guru; (b) Siswa belajar dengan caranya
sendiri; (c) Siswa belajar secara mandiri dan
melalui kerjasama; (d) Siswa memerlukan
konteks dan situasi yang berbeda dalam
belajarnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipelajari bahwa pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan yang kompleks yang
melibatkan berbagai faktor, tidak sekedar
materi ajar. Untuk pembelajaran matematika
dengan metode pendekatan kooperatif merupakan model pendekatan yang tepat untuk
digunakan dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa
akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut
diharapkan siswa dapat menguasai materi
METODE PENELITIAN
Metode penentuan Tempat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode pusposive sampling area yaitu suatu metode penelitian yang didasarkan dapa hasil
pertimbangan dari peneliti itu sendiri guna
memperoleh data yang diperlukan. Penelitian
ini bertempat di Kelas V SD Negeri 3
Ngantru Kec. Trenggalek Kab. Trenggalek.
Waktu penelitian adalah rentang waktu untuk
melakukan penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret s/d Mei
semester genap 2012-2013. Subyek bagi
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD
Negeri 3 Ngantru Kec. Trenggalek Kab.
Trenggalek yang berjumlah 24 siswa.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan
jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan, maka penelitian ini menggunakan
model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus meliputi plan-
183
184
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
ning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk
pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Silabus; (2) Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP); (3) Tes
formatif. Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperoleh melalui pengolahan
penggunaan alat peraga dan tes formatif.
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui
prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran serta aktivitas siswa selama
proses pembelajaran. Untuk mengalisis
tingkat keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar
mengajar setiap putarannya dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa
soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian
ini berupa pengelolaan penggunaan alat
peraga dan pengamatan aktifitas siswa dan
guru pada akhir pembelajaran, dan data tes
formatif siswa pada setiap siklus.
Siklus I
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, LKS, soal tes formatif 1
dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Selain itu juga dipersiapkan pengolahan
penggunaan alat peraga.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal
1 Maret 2012 di Kelas V dengan jumlah
siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran
yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Pada siklus I
secara garis besar pengajaran dengan
penggunaan alat peraga sudah dilaksanakan
dengan baik, walaupun peran guru masih
cukup
dominan
untuk
memberikan
penjelasan dan arahan karena model tersebut
masih dirasakan baru oleh siswa.
Dari hasil kegiatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan menerapkan
penggunaan alat peraga diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah 71,00% dan
ketuntasan belajar mencapai 60,00% atau ada
15 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 60,00%
lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru
dan belum mengerti apa yang dimaksudkan
dan digunakan guru dengan menerapkan
penggunaan alat peraga.
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
Unik Maryani, Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Kemampuan ...
pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang
baik dalam pengelolaan waktu; (2) Guru
kurang baik dalam memotivasi siswa dan
dalam menyampaikan tujuan pengajaran; (3)
Siswa kurang begitu antusias selama
pengajaran berlangsung.
185
pengamat adalah seorang kolaborator. Pada
akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif II dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes
formatif II.
Dari hasil kegiatan yang dilakukan,
diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar
78,50% dan dari 24 siswa yang telah tuntas
sebanyak 23 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai
sebesar 90,00% (termasuk kategori tuntas).
Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan penggunaan
alat peraga sehingga siswa menjadi lebih
terbiasa dengan pengajaran seperti ini
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga pelu adanya revisi untuk
dilakukan pada siklus berikutnya: (1) Guru
perlu mendistribusikan waktu secara baik
dengan menambahkan informasi-informasi
yang dirasa perlu dan memberi catatan; (2)
Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi
siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan
tujuan pengajaran. Dimana siswa diajak
untuk terlibat langsung alam setiap kegiatan
yang akan dilakukan; (3) Guru harus lebih
terampil dan bersemangat dalam memotivasi
siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
Siklus II
Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
Refleksi
Pada tahap ini dikaji apa yang telah
terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan penggunaan alat peraga.
Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Selama proses
belajar mengajar guru telah melaksanakan
semua pengajaran dengan baik. Meskipun
ada beberapa aspek yang belum sempurna,
tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. (2) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. (3) Hasil belajar
siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal
9 Mei 2012 di Kelas V dengan jumlah siswa
24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga
keslah atau kekurangan pada siklus I tidak
terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai
Revisi Pelaksanaan
185
186
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
Pada siklus II guru telah menerapkan
penggunaan alat peraga dengan baik dan
dilihat dari aktiftas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak
diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang
perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan
agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan penggunaan alat
peraga dapat meningkatkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan pengajaran dapat
tercapai.
Pembahasan
Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
dari semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru
untuk menghadapi ujian akhir (ketuntasan
belajar meningkat dari sklus I dan II) yaitu
masing-masing 60,00% dan 90,00%. Pada
siklus II ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses penggunaan alat
peraga dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai ratarata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Aktivitas Guru
Pembelajaran
dan
Siswa
Dalam
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses penggunaan alat
peraga yang paling dominan adalah dengan
menggunakan
alat/media,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan
diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru.
Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa
dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk
aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah penggunaan
alat peraga dengan baik. Hal ini terlihat dari
aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa
dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran,
menjelaskan,
memberi
umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana persentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan test hasil belajar yang
merupakan hasil implementasi alat peraga
pada pokok bahasan bangun ruang di Kelas
V SD Negeri 3 Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran
2012/2013 dalam penelitian ini menunjukan
hasil positif. Hal ini dibuktikan dengan hasil
siklus I dengan nilai rata-rata 60.00% hasil
siklus II dengan hasil rata-rata 90.00%.
peneliti tidak perlu melanjutkan pada siklus
ke III karena pada siklus II ketuntasan belajar
telah tercapai.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh
dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar Matematika lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
maka disampaikan saran sebagai berikut: (1)
Penelitian ini hanya menggunakan subjek
penelitian yaitu siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten
Unik Maryani, Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Kemampuan ...
Trenggalek tahun pelajaran 2012/2013, sehingga perlu dikembangkan pula apakah positif terhadap subjek penelitian yang lain; (2)
Materi pelajaran yang dikembangkan dalam
187
penelitian ini adalah Luas Bangun Datar
khususnya pada operasinya, untuk itu perlu
adanya penelitian atau penerapan alat peraga
pada materi yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur
penelitian. Edisi Revisi IV, Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsini. 2002. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi ke
III, Jakarta : Bumi Aksara.
Boediono, Mega Teguh. Pembelajaran
Matematika Secara realistik di SLTP.
Makalah sajian pada seminar Nasional
Realistik
Matematika
Education
(RME) di jurusan Matematika FMIPA
UNESA Tanggal Februari 2001.
Darhim.
1993.
tentang
Media
pembelajaran,Workshop
Matematika,Jakarta Depdikbud.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. 2002. Diklat Guru
Matematika
SLTP.
Departemen
Pendidikan Nasional.
Hadi, Sutrisno. 1992. Metodologi Research.
Yogyakarta. Andi Offset.
Marsigit.(2001). ”Strategi Pembelajaran
Matematika “. Makalah. Yogyakarta:
Jurdik
Mustangin. 2002. Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika. Malang. FKIP jurusan
Matematika UNISMA.
Mustangin. 2002. Metodologi Penelitian.
Malang. FKIP Jurusan Matematika
UNISMA.
Mulyana, E. 200. Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung. PT. Remaja
Rusda Karya.
Prosiding Konferensi Nasional Matematika
XI bagian I. 2002
Rukmigarsari,
Etti.
2001.
Stastika
Pendidikan. Malang. FKIP Jurusan
Matematika UNISMA.
Sudjana.1999. Metode Statistika. Bandung.
Tarsito.
Sugiono. 1999. Stastika Untuk Penelitian.
Bandung. Alfa Beta.
Supardjo. 2003. Pelajaran Matematika
Gemar Berhitung SA. Solo. PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Suryanto,1988.Pembentukan Soal Dalam
Pembelajaran Matematika, Seminar
Nasional. Malang: PPs IKIP Malang.
Sumilih G,Guntur.2007. Materi Bahan
Diskusi
Tim
MMI(
motivator
Matematika
Indonesia).Surabaya:
LPMP Jawa Timur.
Tim Matematika. 2004. Cerdas Matematika
SA Jakarta. Yudistira.
187
Download