sifat iwi ruan( unckup w(k)1i pertanian

advertisement
1
BAB I
PERTANIAN HKAS INDONESIA
1.1. Ciri-ciri Pertanian Indonesia.
Negara kita terletak di daerah tropis, dekat garis khatulistiwa, sehingga hanya
ada dua musim yaitu musim rendg atau penghujan (November - Maret) dan musim
ketiga atau kemarau (April - Oktober). Di samping iklirn tropis masih ada faktor lain
yang memberi corak pertanian di Indonesia yaitu bentuknya sebagai kepulauan dan
topografinya yang bergunung-gunung.
Di samping itu pula, berkaitan dengan letaknya antara dua lautan besar (Lautan
Hindia dan Pasifik), serta dua benua (Asia dan Australia), juga mempengaruhi iklim
Indonesia terutama dalam perubaban arah angin dan daerah tekanan tinggi ke daerah
tekanan rendah. Bentuk permukaan tanah yang bergunung-gunung memungkinkan
adanya variasi suhu udara yang berbeda-beda pada suatu daerah tertentu, selain itu pula
tanah yang berasal dan gunung (berapi) sangat subur.
Secara geanografis peranan laut Indonesia sangat dipengaruhi oleh kedua
lautan dan benua di atas. Perairan darat sangat ditentukan oleh sungai, danau dan rawarawa. Jenis usaba perneliharaan ikan di kolam, waduk, sawah dan tambak sangat
tergantung pada persediaan air dan juga bentuk pantai yang landai. Perikanan ini
merupakan mata pencaharian pokok para nelayan. Penangkapan masih dilakukan
dengan cara-cara yang tradisional karena keterbatasan modal dan pengetahuan.
Meskipun tanaman-tanaman sub tropis dan tanaman iklim sedang seperti teh,
kupi, sayur-sayuran dan buah-buahan menjadi tanaman perdagangan utama bagi
Indonesia, tetapi tanaman iklim panas seperti padi, karet dan kopra merupakan basil
pertanian Indonesia yang penting.
2
Seperti dikemukakan di atas, bahwa negara kita beriklim panas, narnun
demikian negara kita mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Angka tertinggi
tercatat di Padang (3,846 mm) dan Muaratewe (3,588 mm) pada tahtn 1967 - 1970. Di
daerah yang bercurah hujan tinggi, hutannya sangat lebat.
Tabel 1.4 menunjukkan bahwa daerah yang mempunyat curah hujan yang
tinggi menpunyai areal hutan yang luas seperti Kalimantan, Sumatra dan Irian Jaya
yang meliputi 83 % (1974) dan luas hutan Indonesia. Sedangkan pada daerah yang
curah hujannya rendah seperti Jawa, Nusa Tenggara dan Maluku hanya 10 % dart luas
hutan di Indonesia.
Curah hujan dan kesuburan tanah mempengaruhi perkembangan jenis ternak di
Indonesia, demikian juga faktor kelembaban dan suhu udara. Di daerah-daerah basah
(super humid) seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya ditandai oleh adanya rawarawa, hutan lebat serta hanya mempinyai sedikit persediaan rumput-rumjiitan yang tidak
diusahakan oleh manusia. Kelembaban yang tinggi dan suhu yang rendah,
memungkinkan berkembangnya penyakit hewan menular seperti scabies, cacing hati
dan sebagainya. Dengan demikian populasi ternak di Sumatera, Kalimantan dan Irian
Jaya sangat j arang.
Sedang di daerah yang curah hujannya sedang dan rendah, ditandai oleh adanya
hutan yang kurang lebat dan padang sabana. Daerah seperti mi cocok untuk ternak sapi,
kerbau, kambing dan sejenisnya, tetapi mudahkan nienularnya berbagai penyakit hewan
seperti anthrax, surra dan lain-lain. Contoh daerah seperti ini adalah Indonesia bagian
timur seperti Nusa Tenggara dan Sulawesi.
3
Tabel 1.5 menunjukkan bahwa pulau Jawa dan Kalimantan, populasi ternaknya
relatif jarang (kurang lebih 20% dan populasi masing-masing ternak di Indonesia).
Demikian juga untuk unggas seperti ditunjukkan oleh Tabel 1.6.
Curah hujan bisa juga mempengaruhi jenis tanaman dan cara bercocok tanam.
Misalnya di Maluku di mana curah hujan cukup tinggi sehingga tanah menjadi kurus,
karena banyaknya bunga tanah (top soil) yang hanyut maka orang terpaksa memilih
jenis tanainan yang berakar panjang dan dalam seperti kelapa, pala dan cengkeh.
Di daerah-daerah yang curah hujannya merata, tanarnan padi kita jumpai.
Keadaan seperti ini terdapat di daerah Jawa Barat, atau Jawa pada umunnya. Sementara
di daerah-daerah yang kurang subur dan kering, seperti Gunung Kidul di Yogyakarta,
sistem bercocok tanam yang cocok adalah tumpang sari yaitu beberapa tanaman
ditanarn pada tanah yang sama pada waktu yang bersamaan, tetapi karena perbedaan
umur tanaman maka masa panennya berbeda.
Akhirnya faktor yang tidak kalah penting dalam pertanian adalah jenis tanah.
Jenis tanah di Indonesia pada umumnya ada tiga yaitu:
1. Tanah pengunungan berapi (vulkanis) yang umumnya sangat subur dengan
susunan tanah
yang baik.
2. Tanah aluvial yang subur .tetapi agak berat.
3. Tanah tersier yang kurang subur dan berat.
Tanah pertanian di Indonesia, menurut sensus pertanian 1983 sebagian besar
(69,85 %) adalah tanah kering,sedangkan sisaya tanah sawah. Di Jawa tanah kering
4
lebih separuh (53,92 %), sisanya sawah. Gambar situasi keseluruhan mengenai tanah
pertanian bisa dilihat pada table 1.7
1.2. Kedudukan Sektor Pertanian
Walaupun luas baku tanah pertanian hanya 23,5% (lihat Tabel 1.8) dari luas
seluruh daratan Indonesia, namun pertanian hingga kini masih merupakan soko guru
dari perekonomian rakyat Indonesia. Hal ini hisa ditunjukkan oleh banyaknya penduduk
atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dan produksi
nasional yang berasal. dari pertanian.
Catatan: - Angka dalam kurung persentase terhadap luas daratan
- Tanpa Timor Timur, Irian Jaya dan Maluku
Sumber: Sensus Pertanian 1983.
Sampai tahun 1980, masih lebih dari separuh penduduk yang bekerja di sektor
pertanian. Gambaran yarg lebih lengkap tentang jumlah pendi.xluk yang bekerja di
sektor pertanian bisa dilihat pada Tabel 1.9.
Pertanian bukan saja merupakan soko guru perekonomian rakyat Indonesia
tetapi juga merupakan sumber devisa negara, karena ekapor hasil pertanian juga
mempunyai arti yang cukup penting. Pada tahun 1981 ekspor pertanian secara
keseluruhan hanya sebesar 6,5 % dari nilai ekspor secara keseluruhan. Sebelumnya pada
tahun 1971 masih sebesar 47 % dari nilai ekspor keseluruhan dan masih lebih besar dan
nilai ekspor minyak yang sebesar 39 % dari nilat ekspor keseluruhan.
Dilihat dan suinhangannya terhadap Produk [kmiestik Bruto (PDB) pada tahun
1981 hanya menyumbang sebesar 29 %, ini menunjukkan bahwa pendapatan per kapita
5
penduduk sektor pertanian lebih rendah. Gambaran kanposisi sektor-sektor yang
menyumbang PDB bisa dilihat pada Tabel
Dari Tabel 1.10 dan 1.11 tampak bahwa peranan sektor pertanian makin lama
makin menurun, sedangkan industri dan pertambangan makin besar. Hal tersebut wajar
karena pada akhir-akhir ini masuknya investasi modal asing yang ditanamkan di
Indonesia relatif lebih banyak pada sektor industri dan pertambangan.
Sedangkan mengenai persentase sumbangan komoditi minyak yang sangat
tinggi ini dtsebabkan oleh oil boom pada tahin 1973 sebagai akibat dari embargo
minyak negara-negara Arab terhadap negara-negara industi. Harga minyak dunia naik,
dan negara kita “kecitpratan’ rezeki sehingga meningkatkan nilai ekspor dari basil
minyak tersebut.
Tetapi sumbangan dan sektor minyak tersebut tidak akan “langgeng” karena
minyak bukan merupakan sumber yang dapat diperbaharui. Sehingga pengeksploitasian
yang terus menerus terhadap minyak ini, akhirnya akan habis. Keadati ini berlawanan
dengan sumber kehutanan yang bisa diperbaharui. Sumber-sumber kehutanan tidak akan
kunjung kering, ia akan selalu ada sepanjang masa asal dikelola dengan baik.
6
BAB II
LANDASAN EKONOMI PERTANIAN
2.1. Perkembangan Pertanian
Sejalan dengan perkembangan zaman, telah banyak ilmu-ilmu baru yang
timbul sebagai cabang dari induk-nya. Di dalam ilmu ekonomi umum, tercatat beberapa
cabang ilmu baru seperti: ekonomi perkotaan, ilmu ekonomi lingkungan, ekonomi
sumber daya, ekonomi pertanian, dan lain-lain. Salah satunya adalah ilmu ekonorni
pertanian.
Mulanya ilmu ekonomi pertanian ini berkembang di Eropa pada akhir abad ke19. Di Jerman, ada seorang dokter yang menyukai ilmu ekonomi dan pertanian,
namanya Albrecht Thaer (1752-1828). Menurut Thaer, ilmu pertanian itu terdiri dari
ilmu dasar, ekonomi, agronomi, pertanian, bercocok tanam dan peternakan. Dia
mempunyai sebuah perusahaan, dan herda sarkan penjalanan dan penelitiannya pada
peruahaannya tesebutt, Thaer menyusun sebuab buku yang merupakan pedoman dan
pokok pangkal dari ilmu pertanian.
Selain sebagai. dokter dan penulis, Thaer juga mengajar tentang pertanian.
Pelajaran pertanian tersebut diberikannya di perusahaannya di desa Celle dekat
Hannover. Pelajaran-pelajaran tersebut sangat luas, baik yang bersifat teknis maupun
sosial ekonomis. Sayangnya pelajaran yang berifat sosial ekonomis itu dianaktirikan
oleh para ahli pertanian. hal tersebut terjadi kar’na pengaruh .Justus von Liebig (1840),
bapak ilmu kimia tanah. Liebig mengatakan!! bahwa segala sesuatu dalam pertanian
akan dapat dipecahkan dengan dalil—dalil. dan ilmu yang diciptakannya sendiri.
Ternyata pendapat Liebig tersebut salah. Ini dibuktikan oleb Von der goltz yang
menulis buku “Handbuch der Landwirtschaftlichen Betriebs Lehre” pada tahun 1885.
7
Karena ini, menurut Kaslan Tohir, Von Goltz bias dilianggap sebagai hapak atau
“penggubah” ilmu ekonomi pertanian.
DI Amerika Serikat, mata kuliah Rural Fconomics pertaima kali dikuliahkan
pada tahun 1892 di Universitas Ohio. Kernudian pada tahun 1901 dan 1903 dikenalkan
masing-masing Economies of Agilture dan Farm Managrnent di Universitas Cornell.
Sejak tahun 1910 hoberapa universitas di Arinrika Serikat sudnh memberikan kuliahkuliah yang teratur dalam Agricultural Economics.
Di Indonosia mata kuliah ekonomi pertanian pertamakali diberikan oleh para
guru besar ilmu Pertartian pada fakultas-fakultas Pertanian. Oleh karena itu mata kuliah
ini merupakan “aspek sosial ekonomi” dart ilmu pertanan, sejalan dengan
perkembangan sebelumnya di eropa. Bapak— bapak ilmu ‘konorni perranian di
lndonesta adnl.ah Profesor Iso Reksohadiprodjo dan Profesor Teko Sumodiwirjo yang
memberikan kuliah pada Faku1tas Pertanian Institut Portanian Bogor (dahulu
Univversitas Indonesia) dan Universitas Gajahmada mulai tahun 1950.
1.2. Sifat Ekonomi Pentanian
Dari gambaran ringkas di atas, dapatlah diketahui bahwa ilmu eknomi
pertanian pada mulanya merupakan salah satu cabang dari ilmu pertanian yang
menyangkut aspek-aspek sosial ekonomi dan persoalan yang dipelajari ilmu pertanian.
Sehingga hubungan antara ilmu ekonomi pertanian dengan ilmu ekonorni umum sangat
erat, karena dasar-dasar yang digunakan ilmu ekonomi pertanian berawal dan ilmu
ekonomi umum.
Sesuai dengan perkembangan penerapannya di Indonesia, ilmu ekonomi
pertanian bisa ditinjau dan dua titik pandang. Pertama, seperti telah dikemukakan di
atas, bahwa ilmu ekonomi pertanian pada mulanya merupakan cabang dari Ilmu
8
pertanian. Ilmu ekonomi pertanian yang demikian.dipelajari oleh dan diberikan kepada
para mahasiswa Fakultas Pertanian. Sehingga banyak rnahasiswa fakultas tersebut yang
memilih jurusan ekonorni. pértanian dengan harapan kelak akan mendapat jabatan yang
berhubungan dengan masalah-masalah sosial ekonomi pertantan. Kemudian hagian ini
bercabang menjadi. dua yaitu ,ilrnu ekonomi pertanian dan ilmu sosiologi pedesaan.
Aspek sosial. ekonomi dan perilaku petani menjadi pusat perhatian rnahasiswa
pertanian ini.
Kedua, bagi para mahasiswa fakultas ekonomi,
ilmu ekonomi pertanian
mernpunyai ciri dan tekanan yang agak herbeda. Ilmu ini bagi mereka merupakan ilmu
ekonomi yang diterapkan pada bidang pertanian. Para mahasiswa, dengan dasar-dasar
teori ekonorni mikro dan makro serta perangkat analisis lainnya (akuntansi, statisti.ka,
matematika dan eknnometrika), mempelajari penerapan segala teori-teori ekonorni pada
masa— lah-masalah pertanian, hubungan-hubungan ekonominya serta implikasinya
bagi perekonomian nasional.
Ilmu Ekonorni Pertanian ini, menurut Profesor Mubyarto, mencakup analisis
ekonomi dart proses (teknts) prjst dan hubungan-hubungan sosial di dal.am proses
produksi pertanian, hubungan antara factor faktor p’roduksi, antara faktor produksi dan
hasil
produksi
dan antara beberapa hasil produksi dalam suatu proses produksi.
Analisis ini dikenal sebagai analisis ilinu ekonomi mikro.
Di samping itu, ilmu ekonomi pertani an harus rnengarahkan mahasiswa agar
mampu menganlisis, menginterpretasikan, dan rnenghubungkan persoalan-persoalan
ekonomi seperti masalah pendapatan nasional, konsumsi, investasi, lapangan keradan
pernbanginan ekonomi Itulah sebalnya mengapa ilmu ekonomi umum (teori ekonomi)
merupakan salah satu alatnya yang utama di samping statistika, matematika dan logika
9
yang sangat diperlukan untuk menganalisis dan menginterpretasikan data-data
kuantitatif.
Melihat gambaran sejarah, perkembarigan dan penerapannya, Ilmu ekonomi
pertanian di Indonesia akan berkembang den haru.s dikembangkan sebagai suatu cabang
ilmu kemasyarakatan yang penting yang akan merupakan alat analisis ilmiah untul’
membahas dan menclalami pensoalanpersoalan yang timbul dalarn hidang pertanian,
pernbangunan pertanian dan pembangunan ekonorni Indonesia pada umumnya.
1.3. Definisi Ekonomi Pertanian
Sudah dikemukakan sebelumnya bahwa ilmu ekonomi pertanian berguna untuk
menemukan hubungan ekonomi antara sebab dan aktbat dari semua persoalan di dalam
pertanian, termasuk perilaku dan upaya serta hubungan-hubungan antar manusia.
Oleh.karenanya ilmu ini dikelompokkan ke dalam ilmu-ilmu kemasyarakatan (social
sciences).
Perilaku yang dipelajari bukan hanya perilaku manusia secara sempit seperti
perilaku petani dalam kehidupan pertantannya, tetapt mencakup persoalan ekonomi
lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi,
pemasaran, konsumsi petani atau keloinpok-kelompok tani. O1eh karena itu ilmu
ekonomi pertanian juga menggunakan analisis ekonomi perusahaan pengolahan hasil
pertanian, perdagangan internasional hasil-hasil pertanian, kebijaksanaan pertanian,
hukum-hukum dan hak-hak pertanahan.
Akhirnya, menurut Profesor Mubyarto, ilmu ekononil pertanian dapatlah
didefinisikan sebagal bagian dari ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomenafenomena yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro.
10
BAB II
PERSOALAN-PERSOALAN PERTANIAN
2.1. Perbedaan Waktu antara Penerimaan
Para petani menghadapi persoalan yang banyak sekali, haik yang berkaitan
langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya, maupun persoalan
yang dihadapi dalarn kehidupannya sehari-hari. Bagi para petani, pertanian sudah
merupakan bagian dan hidupnya, bahkan sudah merupakan cara hidupnya (way of life).
Sudah manunggal di dalam dirinya, sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja yang
memegang peranan penting sebagai dasar pertimbangan petani dalam bertindak. Tetapi
aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan serta aspek-aspek
tradisi juga memegang peranan penting. Hal ini bisa kita lihat pada upacara-upacara
tertentu yang diadakan petani dalam menghadapi musim tanam atau musim panen di
daerah-daerah tertentu merupakan bukti bahwa aspek kepercayaan dan aspek tradisi
masih perlu diperhitungkan, dan masih banyak contoh-contoh lain.
Meskipun demikian, dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya produksi
petani dan tingkat harga yang diterima petani untuk hasil produksinya merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani, demikian menurut Profesor
Mubyarto. Keinginan dan dorongan untuk mendapatkan hasil yang banyak tentu saja
ada dalam diri petani, karena rnerekapun ingin hidup layak dan hasil pertanian mereka.
Kalau bisa, para petani ingin cepat berproduksi, menjual hasil pertaniannya tersebut
dengan harga yang layak dan kemudian mendapatkan hasil.
Tetapi kenyataannya, di dalam pertanian ada jarak waktu (gap) antara
pengeluaran yang harus diadakan para petani dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak
waktu ini dikenal dengan istilah gestation period, yang dalam pertanian sangat hesar
11
dibanding bidang industri. Hal ini merupakan salah satu perbedaan antara persoalanpersolan ekonomi pertanian dengan persoalan ekonomi di luar pertanian.
Di bidang industri, sekali produksi telah berjalan maka penerimaan dari
penjualan akan didapat setiap hari sebagairnana lakunya hasil produksi. Di dalam
pertanian tidak demikian halnya, kecuali bagi pentani kayu di hutan, atau nelayan atan
pemburu, yang hisa menghasillcan penerimaan secara langsung. Petani pada
usahataninya, mereka harus menunggu sekitar 5-6 bulan sehelum panennya dijual.
Bahkan perkebunan besar seperti pekebunan karet atau cengkeh, gestation period-nya
sangat besar. Jadi penerimaan tidak langsung bisa diterima seketika.
Tanaman musiman bahan makanan seperti padi, jagung, kacang-kacangan
mempunyai masalah yang sangat menarik. Tanaman yang hersifat musiman ini pada
musim panen (dengan asumsi keadaan pasar normal) harganya relatif rendah, sedangkan
pada musim paceklik harganya relatif tinggi.
Perbedaan antara rnusim panen dan rnusim paceklik mi cukup menyolok,
misalnya padi di Jawa Barat dimana hampir dua pertiga seluruh panen padi ditanam
sekita bulan November - Januari dan dipanen pada bulan April - Juni. Gambaran
perkembangan harga musiman untuk padi di Jawa Barat dapat dilihat pada Grafik
12
Jadi masalah fluktuasi harga hasil-hasil pertanian yang disebabkan oleh adanya
fluktuasi musirnan merupakan fenomena yang biasa dalam kehidupan ekonomi
pertanian.
Untuk
mengatasi
persoalan-persoalan
dernikian
maka
salah
satu
kebijaksanaan pertanian adalah mengusahakan stabilisasi harga, karena fluktuasi harga
yang terlalu besar akan merupakan penghambat pembangunan pertanian.
Dari gambaran-gambaran yang dikemukakan di atas, kita bisa rnengetahui
bahwa ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan pola penerirnaan pendapatan
dan pengeluarannya. Petani hanya menerirna pendapatan pada setiap musim panen,
sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari atau kadang-kadang dalam waktu
yang sangat mendesak sebelurn panen tiba.
2.2. Tekanan penduduk
Persoalan yang lebih nyata lagi dalarn ekonomi petanian adalah rnasalah yang
rnenyangkut hubungan antara pernbangunan pertanian dan jumlah penduduk. Sejak
akhir abad ke- 19 sudah di sadari bahwa masalah kependudukan ini begitu penting.
Pada tahun 1888, Thomas Robert Malthus menerbitkan bukunya yang terkenal tentang
masalah penduduk dan masalah pemenuhan kebutuhan manusia akan bahan pangan.
Menurut Malthus, penduduk bertarnbah lebih cepat daripada pertambahan produksi
pangan, karena penduduk turnbuh menurut deret ukur sedangkan bahan pangan tumbuh
menurut deret hitung.
Diceritakan oleh D.H. Penny (seorang ekonom pertanian) bahwa masalah
penduduk di Indonesia terutaina di Jawa dan Bali banyak mendapat perhatian para ahli.
Di Jawa masalah kelebihan penduluk sudah terjadi sejak awal abad ke-19. Hal mi
terlihat dart laporan-laporan yang dibuat pejabat pemerintah kolonial Belanda waktu itu.
Misalnya Nederburgh melaporkan bahwa di Jawa telah terdapat banyak penganggur.
13
Laporan ini sejalan dengan laporan Engeihart pada tahun 1818 yang mengacakan bahwa
daerah kekuasaannya di Jawa bagian utara sawah-sawah telah ditanami lebih dan sekali
dalam setahun karena produksi pertanian tidak mencukupi kebutuhan pangan
penduduknya. Pada tahun 1827, du Bus melaporkan pula kepada pemerintah Hindia
Belanda bahwa di desa-desa di Jawa banyak tenaga kerja yang tidak terserap dalam
bidang pertanian.
Jika dilihat dan jumlah penduduk, negara kita adalah negara terbesar nomor 5
di dunia dengan jumlah penduduk hampir 150 juta juta pada tahun 1980. Malangnya,
selama bertahun-tahun kita merupakan pengimpor bahan pangan terbesar di dunia,
karena hasil pertanian kita tidak inencukupi untuk mnberi wakan manusia sebanyak itu.
Tetapi masalah penduduk di indonesia sebenarnya lebih rumit dan itu. Bukan
hanya penyebaran penduduk yang tidak merata seperti anggapan pemerintah sebeluni
tahun 1967, t:etapi juga karena laju pertumbuhan penduduk yang terlampau cepat.
Justru yang terakhir inilah, demikian menurut pendapat Ida Bagus Mantra seorang ahli
kependudukan, yang merupakan sumber dan adanya masalah kependudukan, sosial, dan
ekonoini di Indonesia.
Faktor utama yang mempengaruhi tingginya laju pertumbuhan penduduk ini
adalah tingginya angka kelahiran, sedangkan angka kematian menurun. Menurunnya
angka kematian disebabkan oleh kemajuan kesehatan dan sanitasi. Tingkat pertumbuhan
penduduk Indonesia adaah 2,32% pada tahun 1980.
Berdasarkan luas daerahnya, maka pulau Jawa - Madura yang luasnya kurang
lebih 7 % dan luas indonesia dan DKI Jakarta hanya 0,03 % dari. luas Indonesia.
Sebaliknya penduduk Indonesia yang berdiam di Jawa - Madura ± 62 % dan 4,4 %
14
berada di Jakarta (1980). Dengan demikian kepadatan penduduk di Jawa - Madura
tertinggi untuk Indonesia (690 jiwa per km persegi).
Sumber: Sensus Penduduk 1980
Dari hasil Sensus Penduduk 1980 tampak bahwa Indonesia mempunyai
penduduk dengan struktur umur muda, baik di daerah kota maupun di pedesaan. Hal itu
ditunjukkan oleh bagian terbesar penduduk adalah berusia muda. Sedangkan golongan
yang tidak produktif (umur 0 - 14 dan 65 + ) mencapai kurarig lebih 0,03 %. Dengan
demikian tingkat ketergantungan (dependency ratio) tinggi. Tingginya tingkat
ketergantungan ini merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena
sebagian dan pendapatán yang diperoleh, yang sebenarnya harus ditabung untuk
kemudian diinvestasikan lagi bagi pembangunan ekonomi, terpaksa harus di keluarkan
untuk keperluan sandang dan pangan bagi mereka yang merupakan beban pemeliharaan
penduduk itu.
Penyebaran penduduk yang tidak seimbang menarik perhatian para ahli,
sehingga timbul pemikiran tentang transmigrasi penduduk dari Jawa keluar Jawa.
Penyebaran yang lebih merata dianggap akan lebih menguntungkan sebab akan dapat
15
menyelesaikan dua masalah kekurangan tenaga kerja di luar Jawa dan masalah tekanan
penduduk di Jawa.
Menurut Ida Bagus Mantra, ditinjau dan aspek kependudukan pengalaman
transmigrasi ini kurang mepunyai arti penting dalam usàha meringankan tekanan
penduduk di Jawa - Madura. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, selama 25
tahun pertama berlangsungnya program ini, jumlah penduduk yang dapat dipindahkan
hanya sekitar 1,5 % dari jumlah tambahan penduduknya tiap tahun. Selama Pelita I dan
II, jumlah yang dapat dipindahkan sebesar 210.501 dan 240.455, sedangkan pada Pelita
LII seki tar 500.000.
Jika ditinjau dari sudut eknomi pertanian, menurut Sri Edi Swasono yang
dikutip Mubyarto, persoalan penduduk bisa dilihat dari tanda-tanda sebagai berikut:
1. Persediaan tanah pertanian yang makin kecil
2. Produksi bahan makanan per jiwa yang terus menurun
3. Bertambahnya pengangguran
4. Memburuknya hubungan pemilik tanah dan bertarnhahnya hutang-hutang
pertanian.
Sebenarnya kelebihan penduduk paling terasa di pedesaan. Di daerah-daerah
tertentu seperti. di pedesaan sekitar Yogyakarta penduduknya sangat padat, sementara di
daerah-daerah lain tidak sepadat di daerah tersebut. Menurut Mubyarto, persoalan
penduduk seperti ini kemungkinan besar bisa diatasi dengan intensifikasi pertanian dan
industrialisasi yang bisa membantu rnenyediakan tambahan lapangan kerja.
Program Keluarga Berencana yang dimulai sejak tahun 1969 juga berusaha
untuk memecahkan masalah penduduk. Secara makro, tujuan KB adalah mengendalikan
16
tingkat kelahiran, sedangkan secara mikro hertujuan meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak serta keluarga pada umumnya.
Dengan demikian maka masalah penduduk bukan semata-mata merupakan
masalah perbandingan jumlah kelahiran dan jumlah produksi bahan makanan
(Malthusian), masalah pertumbuhan dan penyebaran penduduk, masalah Keluarga
Berencana, atau masalah kesehatan dan gizi, tetapi merupakan gabungan keseluruhan
persoalan kehidupan petani sehari-hari.
2.3. Hukum Kenaikan Produksi
2.4. Digues in Eployment.
17
BAB III
PENGERTIAN FAKTOR PROUKSI
3.1. Pengertian Faktor Produksi
Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan berbagai barang. dan jasa.
Misalnya kita makan nasi dan makanan-makanan lainnya, memakai pakaian,
mendapatkan pendidikan, membaca buku-buku dan majalah-majalah dan sebagainya
untuk mengembangkan dan menikmati kehidupan lahir dan batin. Barang dan jasa yang
kita gunakan itu dihasilkan oleh orang lain, atau mungkin juga oleh kita sendiri. Padi,
sayur-sayuran dan buah-buahan dihasilkan oleh para petani di daerah pedesaan.
Pakaian, buku-buku dan majalah-majalah, mungkin dihasilkan oleh para pekerja di luar
kita.
Orang yang menghasilkan, juga dikatakan memproduksikan barangbarang dan
jasa itu disebut produsen. Sedangkan orang yang memakainya juga dikatakan
mengkonsumsinya, disebut konsumen. Tanpa produsen, tidak akan ada barang-barang
dan jasa yang bisa dikonsumsi oleh konsuinen, sebaliknya tanpa konsumen tidak akan
ada barang dan jasa yang perlu diproduksikan. Dalam kehidupan kelangsungan
kehidupan kita, hubungan imbal balik antara produsen dan konsumen di atas harus tetap
berlangsung. Produsen harus berusaha terus agar mempunyai konsumen untuk barangbarang dan jasa yang dihasilkannya, sedangkan konsurnen harus berusaha agar tetap ada
produsen yang menghasilkan barang-barang dan jasa yang dibutuhkannya.
Telah dikemukakan di atas istilah-istilah memproduksikan, diproduksikan, dan
produsen, yang di dapatkan dan kata produksi. Produksi bisa mernpunyai pengertian
tehnis dan ekonomis. Secara tehnis, produksi berarti proses mengkombinasikan barang-
18
barang dan tenaga yang ada. Misalnya dengan sebidang tanah dan sejumlah modal dan
tenaga kerja, kita bisa menghasilkan padi atau singkong.
Secara ekonomis, produksi berarti suatu proses yang menciptakan atau
menambah nilat, guna, atau manfaat barn. Seorang petani menanani biji mangga,
kemudian tumbuh menjadi pohon yang berbuah mangga, petani ini telah menciptakan
atau menambah guna bentuk (form utility). Seorang pedagang membeli beras pada
waktu panen, kemu1ian disimpannya untuk dijual pada musim páceklik, dia telah
menciptakan apa yang dinarnakan guna waktu (time utility). Sebuah perusahaan
angkutan membawa barang-barang hasil pertanian dari daerah pedesaan ke daerah
perkotaan, dia telah menciptakan apa yang disebut guna tempait . Di samping tiga
macam guna itu orang-orang membedakan lagi apa yang dinamakan guna pemilikan
(possession utility), yaitu guna yang diciptakan karena memiliki suatu barang. atau
karena perpindahan milik atas suatu barang. Misalnya tanah yang di miliki seseorang
pada mulanya tidak ada gunanya bagi pemiliknya, tetapi setelah dimiliki orang lain
gunanya besar sekali karena mempunyai sesuatu sitat di dalamnya yang tidak
dibutuhkan pernilik semula. Tetapi guna jenis ini masih diperdebatkan orang. Jadi
produksi adalah proses untuk menciptakan dan menambahkan nilai, manfaat atau guna
yang tersebut di atas.
Jadi produksi dengan pengertian teknis sering dinamakan produkai dalam arti
sempit, sedangkan dalam pengertian ekonomis produksi dalarn arti luas.
Barang-barang dan tenaga kerja yang digunakan untuk mengkombinasikan
harang-barang baru dalam suatu proses produksi disebut faktor-faktor produksi. Faktorfaktor produksi ini bisa dikelompokkan ke dalarn empat kelornpok yaitu alam (tanah),
tenaga kerja, modal dan kemampuan mengelola (managerial skill). Alam (tanah) dan
19
tenaga kerja diangap sebagai faktor produsi asli, sedang modal merupakan faktor
produksi yang bisa didapatkan dari
alam
(tanah) dan tenaga kerja. Kemampuan
mengelola adalah kemampuan mengelola alam, tenaga kerja dan modal yang dipandang
melekat (inheren) pada proses produksi itu sendiri. Oleh karena itu ada beberapa ahli
yang menganggap bahwa sesungguhnya kemampuan mengelola itu tidak perlu
dimasukkan dalam faktor produksi. Tetapi sekarang ini para ahli telah sepakat untuk
memasukkan faktor terakhir itu sehagai salah satu faktor proouksi, karena tingkat
kemampuan pengelola akan berpengaruh dalam proses produksi.
3.2. Tanah (Soil)
Dalam modul 1 telah dikemukakan bahwa alarn sangat hesar pengaruhnya
terhadap pertanian. Diantara sekian banyak faktor alam seperti iklim, tanah dan
sebagaiñya, inaka tanah adalah satu faktor produksi terpencing di dalain pertanian. Hl
mi bisa dihuktikan dengan besarnya balas jasa yang diterima oleh tañh dibandingkan
faktor-faktor produksi lainnya.
Bahwa tanah merupaIln satu fa, duksi seperti ialnya modal dan dan
tinggirendahnya balasjasa (sewa bagi hash) yang sesuaidetganpriiiItaan dan penawaran
tanah itu dalam masyarakat dan daerah tertentu, demikian rnenurut Prof esor Mubyarto.
Dalam suatu daerah yang penduiuknya sangat padat dimana jumlah petani penyakap
yang memenlukan tanah garapan jauh lebih besar dan pada persediaan tanah yang ada,
maka pemilik tanah dapat menetapkan syarat— syarat yang lebih berat hila
ciihandingkan dengan daerah dimana persediaan tanah garapan masih lebih luas.
Menurut Kaslan Tohir, ada kemungkinan pemilik tanah akan memilih
menyakapkan tanahnya pada petani yang sanggup menawarkáh bagi hasil yang lebih
menguntungkan dan juga pemilik akan memilih petani penyakap yang lebih raj in dan
20
lehih menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan tanah. Jelas nampak bahwa tanah
tidak berbeda dengan modal biasa, yang selalu dicarikan hasil yang tertinggi oleh
pemiliknya. Jadi tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa tanah bukan faktor
produksi hanya karena tidak banyak terjadi jcial-beli dan pemindahan hak milik tanah.
Jika kita ingin menela’ah tanah sebagai faktor produksi di dalam pertanian,
maka ada beberapa hal yang hanis kita perhatikan antara lain kedudukan tanah dalarn
cabang-cabang produksi dan sifat tanah sebagai fakior produksi dibarxtingkan dengan
faktor produksi yang lainnya.
Dalam usaha industri dan keraj man k&lixlukan tanah agak benlainan dengan
pertanian. Industni dan keraj man adalah kegiatan membuat atau meningkatkan
barang—barang yang sndah ada menj ad i barang-barang baru. Oleh karena itu
pelaksanaan usaha produksi di lapangan industri dan keraj man kurang tergantung pada
keadaan tanah. Dalani perdagangan dan angkutan kedudukan tanah pengaruhnya amat
kecil. Sedangkan bagi pertanian, terutama bagi para petani jawa, tanah adalah
“segalanya” dan mereka rela mempertaruhkan j iwa dan raganya deini tanahnya.
Seclangkan jika kita membandingkan sifat tanah sebagai faktor produksi dengan faktorfaktor produksi lainnya akan tampak beberapa perbedaan. Pertama, luas tanah yang
digunakan untuk pertanian pada hakekatnya terbatas. Artinya penambahan luas tanah
untuk meningkatkan has ii pertanian lebih terbatas dart pala penambahan faktor-faktor
produksi lainnya.
Kedua, sebagat faktor produksi, tanah “lebih tahan” dan pada faktor-faktor
produksi lainnya. Dengan kata lain, di dalam produksi, tanah mempunyat umur yang
panjang karena tanah tidak dikenakan penyusutan (depres ias i). Sedangkan faktor-
21
faktor produks i lainnya, terutama mesin-mesin dan gedung-gedung dan sebagainya,
penyusutan (depresiasi) perlu untuk diperhitungkan.
Selain dan itu, perlu diingat bahwa kelangsungan hidup tanah bisa
dipertahankan dengan pemeliharaan yang baik, seperti pemupukan, pergiliran tanaman,
pengolahan tanah dan sebagainya. Sedangkan faktor produksi lainnya, betapapun
baiknya pemeliharaan, akhirnya harus di ganti juga. Masalah pemeliharaan tanah
(konservasi tanah) akan kita bahas lebih khusus pada bagian akhir Kegiatan Belajar 2.
Sedangkan sifat ketiga dan tanah sebagai faktor produksi adalah bahwa tanah
tidak bisa digerakkan/dipindahkan (tidak punya mobilitas). Senentara itu faktor-faktor
produksi lainnya bisa dipiridah-pindahkan.
Sebagat faktor produksi, tanah juga mendapat bagian dart has ii produksi
karena jasanya dalam produksi itu. Pembayaran atas jasa produksi inf disebut sewa
tanah (rent). DavidRicardo, seorang ekonom Inggris, terkenal dengan teorinya mengenai
sewa tanah diferensial. Dia menunjukkan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah
disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi sewa
tanah.
Kalau sewa tanah diferensial disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah,
maka faktor yang mula-mula rnenyebabkan sewa tanah itu hat-us di bayar adalah karena
tanah itu persediaannya terbatas. Hal tnt sesuai dengan sifat tanah yang telah dijelaskan
sebelumnya. Syarat untuk adanya tanah semacam tnt alth tanah hat-us homogen,
mutunya harus sama dan karena timbulnya sebagai akibat dart kelangkaan maka disebut
scarcity rent
Yang menjadi masalah, balk pada differential rent maupun scarcity rent adalah
bertarnbahnya
pendixiuk
yang
memerlukan
tanah.
Perkembangan
ekonomi
22
menyebabkan kebutuhan manusia akan tanah sémakin tdak terbatas, baik untuk
memproduksikan sancang-pangan maupun untuk perurnahan dan industri. Sehingga
persoalan sewa tanah menjadi lebih sulit. Sewa tanah tidak lagi ditentukan oleh faktor
kelangkaan dan kesuburan saja, tetapi juga oleh harga-harga komoditi yang
diproduksikan dan pembayaran-pembayaran untuk keperluan lain.
Akhirnya, perkembangan jumlah pemilik akan terus menaikkan nilai tanah dan
tidak mungkin turun, karena tanah adalah satu-satunya faktor produksi yang tidak dapat
dibuat oleh manusia.
Keterbatasan persediaan tanah sebagai faktor produksi dalam pertanian
menimbulkan berbagai masalah penting, antara lain:
a) Hubugan antara pemilik dan penggarap tanah.
Sebagai akibat dan pertambahan pendtiiuk yang terus-menerus, maka
hubungan antara seorang pemilik tanah dan penggarap makin larna i1iakin rurnit. Petani
penggarap yang semakin banyak berebutan mencani tanah garapan. Keadaan mi
menyebabkan kedudukan petani penggarap semakin lnah.
Di dalam Undang-udang Polcok Bagi Hasil (UUPBH) yang diberlakukan sejak
1960 telahdiramalkan keadaan-keadaan mi dan dianjurkan agar perjanjian bagi hasil
diadakan secara tertulis untuk menjaga agar:
1. ada jaminan dalam hal waktu penyakapan
2. dapat ditentukan secara lebih jelas dan tugas kewajiban masing masing fihak
sehinggapenyakap dapat terdorong untuk tnengadakan investasi.
3. agar pembagian hasil dapat hers ifat adil, tidak ada fihak-fihak yang merasa
dirugikan.
23
Di dalam kenyataan, terutama di jawa perjanjian tertulis itu belum banyak
dilaksanakan. Baik Fihak pemilik maupun penyakap masih lehih suka memandang
hubungan mi sebagai hubungan kekeluargaan bukan hubungan yang bersifat
perusahaan. Sementara itu di Bali mulat ada perjanjian-perjanjian tertulis walaupun
jumlahnya masih seclikit.
Menurut Mubyarto, salah satu kelemahan UPPBH adalah ketentuan yang tidak
jelas dalam pembebanan biaya. Dalarn. petunjuk pelaksanaan uu mi yang diinaksudkan
hasil tanah adalah hasil bersib yaitu has ii kotor setelah dikurangi biaya untuk bibit,
pupuk, ternak serta biaya untuk menanam dan panen. Biaya-biaya tersebut diambilkan
dan hasil kotor dan dihenikan kepada pemilik atau penggarap yang uiemberikan
persekot itu tanpa bunga. Walaupun ketentuan detnikian oleh penyusun undang-undang
diartikan sebagai pembebanan bersama masingmasing seperdua dan biaya.-biaya yang
harus dikeluarkan, namun kenyataannya meinberat kan petani penyakap.
Bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pembebasan biaya sebenarnya bisa
rnerugikan petani penyakap dapat di lihat pada kenyataan bahwa kebiasaan setempat
kebanyakan menentukan bahwa penggaraplah yang menanggung biaya-biaya tersebut,
sedangkan pemilik hanya berkewajiban membayar pajak tanah (Ipeda).
Namun demikian, walaupun perjanjian bgi hasil, itu tidak tertulis, kedulukan
penggarap tidak di pihak yang lemah. Dan pene].itian Profesor
Ace Partadiredja ditunjukkan bahwa hasH dan suatu survey aLas 74 petani
yang menjalankan bagi hasil, 15 orang (21%) mengatakan isi perjanjian ditentukan
secara bersama-sama sedangkan 53 orang (73%) menyatakan isi perjanjian ditentukan
oleh adat kebiasaan setempat dan berarti persesuaian pendapat yang sixlah turun
temurun antara pernilik tanah dan penggarap.
24
Lebih jaub lagi, menurut penelitian Bachtiar Rivai (1958), seorang ekwiotn
pertanian, golongan petani penyakap (penggarap) mi bahkan mempunyai tingkat
kemakmuran yang lebih tinggi dan lebih stabil dan pada golongan petani pernilik tanah.
Hal mi disebabkan oleh karena golongan petani penyakap (penggarap) semata-mata
menggantungkan penghidupannya pada tanah sakapannya sehingga ia akan lebih giat
mengerj akan tanah sakapannya supaya ticlak mengecewakan pem ilik tanab.
Mengenai pembebasan biaya terhadap penyakap, bisa dilihat pada tabel 2.1.
Tabel itu menunjukkan hahwa sebagian besar petani pemilik menanggung sepenuhnya
beban ipeda. Sementara petani penyakap sebagian besar menanggung heban untuk
pembel ian saprod i, bibit dan tenaga kerj a serta ternak.
Pembagian hasil nampak sekali berkaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah.
Kalau tanahnya sangat subur maka pemilik menerima bagian hasil yang lebih (kadangkadang sampai dua pertiga dan hasil bersih), deniikian pula sebaLiknya. Ketentuan
seperti ml rnerupakan pedoman dalam pembagian has ii tanainan palawija di sawah dan
tanaman lain-lain di tanah kering. Tetapi pada umumnya sistem maro (seperdua pemilik
tanah, seperdiia penyakap) paling umum dipakai dalam perjanjian bagi hasil.
Jenis bagi hasil dan jenis beban yang di tanggung petani penyakap, desa di
jawa PBB, Iuran Air P3A Mitra Cai, saprodi, bibit, tenaga kerja, pembagian hasilny
adalah : 1) Maro: 50% hash untuk penggarap dan 50% untuk pemilik sawah.
2) Mertelu: 67% untuk penggarap dan 33% tintuk pemilik sawab. (Jadi bukan
sebaliknya seperti yang dahulu banyak berlaku di Jawa). Tapi pada kenyataannya di
masing-masing daerah, pembagan tersebut disesuaikan dengan perjanjian atau
berdasarkan kebiasaan umum yang berlaku di tempat tersebut.
25
Sesuai dengan perkembangan usaha tani, maka semakin hanyak sumbangan
modal terhadap produksi, dan sumbangan tanah relatif semakin mengecil. Namun
demikian tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang tinggi di negara kita atau
tetap mendudukkaii peranan faktor produksi tanah dalam kedudukan yang terpenting.
b. Perpecahan dan perpencaran tanah
Masalah perpecaban (division) dan perpencaran tanah (fragmentation)
berpengaruh 1.angsung terhadap efisiensi produksi usaha tani. di. Indonesia. Perpecahan
tanah adalah peinbagian mtltk seseorang ice dalam bidang atau petak-petak kecil, untuk
diberikan kepada ahli warts pemiltk tanah. dnka perencaran tanah adalah
kenyatanadanya sebuah usahalEani (di bawah satu managernen) yang terdirt atas bejapa
b4pgyng serak-serak.
Masalah perpecahan tanah Indonesia mengaktbatkan pem t Likan tanah
semakin semptt. Sernakin banyak penduduk yang memtlikt tanah yang sempit (kurang
dart 0,5 ha). Menurut Sensus Penduduk 1980, ada 11.027.653 rumah tangga tani (63,1
persen) yang menguasai tanah pertanian yang Luasnya kurang dart 0,5 ha. Kalau dilihat
dart basil Sensus Pertanin 1983, maka iuxnlah tersebut menurun menjadi 48,9 persen.
Sedangkan kalau kita lihat di pulau Jawa, maka persentase rumah tangga yang
menguasat taflah pertantan kurang dart 0,5 ha adalah 76,57 persen dart seluruh rumah
tangga yang inengusahakan usaha pertantan, menurut Sensus Pertanian 1983.
Disamping cara pentnjauan seperti di atas, btsa pula ditihat basil Sensus
Pertanian 1973 seperti yang di kutip Mubyartó. trt basil Sensus Pertanian 1973
ditemukan bahwa hanya 14% dart usaha tani yang terdirl. dart 1 petak (bidang saja, 66%
terdiri dart 2 - 3 bidang, 15% terdiri dart 4 - 5 bidang dan hanya 5% yang terdirt dart 6
bidang ke atas. Keadaan tfl1L menunjukkan masalah perpencaran tanah yang tentu
26
mempmyat pengaruh r;erhadap sistein pengawasan, trtgast dan waktu yang di gunakan
dalam keg,iatan produksi. Dengan kata lain, perpencaran tanah tersebut bisa mem
pengaruhi efisiensi skala produksi. Mtsalnya saja, petani akan memerludcan waktu yang
Lebth hanyak untuk Tnengangkut bib.it dan pupuk sawahnya, dan setelah panen dalam
mengangkut has Unya ice rumah atau ke pasar.
Perpecahan dan perpencaran sawàh tnt disebabkan oleh berbagai sebab, antara
lain: lual belt, pewarisan, sistem penyakapan dan htbah. Salal-t satu upaya untuk
rneningkatkan efisiensi usaba tani yang tanth1ya berierakan tersebut adalah dengan
mengadakan konsolidasi yaitu pen ggahungan petak-petak atau bidang-bidaig tanah
yang berserakan ter:qebut menjadi satu atau lebih petak-petak tanah yang lebih besar.
c. Pengairan (irrigasi)
Di dalam meningkatkan produksi pertantan, bagaimanapun kita harus
rnengingat rnasalah pengairan dan konservast tanah karena kedua hal terebut sangat
diperlukan unti ik m empertahankan tingkat kesuburan dan produktivttas tanah.
Pengairan merupakan sal.ah satu faktor yang sangat penting dalam upaya untuk
rneningkatkan produksi pertanian. Karena air merupakan syarat mutlak bagi kehidupan
hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Jika jumlah air kurang dart yang di butuhkan,
tanaman akan rnerana, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu rnaka pengairan harus
di atur sedemikian rupa sehtngga tanaman bisa niendapatkan air yang sesuai agar bisa
tunibuh dan berknbang.
Di Indonesia misalnya, ketika musim hulan sering terjadi banjir, dan path mus
mi kern arau ten adi kekurangan air. Nah, untuk memecahkan
masalah tnt kita memerlukan waduk (penampungan) air sehingga air tidak
menyebabkan banjir dan bisa di sirupan di dalam waduk. Kemudian pada musim
27
kemarau air tersebut bisa di aim- aiirkan dengan merata dan meluas, sehingga tanamantanarnan yang membutuhkan tidak mati kekeringan.
Isilah pengairan tnt juga sering dinamakan trigasi. Irigasi mi bisa bersifat teknts
atau setengah teknis (pengairan rakyat). Pengairan teknis adalah pengairan yang
menggunakan saluran-saluran irigasi te1is. Karena irigasi teknis mi dibuat manusia
dengan biaya yang besar dan persediaannya tidak selalu cukup maka ttmbuilah masalah
ekonoini (kelangkaan/keterbatasan) dalain rnasalah irigasi.
Bagi petani yang niembutuhkan pengairan mi, mereka bersedia tnembayar
untuk mendapatkan air bagi tanaman mereka. Hal tnt terbukti
mtsalnya kesediaan para petani untuk inembuat swiiur-simiur pengairan di
sawah.-sawah dan ladang-ladang tanaman bawang inerah dan sayur mawr. Hal tnt bisa
Anda Uhat di sawah.-iadang petani dipinggir rel kereta apt Yogyakarta-Jakarta, atau
tempat-tBnpat lain.
Pembukaan faa i Utas pengairan bisa rn ernpercepat perkeinbangan .ekonotn i
suatu daerah. Tanaman yang sebelumnya tidak bisa ditanarn bisa diusahakan, atau
tanaman yang sebelumnya hanya satu kali panen setahun menjadi dua kali panen
setahun. Untuk hal yang terakhir tnt hisa kita lihat di KulonProgo (Yogyakarta)..
Sebelum ada irtgasi Kali Progo, panen padi hanya sekali setahun, sekarang tnt bisa dua
kali setahun. Oleh karena itu tak heran jika Pemerintah kita membenikan prioritas pada
perobangunan saluran-saluran irigasi dalam rangka mempercepat proses penibangunan
pertanian.
Peinbangunan pengairan mi meliputi irigasi dan drainase, perbaikan sungai dan
pengarnanan terhadap biaya banjir, pemanfaatan rawa-rawa serta pengernbangan daerah
aliran sungai (DAS). Perkembangan pentngkatan areal persawahan di Indonesia hisa
28
kita Uhat dart hasil Sensus Pertanian 1983 yattu 5.746.000 ha, sedangkan pada tahun
1973 hanya sebesar 4.840.000 ha.
Dart kenyataan di atas kita hisa mengerti peran pengairan bagi tanah yang
kurang subur untuk peningkatan produkat khususnya, dan bagi proses pernbangunan
pertan tan path umumnya.
d. Konservsi tanah
Seperti telah dikemukakan dl depan hahwa ditinjau dart sifatnya tanah
merupakan faktor produksi yang tahan tama dan tidak dikenakan penyusutan
(depresiasi). Bahkan nilat tanah seinakin meningkat sejalan dengan perkembangan
pendudük, Namun deinikian, pernyataan di atas tidaklah benar sepenuhnya, karena
hagaimanapun uga, tanah yang dikerjakan terus menerus akan menjadi kurus atau
berkurang tingkat kesuburannya.
Oleh karena itu untuk meinpertahankan tingkat kesuburan tanah petani barus
mengadakan pola pergiliran tanaman dan usaha-usaha konservasi tanah lainnya. Pola
pergiliran tanaman mi sekarang sudah umum dilaksanakan, mtsalnya dalam setahun dua
kali tanam padi dan sekal.i palawija.
Arti penting konservast tanah tnt akan lebih jel.as lagi bagi negara secara
keseluruhan. Penebangan-penebangan kayu secara Uar tanpa niempérhatikan keserasian
lingkungan akan menyebahkan banj ir dan erosi sehingga “bunga tanah” yang ada pada
perinukaan tanah akan terkikis. Tentu saj a hal-hal tersebut di a tas akan sangat
merugikan masyarakat maupun tingkat kesuburan tanah.
Disam ping itu, pnebangan-penebangan kayu yang her lebihan pads saat
sekarang akan nierugikan kita sendiripada masa yang akan datang. Eksploitasi terhadap
sumberdaya tanah yang tak terkendalikan akan merusak tanah itu sendiri. Dtsinilah arti
29
pentingnva masalah konservasi tanah untuk meinpertahankan efistenst penggunaan
tanah selama mungkln secara tenis inenerus.
Namun perlu diingat bahwa konservast tanah tidaklah sama dengan
penggunaan tanah secara ekonomis. Pengertian ekonomis hanya ineinbandingkan hasti
dan biaya atau manfaat dan pengembängan. Sedangkan konservasi lebih menekankan
ttnggi tanah dalam arti ekologis. Namun detnikian penggunaan tanah secara ekonomis
yang dtsertai pertimbangan jangka panjang akan berarti pula konservast.
Reboisasi (penghijauan) yang dtgalakkan sekarang tnt rnerupakan salah satu
tindakan konservast tanah juga karena relisasi hiss mencegah erost. Pengeluaran biaya
penghtjauan tnt diharapkan akan bisa dipetik hastlnya pada masa yang akan datang
herupa hasil-hasil pertanian. Hasil-hasil tnt tidak niungkin dapat dipetik kalau tanah tTi
erosi dan penghijauan tldak dtl.aksanakan.
3.3 . Tenaga kerja
Di dalam pertanian, tenaga kerja sebagai faktor produksi yang memiliki
kedudukan dan sifat yang berbeda dibandingkan dengan sektor non pertanian. Tenaga
kerja sebagai faktor produksi yang mempunyai kedudukan ‘kedua’ setelah tanah, cii
dalam pertanian. Tetapi pernyataan tersebut tida rnntjukkan bahwa tenaga kerja itu
kurang dibutuhkan. Oleh karena itu, lebih tepat j ika dikatakan bahwa kedua faktor
produksi tersebut (tanah dan tenaga kerja) merupakan ‘dua sejoli yang tak terpisahkan.
Selain kedixiukannya, faktor tenaga kerj a juga rnempunyai sifat yang agak
berbeda dibandingkan dengan sektor-sektor non pertanian. Perbedaan-perbedaan sifat
yang terpenting antara lain: pekerjaanpekerjaan di dalani pertanian sifatnya musiman,
sedang sifat pekerjaan di dalam industri inisalnya adalah sebaliknya. Disamping itu
pekerjaan di dalam pertanian lebih sukar dirasionalisasikan dart pada pekerjaan di
30
sektor indus tn. Di Dalam pertanian, pembagian kerja yang radikal tidak dapat
dilalcukan seperti datam sektor industri, dan seorang petani aialah “serba bisá”. Petani
itu mencangkul, menanam, merawat, mernanen dan kemixiian memasarkan has ii
produknya.
Kebutuhan akan cenaga kerja sangat Cergantung pada jenis tanalnan yang
diusahakan. Di Indonesia, kebutuhan akan tenaga kerja di dalam pertanian dibedakan
menjadi dua yaitu kebutuhan akan tenaga kerja dalarn usaha tani pertanian rakyat dan
kebutuhan akan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar seperti:
perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya.
Dalam usaha taft pertanian rakyat sebagian besar tenaga kerja berasal dan
keluarga petani sendiri yang terdiri atas suami, isteri dan anak-anaknya. M ereka bisa
membantu menebar bibit, Tnengangkut pupuk ke sawah, mengacur pengairan dan
sebagainya. Tenaga kerj a yang berasal dan keluarga petani mi merupakan sumbangan
keluarga padaproj,.. perLanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang.
Namun dem ikian, kadang kala usaha tant pertan Ian rakyat membayar tanaga kerja
tambahan, misalnya dalam tahap pengolahan tanah baik dalam bentuk ternak maupun
tenaga kerj a langsung.
Di Indonesia, menurut Kas Ian Tohir, bixiaya tolong-menolong dalam
pertanian rnasih sering dilakukan, seperti: sambat sinambat (tolong menolong), slnomän
(arisan) dan sebagainya. Cato1ong menolong ini lebih banyak t€rdapat pada tanaian
path dan pada palawija, karena pekerjaan dalam bidang tersebut mernungkinkan
pengembangan pekerjaan yang sama p&la tanaman yang sama pula.
Pada pertanian besar (perkebunan dan lain-lain) kebutuhan akan tenaga kerja
pada dasarnya sifatnya sama dengan usahatani pertanian rakyat, artinya kebutuhan
31
tersebut bersifat musiman dan tidak kontinyu. Meskipun demikian, di dalam prakteknya
ada perbedaan. Perbedaan mi terutaina disebabkan oleh jenis tanantan. Pertanian besar
paia umumnya mengusahakan tanaman keras yang berumur panjang, dan hal mi
mempengaruhi kebutuhan akan tenaga kerj a. Pertanian besar (perkebunan)
kebutuhannya relatif merata sepanjang tahun, rneskipun pengaruh musim juga masih
terasa.
Kalau di awal seksi mi kita mengatakan bahwa tenaga kerja sebagai faktor
produksi mempunyai kedudukan ekeduae setelah tanah. Yang dimaksudkan adalah
kedudcpjtani 1jusahataninya. Petani di dalain usaha taninya tidak hanya sebagai tenaga
kerja, tetapi sekaligus merangkap sebagai pengelola. (manager) yang mengatur
organisasi produksi secara keseluruhan. Ia harus memutuskan berapa pupuk dan
pestisida yang akan dibeli, berapa kali tanah dibajak dan diratakan, apakah akan
menggunakan tenaga kerja dan luar atau tidak dan sebagainya. Jelas tampak bahwa
kedxIukan petani sangat menentukan dalam usaha taninya.
Ada berbagai persoalan yang berkaican dengan tenaga kerja di dàlam pertanian
dalan upaya meningkatkan produksi pertanian:
a) Produktivitas Tenaga Kerja.
Beberapa sarjana Barat, antara lain Arthur Lewis(1952), beranggapan bahwa
produktivitas marginal tenaga kerja sama dengan ZMPL (zero marginal productivity of
labor) di negara yang padat penduduknya seperti Indonesia. Hal mi berawal dan
pengamatan mereka bahwa tenaga kenja berjubelan dan sangat tidak efisien, terutarna di
daerah pedesaan. Penawaran tenaga kerja tak terbatas dibanding tanah dan modal yang
penawarannya sangat terbatas.
32
Tetapi pendapat tersebut kini banyak ditentang para ahli. Di dalam kenyataan,
para petani di Indonesia yang bekerja, masih bisa metnberikan sumbangan kepala
kenaikan has ii produksi. Jail produktivitasnya tidaklah saina dengan nol. Nah, kalau
pendapat Lewis tersebut tidak benar, maka apakah arti konsep pengangguran tidak
kentara (disguisei unemployment) yang sangat sering kita jumpat dalam buku-buku
ekonomi pembangunan?
Dari suatu penelitian di Korea Selatan yang dilakukan Yong Sam Cho, seperti
yang dikutip disimpulkan bahwa penga’ngguran itu bukanlah bersifat pengangguran tak
kentara, tetapi pengangguran yang tanipakjelas, hanya saja mereka mengaggur tidak
sepenuhnya ti sebagian. Dan istilah untuk itu bukanlah dIiüised unemployment tetapi
under employment.
Menurut Kaslan Tohir, ada beberapa cara untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja. Pertama, memperbaiki dan meningkatkan kalitas fisik tenag kerja. Hal in4.
bisa dilakukan dengan perbaikan kesehatan dan gizi mereka. Kedua, memberikan
pendidikandan latihan. Pendidikan dan latihan disini tentu Baja bukan pendidikan
teori1i tentang ilmu tumbuh- tumbuhan at au i imu be wan, t e tap i pend id i kan dan
latihan yang praktis yang bisa diterapkan langsung, misalnya cara bertani yang lebih
produktif, menerapkan pennuan-penuan baru berupa alat-alat atau bahan-bahan
pertanian dan manajemen usaha tani pada umiimnya.
Jadi peningkatan kualitas petani tidak hanya bersifat teknis dan fisik, tetapi
juga bersifat mental dan berhubungan dengan ketrampilan mariaj enen.
b. Mobilkas Tenaga Kerja
Per kembangan perekonom ian yang cepat di daerah perltaan menarik pa:ra
tenaga. kerja di pedesaan untuk ke kota. Tetapi kesempatan kerja yang tidak memadai
33
dibanding jumlah tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan inenyebabkan tenaga kerja
tetap berjubelan di desa. Kalaupun IL kesempatan kerja di kota, maka yang dibutuhkan
adalah tenaga kerja yang terdidik dan terlatih, suatu syarat yang sulit dipenuhi oleh
teriaga kerja dan pedesaan.
Namun demikian, dalam keaiaan yang terpaksa banyak juga petani yang peri ke
kota mencari pekerjaan. Biasanya mereka menjadi pekerja kasar (kuli dan tukang becak
misalnya) di kota. Pada saat penggarapan sawah dar i inasa panen mereka kembali ke
desanya.
Mobilitas tenaga kerja dan desa ke kota biasanya bertujuan untuk mncari
pendapatan yang lebih baik, sehingga perbedaan tingkat pendapatan antara desa dan
kota,bisc1i.1cti. Jika ditinjau dan sudut petani, mobilitas tenaga kerja desa ini
merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi pertanian, karena mengurangi jumlah
tenaga kerja yang sixlah ‘berlebihan’ menggarap anah pertanian yang sedikit.
Rendahnya mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota, selain c Iisebabkan oleh
sempitnya keempatan kerja di kota juga disebabkan oleh Eaktor-faktor sosiologis dan
tradisi. Itulah sebabnya mengapa tenaga kerja masth tetap berjubelan di desa, karena
pendixiuk cetap padat dan semakin palat.
c. Perluasan Lapangan Kerja.
Tujuan program transmigrasi seperti yang paling umum kita kenal adalah untuk
memecahkan persoalan kependudukan. Namun demikian, ada tujuan lain yang tak kalah
pent ingnya yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan mernbantu pengembangan
daerah yang dituju. Bagi para transmigran yang di daerah asalnya tidak mempunyai
pekerjaan, dia akan menclapat pekerjaan di daerah yang baru. Sementara itu bagi daerah
yang menpunyai potensi sosial elzDnomis yang tinggi tetapi kekurangan tenaga kerja,
34
bisa mendapatkan tenaga kerja sehingga pembangunan daerh tersebut bisa berjalan
dengan lancar.
Transmigrasi mi bisa ditinjau dan aspek teori u4kro maupun teori makro. Dart
segi e mimikrq transmigrasi akan terjadi bila / produktivitas d i daerah baru j auh lebih
tinggi dart pada di daerah asalnya (lama). Faktor sosial budaya juga miipeiiihi
pentingnya para transmigran. Sedangkan jika ditinjau secara ekonorni kro. maka
transmigrasi adalah salah satu alokasi investasibiasaygjnya_bersifat produktif j ika has
ilnya lebih besar dan investasi itu.
Uncuk mendorong orang berpindah (migrasi) diperlukan beberapa faktor
pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor), lihat bukimya Mubyarto
(Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, 1979). Faktorfaktor pendorong petani untuk
bercransmigrasi antara lain: gambaran yang rnenarik tentang daerah tujuan dan bantuanbantuan dar:L pemenint:ah kepada para transuligran. Tetapi akhir-akhir mi dengan
seinakin terbatasnya persediaan tanah yang ada dan sangat berkurangnya kemampuan
pemrincah maka usaha tersebut menjadi sangat cerbatas. Dalam kealaan yang demikian
maka faktor pendorong menjadi semakin kuat.
Sem akin sulicnya kehiclupan petani di Jawa yang disebabkan kecilnya
peniilikan atau penguasaan tanah pertanian merupakan salah satu faktor pendorong
transmigrasi. Di samping itu ada kesadarari petani untuk ikot mensukseskan program
transmigrasi itu denii pernbangunan nasional.
Jadi, tekanan ekonomi di daerah lama merupakan suatu faktor pendorong yang
sangat penting bgi transmigrasi. Namun demikian, pengaturan yang baik serta
penciptaan daerah-daerah baru yang menarik oleh pemerintah juga harus dilakukan
demi tercapainya program dan tujuan transmigrasi.
35
3.4. Modal (Capitall).
Sebagai faktor produksi modal sangat menonjol dart segi. kelangkaannya,
disa!nping itu peranannya pun sangat dominan di dalam ptses produksi. Modal bisa
diartikan sebagai tiap hash yang digunakan untuk penghasilan selanjutnya atau alat
penghsilafiang dihastlkan. Sedangkan dalani pengertian ekonomis, modal alalth barang
acau uang yang bzs_fktor produksi tanah dan tenaga kejjaenghas ilkan barang-barang
baruyaitu dalam hal inihasil pertanian.
Tanah bagi petani seringkali diartikan sebagai ‘modal’ karena tanah
menghasilkan sewa tanah bagi ppi. Hanya saja perbedaan tanah dengan modal adaish
bahwa tanah tidak dibuat oleh manusia, persediaannya tidak dapat diperbanyak,
sedangkan modal tidaklah demikian. Kalau tanah menghasilkan sewa.tara, rnaka modal
bisa mighasilkan bunga modal yang biasanya diulur dalain persen dart modal pokok
untuk satu satuan waktu, misalnya per bulan atau per triwulan atau per tahun.
Modal dilihat dan segi peinilikan bisadThagi dua yaitu modal sendiri (equity
capital) dan modal pinjaman (credit). Modal yang merupakan pemberian warisan bisa
dianggap sebagai modal sendiri atau modal pinjaman karena di tambahkan dan luar tapi
tidak menimbulkan kewaj iban-kewaj iban tertentu dart yang rnenerimanya.
Antara modal sendiri dan modal pinjaman tidak berbeda di dalam proses
procluksi, 4carena masing-masing menyumbang langaung pada produksi. Bedanya pada
bunga modal yang dipinjam harus dibayar pada kreditor untuk modal pinjaman. Namun
demikian, pengelola usaha tani yang baik juga harus menghitung bunga modal yang d
imilikinya, walaupun tidak perlu dibayarkan. Modal yang produktif adalah modal yang
Pembagian modal, selain dan segi pemilikan, bisa juga dilibat dan lamanya
waktu modal tersebut digunakan. Pembagian modal menurut cara mi yaitu modal tetap
36
aiaLah ctfktor produksi yang bisadigwiakan dalam angka waktu yang lama ( lebih dart 1
tahun); dan modal varj.abe]. adalah faktor-faktor produksi yang hanya dapat digunakan
satukali sepert i benih, pupuk, obat-obatandanselg ainya.
Telah dijelaskan di atas bahwa modal pertánian bisa berupa bibit, pupuk, alatalat pertanian dan sebagainya. Modal yang dnikian adalah modal fisik atau mod]Theriil.
Tetapi akhir-akhir mi para ahli mulai tidak puas dengan Iianya memasukkan modal fisik
saja, karena modal nonfisik yang terkandung dalam din manusia petani tidak kalah
pentingnya. Kalau basil produksi bisa naik karena digunakannya mesin-mesin modern
yang lebih efisien, maka bertambahnya ketrampilan pekerjaan petani yang disebabkan
oleb pendidikan dan latihan haruslah dipandang tidak berbeda. Peranan penidikan dan
latihan yang menambah pengecahuan dan keterampilan petani tidaklah jauh
berbedadengan modal fisik. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran untuk pendidikan
dan latihan bukanlah pengeluaran Insumsi, tetapi pengeluaran investasi.
T.W. Schultz adalah ekDnom yang pertama kali mengusulkan dengan tegas
perbedaan antara modal manusiawi (human capital) dan modal fisik. Pemisahan mi
mempunyai implikasi pentihg dalam kebijaksanaan pembangunan pertanian, apalagi di
negara kita mi tidak semua alat-alat pertanian yang dikernbangkan dapat diterapkan
seperti di negara-negara yang sudah maju. Penyebaran cara-cara baru dalam
berproduksi kepada petani melalui penyuluhan dan pendidikan merupakan investasi
yang tidak boleh dianggap kecil.
a. Kredit dalam pertanian
Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar masyarakat pedesaan (petani)
berada dalam posisi ekonomi yang lemah. Tingkat pendidikan, ketrarnpilan yang
dikuasai, dan terutama modal yang dimiliki, tampaknya sangat terbatas. Modal utama
37
petani adala1nah, tetapi thipun sangat V terbatas atau usaha pertaniannyapun kecilkecil.
Oleh karena itu, jika petani mengalami maka dengan segera ia akan berusaha
mencarl sumber pendapatan untuk mengatasi kesulitannya. Salah satu cara mengatasi
kesulitan tersebut adalah mencari kredit. Jadi masalah kredit dalam pertanian sangat
penting. Hal mi berlaku untuk semua negara balk yang pertaniannya sudah maju
maupun yang masih terbelakang. Namun demikian, bagi pertanian di negara yang masih
miskin dan belum maju narnpaknya peranan kredit lebih menonjol lagi. Penyaluran
kredit Bimas dan Inmas misalnya dapat ditunjukkan oleh tabel 2.2. V
Realisasi kredit Bimas 1980/1981 sebesar 50,1 milyar rupiah lebih besar dan
tahun 1979/1980 yaitu 49,5 milyar rupiah, walaupun jumlah, petani peserta Bimas
menurun dan 1.606.000 (1979/1980) menjadi 1.533.000 orang.
Selain membantu para petani pii lewat Bimas dan Inmas, pemerintah juga
meinbantu para nelayan, para peternak, lewat fasilitas kredit seperti KIK (Kredit
Investasi Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) serta rnendorong
perkembangan koperasi.
Menurut Suij anad i, seorang eknnom pertanian Indonesia, s if at-si. fat kralit
pertanian yang baik adalah : (1). Kredit usaha tani dengan biniga yang ringan perlu
untuk memungkinkan petani melakukan inovasi dalam usaha taninya. (2). Kredit itu
hárus bersifat krediti dinamis yaitu mendorong petani untuk menggunakan
secara
produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti. (3). Kredit yang diberikan
selain merupakan bantuan modal juga merupakan cara untuk memberi petunjukpetunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan produksi. (4). Kredit
pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada krJit usaha tani
38
saja yang langsung diberikan bagi produksi tetapi harus pula mencakup kredit-kredit
untuk kebutuhan rurnah tangga (konsuinsi).
Sementara itu syarat pemberian kredit konsumsi adalah sebagai berikut : (1).
Barang-barang atau jasa yang akan diperoleh dengan kredit itu mang sungguh
diperlukan sekali. (2). Tidak ada jalan lain yang lebih baik dan tidak dapat menunggu
hingga penghasilan naik.(3). Petani dapat mengembalikan kr1it tersebut dengan cara
yang tidak mengakibatkan kenerosotan taraf hidupnya.
Dan hasil p€nelitian Sx1janadi pula diketahui bahwa sumber kre:Iit yang
terpenting bagi petani adalah bersifat perorangan terutama dan f am iii dan kenalankenalan petani. Bentuk-bentuk krei it perorangan yang masih banyak dipakai di desadesa di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi menjali: (1). Kredit dengan jaminan
tanaman. (2). Krai it dengan j am man tanah (gadal tanah). (3). Kredit uang atau barang
yang dibayar kembali dengan uang atau barang tanpa jamian.
Walaupun kredit yang berasal dan lembaga perkreditan kecil sekali peranannya
dalam memenuhi kebutuhan kredit masyarakat tani, tetapi letnbaga-lembaga kredit di
Indonesia juga memjunyai peranan penting. Adapun lembaga-lembaga kredit yang ada
di Indonesia bagi masyarakat tani dapac digolongkan sebagai berikut:
1. Bank yang meliputi Bank Desa, Lembaga Desa dan Bank Rakyat Indonesia.
2. Perusahaan Jawatan Pegadaian
3. Koperasi-koperasi Desa dan Koperasi Pertani.an.
3.5. Tatalaksana (Manajeman).
39
40
BAB IV.
PRODUKSI PRODUK-PRODUK PERTANIAN
4.1. Fungsi Produksi
Seperti telah dijelaskan dalam inodul satu1 yang dimakswi usaha tani adalah
suatu tempat atau bagian dan permukaan &zrni di mana pertanian diselenggarakan ol.eh
seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, ataupun seorang manajer yang digaji.
Dengan perkataan lain dapat dinyatakan bahwa usaha tani adalah himpunan dan
sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi
pertanian seperti tubuh tanah, air, sinar tuatahari, bangunan-bangunAn yang didirikan di
atas tanah tersebut, tenaga kerja, modal, dan manajemen usaha tani. Yang ditnaksud
usaha tani di sini tidak hanya usaha bercocok tanam melainkan termasuk di dalannya
usaha memelihara ternak.
Usaha tani di Indonesia sangat berbeda dengan usaha tani di negara yang sudah
maju. [)i Amerika Serikat misalnya, pada umumnya usaha pertanian dijalankan secara
besar-besaran dan basil produksinya semua dijual di pasar. Pertanian semacam mi
disebut pertanian komersial. Dalam mengelola pertanian komersial pninsip-prinsip ilmu
ekonomi mikro dapat diterapkan dengan baik. Keadaan yang sangat berlawanan
merupakan ciri dan usaha tani di lndonesia. lisaha tani di Indonesia pada umuinnya
mengerjakan tanah yang sempit dan dikerjakan secara tradisional. Selain itu perbedaan
yang sangat pentrng terdapat pada tujuan usaha tani, di Indonesia tuj uan pe tani ruernr
ksi bar ang adalahuntukmencukuRi kebutuhansendiribersama keluarganya. Pertanian
semacam mi biasa disebutpertanian subsisten.
Dalam menyenggarakan usaha tani setiap petani berusaha agar hasil
panenannya banyak. Kalau hasil panenan berupa padi maka petani menginginkan agar
41
panenan tersebut cukup untuk inemberi makan seluruh keluarganya sanipai dengan
masa panen yang akan datang. Ia akan lebih senang apabila hasil panen cukup besar
sehingga ada sisa padi yang dapat dijual ke pasar. 1-lasil penjualan padi tersebut
digunakan untuk membeli pakaian, biaya pendidikan anak-anak, membeli alat-alat
ruuiah tangga, atau mernbeii alat-alat pertanian. Dalam usaha tani yang rneinproduksi
barang lain seperti kopi, lateks, jagung, kedelai, kacang, dan sebagainya, tujuan petani
tidak jauh berbeda yaitu mereka berusaha memperbesar has ii prodiiksi supaya
pendapatan meningkat dan selarijutnya kehidupan seinruh keluarganya menjadi lebih
baik..
Apabila kita ainati secara cermat akan dapat kita lihat bahwa para petani juga
mengadakan perhitungan-perhitungan ekonorni dan keuangan, walaupun mereka tidak
meinbuat catatan secara tertulis. Misalnya saja petani inenghadapi dua pilihan yaitu
rneosnam padi lokal yang sudah biasa ditanam atau menanam bibit unggul yang belum
pernah mereka tanain, malca mereka rnelakukan perhitungan-perhitungan untung
rugiriya, sebeluni mereka memutuskan bibit mana yang akan ditariain. Begitu juga
dalam menggunakan pupuk, mereka mengadakan perhitungan, pupuk mana yang akan
dipilih, pupuk kimia, pupuk kandang, atau pupuk hijau. Jacli dalam membat suatu
keputusan, petani selalu rnembandingkan basil yang diharapkan akan diterima pada
waktu panen dan biaya yang harus dikeluarkannya. Has ii. yang akan diterima petani
pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi.
Setiap proses produksi mempunyai landasan tel<nis, yang dalam ilmu ekonorni
teori disebut Fungsi Produksi. Fungsi produlcsi adalah suatu fungsi atau persamaan
yang menunjukkan hu&iigan antara basil produksi (output) d&igan faktor produksi
(input).
42
Fungsi produksi dapat ditulis dalain bentuk persamaan umum sebagai berikut:
Y = t (X1, X2 ......... X,)
di mana
Y
= basil produksi fisik
X1, X2, ...... = ialah faktor-faktor produksi
Sebagai contoh: dalarn proses produksi padi, otItputriya adalah tuk
iernproduksi padi digunakan taktor-faktor produksi caga (kerja, bibit, pupuk, air dan
obat-obat) Tinggi rendahnya prdrdtpenga yaknya faktor-iaktor produksi. yang
digunakan serta kombinasi dan iaktor-faktor produksi terseb.it.
Untuk dapat melibat dengan lebih jeias hubungan aritara suatu faktor produksi
dgan basil produksi biasanya digunakan anggapan bahwa hanya
satu faktor produksi yang berubah-ubah (variabel), sedang faktor produksi
yang lain dianggap tetap. Apabila ditulis dalam bentuk persamaan adalah sebagai
berikut:
Y f (X1, 2’ 3 ••••••• / di maria X1 adalah taktor produksi yang berubah-ubah
(variabel)
X2, X3, ..... adalah faktor-faktor produksi yang tetap.
Dan contoh di ata1, misalnya kita hanya ingin inelihat hubungan antara
produksi padiJdengan jumlah pupuk yang digunakan, maka kita harus menggunakan
anggãpan bahwa tanah, tenaga kerja, bibit, air dan obat-obatan yang digunakari tetap. i
Dalam ilmu ekonomi digunakan arggapan dasar .mengenai sitat fungsi
produksi, yaitu fungsi produksi dan semua proclusen dianggap turiduk pada suacu
hukum yang disebut: The Law of Diminishing Returns. Hukum tersebut mengatakan
bahwa apäbila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input yang lain
43
tetap, maka tambahan output yang diha8ilkan dari4setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula naik, kemudian seterusnya menurun apabila input tersebat
dicambab terus.
FiTjoduksi dapat digambarkan dalam bentuk grafik, dengan meletakkan skala
produksi pada sumbu tegak dan skala faktor produksi pada sumbu mendatar. Dalam
bentuk grafik, fungsi produksi merupakan ve yang iueiengkung dart kin bawah ke kanan
atas, setelah mencapai titik tertentu berubah arah sampai mencapai titik maksimum dan
kemudian turun ke kanan bawah.
Total Physical Product (TPP) adalah kurve yang menunjukkan tingkat produksi
total (Q) padaberhagai tingkat penggunaan input variabel sedang input-input -yang lain
diariggap tetap.
Apabila di tulis dalain persainaan adalah sebagai berikut:
TPP = f (x) atau Q = f (x)
44
di maria TPP dan Q adalah produksi total
X adalah input variabel.
Tambahan output yag dihasilkan sebagai aki bat adanya tambahan satu unit
input variabel sering disebut Marginal Physical Product (MPP) atau produk marginal
dan input tersebut. Jadi kurve Marginal Physical Product ada lab kurve yang
menunjukkan tambahan dan Total Physical Product yang disebabkan oieh t.ambahan
penggunaan input variabel sebanyak satu unit.
Dengan demikian MPI’ merupakan turunan pertama (iirst derivative) dart
tungsi produksi. ApabiLa tungsi produksinya Q = f(x) maka
Dalarn pernbicaraan sehari-hari kita sering mendengar atau mengatakan bahwa
usaha tani yang baik adalah usaha taft yang produktif dan efisien, yang dirnaksud usaha
tani yang produktif adalah usaha taft yang produktivitasnya tinggi. Pengertian
produktivitas tnt merupakan penggabungan antara konsep efisiensi usaha (fisik) dan
kapasitas tanah. Kapasitas dan sebidang tanah tertentu rnenggambarkan ketnampuan
tanah tersebut untuk menyerap tenaga kerja dan modal sehingga memberikan hasil
produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu. Sedang etisiensi
fisik niengukur banyaknya hasti produksi (output) yang dapat diperoieh dart satu satuan
input, yang.sering disebut Average Physical ProdAPP) atau produk rata-rata. Jadi kurve
Ave ysical Product adalah kurve yang meniinjukkan hasH produksi rata-raca per unit
input pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
45
TPP Qf(x)
xx
kurve TPP, MPP dan APP mempunyai hubungan yang sangat erat yang dapat
dijelaskan dengan menggunakan gambar berikut:
a. Pada penggunaan input X antara no]. sampai X1, TPP naik dan cekung
dilihat dan atas,
APP naik demikian pula MPP. MPP tertinggi terjadi pada titik A yang
disebut juga titik
belok; sebab pada saat itu garis singgung pacta TPP membentuk sudut yang
terbesar
deigan sumbu horiscxital.
b. Pada penggunaan input X antara X1 dan X2, TPP naik dan cembung dilihat
dan atas, MPP
46
sudah mulai menurun sedang APP niasih naik terus ‘sampai penggunaan
input X sebanyak
X2. Pada saat itu APP t2rtingi sebab garis yang dihulxingkan antara titik
origin dangsn
titik pada TPP (B) membentuk sudut yang terbesar dengan sumbu mendatar.
c Pada penggunaan input X antara X2 dan X3, TPP mas ih terus naik dan
rnericapai titik
tertinggi pada titik C yaitu pada penggunaan input X sebanyak X3. Pada saat
itu kórve
MPP memotong sumbu mendatar atau MPP = (3 sebab pada saat itu garis
singgung TPP
sejajar sumbu mendatar. Sedang APP menurun terus.
d. Pada penggunaan input X sebanyak X3 atau lebih TPP menurun, MPP
negatif dan APP
juga menurun terus sampai mendekati no]. apabila penggiriaan input X
dir.ambah terus.
4.2 Fungsi Produksi dan fungsi biaya
Di atas telah dijelaskan pengertian efisiensi produksi yaitu banyakya basil
produksi fisik yang dapat diperoleh dan satu eatuan faktor produksi. KELau efisiensi
fisik mi dinilai dengan uang maka akan diperoléliêfisiënsi ekonomi. Dalam perhiturigan
efisiensi ekonoini
kita harus membicarakan dahulu has ii dan biaya produksi.
47
Pacia setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil produksi bruto
yaitu luas panen dikalikan basil produksi per satuan luas. Apabiia dikalikan harga
produk tersebut; basil perkalian tadi merupakan penerimaan bruto petani. Junilab mi
tidak semua diterima oleh petani karena harus dikurangi dengan txtaya-biaya yang telah
dikeluarkan oieh petani untuk membayar IPEDA, mern pupuk, bibit, biaya pengolahan
tanah, upah menanain, upah rnembersihkan rurnput dan biaya panen yang biasanya
berupa bagi hasil (daiam bentuk barang). Bagi. petani pyewa mereka juga harus
menyewa tanah sedangkan bagi petani penyakap, mereka harus rnenyerahkan sebagian
basil produksinya kepada pemilik tanah. Bagian yang harus diserahkan kepada pemilik
tanah bervariasi sesuai dengan kebiasaan setempat yaitu +50% dan basil produksi.
Penerimaan bruto setelah dikurangi biaya-biaya terselut diperoleh penerimaan
bersih petani. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya yang berupa
uang tunai misalnya upah tenaga kerja termasuk tenaga ternak, pengeluaran untuk
ruembeli pupuk, bibit (seandainya harus membeLi), pestisida, sewa tanah, dan lain-lain.
Biaya yang lain-lain seperti upah panen, bagi has ii, mungkin pajak (i1?EDA)
dibayarkan dalani bencuk barang (in natura). Besar keciLnya bjaya yang dibayarkari
dalam berituk uarig tunai sangat mempengaruhi perkembangan usaha tani. Besar
kecilnya jumlah uang tunai yang dimiliki petani sangac inempengaruhi berhasil
tidaknya pembangunan pertanian sebab penggunaan bibit unggul meuieriukan uang
tunai yang jauh iebih banyak dan pada penggunaan bi.bit Lokal karena bibit unggul mi
hanya akan tinggi hasilnya apabila dibeni pupuk buatan yang lebih banyak.
Selain penggolongan di atas, biaya produksi dapat pula dibedakan menjadi dua
goiongan yaitu hLaya tetap dan biaya variabel. Yang dimaksud dengan biaya tetap
adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi besar kecilnya produksi. Misalnya:
48
sewa tanah. Sedang biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnyadipengaruhi oleh
besar keciinya produksi. Misalnya: pengeluaran untuk bibit, pupuk, upah tenaga kerja.
Baya total merupakan penjumlahan dan biaya tetap dan baya vaniabel.
TC = TFC + IVC
di mana:
TC
= adalah Total Cost (bjaya total)
TF’C = adaiah Total Fixed Cost (aya retap)
TVC = adaLah Total Variable Cost (biaya vaniabel)
besarnya biaya produksi bervariasi tergantung pada banyaknya basil jiroduksi.
atbungan antara hasil. produksi dengan biaya produksi serEg disebut tungsi biaya
produksi total (Total Cost) dan apabila digainbar menjadi sebuah gratik yang disebut
kurve biaya. Jadi pengertian kurve baya adalah kurve yang menutijukkan hubungan
antara jumtah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dan tingkat output. Cara
inenggambamya, skala hlaya produksi diletakkan pada sumbu tegak sedarig output atau
hasil produksi diletakkan pada sumbu mendatar, sehingga fungsi biaya dapat ditulis
da.Lam persarnaan ulnum: TC = t (Q).
Kurve biaya tocal (Total Cost) dapat diperoleh apabila diketahui kurve Total
Physical Product dan harga per unit input yang dipergunakan. t4isalnya seorang petani
hienggunakan satu macam input variabel (X1) dan dua macam input tetap (X2 dan X3)
dalam proses produksinya. F’ungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Q = t(X II x2, X3)
I’iisalkan X2 yang dipergunakan sebanyak 10 unit dan X3 yang dipergunakan
sebanyak 30 unit, iungsi produksinya adaiah:
49
Q = f(X1 X1 = 10, X3 = 3(J)
Selanjucnya apabila tungsi produksi tersebut digambar diperoleh kurve Total
Physical Product (TIP) seperti dalani gambar berikut:
Di muka sudah dijetaskan bahwa kurve biaya digatnbar dengan meletakkan
skala biaya yang dikeluarkan perusahaan pada sumbu tegak dan skata output pada
suTilbu menclatar. Apabila salib suinbi kurve TPP di atas kita batik yaitu sumbu
vertikal yang menunjukkan skala output dijadikan sumbi mendatar. En pada suinbu
vertikal kita letakkan skala nilai input X1 yang digunakan, bukan jumlah fisik X1, yaitu
dengan mengalikan jumlah input X1 yang digunakan dengan harganya, akan diperoleh
kurve sebagai berikut:
50
Kurve di alas adalah kurve ‘Iolzai Variable Cost (‘IVC) karena nienunjukkan
pengeluaran perusahaan untuk rnput variabel pada berbagai tingkat output. Sedang
Total Fixed Cost (TFC) dapat dicari dengan mengalikan jumlah input tetap yang
digunakan dengan harga maSing-masing input.
TFC = Xz.Px2 + X3.Px3
Apabila digambar kurve TF’C merupakan suatu garis sumbu mendatar. Dan
kurve total Cost dapat menjumlahkan TVC dan TFC secara vertikal. lurus yang sejajar
aiperoleh dengan
51
Selain biaya total sering juga dipertanyakan berapa .aya rata-rata suau produk
pertanlan. Per Lanvaan semacam mi terutama harus dapat dLjawab oleb para perencana
ekonomi yang bertugas untuk merumuskan kebijaksanaafl ekonoiTli, misalnyt (i1 lam
inenentukan harga minimum yang harus dijamin untuk melindungi petani. Tetapi
sayang biaya rata-rata yang berlaku untuk semua ciaerah sangat sukar disusun sebab
biaya ratarata untuk suatu produk di daerah yang satu berbeda dengan di daerah lain.
Bahkan dapat terjadi biaya rata-rata disuatu daerah yang sama berbeda jauh. Karena
variasi yang besar maka laya produksi rat-.a-rata sukar dipergunakan sebagai dasar
penentuan kebijaksanaan ekixionii yang benar dan cocok bagi seluruh daerah.
Yang lebih penting bagi petani adalah biya marginal yaitu r.ambahan biaya
yang harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan tambahan satu unit output.
Pengertian marginal selalu mengandung arti tambahan. Tainbahan biaya produksi tidak
meliputi semua iaktor produksi tetapi hanya salah satu faktor produksi saja. Sebab
hanya ada satu faktor produksi yang di ubah-ubah penggunaannya sedarig faktor
produksi yang lain tetap.
52
Dalam grafik yang sederhana berikut nanipak empat bush kurve yaitu kurve
biaya marginal, kurve biaya rata-rata, kurve biya variabel ratarata dan kurve biaya tetap
rata-rata.
4.1 .1.3 ingsi Produksi dan informasi pasar sebagai alat ekoncwni
Dalarn suatu prtanian yang masih bersitat subsisten, setiap keluarga petani
memenuhi semua keperluan dan da]am usaha taninya. Jadi tujuan utama mereka
meiaksanakan usaha tani adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta
keiuarganya dan bukan urituk dijual. Dengan detinisi semacam itu tidak berartibáhwa
petani subsisten cidak bertikir tentang biaya dan penerirnaan. Mereka juga bertikir
53
tentang penerimaan dan usaha tani yaitu berupa sesuatu yang dapat dinikmatinya
bersama keluarga. Sedangkan biaya yang dikeluarkan tidak dalarn bentuk pengeluaran
uang, tetapi berupa sesuatu yang tidak dapat mereka nikmati seperti misalnya: apabila
mereka bekerja di sawah berarti mereka kehi.Langan kesempatan untuk beristirahat atau
untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan upacara adat dan sebagainya. Di samping
itu tidak ada barang-barang konsumsi. yang dibeli dan luar usaha tani tersebut. Jadi
dalarn pertanian subsistem yang murni ditandai oleh tidak adanya aspek-aspek
komersial dan penggunaan uang.
Tanda-tanda yang menarik pada pertanian subsist€n yang murni adalah sarigat
eratnya hubungan antara usah tani dan rumah tangga petani atau antara produksi dan
konsumsi. Dalam analisis ekonomi pertanian pada umumnya digunakan teoriekonomi
sebagai alat utama. Teori ekonomi pertanian pertania-tama dikembangkan berdasarkan
pada pertanian yang sudah maju, di mana pertanian sebagai suatu perusahaan sama
sekaH terpisah dengan kegiatan konsumsi rumah tangga. Sehingga sekarang timbul
pertanyaan: Apakah teori-ceori tersebut dapat diterapkan pada pertanian yang subsisten
di mana usaha tani sama sekali ticlak terpisah dengan kegiatan konsumsi rumah tangga.
Dalam pertanian subsisten seandainya pemerintah metaksanakan kebijaksanaan harga
dengan maksud untuk merangsang produksi seperti yang sudah biasa dilaksanakan di
negara maju, tidak akan mendatangkan hasil seperti yang diharapkan sebab para petani
tidak terangsang oleh tingkat harga yang menggiurkan.
Dengan semakin berkembangnya usaha tani dan rumah tangga petani, maka
keperluan petani akan semakin beraneka ragam. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
tersebut harus dibeli dan luar usaha tani; dan untuk clapat wiembeli barang diperiukan
uang yang hanya dapat diperoleh dengan jalan menjuat sebagian dan hasii produksinya.
54
Sementara itu keperluan petani sernakin beraneka ragam sehingga tidak dapat dipenuhi
dan usaha tani sendiri. Dengan demikian mereka periu menjuai sebagian dan hasil
produksinya untuk rnembeii keperiuan keluarga yang tidak dapat diproduksi sendini dan
akhirnya tirnbuiiah spesialisasi. Ada petani yang mengadakan spesiaiisasi datam
menanam padi, ada yang menanam jagung, ada yang menanam tembakau, sayursayuran dan ada yang menanam bushbuahan. Petani-petani tersebut kemudian
mengadakan tukar menukar barang-barang yang dihasiikan.
Apabila spestdlisasi kemudian dijalarikan terlalu jauh, maka suacu daerah
tertencu dapat menjadi sangat tergantung pada satu jenis produk pertanian tertentu.
Misa.Lnya Kalimantan Selatan tergantung pada karet Kalimantan Timur tergantung
pada kayu dan Sutawesi tergantung pada padi. Sehingga keadaan perekononiian di
daerah tersebuc sangat tergantung pada tingkat harga produk-produk tersebut. Selain itu
apabita terjadi gesuatu,sehiflga perdagrian antar derih tidak munpkin di.Laksanakan,
akan terjadi bencana bagi daerah-daerah tersebuc. Maka dan itu timbui usaha-usaha
yang
berteritangan
dengan
spesialisasi
yaicu
diversitikasi
produk
atau
penganekaraganian produk.
4. 4 Fungsi Penaran Pasar
Dalam bagian-bagian di muka Lelah diuraikan mengenai pertanian di Indonesia
dan teori serta penerapan ekonomi produksi, maka daiam bagian berikut akan diuraikan
dasar-dasar teori ekononit mengenai penawaran. Yaitu suatu bagian dan teori ekonomi
yang sangat penting untuk menerangkan gejala-gejala harga, ti.ngkat harga dan
tLuktuasi harga. Uraian tentang teoni-teori mi tidak akan diberikan secara rnendalam,
tetapi hanya mengambil.. bagian-bagian teori yang dianggap paling relevan dan
mempunyai penerapan iangsung pada persoalanpersoalan ekonomi perteinian di
55
Indonesia. Uraian-uraian teoretis yang lebih mendalam dapat dipelajani dalam modul
ekonomi teori, baik yang sifatnya pengantar maupun lanjutan.
Suatu
teori
pada
dasarnya
hanya
merupakan
model
abstrak
yang
disederhariakan untuk menggambarkan keadaan perekonomian yang sangat kornpleks.
Teoni mi diperlukan supaya kita dapat iebih mudah menerangkan gejala-gejala ekonomi
yang mengandung bariyak sekali variabel. Teoni-teori yang baik harus didasarkan pada
pengamatanpengamatan praktis dan harus selalu dicocokkan dengan keadaan yang
nyata yang kita temukan sehari-hari.
Salah satu gejala ekonorni yang sangat penting yang berhubungan dengan
peri.Laku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. I)aiam
modul pengantar ekonomi sudah diberikan detinisi harga yaitu tkuran nilai dan barangbarang dan jasa-jasa. Dalam masyarakat yang masih primitit yang belum
inempergunakan uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai, harga suatu barang
dinyatakan dalam barang lain yang akan dipertukarkan. Perdagangan semacam mi
disebut barter. Perdagangan semacam mi kadang-kadang masih dilakukan oleh ariggota
masyarakat yang sudah agak maju. Misalnya pada musim paneri padi banyak pedagang
rnenjajakan barang dagangannya di sawah maupun di rumahrumah petani yang sedang
panen. barang-barang tersebut hanya botch dibe.Li dèngan padi dan tidak boteh dibeli
denqayrang
Ada beberapa sebab mengapa suiit.u harang mernpunyai harga yaitu:
a. barang itu berguna dan
b. barang tersebut jurnlahnya terbatas
Barang—barang yang berguna tetapi jumlahnya terbatas disebut barang
ekononli. Sedang barang—barang Lain yang jurnlahnya tidak terbatas meskipun barang
56
tersebut sangat. berguna bagi rnanusia seperti misalnya udara tidak mempunyai harga.
Barang—barang tersebut disebut barang bebas. Dalani ilmu ekonomi suatu barang
merupakan barang ekonorni apabija barang tersebut, mempunyai perrnintaan dan
penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna
sedang suatu barang mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas.
Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual/produsen ke
pasar pada berbagai tingkat harga. Selain harga, jumlah barang yang ditawarkan
produsen dipengaruhi oleh banyak sekali faktor ant.ara lain faktor—faktor teknis, alam,
sosial, kebiasaan, dan lain—lain. Karena faktor—faktor yang bersifat sosial sulit diteliti
dan memerlukan lebih banyak waktu untuk menyelidikinya, maka biasanya Iebih
dikenal faktor ikiirn, banyaknya pupuk yang digunakan, hama dan penyakit, teknik
berproduksi sebagai faktor yang mempengaruhi banyaknya output. Maka mudah
dipahami hahwa petani. hasil—hasil pertanian mempertimbangkan faktor—faktor
ekonomi tersebut dalam membuat keputusan—keputusan. Cara yang sederhana untuk
menaksir respons petani terhadap perubahan hara adalah dengan melihat naik turunnya
hasil produksi sebagaimana yang dicatat oleh dinas pertanian.
Hubungan antara harga dan ,jumlah barang yang ditawarkan dapat dinyatakan
dalam suatu fungsi yang disebut füngsi penawaran yang dapat dirumuskan menjadi
persamaan:
Q = f(P) di mana Q adalah jumlah barang yang ditawarkan dan P adalah harga.
Hubungan antara harga dan jumlah harang yang ditawarkan searah, seperti
dinyatakan dalam hukum penawarnn. Li kum penawaran_jiengatakan bahwa apabila
harga naik jurnlah barang .yang ditawarkan1 di pasar naik. Seh7aadalahiThrganaik
member ikan keuntungan ekstra kepada para petani dan mereka cenderung untuk
57
memproduksi lehth banyak. Kenaikan produksi dapat disebabkan oleh salah satu atau
:edua faktor berikut yaitu:
a. hagi daerah yang masih dapat diperluas tanah pertaniannya, peningkatan
produksi dapat
dilakukan dengan memperluas lahan pertanian atau sering disebut
ekstensifikasi pertaniari.
b. bagi daerah yang tanahnya terbatas, petani dapat. produksinya dengan
memperbear
produksi per satuan luas tanahatau sering disebut intensifiVasf pertanian.
Caranya 4engan
memperbaiki teknik bercocok tanam, memperbanyak penggunaan pupuk,
menggunakan
bibit unggul, memperbaiki pengairan, memberantas hama dan masi.h banyak
lagi cara
yang dapat dilakukan ol.eh petani.
Dalam kenyataan, hukum penawaran tidak selalu berlaku, tergantung pada
jangka waktu yang kita maksudkan dan tergantung juga pada jenis barang yang
diproduksilcan. Dalam jangka sangat pendek petani tidak inungkin meningkatkan
produksinya sebab tidak ada waktu yang cukup untuk menambah faktor produksi.
Selain itu ada hal yang penting untuk diingat yaitu proses produksi pertanian
memerlukan waktu satu musim (beberapa bulan) sehingga suatu kenaikan harga di pasar
tidak dapat segera diikuti oleh naiknya jumlah barang yang ditawarkan kalau memang
waktu panen belum tiba.
58
Dalam jangka pendek apabila terjadi kenaikan harga, petani mempunyai waktu
yang cukup untuk menambah faktor produksi variabel sehingga produksi dapat
ditingkatkan. Dan dalam jangka panjang petani mempunyai waktu yang cukup banyak
untuk menambah semua faktor produksi baik faktorproduksi variabel maupun faktor
produksi tetap. Sehingga peningkatan produksi sebagai reaksi terhadap kenaikan harga
cukup besar.
Apabila digambar ketiga macam kurve penawaran tersebut yaitu kurve
penawaran jangka sangat pendek, kurve penawaran jangka pendek dan kurve penawaran
jangka panjang mempunyai kemiringan yang berbeda. Hal mi menunjukkan reaksi
terhadap peningkatan harga tidak sama untuk jangka sangat pendek, jahgka pendek dan
.jangka panjang.
Misalkan ada kenaikan harga dan P1 sampai P2. Apabila kenaikan harga
tersebut terjadi dalam jangka sangat pendek, petani tidak mampu menambah
produksinya sehingga jumlah barang yang ditawarkan tetap. Kurve penawaran (supply)
barang dalam jangka sangat pendek sejajar sumbu tegak. Apabila kenaikan harga dan
P1 ke P2 terjadi dalam,jangka pendek petani dapat rneningkatkan produksinya dengan
59
menambah faktor produksi yang variabel sehingga jumlah yang dit.awarkan naik dan
OX2 menjadi OX3. Dan apabila kenaikan harga terjadi dalam jangka panjang petani
dapat menaikkan produksinya dalam ,jumlah yang lebih banyak yaitu dengan nenarnbah
faktor produksi tet.ap maupun variabel. Hal mi tampak pada perubahan jumlah barang
yang ditawárkan dan OX4 ke OX5, di mana X4 X5 Lebih panjang dan pada X3 X4.
KONSUMSI PRODUK-PRODUK PERTANIAN
1. Jumlah penduduk dan tingkat pendapatan sebagai basis untuk
Konsumsi
Dilihat dan kacamata seorang ahli ekonomi, kegiatan—kegiatan manusia dalam
suatu masyarakat dapat diperas menjadi tiga macam kegiatan ekonomi yang pokok
yaitu: kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan kegiatan pertukaran.
Dalam masyarakat yang masih primitif setiap keluarga menghasilkan sendiri
makanan, pakaian serta barang—barang yang lain. Masyärakat semacam mi sering
disebut masyarakat subsisten. Dalammasyarakat subsistenhanya ada dua kegiatan
ekonomi yaitu kegiatan produksidan kegiatan konsumsi. Apa yang diproduksi,
dikonsumsi sendiri.
Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak macam barang yang
dibutuhkan dan banyak pula barang—barang yang dibutuhkan tetapi tidak mampu Di
lain pihak semakin efisienproses produksi semakin banyak barang yang dihasilkan
60
sehingga terdapat kelebihan barang yang dapat diproduksi sendiri. Maka timbullah
kegiatan ke tiga yaitupertukaran. Mula—mula pertukaran antar keluarga, berkembang
menjadi antar desa dan seterusnya sampai saat mi dikenal perdagangan antar negara.
Setiap anggota masyarakat melakukan kegiatan ekonomi paling tidak kegiatan
korisumsi. Seseorang melakukan kegiatan konsumsi disebabkan adanya dorongan yaitu
yang disebutkan kebutuhan. Kebutuhan manusia timbul dan d3ongan untuk bertahan
suptetap hidup. Kebutuhan mi biasa disebut kebutuhan biologis misalnya makari,
rninum dan perumahan. Selain itu kebutuhan dapatThIthbulkrena tingkãt freràdaban dan
kebudayaan masyarakat. Misalnya keinginan untuk memperoleh pendiciikan yang
semakih tinggf keingi.nn untuk rnempunyai rumah yang baik dan sehagainya. Karena
banyaknya macam barang yang dibutuhkan dan banyaknya jumlah barang, maka dapat
dikatakan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas dalam arti apabila satu kebutuhan
dipenuhi akan timbul kebuthan lain, dan apabila kebutuhan tersebut juga sudah dipenuhi
akan timbul kebutuhan yang in..Jagi.
Masalah pemenuhan kebutuhan manusia dan persoalan—persoalan penduduk
sudah dibahas oleh Matithus dengan panjang lebar. Maithus mengatakan bahwa
penduduk bertambah menurut denet ukur sedangkan produksi bahan makanan hanya
berkembang menurut deret hitung. Jadi penduduk bentambah lebih cepat danipada
pertambahan produksi bahan rnakanan.
Persoalan tekanan pendud’il< di Indonesia JUJ sudah lana inenjadi objek
penelitian para ahli. Pada tahun 1975 Indonesia adalah negara nomer 5 terbesar
penduduknya dengan jumlah pend’ictuk 132 juta Jiwa. Dengan semakin banyaknya
penduduk semakin banyak pdia kebutuhan akan barang.-barang konsumsi. VIal mi tidak
dapaL diimbangi oleh kenaikan produksi terutama procluic—produk pertariian sebab
61
produk pertanian memang tidak mudah untuk ditingkatkan karena proses produksinya
memerlukari waktu yang cukup lama. Maka dan itu Indonesia terpaksa mengimpor
bahan makanan utama yaitu beras. Pada tahun 1975 Indonesia mengimpor beras
-‘-10% dan nilai impor total. Selain beras Indonesia juga mengimpor bulgur
dan gandurn karena cadan:in heras di duni:- akan habis ap;ibil: semua diimpor
Indonesia.
Persoalan pencluduk di Indonesia sebenarnya lebih kotnple, tiuak hanya
penduduk yang padat tetapi tingkat pertambahan penduduk tiap tahun yang tinggi dan
penyebaran penduduk antar daerah ttdak seimbang. Sebagai akibat adanya pertunibuhan
penduduk yang sangat cepat. maka komposisi penduduk menunjukkan bahwa penduduk
berusia muda merupakan bagian yang sangat besar. Penduduk berusia muda mi pada
umumnya merupakan pencluduk yang tidak produktif tetapi bersifat konsumtif. Yang
termasuk di dalamnya adalah anak—anak, pelajar dan mahasiswa.
Selain itu penduduk yang berusia muda tersebut apahil.a suiah niasuk usia
kerja, mereka membutuhkan pekerjaan. Lapangan pekerjaan dapat mereka ciptakan
sendiri atau yang lebih sering terjadi harus diciptakan oleh masyarakat termasuk
pemerintah. Apabila penciptaan kesempatan kerja tidak sebanding dengan penduduk
yang mencari pekerjaan akan dapat. menambah penganggur yang sudah ada.
Pemecahan persoalan pengangguran dapat dikaitkan dengan pemecahan
rnasalah penyebaran penuduk. Penduduk yang menganggur dapat dipindahkan ke
daerah—daerah yang kurang padat penduduknya untuk tnernbantu pembangunan di
daerah tersebut. Dengan cara mi ada beberapa masa.lah yang dapat dipecahkan yaitu
masalah pengangguran, rnasalah penyebaran penduduk, dan masalah penyebaran
pembangunan.
62
Dan pengalaman tampak bahwa program transmigrasi kuran’ herhasiJ dan
beayanya cukup mahal. Maka dan itu disadari bahwa cara ersebut bukan lah satu—
satunya cara yang baik untuk memecahkan masalah pcniu]uk di Indonesia. Cara lain
dapat ditempuh dengan intensifikasi pertanian, industrialisasi, dan pembatasan jumlah
penduduk.
Dengan
pembatasari
jumlah
penduduk
berarti
pula
pembatasan
perkernhangan konsumsi baringbarang terutama barang—barang kebutuhan pokok.
Program lain yang pernah dilaksanakan di Indonesia adalah program padat
karya. Program mi bertujuan untuk mempercepat jalannyi pembangunan, selain itu ada
tujuan yang lebih utama yaitu untuk memeratakan lapangan pekerjaan. Dengan
meinberi lapangan pekerjain berart.i secara tilak langsung memberi pendapatan kepada
tenaga kerja yang bersangkutan. Pendapatan mi nantinya akan digunakan untuk
membeb barang—barang uriLuk mencukupi kebutuhan inereka. Sebab tanpa
pendapatan berarti penduduk tersebut tidak dapat rnembefl harang—harang yang
dibutuhkan. Padahal kita semua tahu bahwa ada kebutuhin yang rnutlak harus dipenuhi
balk kita mempunyai pendapatan atau pun tidak berpenghasiJan yaitu kebutuhan untuk
mempertahankan hidup atau kebutuhan biologis. Maka dan it.u apabila mereka tidak
(lapat mencari uang secara halal, cara yang tidak halal pun akan dilaksanakan untuk
mempertahankan hidupnya.
[lubungan antara tingkt I)endapJLan dan pengeluaran konsums 1 hiarn teori
ekonomi dinyat.akan dalam fungsi konsums. Hubungan kedud variabel tersebut searah,
arLinya apabila tinkat pendapatan naik, pengeluaran konsumsi juga naik. Sel.ain itu
pengeluaran konsunisi selalu posit if yang berarti walaupun seseorang tidak mernpunyai
pendapatan, inereka tetap mengadakan pengeluaran untuk konsumsi. Hubungan tersebut
dapat dinyatakan dalarn hentuk persamaan yang sederhana sehgai berikut:
63
C=a+by
di mana:
C adalah pengeluaran konsumsi
Y adalah tingkat pendapatan
a adalah pengeluaran konsumsi pada saat tingkat pendapatan sama dengan fbi
b adalah Marginal Propensity to Consume disingkat MPG yaltu tam— bahan
pengeluaran konsumsi sebagai akibat adanya tambahan pendapatan sebanyik
1t
yang ditulis denigan rurnus:
Fungsi konsumsi di atas apabila digainbar dalam bentuk grafik adalah seperti
terlihat dalani gambar berikut.
Pada tingkat pendapatan sama dengan 0Y1, pengeluararj konsumsi sama.
dengan ingkat pendapatan. Pada tingkat pendapatan lebih kecil dan
64
0Y1, pengeluaran konsumsi lebih tinggi. dan tingkat pendapatan; kekurangan
uang tersebut ditutup dengan dissaving yaitu dengan mengambil tabungan atau
Ineminjarn kepada pihak lain. Pada tingkat pendapatan lebih besar dan 0Y1,
pengeluaran konsumsi lebih kecil dan tingkat pendapatan, maka sisa tersebut ditabung.
4.2.1.2 Konsep Permintaan
Sepertisudahdijeiaskan
dimuka,
suatu
barang
mempunyai
permintaan
apabilabar.ang.ter3ebutberguna. Permintaan akan suatu barang dipengaruhi oleh banyák
faktor, antara lain oleh harga barang yang bersangkutan, oleh harga barang lain yang
ada hubungannya dengan barang tersebut, pendapatan konsumen, selera dan masih
banyak lagi faktor yang mempengaruhinyatermasuk di dalamnya adalah faktor sosial
budaya. Sebagai contoh permintaan akan beras dipengaruhi oleh harga beras, harga
barang lain; seperti jagung, gandum, gaplek dan sebagainya, pendapatan konsumen,
selera konsumen, dan adat kebiasaan bangsa setempat dalam hal makan.
Teori permintaan sebagaimana teori—teoni yang lain, adalah merupakan suatu
model sederhana dengan menggunakan anggapan—anggapan tertentu. Dalam hal
permintaan kita hanya melihat hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan
harga barang yang bersangkutan dengan menganggap bahwa pendapatan konsumen,
harga barang lain, selera konsumen dan faktor—faktor yang lain tetap tidak ada
perubahan. Asumsi— asumsi/anggapan—anggapan ini-lah yang disebut ceteris paribus.
Huburigan antara harga dan jutnlah barang yang diminta dalam keadaan
normal, berlawanan arah seperti yang dijelaskan dalam hukum permintaan, yang
mengatakan bahwa apabila harga suatu barang naik, dengan anggapan ceteris paribus,
65
màka jumlah barang yang dimirita konsumen turun. Dan sebaliknya apabila harga turun,
dengari anggapan ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta konsumen akan
naik. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam suatu persaman yang disebut fungsi
permintaan seperti persarnaan berikut.
P a— bQ
Atau dapat dinyatakan sebagai kuantitas merupakan fungsi dan harga.
Q c — dP
Fungsi perrnintaan dapat digambar dalam bentuk grafik dan disebut kurve
permintaan. Cara menggambarnya dengan meletakkan skala harga pada sumbu tegak
dan skala kuantitas pada sumbu mendatar.
Kurve permintaan berbentuk garis yang miring dan kin atas ke kanan bawah.
Hal mi dapat diterangkan secara teoretis dan juga dapat dirasakan secara logis dengan
mencocokkan dengan keadaan yang nyata. Ada dua sebab mengapa kalau harga naik
jumlah barang yang diminta turun sebaliknya kalau harga turun ,jumlah barang
66
yang__dimintanaik. Penyebab pertama adalah perubahan harga mengakibatkan
terjadinya penggantian (efek substitusi). Misalnya harga gula pasir naik maka para ibu
rumah tangga mengganti sebagian gula pasir yang dikonsumsi dengan gula merah yang
lebih murah harganya. Kalau harga beras naik, sebagian konsumsi beras diganti dengan
Jagung atau gaplek sehingga jumlah beras yang dirninta turun. Penyebab kedua adalah
perubahan harga yang tidak diikuti oleh perubahan pendapatan yang sebanding akan
mengakibatkari perubahan pendapatàn nil yang selanjutnya akan mempengaruhi jumlah
barang yang diminta. Misalnya harga suatu barang pada suatu saat naik, bila pendapatan
konsumen tidak berubah maka berarti pendapatan nil konsumen turun, sehingga
konsumen merasa lebih miskin dan selanjutnya mengurangi jumlah barang yang
diminta. lnilah yang disebut efek pendapatan dan perubahan harga yang akan
mempengaruhi jumlah barang yang dirninta. Efek pendapatan mi akan sangat kuat
apabila barang yang bersangkutan memegang peranan penting dan mengambil bagiari
yang besar dalam anggaran belanja keluarga.
Untuk barañg inferior yaitu barang yang dianggap lebih rendah mutunya
dibanding dengan barang lain, seperti misalnya gaplek rnerupakan bahan makanan yang
lebih inferior dibanding dengan beras, mempunyai efek pendapatan yang berlawanan
dengan efek pendapatan pada barang normal. Apabila harga gaplek turun, bila
konsumen tetap, pendapatanriilnya naik, maka konsumen merasa menjadi lebih kaya
dan mulai meriggantikan gaplek dengan beras.
4.2.1.3 Fungsi Permintaan ?asar
67
PermintaanPasar akan suatu barang adalah penjum1ahi emua kurve perrnintaan
konsumen yang ada dalam pasar tersebut.
Seandainya di paar hanya ada 2 orang konsumen maka kurve permintaan pasar
dapat. diperoleh dengan rnelakukan penjumlahan secara horisont.al dan kurve—kurve
perm i ntaan konsumen—korisumen tersebut untuk setiap tingkat harga.
Salah satu karakteristik yang penting dalam fungsi perrnintaan ,jumlah barang
yang diminta terhadap perubaha salah satu faktor yang mempengaruhinya. Ukuran
derajat kepekaan mi disebul elastisitas. Ada beberapa macam konsep elastisitas yang
berhubungan dengan permintaan.
a. Elastisitas Harga
68
Untuk mengukur besar kecilnya perubahan jumlah barang yang diminta
konsumen sebagai akibat perubahan harga. Suatu konsep yang sangat berguna dan
banyak sekali dipakai dalam il.mu ekonomi. Kqnsep ini menyatakan perbandingan
antara persentase perubahari jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan
harga.
Dengan cara yang ke dua mi koefisien elastisitas yang dihitung dengan
menggunakan anggapan harga turun dan P1 ke P2 tidak sama dengan perhitungan yang
dilakukan dengan anggapan harga naik dan 2 ke P1 karena perbedaan tinglat harga dan
69
jumlalL yang diminta yang digunakan dalam perhitungan. Untuk menghindarkan dan
perbedaan tadi kita gunakan P1 dan P2 serta Q1 dan Q2, sehingga rumusannya berubah
menjadi:
b. Elastisitas Silang
Dalam kenyataan, suatu barang yang dikonsumsi tidak berdiri sendiri tetapi
mempunyai hubungan yang erat dengan barang lain dalam fungsinya untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Baik karena sifatnya yang dapat dipertukarkan maupun karena
barang tersebut harus digunakan secara bersama—sama. Untuk mengukur kepekaan
jumlah barang yang dirninta terhadap perubahan harga barang lain digunaan elastisitas
silang (cross elasticity) yang mérupakan perbandingan antara persentase perubahan
jumlah barang yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga barang lain.
Elastisitas silang yang positif menunjukkan bahwa barang X d Y acialah dua
barang yang saling menggantikan. Sedang elastisitas si ng yang negatif rnenunjukkan
bahwa barang X dan barang Y adalah ba ng komplementer.
c. tListisitas Pendapatan
Elastisitas pendapat.an mengukur kepekaan jumlah barang yang diminta
terhadap peruhahan pendapatan yang dapat dihitung dengan membandi an antara
70
persentase perubahan jumlah barang yang diminta de an persentae perubahan
pendapatan.
Untuk indonesia elastisitas pendapatan ditaksir melalui elasti. tas pengeluaran.
Sebab lebih mudah mengumpulkan data pengeluaran dar ada mengumpuikan data
pendapatan.
71
PASAR PRODUK-PRODUK PERTANIAN
1. Permintaan Produk-produk Pertanian
Pennintaan konsumen didef inisikan sebagai berbagai kuantitas suatu. barang
tertentu d iniana seorang konsunen ingin dan manpu membelinya pada berbagai ttngkat
harga, ceteris paribus. hubungan permintaan tersebut hanya menunjukkab hubingan
secara teoritis antara harga dan kuanticas yang dtbeU.nya per unit waktu, ceteris
paribus.
Harga dan kuantitas berbanding terbalik , oleh karena itu kurve permintaan bers
lope negatif. Hubungan terbalik mi kadang-kadang disebut hukum permintaan, dan hal
mi bisa dijelaskan pada etek subsicusi dan pendapatan dan suatu perubahan harga.
Et ek substitusi timbul karena konsunen nengalihkan pembeliannya ke produk
yiing secara relatif lebih murah karena perubahan harga. Misalnya kalau harga daging
sapi naik maka niingkin sekali konstinen mengganti daging sapi dengan dagin kambing
yang harganya lebih nurah. Atau j ika harga gula pasir riaik, niaka konsumen nMingdn
72
akan merigganti gula pasir menjadi gula rnerah yang harganya Lebih nurah. Jadi dalam
hal mi terjadi proses penggantian (substitusi).
Efek pendapacan timbul karena suatu perubahan harga dan satu produk,
cetertijiribis, merubah pendapatan nil konsurnen. Suatu penurunan harga menaikkan
daya beli dan sejumlah uang tertentu, dikian sebaliknya. Misalnya pada harga
RplOO,00 per unit maka 300 unit prod uk mernbutuhkan uang sebesar FCp3O.00(J,00.
Suatu penurunan harga sebesar Rpl 0, OU(menj adi Rp90, 00/unit) berarti bahwa
seorang konsumen bisa membe].i 300 unit yang sama dengan uang sebesar Rp27.000U0
berarti penghematan sebesar Rp3.00000.
Efek substitusi dan suatu peruba.han harga untuk suatu produk tertentu selalu
negtii. Dengan suatu kenaikan harga, ef ek substitusi menurunkan kuantitas yang dibeli,
dnikian sebaliknya. Efek pendapatan dan suacu perubahan harga juga biasanya negatil.
Suatu kenaikan harga menurunkan pendapatan nil, dan bahkan dengan suacu huixingan
positif yang biasa antara kuantitas dan pendapacan yang benlaku, kuantitas dan harga
akan bergerak dalam arab yang benlawanan. Deinikian pula sebaliknya jika terjadi
penurunan harga.
Ada beberapa produk yang inenpunyai hubungan yang cerbalik antara
pendapatan dan kuantitas produk yang terjadi. tlam kasus-kasus mi, suatu penurunan
pendapatan nil, sebagai akibat dan suatu kenaikan harga, akan berhuhungan dengan
suatu kenaikan kuantitas yang dibeli. Karena itu, efek pendapatan dan suatu perubahan
harga akan menggeser kuantitas pada arab yang sama dengan perubahan harga tersebut.
Jika ef ek pendapacan mi lebih besar dan efek substitusi, maka kuantitas yang diminta
akan naik dengan suatu kenaikan harga, deinikian sebaliknya. mi adalab kasus yang
jarang dan Gift en’s Paradox atau hubungan intaan beriope ppsitif.
73
Permincaan pasar adalah suatu penyamarataan konsep perniintaan koasimen.
Hal mi didefinisikan sebagai pilihan berbagai kuarititas dan suatu produk dimana semua
konsuiTen cli dalam suatu pasar certencu ingin dan manu menbeli pada berbagi tingkat
harga, cetenis panibus. Suatu hubungan permirztaan pasar bisa dianggap sebagai suatu
penjumlahan permintaan individual. Suatu perubahan harga menyebabkan perubahan
jumlah yank dibeli konsumen sama halnya dengan perubahan kuantitas yang dibeli
setiap orang.
Kita akan memperhatikan hubungan-Fubuogan permintaan pasar. HutAlnganhutungan mi bisa berarti permintaan dalam suatu kota, desa, atau negara, atau daerah
pasar lainnya. I-lubungan permintaan digambarkan dalain Gambar 4.1. Kuantitas adalah
i igs i harga, tetapi hárga secara konvensional diIetakkan pada sumbu vertikal dan
kuantitas pada sumbu horisontal dan diagram fungsi permintaan (dan penawaran).
b. Perubahan perinintaan
Adalah pent ing untuk mernbedakan antara suatu perubahan kuantitas yang
diminta dan suatu perubahan permintaan (antara pergeseran sepanjang suatu kurve
permintaan
dan
pergeseran
kurve
pentnintaan).
Faktor-faktor
utama
mempengaruhi tingkat permintaan bisa dikelompokkan roenjadi 4 kelompok yakni:
yang
74
1) j iinlah pendudik dan distribusinya menurut unsur, daerah geograt is, jenis
ke].amin dan
lain-lain;
2) pendapatan konsumen dan distribusinya;
3) harga dan ketersediaan produk-produk lain dan jasa;
4) selera dan pre±erensi koosiiien.
Faktor-i aktor terseixit di atas kadang-kadang disebut f aktor-t akcor pe-ientu
permintaan. Seperti ditekankan sebeluniya, f aktor-i aktor mi, dianggap tetap untuk
suatu tingkat yang tertentu dan suatu t ungsi penrnintaan, tetapi dengan perjalanan
waktu, perubahan penmintaan adalah suatu aspek penting dan penubahan harga.
Suatu pergeseran penmincaan yang sederhana ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Suatu kenaikan permintaan berarti bahwa kurve permintaan bergerak ke kanan.
1<.onsumen akan menibeli Lebib banyak lagi produk tertentu pada tingkat harga yang
sama, atau nereka akan weTIbeii kuarititas yang sama pada tingkat harga yang iebih
tiriggi. Suatu penurunan perrnitaan (bergeser ke kin) niempunyai pengaruh yang
bertawanan.
75
lJntuk hampir senna produk-produk pertanian, penctapatan dn permintaan
berhuhungan secara pos itit, karena itu suatu kenaikan pendapatan nienggeser
permintaan ke kanan. Tetapi untuk beberapa produk adaiah sebaiiknya. Produ OdUE
terse[xzt disebut barang interior lxikan karena kurang bergizi, tetapi hanya karena
konsuiien niembeli lebib sedikit j ika pendapatannya naik. Misalnya ga1ek.
c. Permintaan Spekulasi
Mungkin Anda bert ikir bahwa konsep permintaan hanya dalam artian
perniincaan konsunien untuk pemakaian saat sekarang saja. Permintaan spekuiasi
merupakan suatu macam permintaan yang dikaitkan dengan penggunaan dan harga yang
diharapkan pada masa yang akan datang. Karena sejumlah produk pertanian dihasilkan
secara musiman tetapi dikonsixrisi sepanjang tahun, maka konsep permintaan spekulasi
secara khusus mendapat perhatian para ekonoi pertanian.
Suatu fungsi permincaan bisa di interpretasikan sebagai permintaan untuk
penggunaan sekarang dan untuk tujuan-tujuan spekulasi. Pengasinnsian perrnintaan
spekulas i tergaixing dalam t ungs i permintaan, faktor-f aktor tambahan bisa
menambah/mernperbesar pergeseran permintaan (bahkan merubah harga-harga).
Misainya, prospek yang baik suatu produk pertanian pada tahun yang akan datang, akan
uieningkatkan permintaan spekulasi untuk cadangan-cadangan sekarang. Prospek
produk, pembatasan ekspor/impor terhadap produk tersebat, nusim kering, adalah
beberapa contoh I aktor yang bisa merthah permintaan spekulasi.
Singkatnya, suatu tungsi permintaan bisa bergeser dengan adanya perubahan
permincaan spekuiasi. Spekutasi yang tidak tepat dalant mengantisipasi. kejadian-
76
kejadian pada nasa yang akan datang bisa meningkatkan variabiiitas harga, tecapi
spekulasi yang mengantisipast mesa depari dengan cepat menunmkan variabi Litas
harga.
d. Permintaan Turunan (derived demand)
Konsunen akhir iaiah orang yang menentukan bentuk dan posisi t ungs i
permintaafl. Aiasanflya ada Iah bahwa hubungan perniintaan kons.nnen btasanya
mengenai permintaan dasar (primary demand). Ililam analisis empiris, data harga eceran
dan kuantitàs biasanya digunakan urituk menentukan hubungan permintaan dasar
(primary demand).
Istilah permincaan turunan (derived demand) digunakan untuk munjukkan
skedul pennintaan akan input yang digunakan untuk memproduksi produk-produk akhir.
Jagung misainya, adatah suatu input penting untuk industri peternakan, semencara
kedele digunakan untuk membuat kecap. lAis, permintaan akan jagung dan kedete
diturunkan dart permintaan akari produk-produk akhir.
Suatu kurve permIntaari turunan bisa berubah juga karena kurve perniintaan
dasar (primary demand) bergeser atau karena perubahan margin pemasaran. Secara
empiris, hubungan-hubinigan permintaan turunan bisa diestiniast, juga secara tidak
iarigsung dengan pengurangan margin yang tepat dan skedut peraiintaan dasar, atau
secara langsung dengan penggunaan data harga dan kuantitas diniana. dicerapkan pada
tahap (stage) yang tepat dart pemasaran. Nisairya harga-harga dan kuantitas pedagang
besar bisa digunakan untuk memperkirakan penmintaan turunan pada suatu tingkat
77
menengah, semencara itu data harga-hargá dan kuantitas perusahaan percanian bisa
digunakan uncuk mengestimasi kurve permintaan yang dthadapi produsen.
4.1.1.2 Elastisitas Pennintaan
Dalam seksi mi kita membahas elastisitas harga, elascisitas harga silang,
eiastisitas pendapatan dan ileksibilitas harga. Konsep-konsep tersebut di atas akan
ditinjau dart sisi penmmntaan.
a. Elastisicas liarga
Elastisitas harga adaiah perbandingan ancara persencase perubahan junlah
produk yang diminca dengan persentase perubahan harga.
Hesr atau kecilnya elastisitas pada suatu persentase harga tertentu, tergantiing
kepada besar kecilnya persentase peruhahan jumlah hara yang dLmlnta. Semakin besar
e berarti permintaan maktn elastts, demikian sebaliknya tidak atau kurang elastis hila e
kecfl. Jika e > 1, maka permintaan elastis, dan permintaan tidak elastis (in elastis)
ilka e <1.
ICoefisien elastisitas sering dttultskan negattf. Hal tnt menuniukkan hahwa j
ika harga naik, maka jurniab produk yang dirninta turun, demiktan pula sebaliknya jika
hargaturun maka jumlah produk yang dirninta naik.
Perukuran koefisien elastisitas hisa dilakukan dergan 2 cara.
78
1) Etacctsttas tkik (point elasticity) yattu menggunakan elastisitas pada satu
titik pada kurve
permintaan.
2) Elasttsitas busur (arc elasticity) yattu elastisitas antara 2 ttttk pMa kurve
perrntntaan.
Pada ganbar di atas; ditunjukkan. hahwa t it 1k A merupakan perstnggungan
antara suatii garis derari kurve permintaan (0), maka elasttsttas harga atas permlntaan
pada titik A adalah:
Dimana Q arial.ah jumlab produk yang diininta, dan P adalah harga.
Cara perhirungan koeftsien elastisitas dengan cara elastisitas 1is’ir (arc
last1citv) paling sering dtpakat. Dart Gambar 4.3 ktta hisa menhtriing koefisten
elastisitas antara 2 tltik yaitu B dan C pada kurve perni1.rtaan dengan rumus:
79
Koefisien elastisitas sama dengan satu (unitary elasticity) merzmlukkan bahwa
setiap perubahan harga membawa perubahan propors tonal dalam jumlab produk yang
diminta. Bagi penjual, kurve permintaan seperti tnt memberikan penerintaan yang
kOnstan apakah hargarwa tinggi atau rendab.
Di dalam teori ada koefisien elastisitas sama dengan nol dan tak berhingga (c-).
Koefisien elastisitas sama dengan nol menunjukkan bahwa kurve permintaannya
inerupakan garis vertikal yang berarti bahwa berapapun harga produk, jumlah yang
diminta tidak akari terpengaruh. Sebaliknva path koef is ten elastisitas tak berhing,ga,
perubahan harga produk mempunyai dua akibat yattu juinlah yang diminta tak
beriiingga atau sania dengan nol, dan.kurve permintaannya berbentuk garts horisontal.
Has ii. penelit tan C Peter Tinnier di Indonesia menurijukkan hahwa elasttsitas
harga atas perniintaan tepung gandum adalah sebesar -1,4, yang berarti bahwa setiap
kenaikan harga tepung gandum’ sebesar 107 diikuti oleh penirunan konsumsi (lutul.ah
gandum yang diminta) sebesar 14% atau sebaliknya penurunan harga tepung ganduin
sebesar 10% akan diikuti oleh kenaikan konsuinsi gandum sebesar 14%.
b. Elastisitag Silang (cross elasticity) atas permtntaan
80
Elastisitas silang atas permintaan adalah perbandingan antara persentase
perubahan junilab yang diniinta atas produk X dengan persentase perubahan harga
produk Y (yang berhuIungan).
Di dalam arti ekononii, selain besar kectlnya koefisien elastisitas silang maka
tandanya (positif atau negatif) adalab lebth pent ing, karena tandanva tersebut
menunjukkan sifat hubungan antara kedua produk tersehut. Tanda yang positif herarti
produk X dan Y adalab substitutif, sedankan hiLa tandanva negatif maka produk X dan
Y adalah koniplementer. Semakin besar koeftsien elastisftas ku maka semakin erat
iIxingan kedua produk yang bersangkutan.
Sebagat contob, dan has it penelittan C. Peter Ttnimer diteniukan hahwa
koefisien elastisitas silang antara beras dan tepung gandurn dl Indonesia sebesar + 1,2
herarti kenaikan hara heras 10% akan dilkuti oleh kenaikan gandum yang diminta
sehesar 12%. Jadi tepung gandum merupakan hahan makanan penggant i (subs titut)
heras yar cukup balk.
c. Elastisitas pendapatan atas permiritaan
F.lastisitas pendapatan atas permlrtaan adatah perbandiran antara persentase
peruhahan jumlah produk yang diminta Iengan persentase perubahan pendapatan. Di
Indones La, kita sudah niempunyai taksirantaksiran koefisien elasttsitas pendapatan
yang lehlh balk ketimbang koef is ten elastis itas harga dan s hang atas perminta.an.
Elatis itas peridapatan hisa dirumuskan sebagai herikut:
81
Elactisitas pendaratan atas permintaan tandanva hampir selalu positif.
Konsunien yang pendapatannya naik, maka dava helinva naik dan La akan membeti
barang-barang konsumsi lehib hanyak.
Konsep elastisitas atas permintaan mi sangat penting di dalain ekonon karena
mampu menerargkan perhedaan perilaku ekor’omt dan berbagai gotongan pendapatan
masyarakat dalam pembetian produkproduk. IJntuk permintaan hahan makanan
tenitanla beras di Indonesia, elastjsftasriya rendah. Menurut Mubyarto, eLastisltasriya
sebesar 0,65,jadi makin tinggi pendapatannya maka semakin rendab elastlsltasnya.
Indonesia, sepertt kebanyakan negara-negara sedang berkembang tainnva,
koefisien elastisitas pendapatan atas permiritaan untuk heherapa hahan makanan dltaksir
dengan elastisitas pengeluaran (expenditure elasticity). Yang dirnaksud dengan
elastisitas pengeluaran tnt adatab perbandingan ant ara persentase perubahan lurnlah
produk yang climinta dengan persentase perubahan pengeluaran korisumen.
d. Koeftsten flekstbilitas harga
Narga dianggap sebagai faktor perwebab perubahan dan umlth produk yang
diminta bertihah naik atau turun tergantung pada peruhahan harM jika kita menghttrng
eLastisitas harga. Jadi harga merupakari variabel independen sedangkari jumlab produk
yang diminta merupakan ,variahel dependen. Penetapan tingkat harga tertentu akan
menentukan junilab produk yang dapat diserap atau akan ditampung pasar.
82
Tetapt di samping penerapan pengetahuan tetang elastisitas harga untuk
menentukan jumlah produk yang dapat diserap pasar, maka kita dapat pula menerapkan
teort tnt dart segi Lain yaitu melihat pengaruh petubahan jumlah produk yang
ditawarkan di pasar dengar. harga yang terladi. Iriilah yang dtse1ut fleksi.bilitas harga
dimana harga menjadi variabel dependeri yang tergantung pada jumlah produk sebagai
variabel. independen. Fleksihilttas harga tnt disebut juga elastisitas jumlah yang
merupakan kebalikan dart elastisitas harga. Fleksihilitas harga tnt dirumuskan sebagai
berikut:
Hubungan antara elastisitas harga dan fl.eksihilitas harga dapat dituliskan
sebagai berikut:
Elastisita.s harga 0 0,5 1 2,0
Flekaibilitas harga c- 2,0 1 0,5
Tinggi rendahrwa flekstbilitas harga mi sangat petting hagi petani karena hasilhasil pertanian yang hers if at muslman dapat mengakihatkan .fluktiiast harga yang
hesar. Suatu hasH penel.itian terhadap petani temhakau di daerah Besuki (1972)
nerunjukkan hahwa peruhahan produksi diikuti oleh peruhahan harga dengan persentase
yang lehih hesar. Kenyataan demikian sangat mempengaruhi tingkat pendapatan dan
tingkat hidup petani temhakau di daerah tersebut yang pada umumnya tetap miskin
walaupin menghasilkan komoditi ekspor yang penting. Rawang merab dan cahe
merupakan contoh lain dart hash pertanian yang mernpunyai fleksibilitasharga yang
tinggi.
83
4.1 .1 .3 Hal-hal yang berkaitan dergan penawaran di dalam pertanian
Di hawah tnt kita akan menthahas jSengertian heberapa konsep yang berkaitan
dengan penawaran di dalam pertanian.
a. Kurve penawaran dan elastisitas penawaran
farga keimbangan terjadi pada perpotongan antara kurve permintaan dan
penawaran. Kurve permintaan heserta sifat-shfatnya telah kita hahas di muka, sekarang
ktta akan membicarakan kurve dan elastisitas penawaran.
Elastisitas harga atas penawaran sama dengan nol jika kurve penawaran
merupakan garis vertikal (harga tidak rnempengaruhi jumlah yang ditawarkan),
sedangkan jika kurve penawarannya merupakan garis horisorital maka etastisitas harga
atas penawaran adalah tak herhtngga
().
4.9
Perbedaan pent trig antara kurve permintaan dan pIwaran dalam menakstr koef
is ten elastisitas adalah: pertama, pentingnya faktor waktu di dalarn penawaran, dan
yang kedua adalah bahwa peraruh harga terhadap umlah yang ditawarkan hiasanva tak
dapat dibalikkan (irreversible).
DI. sini faktor waktu dalam penawaran angat pentingkarena produkproduk
pertaraan hers if at musiman, vaitu tulanan at*t F$e4atn atau tahunan sehingga suatu
kenaikan harga di pasar tidakE , at. segera dilkuti dengan naiknya penawaran kalau
panen helürn tiba. flal tnt menunjukkan hahwa elastis itas harga atas penawaran adalah
inelastis dalam jangka pendek. Di sarnping itu pergaruh harga tidak dapat dibalikkan
84
karena kenaikan harga setelah beberapa waktu terteritu inendorong kenaikari lumlah
yang ditawarkan, maka pemrunan harga tidak akan mengembalikan jumlah yang
ditawarkan ke ttngkat semula.
b. Penawaran dan peranan lembaga pemasaran
Persoalan lain yang sangat perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
penawaran adalah peranan lembaga pemasaran (pedagang). Harga yang terladi di pasar
merupakan perpotongan antara kurve permintaan dan penawaran. Tetapi di dalam
kenyataan terdapat harga pada tingkat petani /produsen (producers price) dan harga
pada tingkat eceran (retail price) dl samping harga pedagang.
Pembentukan harga yang rnurni terladi pada tingkat harga perdagangan besar,
(whole sale price) karena hanya pada tingkat tnt terdapat persaingan yang agak
sempurna. Harga konsumen dan harga t ingkat pet ant hiasanya tinggal
inemperhttungkan dart harga perdagangan besar yaitu dengan menambah dan
mengurangi margin pemasaran.
Tintuk menielaskan proses pembentukan harga di atas, kita ambil antoh dan
bukuriva Prof esor Mabyarto (Pengantar Ekonomi Pertanian,
1979).
85
Dan gambar di atas bisa dilihat perbedaan besarra elastisitas harga pada kedua
tirigkat pasar yaitu elastisitas harga lehih rendah (dan
4.10
fleksibtlitas harRa Iehih tinggi) path tirkjt produsen hila dthandingkan dengan
ttngkat eceran. Jika jumiah produk yang dihawa ke pacar turun dart 40 meniadi 30 maka
haa pada kedtia pasar r.alk RplO,00. Nannn demikian kenaikan RplO,00 pada tlngkat
harga eceran berarti. dart Rp40,00 ke Rp50,00 at-au 25, sedarigkan pada tingkat
produsen berarti dart Rp20,00 ke Rp30,00 at-au 507. Berarti elastisitac barga pada t
tngkat eceran adalah:
Yang herarti elastisftas harga pada ttngkat produsen hanva sekttsx separuh dart
elastisitas harga pada tingkat konsumen. Tni mernniukkan 1hwa petani (produseri)
herada dalam kedudukan yang lernab bila dihandingkar. dertgan pedagang dan
konsumer’.
c. Elastisitas harga atas penawaran
Riirrus elact is it-as harga atas penawaran adalah sebagai herikur’
Makin besar koefisien elastisitas tnt nkin el.astis kurve penawaran, artinya
peruhahan harga yang relatif kecil mengakthatkan peruhahan lumlah yang ditawarkan
86
retatif besar. Elastisitas harga atas penawaran uga mngandung efek suhst ibis i dart efek
pendapatan.
F.fek substitusl da].am penawaran misainva jika terjadi peruninan harga beras
maka petani akan menggant i tanaman pad! nya dengan kedele yang relatif tehih
rnengiinttingkan, begitu pula sebalikrtya. Sementara itu efek pendapatan dart suatu
penibahan harga prod’ik pertaniar. dapat bersiFat posfttf atari negatif. Kalau rnisalnva
suatu kenaikan harga beras yang menyebabkan naikrtya pendapatan pet-ant mendorortg
petani untuk rnenggiinakan pupuk lehih banvak untuk tanarnan padt berikutriva, maka
efek pendapranr!va ada[ah po.cttif. SebaHkrwa efek pendapatan dapat bersifat oeg iF j
ika pet-an! jiistru mengitrangi kegiatannya, karena dengari pendapatan vng sama kini
dapat diperoleh dengan jumlah produk yang Lehih sed 1k it. TM data9 teori ekonorni,
jika efek pendapatan dapat mengkompenstr nHai posiriF dan efek substitusi maka
terjadilah kurve pçrawaran yng herhalik (backward bending suppLy curve) dimana
kenaikan hat-ga pro’ltik perttnian justni menuninkan jumlah yang dirawarkan.
4.11
Pada tinunrwa elastis itas harga atas penawaran produk-prodnk pertanian Iehih
rendah daripada elastisitas harga atas penawarar. produk-produk industri. Hal ml
disehahkan oieh stniktur pertanian lebih tear (rigid) daripada struktur inhistri.
Menaikkan dan merjrurkan produk pert anian adal.ah 1ekiih sukar daüpada proc\uk irstr
yang sennanva dibuk di pabrik dan tidak tergantung langsung pada faktor-faktor alam.
d. Elastisiras silang dan penawarari
Flastisitas silang dan penawaran adalah perbandingan. antara persentase
peruhahan um1ah produk X yang ditawarkan dengar. persetae perubahan harga produk
Y, yang hisa dirunuskan sehagai berikut:
87
Jika elastisitac mi posi.tif maka barang X dan harang Y menipakan barang
yang dthasilkan hersama (loint product). Misalnva heras dan dedak yang dihactikan
bersama dalam penggtlingan padi. edargkan ika elastisitas silang ml negatif
mernnlukkan haa kenaikan harga harang Y mengakibatkan pernrunan lumThh barang X
yang ditawarkan, rnnka barang X dan Y adalah barang yang bersaing. Misalnya padi
dan cengkeh.
Besar keciinva koefisin elastisitas mergukur ttngkat keeratan )ubungan kedna
prodiik pertanian itu. Jtka hanva satu jenis ran,arnan yang dapat di tanam pada tanah
pertanian, rnaka e1atisitas stIangnva adalah nol.
4.1 .1 .4 Penentuan harga
IiLtm seksi mi i’[ta akan niembahas proses penentilan Harga prodiikprodiik
pertanian secara garis hesar. IJrtiik pemahaman yang ichih rnendaiam tetang proses
penent:uan harga mi telah Anda dapatkan di daarn kuIiah Pengantar Fkonomi dan Teori
Ekonomi. 1akro I.
a, Persaingan seipurna
Seheltini kita memhahas masaah penenruan arga, kita rnemhntiihkw herapa
pergetahuan totar.g pasar di ira harga di? ntukan din perilaku ndivtdua di dalam paar
terselnt. Vita hisa menerar4’kan sifat dan eara hekerja beberapa paar, sep’rti mia1rwa,
pasar hiiih— biahan di Ben ngharo (Yogyakarra). Nannm lernlktan, kita tidak akin
rnenpiknr I itu. <ita akan mengahsrraksikan pergtahnar din per’aan kir;i retan, cam
hckerjanva p’,:m-.pisnr lie
r vi rat —5\R at yang muki ip di ma ‘a i, parf.v iirtijk men eli
88
€‘ p1 . ii i1ah pnn” -i’:*’’i dil;irT) ‘uitii r’r
1, )
persaingar. sempurna yang akan kita hahac lehih dulu.
Konsep pacar persaingan semirna adalah suatu kon.sep yang kakia thu teutunya
halTpir saa pasar tidak memernhi svarat-syarat yang
tepat yang dihutuhkan konsep mi. Tetapi ktta menggiiriakannva, karem proses
penentuan harga hisa hampir serrua hisa dielaskan dengan pasar huatan’ semacam itu.
Kenndian kita hisa mengurangi beberapa syarat yang dU-utuhkan oleh konsep suatu
pacar persaingan sempurna.
Sifat dart stiatu pacar persaingan semima hisa diletaskan dengan tiga keadaan
berikut:
1. lumlah prodiasen banyak dan volume produksi set lap produsen hanva
ruerupakan bagian yang kecil dan volume transakst total di daThm pasar.
2. produk yang dihasilkan adalah hogen sehingga hash produksi satu prodwen
menapakan pengganti yang seriparna bagi haci 1 produkst produsen lain.
3. set tap produsen hisa mendapatkan informasi pasar (harga yang berlaku)
dengan semirna.
Ker iga s if at utama dart pas ar persat ngari s empu ma tnt meptinvai iiaplikasi
hahia:
(a) setiap produsen (secara individual) tidak bisa mempengaruhi harga pacar
yang herlaku; harga ditentukara pasar untuknya.
(b) kurve pamintaan yang dihadapi oteh seorang produsen adatah gari s lurus
horisontal, yang berarti hahwa dia bisa menual produk berapapun pada t tngkat harga
yang herlaku tanpa mengakibatkan perutunan harga lual,
89
(c) macam keputusari. yang hams diambil oleh seorang produsen (untuk
mencapai kepuasan makstrrnm atan postsi ke.cetmhangannva) adalah berapa volume
produk yang hams Ia lual, sedang harga lualnya sudah ditetentukan oleh pasar.
b. Penentuan harga di pasar perdagangan besar
Jika skedul permintaan dan penawaran untuk suatu produk tertentu, sepertl
dalam flambar 4.5, penentuan harga secara teoret is nudah diselesaikan, nanun prose.c
yang aktual terladi di pacar nnngkin ruwet dan agak suift ditentukan. Dalam (‘,amhar
4.5 kurve permintaan turunan (derive demand curve), DD, memotong kurve penawaran
tururBr. (derived supply curve), DS, pada t ingkat harga (perdagangan hesar) Rp400
,00. Harga tnt kita sebut harga keseimbangan. Tnt satu-satunya harga yang stahl 1,
menin lukkan t idak ada t endens I untuk bergerak. Pada t tngkat harga Rp400,00 umlah
yang diminta sama dengan lumlab yang dItiarkan. Pada harga sama dengan Rp400,00
para pembeli di pasar akan mengambil 10 kilogram heras dan penual akan menawarkan
10 kilogram heras. 1-larga
4.13
90
[patkah kit a menunukkan hahwa dengari harga Rp350,00 dan ktmnt ttas 10kg
harga tersebut stabil, dan pasar dalam keseimbar,gan?. Kits pikir kita bisa. Pada harga
Rp450,00 misalnya, tidak stabil. Pada tingkat harga Rp450,00 j’im1ah yang ditawarkan
melehihi jumlah yang diminta:
10,5 kg yang ditawarkan dan 8,5 kg yang dimir,ta. Di dalam suatu pasar behas,
dirnana marusia dimotivasi oleh profit (maksimtsasi pendapatan) dan I nf orrnas I yang
berkenaan dengan s Ituas I pas ar cukup memadal dan terdistribusi cecara meluas, harga
Rp450,CX) tidak hisa hertahan. Para pembeli tidak akan ineinbell, merunggu harga
turun. Para penjual akan dipaksa untuk menirunkan harga yang ditawarkan, agar
produknya laku. Dus, harga akan meni lii harga kes el mbangan Rpl 00,00. Pada t ingkat
harga Rp200,00 uga tidak stahi1. Permintaan rnelehlht penawaran pada tingkat harga
tersebut. Dalam keadaan seperti ml pars penjual akan menghent ikan pen jital.ah dan
para pernbeli than menaikkan harga dalam upayanya untuk menperoieh penawaran.
Karena itu, harga akan meniju ke harga keseimbarigan, Rp400 ,00. T<ekuatan-kekuatan
persairgan secara ten’s menenis hekerja dalarn suatu pasar bebas untuk menggerakkan
)-iarga yang aktual merulu k.e harga keseimhangan.
Terrpat harga Rp400 ,00 ditenrukan oleb kekuatan-kekuatan penawaran dan
permi ntaan. Dan penentuan ti ngkat harga tersebut terjadi dl pasar perdagangan hesar
dan beras, dimana kekuatan-kekuatan permlntaan konsurnen dan penawaran produsen
me rupakan ungkapan-ungkapan tent entu dalam keputusan-keputusan para pedagang di
pasar. Harga di pasar eceran sekarang menjadi Pp400,00 dttamhah margin pemasaran
yang kita perklraan menjadi sebesar Rp75,00. Dus harga beras untuk konsumep! adalali
Rp475,00 per kg dan pada harga mi, senna konsumn membeli 10 kg. Untuk
91
rnendapatkan hangs yang diterima oleh produsen pads tingkat usaha tani kita
menirangkan Rp30,00 dan hangs kesetinbangan
4.14
perdagangan besar yaitu Rp400,00 sdingga harga menladi Rp37O,00.
Harga-harga terselut, pada tingkat produsen dan konsumen, akan tetap sarrpai
harga perdagangan besar berubah lagi, penibahan-perubahan karena pada tirigkat harga
produsen Rp370,00 dan harga konsumen Rp475,00 para produsen dan kcsumen
menibuat keputusan dirnana menyebabkan jumlah yang diminta dan lumlab yang
dttawarkan pada perdagangan hesar beruhah, sehingga merubah harga kesetrnbangan
pula. Kekuatan-kekuatan yang menguhab keseimbangan dirrulat pada tingkat produsen
dan konsumen, tetapt ketika s is tern pemasaran carrpur tangan, proses penentuan harga
terjadi pada tingkat perdagangan hesar, dan peruhahan-perubahan harga yang ada akan
berlangsung secara alamiab metu’ju ke kxsumen dan kembali ke produsen.
c. Persaingan tak sespurna
Peithicaraan rnengenai proses perlentuan harga yang telah kita bahas yattu di
dalam proses persaingan sempurna. Tetapi syarat-syarat yang ketat (asurnsinya) di
dalam persaingan seripurna sering tidak sesuai dengan kenvataan bisnis yang terladi. Di dalam kenyatas.n, selalu ada ketidak serrpurnaan pengetahuan, informasi, dan lainlain pada hampir serrua pasar di mana hal-hal tersebat menyebahkan pasar men jadi
tidak serrpurna. Tetapi suatu hal yang sangat mendasar adalah mengenai umlah pen lual
dan pembeli di dalam pacar.
Jtka lumlah pembeli dan penlual di dalam pasar hanya sedikit, maka suatu
ci.ndakan dart salab seorang pembeli atan penjual akan berakihat pada harga. Dalarn hal
tnt, seorang pedagang tidak bisa lehih lame menganggap hahia suatu tindakan
92
pernhelian dan pen jualan olehriva tidak akar’. berpengaruh terhadap harga pasar;
sebaliknya, dia harus rnempertimbangkari pengaruh ttndakannya terhadap harga dan
tindakanttndakan balasan yang niingkin di lakukan oleh saingannya. Keadaankeadaan
sepertt tnt tidak terjadt pada pasar persaingan sempirna.
Persatngan tak sernpurna atau persaingan nonopolistik terletak antara
persatngan sempurna dan monopoli. Di dalam persaingan tidak seurna juga terjadi
sedikit persaingan, dan juga pasar tidak dikuasat sepenihrwa oleh seorang pembelt atau
penjual.
Dalam proses penentuan harga, pada pasar persaingan tidak sernurna tentu saja
berheda dengan proses di dalam pasar persaingan serrpurna atai pasar perdagangan
besar. Dalam pasar ml, jika ada se uniah kecil pedagang (produsen) di dalarn pasar,
maka kita bisa melihat bahwa harga pasar akan ditentukan oleh pedagang yang terbesar
(price leader) dan pedagang yang lain hanya mendapat bagian pasar yang sesuai dengan
“kekuatan”nya dan volume yang dttawarkan seiua produsen terse1-it.
4.15
DI. da1arn pasar produk pertanian, kadang-kadar ada “cairpur tangar.”
pemerintah di dalam proses penentuan harga produk pertaniar’. penting. Carrpur tangan
irii berupa “hantuan harga” (support prices) sebtngga mengakibatkan harga yang terladi
tidak sama dengan harga keseirnhangar!. Tindakan mi dilakukan pemerintah hiasanya
untuk rnenaga stahl litac harga produk pertanian yang s ifatnva nuirnan i.tu. Sehagal
contoh penetapan harga dasar (floor price) gabah atau harga tertinggi (ceiling price)
untuk produk-produk Iainriya.
1
93
4.2 Kegiatan Belajar 2
PERANAN HA1 PASAR
4.2.1 liraian dan Contoh
Kita telah beranggapan bahwa harga mernainkan peran penting di dalam
pengaturan fungsi-tungsi suatu perusahaan (usaha tani). Pengaturan
tersebut dilakukan dengan berbagai cara, tetapi ada 5 fungsi yang
secara spesifik ditunjukkan oleh sistem harga. Kelima tungsi harga
tersebut adalah untuk;
1) penetapan standar-scandar nilai;
2) pengaturan produksi;
3) pendistribusian produksi;
4) penctistribusian produk-produk dalarn jangka pendek;
5) pengaturan pemeliharaan dan pertumbuhan perekonomian.
Dalam proses memaksimumkan kepuasannya, konsumen akan mengeluarkan
uangnya dalam juiniah yang diinginkannya untuk dibelanjakan di pasar. Hal mi
menunjukkan bahwa ‘harga’ ditentukan oleh nilai-nilai relatif (atau standar-standar nilai
yang ditetapkan) dan produk-produk tertencu. Pi.Lihan-pilihan mi diperhitungkan oleh
produsen yang berusaha untuk mernaksimumkan keuntungan (atau penerimaan) dan
sumberdaya-sumberdaya yang dikuasainya.
Berdasarkan pada keinginan-keinginan konsumen yang nampak, produsen
mengatur (mengalokasikan) sumberdaya-sumberdaya tersebut dengan cara yang sarna j
ika inereka rnemproduksi produk-.produk yang meiuaksimuink.an keuntungan. Dengan
kata lain, standar-standar nilai seperti yang ditetapkan oleh sistem harga meniberikan
informasi yang diperlukan untuk keputusan-keputusan manajerial yang dibuat produsen.
94
Setelah sumberdaya dia.Lokasikan dan proses produksi diselesaikan, produk
harus didistribusikan kepada para konsurnen produk tersebut. Karena permintaan
rnembutuhkan daya beli seperci halnya keinginan akan produk-produk tersebut,
keputusan-keputusan seperti siapa yang mendapatkan apa yang telah dibuat,
berdasarkan pada siapa yang mainpu untuk membeli pada tingkat harga yang
ditentukan. Hal mi berarti bahwa tingkat pendapatan konsumen akan menentukan
berapa banyak produk yang inereka beli.
Pada tingkat harga yang sangat tinggi, hanya ada sejuinlah kecil orang dengan
tingkat pendapatan yang tinggi yang akan meinbeli produkproduk tersebut. Meskipun
demikian, jika produksi suatu produk tneningkat, harga akan turun dan konsumsi akan
produk tersebut rneningkat pula. Jika harga-harga turun sarnpai tingkat yang bisa
dicapai oleh konsuinen yang berpendapatan rendah, maka lebih banyak lagi
4.19
U
orang yang ikut mengkonsumsi produk-procluk tersebut, dan hampir semua
orang bisa nieningkackan cingkat konsumsi yang rnereka kehendaki. Jadi jelas tampak
di sini adanya tungsi pendistribusian produk. Juga pada tingkat harga yang sangat
tinggi, hanya sejumlah kecil dan orang tersebut yang memperoleh tingkat kepuasan
yang tinggi dan mengkonsumsi produk yang dibeli tersebut. Jika harga turun rnaka
jumlah orang di pasar akán bertambah banyak.
Pendistribusian procluk dalam jangka pendek seperti yang ditunjukkan oleh
sistem harga yang sederhana berarti bahwa penggunaan produk tersebut digunakan
melampaui suatu periode waktu. angsi.. harga mi secara khüsus penting dalarn kasus
95
produk-produk percanian, karena produksi dan sebagian besar produk—produk rnini
bersitat musiinan.
Perbedaanharga pada musim panen dan harga yang berlaku di pasar setelah
musim panen berlalu, rnengakibatkan penghasiian bagi para pemilik fasilitas
penyimpanan (gudang misalnya) dan orang—orang yang berspekulasi akan terjadi
perubahan-.perubahan harga pada masa yang akan datang. Sehingga para produsen
tersebut akan menghentikan
penjualan di pasar dengan harapan akan ada kenaikan harga pada masa yang
akan datang.
Fungsi yang kelima yang ditunjukkan harga adalah bahwa pengaturan
pemeliharaan dan pertumbuhan ekonomi. Jika harga tidak terlalu tinggi untuk menutupi
penggantian biaya peralatan modal, maka produk-produk yang dihasilkan oleh peralatan
kapital tersebut
secara perlahan akan hilang. Jika biaya hampir tidak bisa ditutup, maka tidak
akan ada dana untuk investasi untuk ekspansi.
Dan hal-hal yang telah dikeniukakan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa
peranant harga adalah pertama, harga adalah kekuatan yang mengatur perekonomian
kita, dan kedua adalah bahwa harga rnengatur dengan penyampaian keinginankeinginan kDnsumen ke produsen. Mekanisme pengaturan dn pengendalian ada lab
cadangan dan harga-harga. Jika cadangan bertambah, harga akan turun, dus
menyampaikan pesan kepada produsen bahwa mereka berlebihan rnenghasilkan suatu
produk. Harga yang turun i:nempunyai efek ganda, tidak hanya menutup aliran
suberdaya ke proses produksi., tetapi juga membuka pintu untuk meningkatkan
konsumsi. Jika konsumsi meningkat dan produksi dikurangi, cadangan akan inenurun.
96
Akibatnya harga naik dan aliran suinberdaya ke dalain proses produksi meningkat.
Tetapi harga yang lebih tinggi menipei:kecil konsumsi dan cadanan menjadi bertainbah
dan harga akan tlirun akhinnya. Proses mi berulang sampai titik yang dicapai dimaria
harga tnenyebabkan aliran produksi menjadi sama dengan
aliran ksnsuxnsi. Pada titik mi, harga adalah stabmi dan cadangan di pelihara
pada tingkat yang stabil. mi adalah titik kestabilan di inana
lçeseimbangan ekonomi tercapai.
4.20
Bagaimana proses menuju pembentukan harga keseimbangan di dalam
pertanian bisa juga dijelaskan dengan analisis Cobweb Theorem. Di da].am pertanian,
harga beberapa produk pertanian dan peternakan menunjukkan tluktuasi tertentu dart
musim ke mu.sim. Lihat Gambar 46.
Seandainya pada musim 1 jumiah panen dan yang ditawarkan ke pasar adalah
Q1. Karena hasil panen tnt dianggap tidak bisa disimpan terlaiu lama, maka juinlah
tersebut harus terjual habis pada musim tersebut. Dengan kurve permintaan D, maka
harga yang terjadi dipasar pada musim 1 adalah P1. Selanjutnya atas harga yang beriaku
mi produsen merencanakan produksinya untuk rnusim 2 (harga P1 dianggap oleh
97
produsen akan tetap beriaku pada musim 2). Atas dasar kurve penawaran S, pada harga
setinggi P1 ,jumiah produksi yang ingin ditawarkan ada]ah
Oieh sebab itu produsen merencanakan untuk rnengbasiikan output
sebesar Q2. Anggap bahwa setiap output yang direncanakan seialu bisa dicapai
dengan tepat. Maka dalam musim 2 .akan tersedia output sebesar
Q2 dan jumiah mi akan ditawarkan di harga pasar yang terjadi.daiam musim 2
ada.Lah P2 (yai tu perpotongan antara kurve permintaan D dan garis vertikal dan Q2.
Dengan harga P2 keimxlian produsen merencanakan produksinya untuk musim 3, dan
tnt berarti merencanakan output sebanyak Q3. Daläm musim 3 output sebesar Q3
dipanen dan semuanya dijual ke pasar. mi akan menimbuikan harga P3 (perpotongan
antara kurve permintaan D dan dijadikan dasar bagi rencana produksi musim 4 yang
menghasilkan Q4 dan harga setinggi P4) dalam musim mi. Tingkac harga P4 kernudian
dijadikan dasar rencana produksi musim ke 5, detnikian seterusnya.
Sementara itu untuk beberapa produk pertanian diadakan “program harga
batas” (price support programs). Program harga batas tnt menciptakan beberapa
masaiah yang berkaitan. Karena harga ditetapkan di atas tingkat keseimbangan normaL,
produsen mempunyai suatu insentif untuk memproduksi iebih dan yrig hisa dijual pada
tingkat harga batas. Agen yang bertanggungjawab untuk mengelola setiap program
harga batas, dihadapkan dengan masalah ap yang harus dtlakukan dengan adanya
/. 21
surplus. Secara mendasar 4 alternatif tersedia:
1) Produk tersebut bisa dijual pada pasar cerbuka dan perbedaan aricara harga
pasar dengan harga batas bisa dibayar dalam bentuk subsidi langsung. Subsidi yang
diperlukan ditunjukkan oleh tanda kurung besar A dalam Gambar 4.7
98
Z) Produksi atau penjualan produk tersebut bisa dibatasi pada tingkat dimana
harga pasar dan harga batas bertepatan (titik B pada Gambar
4.7)
3) Surplus bisa dibeli dan juga disimpan, di lernpar ke pasar ekspor atau
dihancurkan (surplus ditunjukkan oleh tanda kurung besar C dalam Ganibar 4.7)
4) harga batas bisa dibayar pada volume produksi tersebut yang akan
‘membersihkan’ pasar pada harga-harga pasar, sisa produk dimungkinkan untuk dijual
pada setiap nilai yang memungkinkan).
Lawan, dan harga batas aclalah jika untuk beberapa alasan mensyarakat
memutuskan. bahwa harga untuk beberapa produk lebih tinggi dan yang bisa diterima
oleh masyarakat. Masalah-maaalah yang tenjadi karena tindakan seperti itu
digambarkan dalarn Ganibar 4.8
Pada tingkat harga yang dilakukan konsumen mau ruembeli produk lebib dan
yang mereka inginkan pada tingkac harga keseimbangan. Tetapi kuantitas yang akan
diproduksi dan dijual produsen lebih kecil•clari pada yang biasa mereka tawarkan.
Akibatnya, ada kekurangan produk (ditunjukkan oieh tanda kurung besar A dalarn
Gambaar 4.8). Karena itu, jika harga-.harga ditetapkan pada tingkat di bawah harga
keseimbangan, sistem harga tidak dapat menunjukkan untuk mendistnibusikan produk
99
ke pada konsumen. Bahkan lebih buruk lagi, konsurnen akan membayar suatu harga di
atas tingkat keseimbangan dalani Gambar 4.8) untuk kuantitas yang tersedia. Dus, ada
suatu insentif yang sangat besar (tanda kurung besar B dalam Gainbar 4.8) untuk para
pedagang dan kDnsunlen untuk menghindari harga yang diberlakukan melalui kegiatan
pasar gelap.
4.22
‘
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga
Untuk inengetahui faktor-faktor yang inempengaruhi harga, khu8usnya di
dalam pertanian kita akan meznbahas beberapa kenyataan dan masalah di bawah mi.
100
a) Kekuatan—kekuatan yang mempengaruhi harga produk-produk pertanian
Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi harga produk-produk pertanian
bisa dikelompokkan ke dalam 4 kategori pokok. Pertaiua, keadaan-keadaan
penawaran yang mempengaruhi harga produk per tanian termasuk keputusankeputusan
produksi, cuaca, penyakit, luas tanah yang dipanen, dan impor produk-produk pertanian.
Kedua, keadaan-keadaan permintaan termasuk pendapatan, selera dan preferensi,
penduduk dan ekspor produk-produk pertanian. Ketiga, sektor pemasaran juga
mempengaruhi harga-harga prociuk pertanian ].ewat kegiatan-kegaitan penambahan
nilai tambah, perilaku biaya, dan strategi-strategi pernasaran yang terakhir, pemerintah
bisa meinpengaruhi harga-harga produk pertanian melalui harga batas, pengerxlalian
penawaran, kebij aksanaan perdagangan atau kebij aksanaan-.kebij aksanaan yang mem
pengaruhi penn intaan domest ik akan produk pertanian.
Kadang-kadang ada perdebatan tentang apakah harga produk-produk pertanian
ditentukan pada tingkat usaha tani (produsen), dalam sistem pemasaran, atau oleh
konsumen pada tingkat eceran. Kenyaannya, hanya ditentukan secara bersama-sarna
oleh perniintaan konsumen, penawaran produsen (usaha tani), dan sistem pernasaran
produk-produk tersebut. Dan tidak ada satupun dan ketiga ha]. tersebut yang lebih
penting daripada lainnya dalam penentuan harga produk-produk tersebut.
b) Fluktuasi harga pertanian
Ada berbagai keadaan yang meinpengaruhi ketidakstabilan harga pertanian.
Dan sisi penawaran, variasi dan keputusan-keputusan produsen akan output, cuaca,
penyakit, dan kejadian-kejadian yang tak bisa diduga yang mempengaruhi •luas tanah
yang diolah, yields, output dan harga. Beberapa faktor penawaran bisa dikendalikan
oleh petani dan beberapa tidak, tetapi bahkan usaha—usaha petani untuk menyesuaikan
101
penawaran dengan permintaan bisa gagal oleh kejadian-kejadian. yang tak bisa dmduga.
Dia bisa tanggap terhadap harapan-harapan akan harga dengan menambah luas tanah
yang ditanarni, tetapi yields ak.an menjadi lebih rendah dan rata-rata.
4.26
Dalarn banyak ksus, respons petani terhadap perubahan-perubahan harga akan
rnengurangi tluktuasi harga, hanya jika harga-harga yang cinggi niendorong kenaikan
penawaran, diiriana akhirnya menurunkan harga.
Faktor-faktor permintaan juga mempengaruhi variasi-variasi harga dalam
pertanian. Pendapatan konsumen, tingkat pengerjaan (employment), dan keadaan
dunia4 bisnis inempengaruhi ermintaan kan produk pertanian dan harganya. Seperti
pergeseran penawaran, dalam jangka pendek kurve permintaan akan menggeser suatu
kurve penawaran yang secara relatit inelastis, rnernbuat penyesuaian harga yang terjadi.
c) Sikius harga pertanian
Sikius bisnis mempengaruhi harga-harga pertanian inetalut pergeseranpergeseran secara periodik dalam penawaran dan permintnan
F agregat dan produk-produk pertanian. Sikius harga pertanian
teratur akan tluktuasi pada saat periode ekspansi dan kontraksi clan
penawaran dan produk-produk pertarlian. Variasi-variasi harga mi berdasarkan
pada penawaran, variasi-variasi tersebut mencerminkan keputusan-keputusan output
produsen. Jika penawaran naik, harga turun, dan j ika penawaran turun, harga naik.
Sikius harga pertanian disebabkan oleh kecenderungan para petani untuk
inendasarkan perencanaan produksi yang akan datang pada harga sekarang dan
keuntungan, tidak pada harga yang akan datang. Sebagai contoh misalnya, pr(xiuksl
ayam potong secara relatif rendah dan harg kopi tinggi. Orang-orang dalam bisriis ayam
102
potong meihaL padii penerimaan yang sangat menggembirakan pada tahun yang lalu
dan
memutuskan
untuk
memperluas
usaha:.ya.
Bahkan
yang
sebe.Lumitya
meninggalkan bisnis memutuskan untuk berusaha lagi. Tetapi untuk memperluas
produksi ayam potong herarti hahwa, kita harus tnuiai memelihara dan kcil, memheri
makan, dan sehagainya, hingga kita bisa menjualnya ke pasar. Semuanya Ltu
nienibutuhkan waktu paling tidak 3 bulan. Tetapi sepanjang waktu tersebut penawaran
yang meningkat, saingan kita akan menurunkan harga. Produsen akan melihat keadaan
tersebut dan memutuskan untuk mngura11gi penawaran ayain potongriya. SikLus akan
kernba Ii lagi dengan sendirinyn, produksi akan turun dan harga akan naik.
d) Vaniasi harga musiman
Variasi-variasi harga musiman adalah akibat dan pertnintaan musi man,
pro(iuks i, dan po Ja-j o La pemasaran. ftirunnya harga ayam kaikun mer ‘pakan suatu
contoh kits i k dart variasi harga yang dipengaruhi oleh per iiitaan inusimnan. Kenaikan
musiinan harga—harga produk pertanian dan panen ke panen melukikan perubahan
harga yang dipengartihi oleh permawaran musiman.
4.2]
Harga eceran pnd ik pertariian mengikuti suatu pola musiinan dengan deviasi
yang relatif kecil. dan tahun—ke tahun. Kecenditig mi terutama sekali dicerininkan oleh
harga produk pertana pe Waktu musim panen (misalnya durian) dan inusiw tidak panen.
Perubahan..perubahan di daLam kegiatan-kegiatan produksi musiman, pola—
pola peilritaan, kapàsitas penyimpanan, atau biaya penyimpanan akan diharapkan untuk
rnerubah variasi harga musiman dan produkproduk pertanian. Misa.Lnya penyimpanan
produk-produk dan teknologiteknotogi dalam peinrosesan bisa merubah pola-pola harga
musiman dan produk-produk pertanian yang sangat gainpang rusak.
103
104
105
106
ARTI DAN DEFINISI PEMASARAN
4.1 .1 . 1 Arti pemasaran
Pemasaran inempünyai arti yang berbeda bagi setiap orang. Bagi konsumen
misalnya seorang ibu rumah tangga , pemasaran bisa berarti belanja untuk rnakanan.
Para petani terutama sekali rnelakukan transaksi dengan para peinbeli lokal, dan bisa
mengkaitkan pemasaran dengan peinuatan hasil. pertaniannya ke atas mobil dan
diangkut ke pasar. Sebaliknya, pedagang perantara seperti pengecer, pedagang besar,
dan pengusaha pengolahan (processor) bisa memandang pemasaran sebagai suatu
proses untuk mendapatkan keuntunçan dan persaingan yang ada dalam pasar,
peningkatan penjualan dan keuritungan, dan pemuasan konsumen. Set iap kelompok di
atas merupakan konsep yang terpecah-pecah dan suatu proses marketing secara
keseluruhan. Tetapi seperti yang dipakai para ekonom, istilah pemasaran adalah lebih
luas dan melibatkan semua kegiatan yang ada di dalam proses penyampaian produk dan
produsen yang pertaina sekali ke konsumen akhir.
107
Istilah pemasaran (distribusi) sering juga disebut dengan istilah tataniaga
karena niaga berarti dagang sehingga tataniaga (pemasaran) berarti segala sesuatu yang
menyangkut aturan main dalam hal perdagangan produk-produk. Di negara kit a,
masalah pemasaran produkproduk pertanian merupakan bagian yang paling lemah
dalam mata rantai perekonomian atau dalam aliran produk-produk. Dengan kata lain,
efisiensi di bidang pemasaran mi masih rendah, sehingga masih sangat perlu i.ntuk
diperbaiki.
Bagaimanakah ukuran dan sistem pemasaran dan suatu produkagr bikatakn
baikdan efisien? Sistem pemasan dianggap efisien
bila memenuhi dua syarat: 1) mampu menyamaikan hasil produk petani produsen kepada konsumen
dengan biaya semurah-murahnya,
2) mampu mengadakan pembagian yang adil dan keseluruhan harga yang
dibayar konsumen terakhir kepada semua pihák yang ikut serta di dalam kegiatan
produksi dan pemasaran produk tersebut.
Pengertian iil di sini adalah pemberian balas Jasa fungsi-fungsi pemasaran
sesuai sumbangannya masing-masing. I)us, dengan rnelihat kedua ukuran mi tampak
jelas bahwa kemungkinan peningkatan efisiënsi pemasaran di negara kita masih besar.
Biaya pemasaran di negara kita termasuk tinggi dan pembagian hasil pendapatan dan,
harga produk masih kurang adil. Jika misalnya hanya syarat pertama yang dipenuhi
tetapi pembeli dan penjual hasilpertanian hanya ada satu perusahaan atau satu orang saja
(monopsoni dan monopoli) maka perusahaan itu mungkin bisa rnenekan harga
pembelian dan petani sehingga petani hanya menenima harga yang relatif rendah.
108
Dalam kasus mi jelas bahwa biaya pemasaran rendah tetapi pembagian pendapatan
tidak adil.
Jika di negara kita biaya pernasaran relatif lebih cinggi dibandingkan dengan
keadaan di negara-negara lain untuk produk yang sama, sehingga menyebabkan
penekanan harga pada tingkat petani produsen. Hal tersebut disebabkan oleh, misalnya
transportasi yang belum lancar, kelemahan modal petani, industri pengolahan yang
belum maju, dan sebagainya. mi berarti bahwa ada peluang bagi perbaikan
5.2
pemasaran pada banyak fihak terrnasuk pemerintah yang rnungkin harus
menyediakan anggaran yang besar untuk perbaikan prasarana, pengaturan standar
barang-barang komunikasi, telepon, teleks, telegram, dan sebagainya.
Bukan hanya di dalam hal-hal teknis saja peranan pemerintah diperlukan
dalatnpenembangan pemasaran, tetapi juga di dalam soal-soal jaminan hukum dan
pengawasannya, dalam rnengusahakan kescabilan nilai uang dan lain-lain, demikian
menurut AT Mosher. Karena itu pemasaran pertanian tidak hanya mencakup barangbarang yang dihasilkan oieh petani tetapi juga sarana-sarana produksi (saprodi) yang
diperlukan oleh petani seperti: pupuk, pestisida, dan juga alat-alat pertanian. Khusus
untuk pupuk dan pestisida mi banyak dipergunakan istilah distribusi, karena pupuk yang
di impor atau di odiiksi oleh suatu pabrik pada tempat tertentu harus didistribusikan Ice
pelosok-pei5sok desa yang tersebar. Perdagangan distribusi mi dilawankan dengan
perdagangan pengumpulan yang menunjuk pada kegiatan mengumpulkan basil-basil
yang juinlahnya sedikit dan petani produsen yang tersebar.
4.1 .1 .2 Fungsi pnasaran
109
Setiap barang ekonomi mernpunyai kegunaan atau rnantaat bagi ruanusia.
Manusia memerlukan suatu barang tertentu pada tempat, waktu, bentuk dan harga
tertentu. Jika antara penjual dan pembeli tidak ada kecocokan dalarn salah satu syarac
tersebut di atas, rnak transaksi jual. beli cidak akan terjadi. Disinilah terletak fungsi dan
peratian pemasaran yaitu mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang
diinginkan pada tempat,. waktu, bentuk, dan harga yang
Salah satu fun si yang harus dijalankan oleh sistem pemasaran adalah
pengangkutan. Berbagai produk pertanian harus diangkut, sering kali ratusan ataii
bahkan ribuan kilometer jarak dan usaha taft dimana produk pertanian itu dihasilkan ke
kota-kota dimana produkproduk tersebut di konsumsi, atau ke pelabuhan-pelabuhan
untuk diekspor. Misalnya hasH produksi rambutan, harganya sangat murah pada tempat
di mana rainbutan cersebut di hasilkan dalam jurnlah yang beriimpah-limpah , padahal
di kota perrnintaan akan rarnbutan itu cukup besar. Karena itu rambutan di angkut ke
kota untuk di pasarkan. Pemasaran yang berfungsi untuk membawa rambutan tersebut
dan tempat prsi (desa) ke tètnpat konsumsi (kota) bisa dikatakan teLah berlungsi
menaikkan kegunaan tempat (place utility) bagi rambutan tersebut.
Fungsi lainnya adalah penyiinpanan (storage). Basil produk pertanian di petik
pada musim panen, akan tetapi konsumen perlu maniakainya sepanjang tahun. J1 dalam
suatu perekonornian pertanian yang bersifa-t subsisten, petani menyimpan sendiri
produk
5.3
pertaniannya. Sedangkan di daLam sistem perekonomiari yang sodah maju,
proses penyimpanan mi dapat dikerjakan secara lebih efisien oleh lembaga- lem baga
pemasaran dengan mfleinpekerj akan pegawai .-pegawai yang terlatih secara teknis dan
110
dengan rnenggunakan peralacan dan fasilitas yang diatur dengan baik untuk mel.indungi
produk-produk itu dan gangguan tikus dan serangga, serta lain-lain sebab yang
menimbulkan kerusakan dan kebusukan. Sebagai contoh, proses penyimpanan padi
yang berjumlah banyak dan saat panen (pada waktu harga rendah) sampai saat paceklik.
Walaupun penyimpanan mi mungkin hanya beberapa bulan saja, tergantung pada
macam barangnya, tetapi proses mi telah rneningkackan kegunaan waktu (time utility)
dan pernasaran.
Produk pertanian yang gampang rusak tidak dapat disinipan lania canpa
pengolahan (processing). Karena itu, pabrik-pabrik uncuk pengolahan surplus musiman
dan produk pertanian yang garnpang rusak sangat penting seperti: proses pengeringan,
pengalengan buahbuahan, sayur-sayuran dan daging dan lain-lain. Namun demikian,
pengolahan produk-produk pertanian tidak terbatas hanya pada hasil pertanian yang
gampang rusak saja. Kebanyakan hasil pertanian tidak dimakan dalam bentuk seperti
ketika dipanen. Padi harus dijadikan beras, gandum digiling menjadi tepung, atau
kelapa sawit diolah dulu untuk jadi mmnyak goreng, dan lain-lain. 1eknologi makanan
yang modern rnemungkinkan pernbuatan produk-produk baru yang pasarannya bisa
dikembangkan seperti tepung bayi, minuman-minuman, manisan dalam kaleng, dan
banyak lagi yang lain.
Dengan perkacaan lain, industrm pengolahan (processing) mi berfungsi
mengo!ah dan rnengubah produk-produk pertanian sedemikian rupa sehingga bentuk
dan mutunya sesuai dengan keinginan konsumen yang berarti meningkatkan bentik
(form utility). Standar mutu mi dapat dibagi dalarn beberapa golongan dengan harga
yang berbedabeda. Makin maju pertanian (dan perekonomian) inakin banyak macam
ragani mutu barang.-barang untuk memenuhi selera konsumen yang berbeda-beda.
111
Perkembangan fasilitas-fasilitas pengangkutan, penyirnpanan (storage), dan
pengolahan (processing) memper!uas pasaran produkproduk pertanian. Tanpa fasiLitastasilitas mi, pasaran yang ada hanya untuk produk-produk, pertanian. Tanpa fasilitasfasilitas mi, pasaran. yang ada hanya untuk produk-produk yang dpat di konsumsi
segera sete1ah produk-produk tersebut di panen dan terbatas pada daerah yang dekat
pada tempat dimana produk-pnoduk tersebut dihasilkan. Dengan adanya tasilitastasilitas tersebut di atas, maka para petani akan mempunyai saluran-saluran untuk
produksiriya yang lebih besar dan untuk produk-produk yang mungkmn sesuai dengan
usaha tani rnereka, akan tetapi tidak rnenguntungkan- karena pasarannya terlalu kec ii.
5.4
Jadi jelaslah di sini bahwa pengangkutan, penyimpanan, djj pengoi.ahan
merupakan tiga tungsi utama perriasaran. Pengembangan iehih lanjut dan ketiga fungsi
pemasaran mi akan memajukan dan memperluas pasaran basil-hasH usaha tani. l3ahkan
Mosher rnemasukkan pemasaran mi ke dalam syarat mutlak peinbangunan pertanian.
Tanpa adanya pemasaran procuk-produk pertaniarl, maka percanian akan bersifat statis
dan usaha tani hanya ditujukan untuk inernenuhi kebutuhan petani saja.
Fungsi pembiayaan (financing) merupakan tungsi lainnya yang perlu juga bagi
sistem pemasarari. Di sini hanya perlu ditegaskan bahwa pembiayaan pemasaran mi
sangat perlu karena adanya perbeciaan waktu (kadang-kadang sangat lama) antara
pembefian (dan pernbayaran harga) oleh konsurnen dan kebutuhan uang dan produsen
setelab komoditi tertentu selesai diproduksikan.
Sesuai dengan perkembangan dan kompleksnya sistem pemasaran maka sxiah
sepantasnya jika ada perusahaan khusus yang nienjalankannya. Di sini diper.Lukan
manajernen perusahaan pemasaran yang betul-betul haik. Sebagai perusahaan,
112
pemasaran sama pentingnya dengan produksi oieh petani. Tanpa bantuan sistem
pemasaran, petani akan rugi karena
procluk-produknya tidak dapat dijual. [ngan demikian kurang tepatlab pendapat
bahwa para pedagang perantara produk-produk pertanian itu hanya memperpanjang
mata rantai produk-produk saja. Para pedagang tersebut adaiah bagian yang mutlak
dalani keseluruhan mata rantai
perekonomian. Ia merupakan kegiatan yang produktif dan memerlukan
keahlian dan kecrampilan tertentu.
4.2 Kegiatan Belajar
EAIW(1’ERISTIK P1Xi1K PERTMIIAN
4.2.1 Uraiari dan Contoh
4.2.1.1 Bahan Mentah(bahan baku)
Sebagian besar output pertanian merupakan bahan mentah yang masih akan
cligunakan untuk pengolahan lebih lanjut. Proses pengolahan mi bisa terbatas, seperti
perubahan dan ternak nienjadi daging, dan padi inenjadi beras, dan pohon jati menjadi
papan jati, dan lain-lain. Tetapi juga bisa menjadi sangat kompleks, seperti perubahan
dan ganduni sampai inenjadi kue-kue, dan kacang hijau menjadi rninuman sari kacang
hijau, dan pohon ,jati ruenjadi peralatan ineubelair, dan sebagainya.
Tanpa meinperdulikan masaiah kompleksitasnya, bagaimanapun prociuk
pertanian yang dijual petani, dengan segera akan kehilangan identitasnya sebagai
produk pertanian dan menjadi produk yang lebih ‘sederhana’.
4.2.1 .2 Banyak meniakai tempat (bulky)
Produk-produk pertanian lebih banyak menggunakan/memalcai tempat (bulky)
jika dibandingkan dengan produk-produk lain. Sifat yang deniikian mempunyai
113
pengaruh fungsi-tungsi pernasaran yang berhubungan dengan masalah pemeliharaan
fisik. Produk.-produk yang memakai tempat yang banyak, jika dihubungkan dengari
nhlainya, maka hampir secara otornatis menaikkan biaya pengangkutan dan
penyimpanan. Sebuah truk yang mengangkut obat-obatan akan sangat lebih berharga
dan pada sebuah truk yang mengangkut padi. Art inya buah-buahan, sayur-.sayuran,
jagung, dagirzg, semuanya bersifat membutuhkan teinpac yang banyak (bulky).
Cmi mi niempunyai pengaruh terhadap fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan
untuk pasar produk—produk pertanian. Sifat rnemakai tempat yang banyak (bulky) mi,
ditambah dengan keaneka ragaman produksi,
rnenyebabkan kebutuhan akan kapasitas penyimpanan yang lebih besar.
4.2.1 .3 Gampang Rusak (perishable)
Derajat gampang rusak (perishability) dan produk-produk pertanian
juga bisa dibandingkan dengan produk-produk lain. Sernua produk
pertanian akhirnya akan rusak (busuk). Beberapa produk pertanian
seperti tomat atau bayam, hanus dikonsurnsi segera setelah dipetik;
4 jika tidak maka produk-produk tersebut akan busuk dan layu (tidak segar
5.8
lagi) dan akan berkurang nilainya. Produk-produk seperti daging sapi atau
kambing akan cepat rusak jika penyirnpanannya tidak baik.
Sernentara itu, gandum pada sisi lain, bisa disitnpan untuk jangka waktu yang
relatif lebih larna tanpa banyak mengalami kerusakan. 1alaupun hainpir sernua produk
pertanian bisa disirnpan, tetapi selalu lebih cepat rusak dibanding produk-produk
industri.
114
Produk-produk yang gampang rusak (perishable) rnernbutuhkan perne liharaan
(penanganan) yang cepat dan rnernbutuhkan s is tern pengataii.
4.2.1.4 Variasi kualita.s
Kualitas proctuk-produk pertanian bervariasi dan tahun ke tahun dan dan
musirn ke musirn. Pada beberapa tahun tertentu rnungkin kualitas produk sangat tinggi.
Sementara pada saat yang lain, keadaan-keadaan yang tidak rnenguntungkan
mengakibatkan produk-produk pertanian berkua’ itas rendah.
Variasi kualitas produksi seperti itu mempersulit proses penerapan standar
kualitas produk yang seragam dan tahun ke cahun. Jika apel Malang berkualitas yang
seragarn tingginya, standar kualitas apel yang tinggi bisa ditetapkan dengan ketat.
Tetapi jika kualitasnya rendah, standar grading bisa sedikit diperlunak untuk
rnernungkinkan apel tersebit dipasarkan sebagai kual.itas tertinggi.
Meskipun produk-produk pertanian bervariasi dalarn kualitas, tetapi produk
pertanian secara umum bisa ciikatakan hornogen. mi berarti bahwa secara keseluruhan,
para pernbeli tidak mernpunyai alasan yang kuat tntuk lebih memilih produk seorang
petani daripada yang lain. Oleh karena itu setiap petani menerirna harga yang sarna
untuk kualitas produk yang sama iula.
4.3 Kegiatan Belajar 3
BIAYA PIASARAN
4.3.1 Liraian dan Contoh
Siapapun yang menja.Lankan fungsi-fungsi pemasaran atau bagaimanapun
bentuk lembaga pemasaran, selalu memerlukan biaya. Pengangkutan memerlukan
biaya, demikian pula penyimpanan dan pengolahan. Waktu dan usaha yang digunakan
untuk rnenganalisa penawaran dan permintaan, mengadakan hubungan dagang, memilih
115
barang dagangan, membeli dan menjualnya serta pengaturan distribusinya; kesenrna
kegiatan di atas membutuhkan biaya yang banyak.
Akit selanjutnya adalah harus ada modal yang ditanamkan (investasi) pada
procluk-produk pertanian yang diperdagangkan dalam sistem pemasaran tersebut.
Padahal perdagangan itu mengandung banyak risiko-risiko rugi karena produk rusak
atau karena perubahan harga. Oleh karena itu penanaman modal (investasi) mestinya
tnenghasilkan suatu keuntungan, seperti halnya dengan bunga yang harus dibayar untuk
uang yang dipinjamkan kepada petani untuk membeli sarana produksi (saprodi) seperti
pupuk, bibit, pestisida, dan lain- lain.
Semakin berkembang pertanian dan semakin kompleksnya sistem pemasaran
akan menyebabkan biaya pemasaran makin besar. Konsumen yang rnakin tinggi tingkat
pendapatannya menginginkan produk-produk
[. pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan mi berarti proses
pengolahan yang makin kompleks dan jasa-jasa sistem pemasaran yang
rnakin banyak. Engan demikian maka nilai produk pertanian yang sainpai pada
konsumen sixiah rnemperoleh nilai tambah yang relatif makin besar dan persentase nilai
rupiah yang diterima petani produsen menjadi makin kecil. Sebagai ccwitoh adalah
permintaan akan beras. Konsumén di kota yang pendapatannya makin tinggi mulai
membeli beras yang kualitasnya Lebih baik yang persentase pecahnya macin sedikit
atau menginginkan beras yang dikemas dengan plastik yang baik dan lain-lain. Jumlah
(kuantias) beras yang diminta mungkin tetap tetapi dengan kualitas yang lebih baik.
Jadi apa yang dirnaksud dengan biaya pemasaran (marketing margin) dalam
ekonomipertanian bukanlah biaya yang kita kenal sehari-hari yang dianggap selalu
harus dan bisa ditekan.
116
Rita tidak bisa membandingkan efisiensi peruasaran untuk beberapa produk—
produk hanya dengan inembandingkan besarnya persentase biaya pemasaran mi. Suacu
produk bisa memiliki sistem pemasaran yang sangat efisien tetapi persentase biaya
pemasarannya tinggi. Makanan dalam kaleng misalnya, biaya pemasarannya jauh lebih
tinggi daripada
5.12
biaya pemasaran untuk padi atau daging. Produk yang gampang rusak
(perishable) atau yang memakai teTnpatang besar (bulky) untuk
— menangkut dan menylmpannya juga akan memakan biaya pemasaran
yang relatif tinggi dibariingkan dengan produk yang tahan lama atau yang
stiupel (ringkas) . Juga faktor risiko memegang peranan yang sangat penting.
Kalaurisiko rusak atau penurunan kualitas produk besar,
— Biaya pemasaran bervariasi cukup besar tidak ha untuk berbagai produk
tetapi bahkan tuk produk yang sama untuk daerazi yang berbeda. Variasi yang kadang
kala sangat besar itu menuri,jukkan bahwa biaya pernasaran itu dipengaruhi oleh
banyak if t inT iitiksayur r5ur misainyamemang mungi dis oleiantai’à la in kondisi j
alan yang kurangIk g tu pua dengan prasarana perhubungan lainnya.
—Terpencar-pencarnya tempat-tempat produksi yang jauh serta jalan
yang
buruk
berarti
akan
memperpanjang
waktu
pengangkutan
dan
memperbesar risiko kerusakan. Tidak hanya itu saja, kadang-kadang tingginya biaya
pemasaran juga disebabkan oleh banyaknya pungutanpungutan baLk yang bersifat
restni (retribusi) maupun yang tidak resmi disepan,jang jalan antara produsen dan
117
konsumen. Untuk produkproduk yang diekspor biaya pemasaran mi dihitung dan harga
fob (free on board) atau dan harga jual para eksportir.
Kita tidak bisa begitu saja niembandingkan biaya pemasaran untuk mengukur
efisiensi karena adanya faktor-faktor tersebut di atas. Perbandingan untuk inengukur
efisiensi pemasaran tidak mixlah karena fungsi-fungsi pemasaran seperti pengerinan
dan pengolahan yang dikerjakan oleh pebgolah-pengolah khusus, tetapi ada pula yang
dikerjakan oleh petani. Hal mi tampak penting sekali pada produk ekspor seperti karet,
dimana pengoiahan sampai tahun-tahun terakhir mi masih banyak dilakukan di luar
negeri (di Singapura misalnya) yang berarti bahwa karet yang diekspor rnasih dalam
keadaan belum diolah atau dalam grade yang rendah (unsmoked sheets misainya).
Oleh karena itu proses baru pengolahan crumb rubber berarti inemperbesar
penerimaan biaya pemasaran di dalam negeri. Dalam istilah pendapatan nasional berarti
nilai tambah (value added) dan perusahaan-perusahaan pengolahan dan pemasaran
menjadi lebih besar bila pekerjaan pengolahan mi iebih banyak dilakukan di dalam
negeri. Pengetahuan (iniormasi) tentang biaya pemasaran mi penting sekali, tidak saja
bagi pedagang dan petani, tetapi juga bagi pemerintah. Satu contoh yang baik sekali
actalah dalarn hal petnasaran beras. Dalam ruenentukan kebmj aksanaan harga beras
minimum dan maksimuin, pemerintah menganggap bahwa biaya pemasaran adalah kirakira 31 persen yang merupakan perbedaan antara harga beras minimum yang
5.13
dijamin dengan harga beras eceran pemerintah. Hasil penelitian Ace
Partadiredja di Jawa Tengah (1I70) memperlihatkan bahw petani pda umumnya
menerima harga jual path keringnya tidak sebesar Rpl 3,20 per kg (atau Rp26,40 per kg
untuk kering giling) tetapi lebih menclekati Rp20,00 per kg path kering atau Rp40,00
118
per kg beras bila konversi beras padi dianggap 50 persen. Suatu biaya pemasaran yang
ternyata lebih kecil dart asuinsi mi mernpunyai irnplikasi penting bagi kebijaksanaan
harga pupuk yang disubsidi pemerintah.
Suatti contoh basil penelitian lain mengenai pemasaran ternak hidup felah
dilaporkan oleh Mubyarto (1974). Dan hasil penelitián tersebuc ditemukan bahwa
nampaknya ada hubungan langsung ancara harga yang diterima petani peternak dan
biaya ekspor. Makin tinggi blaya yang harus dibayar o.Leh eksportir makin rendah
harga yang cfiterima petani. Dengan kata lain biaya tanibahan yang dibebankan pada
eksportir rupanya diteruskan sepanjang mata rantai pemasaran sampai pada petani
peternak.
Mungkin ha! tersebut menunjukkan bahwa segala biaya yang harus dibayar
oleh eksportir (baik yang resmi maupun yang tidak resmi) mempengaruhi penerimaan
bersih dan petani. Jika hal tersebut benar maka rnungkin benar untuk mengatakan
bahwa sebenarnyalah penerimaan eksportir lebih stabil dan pada penerimaan petani.
Bila eksportir mengatakan bahwa perdagangan ternak mengandung risiko besar maka
bagi peternak risikonya akan lebih besar lagi.
Akhirnya dalam hal biaya pemasaran mi harus disebutkan perpajakan atas
produk-produk yang diekspor. Karet yang secara tradisional rnerupakan komoditi
ekspor yang sangat penting di Indonesia banyak dibebani pajak (yang merupakan
pendapatan negara) dan berarti mengurangi penerirnaan petani, oleh karena itu bisa juga
dimasukkan ke dalam biaya pemasaran.
1. Grading dan Staixlardisasi
119
Grading adalah klaikasi produk-produk percanian ke dalam beberapa golongan
tertentu yang berbeda-beda, niasing-masing dengan näTiiãitiket tertentu. Perbedaan mi
bisa ditentukan oleh perbédñ bentuk dan besar barang, rasa, tingkat kematangan, dan
sebagainya.
Kemajuan sistem grading berhubungan erat dengan luasnya pasar. Dalain pasar
bersifat lokal dimana produsen dan konsunien dapat bertemu secara pribadi, inaka
grading belum tentu menonjol peranannya. Tetapi jika proses jual beli menjadi
berkembang dimana produsen clan konsumen terpisah jauh antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, maka grading mulai diperlukan. Hal mi diperlukan karena
sudah timbul pedagang perantara yang mernbawa pesan keinginan konsumen atas mutu
produk-produk, dan mi dinyatakan dalam grade-grade tertentu dengan harga yang
berbeda-beda.
Keuntungan grading yang baik, adil, dan teliti atas produk-produk pertanian
memberi manfaat bagi konsumen inaupun produsen. Konsumen untung karena
mendapat produk yang paling sesuai dengan keingmnan dan tingkat pendapatannya.
Sedangkan produsen juga mendapat jaminan rnemperoleh harga yang sesüai dengan
kualitas produk yang dihasilkannya.
Jadi dengan sistem grading yang baik, maka konsumen dan produsen akan
terhinclar dart praktek—praktek yang kurang baik. Tetapi perlu pula diketahui bahwa
dengan adanya grading berarti ada penambahan biaya produksi (pemasaran) karena
produk-produk tersebut harus dikelompok-kelornpokkan dan dibuat sdemikian rupa.
Sedangkan standardisasi adaláh penentuan mutu produk Inenurut ukuran, atau
patokan tertentu. Penentuan standar sedapat mungkin dibuat sesuai dengan ukuran-
120
ukuran yang umum dipakai dalanh praktek pernasaran baik nasional maupun
intemasional.
Hasil-hasil produksi harus dikelompokkan menurut kualitaskualitas tertentu
oleh produsen, konsumen, pasar atau organisasiorganisasi pemasaran. Begitu pula,
beberapa produsen harus mengganti/mengubah grade dart waktu ke waktu, disesuaikan
dengan
5.17
perubahan permintaan pasar dan harga-harga dan masing-masing grade. (intuk
suatu grade tertentu, rnungkin disuatu pasar termasuk grade No.1, teCapi di lain pasar
grade No.2. Konsunien bisa juga kehilangan kepercayaan pada grade-grade tertentu. ‘-‘
Ada dua niasalah utarna dalam mengeinbangkan standardisasi:
1) pengembangan metode-metode baru untuk pengukuran kualitas
produk secara lebih obyektit.
2) pengembangan berat/timbangan dasar yang obyektif pada harga
pasar.
Grading untuk berbagai produk pertanian dalam berbagai segi dalam sistem
pemasaran biasanya dilakukan oleh produsen. Seringkali dilakukan di bawah
pangawasan pemerintah. Pada peristiwa itu, pemerintah berwenang untuk mengesahkan
grade dan produk-produk terse but
Kadarg kala grade yang berlaku dan rnetode-metode pengawasan yang
dijalankan tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumen atau tidak bisa menjangkau apa
maunya konsumen. Hal mi bisa disebabkan oleh:
a) uinurnnya grade diciptakan secara spesifik untuk digunakan oleh pedagang
besar, dan tentunya untuk kemampuan agar bisa dikapaikan untuk jarak yang jauh.
121
b) terlalu kompleks untuk digunakan konsumen biasa, dan
c) grade tidak ditunjukkan kepada konsiinen akhir.
4.4.1 .2 Informasi psar
Informasi pasar merupakan suatu istilah yang sangat luas yang digunakan
untuk meriunjukkan seinua fakta dan interpretasinya yang berkaitan nilai pasar produkproduk pada saat sekarang dan prospeknya di rnasa datang.
Fakta-fakta dan interpretasi-interpretasi •tersebut meliputi:
1) jumlah produk, karakteristik produk, lokasi, dan perubahan penawaran
aktual maupun potensial suatu procluk, pengapalan, penerirnaan, dan cadangan;
2) hal-hal yang berhubungan dengan permintaan dan konsumsi konsunien dan
dengan permintaan dan pembelian pedagang pada setiap tahap peTnasaran;
3) harga-harga pada setiap tahap pemasaran;
4) ‘naia’ pasar, perasaan pedagang, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pasar seperti cuaca yang buruk;
5) analisis dan prakiraan dalam artian trend, pergerakan tahunan variasi
musinian , dan fluktuasi jangka pendek dantidak teratur.
5.18
I
Walaupun tidak ada garis pembagi yang tepat, ada 2 kategori uimxn dan
informas i pasar:
1) informasi yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga
pada inasa yang akan datang dan trend jangka panjang
nilai pasar, biasanya disebut intormasi harapan (outlook information);
122
2) intormasi yang berkenaan dengan situasi harga sekarang dan penawaran
pasar jangka pendek disebut berita pasar (market news).
Kedua jenis inforniasi mi sangat penting dalam pemasaran karena bisa
diterapkan untuk kepentingan manajemen usaha tani.
Kebutuhan petani akan informasi sebenarnya dimulai sebelum dia inembeli
atau menyewa tanah pertanian serta merencanakan bentuk usaha tani dan produk yang
dihasilkannya. Suatu tindakan yang sangat bodoh, misalnya, untuk membeli atau
menanam kubis tanpa mempertimbangkan secara seksama keadaan-keadaan yang
berhubungan dengan permintaan pada masa yang akan datang serta penawaran dan
harga kubis, meskipun demikian banyak petani yang rnelakukan itu tanpa
meniperhatikan apapun kecuali harga sekarang dan keuntungankeunturcgan yang
diharapkan.
Para petani seharusnya memperhatikan, sebelum perencanaan luas lahan yang
akan ditanaminya atau ternak yang akan diproduksinya, situasi pasar yang mungkin
terjadi dan akan dihadapi pada saat produkproduknya siap untuk di pasarkan. Pada saat
produk-produknya siap untuk dipasarkan, petani harus inemutuskan kapan, dimana dan
untuk siapa produk-produknya akan dijuaL
Manfaat informasi pasar mi bagi petani secara keseluruhan antara lain
membantu agen-agen pemasaran dalani pemanfaatan secara penuh permintaan
konsurnen dalam pasar-pasar individual untuk produk tersebut. Tanpa informasi pasar,
sejuiniah permintaan potensial tidak bisa terisi karena kurangnya pengetahuan akan
adanya produk tersebut, sementara permintaan.-permintaan ditempat iain secara relatif
ada kelebihan penawaran.
123
Selain itu, informasi pasar juga dapat mengurangi biaya pemasaran (mdrketing
margin). Pengeksploitasian terhadap para pernbeli dan para penjual yang tidak sadar
akan keadaan-keadaan pasar bisa dikurangi. Penurunan risiko mengurangi biaya-biaya
pemasaran. Persaingan yang tidak sempurna yang timbul karena berbagai keadaan di
dalam diferensiasi produk dan pemasarannya, diterensiasi jasa, berkurang. Misainya,
seorang pedagang besar bisa meyakinkan perusahaan angkutan (ekspedisi) bahwa ia
menawarkan suatu pekerjaan pengangkutan dan menjaga volume produknya walaupun
secara aktuai mendapatkan penerimaan yang .Lebih sedikit daripada para pesaingnya.
Tetapi jika perusahaan angkutan bisa memhandingkan penerimaannya dengan aporan
5.19
laporaLl dan pasar, perusahaan segera akan mengetahui bahwa jasa pedagang
besar tersebut ticiaklah terlalu inenguntungkan, seperti yang ciikatakan oieh pedagang
tersebut. Pada umümnya, biaya operasi agen—agen pemasaran akan naik cukup berarti
dan persaingan yang mempengaruhi biaya pemasaran akan berkurang jika informasi
pasar tidak tersedja.
4.4.1 .3 Pengangkutan (transportasi)
Pengangkutan nierupakan faktor yang sangat penting di dalam pemasaran
pertanian, terutaina sekali untuk produk yang gampang rusak (perishable). Pertama
sekali dan paling penting, para petani harus mampu menjangkau pasar mereka.
Sebagian besar usaha tani tersebar luas di desa dan pedalaman, oleb karena itu
dibütuhkan jaringan pengangkutan yang bercabang luas baik untuk rnernbawa peralatan
produksi maupun untuk mernasarkan produk-produk pertanian mereka ke konsumen di
perkotaan.
124
Pengangkutan mi haruslah diusahakan sernurah mungkin. Bagi petani, harga
suatu input seperci upuk adalah harga pupuk tersebut ditanibah ongkos angkut ke usaha
taninya. Sementara itu penerirnaannya dan penjualan padi atau produk-produk lainnya
adalah harga pasar dikurangi dengan ongkos angkut produk-produk tersebut dan usaha
taninya ke pasar. Jika biaya pengangkutan telalu tinggi Iliaka harga pupuk itu akan
terlalu mahal bagi petani, dilain pihak pendapatannya dan penjualan padi atau produk
lainnya tenlalu sedikit. Tetapi bila ongkos pengangkutn bisa ditekan, maka harga pupuk
di usaha taninya menjadi rendah dan pendapatannya akan lebih cinggi.
Dan uraian ongkos di atas, jelaslah fungsi pengangkutan di dalam pemasaran.
Pengangkutan yang murah akan menyebabkan biaya produksi yang rendah pula, dan
penerimaan petani clan has ii penjualan produk-produknya meningkat. Jika biaya
pengangkutan tinggi, maka harga jual akan naik dan hal mi bisa saja .niempengaruhi
juinlah permintaan akan produk tersebut oleh konsumen.
4.4.1 .4 Struktur pnasaran prdduk pertanian
Dalani seksi mi kita rnelihat beberapa contoh struktur dan saluran pemasaran
beberapa produk pertanian. Di sini kita akan menganalisa struktur pernasaran produk
pertanian yang dikonsumsi di dalam negeri saja seperti padi, dan produk pertanian yang
diekspor seperti kopi.
5.20
Padi
Struktur pemasaran padi/beras dan segala persoalan ekonominya telah disusun
oleh Leon A. Mears dalain bukunya yang berjudul “Rice Marketing in the Republic of
Indonesia” path tahun 1961. Di bawah mi akan digambarkan secara ringkas dan garis
besarnya saja permasalahan tersebut.
125
Ada sekitar 30 persen produksi beras dalam negeri dijual oleh petani produsen
dan sisanya untuk keperluan petani sendiri. Bagian yang inasuk pasar mi sekitar 80% cii
perdagangkan oleh usaha-usaha pemasaran swasta dan sisanya oleh Badan Iirusan
Logistik (Bulog), lembaga pemasaran peinerintah yang mernpunyai cabang-cabang
Depot Logistik (IXlog) sampai ke tingkat kabupaten.
Pada salüran swasta petani menjual padi/gabah kepada para tengkulak atau
pedagang kecil yang ada di desa-desa atau khusus datang dan kota. Para pedagang kecil
itu kemudian menggilingkan padi/gabahnya pada pabrik penggilingan padi kecil-kecil
di desa setempat atau menjualnya langsung pada penggilingan padi besar. Jika
padi/gabah digilingkan sendiri maka beras hasilnya di bawanya ke kota untuk dijual
kepada para pedagang beras besar dan kemudian para pedagang besar mi menjualnya
kepada pedagang pengecer. Para pedagang beras besar biasanya memiliki penggilingan
sendiri.
126
Betas yang diperdagangkan me!alui saluran pemerintah (Buiog) maka pada
tingkat terbawah (desa, kecamatan, atau kabupaten) sebenarnya masih juga melalui
pedagang-pedagang swasta. Bulog hanya mengaclakan
5.21
kontraic pembelian minimum 5 ton dengan pedagang beras kecU atau
penggilingan-penggilingan path di ibukota kabupaten atau propinsi.
Setelah beras di setor pada gudang Bu!og/I)log maka beras itu di sirnpan
sebagai stok pemerintah untuk keperluan anggota-anggota AI3Rt, pegawai negeri, dan
perusahaan -perusahaan negara dan sebagian lagi sebagai cadangan penyangga (buffer
stock) nasional. baik untuk keper].uan injeksi maupun untuk keperluan lainnya. Dalam
injeksi mi Bulog menggunakan pedagang besar tertentu untuk rnenjual beras dengan
harga yang celah ditentukan oleh Bulog dan pedagang besar mi menggunakan para
pengecernya yang tersebar di se lurufr bag ian kDta.
127
Dan gambar di atas, secara garis besar bisa dilihat pasar beras
saluran ssta melalui tiga tingkat pasar utama yaitu:
I Pasar pengumpu.L lokal
II Pasar penguinpuL regional/pasar transito
III Pasar penjualan/distribusi terakhir
Pada saluran pemerintah juga pasar pengumpul lokal dan regional digunakan,
tetapi setelah itu dikenal lernbaga Dolog sebagai lembaga pemasaran transito yang besar
dengan cabang-cabangiya sampai di kota-. køta kabupaten. Dari Dolog beras dikirim
melalui pasar terakhir yang dapat berupa:
5.22
1) Kantor-kantor pereritah termasuk anggota ABIU;
- 2) Pedagang besar dan [cecil untuk beras injekst; dan
128
3) Pengiriman antar daerah yaitu dan. daerah surplus Ice daerah
defisit.
Pada kantor lXlog yang terakhir beras didistribusikan melalui salab satu dan
dua kemungkinan di atas yaitu melalui kantor-kantor pemerintah atau melal.ui pedagang
besar dan pedagang pengecer.
Kopi
Kopi dihasi].kan oleh usaha tani rakyat (smallho.Lder) dan perkebunan besar
(estate). Pada mulanya kopi hanya di tanam oleh perkeburian saja, tetapi karena cara
buctidayanya yang sederhana dan karena pasaran yang baik maka kopi rakyat sudah
cukup dominan. Daerah-daerah kopi yang terpenting adalah Sumatra Selatan, Lampung,
Jawa Timur, Bali. dan Aceh.
Sebagian besar hasii kopi kita di ekspor. Negara pengekspor kopi mi dibagi
menjadi dua yaitu negara-negara kuota yaitu negara-negara yang menjadi anggota
International Coffee Organization (ICO) dan negara-negara bukan anggota (non kuota)
Sunber:
Moelyono Partosoedarso & Amris Makmur, “Tata Produksi dan Niaga Kopi di
129
Indonesia”, SAE 1968, dalam Mubyarto, “Pengantar Ekonomi Pertanian”
LP3ES, Jakarta, 1979.
A. Petani produsen pengolah kopi beras kualitas asalan
B. Tengkulak desa merupakan tengkulak penguinpul yang mendatangi desadesa merupakan tangan kanan dan pedagang lokal C yang inenyediakan modal dan alat
pengangkutan bagi B.
C. Pedagang lokal (di kecamatan) disebut cengkan, pengumpul Icopi dan
tengkulak-tengkulak dan petani-.petani yang menjual langsung.
D. Peciagang has ii bumi (di ibukota Teluk betung) kedodukannya sama
dengari C tapi lebih besar.
E. Eksportir membeli kopi dan 1), C dan kadang-kadang juga dart B dan A.
Eksportir mi menyortir untuk kualitas ekspor.
F. Pedagang luar negeri.
Saluran pemasaran kopi mi padaumumnya sama pada semua daerah yaitu dart
petani kopi clijual pada pedagàng pengumpul (tengkulak) yang datang ke desa-desa.
Pedagang pengumpu]. mi kemodian menjua]nya kepacta pedagang lokal yang
seterusnya mengirimkannya ke pada eksportir di kota-kota pelabuhan. Ekspörtir yang
menerima kopi dan pedagang lokal dapat clibagi dua yaitu eksportir pródusen dan
eksportir biasa. Eksportir produsen memiliki mesin pengolahan dan berspesialisasi
dalam kopi, sedangkan eksportir biasa adalah eksportir basil-hasH pertanian pada
uinumnya yang di samping basilbasil lain juga mengekspor kopt. Eksportir yang
terakhir mi tidak memiliki fasilitas-fasilitas pengolahan.
130
PENGERTIAN KOPERASI
1. Uraian dan Contoh
Ilmu koperasi merupakan bagian dan Ilmu Ekonomi yang berusaha
mempelajari usaha manusia untuk mencapai kemakmuran. Usaha-usaha yang dilakukan
manusia beraneka macam. Dengan demikian tidak mungkin segala lapangan usaha
tersebut dipelajari sedalam-dalamnya dalam satu ilmu saja yaitu ilmu ekonomi. Maka
dari itu dalam sejarah perkembangan ilmu ekonomi, timbul beberapa ilmu ekonomi
yang mempelajari usaha manusia untuk mencapai kemakmuran dalam lapangan tertentu
misalnya:
1) Ilmu ekonomi perusahaan yang khusus mempelajari peristiwa-peristiwa
yang timbul dalam perusahaan
2) Ekonomi moneter yang khusus mempelajari masalah keuangan
131
3) Ilmu perdagangan internasional yang khusus mempelajari peristiwaperistiwa yang timbul dalam hubungan perdagangan antar negara dan lain-lain.
Perkoperasian merupakan masalah yang penting dan memerlukan penyelidikan
tersendiri, sehingga ilmu koperasi haruslah dipandang sebagai bagian dan ilmu ekonomi
yang berdini sendiri, dan berkedudukan sama dengan ekonorni perusahaan, ekonomi
moneter dan cabang-cabang ilmu yang lain.
Koperasi terdapat di seluruh dunia, tetapi peranan yang diambil di tiap-tiap
negara tidak sama, sehingga arti yang diberikan oleh anggota masyarakat di tiap-tiap
negara tidak sama. Kalau ditinjau dan kata asalnya, koperasi berasal dari perkataan
cooperative yang berarti bekerja sama. Jadi setiap perkumpulan yang bertujuan bekerja
sama dapat disebut koperasi. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya tidak semua
perkumpulan yang bertujuan bekerja sama dapat disebut koperasi. Perkumpulan yang
dapat disebut koperasi mempunyai pengertian khusus dan harus memenuhi beberapa
syarat.
Secara umum pengertian koperasi adalah perkumpulan yang memberi
kebebasan rnasuk dan keluar sebagai anggota dan bertujuan untuk dapat mempertinggi
kesejahteraan para anggota dengan menjalankan usaha secara bersama-sama.
Perumusan koperasi yang khusus berlaku di Indonesia dapat ditentukan dengan
Undang-undang no. 79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi. Pasal 2 ayat 1 UU.
Kop 79/1958 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah perkumpul
yang beranggotakan orong-orang atau badan hukum yang tidak merupakan konsentrasi
modal, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. berasas kekeluargaan (gotong royong)
132
b. bertujuan memperkembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan
kesejahteraan masyarakat dan daerah kerjanya pada umumnya.
c. dengan berusaha:
1) mewajibkan dan menggiatkan anggota untuk menyimpan secara teratur
2) mendidik anggota kearah kesadaran berkoperasi
3) menyelenggarakan salah satu atau beberapa usaha dalam lapangan
perekonomian
d. keanggotaan berdasarkan suka-rela, mempunyai kepentingan, hak dan
kewajiban yang sama, dapat diperoleh dan diakhiri setiap waktu menurut kehendak
yang berkepentingan, setelah syarat-syarat dalam anggaran dasar dipenuhi.
e. akte pendirian menurut ketentuan-ketentuan dan telah didaftarkan
sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang.
Koperasi berasas kekeluargaan (gotong royong). Dalam pengertian sehari-hari
keluarga diartikan sebagai bentuk pergaulan hidup yang seerat-eratnya. Kekayaan
keluarga menjadi hak milik bersama, tiap keluarga dapat saja mempunyai tugas yang
berbeda-beda, tetapi itu semua dikerjakan untuk kepentingan seluruh keluarga. Dalam
keluarga yang baik, pertentangan harus dihindari akan tetapi seandainya terjadi juga
perselisihan, maka persoalannya harus diselesaikan dengan cara bermusyawarah.
Dalam koperasi juga harus berlaku asas kekeluargaan, jadi semua anggota
koperasi mempunyai kepentingan yang sama, mempunyai hak yang sarna untuk
memilih dan dipilih sebagai pengurus. Pengurus koperasi dipandang sebagai kepala
keluarga yang harus dapat mengadakan pembagian kerja di antara anggotanya, dan
bertanggung jawab atas keselamatan seluruh keluarga.
133
Asas kekeluargaan dalam koperasi sering juga disebut gotong royong. Gotong
royong dalam koperasi sedikit berbeda dengan gotong royong yang dilakukan oleh
nenek moyang kita maupun oleh penduduk yang masih tinggal dipelosok-pelosok untuk
mencukipi kebutuhan mereka seperti: membuat rumah, mengerjakan sawah,
memperbaiki jalan dan sebagainya. Gotong royong semacam ini tidak mempunyai
organisasi yang teratur, sedang gotong royong dalam koperasi diikat dalam suatu
organisasi yang teratur dan terpimpin. Usaha yang dijalankan bersifat dinamis,
produktif, terencana dan diselenggarakan secara kontinyu.
Keanggotaan koperasi berdasar sukarela yang mempunyai arti bahwa
keanggotaan koperasi tidak boleh dilakukan karena adanya paksan. Keanggotaan dapat
diperoleh dan diakhiri setiap saat, menurut kehendak yang berkepentingan. Hal ini tidak
berarti bahwa orang dapat keluar masuk sebagai anggota, tetapi calon anggota harus
dapat memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam anggaran dasar.
Selain itu asas demokrasi harus dipegang teguh dalam koperasi, artinya tiap
anggot.a bebas untuk bersuara atau mengeluarkan pendapat, tiap anggota mempunyai
hak dan kewajiban yang sama, termasuk hak memilih dan dipilih menjadi pengurus.
Kepemimpinan di atur secara demokratis artinya kekuasaan tertinggi berada di tangan
anggota. Pengurus dipilih dan diangkat oleh rapat anggota, dan pengawasan terhadap
pekerjaan pengurus di lakukan oleh suatu Badan Pemeriksa yang diangkat oleh rapat
anggota. Selain itu setiap anggota berhak menanyakan atau melihat pembukuan
koperasi.
Dalam taraf pertama, operasi hanya bekerja untuk kepentingan anggota, tetapi
apabila keadaan sudah mengizinkan, koperasi berusaha melayani kepentingan
masyarakat di sekitarnya. Sebagai contoh, dalam koperasi konsumsi, apabila persediaan
134
barang mencukupi koperasi tersebut selain melayani anggota juga memberi kesempatan
kepada masyarakat umum untuk ikut membeli barang-barang dari koperasi.
Berbeda dengan firma, PT dan badan usaha swasta lain yang bekerja
dengan tujuan untuk mencari laba, yang sebesar-besarnya sehingga kurang
memperhatikan kepentingan masyarakat; koperasi bekerja tidak untuk mencari laba
tetapi bertujuan untuk mempertinggi kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Dan usaha yang dijalankan oleh koperasi biasanya masih terdapat
kelebihan hasil yang sering disebut sisa hasil uaha. Sisa hasil usaha ini sebagian dibagi
kepada anggota, sebagian lagi disimpan sebagai dana sosial kemakmuran. Apabila dana
tersebut sudah cukup banyak dapat digunakan untuk memenuhi kepentingan
masyarakat, seperti: sumbangan kepada korban bencana alam, memperbaiki jalan,
mendirikan balai pengobatan dan lain-lain usaha yang dapat mempertinggi kemakmuran
masyarakat.
Modal yang dipergunakan koperasi dalam menjalankan usahanya
diperoleh dan simpanan anggot.a koperasi. Simpanan tersebut ada tiga macam:
1. Simpanan pokok; adalah suatu jumlah tertentu yang harus dibayar oleh
anggota pada saat pertama kali rnenjadi anggota koperasi. Simpanan ini dapat dibayar
dengan diangsur dan hanya boleh diminta kembali apabila anggota tersebut keluar
dan koperasi
2. Simpanan wajib; yaitu sejumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar
oleh anggota setiap jangka waktu tertentu
3. Simparian sukarela; yaitu jumlah uang yang dapat disimpan setiap waktu;
menurut peraturan yang ada dalam koperasi.
135
Dengan adanya simpanan wajib dan simpanan sukarela yang disimpan
para anggota dalam koperasi, diharapkan modal koperasi makin lama makin bertambah
banyak, sehingga koperasi selalu meningkat dan usahanya semakin besar.
Ditinjau dan tujuannya, kita dapat membedakan dua macam perkumpuan:
1. Perkumpulan yang bertujuan untuk mengejar cita-cita atau yang bersifat
ideal, misalnya badan-badan pemerintahan, organisasi buruh, perkumpulan olahraga
den lain-lainnya.
2. Perkumpulan yang bertujuan mengejar keuntungan atau bersifat
komersial, misalnya: Firma, PT, CV, Kartel. dan lain-lainnya.
Koperasi termasuk perkumpulan yang lebih mengutamakan untuk
mencapai cita-cita yaitu berusaha mempertinggi kesejahteraan anggota khususnya dan
masyarakat
umumnya.
Untuk
mencapai
tujuan
tersebut,
koperasi
harus
menyelenggarakan usaha di dalam perekonomian sehingga tidak dapat terlepas dari
urusan jual beli atau usaha yang bersifat komersial. Dan usaha yang dijalankan, koperasi
biasanya memperoleh laba atau disebut sisa hasil usaha.
Dengan demikian koperasi tidak hanya suatu perkumpulan yang bersifat
ideal tetapi juga bersifat komersial. Meskipun demikian harus selalu diingat bahwa laba
yang diperoleh koperasi bukan tnerupakan tujuan pokok, tetapi merupakan hasil
sampingan dan usaha yang dijalankan koperasi untuk mencapai cita-citanya. Jadi titik
berat usaha koperasi terletak pada tujuan ideal; usaha yang dijalankan tidak sematamata mengejar laba tetapi koperasi harus selalu dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
untuk mempertinggi kesejahteraan masyarakat sesuai dengan cita-cita kemerdekaan
Bangsa Indonesia dan tertuang dalam UUD 145 pasal 33.
136
Yang menjadi persoalan ada1ah: Mengapa koperasi ditentukan sebagai
dasar menyusun perekonomian di Indonesia? jawaban atas pertanyaan tersebut
memerlukan uraian yang panjang lebar. Pertama-tama akan dijelaskan mengenai
susunan perekonomian yang terdapat dibeberapa negara. Yang dimaksud susunan
perekonomian dalam pembicaraan ini menyangkut sistem atau ketentuan-ketentuan
yang berlaku dalam suatu negara dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran. Secara
garis besar susunan ekonomi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a. ekonomi bebas atau liberal
b. ekonomi yang dikendalikan.
Sistem ekonomi liberal memberi kesempatan kepada masing-masing
individu untuk mengejar kemakmuran bagi diri sendiri. Sistem ini berdasar pada teori
yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya “The Wealth of Nations” tahun
1776, yang antara lain mengatakan bahwa: jika tiap orang diberi kebebasan, semuanya
tentu akan berusaha mencapai kemakmuran setinggi-tingginya bagi diri sendini. Kalau
tiap individu sudah makmur, berarti seluruh masyarakat akan menjadi makmur, sebab
masyarakat merupakan kumpulan individu. Atas dasar teori tersebut kaum liberal
berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu campur tangan dalam perekonomian. Tugas
pemerintah
terutama
adalah
menjaga
keamanan,
menegakkan
hukum
dan
menyelenggarakan pekerjaan umum.
Dalam negara-negara yang menjalankan sistem ekonomi liberal biasanya
timbul aliran kapitalisme. Kapitalisme berasal dan perkataan kapital yang berarti modal
dan isme adalah suatu faham atau aliran sehingga kapitalisme adalah suatu sistem
perekonomian yang kehidupan masyarakatnya sangat dipengaruhi atau dikuasai oleh
pemilik kapital.
137
Pengertian semacarm itu didasarkan atas kenyataan bahwa, dengan
adanya kebebasan bersaing dalam perekonomian liberal, golongan yang kuat semakin
bertambah kuat, sedang golongan lemah semakin terdesak. Pihak yang kuat biasanya
terdiri dan. kaum pengusaha atau orang-orang yang menguasai kapital. Karena
pemerintah tidak ikut campur tangan dalam perekonomian, berarti perekonomian
dikuasai oleh pemilik-pemilik kapital. Sehingga kehidupan masyarakat sangat
dipengaruhi oleh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kaum kapitalis.
Apabila sistem ekonomi liberal ini dibiarkan berjalan terus, akan terjadi
susunan masyarakat yang kurang adil. Di satu pihak terdapat segolongan kecil
masyarakat yang kuat perekonomiannya, di lain pihak terdapat golongan yang lemah
perekonomiannya. Golongan lemah biasanya merupakan golongan terbesar dalam
masyarakat. Ketimpangan ini dapat di kurangi apabila pemerintah ikut campur tangan
dalam mengendalikan perekonomian sehingga kemakmuran dapat dinikmati secara
merata oleh seluruh anggota masyarakat.
Sistem ekonomi yang kedua adalah ekonomi yang dikendalikan atau
ekonomi terpimpin. Dalam sistem ekonomi yang dikendalikan, pemerintah berperan
aktif dalam perekonomian. Pemerintah memegang pimpinan dalam perekonomian.
Selain itu inisiatif dan hak milik perseorangan atas alat-alat produksi diakui, tetapi
penggunaannya dibatasi.
Berdasar
ketentuan-ketentuan
tersebut
berarti
negara
menghapuskan/mengurangi hak milik atas alat-alat produksi. Dengan demikian segala
aktivitas dalam perekonomian dikendalikan oleh pemerintah pusat.
Selanjutnya kita akan membicarakan ekonomi terpimpin di Indonesia
yang tidak dapat dipisahkan dengari koperasi di Indonesia. Kepemirnpinan yang
138
dijalankan oleh satu negara dengan negara yang lain tidak sama. Di Indonesia berlaku
ekonomi terpimpin yang disesuaikan dengan keadaan, sifat dan kepribadian Bangsa
Indonesia. Sebagai pedoman, pemerintah berpegang pada ketentuan yang tercantum
dalam UUD RI 1945 pasal 33 yang berbunyi:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
.hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dalam penjelasan tentang pasal 33 UUD 145 dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan adalah Koperasi.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa perekonomian berdasar asas demokrasi ekonomi dan
kemakmuran bagi semua orang. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara, kalau tidak, cabangcabang produksi tersebut akan jatuh ke tangan orang yang berkuasa dan rakyat akan di
tindas. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah pokok
kemakmuran rakyat. Oleh sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dari uraian di atas kiranya cukup jelas, bahwa ekonomi terpimpin di
Indonesia mempunyai garis yang tegas tidak hanya meniru politik ekonomi yang di
jalankan oleh negara-negara lain. Susunan ekonorni Indonesia sudah di rencanakan
bersamaan dengan usaha memperjuangkan kemerdekaan dan pen,jajah. Rencana
tersebut di buat disesuaikan dengan sifat-sifat bangsa Indonesia yang suka bergotong
royong dan mempunyai rasa kekeluargaan yang tebal. Dengan demikian kita dapat
139
mengatakan bahwa ekonomi terpimpin di Indonesia menuju ke arah: Hapusnya faham
liberalisme dan selanjutnya kita rnenuju ke arah masyarakat yang adil dan makmur serta
demokratis sesuai dengan ajaran Pancasila.
Menurut Peraturan Pemerintah no 60 tahun 1959, pemerintah telah
menetapkan bahwa koperasi adalah:
1. Alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin ala Indonesia
2. Sendi kehidupan ekonomi Bangsa Indonesia
3. Dasar untuk mengatur perekonomian rakyat untuk mencapai taraf hidup
yang layak dalam susunan masyarakat adil dan makmur.
Dengan demikian, setelah koperasi tumbuh di segala bidang ada tiga
macam badan usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian yaitu:
1. Perusahaan Negara
2. Koperasi
3. Perusahaan swasta.
Kedua badan usaha pertama yaitu perusahaan negara dan koperasi sangat
sesuai dengan UUD 145, keduanya harus memegang peranan penting dalam
perekonomian. Sedang perusahaan swasta sebagai pelengkap saja. UUD 145 tidak
melarang adanya perusahaan swasta, begitu juga pemerintah tidak bermaksud
menghapus usaha swasta. Tetapi diharapkan sedikit demi sedikit koperasi berkembang
dan berangsur-angsur dapat menggantikan badan usaha swasta.
MACAM-MACAM ORGANISASI KOPERASI
Secara garia besar koperasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis pokok yaitu:
140
1. Koperasi sosial adalah koperasi yang bergerak di bidang sosial dan ke
gotong royongan sehingga kurang memperhatikan tujuan-tujuan ekononis
2. Koperasi ekonomi adalah koperasi yang tujuannya bersifat ekonomis yaitu
untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada
xnunnya.
Di Indonesia dikenal bermacam-macam koperasi ekonomi yang
mempunyai corak dan usaha yang berbeda-beda. Ditinjau dan fungsi dan bidang yang di
usahakan, pada prinsipnya koperasi dapat dibedakan menjadi:
a. Koperasi konsumsi yaitu koperasi yang anggotanya terdiri dan para
konsumen dan biasanya koperasi ini menyelenggarakan jual beli barang-barang yang
dibutuhkan oleh para anggotanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri beserta
keluarganya.
b. Koperasi. produksi adalah koperasi yang anggotanya adalah pare
produsen. Usaha yang dilakukan koperasi ini biasahya mengatur segala kepentingan
anggota yang berhubungan dengan perusahaan masing-masing misalnya, pembelian
bahan mentah bersama-bersama, penjualan hasil produksi secara bersama-sama, dan
sebagainya.
c. Koperasi kredit adalah koperasi yang bergerak di bidang simpan pinjan
untuk kepentingan anggotanya.
Di tinjau dari golongan masyarakat yang mendirikan, koperasi dapat
dibedakan menjadi:
a. Koperasi pegawai negeri
b. Koperasi wanita
c. Koperasi tani
141
d. Koperasi pensiünan
e. Koperasi angktan darat dan lain—]ainnya.
Koperasi
golongan
terutama
bertujuan
untuk
mempertinggi
kesejahteraan golongan masyarakat tertentu. Lapangan usaha yang dikerjakan ada yang
satu macam saja, tetapi ada juga yang beberapa macam usaha. Misalnya koperasi
pegawai negeri dapat menyediakan barang keperluan sehari-hari memberikan pinjaman,
mendirikan pabrik tekstil dan lain-lain usaha untuk mencukupi keperluan anggotanya.
Pembagian jenis koperasi di Indonesia didasarkan pada PP 60 tahun
1959 ditetapkan sebagai berikut:
a. Koperasi Desa
Yang dimaksud koperasi desa adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari
penduduk desa yang mempunyai kepentingan sama atau yang mempunyai
kepentingan-kepentingan yang satu sama lain ada sangkut pautnya secara langsung.
Usaha yang dilaksanakan ada bermacam-macam sesuai dengan kepentingan
masyarakat.
- menjual barang kebutuhan sehari—hari
- usaha simpan pinjarn
- mengorganisasikan barang-barang yang diproduksi di daerah yang
bersangkutan.
b. Koperasi Pertanian
Yang dimaksud koperasi pertanian adalah koperasi yang anggotanya adalah
petani, baik petani pemilik tanah, petani penyewa, petani penyakap, buruh tani dan
orang-orang yang berkepentingan serta bermata pencaharian dan usaha pertanian.
Koperasi pertanian dibedakan menjadi beberapa jenis menurut tanaman yang
142
diusahakan, misalnya koperasi kopra, koperasi karet, koperasi tembakau dan
sebagainya.
c. Koperasi Peternakan
Yang dimaksud koperasi peternakan adalah koperasi yang anggotanya terdiri
dan para peternak, dan orang-orang yang mata pencahariannya berhubungan langsung
dengan peternakan. Koperasi peternakan dapat dibedakan menurut jenis ternak yang
diusahakan misalnya: koperasi peternak ayam, koperasi peternak sapi, koperasi
peternak babi, koperasi peternak kambing dan sebagainya.
d. Koperasi Perikanan
Yang dimaksud koperasi perikanan adalah koperasi yang anggotanya terdiri
dan pengusaha, pemilik alat maupun nelayan yang mata pencahariannya berhubungan
langsung dengan usaha perikanan. Koperasi perikanan biasanya didirikan di daerahdaerah perikanan seperti di daerah pantai atau di desa-desa yang banyak petani yang
beternak ikan. Koperasi perikanan dapat dibedakan menjadi dua golonganyaitu
koperasi perikanan darat dan koperasi perikanan laut.
e. Koperasi Pengrajin
Yang dimaksud koperasi kerajinan adalah koperasi yang anggotanya terdiri
dan orang-orang yang mata pencahariannya berhubungan langsung dengan usaha
kerajinan seperti. misalnya: pengusaha, pemilik alat-alat produksi rnaupun para
buruh. Koperasi kerajinan biasanya didirikan di pusat-pusat kerajinan. Koperasi
kerajinan dapat digo1ongkan merjadi beberapa golongan sesuai dengan jenis
kerajinan yang diusahakan seperti misanya:
f. Koperasi batik
-Koperasi Kerajinan Perak
143
-Koperasi Kerajinan Kulit
-Koperasi tekstii dan sehagainya.
g. Koperasi Simpan Pinjam.
Adalah
koperasi
yang
anggotanya
terdiri
dan
orang-orang
yang
berkepentingan langsung dengan usaha simpan pirijam. Lapangan usaha koperasi
dititik beratkan pada usaha untuk menyimpan uang, dan selanjutnya uang yang
terkumpul dipinjamkan kepada para anggota yang benar-benar memerlukan, dan di
utamakan bagi peminjam yang akan menggunakan uang tersebut untuk tujuan yang
bersifat produktif.
h. Koperasi Konsumsi
Adalah koperasi yang anggotanya terdiri dan para konsumen lapangan
usahmya terutama herhuhungan dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan anggota
koperasi dan masyarakat disekitar daerah kerja koperasi.
Pembagian koperasi selain di dasarkan pada lapangan usaha dapat pula
didasarkan pada daerah bekerjanya. Daerah bekerja koperasi adalah suatu daerah
administrasi yang merupakan tempat tinggal anggota atau lingkungan usaha koperasi.
Misalnya: desa, marga, daerah tingkat I, daerah tingkat II dan sebagainya. Daerah
bekerja koperasi sedapat mungkin disesuaikan dengan daerah administrasi pemerintahan
untu memudahkan apabila pemerintah perlu mengadakan tindakan-tindakan da1am
bidang ekonomi. Secara administratif pelaksanaan tindakan tadi akan diurus oleh
pemerintah daerah seperti pemerintah daerah tingkat I, tingingket II dan seterusnya.
Apabila daerah bekerja koperasi sama daerah administrasi pemerintahan, maka para
pejabat pemerintah setempat dapat berhubungan dengan pengurus-pengurus koperasi.
144
Keadaan yang sering terjadi, kesatuan ekonomi tidak selalu sejalan
dengan daerah administrasi pemerintahan, keadaan georafi tidak selalu sama dengan
daerah administrasi pemerintahan. Dalam hal ini daerah bekerja koperasi dipat meliputi
satu kesatuan ekonomi yang terdiri dan beberapa daerah administrasi pemerintahan.
Untuk memperkuat kedudukan perusahaan dalam perekonomian,
beberapa perusahaan dapat membentuk suatu badan usaha lain yang mengurus
kepentingan bersama. Ada dua macam penggahungan yaitu:
a. Penggabungan secara horisontal, hal ini terjadi apabila beberapa
perusahaan sejenis menggabungkan diri kedalam suatu badan usaha. Misalnya:
beberapa perusahaan tenun bergabung menjadi. satu.
b. Penggabungan secara vertikal, hal ini terjadi apabila beberapa perusahaan
yang menghasi1kn barang secara bertingkat-tingkat menggàbungkan untuk menjadi satu
badan usaha. Misalriya: perkebunan kapas, pabrik pemintalan benang dan pabrik tenun
bergabung menjadi satu.
Koperasi dapat pula mengadakan penggabungan seperti yang dilakukan
oleh perusahaan lain, baik penggabungan secara horisontal maupun secara vertikal.
Misalnya: beberapa koperasi pemintalan benang bergabung menjadi suatu pusat
koperasi pemintalan benang kemudian mendirikan suatu pabrik tenun.
Penggabungan/pemusatan koperasi di Indonesia di atur menurut jenis
dan derah bekerjanya. Secara garis besar, bentuk-bentuk pemusatan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Koperasi primer; beranggotakan paling sedikit 25 orang, daerah
bekerjanya meliputi satu desa atau suatu kesatuan ekonomi
145
b. Pusat koperasi; beranggotakan paling sedikit 5 koperasi primer yang telah
berbadan hukum, daerah hekerjanya meliputi satu daérah tingkat II
c. Gabungan koperasi; daerah bekerjanya meliputi satu daerah tingkat I
d. Induk koperasi; daerah hekerjanya meliputi seluruh Indonesia.
Pemusatan diatur menurut jenis mengandung arti bahwa pada
hakekatnya suatu pusat koperasi hanya dapat dibentuk oleh koperasi primer yang
sejenis. Misalnya pusat koperasi konumsi terbentuk dari koperasi konsumsi primer yang
terdapat dalam suatu daerah tingkat dua. Pusat koperasi kopra terbentuk dan koperasikoperasi kopra primer yang terdapat dalam suatu daerah tingkat II. Dengan pemusatanpemusatan semacam itu diharapkan koperasi dapat mengadakan spesialisasi dibidang
146
masing-masing. Misalnya koperasi karet harus mampu mengorganisasikan produksi
karet mulai dari perkebunan sampai siap untuk di ekspor. Kalau dipandang cukup
mampu dapat mendirikan industri yang menggunakan bahan pokok karet seperti pabrik
ban, pabrik busa dan sebagainya.
KOPERASI MODERN
Sejarah koperasi di Indonesia sudah dimulai jauh sebelum tahun 1945 ketika
UUD 45 dilahirkan. Sejak anBudi. Utomo, koperasi telah hidup dan berkembang. Pada
masa perjuangan kemerdekaan koperasi tumbuh sebagai salah satu pergerakan rakyat
khususnya di bidang sosial ekonomi sekaligus berperan serta dalam melayani kebutuhan
para anggotanya. Pada masa penjajahan Jepang peranan koperasi berubah dan gerakan
rakyat yang memiliki otonomi, menjadi alat pemerintah penjajah dalam mengumpulkan
hasil bumi bagi t!pn.
Sesudah kemerdekaan, koperasi mulai berkembang. Sebagai perwujudan pasal
33 UUD 45 sejak tahun 1945 semangat berkoperasi rakyat Indonesia sangat tinggi.
Akan tetapi semangat menggebu tersebut tidak berhasil mewujudkan cita—cita koperasi
untuk menjadikannya sebagai bagian, sendi dan soko guru perekonomian Indonesia
sebagaimana tercantum dalam tJUD 45 khususnya pasal 33 ayat 1. Selain itu kbperasi
tidak berhasil berperanan sebagai wadah kegitan ekonomi rakyat, seperti yang di
aspiraslkan oleh gerakan koperasi dalam masyarakat. Kegagalan koperasi dalam usaha
mewujudkan cita—citanya antara lain disebabkan oleh langkanya kader koperasi yang
mempunyai kemampuan yang memadai untuk memimpin koperasi. Kemampuan untuk
memimpin diperlukan mengingat koperasi adalah kumpulan manusia bukan kumpulan
147
modal dan. pengurus dipilih dan anggota, bukan dan luar koperasi. Selain itu gerakan
koperasi timbul dan masyarakat sendini oleh karena itu perkembañgannya sangat
tergantung pada inisiatif masyarakat.
Pada tahun 1959 dengan adanya Deknit Presiden 5 Juli 1959 kita kembali
kepada UUD 45, semangat berkoperasi kembali menggèbu—gebu. Semua hal ingin
“dikoperasikan” bahkari pemerintah ikut memberi bantuan, ikut mengatur dan
mengarahkan perkembangan koperasi. Tetapi sekali lagi kurang berhasil karena
koperasi belum cukup siap dan segi organisasi
dan pelaksanaannya.
Sejak tahun 1960 keadaan menjadi berubah. Dengan Undang—undang,
peraturan pemerintah maupun Instruksi Presiden, pemenintah telah menyatakan
kehendaknya untuk ikut campur tangan secara aktif dalam
membangun koperasi. Ternyata campur tangan pemenintah di bidang tertentu
cukup dalam seperti misalnya dalam pengumpulan beras, penyaluran bahan—bahan
pokok kepada konsumen atau dalam bidang pembelian barang—barang industri
khususnya sandang. Berbagai fasilitas di sediakan pemerintah untuk koperasi seperti
misalnya: modal untuk investasi, pemerintah menyediakan barang yang dapat
disalurkan kepada
6.21
4,.
anggota dan pemerintah merupakan pembeti baratig basil prnlnksi ang’ota
koperasi. Hake muneuilah koperasi barn yang i n n twn’a fasi Ii tas pemerintah. Selairi
itu karena koperasi menIrii :;a1wi fasilit.as pemeriritah make hoperasi merijadi dren;i
pet atnm iii I it 1k ‘in diperebutkan oieh crbagai pihal< yang biny7- et I k• tnt
148
tanpa memperhatikan cetnajiiin koperasi.
Sampai. seat in i eampur tangan pemnerintah nias i h I un bea1 •jH bahkan
sejak àwa) tahein 7fl an pemerintah telah rn!anr1’h ebih laith lagi ycitu langsung
membentuk atau rnenspon.sori pembErItItkan koperasi. yang diawa I dentan
pembentukan Padan Usaha lIni I. (PUIJI) dan Koperasi Unit flesa (KIlT)). flii.ihat dar I
jurnahnya BIHJP/fIH) sangat keiI dibanding jumi ah koperasi primer 3flg ada, akrjn r I.
peramninnya sangat hesar karena BLJIJD/K If) mendapat bantu3n i’iI}kafl iF ‘t akari t
nvek penierintah.
Campur tar’gan pemer intah mernpLn yal !r)iuh y an aan..it P at. terhadap
koperasi. Pengaruh ter’ehut ‘Japat hersi I at meigiintungkan akin tetapi herdasarkan
ewal ama ‘nn g udah d a ji in ji kkami bji[1WR eampur t angan iem I ntah lapat tort
ba’an faklnr var mrty ill Ika
perkemh3ngart kopcr asi . 5lega I nnritoh ak.ui ii ‘r41 kan hbeiapa hal sebaga i
her iki it.:
a. Campur tangan hemerintah dai am peneiitwn n I I avab 1erja KUJ) dapat
mendorong ke:rah prkemh:ngan swadaya desa, alcat ttapi dapat rnenghamba I
rkembangan sek[ral CIa erkemhangan ekotiom I Penentuan prialtas terhadap
sektnr_sekt,or’ tertentu rnenyehabkan kopera i mel i,akari I)) Janghidan I t I ii , m ;k
pon hi lang— hi lang tersebul; sangd (Ii butuhkan ruasyat ‘akat
h. Cam pur targar rne ii tab merjyebal dcan tan vi [) d inc t. ertenl ci yang di
bantu pemer h saja yang hrkemha ;il it di Pemi angkan. Se I a in itu banyak l. perasi
yang di hentuk di’tg:n 1 uJt;in agar dapat memanfa.’3tkan Ca i. 1.1 t.as yang di bt 1 fran
ke[ i I prn i
149
c. Campur tangan penier I utah di hidamig pccrk€d tin I i dat mendorong
kegiatan $ imp’ pi.njam koperasi. bal, itnt.uk iIOt lorong supaya usaha simpan pin)ani
dapat. herkembang, koporsi harun rtinml 1 iki “margin” usaha yang me’nadai, shingga
dapat meilgulpulkan 2imnpnnan yang cukup. Dana yang berhasil. lisitipan kopera:i saat;
mi angat kecil sedang yang lom man dalam ketiangan kopt ai ad-i ah modal yang
diperoieh (lam i bank, Sehingga a(la kesan hahwa kop’rasi sehnarnya hanya merupakan
“al Rt” hank untuk menyal urkan k red i I dalam rangka mendukung proci am pnerintah
terteritti
j
6.z/
d. Dengan adany Iriros No 2/1979 tentang i ubatasan w.iIayah kerja,
mendorong koirasi ‘l:ombng mrijadt wad au ekonomi serha usaha. Dal am s’iatu wi
layTTh F’H’ di harapkan tumbih un it-’init usalia yang meliputi emw sekt ng c1apit.
dicapat. Dengan dariya bimbingan dan Pewan yng a1i 1.arn PIJUD diharapkan dapat
mengewhangkan ekonorni desa atau kecrnrtan secara kesluruhan. Untuk itu diperlukan
manajemen yang efisien, tenaga yang bariyak. Disinilah ] et,ak keiemnhan KUP karena
manajemen yang ada kurang mampu, seliingga akan menghambat nsaha-usaha baru
yang ingin digerakkan secara koperasi.
Dengap deniiki;ni caraj’ur tanjan p’merintah angat mempengaruhi cara kerja
kopern’i. T”perasi y.ng seharusnya berscmanga1. swasembad9 dan wirawasta , ter ‘at a
1 njI Lanyak hekerja hf’rdasarkan instruks.i dan atas.
Masalah lain yang dihadapi koperasi adalah rnasalah bersaing dengan sektor
lain. flalarn sistem ekonomi yang ideal yaitu yang herdasarkan Pancasila, perusahaan
swasl:- dan perusahaan negara ruerupakan dua sektor yang komplemenler dcngari ektor
150
koperasi. Akan tetapi dalam kenyataannya knd’o sektor ter’a’hut adalah sainan 1’$nkrit
dan sektor kopersi.. Wuj’i’l pni sainRan terehut, antara lain ten ihat hahwa bagian—
bagian tertentu dan kehidupan ekonomi yang luas yang seharusnya digarap koperasi
masih dikunsat kedua sektor t.ersebut dan masih harus direbut kembali. keaiaan mi
dapat terjadi disebabkan karena sektor koperasi masi.h sangat Iernah dan belum dapat
dipercaya, sedang kedua sektor yang Ia i.n tciah €rknmhang ichih d’Iu dan lbih mapan
sehingga mernang selayakriya sektor-.sektor tersebut m’mdapat kepercayaan mengelola
hidang—biciang yanr haris dikc’lIa ecara rasiona], sampai suatu saat koperasi dinilai
mamp untuk mengelola bidang—bidang tersebut.
!c.1ta a
KOPERASI UNIT DESA
Kehidupan da)am m;syarakat pada hakekatnya tersusun atas dasar kerja satna
yang sangat rapi. Tiap orang eu<up bekeija dalani suatu lapangan usaha t’rtentu shagai
pekerjaan pokok, sedarig barong—bnrang lain yang diperlukan untuk memenuhi
kebijtuhan hidupnya hainpir seluruhnya dju hkn olh rang. irabagai (ont,oh- suangpetwi’i
menghasilkan heras untuk keliiarganya dan untuk orarig I in, dan harang— barang lain
yang (Iibutuhkannya seperti pakaian, alat.—1 iI rumnh tans, alat—al at pertan tan,
kendaraan an iin—lain perltan hdup pteiiii dapat di peru I eh dan pi hak I sin. edang
seorang t.uksng batu hckerjn untuk men’uknpi kebutuhan orang lain, seang hmpir semu
barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya diusahaka oleh orig’ lain.
Sayang ska1 i pembagian kerja yang ber1ku dal am suatu masysrakat tidak
selalu dilkuti oleh pembagian hasil yarg seadil—adiiriya. Di dalam praktek, goionpn
yang kuat perekonomiannya lehih I.e luasa meneari k7euUinan bagi itimya, sediri
sehirigga olongari yang .lemnh pereorioniannya hainpir, se1a].4irugikan.
151
Dengan. jaial1brkopQpi. rnak pembagian kerja dalam riasyarakat akan disnsun
sdemtkiHn rupi sehingga pembagian hash dapat dilakukan scoara lebih idiL Koperasi
knnsumsi akan menambah kesejahteraan konsumen sedang koperasi produksi akan
mempertinggi kesejahteraan produsen. Karena pala hak’katnya tiap orang dapat
bertinriak sebagai konsumen dan Juga ‘egai rodusen atau faktor procluksi, maka
koperasi dapat dikatakan mernpertinggi kesejahteraan masyarakat.
Di In1unsin ebagLan hesar pendapatan masyarakat di.peroleh dan sekior
pertani-iri baik pertanian rakyat, perkehunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Dart selbruh hasil pertanian sebagian digunakan untik peri an dal am negeri, I ainnya
merupakan bahan kspor merupakan ‘mher devisa hagi negara.
Ppabii.a kit i teliti lebih mendalam, pada umumnya tingknt hidup petan m;isih
ssngat rndah, trutama golongan petani kecil dan huruh tani yang tidak rnemiiiki tanah.
Lapangan usaha petani biasanya terbatas pada penpnlahan tanah sampai menghasiJkan
harang (panen) yang rnasih merupakan lahari mentnh. Seianijutnya hash tersetit
dikuasai oleh pedagang untuk Jiekspr ke Juar negeri atau dikuasni oleh pihak lain yang
menoIih tirang tadi menjadi barang yang lebih hermanfaat bagi masysrafrii. r)eiin
demikian kuntungan sebagian hessr jat.uh kepihak lain ‘aug rnmpunvai m’.dal yang
nukup untuk mrngi lassi )11i 1 pertan iri. Se’lg pcIani Iianya menprimn sebagian kentl
saja keuntungsn yang ads.
Dengan membentuk koperasi pertanian, para petani dan para buruh tani yang
tenaganya sangat diperlukan dapat mengadakan kerja sama untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka. Usaha yang dapat dilakukan oleh koperasi pertanian mulai dan
koperasi primer, pusat, gabungan maupun induk koperasi antara lain.
152
a. menyediakan bahan—bahan/alat—alat pertanian seperti: bibit, pupuk obat—
obatan pemberantas hama, traktor, sprayer dan sebagainya
b. menyediakan kredit bagi anggota yang memerlukan untuk tujuan yang
poduktif
c. mengusahakan pengolahan hasil pertanian mulai dan bahan mentah sampai
barang tersebut siap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
d. mengusahakan penjualan sampai tingkatan ekspor
e. mengusahakan perbaikan tehnik pertanian seperti perbaikan irigasi,
mekanisasi pertanian, mengadakan penyelidikan dan sebagainya.
Dengan cara kerja seperti tersebut di atas, koperasi pertanian akan dapat
memproduksi barang yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi dengan biaya yang
lebih murah, sehingga akan mempertinggi kesejahteraan anggota maupun masyarakat.
Dalam
mengadakan
pembangunan
ekonomi
pemerintah
mengarahkan
perhatiannya pada pembangunan pertanian dan pedesaan. Dalam kebijaksanaan
ekonomi dan pembangunan, pemerintah menempatkan koperasi sebagai alat
kebijaksanaan pemerintah. Dan situ pemerintah memiliki rencana dan anggaran yang
harus di jalankan oleh koperasi. Agar dapat menjalankan tugasnya, koperasi harus
menertibkan din di lain pibak supaya koperasi dapat hidup maka harus dibeni bantuan.
Kedudukan dan peranan koperasi sejak tahun tujuh puluhan pada dasarnya
lebih banyak di tempatkan sebagai alat kebijaksanaan pemerintah, yaitu untuk mencapai
swasembada pangan, pengadaan barang— barang kebutuhan pokok untuk mencegah
inflasi dan mendukung proses industrialisasi berdasarkan politik tingkat upah yang
murah. Atas dasar tujuan tersebut, maka koperasi yang mendapat perhatian adalah
koperasi yang lapangan usahanya berhubungan dengan sektor pangan. Untuk itu maka
153
dibentuklah Badan Usaha Unit Desa (BUUD) dan kemudian Koperasi Unit Desa
(KUD). BUUD dan KUD itulah yang mendapat perhatian utama.
Jumlah BUUD yang didirikan pada tahun 1970 sebanyak 35 buah, tahun 1971
sebanyak 633 buah. Jumlah BUUD/KUD mi sangat kecil yaitu hanya 14% dan jumlah
seluruh koperasi primer, namun peranannya sangat besar, karena mendapat bantuan
pemerintah dan merupakan proyek pemerintah. Pada tahun 1979 jumlah BUUD
mencapai 14.532 buah, dan. 3.510 buah diantaranya telah berbadan hukum, jumlah mi
merupakan 25,7% dan seluruh koperasi primer maupun sekunder. Perkembangan mi
adalah hasil bentukan pemerintah.
6.29
Karéna BUUD dan KUD dibentuk pemerintah maka BUUD dan KUD itulah
yang terutama mendapat bantuan pemerintah. Tugas utamanya adalah menyalurkan
sarana produksi, mengumpulkan beras dan petani dan kemudian rnenyalurkan kredit
candak kulak, yang merupakan bentuk perkreditan di luar sistem perbankan dengan
dana langsung dan änggaran. Dalam menjalankan tugasnya KUD cukup berhasil.
Keberhasilan mi tercermin dalam meningkatnya pengumpulan beras sebesar 31% dan
seluruh pengadaan pangan nasional pada tahun 1978/79 naik menjadi 514% pada tahun
1979/80. Selain itu keberhasilan KUD dapat dilihat dan meningkatnya kredit yang dapat
dipinjamkan kepada KUD, ineningkatnya hasil penjualan pupuk dan obat—obatan,
meningkatnya volume usaha, modal usaha maupun Kredit Candak Kulak (KCK) yang
dapat disalurkan
Sebagai akibat keberhasilan KUD yang sangat menonjol, maka citra koperasi
saat itu didominasi oleh gambaran KUD mi. Apabila kita membaca lampiran pidato
Presiden di depan DPR, baik sebagai laporan tahunan maupun sebagai laporan
154
pelaksanaan repelita, ada kesan bahwa koperasi adalah identik dengan BUUD dan
kemudian KUD. Di luar itu gambaran kita tentang koperasi sangat samar—samar.
Sebagai perbandingan dapat dikemukakan beberapa data yang diperoleh untuk
tahun 1976 semester II. Dilihat dan jumlahnya KUD merupakan bagian yang kecil saja
dan koperasi secara keseluruhan sebab hanya meliputi 26,7% dan jumlah seluruh
koperasi yang ada. Sedang koperasi yang bergerak dibidang jasa meliputi 62% dan yang
bergerak di bidang industri hanya meliputi 2,3%. Apabila dilihat dan jumlah
anggotanya, KUD mempunyai anggota terbanyak yaitu meliputi 60% selurih anggota,
sedang koperasi ,jasa dan perdagangan meliputi35% dan koperasi industri hanya
mempunyai anggota sebanyak 0,8% dan seluruh anggota koperasi.
‘Dilihat dan junrlah simpanan KUD bukan merupakan koperasi yang terpenting
sebab hanya memiliki simpanan sebanyak 7,5% dan seluruh simpanan. Koperasi
Industni mampu menghimpun 17,5% dan seluruh simpanan dan koperasi jasa dan
perdagangan mampu menghimpun dana yang terbesar yaitu meliputi 72%. Akan tetapi
apabila dilfhat dan segi permodalan, KUD dan koperasi pertanian pada umumnya
mempunyai kedudukan yang agak penting, karena mempunyai modal masing—masing
23,9% dan 27,9% dan seluruh modal koperasi, sedang koperasi industni hanya memiliki
8,5%. Koperasi jasa dan perdagangan dalam hal permodalan memiliki posisi terkuat
karena memiliki jumlah modal yang terbesan yaitu meliputi 62,14% modal koperasi.
Hal yang paling menonjol dalam din KUD adalah kemampuannya dalam
menjual barang. Hal mi disebabkan oleh adanya penugasan pemenintah kepada KUD
untuk benperan sebagai penyalur komoditi pokok dibidang pertanian. Keunikan mi
dapat dilihat dan nilai penjualan yang meliputi 54,7% dibandingkan dengan 23,7% nilai
penjualan yang mampu
155
6.30
dicapai oleh koperasi jasa dan; perdagangan serta 22% untuk koperasi indutri.
ilihat dan gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa jenis koperasi lain yang
bergerak dibidang jasa dan perdagangan tidak dapat diabØkan karena mempunyai
peranan yang cukup besar dalam pembentukan modl, sedarig koperasi industri juga
perlu mendapat perhatian yang serius sebab merupakan jenis koperasi yang masih
terbelakang.
Struktur kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan yang menempatkan
koperasi sebaai alat kebijaksanaan tersebut memberi pengaruh yang cukup luas dan
menentukan terhadap perkembangan koperasi. Secara teoretis dapat dibayangkan bahwa
seluruh aparat dan lembaga atau badan— badan dan instansi pemerintah dapat
diarahkan untuk membangun koperasi dalam suatu pola kebijaksanaan yang terpadu.
Hal mi dapat terlaksana apabila ada koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dan semua
instansi pemerintah. Dalam praktek, justru koordinasi inilah yang tidak mudah dicapai,
sebab masing—masing pihak mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda—beda. Hal
mi menimbulkan situasi dimana koperasi harus mampu memainkan peranan dengan
tangguh, sebab cukup sulit mempertemukan tujuan dan target masing—masing instansi
karena masing—masing pihak mungkin saja mempunyai tujuan yang saling
bertentangan.
156
157
KOPERASI PERTANIAN DI INDONIIA
1. Penertian BiMas dan Inmas
158
Biinas merupakan singkatan dan. Biinbingan Massal. Islam pengertian tersebut
Bimas merupakan suatu sistem periyukthan yaitu pembimbingan petant kearah usaha
tani yang lebih baik dan lebih inaju, sehingga ia mampu meningkatkan pendapatan
usaha taninya. Bimbingan mi dilaksanakan secara massal (untuk dibedakan dan
pembimbingan individu) karena ertama, yang khendak dicapai adalah peningkatan
produksi dan pendapatan yang sarigat besar ( 8 - 10 persen per tahxi) dan kedua
peinbimbingan secara persrangan akan sangat lambat dan mahal. Karena Bimas
merupakan sistem penyuluhan maka isinya pasti berupa throngan ajakan alau bujukan
(persuasi) melalui cxnitoh-cântoh yang bisa ditiru baik di kebun-kebun percobaan,
demonstrasi plot (dem-plot) maupix di sawah-sawah petani maju.
Istilah Bimas rnulai dipakai secara resmi pertaina kali pada tahun 1967/196g,
path saat pemerintah ingin melaksanakan intensifikasi padi padasawali seluas 1.000.000
ha dengan menerapkan yiftu perbai.kan irigasi, penggunaan bibit unggul, pT-mantasan
haina dan jè?ikit, perbaiki raercocok tanam (tekm1o,i sebeJum itu dipakai istilah Demas
(tmonstrasi Massal) yang padi di Karawang (1963) path sawah seiuas 100 ha yang
dilakukan oleh 12 mahasiswa serta 7 asisten dosen Fisticut Pertantan &gr. Mereka
dikirim ke desa selama kurang lebth7 buLn (ari hidup berdaman dengan parapetani.
Program mi dibantu oieh Departemen Research Nasional dan tpartemen 1rtanian.
.)epert1 telah disebutkan di atas, salah satu dart linia usaha (panca
usalia) ncnirgkatkan prodiksi padi mi adalah penggirlaan bibit triggul. Karena
pada tahun 1967/1968 bibit ‘ajaib’ PB 8 mulai tersedia dalam jurniali hesar, maka bibit
unggul inilah yang menjadi simbol pengenalan sistern Biiuas. un sebagaimana terjadi di
159
negara-negara tetangga Asia, btbi barn mi mam.pu meningkatkaann produksi sampai
rata-rata 50%
rLg’i Herpakan suatu kemajuan yang besar yang termasuk ‘meragurnfran’.
tnilah tahiri permulaan ‘relusi hijau’ di Inibnesia.
ianps berrnskstxl rnengurangi arti sarana prodticsi yang lain, faktor kedna yug
sangat penting peranannya dalam program Bimas iri adalah kredit. Kwena urituk
memungkinkan efektifnya bibit unggil tersebut,
7.2
harus digixiakan ciIcup banyak pupik buatan, dan karena pupk tnt harus dibeli
dengan uang, maka pemerintah myedtakan kredit yang diperlukari. Petnerintáh ORBA
(Orde Baru) waktu itu yan inewarisi perekormnian dengan inflasi tiriggi dan cadangan
devisa yang sangat se kit, merasa tidak mampu meriyediakari seluruh kredit yang
diperliican. Itulah sebabnya dart 1.000.000 ha areal yang harus dapat 1iintensifikasikan,
hanya 500.000 ha yang dapat di-Bimas-kan. Selebihnya dimasukkan dalani Inmas
(Intensifikasi Massal).
L(1ntensifika5i Massal) artinya intensifikasi padi dengan fasfiltas penyuluhan
yang sarna tetapi tanpa kredit. Daerah Irimas
mencakup daerah per sawahan yang inemenuhi semua syarat-syarat teknis
Bimas (antara lain sawah yang beririgasi teknis atau setengah tekrits), tetapi petaninya
dianggap sudah cukup maju, sehingga tanpa kredit pemerintah p.n, inereka diharapkan
tnelaksanakan penerapan panca usaha secara lengkap.
4.1.1.2 Pengeklaan (organisasi) Binias
Pengaturari dan pengelolaan program Bimas dan tnmas mi dilakukaan oleh
organisasi yang sama yaitu organisasi Bimas. Kita tidak mengerial organisasi yang akan
160
menarigani Inmas (organisasi Inmas) walaupun path mulanya mempunyai luas areal
yang sama dengan Bimas. DI. dalam kenyataan, penyuluhan yang dilakukan para
penyuluh per tantan benar-benar saina intensifnya di daerah areal Bimas dan Inmas. Jadi
kalaupun ada pembagian atau pembedaan aritara Bimas dan Enmas adalah seuiata-mata
diperlukan untik keperluan tnasalah perkreditan dart Bank atau untuk membuat analisis
intensifikasi dart segi keuangan.
Karena peningkatan produksi padi merupakan program yang mendapat
prioritas tertinggi pada Pelita I, maka dibentuklah organisasi Bimas tingkat nasional
sampai tingkat kecamatan. Isi pokoknya adalah menghendaki koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi yang sebaik mixigkin antara berbagai departemen dan instansi-instansinya
dart atas sampai ke bawah.
Kalau pada tingkat pusat organisasi Bimas mampu berkembang dan bekerja
cepat kareria diatur di luar birokrasi yang rutin, maka pembentukan Badan Pembina
Bimas pada tingkat propinsi dan Badan Pelaksana Bimas pada tingkat kabupaten tidak
demikian halnya. Pada pernerintah daerah tingkat I dan II, organisasi Bimas
diLimpahkan path birokrasi rutin. Ketua Bapen Bimas adalah gubernur, dan Ketua
Bapel Birnas adalah Bupati, sedangkan kepala Dinas Pertanian menjadi wakil ketua. [ni
berarti bahwa pada tingkat I dan II mi, Bimas merupakan tugas ekstra yang cukup berat
dan menyita banyak sekali waktu dan pi.,kiran Gubernur dan Bupati. Tetapi pola Bimas
yang demikian dianp,gap yang paling uiungkin diwujudkan, karena apabila bukan
Gubernur dan
7.3
Bupati sendiri yang memimpin, dikhawatirkan program mi tidak akan berjalan.
161
Lngan adanya lembaga menter i rui.zia rusan prodsi parigan di dalam kabinet
kita sekarang, maka menteri muda urusan produksi pangan bertanggung jawab dalam
melaksanakan program Bimas • baik ixiti.k tanaman padi maupii-i tanaman pangan
lainnya.
4.1.1.3 Peranan Organisasi Bimas
Kalau kita ingin menilai marifaat dan efektifitas organisasi Bimas, ada dua
pendapat yang bisa dikemukakan. Per tama adalah kesan bahwa dengan pola organisasi
Bimas ternyata program’intensiflkasi padi bisa mencapai sukses, walaupun dalam Pelita
II kenaikan basil per hektar cenderung mulai meridatar. Karena keberhasilar. mi, mka
kemudian program Bimas diterapkan di sub sektor lain-lain termask di dalamnya
peternakan, perikanan, dan industri kecil. Peridapat kedua bertitik tolak path anggapan
bahwa kelebihan organisasi Bimas adalah sifatnya sebagai organisasi pencbbrak untuk
mempercepat pengenalan tekmlogi baru yang dilandasi pengguriaan bibit unggul dan
pupuk. Untuk inilah diciptakan organisasi tambahan di luar birokrasi biasa. Tanpa ada
pro.granB±nasj—nraktidak mungkin program intensifikasi dapat dilaksanakan secara
besar-besaran hingga mencapai lebih dan 4 juta hektar pada tahui 1977 dan jumlth
300,000 hektar path tahun 1966/1967 atau hanya 10.000 hektar path tahun 1963/1964.
Keberhas ilan Birnas mi cfitunjukkan pula oleh kenaikan produksi dengan pesat antara
talu.n 1965 dan 1969 yaitu sebesar 4,5 persen setahun. Kalau pada suatu saat program
mi dapat diteruskan secara rutin oleh birokrasi yang ada path departemen pertanian,
tentu saja organisasi yang bersifat ekstra mi tidaklah mutlak untuk dipertahankan terus
menerus.
Akhir-akhir mi sudah mulai sering diajukan pertanyaan di dalam kalangan
pemerintah sendiri: apakah produksi beras ak.an turun searidainya tidak ada lagi
162
program Bimas. Bagi banyak kalangan mixiglcin pertanyaan demikian dianggap tidak
relevan, karena Bimas sudah menjadi simbol kesuksesan. Mereka yang berpendapat’
demikian sudah tidak memikirkan lagi peninjauan kembali program Bimas. Bagi
mereka, masalahnya adalah bagaimana mempenluas sistem dan program Bimas ml ke
bidang-bidarig lainnya. Apalagi j ika Bimas mi diartikani sebagai sistem penyuluhan,
seperti kata aslmnya.
Sebenarnya istilah Bimas itu sendiri tidak pernah mempiriyai arti yang
seragam. Bimas bisa diartikan secara berbeda-beda oleh banyak orang. Hal mi
dibdctikan pada tahixi 1970 ketika Perhimpxian Ekoromi Pertanian Inthnesia (Perhepi)
m&igadakan simposium Bimas Qtong Poyong di Jakarta. Hampir semua anggta Perhepi
dengan data dan argumentasi yang herbeda-béda mengusulkan agar Bimas Gotong
Royong segera
7.4
dthapuskan. Bimas btong a,yong tidak layak disebut Bimas kata mereka karena
sifatnya merupakan komancb, atau “diwajibkan” kepada para petani. Bimas Gotong
&yong mi akhirnya dihapuskan setelah berjalan tiga inusirn. Bahwa akhirnya Bimas
Gotong Royong mi dihapus dan digantikan dengan sistem Bimas yang disempurnakan,
menunjukkan keyakinari banyak pihak, bahwa prinsip Bimasnya sendiri tak pernah
diragan. Yang sering menyimparig adalah selalu hanya pelaksanaannya, bukan
prinsipnya.
Keberhasiilan program Bimas di dalam peningkatan proddcsi beras tak perlu
diragukan lagi, tetapi ternyata ticlak diimbangi oleh keberhásil.an di bidang produksi
bahan pangan lainnya. Misalnya kenaikan produksi kacang tanah, tetapi kenaikannya
masih lebih rendah daripada laju pertumbuhan peridu&k. Contoh lainnya adalah
163
proddcsi jaglrig mengalami stagnasi, sedangkan produksi ubi kayu, ubi jalar, dan kedele
justru mennj Rkan peni inan.
Deiuikianlah berbagai masalah yang dihadapi organisasi Bimas dan pro
speknya di masa depan.
KEIJAKSANAAN KREDIT PERTANIAN
1. Peranan kredit per tanian bagi petani
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sebagian besar masyarakat di pedesaan
adalah para petani dan berada dalam keadaan ekonomi yang lemah. Tingkat pendidikan,
ketrampilan yang dikuasai, dan terutama modal yang dimiliki sangat terbatas.
Keterbatasan akan ketiga hal tersebut menyebabkan kecilnya usaha per tanian.
Oleh karena itu sedikit saja terjadi perubahan dalam prodticsi pertarlian akari
mempengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Jika para petani
mengalami kegagalan dalam usaha tant, maka akan berusaha mencari sumber
pendapatan lain yang derigan segera dapat mengatasi kesulitar.nya. Salah satu sumber
bantuar. tersebut adalah lembaga-lembaga perkreditan yang ada di pedesaan.
Lembaga perkreditarz yang beroperasi ditir.gkat pedesaar. sudah berlangsirig
sejak jaman dulu, meskipix berituknya berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
jaman. Seorang ahli mengatakar. bahwa lembaga perkreditar. mi berperan bukan saja
sebagai lambang ikat.an antara golongan yang punya dan tidak, tetapi ada kalanya
merupakari satu bentuk tenggang rasa yang dimanifestasikan dalam bentuk natura
(barang).
164
Per kembangan pembangiiian disektor per tan ian tner.yebabkan pen gar
uhpengaruh koniersialisasi rnulai tampak ikut berperan. Pengaruh-pengaruh irA mulat
tampak pada daerah-daerah tempat proses peraliban dart usaha pertanian subsisten
icepada usaha pertanian komersial. Secara tritis, pada masa peralihan mi kebutuhan
akan dana kredit semakir. diperklan oleh masyarakat, sehingga lembaga perkreditan
yang semula bersifat lambang ikatan dan tenggang rasa, lama kelamaan akan berubah
menjadi hubungan ekonomi yang kadang-kadang masih terselubung.
Pada jaman pemerintah Kolonial Belanda masalah perkreditar. di pedesaan
(terutalna di Jawa) sudah menjadi perhatian pemer ir.tah. Hal irA terbukti dengar.
didirikannya Lembaga Frkreditan Rakyat (LPR) sekitar tahir. 1900 sebagai akibat
adanya kegelisahan yang semakiri tumbub pada para pejabat pamong praja tentang
keadaari ekotxmi pendixii.I.
Setelah kemerdekaan, lembaga-lembaga perkreditan resmi maupun tidak resmi
semakin berkembang. Kredit Bimas der.gan lembaga Foprta yang kernudian menjadi
BUUD/KUD merupakan coritoh lembaga-lembaga perkreditan yang bertujuan untuk
meningkatkan proddcsi pertanian. Kemuxlian dalam tahun 1970-an muricul KIK,
KMKP, KCK, serta beberapa bentuk perkreditan
7.9
F
lair.nya yang dijalar.kan oleh pemerintah dengan tujuan memberikan bantuan
modal kepada pengusaha kecil agar lebih bergairah rneningkatkan kegiatar. usahanya.
Di sampir.g itu aemua bentuk prkreditari ir.i diharapkan dapat dinikmati secara merata
oleh semua lapisan masyarakat, terutama bagi kngar petanl. kecil dan glongan ekonomi
].emah, sehingga mengurar.gi ketergar.tungari para petani terhadap perkreditan
165
ir.formal der.gan bi.riga yang tir.ggi. Pemberi kredit informal antara lain pelepas uang,
tukarig kredit barang. petani kays, dan lain- lair..
4.2.1.2 ?salah Kredit Pertariiari
Perkembangari sistem perekonomian di pedesaan dapat di bagi atas 3 tahap
yaitu tahap subsiste. peralihan dart subsisten ke komersial1.dan
- a- —
tahap komersial. Pada pertar.ian subsisten produksi pertar.iar. har.ya dtijiituk
keperluari dan path tahap tnt kebutuhan akan dana kredit belum berkembang. Dalam
tahap peralihari terlihat adar.ya spesialisasi prod st engari masukE 1ogTThrt, sehingga
kebutuhar. masyikat yang semula ttas har.ya_pada baar.an pckkiai ber kembarig pada
kebi uhanakan bappg-bar ang lain dan tnt umniriya bet asaFi luat clesp iIkñ pengeluaran
dalain jumlah besar sebelum memperoleh h_asilnya. Oleh karer.a itu pada tahap mi
masyarakat memerIkWäna çjj, t rut a kredit yang bersifat musir
Masalah perkredttan di pe esaan rnelibatkan dua kelompk kepentingan yaitu
para
petani
(atau
masyarakat
pedesaari)
di
satu
pihak
sebagai
debitor
(pemmnjam/penerima kredit). Kedua kelompok tnt tentu saja berbeda dalam
kepentingan dan tujuamya terhadap perkreditarz, sehtngga bisa menimbulkan perbedaan
pandangan. Perbedaan pandangan mi terjadi antara lembaga perkteditan pemerintah
der.gan masyarakat petani di pedesaan.
Sebagai oontoh adalah kredit Bimas, yang kadang-kadang ditanggapi secara
negatif oleh petani. Padahal, siapa yang akan menyangkal. faedah bimas bagi
pembanginan nasior.al, dan juga siapa yang akan menyangkal faedah Bimas bagi
kepentingan petani. Tanggapan tnt menjiAckan bahwa kadarig-kadarig terjadi
perbedaan pandangan antara debitor dan kreditor. thtuk mengurangi perbedaan
166
pandangari aritara dua kelompok tersebut maka lebih dahulu harus diketahui
karakteristik, sikap dan nilat dart para petar.i (debitor) maupun kreditor, serta
lingkungan hidupnya dalam kaitariya dengan usaha per tanian kecil, dan lain-lain.
7.10
1
Karakteristik petani meliputi luas usaha pertar.iar., tingkat .da atan jumlah an
ota keluarga dewasa, dan kesem a
uar usaha taninya. Sedangkan sikap an nilai dan petani dapat baik dan saling
me iantarkrd4tr dan debitor. Dalam .perkreditan formal seringkali tidak terlihat adanya
huburigari tersebut. Sebaliknya di dalam kredit inforinal,meskiptxi dengan suku bunga
yang tinggi masih banyak dijumpal petani yang roeminjam, karena hubungan antara
kedua belah pihak berlangsung dalam keadaan kekeluargaan. Kreditor informal
nampa1iya telah memahami der.gan baik sikap dan mental petani, sehingga dengan
mudah dapat menarik petani untuk meminjam.
Sumber kredit informal mi bersifat fleksibel, tar.pa prosedur (birokrasi) yang
berbelit-belit, saling mengenal, dan berhubirigan erat. Pinjaman tidak diawasi der.gan
ketat, petani bebas menggunakan kreditnya, juga kreditor mengetahui betul kelayakan
kredit petarli serta bersedia memberi pinjamarl kapan, dimana, dan berapa saja yang
diminta petani. Sedangkan kredit formal tidak fleksibel, prosedur berbelit, kedua belah
pihak tidak saling mengenal dengan baik, memerlukan waktu yang relatif lama, baik
untuk mengambil maupuri membayar kredit. Er. debitor terkadang harus mengeluarkari
biaya yang cukup besar urituk mengurusnya sehingga suku birga yang berlaku menjadi
tinggi.
• .... .
167
Berdasarkan basil penelitian di EIS Cimanuk, disimpulkan bahwa di dalam
penehtian tersebut kebutuhan kredit petani kecil telah dilayara oleh sumber informal.
Petani besar sedikit yang berhubungan dengan si pelepas uang ‘karenà kebutuhan kredit
mereka telah dipenuhi oleh Bank-. bank Pernerintah serta lembaga kredit formal lair.nya
melalui program kredit kecil pedesaan yang inenarik dengan bunga yang relatif rendah.
Petani kecil masih enggan dan tidak mau melalui prosedur yang berbelitbelit dalam
memanfaätkan pelayarian lembaga Lçredit formal.
Oleh karena itu pemerintah berusaha memperbaiki dat’. memperluas jangkauan
pelayanan perkreditari agar bisa mencapai lapisan masyarakat pedesaan yang lebih
rendah. Berbagai bentuk perkreditan dikembarigkan seperti Kredit Candak Kulak
(KCK), KIK,KMKP, dan di bidang usaha tani padi kredit melalui kelomk petani
khusus.
Beberapa lembaga perkreditan formal lainnya seperti Bank-bank Daerah,
Koperasi, dan Perkumpulan-perkumpulan mencoba menyalurkan kredit-kredit sejenis
yang dikembangkan pemerintah setelah melihat adanya perkembangarz yang
menggembir akan.
4.2.1 .3 Gainbarari urnin kredit per tanian
Perkembangar.
kredit
perhankan
menurut
sektor
ekor.omi
secara
keseluruhan.dapat dilihat pada 1bel 7.1,sedangkan perkembar.gar. dalam beberapa
periode tertentu bisa dilihat path Tabel 7.2.
7.11
Sejak tahtx 1972 - 1981 kredit perbank urtuk sua sektor ekommi. meiingkat
dengan angka rat i-rata prtuibithari 32%. Tetapi dilihat dan tiap per iode Pelita, nampak
168
per tumbuhan kredit perbankan masir.g-masing sektor merurii-. Kecuali sektor
pertambangan yang mengalami kenaikan pert.unbi±an 253% dalam Pelita III.
Sunber: 1972--1975: Statistik keuangan dan perbankan, 1979/80, BPS Jakarta.
1976--1981: Bank Ircbr.esia, Laporani Tahi.ran.
Keterangan * Termasuk kredit dalarn valuta asing trituk per tania, per
tambangari, per ir.dustr ian, per dagangan (selairi ekspor impor), dan jasa-jasa yang
perirlciannya tidak diketahui.
( ) Persentase terhadap junlah.
7.12
169
Sektor per taniari masih merupakan sektor utama dalam penbangiiian eksrxmi
pedesaan, tetapi per tinbuhari kredit perbankari disektor mi (28% per talnri) masih lebih
rendah dan’ per tinbthan sektor lain, dan proporsi kredit sektor pertaniani dalam
perbandingan dengari sektor lair. mur tn dar i 9,1 % dalam tahun 1972 menj adi 6,8%
path tahun 1981.
KredLt perbankan di sektor per tariian antara lair. melalui program Bimas padi
yang telah dilaksar.akan sejak tahun 1964/1965, dan Bimas
palawija sejak tahun 1975. tlam program mi petani di saiiping mendapat
piyu1uhan dan i Diper ta, j uga manpero leh kr edit dalam ber.tti sarana prodiicsi dan
biaya garapan.
Tabel 7.3 menurijkan bahwa jt.nilafr petani peserta Bimas menirigkat dan tahir
1970/71 saiipai 1975/76, k8nudian menurun kanbalj. Junlah krcdit yang dibenikan
riampak seinakir. menir.gkat setiap tahin yang disebabkan o leh peningkatan paket per
170
ha. Sedangkan menurunnya j iinlah peserta Bimas disebabkan oleh adanya tunggakantunggakan kredft tahuntahun sebeluinya. Hal irli terlihat dan persentase tixggakari
kredit yang meningkat dan 3,5% tahun 1970/71 menjadi 60% tahun 1980/1981.
7.13
171
tlam usaha mengarahkar. pinjaman per bankan kepada bidang-bidang yang dipr
ior itaskan, terutama di dalam meniilj ang pemerataan kesempatan berusaha dan usahausaha yang padat karya, serta memperbaiki kedixlukan golor.gar. ekonorni lemah,mulai
tahun 1974 disalurkan kredit der.gan syarat-syarat lunak seperti KIK, KMKP, Kredit
Mini, dan KCK. K1K di sektor pertar.iar. digunakan untuk pergudangar., pembeliar.
alac-alat per tariian, huller, pompa air, per ahu motor, tambak, peternak ayain dan
7.14
ternak kerja. Tahun 1980, sebar.yak 32% KIK dan 40% KMKP dialokasikar.
untuk sektor pertanian.Sejak 1974-1980, program KIK dan KMKP untuk sektor per
tanian menir.gkat masing-masir.g 10% dan 20%.
Telah disinggung pula dimuka tentang pyebaran lembaga perbankan di tingkat
pedesaar.. Lerubaga-lembaga tersebut antara lain ialah Bank Desa, Lumbung Desa, dan
Pegadaian Negara. Bank Desa adalah Bank Kelilir.g atau mobil unit dan BRI Unit Desa
yang terdapat di tingkat kecamatan, yang di samping melayani kredit Bimas juga
melayarit benttkbentuk kredit lainnya seprti KLK, KMKP, dan Kredit Mini. bimbung
Desa adalah lembaga perkreditari di pedesaar. yang melayarii pinjaman dalam bentuk
padi atau uang kepada masyarakat pedesaan. Sedangkan Pegadaian Negara merupakan
salah satu leinbaga perkrëditan yang terdapat di tingkat kawedanan yang melayarii
pir.jarnan tixiai kepada masyarakat dengan jam irian bar arig.
Sejak tahun 1972 hingga 1979, jumlah lembaga-lembaga irA kurar.g
berkembang. Menurut data dan Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1972 jumlah
Bank Desa di Incbr.esia 3.443 buah, berkurang menjadi 3.329 pada tahun 1979.
Lumbung Desa mengalami keriaikan kecil dan 2.019 buah pada tahun 1972 menjadi
2.136 buah pada tahun 1979. Demikian pula Pegadatan Negara tahun 1971 sebanyak
172
437 buah menjadi 448 buah pada tahun 1979. Padahal, lembaga-lenibaga mi rnerupakan
sumber pinjaman resmi dengari suku bunga yang rendah, sehingga seharusr.ya
perkembangan lembaga-lembaga mi meningkat dengar. laju yang lebih cepat agar pasar
modal di pedesaar. menjadi lebih bersaing.
4.2.1.4 Ciri-ciri debitor dan kreditor
Dan hasii. penelitian Jusuf M. Calter (1983) bisa kita temukari beberapa ciri
debitor dan kreditor, masir.g-masir.g ciri-ciri debitor pada perkreditan formal dan
informal, sedangkar. ciri-ciri kreditor hanya terdapat pada per kreditan informal, der.gan
bekerja sebagai tukang kredit/barar.g, pelepas uar.g, pemilik toko atau warung, dan
penerima gadai.
Dalam perkreditan formal para debitor adalah petar.i yang menggarap tanah
sawah, dengan rata-rata luas garapar. lebth luas dibandingkan der.gar. rata-rata luas
garapan desa per.elitiar.. Sebagian beast dan glongan petani tersebut mengambil kredit
Bimas, KIK, dan KM KP. Dengan kata lain, para debitor dalam perkreditan formal
umumnya terdini dan golongan petar.i bertanah luas karena mereka mempunyai jaminan
kredit berupa tanah sawah maupun tanah kering. Sedar.gkar. golongar. buruh tar.i dan
buruh lainnya jarang sekali menjadi debitor perkreditan formal. Sebagiar. besar dan
kebutuhar. kredit mereka dilayani oleh perkreditan informal
7.15
Perbedaan jumlah debit ir dalarn cecua bentuk perkreditan tersebut disebabkan
oleh adanya perbedaan dalam prosedur perkreditan. Dalam perkreditan form al, d ebitor
dip ersy äratkan m em punyai barang atau modal likuid yang bisa diharapkan sebagat
jaminan. Untuk petani, jaminan mi dapat berupa tanah atau rumab, untuk golnngan
173
pegawai dapat benipa gaji atau pensiun, sedangkan untuk golongan pedagang dapat
berupa barangbarang tak bergerak.
Dalam perkreditan informal, debitor tidak dituntut jaminan, tetapi hanya saling
mengerti dan mengenaL Prosedur perkreditan informal bersifat fleksibel sehingga dapat
m enjangkau golongan masyarakat kecil, seper.ti buruh tani dan buruh lainnya, serta
petani—petani gurem. Untuk golongan petani mi nilai pinjaman umurnnya kecil. Bila
pinjaman mencapai jumlah yang besar (ratusan ribu rupiah) maka hanya debitor yang
memunyai jaminan yang mendapat kesempatan, meskipun tiiak terangterangan dim inta
oleh kreditor.
Dengan kata lain, perkreditan formal dan perkreditan informal mempunyai
jangkauan debitor yang berbeda, sehingga tujuan perkreditan formal untuk mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap kredit informal yang bunganya tinggi, masih
diragukan peranannya.
Di dalarn perkreditan informal, para kreditor sebagian besar adalah petani
dengan luas garapan di atas rata-rata luas garapan per KK (kepala keluarga) tiap desa.
Para kreditor termasuk petani, pegawai, dan pedagang/pengusaha. Hal mi disebabkan
oleh kenyataan bahwa golongan masyarakat tersebut mempunyai uang tunai atau barang
yang sewaktu-waktu dapat diuangkan untuk dipinjamkan kepada masyarakat latnnya.
Kreditor yang tergolong petani dan pedagang dalani halini sering bertindak sebagat
pemegang monopoli rn gr ttidn pemegang monoprii dalani pasar kornoditi. Selain itu
mereka juga bétan dalarn m enyediakan dana untuk kebutuhan-kebutuhan mend esak
dan para langganannya seperti pengobatan, selamatan, dan sebagainya.
4.2.1.5 Sumber dan jenis kredit
174
Para petani di pedesaan melakukan berbagai cara untuk memperoleh uang atau
barang dalam keadaan mendesak. Bagi petani kaya yang tanah garapannya luas, pada
umunmnya mempunyai modal (tabungan) yang sewaktuwaktu dapat diuangkan untuk
memenuhi kebutuhan mendesak, bahkan dapat dipinjamkan kepada golongan petani
kecil. Sedangkan bagi petani keel yang tktak mempunyai modal (tabungan), dalam
keadaan mendesak memaksa m ereka untuk in encari pinj am an, a ering kali d engan
jam man barang yang dimuliki atau membayar bunga yang sangat tinggi.
Kebutuhan kredit untuk golongan petani bertanah luas biasanya dilayani oleh
lem baga-lem baga perkreditan formal. Sum ber kredit formal bagi para petani ‘kaya’ mi
biasanya berasal dan Bank Rakyat Indonesia
7.16
(BRI), BU1JD/KUD, Perkumpulan di pedaan, Koprasi, dan lath-lain.
Jumlah debitor dan lembaga formal relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
lembaga informal. Hal mt m enunjukkan rendahnya keterlibatan para petani dalam
perkreditan form al, tetapi dapat juga menunjukkan rendahnya peranan lembaga
perkreditan formal tersebut.
Di pedesaan terdapat pula sistein gadai, jumlah pemberi pinjaman yang
menerima gadai lebih banyak dibanding pemberi pinjaman non gadat. Hal mi terjadi
karena dan segi penerima gadai lebih menjamin pengembalian pinjarnati dan bunga
pinjaman. Bil.a penggadatan terjadi dart petani kecil kepada petani bertanah luas, maka
dalam jangka panjang terbuka peluang lebth besar bagi penerima gadai untuk memiliki
tanab tersebut. Sedangkan dart segi peminjam (menggadaikan tanah), sistem gadai dapat
menyebabkan pelepasan tanah mfliknya.
175
KEBLJAKAN HARGA
1. Arti dan tujuan kebijakan harga
tlam ekonomi pertanian masalah harga dan analisis harga merupakan pokok
bahasan yang sangat pent ing. Harga adalah has ii akhir bekerjnya sistem pasar, yaitu
bertemunya gaya-gaya perniintaan dan penawaran, antara pembeli (koisiiiieime) dan
penjual (j2n). Karena permintaan penawaran merupakan indikator perkembangan dan
preferensi konsumen dan produsen, maka harga yang merupakan hasil akhir bekerjanya
sistem pasar juga dianggap sebagai indikator penting bagi konsumen dan produsen.
Dengan dem ikian berart i harga pasar menj adi pedoman bag i konsumen untuk
melaksanakan putusan pembelian atau konsunisinya, dan juga bagi. produsen
• untuk melaksanakan produksi dan penjualan di pasar.
Yang dimaksud dengan kebijakan harga dalam uraian kita sekarang adalah
kebijakan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam bidang harga-harga di
dalam pertanian. Baik yang rnenyangkut produk (produk pertanian.) maupun sarana
produksi (input). Jadi kebijaksanaan harga disini menyangkut masalah bagaimana
pemerintah mengatur dan rnenetapkan kebijakan harga dasar’ (minimum) dan hàrga
tertinggi (mr) padi atau palawija, bagaimana menetapkan kebijaksanaan harga pupuk,
harga atau pungutan atas air irigasi dan lain-lain.
Laju inflasi yang tiri pacla tahun 1966 (650 persen) menyadarkan pemerintah
untuk mulai iiengendalikan ‘harga pangan’ karena sekitar separuh dan pgeluaran
masyarakat untuk makanan adalah berupa beras atau sekitar 30 persen dan seluruh
pengeluaran biaya hidup. Ole karena itu pada tahun 1967 lahir sebuah konsep kebijakan
har a beras y dia ukan oleh Saleh Afi.ff dan Leon Mears yang memuat lima prinsip
176
sebagaiberikut, (1) pjaaharga dasar (floor price) yang cukup mèrangsang p-oduksi, (2)
perlu ada harga maksim cIling price) Sii
—
melindungi konsumen, (3) perlu ada selisih yang memadai antara_harga dasar
dan harga niaksimum un er jpedñàleh swasta, (4) gu ada relas i harga ant ardaerah, perT
isoasiargTadap pasaran dunia dengan fluktuas i yatTbar, (dalarn jangka panj ang) perlu
korelasi tertentu dengan harga luar negeri untuk mempeik1TsusTdi adanya st iiangga
(buffer stock) yang dikuasai pernerintah.
pemerintah selalu didasarkan pada macam-macam pert imbangan dan juga
biasanya ingin mencapai beberapa tujuan sekaligus. Misalnya saja dalàm kebijakan
stock dan harga pangan
7.21
yang ditugaskan pada &tlog (Badan Urusn Logistik) sesuai Keppres No.
jj6pada 24j9, dinytakan bahwa sasaran utaöriE
(1) menpertahankan hara minimum beras,dan
(2) menjagakestabilanhargaberas aEar tidak melampaugt
Kedua sasaran tersebut tampaknya tidak ‘bertentangan’ satu saina lain, karena
yang pertama menyarkut perargsang bagi produsen padi, sedangkan yang kedua
menyangkuc perlindungan pada konsumen. Namun dalam kenyataan, keduanya bisa
‘bertentangan’ satu sama lain. Dengan sasaran “rnenjamin kestabilan harga”, maka
pertimbangan pemerintah di sainping aspek perlindungan kepada konsumen adalah
mengendalikan tingkat inflasi serendab mungkin. Dengan pengendalian inflasi melalui
pengendalian harga beras berarti harus ‘menekan’ harga beras baik secara langsung
177
dengan memberikan subsidi atas beras impor rnaupun dengan menjual tepung terigu
jauh di bawah harga yang biasanya berlaku.
4.3.1.2 Kebijakanharga minimum (floor price)
Pada tahun 1968, lahirlah konsep kebijakan harga dasar (floor ,dengan nama
“rumus Tani”. Rumus Tani mi dapat mengungkapkan penentu kebijakan untuk
memperhatikan hubungan antara
produksi yang terpenting yaitu pupuk dengan harga hasil_produksi.
Dengan
kata
lain,
Rumus
Tani
adalah
satug1omanperhitungan_iam
.meTnbandig harga beras ya di ual oleh petani dengan harga popuk
•Rumus Tani mi telah mengoperasionalkan pengertian harga dasar yang telah
disarankan oleh Saleh Afiff dan_Mes. Karena pada i Cu 968 )hampir semuanya harusdi
impor, maka harga beras yang diariggap ‘wjr’ atau ‘merangsang’ dihitur sebagai
berikut:
dimana:
P = harga minimum padi yang diproduksi (Rp per kilogram)
A = harga CIF pupuk urea yang diimpor (dalam US $).
B kurs BE (pasar bebas) yang berlaku dalam rupiah per. US $.
tlam rumusan tersebut terdapat angka satu setengah yang berarci bahwa harga
pupuk urea dalam rupiab di pelabuhan (CIF) harus dikalikan satu set engah sampai pada
tingkat petani karena org kos pengarkutan dan biaya.-biaya pelabuhan. Angka pembagi
dua menyatakan perbatxlingan antara padi dan beras; artinya dua kilogram padi kering
sama dengan satu
178
kilogram beras. 7.22
Sebagai suatu pedoman kasar, rumus tani pada waktu itu dapat dianggap
memadai terutama bagi pelaksanaan program bimas yang hendak digalakkari. Program
Bimas yang te4rutama berisi paket kredit pupuk dapat mudah dihitung dengan cara
perbandingan 1 : 1 yaitu petani dianggap akan terangsang mempergunakan pupuk (dan
bibit unggul) untuk mingkatkan produksi bila harga pupuk yax hars dibelinya swna atau
lebih rendah dan harga beras yang berlnku pada saat iw
Secara obyektif rumus tersebut masih banyak kekurangannya karena tidak
memperhatikan faktor harga beras internas tonal dan perbedaan yang niungkin
diperlukan antara daerah—daerah yang bitu luas di Irxionesia. Nainun demikian rumus
itu cukup bermanfaat pada saat itu untuk membantu pemerintah yang belum betul-betul
siap dalam penguasaan sarana atau dana yang diperlukan bila harga beras pada saat
panen benar-benar j atuh di bawah harga (dasar).
4.3.1.3 Kebijakan harga maksinn.zn (ceiling price)
Kebijakan harga biasanya ditujukan untuk dim pihak yattu produsen dan
konsumen. Salah satu tugas pemerintah di manapun dan dalam sistem ekonomi apapun
iaiah mengusahakan agar rakyat (konsumen) dapat metnenuhi kebutuhannya, t erucama
kebutuhan pokoknya.
Ditinjau dan tugas pemerintah yang demikian, maka dalam kebijakan harga
peTnerintah berkewaj iban agar harga-harga kebutuhan pokok rakyat terjangkau oleh
daya belt mereka. Dalam hal kebutuhan seperti beras
misalnya, pemerintah memunyai pedoman haa tertinggi (ceiling price)
yang dianggap wajar, sehingga pemerintah mengusahakan agar harga
179
Usaha untuk menetapkan semacani harga maksimuni (ceiling price) tnt
dilakukan pemerintah dengaii b5 icara,misTriyad engan kebijakan pengadaan, dengan
emberian subsidi har a atau de an kebijakankeb n ainnya yang pada prinsipnya bertujuan
sana.
Perlindungan harga konsumen yang berupasubsidi mi tidak hanya terjadida
beras, tetai apatditemukan_jugapada_kfti-komoditi laiiei tepung, garKium, atau pupuk
7.23
180
PEMBANGUNAN PERTANIAN
4 1. Tujuan Pembangunan pertanian
Tujuan umum pembangunan pertanian adalah meningkan tingkat kehidupan
umat manusia. Tingkat kehidupan bukan hanya merupakan konsep ekonomi saja. Oleh
181
sebab itu kenaikan tingkat kehidupan selain memerlukan produksi total barang-barang
dan jasa dalam suatu masyarakat tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan penduduk, juga
mencalup perbaikan tingkat kesehatan, pendidikan, kesemptan kerja, sanitasi,
komunikasi, sandang, pangan, perumahan dan sebagainya.
Pengalaman negara-negara sedang berkembang dalam dua dasa warsa terakhir
telah menunjukkan bahwa pembangunan yang hanya bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan GNP perkita yang cepat ternyata tidak secarä otomatis menaikkan tingkat
kehidupan rakyat banyak. Bahkan pertumbuhan GNP per kapita ini dibeberapa negara
berkembang seperti Pakistan, Brazilia, Philipina, dan India telah mengakibatkan
penurunan absotut tingkat kehidupan golongan miskin di kota dan di desa.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa konsepsi pembangunan dengan
pendekatan “trickle down effect” yang berorientasi pada pertumbuhan GNP (ekonomi
saja) tidak banyak memberikan manfaat bagi golongan miskin. Pendekatan
pembangunan yang demikian tidak saja; kurang menarik ikut serta bagian masyarakat
yang tergolong miskin dan tertinggal dalam arus kehidupan, tetapi juga menyebabkan
mereka semakin tertinggal dan tersisih.
Dari penjelasan singkat di atas, maka tujuan pembangunan ekonomi adalah
meningkakan tingkat kehidupan masyarakat, mencakup masalah kesehatan,mpangan
pendidikan, dan sebagainya serta mendistribusikan pendapatan nasional secara merata.
Jadi. penmbangunan ekononui bukanlah melulu bertujuan untuk menciptakan
modernisasi dalam suatu masyarakat, tetapi yang lebih penting lagi adalah menciptakan
kehidupan yang lebih baik kepada seluruh masyarakat tersebut.
4.1.1.2 Pengukuran keberhasilan Pambangunan Ekonomi
182
Jika kita membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di beberapa negara
berdasarkan pada tingkat pendapatan per kapita mereka, berarti kita telah menganggap
bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat sèbagai ukuran keberhasilan pembangan
ekonomi ditentukan oleh tingkat pendapatan per kapita tersebut.
Tetapi penggunaan tingkat pendapatan per kapita ini sebagai ukuran
keberhasilan pembangunan ekonomi telah dikritik, karena cara ini mengabaikan
masalah-masalah: komposisi penduduk, corak dan pola pengeluaran masyarakat,
komposisi pendapatan nasional, distribusi pendapatan masyarakat dan sebagainya.
Selain tingginya pendapatan per kapita, para ahli menganggap bahwa distribusi
pendapatan merupakan ukuran yang sangat penting di dalam mengukur keberhasilan
pembangnan ekonomi. Semakin merata distribusi pendapatan di dalam suatu negara
bisa menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi berjalan dengan baik..
Tingkat distribusi pendapatan suatu negara bisa di ukur dengan menggunakan
“Indeks Gini” yang mempunyai nilai antara 0 dan 1, dan semakin besar (mendekati1)
indeks gini tersebut menunjukan bahwa distribusi pendapatan semakin buruk (pincang).
Tingkat kepincangan distribusi pendapatan biasanya (menurut Bank Dunia) diukur
dengan porsi pendapatan nasio yang bisa dinikmati oleh 40% dari jumlah penduduk
yang berpendapatan terrendah dan bergerak antara 12 - 17%. Jika 40% pendiiduk yang
berpendapatan terendah menerima porsi pendapatan nasional kurang dari 12 % maka,
maka tingkat kepincaangan distribusi tinggi, jika antara 12 - 17% dianggap sedang, dan
jika lebih besar dari l7% dianggap rendah.
Dari pengamatan beberapa ahli (Ahluwalia cs, 1974) ditunjukkan bahwa bagian
pendapatan 40% masyarakat
terbawah dan negara-negara miskin cenderung untuk
turun bersamaan dengan meningkatnya laju pertumbuhan pendapatan nasiona1(GNP).
183
Akhirnya, dan penjelasan singkat di atas bisa disimpulkan bahwa
pembangunan ekonoini adalah suatu proses di dalam meningkatkan pendapatan nasional
yang harus pula diikuti oleh perbaikan-perbaikan Sistem kelembagaan termasuk
distribusi pendapatan, kesempatan kerja, sistem sosial politik, dan sebagainya. Karenä
itu pula ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi adalah perbaikan-perbaikan dan
faktor-faktor tersebut di atas.
4.1.1.3. Urbanisasi dan Pembangunan Pertanian
Pertambahan penduduk dan angkatan kerja yang semakin cepat dan semakin
besar di sektor pertanian selain menyebabkan pertambahan pengangguran di daerah
pedesaan juga mengakibatkan masalah pengaliran penduduk yang sangat berlebihan
dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Masalah ini kita kenal sebagai masalah
urbanisasi atau migrasi dari desa ke kota. Urbanisasi ini bukan saja memperburuk
masalah pengangguran di daerah perkotaan, tetapi juga menimbulkan banyak masalah
lainnya di daerah tersebut, seperti masalah kepadatan penduduk, pembangunan rumah
liar, kenaikan tingkat kriminalitas, timbulnya daerah yang kurang memadai (slumps)
dan sebagainya.
Narnun demikian, pengaliran penduduk dan daerah pedesaan ke daerah
perkotaan tidak selalu akan menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan bagi
pembangunan ekonomi. Dalam sejarah, proses perpindahan penduduk dari daerah
pedesaan ke daerah perkotaan telah melancarkan jalannya proses pembangunan. Proses
urbanisasi ini memungkinkan kelebihan penduduk di sektor pertanian untuk
memperoleh pekerjaan di sektor lain. Dengan adanya kemungkinan ini maka penduduk
yang harus tinggal di sektor pertanian bisa disesuaikan menurut kebutuhannya. Hal ini
184
bisa melancarkan tercapainya usaha untuk mengembangkan sektor pertanian dengan
menaikkan tingkat produktivitas.
Di lain pihak, pembangunan ekonomi menimbulkan keperluan tenaga kerja
yang lebih banyak di daerah perkotaan yaitu sebagai pekerja, pimpinan perusahaan, dan
usahawan. Mereka akan mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi di daerah
perkotaan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang mempunyai kecenderungan untuk
berkembang di daerah perkotaan antara lain sebagai berikut: kegiatan dalam bidang
industri, kegiatan pemerintahan, kegiatan pengangkutan, kegiatan lembaga- lembaga
keuangan, dan kegiatan perdagangan.
Dalam proses pembangunan ekonomi di negara-negara maju pada waktu yang
lalu jumlah tenaga kerja yang berpindah dart sektor pertanian adalah sesuai besarnya
dengan jumlah tenaga kerja tambahan yang diperlukan oleh perkembangan kegiatan
ekonomi di perkotaan. Dengan demikian pengaliran penduduk daerah pedesaan ke
perkotaan tersebut bisa menghindarkan terjadinya kelebihan tenaga kerja di sektor
pertanin maupun pengangguran di perkotaan.
Proses perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan yang sesuai
dengan pertambahan kesempatan kerja di perkotaan yang telah menimbulkan proses
pertumbuhan ekonomi yang harmonis tersebut, tidak berlaku di negara-negara yang
sedang berkembang. Di negara-negara ini urbanisasi sangat banyak jumlahnya
menyebabkan perkembangan penduduk di perkotaan sangat pesat. Ada beberapa kota di
Asia, Afrika, dan Amerika Latin mencapai tingkat perkembangan penduduk sebesar 4
sampai 7 persen, berarti tingkatnya lebih. besar dan tingkat perkembangan secara
keseluruhan. Perkembangan penduduk perkotaan yang sangat cepat tersebut adalah
sebagai akibat dari perpindahan penduduk yang sangat berlebihan dari pedesaan.
185
Karena keadaan ekonomi di perkotaan tidak mempunyai kemampuan yang
cukup besar untuk menyerap pertambahan penduduk perkotaan yang makin lama makin
bertambah cepat perkembangannya, maka di samping keadaan pengangguran semakin
memburuk di pedesaan, beberapa negara sedang berkembang menghadapi pula masalah
pengangguran di perkotaan yang sangat serius.
Selain menghadapi masalah pengangguran terbuka, tenaga kerja yang berada di
perkotaan menghadapi pula masalah pengangguran tersembunyi dan under employment.
Jika kedua jenis pengangguran ini dipertimbangkan pula dalam melihat sampai dimana
buruknya masalah pengangguran di perkotaan negara-negara sedang berkembang, maka
tak dapat disangkal lagi bahwa masalah pengangguran di perkotaan merupakan salah
satu masalah serius yang dihadapi negara-negara sedang berkembang.
4.1 1.4 Peranan Pertanian dalam Tabungan Domestik
Salah satu kebijakan untuk mempercepat proses pembangunan adalah usaha
untuk meningkatkan tabungan pemerintah (domestik). Tujuan ini hanya bisa dicapai
apabila tingkat penerimaan pemerintah berkembang lebih cepat daripada tingkat
pengeluaran rutin pemerintah. Pendapatan pemerintah akan mengalami kenaikan
sebagai akibat dari pembangunan. Tetapi pada saat yang sama pengeluaran permrintah
akan bertambah. Oleh karena itu, tingkat tabungan pemerintah hanya akan bertambah
jika tingkat penerimaan pemerintah lebih besar dari pada tingkat pengeluaran
pemerintah. Kebijaksanaan meningkatkan pendapatan pmerintah dapat dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut: mencani sumber-sumber penerimaan pajak yang baru dan
memperbaiki administrasi penungutan pajak.
186
Di negara-negára sedang berkembang masih ada kemungkinan untuk
menaikkan penerimaan pemerintah dan pajak langsung seperti pajak pendapatan dan
pajak kekayaan. Namun peningkatan pendapatan pemerintah dan pajak langsung
tersebut kadang-kadang me hadapi kesulitan, karena system ini membutuhkan
bebeerapa syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain bahwa perekonomian
tersebut merupakan ekonomi uang (money economy), system manajemen usaha sudah
modern, tingkat kejujuran dan efisiensi administrasi sudah tinggi, dan lain-lain. Di
sebagian besar negara sedang berkembang syarat-syarat tersebut banyak yang belum
dapat dipenuhi dan mengakibatkan pendapatan pemenintah dari pajak langsung tidak
dapat mencapai sesuai dengan potensi. yang dapat dikumpulkan dari masyarakat.
Salah satu langkah untuk meningkatkan pendapatan pemerintah dan pajak
adalah menciptakan suatu sistem perpajakan yang sesuai untuk mengumpulkan
pendapatan pajak dan sektor pertanian, yang merupakan sektor yang dominan di negaranegara sedang berkembang. Ada2 cara yang dapát dilakukan untuk memungut pajak
dari sektot pertanian. Pertama, dengan mengenakan pajak atas tänah yang di miliki..
Tanah-tanah pertanian bisa dj.kenákan pajak tanpa memandang apakah tanah tersebut
ditanami atau tidak. Pemajakan seperti ini dapat menjadi pendorong untuk
menggunakan tanh-tanah yang pada mulanya tidak digunakan.
Cara yang kedua adalah dengan mengenakan pajak atas hasil dari tanah
tersebut. Apabila para petani diharuskan menjual hasil-hasil mereka kepada badan
pemerintah, pajak yang dikenakan dapat dibuat dalam bentuk rmembayar hasil-hasil
tersebut dengan harga yang lebih murah daripada harga pasar. Pada waktu menjual
hasil-hasil tersebut kembali murut harga pasar, badan pemasaran pemerintah tersebut
187
telah membantu pemerintah mengumpulkan pajak dan sektor pertanian dalam bentuk
barang yaitu inengambil sebagian dan produksi yang dihasilkan para petani.
Hasiil penelitian dan Higgins (1968) di Cina, Taiwan, dan Korea menunjukkan
bahwa tingkat pajak yang lebih tinggi terhadap sektor pertanian dapat diperoleh apabila
pajak dikumpulkan dalam bentuk basil produksi dan bukan berupa uang. Dengan
menguinpulkan pajak dalam bentuk hasil produksi, pemerintah mengatasi masalah
pemasaran basil pertanian tersebut dan mengurangi beban petani untuk menjual
kelebihan produksinya. Jika basil produksi para petani merupakan bahan pertanian
ekspor, pajak atas hasil pertanian tersebut dapat dikenakan dengan menciptakan pajak
ekspor.
Akhirnya, di dalam merumuskan kebijakan perpajakan dalam pertanian yang
sesuai untuk mempercepat pembangunan ekonomi di samping bertujuan untuk
mempertinggi tabungan permrintah untuk membiayai pembangunan, kebijaksanan itu
diusahakan agar jangan sampai menimbulkan akibat buruk terhadap gairah berusaha
para petani. Misalnya jika pajak ekspor barang pertanian terlalu tinggi, hal ini akan
mengurangi gairah para petani dalam berproduksi dalain sektor pertanian.
4.1.1.5 Pembangunan Pertanian dan Distribusi Pendapatan
Sejak beberapa tahun terakhir ini banyak diantara para ahli ekonomi dan ilmu
sosial lainnya telah menunjukkan rasa ketidak puasan mereka terhadap corak
pembangunan yang berlaku di negara-negara sedang berkembang hingga kini.
Kekecewaan itu berawal dan kenyataan bahwa walaupun tingkat pembangunan
ekonomi di negara-negara tersebut telah menunjukkan gambaran yang jauh lebih
menggembirakan daripada yang mereka capai sebelum Perang dunia II, tetapi
188
pembangunan tersebut belum merciptakan corak distribusi pendapatan seperti yang
diharapkan.
Oleh karena itu rasanya akan bermanfaat untuk membicarakan tentang masalah
distribusi pendapatan dan pembangunan, khususnya di Indonesia.Kita akan melihat
distribusi pendapatan di daerah pedesaan, yang sebagian besar masyarakatnya bekerja di
dalam sektor pertanian dan di daerah perkotaan.
Tujuan akhir pembangunan ekonomi Indonesia adalah masyarakat adil dan
makmur. Pengertian adil dan makmur sebenarnya re1atif, sehinga sukar diberi batasan
kuantitatif. Namun demikian jelas bahwa yang dikehendaki masyarakat Indonesia
adalah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan basil pertumbuhan dapat
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan bukannya hanya segolongan kecil
masyarakat saja. Karena itu pembangunan ekonoini di samping mengubah struktur
produksi nasional dengan cara merombak komposisi produk domestik bruto (PDB)
yang lebih baik harus pula berhasil mengubah distribusi. pendapatan nasional yang
semakin merata.
Untuk dapat melihat gambaran tingkat kemerataan pendapatan nasional
sebenamya ada berbagai macam ukuran. Ukuran yang umum digunakan antara lain
adalah indeks gini, tingkat kemiskinan relatit, dan tingkat kemiskinan mutlak/absolut.
Indeks gini adalah variabel yang dinamis dalam arti besarnya berubah-ubah baik antar
waktu, antar darah maupun antar sektor dalam suatu negara tertentu. Besarnya angka
indeks gini sekitar 0 dan 1 yang menunjukkan keadaan distribusi pendapatan. Semakin
besar indeks gini (yaitu mendekati satu) semakin timpang distribusi pendapatan itu dan
demikian pula sebaliknya.
189
Secara umum di Indonesia dapat dikatakan bahwa besamya lndeks gini di
daerah perkotaan lebih besar dibanding dengan daerah pedesaan (pertanian). Hal ini
mungkin disebabkan oleh kenyataan di mana di daerah perkotaan Indonesia lebih
banyak terdapat industri-industri sedang dan besar dari pada di daerah pedesaan.
Industri-industri besar dan sedang menyebabkan sifat-sifat kegotong royongan relatif
kurang menonjol dan sebaliknya sifat kompetitif lebih berkembang.
Data Susenas rnenunjukkan selama tahun 1964 - 1970 indeks gini di daerah
perkotaan lebih besar dibanding daerah pedesaan, kecuali untuk tahun 1964 - 1965. Dan
tabel 8.1 dapat dilihat bahwa pola distribusi pendapatan di Indonesia dan tahun 1964 1965 ke 1967 membaik dalam arti lebih merata, tetapi selanjutnya nampak memburuk.
Sementara itu hasil studi dari Irlan Suyono di pedesaan Jawa Tengah selama
Pelita I menemukan adanya distribusi pendapatan yang membaik. Pada musim tanam
1967/1968 besarnya indeks gini di daerah tersebut 0,533, sedang pada musim tanam
1973/1974 angka indeks gini adalah 0,495. Hal ini mungkin disebabkan oleh
penggalakan beberapa program pedesaan seperti program padat karya, program
intensifikasi pertanian dan beberapa program pemberian kredit untuk pedagangpedagang kecil maupun para petani di daerah pedesaan.
190
Dari penjelasan singkat diatas, kita dapat mengetahui bahwa masalah distribusi
pendapatan merupakan salah satu aspek pembangunan yang sangat penting.
Perkembangan atau pertumbuhan dari “kue nastonal” sebagai basil dar.i proses
pembangunan harus pula disertai oleb adanya “pembagian yang merata” dari kue
nasional tersebut.
4.1.1.6 Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi
Di dalam membahas peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi secara
khusus kita akan rnelihat kasus di negara kita. Di Indonesia, tujuan pembangunan
pertanian adalah meningkatkan produksi, memenuhi kebutuhan bahan baku bagi
industri dalam negeri maupun perolehan devisa bagi negara. Di samping itu sekaligus
bertujuan untuk mempenluas kesenpatan kerja, meningkatkan pendapatan petani,
pekebun, peternak dan nelayan, mendorong pemerataan pendapatan dan pemerataan
kesempatan
berusaha,
serta
mendukung
pembangunan
daerah
dengan
tetap
inemperhatikan kelestarian sumber daya.
Repelita IV pun mempunyai tujuan secara khusus, menciptakan kerangka
landasan bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus, kemudian
dirnantapkan lagi dalani Repelita V sehingga dalam Repelita VI bangsa Indonesia sudah
bisa tinggal landas menuju masyarakat yang adil dan makmur spiritual material
berlandaskan Pancasila.
Sehubungan dengan itu, Presiden menyatakan bahwa dalam seluruh gerak
pembangunan, sektor pertanian selalu menduduki peranan yang teramat penting. Pada
sektor pertanian inilah, terletak jawaban atas masalah-masalah pembangunan yang
191
besar. Jawaban atas masalah-masalah itu tidak mungkin diberikan oleh sektor pertanian
secara sendiri saja melainkan harus ada dukungan dan berbagai sektor lainnya.
Dengan demikian peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi
nasional sungguh besar. Karenanya dalam Pelita IV pembangunan sektor pertanian tetap
memperoleh prioritas utama. Sebab masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
yang ingin diwujudkan melalui pembangunan itu, tidak bisa lain kecuali masyarakat
yang mémiliki indust.ri yang kuat dengan dukungan pertanian yang cangguh, sehingga
struktur ekonomi menj adi struktur yang seimbang.
Dari penjelasan singkat di atas, jelaslah bahwa dalam pembangtxan ekonomi
nasional yang berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terbanyak
sebagai watak kerakyatan yang harus tercermin dalam keseluruhan kegiatan dan
pelaksanaan pembangunan, maka peranan pertanian sungguh sangat penting. Pertama,
pertanian menjadi tulang punggung proses pembangunan ekonomi dan berfungsi
sebagai usaha pemerataan dan segala aspeknya sesuai dengan faktor historis serta
peluang pengembangannya. Kedua, pembangunan pertanian menjadi pendukung bagi
usaha rakyat dalam bidang teknologi budidaya dan pengelolaan serta pelayanan dalam
pengolahan dan penasaran hasilnya. Yang terakhir, pembangunan pertanian merupakan
penunjang yang mampu mewadahi perkembangan kewiraswastaan para petani ke arah
yang rasional.
PEMBANGUNAN PELANIAN DI INDONFJ.A
1. Pertanian Tradisional
192
Menurut teori ekonomi pembangunan, dunia pertanian bisa dibedakan menjadi
2 yaitu pertama, pertanian yang sangat efisien di negara-negara yang sudah maju,
dimana tingkat produktivicas tenaga kerja sangat tinggi dan kedua, pertanian yang tidak
efisien dan rendah produktivitasnya di negara-negara yang sedang berkembang.
Di negara-negara yang sudah maju, pertumbuhan pertanian yang mantap telah
terjadi sejak pertengahan abad delapan belas. Keadaan demikian terutama sekali
disebabkan oleh perbaikan-.perbaikan teknologis dan biologis yang telah mampu
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas tanah. Keadaan di negaranegara tersebut berbeda sekali dengan keadaan pertanian di negara-negara yang sedang
berkembang. Di kelompok negara yang disebut terakhir, keadaan produksi sangat
ketinggalan. Metode produksi pertanian berubah relatif sangat lambat dari waktu ke
waktu. Dalam bagian ini kita akan melihat keadaan-keadaan khusus pertanian subsisten
(tradisional) yang hasilnya serba kurang menentu. Pertumbuhan populasi di pedesaan
yang cepat ditambah lagi masalah kelangkaan sumber daya.
Di sebagian besar negara sedang berkembang, banyak sekali keadaan yang
secara historis telah menyebabkan konsentrasi pemilikan lahan pertanian yang luas oleh
sekolompok kecil tuan tanah. Keadaan seperti ini banyak sekali terjadi terutama di
Amerika Latin dan dibeberapa bagian anak benua Asia.
Karakteristik pertanian yang umum di negara-negara yang sedang berkembang
seperti halnya negara kita adalah posisi pertanian keluarga sebagài unit dasar produksi.
Bagi kebanyakan keluarga petani yang para anggota keluarganya merupakan tenaga
kerja dalam pertanian, maka pertanian bukanlah hanya sebagai pekerjaan .atau sumber
penghasilan semata-mata. Pertanian adalah merupakan bagian dari hidup mereka, sudah
merupakan cara hidup mereka sehari-hari. Keadaan ini bisa dilihat pada masyarakat
193
tradisional dimana para petani bekerja dan mengabdikan dirinya sepanjang hari di
sawah atau di ladang.
Suatu perubahan dalam metode produksi dalain pertanian terpaksa akan
membawa pula perubahan dalam cara hidup para petani. Oleh karena itu pengenalan
terhadap suatu pembaharuan secara biologis maupun teknis, haruslah disesuaikan bukan
hanya dengan kondisi alam dan ekonomi saja, tetapi juga dengan perilaku, sistem nilai,
dan kemampuan para petani secara keseluruhan.
Secara khusus, karakteristik pertanian tradisional bisa pula ditunjukkan oleh
motivasi para petani dalam kegiatan produksi. Para petani tradisional. biasanya tujuan
pokoknya adalah asal bisa hidup. Subsistensi menentukan konsep hidup mereka.
Mereka berusaha memenuhi kebutuhan mereka dan keluarga dengan menggarap
sebidang tanah yang kecil milik mereka sendiri, atau yang lebih sering menyewa
(menyakap) tanah dari para petani kaya. Keuntungan tidaklah menjadi tujuan
pertimbangan mereka. Teknologi pertanian masih sangat sederhana dengan lebih
banyak menggunakan tenaga manusia dan hewan daripada peralatan mekanis.
Dari penjelasan di atas bisalah disimpulkan bahwa karakteristik pertanian
tradisional adalah sebagai berikut: pertama, pertanian bagi para petani merupakan
bagian dan hidup mereka, kedua, tujuan pokok petani dalam berproduksi. Adalah asal
bisa hidup (subsisten), ketiga, pemilikan tanah pertanian yang relatif sempit, keempat,
mencari keuntungan bukanlah tujuan teknologi produksi yang digunakan masih lebih
banyak menggunakan tenaga manusia dan hewan dani pada mesin-mesin.
4.2.1.2 Syarat-syarat pembangunan pertanian
194
Pertanian memperoleh enegi dari sinar matahari dan prosesnya melalui prosesproses biologis dan pertumbuhan hewan dan tanaman. Pertanian dikelo1a o1eh para
petani, dan para petani ini adalah manusia-manusia dan anggota-anggota keluarga serta
anggota masyarakat setempat.
Namun demikian, pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana hanya oleh
para petani sendiri. Pertanian tidak dapat berkembang melampaui tahap subsisten
(tradisional) tanpa adanya perkembangan yang sesuai pada bidang-bidang kehidupan
nasional lainnya dan masyarakat dimana pertanian itu dilaksanakan. Untuk
meningkatkan produktivitas pertanian,
setiap petani semakin lama semakin tergantung pada sumber-sumber dari luar
lingkungannnya. Ia meningkatkan kadar kesuburan tanah dengan menambahkan pupuk
pada lahan pertaniannya. Ia tingkatkan pula kelembaban lahan pertaniannya dengan air
pengairan yang sering kali diperoleh melalui saluran-saluran dan sumber-sumber yang
jauh letaknya. Ia beli dan ditebarkannya bibit yang dihasilkan oleh lembaga-lernbaga
penelitian pertanian. Ia berantas penyakit-penyakit tanaman dan hewan dengan bahanbahan kimia dan obat-obatan yang dibuat dikota-kota yang mungkin sangat jauh
jaraknya.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, para petani juga semakin banyak
menjual hasil pertaniannya ke pasar-pasar di luar daerahnya. Bahkan keterampilan dan
pengetahuan yang ia praktekkan dalam usaha taninya semakin bertambah pula oleh
pendidikan yang diperolehnya lewat kursus-kursus, latihan-latihan, atau penyuluhanpenyuluhan yang diberikan oleh dinas pertanian.
195
AT. Mosher (1965) menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian jika
pertanian akan dikernbangkan. Mosher mengelompokkan syarat-syarat pembangunan
tersebut menjadi dua yaitu syarat-syarat mutlak dan syaratyarat plancar.
Menurut Mosher ada 5 syarat yang tidak boleh tidak harus ada (syarat mutlak)
untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau satu saja diantara syarat-syarat- tersebut
tidak ada, maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian bisa berjalan tetapi statis.
Syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah:
1. adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.
Pembangunan pertanian akan meningkatkan produksi hasil-hasil usahatani.
Hasil-hasil ini tentunya akan dipasarkan dan dijual dengan harga yang cukup tinggi
untuk menutupi biaya-biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan para petani sewaktu
memproduksinya. Di dalam memasarkan hasil-hasil produk pertanian ini diperlukan
adanya permintaan (demand) akan hasil-hasil pertanian tersebut, sistem pemasaran, dan
kepercayaan para petani pada sistem pemasaran tersebu
2. Teknoloi yang senantiasa berkembang.
Meningkatnya produksi pertanian diakibatkan oleh pemakaian cara-cara atau
teknik-teknik baru di dalam usaha tani. Memang tidaklah mungkin untuk memperoleh
hasil yang banyak dengan hanya menggunakan tanaman dan hewar yang itu-itu saja,
menggunakan tanah lama dan dengan cara-cara yang tetap seperti dulu.
Teknoligu pertanian berarti “cara-cara bertani”. Di dalarnnya termasuk caracara bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara tanaman dan memungut
hasil serta memelihara ternak. Termasuk pula di dalamnya benih, pupuk, obat-obatan
pemberantas hama, alat-alat, dan sumber-suinber. Juga termasuk berbagai kombinasi
196
jenis-jenis usaha oleh para petani agar dapat menggunakan tenaga dan tanah mereka
sebaik mngkin.
Agar pembangunan pertanian dapat berjalan terus, haruslah selalu.terjadi
perubahan. Apabila perubahan ini terhenti, maka pembangunan pertanianpun terhenti.
Produk terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan
tanah atau karena kerusakan yang semakin meningkat oleh haina penyakit.
3. Tersedianya.bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
Sebagian besar metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian
memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi yang khusus oleh para
petani. Diantaranya termasuk bibit, pupuk, obat-obatan pemberantas hama, makanan
dan obat ternak. Pembangunan pertanian memerlukan kesemua faktor di atas tersedia
diberbagai tempat dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap
petani yang mungkin mau menggunakannya
4. Adanya eprangsang produksi bagi petani
Teknologi yang telah maju, pasar yang mudah, dan tersedianya bahan-bahan
dan alat-alat produksi, kesemuanya memberi kesempatan kepada para petani untuk
menaikkan produksi. Akan tetapi apakah para petani mau mempergunakan kesmpatan
tersebut ?.
Para petani, sebagai orang yang menginginkan kehidupan yang layak bagi
dirinya dan keluarganya, tentunya ia harus berusaha untuk niencapai tujuan-tujuannya
tersebut dengan usaha taninya. Faktor perangsang utama yang membuat petani
bergairah untuk meningkatkan produksinya adalah perangsang yang herus bersifat
197
ekonomis. Faktor perangsang tersebut adalah harga hasil produksi pertanian yang
menguntungkan, pembagian hasil yang wajar, dan tersedianya barang-barang dan jasa
yang ingin dibeli oleh para petani untuk keluarganya.
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinue
syarat mutlak kelima adalah pengangkutan. Tanpa pengangkutan yang efisien
dan murah, ke empat syarat mutlak lainnya tidak dapat berjalan dengan ëfektif,. karena
produksi pertanian harus tersebar 1uas. Oleh karena itu diperlukan suatu jaringan
pengangkutan yang bercabang luas untuk membawa bahan-bahan perlengkapan
peroduksi ke tiap usahatani, dan membawà hasil usaha tani kekonsumen di kota basar
dan kecil.
Di samping ke lima syarat mutlak itu, menurut Mosher ada lima syirat lagi
yang adanya tidak mutlak tetapi kalau ada (atau dapat diadakan) benar-benar akan
sangat memperlancar pembangunan pertanian.
Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar adalah:
1.. Pendidikan Pembangunan
Pendidikan pembangunan di sini dititik beratkan pada pendidikan non-formal
yaitu berupa kursus-kursus, latihan-latihan, penyuluhan-penyuluhan dan sebaainya.
Pendidikan pembangurian ini bertujuan untuk meningtkan produktivitas petani.
2. Kredit Produksi
Untuk meningkatkan produksi, para petani harus lebih banyak mengeluarkan
uang untuk membeli bibit unggul, obat-obatan pemberantas hama, pupuk, dan alat-alat
198
lainnya. Pengeluaran- pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari tabungan atau dengan
meminjam untuk jangka waktu antara saat bahan-bahan produksi dan peralatan itu
dibeli dan saat basil panen dapat dijual. Oleb karena itu lembaga-lembaga perkreditan
yang memberikan kredit produksi kepada para petani merupakan suatu faktor pelancar
yang penting bagi pembangunan pertanian.
3. Kegiatan gotong royong petani.
Kegiatan gotong royong petani biasanya dilakukan secara informal. Para petani
bekerjasaina dalam menanam tanaman mereka atau dalam memanen hasil panen.
Mereka bekerjasama dalam membantu tetangga petani yang sedang sakit. Mereka
bersatu dalam menanggulangi bencana-bencana yang mendadak seperti: banjir, angin
topan, serangan hama, dan sebagainya. Kegiatan seperti ini juga mempercepat
pembangunan pertanian.
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
Sebagian besar usaha-üsaha pembangunan pertanian yang telah kita bicarakan
di atas ditujukan untuk menaikkan basil panen tiap tahun dan tanah yang telah menjadi
usaha tani. Ada dua cara tambahan untuk mempercepat pembangunan pertanian yaitu:
pertama, mempérbaiki mutu tanah yang telah inenjadi usaha tani, misalnya dengan
pupuk, irigasi, dan pengaturan pola tanam; kedua, mengusahakan tanah baru, misalnya
pembukaan petak-petak sawah baru (ekstensifikasi).
5. Perencanaan nasional Pembangunan Pertanian.
199
Perencanaan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak dilakukan
pemerintah
mengenai
tiap
kebijaksanaan
dan
kegiatan
yang
mempengaruhi
pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu. Dalam mengambil keputusan ini
pemerintah harus menghadapi pertanyaan mengenai apa yang pada saat ini diperlukan
untuk memajukan pertanian dan persiapan-persiapan apa yang perlu dilakukan untuk
masa depan baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Karena pemerintah mempunyai keperluan pembangunan yang tak terbatas sedang
sumber-sumber dan dana-dana yang tersedia terbatas maka perencanaan berarti proses
pengambilan keputusan untuk memilih kebijaksanaan dan program yang perlu
didahulukan pengerjaannya. Penentuan dan pemilihan prioritas inilah yang merupakan
ciri khusus perencanaan.
4.2.1.3 Pola Pembangunan Pertanian
Strategi pembangunan pertanian (ekonomi pedesaan) berasaskan pada
pendekatan kormoditi secara vertikal terpadu, yaitu dimulai dengan usaha
pengembangan produksi, penanganan teknologi pasca panen melalui pengembangan
industri pengolahan hasil pertanian, penyempurnaan kelembagaan pemasaran hasil,
penyempurnaan lembaga pelayanan keuangan, dan kebijaksanaan harga dan produsen
dan ditingkat konsumen. Kegiatan dan program ini merupakan persyaratan
pembangunan ekonomi di Indonesia. Kesemuanya ini dengan tujuan utama
meningkatkan kesempatan kerja sektor pertanian dan luar sektor pertanian, serta
peningkatan pendapatan petani beserta seluruh lapisan masyarakat pedesaari.
Dalam gambar diterangkan kerangka strategi pembangunan ekonomi pedesaan
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat .Ketiga strategi pembangunan
200
tersebut adalah (1) peningkatan produksi sektor pertanian dan non pertanian yang
berorientasi pada peningkatankesempatan kerja, (2) Penyempurnaan kelemnagaan dan
organisasi produksi dan pe1ayanan serta pengaturan, dan (3) peningkatan dan perbaikan
konsumsi serta nilai gizi masyarakat.
Gambar 8.1 Faktor yang meinpengaruhi kesejahteraan masyarakat pedesaan
(disederhanakan dan Johnston dan Clark, 1982)
Apabila kesempatan kerja di luar sektor pertanian telah berkembang, lembaga
keuangan formal telah berperan aktif dan dapat dijangkau oleh segenap lapisan
masyarakat pedesaan (sebagian besar adalah para petani) yang disertai dengan kebijakan
harga dan perpajakan tanah yang efektif, maka pembedaan masyarakat petani
berdasarkan luas penguasaan dan pemilikan tanah tidak akan berpengaruh nyata
terhadap pemerataan pendapatan di pedesaan.
201
PERKEMBANGAN PERTANIAN
1. Pengantar
Dalam modul ini akan dibahas perkembangan pertanian dan berbagai masalah
yang berkaitan dengan proses modernisas pertanian. Secara lebih terinci pembahasan
tersebut akan mencakup. Ada 3 fase perkembangan pembangunan pertanian. Fase
pertama (1) adalah pertanian tradi.sional yang produktivitasnya rendah. Fase kedua (2)
adalah fase penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk
pertunian suduh ada yang dijual. ke sektor komersial tetapi pemakaian modal. dan
teknologi masih rendah. Fase yang ketiga (3) adalah fase yang menggambarkan
pertanian modern yang produktivicasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian
modal. dan teknologi yang tinggl pula. Pada fuse ini produk pertanian seluruhnya
ditujukan untuk melayani keperluan pasar komersial.
Modernisasi pertanian dun fase tradisionai (subsisten) menuju pertanian
modern membutuhkan banyak upaya lain selain pengaturan kembali. struktur ekonomi
pertanian atau penerapan teknologi pertanian yang baru. Kita telah mengetahui bahwa
dalam hampir semua masyarakat tradisional, pertanian bukanlah hanya sekedar kegiatan
ekonomi saja, tetapi sudah merupakan bagian dan cara hidup mereka. Setiap pemerintah
yang berusaha mentransformasikan pertanian tradisional haruslah menyadari bahwa
pemahaman akan perubahan-perubahan yang mempengaruhi seluruh struktur sosial,
politik dan kelembagaan masyarakat pedesaan adalah sangat penting. Tanpa adanya
perubahan-perubahan seperti itu, pembangunan pertanian tidak akan pernah bisa
berhasil seperti yang diharapkan.
4.1.1.1 Pertanian Tradisional. (subsisten)
202
Dalam pertanian tradisional, pertanian dan konsumsi. sama banyaknya dan
hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung dan padi) yang merupakan
sumber pokok bahan makanan. Produk dan produktivitas rendah karena hanya
menggunakan peral.atan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakal rendah).
Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga
kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.
Pada fase ini hukum penurunan hasil (low of diminashing return) berlaku
karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di atas lahan pertanian yang
sempit. Regagalan panen karena hujan (banjir), atau kurang suburnya tanah, atau karena
tindakan-tindakan pemasaran oleh para rentenir, merupakan hal yang sangat ditakuti.
para petani. Tenaga kerja banyak yang menganggur sepanjang tahun, walaupun para
pekerja tersebut mungkin bekenja penuh pada musim tanam dan musim panen. Para
petani biasanya hanya menggarap tanah hanya sebanyak yang bisa digarap oleh
keluarganya saja, tanpa memerlukan tenaga kerja bayaran, walaupun ada juga petani
yang mempekerjakan satu atau dua orang buruh yang tidak mempunyai tanah sama
sekali. Keadaan lingkungan sangat statis Teknolog sangat terbatas, sistem kelembagaan
sosial kaku, pasar-pasar terpencar jauh, serta Jaringan komunikasi antara daerah
pedesaan dan daerah perkotaan yang kurang memada. cenderung akan menghambat
perkembangan produksi.
Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan
kenyataan bahwa manusia seolah-olah hidup di atas tonggak. Pada daerah-daerah yang
lahan pertaniannya Sangat sempit dan peranaman hanya terganturg pada curah hujan
yang tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam
keadaan tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan menghadapi bahaya
203
kelaparan yang sangat mencekam. Dalani keadaan yang demikian, kekuatan motivasi
utama dalam kehidupan para petani seringkali bukanlah meningkatkan penghasilan
terapi berusaha untuk bisa mempertahankan kehidupan keluarganya.
Melihat keadaan di atas, jelas bahwa dalam keadaan yang penuh resiko dan
serba tidak ada kepasian seperti itu, para petani merasa enggan untuk pindah dari
teknologi tradisional. dan pola pertanian yang telah berpuluh tahun dipahaminya ke
sistem baru yang akan menjamin hasil produksi yang lebih tinggi, tetapi masih ada
kemungkinan mengalami kegagalan waktu panen. Jadi bagi para petani, usaha yang
lebih penting adalah nenghindarkan kegagalan panen (mempertahankan hidup),
daripada usaha untuk memaksimalkan produk pertaniannya.
4.1 .1 .2 Pertanian Tradisional menuju Pertanian Modrn
Mungkin
merupakan
suatu
tindakan
yang
tidak
realistik
jika
mentransformasikan secara cepat suatu sistem pertanian tradisional ke dalam sistem
pertanian yang modern (komersial). Upaya untuk mengenalkan tanaman perdagangan
dalam pertanian tradisional. seringkali gagal. dalam membantu petani untuk
meningkatkan tingkat kehidupannya. Menggantungkan diri pada tanaman perdagangan
bagi para petani kecil lebih mengundang resiko dari pada pertanian subsistem murni
keran resiko fluktuasi harga menambah keadaan menjadi lebih tidak memenentu
Oleh karena itu penganekaragaman pertanian (diversified farming) merupakan
suatu langkah pertania yang cukup logis dalam masa transisi dari pertanian tradisional
(subsisten) ke pertantan modern (komersial). Pada fase ini, tanaman-tanaman pokok
tidak lagi memodernisasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang
baru seperti: buah-buahan, kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan secara
204
bersama dengan usaha peternakan yang sederhana. Kegiatan-kegiatan baru tersebut
meningkatkan produktivitas pertanian yang sebelumnya sering terjadi pengangguran tak
kentara. Usaha-usaha ini terutama sekali sangat di.perlukan di sebagian besar negaranegara dunia ke tiga, di mana angkatan kerja di. pedesaan berlimpah agar bisa
dimanfaatkan dengan lebih baik dan efisien.
Sebagai contoh, andaikan tanaman pokok menggunakan tanah hanya sebagian
waktu dalam setahun, maka tanaman-tanaman perdagangan bisa ditanam pada waktuwaktu yang senggang dan bukan hanya tanah yang menganggur tetapi juga
memanfaarkah tenaga kerja yang ada dalam keluarga.
Selain hal tersebul: diatas, permakaian alat-alat sederhana seperti, traktor,
hewan penarik bajak, bisa tigunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Akhirnya, penggunaan bibit-bibit yang lebih baik (bibit unggul), pupuk dan irigasi yang
baikjuga bisa meningkatkan produksi Dengan demikian para petani dapat memperoleh
surplus produksi yang bisa dijual ke pasar. Selain itu penganeka ragaman9Diversifikasi)
pertanian juga bisa memperkecil dampak dan kegagalan panen tanaman pokok dan
memberikan jaminan kepastian pendapatan yang sebelumnya tidak pernah ada.
Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha untuk mentransfonmasikan pertanian
tradisional tidak hanya tergantung pada keterampilan dan kemampuan para petani dalam
meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga tergantung pada kondisi-kondisi sosial,
komersial dan kelembagaan.
4.1.1.3 Pertanian Modern
Pertanian modern atau dikenal juga dengan istilah pertanian spesiaisasi
menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju.. Keadaan demikian bisa kita di
205
negara-negara industri yang sudah maju. Pertanian spesiaiisas ini berkembang sebagai
respon terhadap dan sejalan dengan pembangunan yang menyeluruh di bidang-bidang
lain dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, kemajuan biologis dan
teknologis serta perluasan pasar-pasar nasional dan internasional merupakan motor yang
penting bagi. pembangunan ekonomi nasional. Dalam pertanian modern (spesiafisasi),
pengadaan pangan untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan
lagi merupakan tujuan pokok. Keuntungan (profit) komersial murni. merupakan ukuran
keberhasilan dan hasil maksimum dari upaya mánusia (irigasi, pupuk, pestisida, bibit
unggul dan lain-lain) dan sumber daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian.
Dengan kata lain, seluruh produksi diarahkan untuk keperluan pasar. Konsepkonsep teori ekonmi seperti biaya tetap dan biaya variabel, tabungan, investasi dan
jumlah keuntungan, kombinasi faktor-faktor yang optimal, kemungkinn-kemungkinan
produksi yang optimum, hara-harga pasar, semuanya itu merupakan hal-hal yang sangat
penting baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Usaha penggunaan sumber daya
seperti tanah, air dan tenaga manusia bukan lagi merupakan hal yang dititik beratkan.
Sebagai gantinya adalah pementukan modal, kemajuan teknologi, penelitian dan
pengembangan ilmiah memainkan peranan yang sangat penting dalam usaha
meningkatkan jumlah output dan produktivitas.
Pertanian modern (spesialisasi) bisa benbeda-beda dalam ukuran dan
fungsinya. Mulai dan jenis pertanian buah-buahan dan sayur-sayunan yang ditanam
secara intensif, sampai kepada pertanian gandum dan jagung yang sangat besar seperti.
di Amerika Utara. hampir semuanya menggunakan peralatan mekanis yang sangat
hemat tenaga kernja, mulai dan jenis traktor yang paling besar dan mesin-mesin panen
206
yang modern, sampai pada teknik-tekanik penyemprotan udara yang memungkinkan
satu keluarga bisa mmgolah dan menanami. beribu-ribu hektar tanah pertanian.
Keadaan atau gambaran umum dan semua pertanian modern adalah titik
beratnya pada salah satu jenis tanaman tertentu, menggunalcan intensifikasi modal dan
pada umunmya berprodusi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja serta
memperhatikan skala ekonomis yang efisien (economics of scale) yaitu dengan cara
meminimumkan biaya untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Untuk mencapat semua
tujuan, pertanian modern praktis tidak berbeda dalam konsep atau operasinya dengan
perusahaan industri yang besar. Sistem pertanian modern yang demikian itu sekarang
ini. dikenal dengan agri - bisnis.
SRTATEGI MODERNISASI PERTANIAN
4.2.1 Uralan dan Contoh
Jika tujuan utama pertanian dan pembangunan pedesaan di negara-negara yang
sedang berkembang adalah perbaikan yang cepat dalam tingkat hidup di pedesaan
dengan cara meningkatkan pendapatan petani kecel, mingkatkan output dan
produktivitas pertanian, maka bagi kita penting sekali untuk meneliti sumber-sumber
pokok yang mengakibatkan kemajuan pertanian itu dan syarat-syarat pokok dalam
usaha mencapai kemajuan itu. Hal-hal tersebut tentu saja saling berhubungan dan kait
mengkait satu sama lain. untuk lebih memudahkan penjelasannya, kita pisahkan kedua
hal tersebut dalam pembahasannya.
4.2.1.1 Sumber-sumber kemajuan Usahatani Kecil
(a) Perubahan teknologi dan inovasi
207
Pada sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang, teknologi baru di
bidang pertaniari dan inovasi-inovasi dalam kegiatan-kegiatan pertanian merupakan
prasyarat bagi upaya-upaya dalam peningkatan output dan produktivitas. Namun
demikian, agak berbeda untuk beberapa negara di Afrika dan Amerika Latin, di mana
peningkatan output telah dapat dicapai tanpa menggunakan teknoloi baru yaitu hanya
dengan memperluas areal pertanaman (ekstensifikasi) dengan memanfaatkan tanahtanah yang belum dipakai, tetapi secara potensial cukup produktif.
Ada dua sumber inovasi teknologi. yang bisa meningkatkan basil-hasil
pertanian. Namun demikian, kedua suruber ini mempunyai implikasi-implikasi yang
sangat berbeda bagi pembangunan pertanian di negara-negara dunia ketiga. Yang
pertama adalah pengenalan terhadap mekanisasi Pertanian sebagai pengganti tenaga
kerja manusia. Pengenalan terhadap peralatan untuk menghemat tenaga semacam itu
(misal traktor-traktor besar) bisa mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
volume output setiap tenaga kerja, terutama sekali kalau tanah yang ditanami itu luas
dan tenaga kerja agak langka.
Sebagai contoh, seorang yang mengoperasikan mesin panen modern yang
besar, dalam satu jam saja bisa mencapai hasil kerja sama dengan metode-metode
tradisional.
Akan tetapi, daerah-daerah pertanian di negara-negara sedang berkembang
pada umumnya tanah di bagi-bagi dalam petak-petak kecil, modal sangat lanigka dan
tenaga kerja berlimpah, maka pemkaian alat-alat teknologi mekanisasi pertanian yang
besar-besar bukan hanya sering kali. tidak sesuai dengan keadaan lingkungan secara
fisik, tetapi ,juga yang lebih penting lagi, sering kali menimbulkan pengangguran yang
lebih ttinggi lagi di daerah pedesaan. Oleh karena itu, pengimporan mesin-mesin serupa
208
itu bisa merupakan anti pembangunan, karena agar basil kerjanya efisien maka
diperlukan tanah yang luas dan hal tersebut akan menambah hebatnya masalah
kemiskinan dan pengangguran di pedesaan yang memang sudah serius.
Sebaliknya, inovasi biologis (seperti bibit unggu1), kimiawi (pupuk buatan,
pestisida, insektisida dan lain-lain), merupakan usaha memperbai.ki mutu tanah yang
ada dengan meningkatkan basil per hektar, hanya saja memang tidak langsung
meningkatkan output masing-masing tenaga kerja. Penggunaan bibit unggul, teknik
irigasi. dan rotasi penanaman yang sudah lebih maju, memperbanyak penggunaan
pupuk, pestisida, insektisida dan pengembangan baru di bidang kedokteran hewan dan
makanan hewan, mencerminkan kemajuan-kemajuan ilmu yang penting dalam
pertanian modern. Usaha-usaha seperti itu secara teknologis bersifat netral, artinya
secara teoritis bisa dipakai dalam pertanian besar maupun pertanian kecil dengan
efektivitas yang sama. Usaha-usaha ini tidak memerlukan input modal yang besar
ataupun peralatan mekanis. Oleh karena itu usaha-usaha seperti ini terutma sekali sangat
sesuai untuk daerah-daerah tropis dan subtropis
(b) Kebijakan Kkonomi dan Sistern Kelembagaan yang Menunjang
Walaupun varietas bibit unggul (jagung, padi dan lain-lain) bersifat netral dan
karenanya akan memberikan potensi kemajuan bagi usahatani kecil, tetapi. sistem
kelembagaan dan kebijakan-kebijakari pemerintah yang menunjang pengenalannya ke
dalam usahatani. kecil dl pedesaan sering kali tidak bersifat netral
Sebaliknya, lembaga-lembaga dan kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut
hanya memenuhi kebutuhan dan menguntungkan para petani kaya saja, karena bibit
unggul yang baru itu memerlukan tambahan input seperti irigasi, pupuk, insektisida,
209
kredit
dan perluasan pekerjaan. Dan jika semua itu hanya bisa diberikan kepada
kelompok minoritas para petani kaya saja, maka kemelaratan dan kemiskinan massal
yang melanda para petani keci1 di pedesaan tidak bisa dihapuskan. Para petani kaya
dengan input tambahan dan usaha-usaha penunjangnya yang serba lengkap bisa
mendapatkan keuntungan dalam bersaing dengan para petani kecil dan mungkin bisa
menendang para petani kecil. tersebut keluar dan. pasaran. Petani kaya bisa-bisa
mendapatkan fasilitas kredit dengan suku bunga yang rendah dari pernerintah,
sedangkan petani kecil terpaksa meminjam uang dari rentenir dengan suku bunga yang
sangat tinggi. Hasilnya, sudah pasti tidak bisa dielakkan lagi akan lebih rnernperbesar
jurang pemisah antara si. kaya dan si miskin dan peningkatan konsentrasi tanah
pertanian berada dalam tangan beberapa gelintir orang saja.
Jadi. inovasi. pembangunan yang mempunyai potensi yang besar dan ditujukan
untuk memerangi kermskinan di pedesaan dan meningkatkan hasil pertanian justru
menjadi alat untuk melanggengkan kemiskinan dan penderitaan para petani kecil
di.pedesaan. Suatu hal yang ironis sekali, rencana dan tujuan pembangunan ini juatru
bisa berbalik menjadi anti pembangunan. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan
pernerintah dan sistem kelembagaan yang imematikan peran serta aktif para petani.
kecil dalam upaya mereka untuk mengubah struktur pertanian harus dihilangkan.
4.2.1.2 Perbaikan Pola Pemilikan Tanah (land reform)
Struktur pertanian dan pola penggunaan tanah perlu disesuaikan dengan tuan
ganda, yaitu meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan permerataan keuntungan
bagi. petani secara luas. Pertanian dan pembangunan desa yang menguntungkan rakyat
kecil hanya bisa tercapai melalui usaha bersama antara pemerintah dengan semua
210
petani, bukan hanya dengan petani kaya saja. Adapun langkah pertama dalam usaha
bersama ini adalah pemberian dan perbaikan hak-hak penggunaan tanah kepada masingmasing petani.
Keterikatan petani kecil terhadap tanahnya sangat mendalam. Suatu perasaan
yang merupakan ikatan bathin yang sangat erat hubungannya dengan harga diri dan
kebebasan dari segala macam paksaan. Apabila si petani itu kehilangan tanahnya atau ia
jatuh miskin secara pelan-pelan karena dicekik utang yang menumpuk, maka bukan
hanya keadaan lahiriahnya saja yang rusak, tetapi juga rasa kepercayaan pada dirinya
sendiri dan semangat untuk berusaha memperbaiki dirinya dan keluarganya bisa hancur
sama sekali.
Hal-hal di. atas merupakan alasan-alasan dariegi kemanusiaan. Dan segi.
peningkatan basil pertanian, perbaikan pola pemilikan tanah sering kali dianggap
sebagai kondisi awal. yang diperlukan untuk pembangunan pertanian di berbagai negara
yang sedang berkembang. Pada sebagian besar negara yang sedang berkembang,
struktur pemilikan tanah yang sangat tidak seimbang barangkali merupakan satusatunya penyebab yang paling penting yang menimbulkan ketidak seimbangàn dalam
pemerataan penghasilan dan kekayaan bagi rakyat pedesaan. Apabila pembagian tanah
sangat timpang, maka sedikit sekali harapan bagi petani kecil di pedesaan untuk dapat
mengembangkan perekonomiannya.
Andaikan program-program penataan kembali pola pemilikan tanah bisa
dilaksanakan secara efektif oleh pemerintah, maka dasar bagi transisi dari pertanian
subsisten ke pertanin modern dengan memperbaiki output dan meningkatkan tarap
hidup bagi rakyat pedesaan akan menjadi kenyataan.Tetapi jika program-program
penataan kemali pola pemilikan tanah ini hanya merupakan ketentuan dan peraturan
211
saja tanpa ada tindakan yang efektif, maka tidaklah ada jaminan untuk suksesnya
pembangunan pertanian dan pedesaan.
(b) Kebijakan-kebijakan yang Menunjang
Seluruh keuntungan dari pembangunan usaha tani kecil tidak akan bisa dicapai
jika pemerintah tidak menciptakan kebijakan atau sistem kelembagaan yang menunjang,
misalnya berupa insentif-insencif yang diperlukan, kesempatan-kesempatan berusaha
dalam kegiatatan ekonomi dan kemudahan untuk memperoleh input yang diperlukan
yang memungkinkan para petani kecil bisa meningkatkan output mereka dan sekaltgus
meningkatkan produktivitas mereka.
Sedangkan penataan kembali pola pemilikan tanah adalah sangat penting,.
tetapi mungkin tidak akan bisa efektif jika tidak ada perubahan yang sesuai di dalam
lembaga-.lembaga pedesaan yang dapat menunjang produksi (seperti lembaga-lembaga
keuangan, distributor pupuk, bibit unggul, dan lain-lain), pelayanan-pelayanan
pemerintah yang menunjang (seperti penyuluhan, fasilitas pergudangan dan pemasaran,
angkutan dan lain-lain) dan kebijakan pemerintah di bidang harga untuk input maupun
output pertanian. Bahkan di cdaerah-daerah yang tidak memerlukan land-reform pun,
hal-hal tersebut di atas merupakan syarat yang sangat penting untuk memperjuangkan
kemajuan pertanian
(c) Tujuan Pembangunan Terpadu
Pembangunan pedesaan terutama sekali masih tergantung pada kemajuan usaha
tani dari para petani kecil. Kemajuar itu meliputi: (a) perbaikan taraf hidup termasuk
pendapatan, pendidikan, kesehatan atau nutrisi, perumahan dan hal-hal lain yang
212
berhubungan dengan jaminan-jaminan sosial, (b) mengurangi ketimpangan pemerataan
pendapatan di pedesaan dari ketimpangan pendapatan antara pedesaan dan perkotaan
serta kesempatan-kesempatan berusaha, dan (c) perbaikan kapasitas sektor pedesaan
dari waktu ke waktu.
Usaha untuk mencapai ketiga tujuan di atas sangat penting bagi pembangunan
nasionail Hal ini dilakukan bukan hanya karena mayoritas penduduk di negara-negara
yang sedang berkembang bertempat tinggal di pedesaan, tetapi juga karena masalahmasalah perkotaan seperti pengangguran dan proses pemadatan penduduk harus
ditemukan penyelesaian akhirnya.
Dengan dasar memperbaiki keseimbangan yang tepat antara pedesaan dan
perkotaan dalam kesempatan-kesempatan berusaha dan dengan menciptakan kondisikondisi untuk mempopulerkan peran serta secara meluas dalam usaha-usaha
pembangunan nasional, maka negara yang sedang berkembang telah mengambi!
langkah-langkah
yang
positif
dalam
menuju
tercapainya
realisasi
dari
arti
pembangunan.
PENELITIAN EKONOMI PERTANIAN
4.3.1 Uraian dan Contoh
Di dalaw persoalan-persoalan ekonomi pertanian tampak bahwa ada hubmgan
yang sangat erac antara fakta-fakta dan fenoniena-fenomena ekonomi pertanian,
perilaku petani dan organisasi-organisasi serta ienibaga-lembaga pertanian dengan
kebijakan pertanian. Dalam kerangka hubungan mi. penting sekali keductukan
penelitian yang wenjembataniny.
213
Oieh karena itu dalam bagian mi kita akan membicarakan per I tc i tn tentang
ekonomi pertanian, sejarah perkembangan, 1neto(Ie-met(1e penclekatannya, persoalanpersoalan yang dihadapi dan peranan penelit ian ekonoin i pertan ian dalam
pembangunan pertan ian.
4.3.1.1 Sejarah penelit tan ekonorni pertanian di Indonesia
Usia penelitian ekonowi pertanian di Indonesia masih sangat muda. Dalam
penerbitan tentang perkembangan penelitian di Indonesia selama 20 tahun merdeka
niisalnya (1945 - 1 96S) yang diterbitkan oleh LiPibiclang ekonomi pertanian belum
mendapackan gawbaran tersendiri walaupun sudah terdapat tulisan-tulisan tentang ilrnu
ekonomi, sosiologi, deTnografi dan lain-Lain. Hal mi mungkin disebabkan oleh belum
adanya sarjana ekonoini pertaflian yang aktif menulis inemperkenalkan cabang ilmu
ekonom i yang baru tnt.
Namun demi.kian, jika kita pelajari. lebih mendalain temyata bahwa tulisantulisan tentang mi suclah banyak ciidapatkan baik yang ditulis o.Leh ahli-ahli bangsa
asing maupun ahli-ahli Indonesia sendiri. Thlisan ahi i-ahl i bangsa as ing d ipelopor i.
oleh sarjana-sarj ana bangs a Belanda dan keinudian oieh sarjana Amerika Seri.kat dan
Australia. Dengan dipelopori oleh sarjana mitnu politik dan ekcxiomi Profesor J.h.
Boeke banyak sarjana ilinu Endologi. yang tekun mempelajari. persoalan-persoalan
ekonotni Indonesia terruasuk ekonorni pertan iannya.
Dalani buku Endones ian Econom ics kumpulan karangan-karangan sarj ana
bangsa belanda yang d iterbitkan dalaTn bahasa Inggris pacla tahun 1961, Van der Koiff
adalah satu-satunya sarjana yang khusus tnepperdalam
•.
214
pengetahuannya dalam ilmu ekonomi. xtani.an di. Sekolah Tinggi._Pertan tan
Wageningen. Disertasi yang diselesaikannya pacia tahun dalah mengenai aspek
ekonorni dari.pada usaha taft tebu rakyat di Malang Selatan. 1<emudian dalan tahun
1947 W.J Turner rnenyelesai.kan disertasi. pada Tinivers itas Indonesia dengan j udui
Obj ect en methode dersos iale agronornie. Sajogyo cialam karangan Penelitian Ilniuilwu Kernasyarakatan dan ½plikasinya (1969) telah inenguraikan sejarah erkernbangan
peneli
9.15
tian iirnu-ilmu keniasyarakatan pertanian sejak zaman penjajahan sampai.
tahun 1969 dengan member ikan contoh keg iatan Surve i Agro Ekcriom i yang dimulat
tahuri 1965 oleh pemerintah Indonesia.
Bagi sarjana-sarjana Indonesia séndiri penelitian-penelitian ekonomi pertanian
dan soswiogi pedesaan dilaksanakan oieh sarjanasarj ana etnom i pertn tan SOS iolog i.
dan geograf i sos ted yang men inj au persoalannya dengan kaca mata atau alat-alat
ilmiabnya send tri-send.iri. Sarjana-sarjana ekonomi dengan peralatan teori ekonoini
mikro dan makro serta statisttlc menganaLisis masaiah perpajakan dan keuangan desa,
niasalah pemasaran, masalah anggaran belanja keluarga dan lain-lain. Sarjana-sarjana
pertanian banyak menekankan pada anaiisis efisiensi usaha tani dan sarjana-sarjana
sosiologi pacla analisis standar hidup dan kesejahteraan petani dan masyarakat tani,
sedangkan sarjana-sarjana geografi sosiai menekankan kepada hubungan manus ia
dengan lingkungan geografi sekitarnya.
Iiinat penelitian ekonomi pertanian di. Indonesia bertambah besar sejak tahun
1969 karena pada awalnya Pelita I itu pembangunan ditekankan pada pembangunan
pertanian. Muiai saat itu para pekerja penelitian dart iembaga-lembaga penelitian
215
banyak diminta untuk mengadakan penelitian-penelician ekonomi pertanian baik yang
bersifat penelitian ekonomi murni maupun yang terpakai untuk kebijaksanaan. Pada
tahun 1970, Presiden menginstruksikan para pembanrunya agar lebih memanfaackan
jasa leinbaga-lembaga penelician terutama lemtga-lembaga perguruan tinggi.
Ki.,ni orlentasi pada penelitian sosial. ekonomi pertanian telab pula terdapat
pacla hampir semua departemen. khususnya departemen-clepartemen yang sebelumnya
iebih banyak menekankan padá soal-soal teknik perteinian (penemuan dan penyebaran
bibit unggu.L,respons atas pemupukan dan lain- lain), kira suclah membentuk Biro
Sosial. Elconomi. Biro-biro Perencanaan dan. departemen-departemen juga memberikan
lebih banyak perhat ian pada faktor-faktor perangseing pembangunan, fakcor
perdagangan (nas ionai. dan intemas tonal), pendidikan pembangunan dan faktor-faktor
sosial ekonomi dan budaya Lainnya. Dalam tahun 1975 Badan Peneittian dan
Pengembangan (Lithang) Lpartemen Pertan tan yang dibentuk dengan Keputusan Pres
iden mempunyai. Pusat Penelitian Ekonomi Pertanian.
Aspek-aspek ekonomi dan lembaga Bunas, telah dipakai sebagai modal
pembangunan pertantan di Indonesia kini lebih ditekankan lagi pada aspek-aspek
ekonóminya. Kalau semula para penibuat kebi.jaksanaan pjjbat peiaksana seLalu
menekankan bahwa tujuan Bimas_adaJ.ah eningkatan produksi tnaka lambat laun muli
banyak disaclart bahwa tujuan teknis mi bukanlah yang terpenting bagi petani. Petani
ingip kesejahteraannya meningkat dan ingin agar dengan Bitnas ia dapat lebih mampu
membeli. barang-barung kebutuhan yang tidak diproduksikan send in.
9.16
Suksesnya proyek Bimas mi tergantung pada adanya syarat-syarat dan saranasarana produksi di dekat petani (bibit, pupuk, obat-obatan, air dan alat-ulat pertantan
216
lainnya), adanya pasaran yang terus menerus berkembang dun adanya bimbingan yang
cukup baik. Kini sudab lebih banyak disac1ri bahwa syarat-syarut mi bukanlah syaratsyarat teknis Baja, tetapi lebih banyak mtiyangkut organisasi clan prasarana sosial
ekonomi lainnya. Penelitian tentang masalah-niasalah mi di. masa laiu kurang mendapat
perhatian dan baru kint mulai lebih banyak clilakukan oLeh para pekerja penelitian
ekonomi. pertanian di Indonesia.
4.3.1.2 ?tode pendekatan penelitian
tiaaalah ekonomi petani dan pertanian pada umumnya tidaklah inenjadi
perhatian para sarjana ekonomi saja. Para sarjana antropologi, sosioiogi, politik dan
lain-lain cialam mengadakan penelitian-penelitian sangat ering terlibat dalam persoalanpersoalan yang lebih bersifat elconolni.
Sebagai contoh buku Selo Soemardjan Social Changes n Yogyakarta (1962)
yang merupakan clisertasi bidang sosiologi berisi beberapa bab tentang ekonoini
pertanlan. Clifford Geertz-adalah seorang sarjana antropologi, tetapi buku has ii penel it
iannya Agricultural Involution (1963) lebih banyak bersifat analisis ekononii yang
dalani penelitiannya meminjara segi peninjauan ilmu-ilmu lainnya, baik ilmu-ilniu
sosial maupun ilmu-ilmu eksakca atau biologi. D.h. Penny merupakan contoh sarjana
ekononii. pertanian yang menyatakan ketidakmanfaatan ilmu ekonomi yang
dipergunakan secara murni. terlepas sama sekali dan ilmu-ilinu sosial lainnya. Penny
mensitir Moh. Sacili yang menyatakan pada tahun 1961 “baik teori ekonorni mengenai
inflasi Inaupun kebijaksanain ekonomi yang diperlukan untuk mengendalikannya
actalah mudab untuk inemahaminya, tetapi dalam praktek (inflasi itu) sukar
dikendalikan karena lebih banyak merupakan persoalan politik dan sosial yang
terselubung clalam (pakaian) soal-éoal ekonorni senctiri”. Sajogyo juga disitir Penny
217
mengatakan bahwa “j ika saudara akan memahanii perekonomian negara kami,
pelajariiah kebudayaan dan sistem politiknegara kami, jika saudara tdak memahami.
kebudayaan dan sistem politik negara kami, pelajarilah perekonom ian kani i”.
Jadi jeiaslah bahwa dalam hal mi. ada praktek pinjam meminjam inetode
analisis. Dalam penelitian-penelitian pertama mengenai penyuiuhan pertanian di
Indonesia banyak sarjana-sarjana Belanda meminjam istilah-istilah ilmu kectokteran.
Pertarna dikena]. fase orientasi (synitonas) yang oieh i.J. Timmer disebut agronotni
sosial. Fase kedua adalah perumusan masalah (prognose dan diagnose) dan kemudian
dtikuti oleh fase pengobatan (therapi, treatment). alaupun menurut Sajogyo analogi
demikian hanya merupakan penggunaan istilah
9.17
istUah pinja: Baja, narnun praktek caiukian cukup membuktikan adanya sifatsifat yang umui dan penclekttan obyek-obyek penelitian.
‘iungkin contoh yang paling tepat dalam menggarnbarkan kesamaankesamaan
terselut aclalah dalam penggunaan metode-metode sampling yang dasar-dasar ilmunya
sencliri dipelajari oleh statistik. Untuk dapat meigambil kesimpulan inengenal nama
clan jenis penyakit yang diderita oieh seorang paslen, maka seorang dokter akan
menggunakan berbagai test, misalnya suhu tubuh, darah, urine, faeces dan lain-lain di
samping gejala-gejai.a lain yang dapat ditanyakan langsung kepada Si pasien. Demikian
pula seorang ‘dokter’ ekonowl. tidak akan tergesa-gesa merigambil kesimpulan dan
memberikan resep pengobatan berupa tindakan kebijaksanaan sebeluin ia meyakinkan
diri.nya tentang penyakit yang dihadapi dengan mencoba mentestnya dengan berbagal
alat pembuktian.
218
Dalam ilmu statistik dikatakan bahwa tingkat kepercayaan dan kesimpulan
(confidence level) harus cukup tinggi dan hal mi diukur dengan variance ( u2) atau
standar deviasi (u). Makin besar jumlah samuel (n) makin kecil variance dan sampelsampel tersebut yang paling balk harus diambil secara random. Di sintlah Letak
pentingnya statistik dalam segala penelitian.
Bersumber pada metode-metode 4ilitpgerzal perbedaanperbedaan pendekatan
dalam penelitian-penelitian sesungguhnya. Kita merigenal ‘Eidi kasus (case study),
metode analisis statistik, metode historis, metocie kelembagaan, rneode perbandingan
dan lain-lain. Semua metode Wi berusaha menjaga agar kesimpulan-kesimpulan yang
diambilnya ticlaklah tipikal tetapi sedikit banyak cukup mewakili (representative). Iianya dengan sampel-sampel yang representatif maka kesimpulan yang diambil dan
rekomendasi yang dibenikan berdasar kesimpulan tersebut mempunyai tingkat
penerapan yang tmggi dan luas.
Adalagi. metode penelitian yang dikenal sebagai ndekaa penelitian antar
disiplin yang bersumben pada pendapat bahwa wa.Laupun sampling yang representatif
telah dilakukan tetapi kesimpulankesimpulan masih dl.khawatinkan belum tepat benar
kanena ada faktorfaktor lain cii. .Luar sesuatu ciisipli.n yang temyata ikut
mempengaruhi. Sebagaimana telah disebutkan bahwa faktor-faktor sosial-tudaya sangat
berkaitan dengan faktor-faktor ekonomi, sehingga betapapun representatifnya sampelsampel gejala-gejala ekonomi yang telah diambil, kalau gejala-gejala ekonomi mi
dipisahkan sama sekali dan gejala-gejala sosial budaya, ada bahaya bahwa nilal
peramaian (predictive value) dan i kes impulan yang bensangkutan t idak akan benlaku
bi.La faktor-fakcor sosial budaya yang nIenyercainya berbeda atau berubah.
9.18
219
4.3.! • 3 Peranan penelitian ekonowi pertanian
Data-data penelitian adalah penting sekalt bagi setiap prosee penganibilan
keputusan, tictak saju bagi tnstansi-instanst resmi tetapt juga bagi petani. Makin banyak
penelitian makin baLk pengetahuan ktta tentang pertanian dan rnakin banyak yang
dapac kita lakukan untuk memajukan pertanian. Di negara kita penelitian ekonomi
pertan tan masib belum banyak dilakukan yang ciisebabkan oleh berbagai macam alasan
antara lain kurangnya biaya, kurangnya kesadaran akan penttngnya penelitian dan yang
tidak kalah pentingnya adalah masth sangat sedikicnya Sarjana-sarjana yang
memusatkan pekerjaannya pada penelitian.
Oleh karena itu, salah 8atu cara yang sangat pent ing dalam memajukan penel it
ian adalah dengan menggiatkan pend Id ikan kader-kader penelitian dengan melalui dua
jalan. Pertama dengan melalui program khusus pendidikan dan latihan penelitian
inisalnya berupa lokalcarya (workshop) atau kedua dengan memperbaiki siatem
pendidikan dan kurikulum perguruan tinggi di mana diusahakan agar mahastawa secara
otcmatis menaruh minat yang iebih besar pada penelitian.
Oleh karena sangat kurangnya fasilitas dan biaya penelitian, maka kebanyakan
pencli.dikan di perguruan tinggi terlalu ditekanican pada kuiiah semata-mata dan sangat
kurang d1isahakan mengiu1xngkannya dengan keadaan dun lingkungan yang clapat
diamati oleb para mahasiawa. Oleh kareria itu, datum jangka pendek masa.Lah penelit
ian dapat diataai djin usaha yang lebih serius dart para. dosen untuk lebih banyak
mengadakan penelitian sendiri sehingga contoh-contoh praktis clapat diberikan dart
hasil—hasil penelician itu.
Dan keadaan seperci yang digambarkan di atas mungkin dapat
220
disimpulkan bahwa mütu pendidikan akan lebih baik dan mahasiswa lebth
mudah memahami kuliah-kuliah bila dosen selalu meropunyai proyek
penelitian selama ia memberikan kuliah-kuliah itu, lebih-lebih bila nhasisw
diajak ikut serta dalam pelaksanaan penelitian itu sendirt.
Pendidikan melalut penelitian (teaching through research) banyak sekali
disarankan di negara-negara sedang berkembang, tidak hanya dalam ekomomi pertanian
tetapi juga di bidang-bidang lain. Dengan cara demikian maku proses belajar dan
mengajar d%atungkan melalui praktek penelitian dan mahasiswa serta dosen terlatih
untuk memperhatikan dan mencari pemecahan persoalan-persoalan sosial ekoixmi
pertantan
yang sedang clihadapi
masyarakat,
suatu
cara
yang baik
tntuk
mengembangcan kebiasaan-kebiasaan tim jab.
iJalam penelitian sebenarnya tidak ada péngertian guru dan murid, karena
peneiitian itu tidák begitu Baja dapat diajarkan (lebih-lebih dengan. kuliah sematamata). Penelitian hanya dapat dipelajari dengan tnelaksanakannya secara praktis.
Seorang peneliti yang sudah banyak
9.19
berpengálaman teLus menerus belajar dart setiap penelitiari baru yang
dtlakuicannya. Itulah sebabnya pendidikan kader-kader penelitian paling baik
dilaksanakan .dalam bentuk lokakarya (workshop) di mana setiap peserta membawa
persoalan-persoalan yang dihadapinya dan proyek penelittan yang sedang dijalankan
masing-masing.
Survey Agro Ekonômi. pernah melaksanakan .Lokakarya (workstp) yang
sangat berhasil pada tahun 1967 di Ciawi Bogor di bawah .pimpinan Prof. Sajogyo den
Dr. [H. Penny. Kaistimewaan lokakarya yang demikian adalah tidak adanya acara yang
221
berbau lculiah. Sebaliknya settap peserta membawa masalah dan pekerjaannya inasingmasing. Bantuan dan kritik dart teman-teman sejawat merupakan dorongan kemajuan
pada setiap peserta. Pada akhi.r lokakarya setiap peserta atau team peeerta sudah
berhasil niemecahkan masalah-masalah yang clihadapi atau paling sedikit lebih mauipu
mencari. cara-cara pemecahan yang tepat. Dengan demikian maka dalam lokakarya
setiap peserta belajar dan mengambil manfaat dan metode kerja para peserta lairiiya.
Tetapt bagaimanapun dalam pendidikan kader-kader penelitian mi jalan
inemintas hampir selalu tidak sempurna. Untuk menjadi peneliti yang tangguh memang
diperlukan pendidikan dan latihan serta pengalaman yang mendalam dan lama.
Pendidikan [bktor adalah inerupakan pendidikan yang diarabkan pada kemampuan
meneliti secara mandiri dengan disiplin dan etika ilmiah yang tinggi. Inilah sekarang
yang sedang digalakkan oieh pemerintah bekerjasama dengan beberapa universitas.
222
DIKTAT
BUKU MATERI POKOK
SIFAT DAN RUANG LINGKUP
EKONOMI PERTANIAN
223
EKONOMI MIKRO
BERBASIS USAHA PERTANIAN
Oleh:
YOYO SUNARYO N., Ir., MP
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KUNINGAN
2009
224
Download