1 BAB I PERTANIAN HKAS INDONESIA 1.1. Ciri-ciri Pertanian Indonesia. Negara kita terletak di daerah tropis, dekat garis khatulistiwa, sehingga hanya ada dua musim yaitu musim rendg atau penghujan (November - Maret) dan musim ketiga atau kemarau (April - Oktober). Di samping iklirn tropis masih ada faktor lain yang memberi corak pertanian di Indonesia yaitu bentuknya sebagai kepulauan dan topografinya yang bergunung-gunung. Di samping itu pula, berkaitan dengan letaknya antara dua lautan besar (Lautan Hindia dan Pasifik), serta dua benua (Asia dan Australia), juga mempengaruhi iklim Indonesia terutama dalam perubaban arah angin dan daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Bentuk permukaan tanah yang bergunung-gunung memungkinkan adanya variasi suhu udara yang berbeda-beda pada suatu daerah tertentu, selain itu pula tanah yang berasal dan gunung (berapi) sangat subur. Secara geanografis peranan laut Indonesia sangat dipengaruhi oleh kedua lautan dan benua di atas. Perairan darat sangat ditentukan oleh sungai, danau dan rawarawa. Jenis usaba perneliharaan ikan di kolam, waduk, sawah dan tambak sangat tergantung pada persediaan air dan juga bentuk pantai yang landai. Perikanan ini merupakan mata pencaharian pokok para nelayan. Penangkapan masih dilakukan dengan cara-cara yang tradisional karena keterbatasan modal dan pengetahuan. Meskipun tanaman-tanaman sub tropis dan tanaman iklim sedang seperti teh, kupi, sayur-sayuran dan buah-buahan menjadi tanaman perdagangan utama bagi Indonesia, tetapi tanaman iklim panas seperti padi, karet dan kopra merupakan basil pertanian Indonesia yang penting. 2 Seperti dikemukakan di atas, bahwa negara kita beriklim panas, narnun demikian negara kita mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Angka tertinggi tercatat di Padang (3,846 mm) dan Muaratewe (3,588 mm) pada tahtn 1967 - 1970. Di daerah yang bercurah hujan tinggi, hutannya sangat lebat. Tabel 1.4 menunjukkan bahwa daerah yang mempunyat curah hujan yang tinggi menpunyai areal hutan yang luas seperti Kalimantan, Sumatra dan Irian Jaya yang meliputi 83 % (1974) dan luas hutan Indonesia. Sedangkan pada daerah yang curah hujannya rendah seperti Jawa, Nusa Tenggara dan Maluku hanya 10 % dart luas hutan di Indonesia. Curah hujan dan kesuburan tanah mempengaruhi perkembangan jenis ternak di Indonesia, demikian juga faktor kelembaban dan suhu udara. Di daerah-daerah basah (super humid) seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya ditandai oleh adanya rawarawa, hutan lebat serta hanya mempinyai sedikit persediaan rumput-rumjiitan yang tidak diusahakan oleh manusia. Kelembaban yang tinggi dan suhu yang rendah, memungkinkan berkembangnya penyakit hewan menular seperti scabies, cacing hati dan sebagainya. Dengan demikian populasi ternak di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya sangat j arang. Sedang di daerah yang curah hujannya sedang dan rendah, ditandai oleh adanya hutan yang kurang lebat dan padang sabana. Daerah seperti mi cocok untuk ternak sapi, kerbau, kambing dan sejenisnya, tetapi mudahkan nienularnya berbagai penyakit hewan seperti anthrax, surra dan lain-lain. Contoh daerah seperti ini adalah Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara dan Sulawesi. 3 Tabel 1.5 menunjukkan bahwa pulau Jawa dan Kalimantan, populasi ternaknya relatif jarang (kurang lebih 20% dan populasi masing-masing ternak di Indonesia). Demikian juga untuk unggas seperti ditunjukkan oleh Tabel 1.6. Curah hujan bisa juga mempengaruhi jenis tanaman dan cara bercocok tanam. Misalnya di Maluku di mana curah hujan cukup tinggi sehingga tanah menjadi kurus, karena banyaknya bunga tanah (top soil) yang hanyut maka orang terpaksa memilih jenis tanainan yang berakar panjang dan dalam seperti kelapa, pala dan cengkeh. Di daerah-daerah yang curah hujannya merata, tanarnan padi kita jumpai. Keadaan seperti ini terdapat di daerah Jawa Barat, atau Jawa pada umunnya. Sementara di daerah-daerah yang kurang subur dan kering, seperti Gunung Kidul di Yogyakarta, sistem bercocok tanam yang cocok adalah tumpang sari yaitu beberapa tanaman ditanarn pada tanah yang sama pada waktu yang bersamaan, tetapi karena perbedaan umur tanaman maka masa panennya berbeda. Akhirnya faktor yang tidak kalah penting dalam pertanian adalah jenis tanah. Jenis tanah di Indonesia pada umumnya ada tiga yaitu: 1. Tanah pengunungan berapi (vulkanis) yang umumnya sangat subur dengan susunan tanah yang baik. 2. Tanah aluvial yang subur .tetapi agak berat. 3. Tanah tersier yang kurang subur dan berat. Tanah pertanian di Indonesia, menurut sensus pertanian 1983 sebagian besar (69,85 %) adalah tanah kering,sedangkan sisaya tanah sawah. Di Jawa tanah kering 4 lebih separuh (53,92 %), sisanya sawah. Gambar situasi keseluruhan mengenai tanah pertanian bisa dilihat pada table 1.7 1.2. Kedudukan Sektor Pertanian Walaupun luas baku tanah pertanian hanya 23,5% (lihat Tabel 1.8) dari luas seluruh daratan Indonesia, namun pertanian hingga kini masih merupakan soko guru dari perekonomian rakyat Indonesia. Hal ini hisa ditunjukkan oleh banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dan produksi nasional yang berasal. dari pertanian. Catatan: - Angka dalam kurung persentase terhadap luas daratan - Tanpa Timor Timur, Irian Jaya dan Maluku Sumber: Sensus Pertanian 1983. Sampai tahun 1980, masih lebih dari separuh penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Gambaran yarg lebih lengkap tentang jumlah pendi.xluk yang bekerja di sektor pertanian bisa dilihat pada Tabel 1.9. Pertanian bukan saja merupakan soko guru perekonomian rakyat Indonesia tetapi juga merupakan sumber devisa negara, karena ekapor hasil pertanian juga mempunyai arti yang cukup penting. Pada tahun 1981 ekspor pertanian secara keseluruhan hanya sebesar 6,5 % dari nilai ekspor secara keseluruhan. Sebelumnya pada tahun 1971 masih sebesar 47 % dari nilai ekspor keseluruhan dan masih lebih besar dan nilai ekspor minyak yang sebesar 39 % dari nilat ekspor keseluruhan. Dilihat dan suinhangannya terhadap Produk [kmiestik Bruto (PDB) pada tahun 1981 hanya menyumbang sebesar 29 %, ini menunjukkan bahwa pendapatan per kapita 5 penduduk sektor pertanian lebih rendah. Gambaran kanposisi sektor-sektor yang menyumbang PDB bisa dilihat pada Tabel Dari Tabel 1.10 dan 1.11 tampak bahwa peranan sektor pertanian makin lama makin menurun, sedangkan industri dan pertambangan makin besar. Hal tersebut wajar karena pada akhir-akhir ini masuknya investasi modal asing yang ditanamkan di Indonesia relatif lebih banyak pada sektor industri dan pertambangan. Sedangkan mengenai persentase sumbangan komoditi minyak yang sangat tinggi ini dtsebabkan oleh oil boom pada tahin 1973 sebagai akibat dari embargo minyak negara-negara Arab terhadap negara-negara industi. Harga minyak dunia naik, dan negara kita “kecitpratan’ rezeki sehingga meningkatkan nilai ekspor dari basil minyak tersebut. Tetapi sumbangan dan sektor minyak tersebut tidak akan “langgeng” karena minyak bukan merupakan sumber yang dapat diperbaharui. Sehingga pengeksploitasian yang terus menerus terhadap minyak ini, akhirnya akan habis. Keadati ini berlawanan dengan sumber kehutanan yang bisa diperbaharui. Sumber-sumber kehutanan tidak akan kunjung kering, ia akan selalu ada sepanjang masa asal dikelola dengan baik. 6 BAB II LANDASAN EKONOMI PERTANIAN 2.1. Perkembangan Pertanian Sejalan dengan perkembangan zaman, telah banyak ilmu-ilmu baru yang timbul sebagai cabang dari induk-nya. Di dalam ilmu ekonomi umum, tercatat beberapa cabang ilmu baru seperti: ekonomi perkotaan, ilmu ekonomi lingkungan, ekonomi sumber daya, ekonomi pertanian, dan lain-lain. Salah satunya adalah ilmu ekonorni pertanian. Mulanya ilmu ekonomi pertanian ini berkembang di Eropa pada akhir abad ke19. Di Jerman, ada seorang dokter yang menyukai ilmu ekonomi dan pertanian, namanya Albrecht Thaer (1752-1828). Menurut Thaer, ilmu pertanian itu terdiri dari ilmu dasar, ekonomi, agronomi, pertanian, bercocok tanam dan peternakan. Dia mempunyai sebuah perusahaan, dan herda sarkan penjalanan dan penelitiannya pada peruahaannya tesebutt, Thaer menyusun sebuab buku yang merupakan pedoman dan pokok pangkal dari ilmu pertanian. Selain sebagai. dokter dan penulis, Thaer juga mengajar tentang pertanian. Pelajaran pertanian tersebut diberikannya di perusahaannya di desa Celle dekat Hannover. Pelajaran-pelajaran tersebut sangat luas, baik yang bersifat teknis maupun sosial ekonomis. Sayangnya pelajaran yang berifat sosial ekonomis itu dianaktirikan oleh para ahli pertanian. hal tersebut terjadi kar’na pengaruh .Justus von Liebig (1840), bapak ilmu kimia tanah. Liebig mengatakan!! bahwa segala sesuatu dalam pertanian akan dapat dipecahkan dengan dalil—dalil. dan ilmu yang diciptakannya sendiri. Ternyata pendapat Liebig tersebut salah. Ini dibuktikan oleb Von der goltz yang menulis buku “Handbuch der Landwirtschaftlichen Betriebs Lehre” pada tahun 1885. 7 Karena ini, menurut Kaslan Tohir, Von Goltz bias dilianggap sebagai hapak atau “penggubah” ilmu ekonomi pertanian. DI Amerika Serikat, mata kuliah Rural Fconomics pertaima kali dikuliahkan pada tahun 1892 di Universitas Ohio. Kernudian pada tahun 1901 dan 1903 dikenalkan masing-masing Economies of Agilture dan Farm Managrnent di Universitas Cornell. Sejak tahun 1910 hoberapa universitas di Arinrika Serikat sudnh memberikan kuliahkuliah yang teratur dalam Agricultural Economics. Di Indonosia mata kuliah ekonomi pertanian pertamakali diberikan oleh para guru besar ilmu Pertartian pada fakultas-fakultas Pertanian. Oleh karena itu mata kuliah ini merupakan “aspek sosial ekonomi” dart ilmu pertanan, sejalan dengan perkembangan sebelumnya di eropa. Bapak— bapak ilmu ‘konorni perranian di lndonesta adnl.ah Profesor Iso Reksohadiprodjo dan Profesor Teko Sumodiwirjo yang memberikan kuliah pada Faku1tas Pertanian Institut Portanian Bogor (dahulu Univversitas Indonesia) dan Universitas Gajahmada mulai tahun 1950. 1.2. Sifat Ekonomi Pentanian Dari gambaran ringkas di atas, dapatlah diketahui bahwa ilmu eknomi pertanian pada mulanya merupakan salah satu cabang dari ilmu pertanian yang menyangkut aspek-aspek sosial ekonomi dan persoalan yang dipelajari ilmu pertanian. Sehingga hubungan antara ilmu ekonomi pertanian dengan ilmu ekonorni umum sangat erat, karena dasar-dasar yang digunakan ilmu ekonomi pertanian berawal dan ilmu ekonomi umum. Sesuai dengan perkembangan penerapannya di Indonesia, ilmu ekonomi pertanian bisa ditinjau dan dua titik pandang. Pertama, seperti telah dikemukakan di atas, bahwa ilmu ekonomi pertanian pada mulanya merupakan cabang dari Ilmu 8 pertanian. Ilmu ekonomi pertanian yang demikian.dipelajari oleh dan diberikan kepada para mahasiswa Fakultas Pertanian. Sehingga banyak rnahasiswa fakultas tersebut yang memilih jurusan ekonorni. pértanian dengan harapan kelak akan mendapat jabatan yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial ekonomi pertantan. Kemudian hagian ini bercabang menjadi. dua yaitu ,ilrnu ekonomi pertanian dan ilmu sosiologi pedesaan. Aspek sosial. ekonomi dan perilaku petani menjadi pusat perhatian rnahasiswa pertanian ini. Kedua, bagi para mahasiswa fakultas ekonomi, ilmu ekonomi pertanian mernpunyai ciri dan tekanan yang agak herbeda. Ilmu ini bagi mereka merupakan ilmu ekonomi yang diterapkan pada bidang pertanian. Para mahasiswa, dengan dasar-dasar teori ekonorni mikro dan makro serta perangkat analisis lainnya (akuntansi, statisti.ka, matematika dan eknnometrika), mempelajari penerapan segala teori-teori ekonorni pada masa— lah-masalah pertanian, hubungan-hubungan ekonominya serta implikasinya bagi perekonomian nasional. Ilmu Ekonorni Pertanian ini, menurut Profesor Mubyarto, mencakup analisis ekonomi dart proses (teknts) prjst dan hubungan-hubungan sosial di dal.am proses produksi pertanian, hubungan antara factor faktor p’roduksi, antara faktor produksi dan hasil produksi dan antara beberapa hasil produksi dalam suatu proses produksi. Analisis ini dikenal sebagai analisis ilinu ekonomi mikro. Di samping itu, ilmu ekonomi pertani an harus rnengarahkan mahasiswa agar mampu menganlisis, menginterpretasikan, dan rnenghubungkan persoalan-persoalan ekonomi seperti masalah pendapatan nasional, konsumsi, investasi, lapangan keradan pernbanginan ekonomi Itulah sebalnya mengapa ilmu ekonomi umum (teori ekonomi) merupakan salah satu alatnya yang utama di samping statistika, matematika dan logika 9 yang sangat diperlukan untuk menganalisis dan menginterpretasikan data-data kuantitatif. Melihat gambaran sejarah, perkembarigan dan penerapannya, Ilmu ekonomi pertanian di Indonesia akan berkembang den haru.s dikembangkan sebagai suatu cabang ilmu kemasyarakatan yang penting yang akan merupakan alat analisis ilmiah untul’ membahas dan menclalami pensoalanpersoalan yang timbul dalarn hidang pertanian, pernbangunan pertanian dan pembangunan ekonorni Indonesia pada umumnya. 1.3. Definisi Ekonomi Pertanian Sudah dikemukakan sebelumnya bahwa ilmu ekonomi pertanian berguna untuk menemukan hubungan ekonomi antara sebab dan aktbat dari semua persoalan di dalam pertanian, termasuk perilaku dan upaya serta hubungan-hubungan antar manusia. Oleh.karenanya ilmu ini dikelompokkan ke dalam ilmu-ilmu kemasyarakatan (social sciences). Perilaku yang dipelajari bukan hanya perilaku manusia secara sempit seperti perilaku petani dalam kehidupan pertantannya, tetapt mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, konsumsi petani atau keloinpok-kelompok tani. O1eh karena itu ilmu ekonomi pertanian juga menggunakan analisis ekonomi perusahaan pengolahan hasil pertanian, perdagangan internasional hasil-hasil pertanian, kebijaksanaan pertanian, hukum-hukum dan hak-hak pertanahan. Akhirnya, menurut Profesor Mubyarto, ilmu ekononil pertanian dapatlah didefinisikan sebagal bagian dari ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomenafenomena yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro. 10 BAB II PERSOALAN-PERSOALAN PERTANIAN 2.1. Perbedaan Waktu antara Penerimaan Para petani menghadapi persoalan yang banyak sekali, haik yang berkaitan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya, maupun persoalan yang dihadapi dalarn kehidupannya sehari-hari. Bagi para petani, pertanian sudah merupakan bagian dan hidupnya, bahkan sudah merupakan cara hidupnya (way of life). Sudah manunggal di dalam dirinya, sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja yang memegang peranan penting sebagai dasar pertimbangan petani dalam bertindak. Tetapi aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi juga memegang peranan penting. Hal ini bisa kita lihat pada upacara-upacara tertentu yang diadakan petani dalam menghadapi musim tanam atau musim panen di daerah-daerah tertentu merupakan bukti bahwa aspek kepercayaan dan aspek tradisi masih perlu diperhitungkan, dan masih banyak contoh-contoh lain. Meskipun demikian, dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani, demikian menurut Profesor Mubyarto. Keinginan dan dorongan untuk mendapatkan hasil yang banyak tentu saja ada dalam diri petani, karena rnerekapun ingin hidup layak dan hasil pertanian mereka. Kalau bisa, para petani ingin cepat berproduksi, menjual hasil pertaniannya tersebut dengan harga yang layak dan kemudian mendapatkan hasil. Tetapi kenyataannya, di dalam pertanian ada jarak waktu (gap) antara pengeluaran yang harus diadakan para petani dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu ini dikenal dengan istilah gestation period, yang dalam pertanian sangat hesar 11 dibanding bidang industri. Hal ini merupakan salah satu perbedaan antara persoalanpersolan ekonomi pertanian dengan persoalan ekonomi di luar pertanian. Di bidang industri, sekali produksi telah berjalan maka penerimaan dari penjualan akan didapat setiap hari sebagairnana lakunya hasil produksi. Di dalam pertanian tidak demikian halnya, kecuali bagi pentani kayu di hutan, atau nelayan atan pemburu, yang hisa menghasillcan penerimaan secara langsung. Petani pada usahataninya, mereka harus menunggu sekitar 5-6 bulan sehelum panennya dijual. Bahkan perkebunan besar seperti pekebunan karet atau cengkeh, gestation period-nya sangat besar. Jadi penerimaan tidak langsung bisa diterima seketika. Tanaman musiman bahan makanan seperti padi, jagung, kacang-kacangan mempunyai masalah yang sangat menarik. Tanaman yang hersifat musiman ini pada musim panen (dengan asumsi keadaan pasar normal) harganya relatif rendah, sedangkan pada musim paceklik harganya relatif tinggi. Perbedaan antara rnusim panen dan rnusim paceklik mi cukup menyolok, misalnya padi di Jawa Barat dimana hampir dua pertiga seluruh panen padi ditanam sekita bulan November - Januari dan dipanen pada bulan April - Juni. Gambaran perkembangan harga musiman untuk padi di Jawa Barat dapat dilihat pada Grafik 12 Jadi masalah fluktuasi harga hasil-hasil pertanian yang disebabkan oleh adanya fluktuasi musirnan merupakan fenomena yang biasa dalam kehidupan ekonomi pertanian. Untuk mengatasi persoalan-persoalan dernikian maka salah satu kebijaksanaan pertanian adalah mengusahakan stabilisasi harga, karena fluktuasi harga yang terlalu besar akan merupakan penghambat pembangunan pertanian. Dari gambaran-gambaran yang dikemukakan di atas, kita bisa rnengetahui bahwa ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan pola penerirnaan pendapatan dan pengeluarannya. Petani hanya menerirna pendapatan pada setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelurn panen tiba. 2.2. Tekanan penduduk Persoalan yang lebih nyata lagi dalarn ekonomi petanian adalah rnasalah yang rnenyangkut hubungan antara pernbangunan pertanian dan jumlah penduduk. Sejak akhir abad ke- 19 sudah di sadari bahwa masalah kependudukan ini begitu penting. Pada tahun 1888, Thomas Robert Malthus menerbitkan bukunya yang terkenal tentang masalah penduduk dan masalah pemenuhan kebutuhan manusia akan bahan pangan. Menurut Malthus, penduduk bertarnbah lebih cepat daripada pertambahan produksi pangan, karena penduduk turnbuh menurut deret ukur sedangkan bahan pangan tumbuh menurut deret hitung. Diceritakan oleh D.H. Penny (seorang ekonom pertanian) bahwa masalah penduduk di Indonesia terutaina di Jawa dan Bali banyak mendapat perhatian para ahli. Di Jawa masalah kelebihan penduluk sudah terjadi sejak awal abad ke-19. Hal mi terlihat dart laporan-laporan yang dibuat pejabat pemerintah kolonial Belanda waktu itu. Misalnya Nederburgh melaporkan bahwa di Jawa telah terdapat banyak penganggur. 13 Laporan ini sejalan dengan laporan Engeihart pada tahun 1818 yang mengacakan bahwa daerah kekuasaannya di Jawa bagian utara sawah-sawah telah ditanami lebih dan sekali dalam setahun karena produksi pertanian tidak mencukupi kebutuhan pangan penduduknya. Pada tahun 1827, du Bus melaporkan pula kepada pemerintah Hindia Belanda bahwa di desa-desa di Jawa banyak tenaga kerja yang tidak terserap dalam bidang pertanian. Jika dilihat dan jumlah penduduk, negara kita adalah negara terbesar nomor 5 di dunia dengan jumlah penduduk hampir 150 juta juta pada tahun 1980. Malangnya, selama bertahun-tahun kita merupakan pengimpor bahan pangan terbesar di dunia, karena hasil pertanian kita tidak inencukupi untuk mnberi wakan manusia sebanyak itu. Tetapi masalah penduduk di indonesia sebenarnya lebih rumit dan itu. Bukan hanya penyebaran penduduk yang tidak merata seperti anggapan pemerintah sebeluni tahun 1967, t:etapi juga karena laju pertumbuhan penduduk yang terlampau cepat. Justru yang terakhir inilah, demikian menurut pendapat Ida Bagus Mantra seorang ahli kependudukan, yang merupakan sumber dan adanya masalah kependudukan, sosial, dan ekonoini di Indonesia. Faktor utama yang mempengaruhi tingginya laju pertumbuhan penduduk ini adalah tingginya angka kelahiran, sedangkan angka kematian menurun. Menurunnya angka kematian disebabkan oleh kemajuan kesehatan dan sanitasi. Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia adaah 2,32% pada tahun 1980. Berdasarkan luas daerahnya, maka pulau Jawa - Madura yang luasnya kurang lebih 7 % dan luas indonesia dan DKI Jakarta hanya 0,03 % dari. luas Indonesia. Sebaliknya penduduk Indonesia yang berdiam di Jawa - Madura ± 62 % dan 4,4 % 14 berada di Jakarta (1980). Dengan demikian kepadatan penduduk di Jawa - Madura tertinggi untuk Indonesia (690 jiwa per km persegi). Sumber: Sensus Penduduk 1980 Dari hasil Sensus Penduduk 1980 tampak bahwa Indonesia mempunyai penduduk dengan struktur umur muda, baik di daerah kota maupun di pedesaan. Hal itu ditunjukkan oleh bagian terbesar penduduk adalah berusia muda. Sedangkan golongan yang tidak produktif (umur 0 - 14 dan 65 + ) mencapai kurarig lebih 0,03 %. Dengan demikian tingkat ketergantungan (dependency ratio) tinggi. Tingginya tingkat ketergantungan ini merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian dan pendapatán yang diperoleh, yang sebenarnya harus ditabung untuk kemudian diinvestasikan lagi bagi pembangunan ekonomi, terpaksa harus di keluarkan untuk keperluan sandang dan pangan bagi mereka yang merupakan beban pemeliharaan penduduk itu. Penyebaran penduduk yang tidak seimbang menarik perhatian para ahli, sehingga timbul pemikiran tentang transmigrasi penduduk dari Jawa keluar Jawa. Penyebaran yang lebih merata dianggap akan lebih menguntungkan sebab akan dapat 15 menyelesaikan dua masalah kekurangan tenaga kerja di luar Jawa dan masalah tekanan penduduk di Jawa. Menurut Ida Bagus Mantra, ditinjau dan aspek kependudukan pengalaman transmigrasi ini kurang mepunyai arti penting dalam usàha meringankan tekanan penduduk di Jawa - Madura. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, selama 25 tahun pertama berlangsungnya program ini, jumlah penduduk yang dapat dipindahkan hanya sekitar 1,5 % dari jumlah tambahan penduduknya tiap tahun. Selama Pelita I dan II, jumlah yang dapat dipindahkan sebesar 210.501 dan 240.455, sedangkan pada Pelita LII seki tar 500.000. Jika ditinjau dari sudut eknomi pertanian, menurut Sri Edi Swasono yang dikutip Mubyarto, persoalan penduduk bisa dilihat dari tanda-tanda sebagai berikut: 1. Persediaan tanah pertanian yang makin kecil 2. Produksi bahan makanan per jiwa yang terus menurun 3. Bertambahnya pengangguran 4. Memburuknya hubungan pemilik tanah dan bertarnhahnya hutang-hutang pertanian. Sebenarnya kelebihan penduduk paling terasa di pedesaan. Di daerah-daerah tertentu seperti. di pedesaan sekitar Yogyakarta penduduknya sangat padat, sementara di daerah-daerah lain tidak sepadat di daerah tersebut. Menurut Mubyarto, persoalan penduduk seperti ini kemungkinan besar bisa diatasi dengan intensifikasi pertanian dan industrialisasi yang bisa membantu rnenyediakan tambahan lapangan kerja. Program Keluarga Berencana yang dimulai sejak tahun 1969 juga berusaha untuk memecahkan masalah penduduk. Secara makro, tujuan KB adalah mengendalikan 16 tingkat kelahiran, sedangkan secara mikro hertujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga pada umumnya. Dengan demikian maka masalah penduduk bukan semata-mata merupakan masalah perbandingan jumlah kelahiran dan jumlah produksi bahan makanan (Malthusian), masalah pertumbuhan dan penyebaran penduduk, masalah Keluarga Berencana, atau masalah kesehatan dan gizi, tetapi merupakan gabungan keseluruhan persoalan kehidupan petani sehari-hari. 2.3. Hukum Kenaikan Produksi 2.4. Digues in Eployment. 17 BAB III PENGERTIAN FAKTOR PROUKSI 3.1. Pengertian Faktor Produksi Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan berbagai barang. dan jasa. Misalnya kita makan nasi dan makanan-makanan lainnya, memakai pakaian, mendapatkan pendidikan, membaca buku-buku dan majalah-majalah dan sebagainya untuk mengembangkan dan menikmati kehidupan lahir dan batin. Barang dan jasa yang kita gunakan itu dihasilkan oleh orang lain, atau mungkin juga oleh kita sendiri. Padi, sayur-sayuran dan buah-buahan dihasilkan oleh para petani di daerah pedesaan. Pakaian, buku-buku dan majalah-majalah, mungkin dihasilkan oleh para pekerja di luar kita. Orang yang menghasilkan, juga dikatakan memproduksikan barangbarang dan jasa itu disebut produsen. Sedangkan orang yang memakainya juga dikatakan mengkonsumsinya, disebut konsumen. Tanpa produsen, tidak akan ada barang-barang dan jasa yang bisa dikonsumsi oleh konsuinen, sebaliknya tanpa konsumen tidak akan ada barang dan jasa yang perlu diproduksikan. Dalam kehidupan kelangsungan kehidupan kita, hubungan imbal balik antara produsen dan konsumen di atas harus tetap berlangsung. Produsen harus berusaha terus agar mempunyai konsumen untuk barangbarang dan jasa yang dihasilkannya, sedangkan konsurnen harus berusaha agar tetap ada produsen yang menghasilkan barang-barang dan jasa yang dibutuhkannya. Telah dikemukakan di atas istilah-istilah memproduksikan, diproduksikan, dan produsen, yang di dapatkan dan kata produksi. Produksi bisa mernpunyai pengertian tehnis dan ekonomis. Secara tehnis, produksi berarti proses mengkombinasikan barang- 18 barang dan tenaga yang ada. Misalnya dengan sebidang tanah dan sejumlah modal dan tenaga kerja, kita bisa menghasilkan padi atau singkong. Secara ekonomis, produksi berarti suatu proses yang menciptakan atau menambah nilat, guna, atau manfaat barn. Seorang petani menanani biji mangga, kemudian tumbuh menjadi pohon yang berbuah mangga, petani ini telah menciptakan atau menambah guna bentuk (form utility). Seorang pedagang membeli beras pada waktu panen, kemu1ian disimpannya untuk dijual pada musim páceklik, dia telah menciptakan apa yang dinarnakan guna waktu (time utility). Sebuah perusahaan angkutan membawa barang-barang hasil pertanian dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan, dia telah menciptakan apa yang disebut guna tempait . Di samping tiga macam guna itu orang-orang membedakan lagi apa yang dinamakan guna pemilikan (possession utility), yaitu guna yang diciptakan karena memiliki suatu barang. atau karena perpindahan milik atas suatu barang. Misalnya tanah yang di miliki seseorang pada mulanya tidak ada gunanya bagi pemiliknya, tetapi setelah dimiliki orang lain gunanya besar sekali karena mempunyai sesuatu sitat di dalamnya yang tidak dibutuhkan pernilik semula. Tetapi guna jenis ini masih diperdebatkan orang. Jadi produksi adalah proses untuk menciptakan dan menambahkan nilai, manfaat atau guna yang tersebut di atas. Jadi produksi dengan pengertian teknis sering dinamakan produkai dalam arti sempit, sedangkan dalam pengertian ekonomis produksi dalarn arti luas. Barang-barang dan tenaga kerja yang digunakan untuk mengkombinasikan harang-barang baru dalam suatu proses produksi disebut faktor-faktor produksi. Faktorfaktor produksi ini bisa dikelompokkan ke dalarn empat kelornpok yaitu alam (tanah), tenaga kerja, modal dan kemampuan mengelola (managerial skill). Alam (tanah) dan 19 tenaga kerja diangap sebagai faktor produsi asli, sedang modal merupakan faktor produksi yang bisa didapatkan dari alam (tanah) dan tenaga kerja. Kemampuan mengelola adalah kemampuan mengelola alam, tenaga kerja dan modal yang dipandang melekat (inheren) pada proses produksi itu sendiri. Oleh karena itu ada beberapa ahli yang menganggap bahwa sesungguhnya kemampuan mengelola itu tidak perlu dimasukkan dalam faktor produksi. Tetapi sekarang ini para ahli telah sepakat untuk memasukkan faktor terakhir itu sehagai salah satu faktor proouksi, karena tingkat kemampuan pengelola akan berpengaruh dalam proses produksi. 3.2. Tanah (Soil) Dalam modul 1 telah dikemukakan bahwa alarn sangat hesar pengaruhnya terhadap pertanian. Diantara sekian banyak faktor alam seperti iklim, tanah dan sebagaiñya, inaka tanah adalah satu faktor produksi terpencing di dalain pertanian. Hl mi bisa dihuktikan dengan besarnya balas jasa yang diterima oleh tañh dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Bahwa tanah merupaIln satu fa, duksi seperti ialnya modal dan dan tinggirendahnya balasjasa (sewa bagi hash) yang sesuaidetganpriiiItaan dan penawaran tanah itu dalam masyarakat dan daerah tertentu, demikian rnenurut Prof esor Mubyarto. Dalam suatu daerah yang penduiuknya sangat padat dimana jumlah petani penyakap yang memenlukan tanah garapan jauh lebih besar dan pada persediaan tanah yang ada, maka pemilik tanah dapat menetapkan syarat— syarat yang lebih berat hila ciihandingkan dengan daerah dimana persediaan tanah garapan masih lebih luas. Menurut Kaslan Tohir, ada kemungkinan pemilik tanah akan memilih menyakapkan tanahnya pada petani yang sanggup menawarkáh bagi hasil yang lebih menguntungkan dan juga pemilik akan memilih petani penyakap yang lebih raj in dan 20 lehih menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan tanah. Jelas nampak bahwa tanah tidak berbeda dengan modal biasa, yang selalu dicarikan hasil yang tertinggi oleh pemiliknya. Jadi tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa tanah bukan faktor produksi hanya karena tidak banyak terjadi jcial-beli dan pemindahan hak milik tanah. Jika kita ingin menela’ah tanah sebagai faktor produksi di dalam pertanian, maka ada beberapa hal yang hanis kita perhatikan antara lain kedudukan tanah dalarn cabang-cabang produksi dan sifat tanah sebagai fakior produksi dibarxtingkan dengan faktor produksi yang lainnya. Dalam usaha industri dan keraj man k&lixlukan tanah agak benlainan dengan pertanian. Industni dan keraj man adalah kegiatan membuat atau meningkatkan barang—barang yang sndah ada menj ad i barang-barang baru. Oleh karena itu pelaksanaan usaha produksi di lapangan industri dan keraj man kurang tergantung pada keadaan tanah. Dalani perdagangan dan angkutan kedudukan tanah pengaruhnya amat kecil. Sedangkan bagi pertanian, terutama bagi para petani jawa, tanah adalah “segalanya” dan mereka rela mempertaruhkan j iwa dan raganya deini tanahnya. Seclangkan jika kita membandingkan sifat tanah sebagai faktor produksi dengan faktorfaktor produksi lainnya akan tampak beberapa perbedaan. Pertama, luas tanah yang digunakan untuk pertanian pada hakekatnya terbatas. Artinya penambahan luas tanah untuk meningkatkan has ii pertanian lebih terbatas dart pala penambahan faktor-faktor produksi lainnya. Kedua, sebagat faktor produksi, tanah “lebih tahan” dan pada faktor-faktor produksi lainnya. Dengan kata lain, di dalam produksi, tanah mempunyat umur yang panjang karena tanah tidak dikenakan penyusutan (depres ias i). Sedangkan faktor- 21 faktor produks i lainnya, terutama mesin-mesin dan gedung-gedung dan sebagainya, penyusutan (depresiasi) perlu untuk diperhitungkan. Selain dan itu, perlu diingat bahwa kelangsungan hidup tanah bisa dipertahankan dengan pemeliharaan yang baik, seperti pemupukan, pergiliran tanaman, pengolahan tanah dan sebagainya. Sedangkan faktor produksi lainnya, betapapun baiknya pemeliharaan, akhirnya harus di ganti juga. Masalah pemeliharaan tanah (konservasi tanah) akan kita bahas lebih khusus pada bagian akhir Kegiatan Belajar 2. Sedangkan sifat ketiga dan tanah sebagai faktor produksi adalah bahwa tanah tidak bisa digerakkan/dipindahkan (tidak punya mobilitas). Senentara itu faktor-faktor produksi lainnya bisa dipiridah-pindahkan. Sebagat faktor produksi, tanah juga mendapat bagian dart has ii produksi karena jasanya dalam produksi itu. Pembayaran atas jasa produksi inf disebut sewa tanah (rent). DavidRicardo, seorang ekonom Inggris, terkenal dengan teorinya mengenai sewa tanah diferensial. Dia menunjukkan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi sewa tanah. Kalau sewa tanah diferensial disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, maka faktor yang mula-mula rnenyebabkan sewa tanah itu hat-us di bayar adalah karena tanah itu persediaannya terbatas. Hal tnt sesuai dengan sifat tanah yang telah dijelaskan sebelumnya. Syarat untuk adanya tanah semacam tnt alth tanah hat-us homogen, mutunya harus sama dan karena timbulnya sebagai akibat dart kelangkaan maka disebut scarcity rent Yang menjadi masalah, balk pada differential rent maupun scarcity rent adalah bertarnbahnya pendixiuk yang memerlukan tanah. Perkembangan ekonomi 22 menyebabkan kebutuhan manusia akan tanah sémakin tdak terbatas, baik untuk memproduksikan sancang-pangan maupun untuk perurnahan dan industri. Sehingga persoalan sewa tanah menjadi lebih sulit. Sewa tanah tidak lagi ditentukan oleh faktor kelangkaan dan kesuburan saja, tetapi juga oleh harga-harga komoditi yang diproduksikan dan pembayaran-pembayaran untuk keperluan lain. Akhirnya, perkembangan jumlah pemilik akan terus menaikkan nilai tanah dan tidak mungkin turun, karena tanah adalah satu-satunya faktor produksi yang tidak dapat dibuat oleh manusia. Keterbatasan persediaan tanah sebagai faktor produksi dalam pertanian menimbulkan berbagai masalah penting, antara lain: a) Hubugan antara pemilik dan penggarap tanah. Sebagai akibat dan pertambahan pendtiiuk yang terus-menerus, maka hubungan antara seorang pemilik tanah dan penggarap makin larna i1iakin rurnit. Petani penggarap yang semakin banyak berebutan mencani tanah garapan. Keadaan mi menyebabkan kedudukan petani penggarap semakin lnah. Di dalam Undang-udang Polcok Bagi Hasil (UUPBH) yang diberlakukan sejak 1960 telahdiramalkan keadaan-keadaan mi dan dianjurkan agar perjanjian bagi hasil diadakan secara tertulis untuk menjaga agar: 1. ada jaminan dalam hal waktu penyakapan 2. dapat ditentukan secara lebih jelas dan tugas kewajiban masing masing fihak sehinggapenyakap dapat terdorong untuk tnengadakan investasi. 3. agar pembagian hasil dapat hers ifat adil, tidak ada fihak-fihak yang merasa dirugikan. 23 Di dalam kenyataan, terutama di jawa perjanjian tertulis itu belum banyak dilaksanakan. Baik Fihak pemilik maupun penyakap masih lehih suka memandang hubungan mi sebagai hubungan kekeluargaan bukan hubungan yang bersifat perusahaan. Sementara itu di Bali mulat ada perjanjian-perjanjian tertulis walaupun jumlahnya masih seclikit. Menurut Mubyarto, salah satu kelemahan UPPBH adalah ketentuan yang tidak jelas dalam pembebanan biaya. Dalarn. petunjuk pelaksanaan uu mi yang diinaksudkan hasil tanah adalah hasil bersib yaitu has ii kotor setelah dikurangi biaya untuk bibit, pupuk, ternak serta biaya untuk menanam dan panen. Biaya-biaya tersebut diambilkan dan hasil kotor dan dihenikan kepada pemilik atau penggarap yang uiemberikan persekot itu tanpa bunga. Walaupun ketentuan detnikian oleh penyusun undang-undang diartikan sebagai pembebanan bersama masingmasing seperdua dan biaya.-biaya yang harus dikeluarkan, namun kenyataannya meinberat kan petani penyakap. Bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pembebasan biaya sebenarnya bisa rnerugikan petani penyakap dapat di lihat pada kenyataan bahwa kebiasaan setempat kebanyakan menentukan bahwa penggaraplah yang menanggung biaya-biaya tersebut, sedangkan pemilik hanya berkewajiban membayar pajak tanah (Ipeda). Namun demikian, walaupun perjanjian bgi hasil, itu tidak tertulis, kedulukan penggarap tidak di pihak yang lemah. Dan pene].itian Profesor Ace Partadiredja ditunjukkan bahwa hasH dan suatu survey aLas 74 petani yang menjalankan bagi hasil, 15 orang (21%) mengatakan isi perjanjian ditentukan secara bersama-sama sedangkan 53 orang (73%) menyatakan isi perjanjian ditentukan oleh adat kebiasaan setempat dan berarti persesuaian pendapat yang sixlah turun temurun antara pernilik tanah dan penggarap. 24 Lebih jaub lagi, menurut penelitian Bachtiar Rivai (1958), seorang ekwiotn pertanian, golongan petani penyakap (penggarap) mi bahkan mempunyai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi dan lebih stabil dan pada golongan petani pernilik tanah. Hal mi disebabkan oleh karena golongan petani penyakap (penggarap) semata-mata menggantungkan penghidupannya pada tanah sakapannya sehingga ia akan lebih giat mengerj akan tanah sakapannya supaya ticlak mengecewakan pem ilik tanab. Mengenai pembebasan biaya terhadap penyakap, bisa dilihat pada tabel 2.1. Tabel itu menunjukkan hahwa sebagian besar petani pemilik menanggung sepenuhnya beban ipeda. Sementara petani penyakap sebagian besar menanggung heban untuk pembel ian saprod i, bibit dan tenaga kerj a serta ternak. Pembagian hasil nampak sekali berkaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah. Kalau tanahnya sangat subur maka pemilik menerima bagian hasil yang lebih (kadangkadang sampai dua pertiga dan hasil bersih), deniikian pula sebaLiknya. Ketentuan seperti ml rnerupakan pedoman dalam pembagian has ii tanainan palawija di sawah dan tanaman lain-lain di tanah kering. Tetapi pada umumnya sistem maro (seperdua pemilik tanah, seperdiia penyakap) paling umum dipakai dalam perjanjian bagi hasil. Jenis bagi hasil dan jenis beban yang di tanggung petani penyakap, desa di jawa PBB, Iuran Air P3A Mitra Cai, saprodi, bibit, tenaga kerja, pembagian hasilny adalah : 1) Maro: 50% hash untuk penggarap dan 50% untuk pemilik sawah. 2) Mertelu: 67% untuk penggarap dan 33% tintuk pemilik sawab. (Jadi bukan sebaliknya seperti yang dahulu banyak berlaku di Jawa). Tapi pada kenyataannya di masing-masing daerah, pembagan tersebut disesuaikan dengan perjanjian atau berdasarkan kebiasaan umum yang berlaku di tempat tersebut. 25 Sesuai dengan perkembangan usaha tani, maka semakin hanyak sumbangan modal terhadap produksi, dan sumbangan tanah relatif semakin mengecil. Namun demikian tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang tinggi di negara kita atau tetap mendudukkaii peranan faktor produksi tanah dalam kedudukan yang terpenting. b. Perpecahan dan perpencaran tanah Masalah perpecaban (division) dan perpencaran tanah (fragmentation) berpengaruh 1.angsung terhadap efisiensi produksi usaha tani. di. Indonesia. Perpecahan tanah adalah peinbagian mtltk seseorang ice dalam bidang atau petak-petak kecil, untuk diberikan kepada ahli warts pemiltk tanah. dnka perencaran tanah adalah kenyatanadanya sebuah usahalEani (di bawah satu managernen) yang terdirt atas bejapa b4pgyng serak-serak. Masalah perpecahan tanah Indonesia mengaktbatkan pem t Likan tanah semakin semptt. Sernakin banyak penduduk yang memtlikt tanah yang sempit (kurang dart 0,5 ha). Menurut Sensus Penduduk 1980, ada 11.027.653 rumah tangga tani (63,1 persen) yang menguasai tanah pertanian yang Luasnya kurang dart 0,5 ha. Kalau dilihat dart basil Sensus Pertanin 1983, maka iuxnlah tersebut menurun menjadi 48,9 persen. Sedangkan kalau kita lihat di pulau Jawa, maka persentase rumah tangga yang menguasat taflah pertantan kurang dart 0,5 ha adalah 76,57 persen dart seluruh rumah tangga yang inengusahakan usaha pertantan, menurut Sensus Pertanian 1983. Disamping cara pentnjauan seperti di atas, btsa pula ditihat basil Sensus Pertanian 1973 seperti yang di kutip Mubyartó. trt basil Sensus Pertanian 1973 ditemukan bahwa hanya 14% dart usaha tani yang terdirl. dart 1 petak (bidang saja, 66% terdiri dart 2 - 3 bidang, 15% terdiri dart 4 - 5 bidang dan hanya 5% yang terdirt dart 6 bidang ke atas. Keadaan tfl1L menunjukkan masalah perpencaran tanah yang tentu 26 mempmyat pengaruh r;erhadap sistein pengawasan, trtgast dan waktu yang di gunakan dalam keg,iatan produksi. Dengan kata lain, perpencaran tanah tersebut bisa mem pengaruhi efisiensi skala produksi. Mtsalnya saja, petani akan memerludcan waktu yang Lebth hanyak untuk Tnengangkut bib.it dan pupuk sawahnya, dan setelah panen dalam mengangkut has Unya ice rumah atau ke pasar. Perpecahan dan perpencaran sawàh tnt disebabkan oleh berbagai sebab, antara lain: lual belt, pewarisan, sistem penyakapan dan htbah. Salal-t satu upaya untuk rneningkatkan efisiensi usaba tani yang tanth1ya berierakan tersebut adalah dengan mengadakan konsolidasi yaitu pen ggahungan petak-petak atau bidang-bidaig tanah yang berserakan ter:qebut menjadi satu atau lebih petak-petak tanah yang lebih besar. c. Pengairan (irrigasi) Di dalam meningkatkan produksi pertantan, bagaimanapun kita harus rnengingat rnasalah pengairan dan konservast tanah karena kedua hal terebut sangat diperlukan unti ik m empertahankan tingkat kesuburan dan produktivttas tanah. Pengairan merupakan sal.ah satu faktor yang sangat penting dalam upaya untuk rneningkatkan produksi pertanian. Karena air merupakan syarat mutlak bagi kehidupan hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Jika jumlah air kurang dart yang di butuhkan, tanaman akan rnerana, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu rnaka pengairan harus di atur sedemikian rupa sehtngga tanaman bisa niendapatkan air yang sesuai agar bisa tunibuh dan berknbang. Di Indonesia misalnya, ketika musim hulan sering terjadi banjir, dan path mus mi kern arau ten adi kekurangan air. Nah, untuk memecahkan masalah tnt kita memerlukan waduk (penampungan) air sehingga air tidak menyebabkan banjir dan bisa di sirupan di dalam waduk. Kemudian pada musim 27 kemarau air tersebut bisa di aim- aiirkan dengan merata dan meluas, sehingga tanamantanarnan yang membutuhkan tidak mati kekeringan. Isilah pengairan tnt juga sering dinamakan trigasi. Irigasi mi bisa bersifat teknts atau setengah teknis (pengairan rakyat). Pengairan teknis adalah pengairan yang menggunakan saluran-saluran irigasi te1is. Karena irigasi teknis mi dibuat manusia dengan biaya yang besar dan persediaannya tidak selalu cukup maka ttmbuilah masalah ekonoini (kelangkaan/keterbatasan) dalain rnasalah irigasi. Bagi petani yang niembutuhkan pengairan mi, mereka bersedia tnembayar untuk mendapatkan air bagi tanaman mereka. Hal tnt terbukti mtsalnya kesediaan para petani untuk inembuat swiiur-simiur pengairan di sawah.-sawah dan ladang-ladang tanaman bawang inerah dan sayur mawr. Hal tnt bisa Anda Uhat di sawah.-iadang petani dipinggir rel kereta apt Yogyakarta-Jakarta, atau tempat-tBnpat lain. Pembukaan faa i Utas pengairan bisa rn ernpercepat perkeinbangan .ekonotn i suatu daerah. Tanaman yang sebelumnya tidak bisa ditanarn bisa diusahakan, atau tanaman yang sebelumnya hanya satu kali panen setahun menjadi dua kali panen setahun. Untuk hal yang terakhir tnt hisa kita lihat di KulonProgo (Yogyakarta).. Sebelum ada irtgasi Kali Progo, panen padi hanya sekali setahun, sekarang tnt bisa dua kali setahun. Oleh karena itu tak heran jika Pemerintah kita membenikan prioritas pada perobangunan saluran-saluran irigasi dalam rangka mempercepat proses penibangunan pertanian. Peinbangunan pengairan mi meliputi irigasi dan drainase, perbaikan sungai dan pengarnanan terhadap biaya banjir, pemanfaatan rawa-rawa serta pengernbangan daerah aliran sungai (DAS). Perkembangan pentngkatan areal persawahan di Indonesia hisa 28 kita Uhat dart hasil Sensus Pertanian 1983 yattu 5.746.000 ha, sedangkan pada tahun 1973 hanya sebesar 4.840.000 ha. Dart kenyataan di atas kita hisa mengerti peran pengairan bagi tanah yang kurang subur untuk peningkatan produkat khususnya, dan bagi proses pernbangunan pertan tan path umumnya. d. Konservsi tanah Seperti telah dikemukakan dl depan hahwa ditinjau dart sifatnya tanah merupakan faktor produksi yang tahan tama dan tidak dikenakan penyusutan (depresiasi). Bahkan nilat tanah seinakin meningkat sejalan dengan perkembangan pendudük, Namun deinikian, pernyataan di atas tidaklah benar sepenuhnya, karena hagaimanapun uga, tanah yang dikerjakan terus menerus akan menjadi kurus atau berkurang tingkat kesuburannya. Oleh karena itu untuk meinpertahankan tingkat kesuburan tanah petani barus mengadakan pola pergiliran tanaman dan usaha-usaha konservasi tanah lainnya. Pola pergiliran tanaman mi sekarang sudah umum dilaksanakan, mtsalnya dalam setahun dua kali tanam padi dan sekal.i palawija. Arti penting konservast tanah tnt akan lebih jel.as lagi bagi negara secara keseluruhan. Penebangan-penebangan kayu secara Uar tanpa niempérhatikan keserasian lingkungan akan menyebahkan banj ir dan erosi sehingga “bunga tanah” yang ada pada perinukaan tanah akan terkikis. Tentu saj a hal-hal tersebut di a tas akan sangat merugikan masyarakat maupun tingkat kesuburan tanah. Disam ping itu, pnebangan-penebangan kayu yang her lebihan pads saat sekarang akan nierugikan kita sendiripada masa yang akan datang. Eksploitasi terhadap sumberdaya tanah yang tak terkendalikan akan merusak tanah itu sendiri. Dtsinilah arti 29 pentingnva masalah konservasi tanah untuk meinpertahankan efistenst penggunaan tanah selama mungkln secara tenis inenerus. Namun perlu diingat bahwa konservast tanah tidaklah sama dengan penggunaan tanah secara ekonomis. Pengertian ekonomis hanya ineinbandingkan hasti dan biaya atau manfaat dan pengembängan. Sedangkan konservasi lebih menekankan ttnggi tanah dalam arti ekologis. Namun detnikian penggunaan tanah secara ekonomis yang dtsertai pertimbangan jangka panjang akan berarti pula konservast. Reboisasi (penghijauan) yang dtgalakkan sekarang tnt rnerupakan salah satu tindakan konservast tanah juga karena relisasi hiss mencegah erost. Pengeluaran biaya penghtjauan tnt diharapkan akan bisa dipetik hastlnya pada masa yang akan datang herupa hasil-hasil pertanian. Hasil-hasil tnt tidak niungkin dapat dipetik kalau tanah tTi erosi dan penghijauan tldak dtl.aksanakan. 3.3 . Tenaga kerja Di dalam pertanian, tenaga kerja sebagai faktor produksi yang memiliki kedudukan dan sifat yang berbeda dibandingkan dengan sektor non pertanian. Tenaga kerja sebagai faktor produksi yang mempunyai kedudukan ‘kedua’ setelah tanah, cii dalam pertanian. Tetapi pernyataan tersebut tida rnntjukkan bahwa tenaga kerja itu kurang dibutuhkan. Oleh karena itu, lebih tepat j ika dikatakan bahwa kedua faktor produksi tersebut (tanah dan tenaga kerja) merupakan ‘dua sejoli yang tak terpisahkan. Selain kedixiukannya, faktor tenaga kerj a juga rnempunyai sifat yang agak berbeda dibandingkan dengan sektor-sektor non pertanian. Perbedaan-perbedaan sifat yang terpenting antara lain: pekerjaanpekerjaan di dalani pertanian sifatnya musiman, sedang sifat pekerjaan di dalam industri inisalnya adalah sebaliknya. Disamping itu pekerjaan di dalam pertanian lebih sukar dirasionalisasikan dart pada pekerjaan di 30 sektor indus tn. Di Dalam pertanian, pembagian kerja yang radikal tidak dapat dilalcukan seperti datam sektor industri, dan seorang petani aialah “serba bisá”. Petani itu mencangkul, menanam, merawat, mernanen dan kemixiian memasarkan has ii produknya. Kebutuhan akan cenaga kerja sangat Cergantung pada jenis tanalnan yang diusahakan. Di Indonesia, kebutuhan akan tenaga kerja di dalam pertanian dibedakan menjadi dua yaitu kebutuhan akan tenaga kerja dalarn usaha tani pertanian rakyat dan kebutuhan akan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar seperti: perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Dalam usaha taft pertanian rakyat sebagian besar tenaga kerja berasal dan keluarga petani sendiri yang terdiri atas suami, isteri dan anak-anaknya. M ereka bisa membantu menebar bibit, Tnengangkut pupuk ke sawah, mengacur pengairan dan sebagainya. Tenaga kerj a yang berasal dan keluarga petani mi merupakan sumbangan keluarga padaproj,.. perLanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang. Namun dem ikian, kadang kala usaha tant pertan Ian rakyat membayar tanaga kerja tambahan, misalnya dalam tahap pengolahan tanah baik dalam bentuk ternak maupun tenaga kerj a langsung. Di Indonesia, menurut Kas Ian Tohir, bixiaya tolong-menolong dalam pertanian rnasih sering dilakukan, seperti: sambat sinambat (tolong menolong), slnomän (arisan) dan sebagainya. Cato1ong menolong ini lebih banyak t€rdapat pada tanaian path dan pada palawija, karena pekerjaan dalam bidang tersebut mernungkinkan pengembangan pekerjaan yang sama p&la tanaman yang sama pula. Pada pertanian besar (perkebunan dan lain-lain) kebutuhan akan tenaga kerja pada dasarnya sifatnya sama dengan usahatani pertanian rakyat, artinya kebutuhan 31 tersebut bersifat musiman dan tidak kontinyu. Meskipun demikian, di dalam prakteknya ada perbedaan. Perbedaan mi terutaina disebabkan oleh jenis tanantan. Pertanian besar paia umumnya mengusahakan tanaman keras yang berumur panjang, dan hal mi mempengaruhi kebutuhan akan tenaga kerj a. Pertanian besar (perkebunan) kebutuhannya relatif merata sepanjang tahun, rneskipun pengaruh musim juga masih terasa. Kalau di awal seksi mi kita mengatakan bahwa tenaga kerja sebagai faktor produksi mempunyai kedudukan ekeduae setelah tanah. Yang dimaksudkan adalah kedudcpjtani 1jusahataninya. Petani di dalain usaha taninya tidak hanya sebagai tenaga kerja, tetapi sekaligus merangkap sebagai pengelola. (manager) yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan. Ia harus memutuskan berapa pupuk dan pestisida yang akan dibeli, berapa kali tanah dibajak dan diratakan, apakah akan menggunakan tenaga kerja dan luar atau tidak dan sebagainya. Jelas tampak bahwa kedxIukan petani sangat menentukan dalam usaha taninya. Ada berbagai persoalan yang berkaican dengan tenaga kerja di dàlam pertanian dalan upaya meningkatkan produksi pertanian: a) Produktivitas Tenaga Kerja. Beberapa sarjana Barat, antara lain Arthur Lewis(1952), beranggapan bahwa produktivitas marginal tenaga kerja sama dengan ZMPL (zero marginal productivity of labor) di negara yang padat penduduknya seperti Indonesia. Hal mi berawal dan pengamatan mereka bahwa tenaga kenja berjubelan dan sangat tidak efisien, terutarna di daerah pedesaan. Penawaran tenaga kerja tak terbatas dibanding tanah dan modal yang penawarannya sangat terbatas. 32 Tetapi pendapat tersebut kini banyak ditentang para ahli. Di dalam kenyataan, para petani di Indonesia yang bekerja, masih bisa metnberikan sumbangan kepala kenaikan has ii produksi. Jail produktivitasnya tidaklah saina dengan nol. Nah, kalau pendapat Lewis tersebut tidak benar, maka apakah arti konsep pengangguran tidak kentara (disguisei unemployment) yang sangat sering kita jumpat dalam buku-buku ekonomi pembangunan? Dari suatu penelitian di Korea Selatan yang dilakukan Yong Sam Cho, seperti yang dikutip disimpulkan bahwa penga’ngguran itu bukanlah bersifat pengangguran tak kentara, tetapi pengangguran yang tanipakjelas, hanya saja mereka mengaggur tidak sepenuhnya ti sebagian. Dan istilah untuk itu bukanlah dIiüised unemployment tetapi under employment. Menurut Kaslan Tohir, ada beberapa cara untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Pertama, memperbaiki dan meningkatkan kalitas fisik tenag kerja. Hal in4. bisa dilakukan dengan perbaikan kesehatan dan gizi mereka. Kedua, memberikan pendidikandan latihan. Pendidikan dan latihan disini tentu Baja bukan pendidikan teori1i tentang ilmu tumbuh- tumbuhan at au i imu be wan, t e tap i pend id i kan dan latihan yang praktis yang bisa diterapkan langsung, misalnya cara bertani yang lebih produktif, menerapkan pennuan-penuan baru berupa alat-alat atau bahan-bahan pertanian dan manajemen usaha tani pada umiimnya. Jadi peningkatan kualitas petani tidak hanya bersifat teknis dan fisik, tetapi juga bersifat mental dan berhubungan dengan ketrampilan mariaj enen. b. Mobilkas Tenaga Kerja Per kembangan perekonom ian yang cepat di daerah perltaan menarik pa:ra tenaga. kerja di pedesaan untuk ke kota. Tetapi kesempatan kerja yang tidak memadai 33 dibanding jumlah tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan inenyebabkan tenaga kerja tetap berjubelan di desa. Kalaupun IL kesempatan kerja di kota, maka yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang terdidik dan terlatih, suatu syarat yang sulit dipenuhi oleh teriaga kerja dan pedesaan. Namun demikian, dalam keaiaan yang terpaksa banyak juga petani yang peri ke kota mencari pekerjaan. Biasanya mereka menjadi pekerja kasar (kuli dan tukang becak misalnya) di kota. Pada saat penggarapan sawah dar i inasa panen mereka kembali ke desanya. Mobilitas tenaga kerja dan desa ke kota biasanya bertujuan untuk mncari pendapatan yang lebih baik, sehingga perbedaan tingkat pendapatan antara desa dan kota,bisc1i.1cti. Jika ditinjau dan sudut petani, mobilitas tenaga kerja desa ini merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi pertanian, karena mengurangi jumlah tenaga kerja yang sixlah ‘berlebihan’ menggarap anah pertanian yang sedikit. Rendahnya mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota, selain c Iisebabkan oleh sempitnya keempatan kerja di kota juga disebabkan oleh Eaktor-faktor sosiologis dan tradisi. Itulah sebabnya mengapa tenaga kerja masth tetap berjubelan di desa, karena pendixiuk cetap padat dan semakin palat. c. Perluasan Lapangan Kerja. Tujuan program transmigrasi seperti yang paling umum kita kenal adalah untuk memecahkan persoalan kependudukan. Namun demikian, ada tujuan lain yang tak kalah pent ingnya yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan mernbantu pengembangan daerah yang dituju. Bagi para transmigran yang di daerah asalnya tidak mempunyai pekerjaan, dia akan menclapat pekerjaan di daerah yang baru. Sementara itu bagi daerah yang menpunyai potensi sosial elzDnomis yang tinggi tetapi kekurangan tenaga kerja, 34 bisa mendapatkan tenaga kerja sehingga pembangunan daerh tersebut bisa berjalan dengan lancar. Transmigrasi mi bisa ditinjau dan aspek teori u4kro maupun teori makro. Dart segi e mimikrq transmigrasi akan terjadi bila / produktivitas d i daerah baru j auh lebih tinggi dart pada di daerah asalnya (lama). Faktor sosial budaya juga miipeiiihi pentingnya para transmigran. Sedangkan jika ditinjau secara ekonorni kro. maka transmigrasi adalah salah satu alokasi investasibiasaygjnya_bersifat produktif j ika has ilnya lebih besar dan investasi itu. Uncuk mendorong orang berpindah (migrasi) diperlukan beberapa faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor), lihat bukimya Mubyarto (Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, 1979). Faktorfaktor pendorong petani untuk bercransmigrasi antara lain: gambaran yang rnenarik tentang daerah tujuan dan bantuanbantuan dar:L pemenint:ah kepada para transuligran. Tetapi akhir-akhir mi dengan seinakin terbatasnya persediaan tanah yang ada dan sangat berkurangnya kemampuan pemrincah maka usaha tersebut menjadi sangat cerbatas. Dalam kealaan yang demikian maka faktor pendorong menjadi semakin kuat. Sem akin sulicnya kehiclupan petani di Jawa yang disebabkan kecilnya peniilikan atau penguasaan tanah pertanian merupakan salah satu faktor pendorong transmigrasi. Di samping itu ada kesadarari petani untuk ikot mensukseskan program transmigrasi itu denii pernbangunan nasional. Jadi, tekanan ekonomi di daerah lama merupakan suatu faktor pendorong yang sangat penting bgi transmigrasi. Namun demikian, pengaturan yang baik serta penciptaan daerah-daerah baru yang menarik oleh pemerintah juga harus dilakukan demi tercapainya program dan tujuan transmigrasi. 35 3.4. Modal (Capitall). Sebagai faktor produksi modal sangat menonjol dart segi. kelangkaannya, disa!nping itu peranannya pun sangat dominan di dalam ptses produksi. Modal bisa diartikan sebagai tiap hash yang digunakan untuk penghasilan selanjutnya atau alat penghsilafiang dihastlkan. Sedangkan dalani pengertian ekonomis, modal alalth barang acau uang yang bzs_fktor produksi tanah dan tenaga kejjaenghas ilkan barang-barang baruyaitu dalam hal inihasil pertanian. Tanah bagi petani seringkali diartikan sebagai ‘modal’ karena tanah menghasilkan sewa tanah bagi ppi. Hanya saja perbedaan tanah dengan modal adaish bahwa tanah tidak dibuat oleh manusia, persediaannya tidak dapat diperbanyak, sedangkan modal tidaklah demikian. Kalau tanah menghasilkan sewa.tara, rnaka modal bisa mighasilkan bunga modal yang biasanya diulur dalain persen dart modal pokok untuk satu satuan waktu, misalnya per bulan atau per triwulan atau per tahun. Modal dilihat dan segi peinilikan bisadThagi dua yaitu modal sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit). Modal yang merupakan pemberian warisan bisa dianggap sebagai modal sendiri atau modal pinjaman karena di tambahkan dan luar tapi tidak menimbulkan kewaj iban-kewaj iban tertentu dart yang rnenerimanya. Antara modal sendiri dan modal pinjaman tidak berbeda di dalam proses procluksi, 4carena masing-masing menyumbang langaung pada produksi. Bedanya pada bunga modal yang dipinjam harus dibayar pada kreditor untuk modal pinjaman. Namun demikian, pengelola usaha tani yang baik juga harus menghitung bunga modal yang d imilikinya, walaupun tidak perlu dibayarkan. Modal yang produktif adalah modal yang Pembagian modal, selain dan segi pemilikan, bisa juga dilibat dan lamanya waktu modal tersebut digunakan. Pembagian modal menurut cara mi yaitu modal tetap 36 aiaLah ctfktor produksi yang bisadigwiakan dalam angka waktu yang lama ( lebih dart 1 tahun); dan modal varj.abe]. adalah faktor-faktor produksi yang hanya dapat digunakan satukali sepert i benih, pupuk, obat-obatandanselg ainya. Telah dijelaskan di atas bahwa modal pertánian bisa berupa bibit, pupuk, alatalat pertanian dan sebagainya. Modal yang dnikian adalah modal fisik atau mod]Theriil. Tetapi akhir-akhir mi para ahli mulai tidak puas dengan Iianya memasukkan modal fisik saja, karena modal nonfisik yang terkandung dalam din manusia petani tidak kalah pentingnya. Kalau basil produksi bisa naik karena digunakannya mesin-mesin modern yang lebih efisien, maka bertambahnya ketrampilan pekerjaan petani yang disebabkan oleb pendidikan dan latihan haruslah dipandang tidak berbeda. Peranan penidikan dan latihan yang menambah pengecahuan dan keterampilan petani tidaklah jauh berbedadengan modal fisik. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran untuk pendidikan dan latihan bukanlah pengeluaran Insumsi, tetapi pengeluaran investasi. T.W. Schultz adalah ekDnom yang pertama kali mengusulkan dengan tegas perbedaan antara modal manusiawi (human capital) dan modal fisik. Pemisahan mi mempunyai implikasi pentihg dalam kebijaksanaan pembangunan pertanian, apalagi di negara kita mi tidak semua alat-alat pertanian yang dikernbangkan dapat diterapkan seperti di negara-negara yang sudah maju. Penyebaran cara-cara baru dalam berproduksi kepada petani melalui penyuluhan dan pendidikan merupakan investasi yang tidak boleh dianggap kecil. a. Kredit dalam pertanian Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar masyarakat pedesaan (petani) berada dalam posisi ekonomi yang lemah. Tingkat pendidikan, ketrarnpilan yang dikuasai, dan terutama modal yang dimiliki, tampaknya sangat terbatas. Modal utama 37 petani adala1nah, tetapi thipun sangat V terbatas atau usaha pertaniannyapun kecilkecil. Oleh karena itu, jika petani mengalami maka dengan segera ia akan berusaha mencarl sumber pendapatan untuk mengatasi kesulitannya. Salah satu cara mengatasi kesulitan tersebut adalah mencari kredit. Jadi masalah kredit dalam pertanian sangat penting. Hal mi berlaku untuk semua negara balk yang pertaniannya sudah maju maupun yang masih terbelakang. Namun demikian, bagi pertanian di negara yang masih miskin dan belum maju narnpaknya peranan kredit lebih menonjol lagi. Penyaluran kredit Bimas dan Inmas misalnya dapat ditunjukkan oleh tabel 2.2. V Realisasi kredit Bimas 1980/1981 sebesar 50,1 milyar rupiah lebih besar dan tahun 1979/1980 yaitu 49,5 milyar rupiah, walaupun jumlah, petani peserta Bimas menurun dan 1.606.000 (1979/1980) menjadi 1.533.000 orang. Selain membantu para petani pii lewat Bimas dan Inmas, pemerintah juga meinbantu para nelayan, para peternak, lewat fasilitas kredit seperti KIK (Kredit Investasi Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) serta rnendorong perkembangan koperasi. Menurut Suij anad i, seorang eknnom pertanian Indonesia, s if at-si. fat kralit pertanian yang baik adalah : (1). Kredit usaha tani dengan biniga yang ringan perlu untuk memungkinkan petani melakukan inovasi dalam usaha taninya. (2). Kredit itu hárus bersifat krediti dinamis yaitu mendorong petani untuk menggunakan secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti. (3). Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan cara untuk memberi petunjukpetunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan produksi. (4). Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada krJit usaha tani 38 saja yang langsung diberikan bagi produksi tetapi harus pula mencakup kredit-kredit untuk kebutuhan rurnah tangga (konsuinsi). Sementara itu syarat pemberian kredit konsumsi adalah sebagai berikut : (1). Barang-barang atau jasa yang akan diperoleh dengan kredit itu mang sungguh diperlukan sekali. (2). Tidak ada jalan lain yang lebih baik dan tidak dapat menunggu hingga penghasilan naik.(3). Petani dapat mengembalikan kr1it tersebut dengan cara yang tidak mengakibatkan kenerosotan taraf hidupnya. Dan hasil p€nelitian Sx1janadi pula diketahui bahwa sumber kre:Iit yang terpenting bagi petani adalah bersifat perorangan terutama dan f am iii dan kenalankenalan petani. Bentuk-bentuk krei it perorangan yang masih banyak dipakai di desadesa di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi menjali: (1). Kredit dengan jaminan tanaman. (2). Krai it dengan j am man tanah (gadal tanah). (3). Kredit uang atau barang yang dibayar kembali dengan uang atau barang tanpa jamian. Walaupun kredit yang berasal dan lembaga perkreditan kecil sekali peranannya dalam memenuhi kebutuhan kredit masyarakat tani, tetapi letnbaga-lembaga kredit di Indonesia juga memjunyai peranan penting. Adapun lembaga-lembaga kredit yang ada di Indonesia bagi masyarakat tani dapac digolongkan sebagai berikut: 1. Bank yang meliputi Bank Desa, Lembaga Desa dan Bank Rakyat Indonesia. 2. Perusahaan Jawatan Pegadaian 3. Koperasi-koperasi Desa dan Koperasi Pertani.an. 3.5. Tatalaksana (Manajeman). 39 40 BAB IV. PRODUKSI PRODUK-PRODUK PERTANIAN 4.1. Fungsi Produksi Seperti telah dijelaskan dalam inodul satu1 yang dimakswi usaha tani adalah suatu tempat atau bagian dan permukaan &zrni di mana pertanian diselenggarakan ol.eh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, ataupun seorang manajer yang digaji. Dengan perkataan lain dapat dinyatakan bahwa usaha tani adalah himpunan dan sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah, air, sinar tuatahari, bangunan-bangunAn yang didirikan di atas tanah tersebut, tenaga kerja, modal, dan manajemen usaha tani. Yang ditnaksud usaha tani di sini tidak hanya usaha bercocok tanam melainkan termasuk di dalannya usaha memelihara ternak. Usaha tani di Indonesia sangat berbeda dengan usaha tani di negara yang sudah maju. [)i Amerika Serikat misalnya, pada umumnya usaha pertanian dijalankan secara besar-besaran dan basil produksinya semua dijual di pasar. Pertanian semacam mi disebut pertanian komersial. Dalam mengelola pertanian komersial pninsip-prinsip ilmu ekonomi mikro dapat diterapkan dengan baik. Keadaan yang sangat berlawanan merupakan ciri dan usaha tani di lndonesia. lisaha tani di Indonesia pada umuinnya mengerjakan tanah yang sempit dan dikerjakan secara tradisional. Selain itu perbedaan yang sangat pentrng terdapat pada tujuan usaha tani, di Indonesia tuj uan pe tani ruernr ksi bar ang adalahuntukmencukuRi kebutuhansendiribersama keluarganya. Pertanian semacam mi biasa disebutpertanian subsisten. Dalam menyenggarakan usaha tani setiap petani berusaha agar hasil panenannya banyak. Kalau hasil panenan berupa padi maka petani menginginkan agar 41 panenan tersebut cukup untuk inemberi makan seluruh keluarganya sanipai dengan masa panen yang akan datang. Ia akan lebih senang apabila hasil panen cukup besar sehingga ada sisa padi yang dapat dijual ke pasar. 1-lasil penjualan padi tersebut digunakan untuk membeli pakaian, biaya pendidikan anak-anak, membeli alat-alat ruuiah tangga, atau mernbeii alat-alat pertanian. Dalam usaha tani yang rneinproduksi barang lain seperti kopi, lateks, jagung, kedelai, kacang, dan sebagainya, tujuan petani tidak jauh berbeda yaitu mereka berusaha memperbesar has ii prodiiksi supaya pendapatan meningkat dan selarijutnya kehidupan seinruh keluarganya menjadi lebih baik.. Apabila kita ainati secara cermat akan dapat kita lihat bahwa para petani juga mengadakan perhitungan-perhitungan ekonorni dan keuangan, walaupun mereka tidak meinbuat catatan secara tertulis. Misalnya saja petani inenghadapi dua pilihan yaitu rneosnam padi lokal yang sudah biasa ditanam atau menanam bibit unggul yang belum pernah mereka tanain, malca mereka rnelakukan perhitungan-perhitungan untung rugiriya, sebeluni mereka memutuskan bibit mana yang akan ditariain. Begitu juga dalam menggunakan pupuk, mereka mengadakan perhitungan, pupuk mana yang akan dipilih, pupuk kimia, pupuk kandang, atau pupuk hijau. Jacli dalam membat suatu keputusan, petani selalu rnembandingkan basil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen dan biaya yang harus dikeluarkannya. Has ii. yang akan diterima petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Setiap proses produksi mempunyai landasan tel<nis, yang dalam ilmu ekonorni teori disebut Fungsi Produksi. Fungsi produlcsi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hu&iigan antara basil produksi (output) d&igan faktor produksi (input). 42 Fungsi produksi dapat ditulis dalain bentuk persamaan umum sebagai berikut: Y = t (X1, X2 ......... X,) di mana Y = basil produksi fisik X1, X2, ...... = ialah faktor-faktor produksi Sebagai contoh: dalarn proses produksi padi, otItputriya adalah tuk iernproduksi padi digunakan taktor-faktor produksi caga (kerja, bibit, pupuk, air dan obat-obat) Tinggi rendahnya prdrdtpenga yaknya faktor-iaktor produksi. yang digunakan serta kombinasi dan iaktor-faktor produksi terseb.it. Untuk dapat melibat dengan lebih jeias hubungan aritara suatu faktor produksi dgan basil produksi biasanya digunakan anggapan bahwa hanya satu faktor produksi yang berubah-ubah (variabel), sedang faktor produksi yang lain dianggap tetap. Apabila ditulis dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut: Y f (X1, 2’ 3 ••••••• / di maria X1 adalah taktor produksi yang berubah-ubah (variabel) X2, X3, ..... adalah faktor-faktor produksi yang tetap. Dan contoh di ata1, misalnya kita hanya ingin inelihat hubungan antara produksi padiJdengan jumlah pupuk yang digunakan, maka kita harus menggunakan anggãpan bahwa tanah, tenaga kerja, bibit, air dan obat-obatan yang digunakari tetap. i Dalam ilmu ekonomi digunakan arggapan dasar .mengenai sitat fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dan semua proclusen dianggap turiduk pada suacu hukum yang disebut: The Law of Diminishing Returns. Hukum tersebut mengatakan bahwa apäbila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input yang lain 43 tetap, maka tambahan output yang diha8ilkan dari4setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, kemudian seterusnya menurun apabila input tersebat dicambab terus. FiTjoduksi dapat digambarkan dalam bentuk grafik, dengan meletakkan skala produksi pada sumbu tegak dan skala faktor produksi pada sumbu mendatar. Dalam bentuk grafik, fungsi produksi merupakan ve yang iueiengkung dart kin bawah ke kanan atas, setelah mencapai titik tertentu berubah arah sampai mencapai titik maksimum dan kemudian turun ke kanan bawah. Total Physical Product (TPP) adalah kurve yang menunjukkan tingkat produksi total (Q) padaberhagai tingkat penggunaan input variabel sedang input-input -yang lain diariggap tetap. Apabila di tulis dalain persainaan adalah sebagai berikut: TPP = f (x) atau Q = f (x) 44 di maria TPP dan Q adalah produksi total X adalah input variabel. Tambahan output yag dihasilkan sebagai aki bat adanya tambahan satu unit input variabel sering disebut Marginal Physical Product (MPP) atau produk marginal dan input tersebut. Jadi kurve Marginal Physical Product ada lab kurve yang menunjukkan tambahan dan Total Physical Product yang disebabkan oieh t.ambahan penggunaan input variabel sebanyak satu unit. Dengan demikian MPI’ merupakan turunan pertama (iirst derivative) dart tungsi produksi. ApabiLa tungsi produksinya Q = f(x) maka Dalarn pernbicaraan sehari-hari kita sering mendengar atau mengatakan bahwa usaha tani yang baik adalah usaha taft yang produktif dan efisien, yang dirnaksud usaha tani yang produktif adalah usaha taft yang produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas tnt merupakan penggabungan antara konsep efisiensi usaha (fisik) dan kapasitas tanah. Kapasitas dan sebidang tanah tertentu rnenggambarkan ketnampuan tanah tersebut untuk menyerap tenaga kerja dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu. Sedang etisiensi fisik niengukur banyaknya hasti produksi (output) yang dapat diperoieh dart satu satuan input, yang.sering disebut Average Physical ProdAPP) atau produk rata-rata. Jadi kurve Ave ysical Product adalah kurve yang meniinjukkan hasH produksi rata-raca per unit input pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut. 45 TPP Qf(x) xx kurve TPP, MPP dan APP mempunyai hubungan yang sangat erat yang dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar berikut: a. Pada penggunaan input X antara no]. sampai X1, TPP naik dan cekung dilihat dan atas, APP naik demikian pula MPP. MPP tertinggi terjadi pada titik A yang disebut juga titik belok; sebab pada saat itu garis singgung pacta TPP membentuk sudut yang terbesar deigan sumbu horiscxital. b. Pada penggunaan input X antara X1 dan X2, TPP naik dan cembung dilihat dan atas, MPP 46 sudah mulai menurun sedang APP niasih naik terus ‘sampai penggunaan input X sebanyak X2. Pada saat itu APP t2rtingi sebab garis yang dihulxingkan antara titik origin dangsn titik pada TPP (B) membentuk sudut yang terbesar dengan sumbu mendatar. c Pada penggunaan input X antara X2 dan X3, TPP mas ih terus naik dan rnericapai titik tertinggi pada titik C yaitu pada penggunaan input X sebanyak X3. Pada saat itu kórve MPP memotong sumbu mendatar atau MPP = (3 sebab pada saat itu garis singgung TPP sejajar sumbu mendatar. Sedang APP menurun terus. d. Pada penggunaan input X sebanyak X3 atau lebih TPP menurun, MPP negatif dan APP juga menurun terus sampai mendekati no]. apabila penggiriaan input X dir.ambah terus. 4.2 Fungsi Produksi dan fungsi biaya Di atas telah dijelaskan pengertian efisiensi produksi yaitu banyakya basil produksi fisik yang dapat diperoleh dan satu eatuan faktor produksi. KELau efisiensi fisik mi dinilai dengan uang maka akan diperoléliêfisiënsi ekonomi. Dalam perhiturigan efisiensi ekonoini kita harus membicarakan dahulu has ii dan biaya produksi. 47 Pacia setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil produksi bruto yaitu luas panen dikalikan basil produksi per satuan luas. Apabiia dikalikan harga produk tersebut; basil perkalian tadi merupakan penerimaan bruto petani. Junilab mi tidak semua diterima oleh petani karena harus dikurangi dengan txtaya-biaya yang telah dikeluarkan oieh petani untuk membayar IPEDA, mern pupuk, bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanain, upah rnembersihkan rurnput dan biaya panen yang biasanya berupa bagi hasil (daiam bentuk barang). Bagi. petani pyewa mereka juga harus menyewa tanah sedangkan bagi petani penyakap, mereka harus rnenyerahkan sebagian basil produksinya kepada pemilik tanah. Bagian yang harus diserahkan kepada pemilik tanah bervariasi sesuai dengan kebiasaan setempat yaitu +50% dan basil produksi. Penerimaan bruto setelah dikurangi biaya-biaya terselut diperoleh penerimaan bersih petani. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunai misalnya upah tenaga kerja termasuk tenaga ternak, pengeluaran untuk ruembeli pupuk, bibit (seandainya harus membeLi), pestisida, sewa tanah, dan lain-lain. Biaya yang lain-lain seperti upah panen, bagi has ii, mungkin pajak (i1?EDA) dibayarkan dalani bencuk barang (in natura). Besar keciLnya bjaya yang dibayarkari dalam berituk uarig tunai sangat mempengaruhi perkembangan usaha tani. Besar kecilnya jumlah uang tunai yang dimiliki petani sangac inempengaruhi berhasil tidaknya pembangunan pertanian sebab penggunaan bibit unggul meuieriukan uang tunai yang jauh iebih banyak dan pada penggunaan bi.bit Lokal karena bibit unggul mi hanya akan tinggi hasilnya apabila dibeni pupuk buatan yang lebih banyak. Selain penggolongan di atas, biaya produksi dapat pula dibedakan menjadi dua goiongan yaitu hLaya tetap dan biaya variabel. Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi besar kecilnya produksi. Misalnya: 48 sewa tanah. Sedang biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnyadipengaruhi oleh besar keciinya produksi. Misalnya: pengeluaran untuk bibit, pupuk, upah tenaga kerja. Baya total merupakan penjumlahan dan biaya tetap dan baya vaniabel. TC = TFC + IVC di mana: TC = adalah Total Cost (bjaya total) TF’C = adaiah Total Fixed Cost (aya retap) TVC = adaLah Total Variable Cost (biaya vaniabel) besarnya biaya produksi bervariasi tergantung pada banyaknya basil jiroduksi. atbungan antara hasil. produksi dengan biaya produksi serEg disebut tungsi biaya produksi total (Total Cost) dan apabila digainbar menjadi sebuah gratik yang disebut kurve biaya. Jadi pengertian kurve baya adalah kurve yang menutijukkan hubungan antara jumtah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dan tingkat output. Cara inenggambamya, skala hlaya produksi diletakkan pada sumbu tegak sedarig output atau hasil produksi diletakkan pada sumbu mendatar, sehingga fungsi biaya dapat ditulis da.Lam persarnaan ulnum: TC = t (Q). Kurve biaya tocal (Total Cost) dapat diperoleh apabila diketahui kurve Total Physical Product dan harga per unit input yang dipergunakan. t4isalnya seorang petani hienggunakan satu macam input variabel (X1) dan dua macam input tetap (X2 dan X3) dalam proses produksinya. F’ungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Q = t(X II x2, X3) I’iisalkan X2 yang dipergunakan sebanyak 10 unit dan X3 yang dipergunakan sebanyak 30 unit, iungsi produksinya adaiah: 49 Q = f(X1 X1 = 10, X3 = 3(J) Selanjucnya apabila tungsi produksi tersebut digambar diperoleh kurve Total Physical Product (TIP) seperti dalani gambar berikut: Di muka sudah dijetaskan bahwa kurve biaya digatnbar dengan meletakkan skala biaya yang dikeluarkan perusahaan pada sumbu tegak dan skata output pada suTilbu menclatar. Apabila salib suinbi kurve TPP di atas kita batik yaitu sumbu vertikal yang menunjukkan skala output dijadikan sumbi mendatar. En pada suinbu vertikal kita letakkan skala nilai input X1 yang digunakan, bukan jumlah fisik X1, yaitu dengan mengalikan jumlah input X1 yang digunakan dengan harganya, akan diperoleh kurve sebagai berikut: 50 Kurve di alas adalah kurve ‘Iolzai Variable Cost (‘IVC) karena nienunjukkan pengeluaran perusahaan untuk rnput variabel pada berbagai tingkat output. Sedang Total Fixed Cost (TFC) dapat dicari dengan mengalikan jumlah input tetap yang digunakan dengan harga maSing-masing input. TFC = Xz.Px2 + X3.Px3 Apabila digambar kurve TF’C merupakan suatu garis sumbu mendatar. Dan kurve total Cost dapat menjumlahkan TVC dan TFC secara vertikal. lurus yang sejajar aiperoleh dengan 51 Selain biaya total sering juga dipertanyakan berapa .aya rata-rata suau produk pertanlan. Per Lanvaan semacam mi terutama harus dapat dLjawab oleb para perencana ekonomi yang bertugas untuk merumuskan kebijaksanaafl ekonoiTli, misalnyt (i1 lam inenentukan harga minimum yang harus dijamin untuk melindungi petani. Tetapi sayang biaya rata-rata yang berlaku untuk semua ciaerah sangat sukar disusun sebab biaya ratarata untuk suatu produk di daerah yang satu berbeda dengan di daerah lain. Bahkan dapat terjadi biaya rata-rata disuatu daerah yang sama berbeda jauh. Karena variasi yang besar maka laya produksi rat-.a-rata sukar dipergunakan sebagai dasar penentuan kebijaksanaan ekixionii yang benar dan cocok bagi seluruh daerah. Yang lebih penting bagi petani adalah biya marginal yaitu r.ambahan biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan tambahan satu unit output. Pengertian marginal selalu mengandung arti tambahan. Tainbahan biaya produksi tidak meliputi semua iaktor produksi tetapi hanya salah satu faktor produksi saja. Sebab hanya ada satu faktor produksi yang di ubah-ubah penggunaannya sedarig faktor produksi yang lain tetap. 52 Dalam grafik yang sederhana berikut nanipak empat bush kurve yaitu kurve biaya marginal, kurve biaya rata-rata, kurve biya variabel ratarata dan kurve biaya tetap rata-rata. 4.1 .1.3 ingsi Produksi dan informasi pasar sebagai alat ekoncwni Dalarn suatu prtanian yang masih bersitat subsisten, setiap keluarga petani memenuhi semua keperluan dan da]am usaha taninya. Jadi tujuan utama mereka meiaksanakan usaha tani adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keiuarganya dan bukan urituk dijual. Dengan detinisi semacam itu tidak berartibáhwa petani subsisten cidak bertikir tentang biaya dan penerirnaan. Mereka juga bertikir 53 tentang penerimaan dan usaha tani yaitu berupa sesuatu yang dapat dinikmatinya bersama keluarga. Sedangkan biaya yang dikeluarkan tidak dalarn bentuk pengeluaran uang, tetapi berupa sesuatu yang tidak dapat mereka nikmati seperti misalnya: apabila mereka bekerja di sawah berarti mereka kehi.Langan kesempatan untuk beristirahat atau untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan upacara adat dan sebagainya. Di samping itu tidak ada barang-barang konsumsi. yang dibeli dan luar usaha tani tersebut. Jadi dalarn pertanian subsistem yang murni ditandai oleh tidak adanya aspek-aspek komersial dan penggunaan uang. Tanda-tanda yang menarik pada pertanian subsist€n yang murni adalah sarigat eratnya hubungan antara usah tani dan rumah tangga petani atau antara produksi dan konsumsi. Dalam analisis ekonomi pertanian pada umumnya digunakan teoriekonomi sebagai alat utama. Teori ekonomi pertanian pertania-tama dikembangkan berdasarkan pada pertanian yang sudah maju, di mana pertanian sebagai suatu perusahaan sama sekaH terpisah dengan kegiatan konsumsi rumah tangga. Sehingga sekarang timbul pertanyaan: Apakah teori-ceori tersebut dapat diterapkan pada pertanian yang subsisten di mana usaha tani sama sekali ticlak terpisah dengan kegiatan konsumsi rumah tangga. Dalam pertanian subsisten seandainya pemerintah metaksanakan kebijaksanaan harga dengan maksud untuk merangsang produksi seperti yang sudah biasa dilaksanakan di negara maju, tidak akan mendatangkan hasil seperti yang diharapkan sebab para petani tidak terangsang oleh tingkat harga yang menggiurkan. Dengan semakin berkembangnya usaha tani dan rumah tangga petani, maka keperluan petani akan semakin beraneka ragam. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut harus dibeli dan luar usaha tani; dan untuk clapat wiembeli barang diperiukan uang yang hanya dapat diperoleh dengan jalan menjuat sebagian dan hasii produksinya. 54 Sementara itu keperluan petani sernakin beraneka ragam sehingga tidak dapat dipenuhi dan usaha tani sendiri. Dengan demikian mereka periu menjuai sebagian dan hasil produksinya untuk rnembeii keperiuan keluarga yang tidak dapat diproduksi sendini dan akhirnya tirnbuiiah spesialisasi. Ada petani yang mengadakan spesiaiisasi datam menanam padi, ada yang menanam jagung, ada yang menanam tembakau, sayursayuran dan ada yang menanam bushbuahan. Petani-petani tersebut kemudian mengadakan tukar menukar barang-barang yang dihasiikan. Apabila spestdlisasi kemudian dijalarikan terlalu jauh, maka suacu daerah tertencu dapat menjadi sangat tergantung pada satu jenis produk pertanian tertentu. Misa.Lnya Kalimantan Selatan tergantung pada karet Kalimantan Timur tergantung pada kayu dan Sutawesi tergantung pada padi. Sehingga keadaan perekononiian di daerah tersebuc sangat tergantung pada tingkat harga produk-produk tersebut. Selain itu apabita terjadi gesuatu,sehiflga perdagrian antar derih tidak munpkin di.Laksanakan, akan terjadi bencana bagi daerah-daerah tersebuc. Maka dan itu timbui usaha-usaha yang berteritangan dengan spesialisasi yaicu diversitikasi produk atau penganekaraganian produk. 4. 4 Fungsi Penaran Pasar Dalam bagian-bagian di muka Lelah diuraikan mengenai pertanian di Indonesia dan teori serta penerapan ekonomi produksi, maka daiam bagian berikut akan diuraikan dasar-dasar teori ekononit mengenai penawaran. Yaitu suatu bagian dan teori ekonomi yang sangat penting untuk menerangkan gejala-gejala harga, ti.ngkat harga dan tLuktuasi harga. Uraian tentang teoni-teori mi tidak akan diberikan secara rnendalam, tetapi hanya mengambil.. bagian-bagian teori yang dianggap paling relevan dan mempunyai penerapan iangsung pada persoalanpersoalan ekonomi perteinian di 55 Indonesia. Uraian-uraian teoretis yang lebih mendalam dapat dipelajani dalam modul ekonomi teori, baik yang sifatnya pengantar maupun lanjutan. Suatu teori pada dasarnya hanya merupakan model abstrak yang disederhariakan untuk menggambarkan keadaan perekonomian yang sangat kornpleks. Teoni mi diperlukan supaya kita dapat iebih mudah menerangkan gejala-gejala ekonomi yang mengandung bariyak sekali variabel. Teoni-teori yang baik harus didasarkan pada pengamatanpengamatan praktis dan harus selalu dicocokkan dengan keadaan yang nyata yang kita temukan sehari-hari. Salah satu gejala ekonorni yang sangat penting yang berhubungan dengan peri.Laku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. I)aiam modul pengantar ekonomi sudah diberikan detinisi harga yaitu tkuran nilai dan barangbarang dan jasa-jasa. Dalam masyarakat yang masih primitit yang belum inempergunakan uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai, harga suatu barang dinyatakan dalam barang lain yang akan dipertukarkan. Perdagangan semacam mi disebut barter. Perdagangan semacam mi kadang-kadang masih dilakukan oleh ariggota masyarakat yang sudah agak maju. Misalnya pada musim paneri padi banyak pedagang rnenjajakan barang dagangannya di sawah maupun di rumahrumah petani yang sedang panen. barang-barang tersebut hanya botch dibe.Li dèngan padi dan tidak boteh dibeli denqayrang Ada beberapa sebab mengapa suiit.u harang mernpunyai harga yaitu: a. barang itu berguna dan b. barang tersebut jurnlahnya terbatas Barang—barang yang berguna tetapi jumlahnya terbatas disebut barang ekononli. Sedang barang—barang Lain yang jurnlahnya tidak terbatas meskipun barang 56 tersebut sangat. berguna bagi rnanusia seperti misalnya udara tidak mempunyai harga. Barang—barang tersebut disebut barang bebas. Dalani ilmu ekonomi suatu barang merupakan barang ekonorni apabija barang tersebut, mempunyai perrnintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna sedang suatu barang mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas. Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual/produsen ke pasar pada berbagai tingkat harga. Selain harga, jumlah barang yang ditawarkan produsen dipengaruhi oleh banyak sekali faktor ant.ara lain faktor—faktor teknis, alam, sosial, kebiasaan, dan lain—lain. Karena faktor—faktor yang bersifat sosial sulit diteliti dan memerlukan lebih banyak waktu untuk menyelidikinya, maka biasanya Iebih dikenal faktor ikiirn, banyaknya pupuk yang digunakan, hama dan penyakit, teknik berproduksi sebagai faktor yang mempengaruhi banyaknya output. Maka mudah dipahami hahwa petani. hasil—hasil pertanian mempertimbangkan faktor—faktor ekonomi tersebut dalam membuat keputusan—keputusan. Cara yang sederhana untuk menaksir respons petani terhadap perubahan hara adalah dengan melihat naik turunnya hasil produksi sebagaimana yang dicatat oleh dinas pertanian. Hubungan antara harga dan ,jumlah barang yang ditawarkan dapat dinyatakan dalam suatu fungsi yang disebut füngsi penawaran yang dapat dirumuskan menjadi persamaan: Q = f(P) di mana Q adalah jumlah barang yang ditawarkan dan P adalah harga. Hubungan antara harga dan jumlah harang yang ditawarkan searah, seperti dinyatakan dalam hukum penawarnn. Li kum penawaran_jiengatakan bahwa apabila harga naik jurnlah barang .yang ditawarkan1 di pasar naik. Seh7aadalahiThrganaik member ikan keuntungan ekstra kepada para petani dan mereka cenderung untuk 57 memproduksi lehth banyak. Kenaikan produksi dapat disebabkan oleh salah satu atau :edua faktor berikut yaitu: a. hagi daerah yang masih dapat diperluas tanah pertaniannya, peningkatan produksi dapat dilakukan dengan memperluas lahan pertanian atau sering disebut ekstensifikasi pertaniari. b. bagi daerah yang tanahnya terbatas, petani dapat. produksinya dengan memperbear produksi per satuan luas tanahatau sering disebut intensifiVasf pertanian. Caranya 4engan memperbaiki teknik bercocok tanam, memperbanyak penggunaan pupuk, menggunakan bibit unggul, memperbaiki pengairan, memberantas hama dan masi.h banyak lagi cara yang dapat dilakukan ol.eh petani. Dalam kenyataan, hukum penawaran tidak selalu berlaku, tergantung pada jangka waktu yang kita maksudkan dan tergantung juga pada jenis barang yang diproduksilcan. Dalam jangka sangat pendek petani tidak inungkin meningkatkan produksinya sebab tidak ada waktu yang cukup untuk menambah faktor produksi. Selain itu ada hal yang penting untuk diingat yaitu proses produksi pertanian memerlukan waktu satu musim (beberapa bulan) sehingga suatu kenaikan harga di pasar tidak dapat segera diikuti oleh naiknya jumlah barang yang ditawarkan kalau memang waktu panen belum tiba. 58 Dalam jangka pendek apabila terjadi kenaikan harga, petani mempunyai waktu yang cukup untuk menambah faktor produksi variabel sehingga produksi dapat ditingkatkan. Dan dalam jangka panjang petani mempunyai waktu yang cukup banyak untuk menambah semua faktor produksi baik faktorproduksi variabel maupun faktor produksi tetap. Sehingga peningkatan produksi sebagai reaksi terhadap kenaikan harga cukup besar. Apabila digambar ketiga macam kurve penawaran tersebut yaitu kurve penawaran jangka sangat pendek, kurve penawaran jangka pendek dan kurve penawaran jangka panjang mempunyai kemiringan yang berbeda. Hal mi menunjukkan reaksi terhadap peningkatan harga tidak sama untuk jangka sangat pendek, jahgka pendek dan .jangka panjang. Misalkan ada kenaikan harga dan P1 sampai P2. Apabila kenaikan harga tersebut terjadi dalam jangka sangat pendek, petani tidak mampu menambah produksinya sehingga jumlah barang yang ditawarkan tetap. Kurve penawaran (supply) barang dalam jangka sangat pendek sejajar sumbu tegak. Apabila kenaikan harga dan P1 ke P2 terjadi dalam,jangka pendek petani dapat rneningkatkan produksinya dengan 59 menambah faktor produksi yang variabel sehingga jumlah yang dit.awarkan naik dan OX2 menjadi OX3. Dan apabila kenaikan harga terjadi dalam jangka panjang petani dapat menaikkan produksinya dalam ,jumlah yang lebih banyak yaitu dengan nenarnbah faktor produksi tet.ap maupun variabel. Hal mi tampak pada perubahan jumlah barang yang ditawárkan dan OX4 ke OX5, di mana X4 X5 Lebih panjang dan pada X3 X4. KONSUMSI PRODUK-PRODUK PERTANIAN 1. Jumlah penduduk dan tingkat pendapatan sebagai basis untuk Konsumsi Dilihat dan kacamata seorang ahli ekonomi, kegiatan—kegiatan manusia dalam suatu masyarakat dapat diperas menjadi tiga macam kegiatan ekonomi yang pokok yaitu: kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan kegiatan pertukaran. Dalam masyarakat yang masih primitif setiap keluarga menghasilkan sendiri makanan, pakaian serta barang—barang yang lain. Masyärakat semacam mi sering disebut masyarakat subsisten. Dalammasyarakat subsistenhanya ada dua kegiatan ekonomi yaitu kegiatan produksidan kegiatan konsumsi. Apa yang diproduksi, dikonsumsi sendiri. Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak macam barang yang dibutuhkan dan banyak pula barang—barang yang dibutuhkan tetapi tidak mampu Di lain pihak semakin efisienproses produksi semakin banyak barang yang dihasilkan 60 sehingga terdapat kelebihan barang yang dapat diproduksi sendiri. Maka timbullah kegiatan ke tiga yaitupertukaran. Mula—mula pertukaran antar keluarga, berkembang menjadi antar desa dan seterusnya sampai saat mi dikenal perdagangan antar negara. Setiap anggota masyarakat melakukan kegiatan ekonomi paling tidak kegiatan korisumsi. Seseorang melakukan kegiatan konsumsi disebabkan adanya dorongan yaitu yang disebutkan kebutuhan. Kebutuhan manusia timbul dan d3ongan untuk bertahan suptetap hidup. Kebutuhan mi biasa disebut kebutuhan biologis misalnya makari, rninum dan perumahan. Selain itu kebutuhan dapatThIthbulkrena tingkãt freràdaban dan kebudayaan masyarakat. Misalnya keinginan untuk memperoleh pendiciikan yang semakih tinggf keingi.nn untuk rnempunyai rumah yang baik dan sehagainya. Karena banyaknya macam barang yang dibutuhkan dan banyaknya jumlah barang, maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas dalam arti apabila satu kebutuhan dipenuhi akan timbul kebuthan lain, dan apabila kebutuhan tersebut juga sudah dipenuhi akan timbul kebutuhan yang in..Jagi. Masalah pemenuhan kebutuhan manusia dan persoalan—persoalan penduduk sudah dibahas oleh Matithus dengan panjang lebar. Maithus mengatakan bahwa penduduk bertambah menurut denet ukur sedangkan produksi bahan makanan hanya berkembang menurut deret hitung. Jadi penduduk bentambah lebih cepat danipada pertambahan produksi bahan rnakanan. Persoalan tekanan pendud’il< di Indonesia JUJ sudah lana inenjadi objek penelitian para ahli. Pada tahun 1975 Indonesia adalah negara nomer 5 terbesar penduduknya dengan jumlah pend’ictuk 132 juta Jiwa. Dengan semakin banyaknya penduduk semakin banyak pdia kebutuhan akan barang.-barang konsumsi. VIal mi tidak dapaL diimbangi oleh kenaikan produksi terutama procluic—produk pertariian sebab 61 produk pertanian memang tidak mudah untuk ditingkatkan karena proses produksinya memerlukari waktu yang cukup lama. Maka dan itu Indonesia terpaksa mengimpor bahan makanan utama yaitu beras. Pada tahun 1975 Indonesia mengimpor beras -‘-10% dan nilai impor total. Selain beras Indonesia juga mengimpor bulgur dan gandurn karena cadan:in heras di duni:- akan habis ap;ibil: semua diimpor Indonesia. Persoalan pencluduk di Indonesia sebenarnya lebih kotnple, tiuak hanya penduduk yang padat tetapi tingkat pertambahan penduduk tiap tahun yang tinggi dan penyebaran penduduk antar daerah ttdak seimbang. Sebagai akibat adanya pertunibuhan penduduk yang sangat cepat. maka komposisi penduduk menunjukkan bahwa penduduk berusia muda merupakan bagian yang sangat besar. Penduduk berusia muda mi pada umumnya merupakan pencluduk yang tidak produktif tetapi bersifat konsumtif. Yang termasuk di dalamnya adalah anak—anak, pelajar dan mahasiswa. Selain itu penduduk yang berusia muda tersebut apahil.a suiah niasuk usia kerja, mereka membutuhkan pekerjaan. Lapangan pekerjaan dapat mereka ciptakan sendiri atau yang lebih sering terjadi harus diciptakan oleh masyarakat termasuk pemerintah. Apabila penciptaan kesempatan kerja tidak sebanding dengan penduduk yang mencari pekerjaan akan dapat. menambah penganggur yang sudah ada. Pemecahan persoalan pengangguran dapat dikaitkan dengan pemecahan rnasalah penyebaran penuduk. Penduduk yang menganggur dapat dipindahkan ke daerah—daerah yang kurang padat penduduknya untuk tnernbantu pembangunan di daerah tersebut. Dengan cara mi ada beberapa masa.lah yang dapat dipecahkan yaitu masalah pengangguran, rnasalah penyebaran penduduk, dan masalah penyebaran pembangunan. 62 Dan pengalaman tampak bahwa program transmigrasi kuran’ herhasiJ dan beayanya cukup mahal. Maka dan itu disadari bahwa cara ersebut bukan lah satu— satunya cara yang baik untuk memecahkan masalah pcniu]uk di Indonesia. Cara lain dapat ditempuh dengan intensifikasi pertanian, industrialisasi, dan pembatasan jumlah penduduk. Dengan pembatasari jumlah penduduk berarti pula pembatasan perkernhangan konsumsi baringbarang terutama barang—barang kebutuhan pokok. Program lain yang pernah dilaksanakan di Indonesia adalah program padat karya. Program mi bertujuan untuk mempercepat jalannyi pembangunan, selain itu ada tujuan yang lebih utama yaitu untuk memeratakan lapangan pekerjaan. Dengan meinberi lapangan pekerjain berart.i secara tilak langsung memberi pendapatan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. Pendapatan mi nantinya akan digunakan untuk membeb barang—barang uriLuk mencukupi kebutuhan inereka. Sebab tanpa pendapatan berarti penduduk tersebut tidak dapat rnembefl harang—harang yang dibutuhkan. Padahal kita semua tahu bahwa ada kebutuhin yang rnutlak harus dipenuhi balk kita mempunyai pendapatan atau pun tidak berpenghasiJan yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup atau kebutuhan biologis. Maka dan it.u apabila mereka tidak (lapat mencari uang secara halal, cara yang tidak halal pun akan dilaksanakan untuk mempertahankan hidupnya. [lubungan antara tingkt I)endapJLan dan pengeluaran konsums 1 hiarn teori ekonomi dinyat.akan dalam fungsi konsums. Hubungan kedud variabel tersebut searah, arLinya apabila tinkat pendapatan naik, pengeluaran konsumsi juga naik. Sel.ain itu pengeluaran konsunisi selalu posit if yang berarti walaupun seseorang tidak mernpunyai pendapatan, inereka tetap mengadakan pengeluaran untuk konsumsi. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalarn hentuk persamaan yang sederhana sehgai berikut: 63 C=a+by di mana: C adalah pengeluaran konsumsi Y adalah tingkat pendapatan a adalah pengeluaran konsumsi pada saat tingkat pendapatan sama dengan fbi b adalah Marginal Propensity to Consume disingkat MPG yaltu tam— bahan pengeluaran konsumsi sebagai akibat adanya tambahan pendapatan sebanyik 1t yang ditulis denigan rurnus: Fungsi konsumsi di atas apabila digainbar dalam bentuk grafik adalah seperti terlihat dalani gambar berikut. Pada tingkat pendapatan sama dengan 0Y1, pengeluararj konsumsi sama. dengan ingkat pendapatan. Pada tingkat pendapatan lebih kecil dan 64 0Y1, pengeluaran konsumsi lebih tinggi. dan tingkat pendapatan; kekurangan uang tersebut ditutup dengan dissaving yaitu dengan mengambil tabungan atau Ineminjarn kepada pihak lain. Pada tingkat pendapatan lebih besar dan 0Y1, pengeluaran konsumsi lebih kecil dan tingkat pendapatan, maka sisa tersebut ditabung. 4.2.1.2 Konsep Permintaan Sepertisudahdijeiaskan dimuka, suatu barang mempunyai permintaan apabilabar.ang.ter3ebutberguna. Permintaan akan suatu barang dipengaruhi oleh banyák faktor, antara lain oleh harga barang yang bersangkutan, oleh harga barang lain yang ada hubungannya dengan barang tersebut, pendapatan konsumen, selera dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhinyatermasuk di dalamnya adalah faktor sosial budaya. Sebagai contoh permintaan akan beras dipengaruhi oleh harga beras, harga barang lain; seperti jagung, gandum, gaplek dan sebagainya, pendapatan konsumen, selera konsumen, dan adat kebiasaan bangsa setempat dalam hal makan. Teori permintaan sebagaimana teori—teoni yang lain, adalah merupakan suatu model sederhana dengan menggunakan anggapan—anggapan tertentu. Dalam hal permintaan kita hanya melihat hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harga barang yang bersangkutan dengan menganggap bahwa pendapatan konsumen, harga barang lain, selera konsumen dan faktor—faktor yang lain tetap tidak ada perubahan. Asumsi— asumsi/anggapan—anggapan ini-lah yang disebut ceteris paribus. Huburigan antara harga dan jutnlah barang yang diminta dalam keadaan normal, berlawanan arah seperti yang dijelaskan dalam hukum permintaan, yang mengatakan bahwa apabila harga suatu barang naik, dengan anggapan ceteris paribus, 65 màka jumlah barang yang dimirita konsumen turun. Dan sebaliknya apabila harga turun, dengari anggapan ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta konsumen akan naik. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam suatu persaman yang disebut fungsi permintaan seperti persarnaan berikut. P a— bQ Atau dapat dinyatakan sebagai kuantitas merupakan fungsi dan harga. Q c — dP Fungsi perrnintaan dapat digambar dalam bentuk grafik dan disebut kurve permintaan. Cara menggambarnya dengan meletakkan skala harga pada sumbu tegak dan skala kuantitas pada sumbu mendatar. Kurve permintaan berbentuk garis yang miring dan kin atas ke kanan bawah. Hal mi dapat diterangkan secara teoretis dan juga dapat dirasakan secara logis dengan mencocokkan dengan keadaan yang nyata. Ada dua sebab mengapa kalau harga naik jumlah barang yang diminta turun sebaliknya kalau harga turun ,jumlah barang 66 yang__dimintanaik. Penyebab pertama adalah perubahan harga mengakibatkan terjadinya penggantian (efek substitusi). Misalnya harga gula pasir naik maka para ibu rumah tangga mengganti sebagian gula pasir yang dikonsumsi dengan gula merah yang lebih murah harganya. Kalau harga beras naik, sebagian konsumsi beras diganti dengan Jagung atau gaplek sehingga jumlah beras yang dirninta turun. Penyebab kedua adalah perubahan harga yang tidak diikuti oleh perubahan pendapatan yang sebanding akan mengakibatkari perubahan pendapatàn nil yang selanjutnya akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Misalnya harga suatu barang pada suatu saat naik, bila pendapatan konsumen tidak berubah maka berarti pendapatan nil konsumen turun, sehingga konsumen merasa lebih miskin dan selanjutnya mengurangi jumlah barang yang diminta. lnilah yang disebut efek pendapatan dan perubahan harga yang akan mempengaruhi jumlah barang yang dirninta. Efek pendapatan mi akan sangat kuat apabila barang yang bersangkutan memegang peranan penting dan mengambil bagiari yang besar dalam anggaran belanja keluarga. Untuk barañg inferior yaitu barang yang dianggap lebih rendah mutunya dibanding dengan barang lain, seperti misalnya gaplek rnerupakan bahan makanan yang lebih inferior dibanding dengan beras, mempunyai efek pendapatan yang berlawanan dengan efek pendapatan pada barang normal. Apabila harga gaplek turun, bila konsumen tetap, pendapatanriilnya naik, maka konsumen merasa menjadi lebih kaya dan mulai meriggantikan gaplek dengan beras. 4.2.1.3 Fungsi Permintaan ?asar 67 PermintaanPasar akan suatu barang adalah penjum1ahi emua kurve perrnintaan konsumen yang ada dalam pasar tersebut. Seandainya di paar hanya ada 2 orang konsumen maka kurve permintaan pasar dapat. diperoleh dengan rnelakukan penjumlahan secara horisont.al dan kurve—kurve perm i ntaan konsumen—korisumen tersebut untuk setiap tingkat harga. Salah satu karakteristik yang penting dalam fungsi perrnintaan ,jumlah barang yang diminta terhadap perubaha salah satu faktor yang mempengaruhinya. Ukuran derajat kepekaan mi disebul elastisitas. Ada beberapa macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan. a. Elastisitas Harga 68 Untuk mengukur besar kecilnya perubahan jumlah barang yang diminta konsumen sebagai akibat perubahan harga. Suatu konsep yang sangat berguna dan banyak sekali dipakai dalam il.mu ekonomi. Kqnsep ini menyatakan perbandingan antara persentase perubahari jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga. Dengan cara yang ke dua mi koefisien elastisitas yang dihitung dengan menggunakan anggapan harga turun dan P1 ke P2 tidak sama dengan perhitungan yang dilakukan dengan anggapan harga naik dan 2 ke P1 karena perbedaan tinglat harga dan 69 jumlalL yang diminta yang digunakan dalam perhitungan. Untuk menghindarkan dan perbedaan tadi kita gunakan P1 dan P2 serta Q1 dan Q2, sehingga rumusannya berubah menjadi: b. Elastisitas Silang Dalam kenyataan, suatu barang yang dikonsumsi tidak berdiri sendiri tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang lain dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Baik karena sifatnya yang dapat dipertukarkan maupun karena barang tersebut harus digunakan secara bersama—sama. Untuk mengukur kepekaan jumlah barang yang dirninta terhadap perubahan harga barang lain digunaan elastisitas silang (cross elasticity) yang mérupakan perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga barang lain. Elastisitas silang yang positif menunjukkan bahwa barang X d Y acialah dua barang yang saling menggantikan. Sedang elastisitas si ng yang negatif rnenunjukkan bahwa barang X dan barang Y adalah ba ng komplementer. c. tListisitas Pendapatan Elastisitas pendapat.an mengukur kepekaan jumlah barang yang diminta terhadap peruhahan pendapatan yang dapat dihitung dengan membandi an antara 70 persentase perubahan jumlah barang yang diminta de an persentae perubahan pendapatan. Untuk indonesia elastisitas pendapatan ditaksir melalui elasti. tas pengeluaran. Sebab lebih mudah mengumpulkan data pengeluaran dar ada mengumpuikan data pendapatan. 71 PASAR PRODUK-PRODUK PERTANIAN 1. Permintaan Produk-produk Pertanian Pennintaan konsumen didef inisikan sebagai berbagai kuantitas suatu. barang tertentu d iniana seorang konsunen ingin dan manpu membelinya pada berbagai ttngkat harga, ceteris paribus. hubungan permintaan tersebut hanya menunjukkab hubingan secara teoritis antara harga dan kuanticas yang dtbeU.nya per unit waktu, ceteris paribus. Harga dan kuantitas berbanding terbalik , oleh karena itu kurve permintaan bers lope negatif. Hubungan terbalik mi kadang-kadang disebut hukum permintaan, dan hal mi bisa dijelaskan pada etek subsicusi dan pendapatan dan suatu perubahan harga. Et ek substitusi timbul karena konsunen nengalihkan pembeliannya ke produk yiing secara relatif lebih murah karena perubahan harga. Misalnya kalau harga daging sapi naik maka niingkin sekali konstinen mengganti daging sapi dengan dagin kambing yang harganya lebih nurah. Atau j ika harga gula pasir riaik, niaka konsumen nMingdn 72 akan merigganti gula pasir menjadi gula rnerah yang harganya Lebih nurah. Jadi dalam hal mi terjadi proses penggantian (substitusi). Efek pendapacan timbul karena suatu perubahan harga dan satu produk, cetertijiribis, merubah pendapatan nil konsurnen. Suatu penurunan harga menaikkan daya beli dan sejumlah uang tertentu, dikian sebaliknya. Misalnya pada harga RplOO,00 per unit maka 300 unit prod uk mernbutuhkan uang sebesar FCp3O.00(J,00. Suatu penurunan harga sebesar Rpl 0, OU(menj adi Rp90, 00/unit) berarti bahwa seorang konsumen bisa membe].i 300 unit yang sama dengan uang sebesar Rp27.000U0 berarti penghematan sebesar Rp3.00000. Efek substitusi dan suatu peruba.han harga untuk suatu produk tertentu selalu negtii. Dengan suatu kenaikan harga, ef ek substitusi menurunkan kuantitas yang dibeli, dnikian sebaliknya. Efek pendapatan dan suacu perubahan harga juga biasanya negatil. Suatu kenaikan harga menurunkan pendapatan nil, dan bahkan dengan suacu huixingan positif yang biasa antara kuantitas dan pendapacan yang benlaku, kuantitas dan harga akan bergerak dalam arab yang benlawanan. Deinikian pula sebaliknya jika terjadi penurunan harga. Ada beberapa produk yang inenpunyai hubungan yang cerbalik antara pendapatan dan kuantitas produk yang terjadi. tlam kasus-kasus mi, suatu penurunan pendapatan nil, sebagai akibat dan suatu kenaikan harga, akan berhuhungan dengan suatu kenaikan kuantitas yang dibeli. Karena itu, efek pendapatan dan suatu perubahan harga akan menggeser kuantitas pada arab yang sama dengan perubahan harga tersebut. Jika ef ek pendapacan mi lebih besar dan efek substitusi, maka kuantitas yang diminta akan naik dengan suatu kenaikan harga, deinikian sebaliknya. mi adalab kasus yang jarang dan Gift en’s Paradox atau hubungan intaan beriope ppsitif. 73 Permincaan pasar adalah suatu penyamarataan konsep perniintaan koasimen. Hal mi didefinisikan sebagai pilihan berbagai kuarititas dan suatu produk dimana semua konsuiTen cli dalam suatu pasar certencu ingin dan manu menbeli pada berbagi tingkat harga, cetenis panibus. Suatu hubungan permirztaan pasar bisa dianggap sebagai suatu penjumlahan permintaan individual. Suatu perubahan harga menyebabkan perubahan jumlah yank dibeli konsumen sama halnya dengan perubahan kuantitas yang dibeli setiap orang. Kita akan memperhatikan hubungan-Fubuogan permintaan pasar. HutAlnganhutungan mi bisa berarti permintaan dalam suatu kota, desa, atau negara, atau daerah pasar lainnya. I-lubungan permintaan digambarkan dalain Gambar 4.1. Kuantitas adalah i igs i harga, tetapi hárga secara konvensional diIetakkan pada sumbu vertikal dan kuantitas pada sumbu horisontal dan diagram fungsi permintaan (dan penawaran). b. Perubahan perinintaan Adalah pent ing untuk mernbedakan antara suatu perubahan kuantitas yang diminta dan suatu perubahan permintaan (antara pergeseran sepanjang suatu kurve permintaan dan pergeseran kurve pentnintaan). Faktor-faktor utama mempengaruhi tingkat permintaan bisa dikelompokkan roenjadi 4 kelompok yakni: yang 74 1) j iinlah pendudik dan distribusinya menurut unsur, daerah geograt is, jenis ke].amin dan lain-lain; 2) pendapatan konsumen dan distribusinya; 3) harga dan ketersediaan produk-produk lain dan jasa; 4) selera dan pre±erensi koosiiien. Faktor-i aktor terseixit di atas kadang-kadang disebut f aktor-t akcor pe-ientu permintaan. Seperti ditekankan sebeluniya, f aktor-i aktor mi, dianggap tetap untuk suatu tingkat yang tertentu dan suatu t ungsi penrnintaan, tetapi dengan perjalanan waktu, perubahan penmintaan adalah suatu aspek penting dan penubahan harga. Suatu pergeseran penmincaan yang sederhana ditunjukkan pada Gambar 4.2. Suatu kenaikan permintaan berarti bahwa kurve permintaan bergerak ke kanan. 1<.onsumen akan menibeli Lebib banyak lagi produk tertentu pada tingkat harga yang sama, atau nereka akan weTIbeii kuarititas yang sama pada tingkat harga yang iebih tiriggi. Suatu penurunan perrnitaan (bergeser ke kin) niempunyai pengaruh yang bertawanan. 75 lJntuk hampir senna produk-produk pertanian, penctapatan dn permintaan berhuhungan secara pos itit, karena itu suatu kenaikan pendapatan nienggeser permintaan ke kanan. Tetapi untuk beberapa produk adaiah sebaiiknya. Produ OdUE terse[xzt disebut barang interior lxikan karena kurang bergizi, tetapi hanya karena konsuiien niembeli lebib sedikit j ika pendapatannya naik. Misalnya ga1ek. c. Permintaan Spekulasi Mungkin Anda bert ikir bahwa konsep permintaan hanya dalam artian perniincaan konsunien untuk pemakaian saat sekarang saja. Permintaan spekuiasi merupakan suatu macam permintaan yang dikaitkan dengan penggunaan dan harga yang diharapkan pada masa yang akan datang. Karena sejumlah produk pertanian dihasilkan secara musiman tetapi dikonsixrisi sepanjang tahun, maka konsep permintaan spekulasi secara khusus mendapat perhatian para ekonoi pertanian. Suatu fungsi permincaan bisa di interpretasikan sebagai permintaan untuk penggunaan sekarang dan untuk tujuan-tujuan spekulasi. Pengasinnsian perrnintaan spekulas i tergaixing dalam t ungs i permintaan, faktor-f aktor tambahan bisa menambah/mernperbesar pergeseran permintaan (bahkan merubah harga-harga). Misainya, prospek yang baik suatu produk pertanian pada tahun yang akan datang, akan uieningkatkan permintaan spekulasi untuk cadangan-cadangan sekarang. Prospek produk, pembatasan ekspor/impor terhadap produk tersebat, nusim kering, adalah beberapa contoh I aktor yang bisa merthah permintaan spekulasi. Singkatnya, suatu tungsi permintaan bisa bergeser dengan adanya perubahan permincaan spekuiasi. Spekutasi yang tidak tepat dalant mengantisipasi. kejadian- 76 kejadian pada nasa yang akan datang bisa meningkatkan variabiiitas harga, tecapi spekulasi yang mengantisipast mesa depari dengan cepat menunmkan variabi Litas harga. d. Permintaan Turunan (derived demand) Konsunen akhir iaiah orang yang menentukan bentuk dan posisi t ungs i permintaafl. Aiasanflya ada Iah bahwa hubungan perniintaan kons.nnen btasanya mengenai permintaan dasar (primary demand). Ililam analisis empiris, data harga eceran dan kuantitàs biasanya digunakan urituk menentukan hubungan permintaan dasar (primary demand). Istilah permincaan turunan (derived demand) digunakan untuk munjukkan skedul pennintaan akan input yang digunakan untuk memproduksi produk-produk akhir. Jagung misainya, adatah suatu input penting untuk industri peternakan, semencara kedele digunakan untuk membuat kecap. lAis, permintaan akan jagung dan kedete diturunkan dart permintaan akari produk-produk akhir. Suatu kurve permIntaari turunan bisa berubah juga karena kurve perniintaan dasar (primary demand) bergeser atau karena perubahan margin pemasaran. Secara empiris, hubungan-hubinigan permintaan turunan bisa diestiniast, juga secara tidak iarigsung dengan pengurangan margin yang tepat dan skedut peraiintaan dasar, atau secara langsung dengan penggunaan data harga dan kuantitas diniana. dicerapkan pada tahap (stage) yang tepat dart pemasaran. Nisairya harga-harga dan kuantitas pedagang besar bisa digunakan untuk memperkirakan penmintaan turunan pada suatu tingkat 77 menengah, semencara itu data harga-hargá dan kuantitas perusahaan percanian bisa digunakan uncuk mengestimasi kurve permintaan yang dthadapi produsen. 4.1.1.2 Elastisitas Pennintaan Dalam seksi mi kita membahas elastisitas harga, elascisitas harga silang, eiastisitas pendapatan dan ileksibilitas harga. Konsep-konsep tersebut di atas akan ditinjau dart sisi penmmntaan. a. Elastisicas liarga Elastisitas harga adaiah perbandingan ancara persencase perubahan junlah produk yang diminca dengan persentase perubahan harga. Hesr atau kecilnya elastisitas pada suatu persentase harga tertentu, tergantiing kepada besar kecilnya persentase peruhahan jumlah hara yang dLmlnta. Semakin besar e berarti permintaan maktn elastts, demikian sebaliknya tidak atau kurang elastis hila e kecfl. Jika e > 1, maka permintaan elastis, dan permintaan tidak elastis (in elastis) ilka e <1. ICoefisien elastisitas sering dttultskan negattf. Hal tnt menuniukkan hahwa j ika harga naik, maka jurniab produk yang dirninta turun, demiktan pula sebaliknya jika hargaturun maka jumlah produk yang dirninta naik. Perukuran koefisien elastisitas hisa dilakukan dergan 2 cara. 78 1) Etacctsttas tkik (point elasticity) yattu menggunakan elastisitas pada satu titik pada kurve permintaan. 2) Elasttsitas busur (arc elasticity) yattu elastisitas antara 2 ttttk pMa kurve perrntntaan. Pada ganbar di atas; ditunjukkan. hahwa t it 1k A merupakan perstnggungan antara suatii garis derari kurve permintaan (0), maka elasttsttas harga atas permlntaan pada titik A adalah: Dimana Q arial.ah jumlab produk yang diininta, dan P adalah harga. Cara perhirungan koeftsien elastisitas dengan cara elastisitas 1is’ir (arc last1citv) paling sering dtpakat. Dart Gambar 4.3 ktta hisa menhtriing koefisten elastisitas antara 2 tltik yaitu B dan C pada kurve perni1.rtaan dengan rumus: 79 Koefisien elastisitas sama dengan satu (unitary elasticity) merzmlukkan bahwa setiap perubahan harga membawa perubahan propors tonal dalam jumlab produk yang diminta. Bagi penjual, kurve permintaan seperti tnt memberikan penerintaan yang kOnstan apakah hargarwa tinggi atau rendab. Di dalam teori ada koefisien elastisitas sama dengan nol dan tak berhingga (c-). Koefisien elastisitas sama dengan nol menunjukkan bahwa kurve permintaannya inerupakan garis vertikal yang berarti bahwa berapapun harga produk, jumlah yang diminta tidak akari terpengaruh. Sebaliknva path koef is ten elastisitas tak berhing,ga, perubahan harga produk mempunyai dua akibat yattu juinlah yang diminta tak beriiingga atau sania dengan nol, dan.kurve permintaannya berbentuk garts horisontal. Has ii. penelit tan C Peter Tinnier di Indonesia menurijukkan hahwa elasttsitas harga atas perniintaan tepung gandum adalah sebesar -1,4, yang berarti bahwa setiap kenaikan harga tepung gandum’ sebesar 107 diikuti oleh penirunan konsumsi (lutul.ah gandum yang diminta) sebesar 14% atau sebaliknya penurunan harga tepung ganduin sebesar 10% akan diikuti oleh kenaikan konsuinsi gandum sebesar 14%. b. Elastisitag Silang (cross elasticity) atas permtntaan 80 Elastisitas silang atas permintaan adalah perbandingan antara persentase perubahan junilab yang diniinta atas produk X dengan persentase perubahan harga produk Y (yang berhuIungan). Di dalam arti ekononii, selain besar kectlnya koefisien elastisitas silang maka tandanya (positif atau negatif) adalab lebth pent ing, karena tandanva tersebut menunjukkan sifat hubungan antara kedua produk tersehut. Tanda yang positif herarti produk X dan Y adalab substitutif, sedankan hiLa tandanva negatif maka produk X dan Y adalah koniplementer. Semakin besar koeftsien elastisftas ku maka semakin erat iIxingan kedua produk yang bersangkutan. Sebagat contob, dan has it penelittan C. Peter Ttnimer diteniukan hahwa koefisien elastisitas silang antara beras dan tepung gandurn dl Indonesia sebesar + 1,2 herarti kenaikan hara heras 10% akan dilkuti oleh kenaikan gandum yang diminta sehesar 12%. Jadi tepung gandum merupakan hahan makanan penggant i (subs titut) heras yar cukup balk. c. Elastisitas pendapatan atas permiritaan F.lastisitas pendapatan atas permlrtaan adatah perbandiran antara persentase peruhahan jumlah produk yang diminta Iengan persentase perubahan pendapatan. Di Indones La, kita sudah niempunyai taksirantaksiran koefisien elasttsitas pendapatan yang lehlh balk ketimbang koef is ten elastis itas harga dan s hang atas perminta.an. Elatis itas peridapatan hisa dirumuskan sebagai herikut: 81 Elactisitas pendaratan atas permintaan tandanva hampir selalu positif. Konsunien yang pendapatannya naik, maka dava helinva naik dan La akan membeti barang-barang konsumsi lehib hanyak. Konsep elastisitas atas permintaan mi sangat penting di dalain ekonon karena mampu menerargkan perhedaan perilaku ekor’omt dan berbagai gotongan pendapatan masyarakat dalam pembetian produkproduk. IJntuk permintaan hahan makanan tenitanla beras di Indonesia, elastjsftasriya rendah. Menurut Mubyarto, eLastisltasriya sebesar 0,65,jadi makin tinggi pendapatannya maka semakin rendab elastlsltasnya. Indonesia, sepertt kebanyakan negara-negara sedang berkembang tainnva, koefisien elastisitas pendapatan atas permiritaan untuk heherapa hahan makanan dltaksir dengan elastisitas pengeluaran (expenditure elasticity). Yang dirnaksud dengan elastisitas pengeluaran tnt adatab perbandingan ant ara persentase perubahan lurnlah produk yang climinta dengan persentase perubahan pengeluaran korisumen. d. Koeftsten flekstbilitas harga Narga dianggap sebagai faktor perwebab perubahan dan umlth produk yang diminta bertihah naik atau turun tergantung pada peruhahan harM jika kita menghttrng eLastisitas harga. Jadi harga merupakari variabel independen sedangkari jumlab produk yang diminta merupakan ,variahel dependen. Penetapan tingkat harga tertentu akan menentukan junilab produk yang dapat diserap atau akan ditampung pasar. 82 Tetapt di samping penerapan pengetahuan tetang elastisitas harga untuk menentukan jumlah produk yang dapat diserap pasar, maka kita dapat pula menerapkan teort tnt dart segi Lain yaitu melihat pengaruh petubahan jumlah produk yang ditawarkan di pasar dengar. harga yang terladi. Iriilah yang dtse1ut fleksi.bilitas harga dimana harga menjadi variabel dependeri yang tergantung pada jumlah produk sebagai variabel. independen. Fleksihilttas harga tnt disebut juga elastisitas jumlah yang merupakan kebalikan dart elastisitas harga. Fleksihilitas harga tnt dirumuskan sebagai berikut: Hubungan antara elastisitas harga dan fl.eksihilitas harga dapat dituliskan sebagai berikut: Elastisita.s harga 0 0,5 1 2,0 Flekaibilitas harga c- 2,0 1 0,5 Tinggi rendahrwa flekstbilitas harga mi sangat petting hagi petani karena hasilhasil pertanian yang hers if at muslman dapat mengakihatkan .fluktiiast harga yang hesar. Suatu hasH penel.itian terhadap petani temhakau di daerah Besuki (1972) nerunjukkan hahwa peruhahan produksi diikuti oleh peruhahan harga dengan persentase yang lehih hesar. Kenyataan demikian sangat mempengaruhi tingkat pendapatan dan tingkat hidup petani temhakau di daerah tersebut yang pada umumnya tetap miskin walaupin menghasilkan komoditi ekspor yang penting. Rawang merab dan cahe merupakan contoh lain dart hash pertanian yang mernpunyai fleksibilitasharga yang tinggi. 83 4.1 .1 .3 Hal-hal yang berkaitan dergan penawaran di dalam pertanian Di hawah tnt kita akan menthahas jSengertian heberapa konsep yang berkaitan dengan penawaran di dalam pertanian. a. Kurve penawaran dan elastisitas penawaran farga keimbangan terjadi pada perpotongan antara kurve permintaan dan penawaran. Kurve permintaan heserta sifat-shfatnya telah kita hahas di muka, sekarang ktta akan membicarakan kurve dan elastisitas penawaran. Elastisitas harga atas penawaran sama dengan nol jika kurve penawaran merupakan garis vertikal (harga tidak rnempengaruhi jumlah yang ditawarkan), sedangkan jika kurve penawarannya merupakan garis horisorital maka etastisitas harga atas penawaran adalah tak herhtngga (). 4.9 Perbedaan pent trig antara kurve permintaan dan pIwaran dalam menakstr koef is ten elastisitas adalah: pertama, pentingnya faktor waktu di dalarn penawaran, dan yang kedua adalah bahwa peraruh harga terhadap umlah yang ditawarkan hiasanva tak dapat dibalikkan (irreversible). DI. sini faktor waktu dalam penawaran angat pentingkarena produkproduk pertaraan hers if at musiman, vaitu tulanan at*t F$e4atn atau tahunan sehingga suatu kenaikan harga di pasar tidakE , at. segera dilkuti dengan naiknya penawaran kalau panen helürn tiba. flal tnt menunjukkan hahwa elastis itas harga atas penawaran adalah inelastis dalam jangka pendek. Di sarnping itu pergaruh harga tidak dapat dibalikkan 84 karena kenaikan harga setelah beberapa waktu terteritu inendorong kenaikari lumlah yang ditawarkan, maka pemrunan harga tidak akan mengembalikan jumlah yang ditawarkan ke ttngkat semula. b. Penawaran dan peranan lembaga pemasaran Persoalan lain yang sangat perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan penawaran adalah peranan lembaga pemasaran (pedagang). Harga yang terladi di pasar merupakan perpotongan antara kurve permintaan dan penawaran. Tetapi di dalam kenyataan terdapat harga pada tingkat petani /produsen (producers price) dan harga pada tingkat eceran (retail price) dl samping harga pedagang. Pembentukan harga yang rnurni terladi pada tingkat harga perdagangan besar, (whole sale price) karena hanya pada tingkat tnt terdapat persaingan yang agak sempurna. Harga konsumen dan harga t ingkat pet ant hiasanya tinggal inemperhttungkan dart harga perdagangan besar yaitu dengan menambah dan mengurangi margin pemasaran. Tintuk menielaskan proses pembentukan harga di atas, kita ambil antoh dan bukuriva Prof esor Mabyarto (Pengantar Ekonomi Pertanian, 1979). 85 Dan gambar di atas bisa dilihat perbedaan besarra elastisitas harga pada kedua tirigkat pasar yaitu elastisitas harga lehih rendah (dan 4.10 fleksibtlitas harRa Iehih tinggi) path tirkjt produsen hila dthandingkan dengan ttngkat eceran. Jika jumiah produk yang dihawa ke pacar turun dart 40 meniadi 30 maka haa pada kedtia pasar r.alk RplO,00. Nannn demikian kenaikan RplO,00 pada tlngkat harga eceran berarti. dart Rp40,00 ke Rp50,00 at-au 25, sedarigkan pada tingkat produsen berarti dart Rp20,00 ke Rp30,00 at-au 507. Berarti elastisitac barga pada t tngkat eceran adalah: Yang herarti elastisftas harga pada ttngkat produsen hanva sekttsx separuh dart elastisitas harga pada tingkat konsumen. Tni mernniukkan 1hwa petani (produseri) herada dalam kedudukan yang lernab bila dihandingkar. dertgan pedagang dan konsumer’. c. Elastisitas harga atas penawaran Riirrus elact is it-as harga atas penawaran adalah sebagai herikur’ Makin besar koefisien elastisitas tnt nkin el.astis kurve penawaran, artinya peruhahan harga yang relatif kecil mengakthatkan peruhahan lumlah yang ditawarkan 86 retatif besar. Elastisitas harga atas penawaran uga mngandung efek suhst ibis i dart efek pendapatan. F.fek substitusl da].am penawaran misainva jika terjadi peruninan harga beras maka petani akan menggant i tanaman pad! nya dengan kedele yang relatif tehih rnengiinttingkan, begitu pula sebalikrtya. Sementara itu efek pendapatan dart suatu penibahan harga prod’ik pertaniar. dapat bersiFat posfttf atari negatif. Kalau rnisalnva suatu kenaikan harga beras yang menyebabkan naikrtya pendapatan pet-ant mendorortg petani untuk rnenggiinakan pupuk lehih banvak untuk tanarnan padt berikutriva, maka efek pendapranr!va ada[ah po.cttif. SebaHkrwa efek pendapatan dapat bersifat oeg iF j ika pet-an! jiistru mengitrangi kegiatannya, karena dengari pendapatan vng sama kini dapat diperoleh dengan jumlah produk yang Lehih sed 1k it. TM data9 teori ekonorni, jika efek pendapatan dapat mengkompenstr nHai posiriF dan efek substitusi maka terjadilah kurve pçrawaran yng herhalik (backward bending suppLy curve) dimana kenaikan hat-ga pro’ltik perttnian justni menuninkan jumlah yang dirawarkan. 4.11 Pada tinunrwa elastis itas harga atas penawaran produk-prodnk pertanian Iehih rendah daripada elastisitas harga atas penawarar. produk-produk industri. Hal ml disehahkan oieh stniktur pertanian lebih tear (rigid) daripada struktur inhistri. Menaikkan dan merjrurkan produk pert anian adal.ah 1ekiih sukar daüpada proc\uk irstr yang sennanva dibuk di pabrik dan tidak tergantung langsung pada faktor-faktor alam. d. Elastisiras silang dan penawarari Flastisitas silang dan penawaran adalah perbandingan. antara persentase peruhahan um1ah produk X yang ditawarkan dengar. persetae perubahan harga produk Y, yang hisa dirunuskan sehagai berikut: 87 Jika elastisitac mi posi.tif maka barang X dan harang Y menipakan barang yang dthasilkan hersama (loint product). Misalnva heras dan dedak yang dihactikan bersama dalam penggtlingan padi. edargkan ika elastisitas silang ml negatif mernnlukkan haa kenaikan harga harang Y mengakibatkan pernrunan lumThh barang X yang ditawarkan, rnnka barang X dan Y adalah barang yang bersaing. Misalnya padi dan cengkeh. Besar keciinva koefisin elastisitas mergukur ttngkat keeratan )ubungan kedna prodiik pertanian itu. Jtka hanva satu jenis ran,arnan yang dapat di tanam pada tanah pertanian, rnaka e1atisitas stIangnva adalah nol. 4.1 .1 .4 Penentuan harga IiLtm seksi mi i’[ta akan niembahas proses penentilan Harga prodiikprodiik pertanian secara garis hesar. IJrtiik pemahaman yang ichih rnendaiam tetang proses penent:uan harga mi telah Anda dapatkan di daarn kuIiah Pengantar Fkonomi dan Teori Ekonomi. 1akro I. a, Persaingan seipurna Seheltini kita memhahas masaah penenruan arga, kita rnemhntiihkw herapa pergetahuan totar.g pasar di ira harga di? ntukan din perilaku ndivtdua di dalam paar terselnt. Vita hisa menerar4’kan sifat dan eara hekerja beberapa paar, sep’rti mia1rwa, pasar hiiih— biahan di Ben ngharo (Yogyakarra). Nannm lernlktan, kita tidak akin rnenpiknr I itu. <ita akan mengahsrraksikan pergtahnar din per’aan kir;i retan, cam hckerjanva p’,:m-.pisnr lie r vi rat —5\R at yang muki ip di ma ‘a i, parf.v iirtijk men eli 88 €‘ p1 . ii i1ah pnn” -i’:*’’i dil;irT) ‘uitii r’r 1, ) persaingar. sempurna yang akan kita hahac lehih dulu. Konsep pacar persaingan semirna adalah suatu kon.sep yang kakia thu teutunya halTpir saa pasar tidak memernhi svarat-syarat yang tepat yang dihutuhkan konsep mi. Tetapi ktta menggiiriakannva, karem proses penentuan harga hisa hampir serrua hisa dielaskan dengan pasar huatan’ semacam itu. Kenndian kita hisa mengurangi beberapa syarat yang dU-utuhkan oleh konsep suatu pacar persaingan sempurna. Sifat dart stiatu pacar persaingan semima hisa diletaskan dengan tiga keadaan berikut: 1. lumlah prodiasen banyak dan volume produksi set lap produsen hanva ruerupakan bagian yang kecil dan volume transakst total di daThm pasar. 2. produk yang dihasilkan adalah hogen sehingga hash produksi satu prodwen menapakan pengganti yang seriparna bagi haci 1 produkst produsen lain. 3. set tap produsen hisa mendapatkan informasi pasar (harga yang berlaku) dengan semirna. Ker iga s if at utama dart pas ar persat ngari s empu ma tnt meptinvai iiaplikasi hahia: (a) setiap produsen (secara individual) tidak bisa mempengaruhi harga pacar yang herlaku; harga ditentukara pasar untuknya. (b) kurve pamintaan yang dihadapi oteh seorang produsen adatah gari s lurus horisontal, yang berarti hahwa dia bisa menual produk berapapun pada t tngkat harga yang herlaku tanpa mengakibatkan perutunan harga lual, 89 (c) macam keputusari. yang hams diambil oleh seorang produsen (untuk mencapai kepuasan makstrrnm atan postsi ke.cetmhangannva) adalah berapa volume produk yang hams Ia lual, sedang harga lualnya sudah ditetentukan oleh pasar. b. Penentuan harga di pasar perdagangan besar Jika skedul permintaan dan penawaran untuk suatu produk tertentu, sepertl dalam flambar 4.5, penentuan harga secara teoret is nudah diselesaikan, nanun prose.c yang aktual terladi di pacar nnngkin ruwet dan agak suift ditentukan. Dalam (‘,amhar 4.5 kurve permintaan turunan (derive demand curve), DD, memotong kurve penawaran tururBr. (derived supply curve), DS, pada t ingkat harga (perdagangan hesar) Rp400 ,00. Harga tnt kita sebut harga keseimbangan. Tnt satu-satunya harga yang stahl 1, menin lukkan t idak ada t endens I untuk bergerak. Pada t tngkat harga Rp400,00 umlah yang diminta sama dengan lumlab yang dItiarkan. Pada harga sama dengan Rp400,00 para pembeli di pasar akan mengambil 10 kilogram heras dan penual akan menawarkan 10 kilogram heras. 1-larga 4.13 90 [patkah kit a menunukkan hahwa dengari harga Rp350,00 dan ktmnt ttas 10kg harga tersebut stabil, dan pasar dalam keseimbar,gan?. Kits pikir kita bisa. Pada harga Rp450,00 misalnya, tidak stabil. Pada tingkat harga Rp450,00 j’im1ah yang ditawarkan melehihi jumlah yang diminta: 10,5 kg yang ditawarkan dan 8,5 kg yang dimir,ta. Di dalam suatu pasar behas, dirnana marusia dimotivasi oleh profit (maksimtsasi pendapatan) dan I nf orrnas I yang berkenaan dengan s Ituas I pas ar cukup memadal dan terdistribusi cecara meluas, harga Rp450,CX) tidak hisa hertahan. Para pembeli tidak akan ineinbell, merunggu harga turun. Para penjual akan dipaksa untuk menirunkan harga yang ditawarkan, agar produknya laku. Dus, harga akan meni lii harga kes el mbangan Rpl 00,00. Pada t ingkat harga Rp200,00 uga tidak stahi1. Permintaan rnelehlht penawaran pada tingkat harga tersebut. Dalam keadaan seperti ml pars penjual akan menghent ikan pen jital.ah dan para pernbeli than menaikkan harga dalam upayanya untuk menperoieh penawaran. Karena itu, harga akan meniju ke harga keseimbarigan, Rp400 ,00. T<ekuatan-kekuatan persairgan secara ten’s menenis hekerja dalarn suatu pasar bebas untuk menggerakkan )-iarga yang aktual merulu k.e harga keseimhangan. Terrpat harga Rp400 ,00 ditenrukan oleb kekuatan-kekuatan penawaran dan permi ntaan. Dan penentuan ti ngkat harga tersebut terjadi dl pasar perdagangan hesar dan beras, dimana kekuatan-kekuatan permlntaan konsurnen dan penawaran produsen me rupakan ungkapan-ungkapan tent entu dalam keputusan-keputusan para pedagang di pasar. Harga di pasar eceran sekarang menjadi Pp400,00 dttamhah margin pemasaran yang kita perklraan menjadi sebesar Rp75,00. Dus harga beras untuk konsumep! adalali Rp475,00 per kg dan pada harga mi, senna konsumn membeli 10 kg. Untuk 91 rnendapatkan hangs yang diterima oleh produsen pads tingkat usaha tani kita menirangkan Rp30,00 dan hangs kesetinbangan 4.14 perdagangan besar yaitu Rp400,00 sdingga harga menladi Rp37O,00. Harga-harga terselut, pada tingkat produsen dan konsumen, akan tetap sarrpai harga perdagangan besar berubah lagi, penibahan-perubahan karena pada tirigkat harga produsen Rp370,00 dan harga konsumen Rp475,00 para produsen dan kcsumen menibuat keputusan dirnana menyebabkan jumlah yang diminta dan lumlab yang dttawarkan pada perdagangan hesar beruhah, sehingga merubah harga kesetrnbangan pula. Kekuatan-kekuatan yang menguhab keseimbangan dirrulat pada tingkat produsen dan konsumen, tetapt ketika s is tern pemasaran carrpur tangan, proses penentuan harga terjadi pada tingkat perdagangan hesar, dan peruhahan-perubahan harga yang ada akan berlangsung secara alamiab metu’ju ke kxsumen dan kembali ke produsen. c. Persaingan tak sespurna Peithicaraan rnengenai proses perlentuan harga yang telah kita bahas yattu di dalam proses persaingan sempurna. Tetapi syarat-syarat yang ketat (asurnsinya) di dalam persaingan seripurna sering tidak sesuai dengan kenvataan bisnis yang terladi. Di dalam kenyatas.n, selalu ada ketidak serrpurnaan pengetahuan, informasi, dan lainlain pada hampir serrua pasar di mana hal-hal tersebat menyebahkan pasar men jadi tidak serrpurna. Tetapi suatu hal yang sangat mendasar adalah mengenai umlah pen lual dan pembeli di dalam pacar. Jtka lumlah pembeli dan penlual di dalam pasar hanya sedikit, maka suatu ci.ndakan dart salab seorang pembeli atan penjual akan berakihat pada harga. Dalarn hal tnt, seorang pedagang tidak bisa lehih lame menganggap hahia suatu tindakan 92 pernhelian dan pen jualan olehriva tidak akar’. berpengaruh terhadap harga pasar; sebaliknya, dia harus rnempertimbangkari pengaruh ttndakannya terhadap harga dan tindakanttndakan balasan yang niingkin di lakukan oleh saingannya. Keadaankeadaan sepertt tnt tidak terjadt pada pasar persaingan sempirna. Persatngan tak sernpurna atau persaingan nonopolistik terletak antara persatngan sempurna dan monopoli. Di dalam persaingan tidak seurna juga terjadi sedikit persaingan, dan juga pasar tidak dikuasat sepenihrwa oleh seorang pembelt atau penjual. Dalam proses penentuan harga, pada pasar persaingan tidak sernurna tentu saja berheda dengan proses di dalam pasar persaingan serrpurna atai pasar perdagangan besar. Dalam pasar ml, jika ada se uniah kecil pedagang (produsen) di dalarn pasar, maka kita bisa melihat bahwa harga pasar akan ditentukan oleh pedagang yang terbesar (price leader) dan pedagang yang lain hanya mendapat bagian pasar yang sesuai dengan “kekuatan”nya dan volume yang dttawarkan seiua produsen terse1-it. 4.15 DI. da1arn pasar produk pertanian, kadang-kadar ada “cairpur tangar.” pemerintah di dalam proses penentuan harga produk pertaniar’. penting. Carrpur tangan irii berupa “hantuan harga” (support prices) sebtngga mengakibatkan harga yang terladi tidak sama dengan harga keseirnhangar!. Tindakan mi dilakukan pemerintah hiasanya untuk rnenaga stahl litac harga produk pertanian yang s ifatnva nuirnan i.tu. Sehagal contoh penetapan harga dasar (floor price) gabah atau harga tertinggi (ceiling price) untuk produk-produk Iainriya. 1 93 4.2 Kegiatan Belajar 2 PERANAN HA1 PASAR 4.2.1 liraian dan Contoh Kita telah beranggapan bahwa harga mernainkan peran penting di dalam pengaturan fungsi-tungsi suatu perusahaan (usaha tani). Pengaturan tersebut dilakukan dengan berbagai cara, tetapi ada 5 fungsi yang secara spesifik ditunjukkan oleh sistem harga. Kelima tungsi harga tersebut adalah untuk; 1) penetapan standar-scandar nilai; 2) pengaturan produksi; 3) pendistribusian produksi; 4) penctistribusian produk-produk dalarn jangka pendek; 5) pengaturan pemeliharaan dan pertumbuhan perekonomian. Dalam proses memaksimumkan kepuasannya, konsumen akan mengeluarkan uangnya dalam juiniah yang diinginkannya untuk dibelanjakan di pasar. Hal mi menunjukkan bahwa ‘harga’ ditentukan oleh nilai-nilai relatif (atau standar-standar nilai yang ditetapkan) dan produk-produk tertencu. Pi.Lihan-pilihan mi diperhitungkan oleh produsen yang berusaha untuk mernaksimumkan keuntungan (atau penerimaan) dan sumberdaya-sumberdaya yang dikuasainya. Berdasarkan pada keinginan-keinginan konsumen yang nampak, produsen mengatur (mengalokasikan) sumberdaya-sumberdaya tersebut dengan cara yang sarna j ika inereka rnemproduksi produk-.produk yang meiuaksimuink.an keuntungan. Dengan kata lain, standar-standar nilai seperti yang ditetapkan oleh sistem harga meniberikan informasi yang diperlukan untuk keputusan-keputusan manajerial yang dibuat produsen. 94 Setelah sumberdaya dia.Lokasikan dan proses produksi diselesaikan, produk harus didistribusikan kepada para konsurnen produk tersebut. Karena permintaan rnembutuhkan daya beli seperci halnya keinginan akan produk-produk tersebut, keputusan-keputusan seperti siapa yang mendapatkan apa yang telah dibuat, berdasarkan pada siapa yang mainpu untuk membeli pada tingkat harga yang ditentukan. Hal mi berarti bahwa tingkat pendapatan konsumen akan menentukan berapa banyak produk yang inereka beli. Pada tingkat harga yang sangat tinggi, hanya ada sejuinlah kecil orang dengan tingkat pendapatan yang tinggi yang akan meinbeli produkproduk tersebut. Meskipun demikian, jika produksi suatu produk tneningkat, harga akan turun dan konsumsi akan produk tersebut rneningkat pula. Jika harga-harga turun sarnpai tingkat yang bisa dicapai oleh konsuinen yang berpendapatan rendah, maka lebih banyak lagi 4.19 U orang yang ikut mengkonsumsi produk-procluk tersebut, dan hampir semua orang bisa nieningkackan cingkat konsumsi yang rnereka kehendaki. Jadi jelas tampak di sini adanya tungsi pendistribusian produk. Juga pada tingkat harga yang sangat tinggi, hanya sejumlah kecil dan orang tersebut yang memperoleh tingkat kepuasan yang tinggi dan mengkonsumsi produk yang dibeli tersebut. Jika harga turun rnaka jumlah orang di pasar akán bertambah banyak. Pendistribusian procluk dalam jangka pendek seperti yang ditunjukkan oleh sistem harga yang sederhana berarti bahwa penggunaan produk tersebut digunakan melampaui suatu periode waktu. angsi.. harga mi secara khüsus penting dalarn kasus 95 produk-produk percanian, karena produksi dan sebagian besar produk—produk rnini bersitat musiinan. Perbedaanharga pada musim panen dan harga yang berlaku di pasar setelah musim panen berlalu, rnengakibatkan penghasiian bagi para pemilik fasilitas penyimpanan (gudang misalnya) dan orang—orang yang berspekulasi akan terjadi perubahan-.perubahan harga pada masa yang akan datang. Sehingga para produsen tersebut akan menghentikan penjualan di pasar dengan harapan akan ada kenaikan harga pada masa yang akan datang. Fungsi yang kelima yang ditunjukkan harga adalah bahwa pengaturan pemeliharaan dan pertumbuhan ekonomi. Jika harga tidak terlalu tinggi untuk menutupi penggantian biaya peralatan modal, maka produk-produk yang dihasilkan oleh peralatan kapital tersebut secara perlahan akan hilang. Jika biaya hampir tidak bisa ditutup, maka tidak akan ada dana untuk investasi untuk ekspansi. Dan hal-hal yang telah dikeniukakan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa peranant harga adalah pertama, harga adalah kekuatan yang mengatur perekonomian kita, dan kedua adalah bahwa harga rnengatur dengan penyampaian keinginankeinginan kDnsumen ke produsen. Mekanisme pengaturan dn pengendalian ada lab cadangan dan harga-harga. Jika cadangan bertambah, harga akan turun, dus menyampaikan pesan kepada produsen bahwa mereka berlebihan rnenghasilkan suatu produk. Harga yang turun i:nempunyai efek ganda, tidak hanya menutup aliran suberdaya ke proses produksi., tetapi juga membuka pintu untuk meningkatkan konsumsi. Jika konsumsi meningkat dan produksi dikurangi, cadangan akan inenurun. 96 Akibatnya harga naik dan aliran suinberdaya ke dalain proses produksi meningkat. Tetapi harga yang lebih tinggi menipei:kecil konsumsi dan cadanan menjadi bertainbah dan harga akan tlirun akhinnya. Proses mi berulang sampai titik yang dicapai dimaria harga tnenyebabkan aliran produksi menjadi sama dengan aliran ksnsuxnsi. Pada titik mi, harga adalah stabmi dan cadangan di pelihara pada tingkat yang stabil. mi adalah titik kestabilan di inana lçeseimbangan ekonomi tercapai. 4.20 Bagaimana proses menuju pembentukan harga keseimbangan di dalam pertanian bisa juga dijelaskan dengan analisis Cobweb Theorem. Di da].am pertanian, harga beberapa produk pertanian dan peternakan menunjukkan tluktuasi tertentu dart musim ke mu.sim. Lihat Gambar 46. Seandainya pada musim 1 jumiah panen dan yang ditawarkan ke pasar adalah Q1. Karena hasil panen tnt dianggap tidak bisa disimpan terlaiu lama, maka juinlah tersebut harus terjual habis pada musim tersebut. Dengan kurve permintaan D, maka harga yang terjadi dipasar pada musim 1 adalah P1. Selanjutnya atas harga yang beriaku mi produsen merencanakan produksinya untuk rnusim 2 (harga P1 dianggap oleh 97 produsen akan tetap beriaku pada musim 2). Atas dasar kurve penawaran S, pada harga setinggi P1 ,jumiah produksi yang ingin ditawarkan ada]ah Oieh sebab itu produsen merencanakan untuk rnengbasiikan output sebesar Q2. Anggap bahwa setiap output yang direncanakan seialu bisa dicapai dengan tepat. Maka dalam musim 2 .akan tersedia output sebesar Q2 dan jumiah mi akan ditawarkan di harga pasar yang terjadi.daiam musim 2 ada.Lah P2 (yai tu perpotongan antara kurve permintaan D dan garis vertikal dan Q2. Dengan harga P2 keimxlian produsen merencanakan produksinya untuk musim 3, dan tnt berarti merencanakan output sebanyak Q3. Daläm musim 3 output sebesar Q3 dipanen dan semuanya dijual ke pasar. mi akan menimbuikan harga P3 (perpotongan antara kurve permintaan D dan dijadikan dasar bagi rencana produksi musim 4 yang menghasilkan Q4 dan harga setinggi P4) dalam musim mi. Tingkac harga P4 kernudian dijadikan dasar rencana produksi musim ke 5, detnikian seterusnya. Sementara itu untuk beberapa produk pertanian diadakan “program harga batas” (price support programs). Program harga batas tnt menciptakan beberapa masaiah yang berkaitan. Karena harga ditetapkan di atas tingkat keseimbangan normaL, produsen mempunyai suatu insentif untuk memproduksi iebih dan yrig hisa dijual pada tingkat harga batas. Agen yang bertanggungjawab untuk mengelola setiap program harga batas, dihadapkan dengan masalah ap yang harus dtlakukan dengan adanya /. 21 surplus. Secara mendasar 4 alternatif tersedia: 1) Produk tersebut bisa dijual pada pasar cerbuka dan perbedaan aricara harga pasar dengan harga batas bisa dibayar dalam bentuk subsidi langsung. Subsidi yang diperlukan ditunjukkan oleh tanda kurung besar A dalam Gambar 4.7 98 Z) Produksi atau penjualan produk tersebut bisa dibatasi pada tingkat dimana harga pasar dan harga batas bertepatan (titik B pada Gambar 4.7) 3) Surplus bisa dibeli dan juga disimpan, di lernpar ke pasar ekspor atau dihancurkan (surplus ditunjukkan oleh tanda kurung besar C dalam Ganibar 4.7) 4) harga batas bisa dibayar pada volume produksi tersebut yang akan ‘membersihkan’ pasar pada harga-harga pasar, sisa produk dimungkinkan untuk dijual pada setiap nilai yang memungkinkan). Lawan, dan harga batas aclalah jika untuk beberapa alasan mensyarakat memutuskan. bahwa harga untuk beberapa produk lebih tinggi dan yang bisa diterima oleh masyarakat. Masalah-maaalah yang tenjadi karena tindakan seperti itu digambarkan dalarn Ganibar 4.8 Pada tingkat harga yang dilakukan konsumen mau ruembeli produk lebib dan yang mereka inginkan pada tingkac harga keseimbangan. Tetapi kuantitas yang akan diproduksi dan dijual produsen lebih kecil•clari pada yang biasa mereka tawarkan. Akibatnya, ada kekurangan produk (ditunjukkan oieh tanda kurung besar A dalarn Gambaar 4.8). Karena itu, jika harga-.harga ditetapkan pada tingkat di bawah harga keseimbangan, sistem harga tidak dapat menunjukkan untuk mendistnibusikan produk 99 ke pada konsumen. Bahkan lebih buruk lagi, konsurnen akan membayar suatu harga di atas tingkat keseimbangan dalani Gambar 4.8) untuk kuantitas yang tersedia. Dus, ada suatu insentif yang sangat besar (tanda kurung besar B dalam Gainbar 4.8) untuk para pedagang dan kDnsunlen untuk menghindari harga yang diberlakukan melalui kegiatan pasar gelap. 4.22 ‘ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Untuk inengetahui faktor-faktor yang inempengaruhi harga, khu8usnya di dalam pertanian kita akan meznbahas beberapa kenyataan dan masalah di bawah mi. 100 a) Kekuatan—kekuatan yang mempengaruhi harga produk-produk pertanian Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi harga produk-produk pertanian bisa dikelompokkan ke dalam 4 kategori pokok. Pertaiua, keadaan-keadaan penawaran yang mempengaruhi harga produk per tanian termasuk keputusankeputusan produksi, cuaca, penyakit, luas tanah yang dipanen, dan impor produk-produk pertanian. Kedua, keadaan-keadaan permintaan termasuk pendapatan, selera dan preferensi, penduduk dan ekspor produk-produk pertanian. Ketiga, sektor pemasaran juga mempengaruhi harga-harga prociuk pertanian ].ewat kegiatan-kegaitan penambahan nilai tambah, perilaku biaya, dan strategi-strategi pernasaran yang terakhir, pemerintah bisa meinpengaruhi harga-harga produk pertanian melalui harga batas, pengerxlalian penawaran, kebij aksanaan perdagangan atau kebij aksanaan-.kebij aksanaan yang mem pengaruhi penn intaan domest ik akan produk pertanian. Kadang-kadang ada perdebatan tentang apakah harga produk-produk pertanian ditentukan pada tingkat usaha tani (produsen), dalam sistem pemasaran, atau oleh konsumen pada tingkat eceran. Kenyaannya, hanya ditentukan secara bersama-sarna oleh perniintaan konsumen, penawaran produsen (usaha tani), dan sistem pernasaran produk-produk tersebut. Dan tidak ada satupun dan ketiga ha]. tersebut yang lebih penting daripada lainnya dalam penentuan harga produk-produk tersebut. b) Fluktuasi harga pertanian Ada berbagai keadaan yang meinpengaruhi ketidakstabilan harga pertanian. Dan sisi penawaran, variasi dan keputusan-keputusan produsen akan output, cuaca, penyakit, dan kejadian-kejadian yang tak bisa diduga yang mempengaruhi •luas tanah yang diolah, yields, output dan harga. Beberapa faktor penawaran bisa dikendalikan oleh petani dan beberapa tidak, tetapi bahkan usaha—usaha petani untuk menyesuaikan 101 penawaran dengan permintaan bisa gagal oleh kejadian-kejadian. yang tak bisa dmduga. Dia bisa tanggap terhadap harapan-harapan akan harga dengan menambah luas tanah yang ditanarni, tetapi yields ak.an menjadi lebih rendah dan rata-rata. 4.26 Dalarn banyak ksus, respons petani terhadap perubahan-perubahan harga akan rnengurangi tluktuasi harga, hanya jika harga-harga yang cinggi niendorong kenaikan penawaran, diiriana akhirnya menurunkan harga. Faktor-faktor permintaan juga mempengaruhi variasi-variasi harga dalam pertanian. Pendapatan konsumen, tingkat pengerjaan (employment), dan keadaan dunia4 bisnis inempengaruhi ermintaan kan produk pertanian dan harganya. Seperti pergeseran penawaran, dalam jangka pendek kurve permintaan akan menggeser suatu kurve penawaran yang secara relatit inelastis, rnernbuat penyesuaian harga yang terjadi. c) Sikius harga pertanian Sikius bisnis mempengaruhi harga-harga pertanian inetalut pergeseranpergeseran secara periodik dalam penawaran dan permintnan F agregat dan produk-produk pertanian. Sikius harga pertanian teratur akan tluktuasi pada saat periode ekspansi dan kontraksi clan penawaran dan produk-produk pertarlian. Variasi-variasi harga mi berdasarkan pada penawaran, variasi-variasi tersebut mencerminkan keputusan-keputusan output produsen. Jika penawaran naik, harga turun, dan j ika penawaran turun, harga naik. Sikius harga pertanian disebabkan oleh kecenderungan para petani untuk inendasarkan perencanaan produksi yang akan datang pada harga sekarang dan keuntungan, tidak pada harga yang akan datang. Sebagai contoh misalnya, pr(xiuksl ayam potong secara relatif rendah dan harg kopi tinggi. Orang-orang dalam bisriis ayam 102 potong meihaL padii penerimaan yang sangat menggembirakan pada tahun yang lalu dan memutuskan untuk memperluas usaha:.ya. Bahkan yang sebe.Lumitya meninggalkan bisnis memutuskan untuk berusaha lagi. Tetapi untuk memperluas produksi ayam potong herarti hahwa, kita harus tnuiai memelihara dan kcil, memheri makan, dan sehagainya, hingga kita bisa menjualnya ke pasar. Semuanya Ltu nienibutuhkan waktu paling tidak 3 bulan. Tetapi sepanjang waktu tersebut penawaran yang meningkat, saingan kita akan menurunkan harga. Produsen akan melihat keadaan tersebut dan memutuskan untuk mngura11gi penawaran ayain potongriya. SikLus akan kernba Ii lagi dengan sendirinyn, produksi akan turun dan harga akan naik. d) Vaniasi harga musiman Variasi-variasi harga musiman adalah akibat dan pertnintaan musi man, pro(iuks i, dan po Ja-j o La pemasaran. ftirunnya harga ayam kaikun mer ‘pakan suatu contoh kits i k dart variasi harga yang dipengaruhi oleh per iiitaan inusimnan. Kenaikan musiinan harga—harga produk pertanian dan panen ke panen melukikan perubahan harga yang dipengartihi oleh permawaran musiman. 4.2] Harga eceran pnd ik pertariian mengikuti suatu pola musiinan dengan deviasi yang relatif kecil. dan tahun—ke tahun. Kecenditig mi terutama sekali dicerininkan oleh harga produk pertana pe Waktu musim panen (misalnya durian) dan inusiw tidak panen. Perubahan..perubahan di daLam kegiatan-kegiatan produksi musiman, pola— pola peilritaan, kapàsitas penyimpanan, atau biaya penyimpanan akan diharapkan untuk rnerubah variasi harga musiman dan produkproduk pertanian. Misa.Lnya penyimpanan produk-produk dan teknologiteknotogi dalam peinrosesan bisa merubah pola-pola harga musiman dan produk-produk pertanian yang sangat gainpang rusak. 103 104 105 106 ARTI DAN DEFINISI PEMASARAN 4.1 .1 . 1 Arti pemasaran Pemasaran inempünyai arti yang berbeda bagi setiap orang. Bagi konsumen misalnya seorang ibu rumah tangga , pemasaran bisa berarti belanja untuk rnakanan. Para petani terutama sekali rnelakukan transaksi dengan para peinbeli lokal, dan bisa mengkaitkan pemasaran dengan peinuatan hasil. pertaniannya ke atas mobil dan diangkut ke pasar. Sebaliknya, pedagang perantara seperti pengecer, pedagang besar, dan pengusaha pengolahan (processor) bisa memandang pemasaran sebagai suatu proses untuk mendapatkan keuntunçan dan persaingan yang ada dalam pasar, peningkatan penjualan dan keuritungan, dan pemuasan konsumen. Set iap kelompok di atas merupakan konsep yang terpecah-pecah dan suatu proses marketing secara keseluruhan. Tetapi seperti yang dipakai para ekonom, istilah pemasaran adalah lebih luas dan melibatkan semua kegiatan yang ada di dalam proses penyampaian produk dan produsen yang pertaina sekali ke konsumen akhir. 107 Istilah pemasaran (distribusi) sering juga disebut dengan istilah tataniaga karena niaga berarti dagang sehingga tataniaga (pemasaran) berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan main dalam hal perdagangan produk-produk. Di negara kit a, masalah pemasaran produkproduk pertanian merupakan bagian yang paling lemah dalam mata rantai perekonomian atau dalam aliran produk-produk. Dengan kata lain, efisiensi di bidang pemasaran mi masih rendah, sehingga masih sangat perlu i.ntuk diperbaiki. Bagaimanakah ukuran dan sistem pemasaran dan suatu produkagr bikatakn baikdan efisien? Sistem pemasan dianggap efisien bila memenuhi dua syarat: 1) mampu menyamaikan hasil produk petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, 2) mampu mengadakan pembagian yang adil dan keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihák yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran produk tersebut. Pengertian iil di sini adalah pemberian balas Jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai sumbangannya masing-masing. I)us, dengan rnelihat kedua ukuran mi tampak jelas bahwa kemungkinan peningkatan efisiënsi pemasaran di negara kita masih besar. Biaya pemasaran di negara kita termasuk tinggi dan pembagian hasil pendapatan dan, harga produk masih kurang adil. Jika misalnya hanya syarat pertama yang dipenuhi tetapi pembeli dan penjual hasilpertanian hanya ada satu perusahaan atau satu orang saja (monopsoni dan monopoli) maka perusahaan itu mungkin bisa rnenekan harga pembelian dan petani sehingga petani hanya menenima harga yang relatif rendah. 108 Dalam kasus mi jelas bahwa biaya pemasaran rendah tetapi pembagian pendapatan tidak adil. Jika di negara kita biaya pernasaran relatif lebih cinggi dibandingkan dengan keadaan di negara-negara lain untuk produk yang sama, sehingga menyebabkan penekanan harga pada tingkat petani produsen. Hal tersebut disebabkan oleh, misalnya transportasi yang belum lancar, kelemahan modal petani, industri pengolahan yang belum maju, dan sebagainya. mi berarti bahwa ada peluang bagi perbaikan 5.2 pemasaran pada banyak fihak terrnasuk pemerintah yang rnungkin harus menyediakan anggaran yang besar untuk perbaikan prasarana, pengaturan standar barang-barang komunikasi, telepon, teleks, telegram, dan sebagainya. Bukan hanya di dalam hal-hal teknis saja peranan pemerintah diperlukan dalatnpenembangan pemasaran, tetapi juga di dalam soal-soal jaminan hukum dan pengawasannya, dalam rnengusahakan kescabilan nilai uang dan lain-lain, demikian menurut AT Mosher. Karena itu pemasaran pertanian tidak hanya mencakup barangbarang yang dihasilkan oieh petani tetapi juga sarana-sarana produksi (saprodi) yang diperlukan oleh petani seperti: pupuk, pestisida, dan juga alat-alat pertanian. Khusus untuk pupuk dan pestisida mi banyak dipergunakan istilah distribusi, karena pupuk yang di impor atau di odiiksi oleh suatu pabrik pada tempat tertentu harus didistribusikan Ice pelosok-pei5sok desa yang tersebar. Perdagangan distribusi mi dilawankan dengan perdagangan pengumpulan yang menunjuk pada kegiatan mengumpulkan basil-basil yang juinlahnya sedikit dan petani produsen yang tersebar. 4.1 .1 .2 Fungsi pnasaran 109 Setiap barang ekonomi mernpunyai kegunaan atau rnantaat bagi ruanusia. Manusia memerlukan suatu barang tertentu pada tempat, waktu, bentuk dan harga tertentu. Jika antara penjual dan pembeli tidak ada kecocokan dalarn salah satu syarac tersebut di atas, rnak transaksi jual. beli cidak akan terjadi. Disinilah terletak fungsi dan peratian pemasaran yaitu mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat,. waktu, bentuk, dan harga yang Salah satu fun si yang harus dijalankan oleh sistem pemasaran adalah pengangkutan. Berbagai produk pertanian harus diangkut, sering kali ratusan ataii bahkan ribuan kilometer jarak dan usaha taft dimana produk pertanian itu dihasilkan ke kota-kota dimana produkproduk tersebut di konsumsi, atau ke pelabuhan-pelabuhan untuk diekspor. Misalnya hasH produksi rambutan, harganya sangat murah pada tempat di mana rainbutan cersebut di hasilkan dalam jurnlah yang beriimpah-limpah , padahal di kota perrnintaan akan rarnbutan itu cukup besar. Karena itu rambutan di angkut ke kota untuk di pasarkan. Pemasaran yang berfungsi untuk membawa rambutan tersebut dan tempat prsi (desa) ke tètnpat konsumsi (kota) bisa dikatakan teLah berlungsi menaikkan kegunaan tempat (place utility) bagi rambutan tersebut. Fungsi lainnya adalah penyiinpanan (storage). Basil produk pertanian di petik pada musim panen, akan tetapi konsumen perlu maniakainya sepanjang tahun. J1 dalam suatu perekonornian pertanian yang bersifa-t subsisten, petani menyimpan sendiri produk 5.3 pertaniannya. Sedangkan di daLam sistem perekonomiari yang sodah maju, proses penyimpanan mi dapat dikerjakan secara lebih efisien oleh lembaga- lem baga pemasaran dengan mfleinpekerj akan pegawai .-pegawai yang terlatih secara teknis dan 110 dengan rnenggunakan peralacan dan fasilitas yang diatur dengan baik untuk mel.indungi produk-produk itu dan gangguan tikus dan serangga, serta lain-lain sebab yang menimbulkan kerusakan dan kebusukan. Sebagai contoh, proses penyimpanan padi yang berjumlah banyak dan saat panen (pada waktu harga rendah) sampai saat paceklik. Walaupun penyimpanan mi mungkin hanya beberapa bulan saja, tergantung pada macam barangnya, tetapi proses mi telah rneningkackan kegunaan waktu (time utility) dan pernasaran. Produk pertanian yang gampang rusak tidak dapat disinipan lania canpa pengolahan (processing). Karena itu, pabrik-pabrik uncuk pengolahan surplus musiman dan produk pertanian yang garnpang rusak sangat penting seperti: proses pengeringan, pengalengan buahbuahan, sayur-sayuran dan daging dan lain-lain. Namun demikian, pengolahan produk-produk pertanian tidak terbatas hanya pada hasil pertanian yang gampang rusak saja. Kebanyakan hasil pertanian tidak dimakan dalam bentuk seperti ketika dipanen. Padi harus dijadikan beras, gandum digiling menjadi tepung, atau kelapa sawit diolah dulu untuk jadi mmnyak goreng, dan lain-lain. 1eknologi makanan yang modern rnemungkinkan pernbuatan produk-produk baru yang pasarannya bisa dikembangkan seperti tepung bayi, minuman-minuman, manisan dalam kaleng, dan banyak lagi yang lain. Dengan perkacaan lain, industrm pengolahan (processing) mi berfungsi mengo!ah dan rnengubah produk-produk pertanian sedemikian rupa sehingga bentuk dan mutunya sesuai dengan keinginan konsumen yang berarti meningkatkan bentik (form utility). Standar mutu mi dapat dibagi dalarn beberapa golongan dengan harga yang berbedabeda. Makin maju pertanian (dan perekonomian) inakin banyak macam ragani mutu barang.-barang untuk memenuhi selera konsumen yang berbeda-beda. 111 Perkembangan fasilitas-fasilitas pengangkutan, penyirnpanan (storage), dan pengolahan (processing) memper!uas pasaran produkproduk pertanian. Tanpa fasiLitastasilitas mi, pasaran yang ada hanya untuk produk-produk, pertanian. Tanpa fasilitasfasilitas mi, pasaran. yang ada hanya untuk produk-produk yang dpat di konsumsi segera sete1ah produk-produk tersebut di panen dan terbatas pada daerah yang dekat pada tempat dimana produk-pnoduk tersebut dihasilkan. Dengan adanya tasilitastasilitas tersebut di atas, maka para petani akan mempunyai saluran-saluran untuk produksiriya yang lebih besar dan untuk produk-produk yang mungkmn sesuai dengan usaha tani rnereka, akan tetapi tidak rnenguntungkan- karena pasarannya terlalu kec ii. 5.4 Jadi jelaslah di sini bahwa pengangkutan, penyimpanan, djj pengoi.ahan merupakan tiga tungsi utama perriasaran. Pengembangan iehih lanjut dan ketiga fungsi pemasaran mi akan memajukan dan memperluas pasaran basil-hasH usaha tani. l3ahkan Mosher rnemasukkan pemasaran mi ke dalam syarat mutlak peinbangunan pertanian. Tanpa adanya pemasaran procuk-produk pertaniarl, maka percanian akan bersifat statis dan usaha tani hanya ditujukan untuk inernenuhi kebutuhan petani saja. Fungsi pembiayaan (financing) merupakan tungsi lainnya yang perlu juga bagi sistem pemasarari. Di sini hanya perlu ditegaskan bahwa pembiayaan pemasaran mi sangat perlu karena adanya perbeciaan waktu (kadang-kadang sangat lama) antara pembefian (dan pernbayaran harga) oleh konsurnen dan kebutuhan uang dan produsen setelab komoditi tertentu selesai diproduksikan. Sesuai dengan perkembangan dan kompleksnya sistem pemasaran maka sxiah sepantasnya jika ada perusahaan khusus yang nienjalankannya. Di sini diper.Lukan manajernen perusahaan pemasaran yang betul-betul haik. Sebagai perusahaan, 112 pemasaran sama pentingnya dengan produksi oieh petani. Tanpa bantuan sistem pemasaran, petani akan rugi karena procluk-produknya tidak dapat dijual. [ngan demikian kurang tepatlab pendapat bahwa para pedagang perantara produk-produk pertanian itu hanya memperpanjang mata rantai produk-produk saja. Para pedagang tersebut adaiah bagian yang mutlak dalani keseluruhan mata rantai perekonomian. Ia merupakan kegiatan yang produktif dan memerlukan keahlian dan kecrampilan tertentu. 4.2 Kegiatan Belajar EAIW(1’ERISTIK P1Xi1K PERTMIIAN 4.2.1 Uraiari dan Contoh 4.2.1.1 Bahan Mentah(bahan baku) Sebagian besar output pertanian merupakan bahan mentah yang masih akan cligunakan untuk pengolahan lebih lanjut. Proses pengolahan mi bisa terbatas, seperti perubahan dan ternak nienjadi daging, dan padi inenjadi beras, dan pohon jati menjadi papan jati, dan lain-lain. Tetapi juga bisa menjadi sangat kompleks, seperti perubahan dan ganduni sampai inenjadi kue-kue, dan kacang hijau menjadi rninuman sari kacang hijau, dan pohon ,jati ruenjadi peralatan ineubelair, dan sebagainya. Tanpa meinperdulikan masaiah kompleksitasnya, bagaimanapun prociuk pertanian yang dijual petani, dengan segera akan kehilangan identitasnya sebagai produk pertanian dan menjadi produk yang lebih ‘sederhana’. 4.2.1 .2 Banyak meniakai tempat (bulky) Produk-produk pertanian lebih banyak menggunakan/memalcai tempat (bulky) jika dibandingkan dengan produk-produk lain. Sifat yang deniikian mempunyai 113 pengaruh fungsi-tungsi pernasaran yang berhubungan dengan masalah pemeliharaan fisik. Produk.-produk yang memakai tempat yang banyak, jika dihubungkan dengari nhlainya, maka hampir secara otornatis menaikkan biaya pengangkutan dan penyimpanan. Sebuah truk yang mengangkut obat-obatan akan sangat lebih berharga dan pada sebuah truk yang mengangkut padi. Art inya buah-buahan, sayur-.sayuran, jagung, dagirzg, semuanya bersifat membutuhkan teinpac yang banyak (bulky). Cmi mi niempunyai pengaruh terhadap fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk pasar produk—produk pertanian. Sifat rnemakai tempat yang banyak (bulky) mi, ditambah dengan keaneka ragaman produksi, rnenyebabkan kebutuhan akan kapasitas penyimpanan yang lebih besar. 4.2.1 .3 Gampang Rusak (perishable) Derajat gampang rusak (perishability) dan produk-produk pertanian juga bisa dibandingkan dengan produk-produk lain. Sernua produk pertanian akhirnya akan rusak (busuk). Beberapa produk pertanian seperti tomat atau bayam, hanus dikonsurnsi segera setelah dipetik; 4 jika tidak maka produk-produk tersebut akan busuk dan layu (tidak segar 5.8 lagi) dan akan berkurang nilainya. Produk-produk seperti daging sapi atau kambing akan cepat rusak jika penyirnpanannya tidak baik. Sernentara itu, gandum pada sisi lain, bisa disitnpan untuk jangka waktu yang relatif lebih larna tanpa banyak mengalami kerusakan. 1alaupun hainpir sernua produk pertanian bisa disirnpan, tetapi selalu lebih cepat rusak dibanding produk-produk industri. 114 Produk-produk yang gampang rusak (perishable) rnernbutuhkan perne liharaan (penanganan) yang cepat dan rnernbutuhkan s is tern pengataii. 4.2.1.4 Variasi kualita.s Kualitas proctuk-produk pertanian bervariasi dan tahun ke tahun dan dan musirn ke musirn. Pada beberapa tahun tertentu rnungkin kualitas produk sangat tinggi. Sementara pada saat yang lain, keadaan-keadaan yang tidak rnenguntungkan mengakibatkan produk-produk pertanian berkua’ itas rendah. Variasi kualitas produksi seperti itu mempersulit proses penerapan standar kualitas produk yang seragam dan tahun ke cahun. Jika apel Malang berkualitas yang seragarn tingginya, standar kualitas apel yang tinggi bisa ditetapkan dengan ketat. Tetapi jika kualitasnya rendah, standar grading bisa sedikit diperlunak untuk rnernungkinkan apel tersebit dipasarkan sebagai kual.itas tertinggi. Meskipun produk-produk pertanian bervariasi dalarn kualitas, tetapi produk pertanian secara umum bisa ciikatakan hornogen. mi berarti bahwa secara keseluruhan, para pernbeli tidak mernpunyai alasan yang kuat tntuk lebih memilih produk seorang petani daripada yang lain. Oleh karena itu setiap petani menerirna harga yang sarna untuk kualitas produk yang sama iula. 4.3 Kegiatan Belajar 3 BIAYA PIASARAN 4.3.1 Liraian dan Contoh Siapapun yang menja.Lankan fungsi-fungsi pemasaran atau bagaimanapun bentuk lembaga pemasaran, selalu memerlukan biaya. Pengangkutan memerlukan biaya, demikian pula penyimpanan dan pengolahan. Waktu dan usaha yang digunakan untuk rnenganalisa penawaran dan permintaan, mengadakan hubungan dagang, memilih 115 barang dagangan, membeli dan menjualnya serta pengaturan distribusinya; kesenrna kegiatan di atas membutuhkan biaya yang banyak. Akit selanjutnya adalah harus ada modal yang ditanamkan (investasi) pada procluk-produk pertanian yang diperdagangkan dalam sistem pemasaran tersebut. Padahal perdagangan itu mengandung banyak risiko-risiko rugi karena produk rusak atau karena perubahan harga. Oleh karena itu penanaman modal (investasi) mestinya tnenghasilkan suatu keuntungan, seperti halnya dengan bunga yang harus dibayar untuk uang yang dipinjamkan kepada petani untuk membeli sarana produksi (saprodi) seperti pupuk, bibit, pestisida, dan lain- lain. Semakin berkembang pertanian dan semakin kompleksnya sistem pemasaran akan menyebabkan biaya pemasaran makin besar. Konsumen yang rnakin tinggi tingkat pendapatannya menginginkan produk-produk [. pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan mi berarti proses pengolahan yang makin kompleks dan jasa-jasa sistem pemasaran yang rnakin banyak. Engan demikian maka nilai produk pertanian yang sainpai pada konsumen sixiah rnemperoleh nilai tambah yang relatif makin besar dan persentase nilai rupiah yang diterima petani produsen menjadi makin kecil. Sebagai ccwitoh adalah permintaan akan beras. Konsumén di kota yang pendapatannya makin tinggi mulai membeli beras yang kualitasnya Lebih baik yang persentase pecahnya macin sedikit atau menginginkan beras yang dikemas dengan plastik yang baik dan lain-lain. Jumlah (kuantias) beras yang diminta mungkin tetap tetapi dengan kualitas yang lebih baik. Jadi apa yang dirnaksud dengan biaya pemasaran (marketing margin) dalam ekonomipertanian bukanlah biaya yang kita kenal sehari-hari yang dianggap selalu harus dan bisa ditekan. 116 Rita tidak bisa membandingkan efisiensi peruasaran untuk beberapa produk— produk hanya dengan inembandingkan besarnya persentase biaya pemasaran mi. Suacu produk bisa memiliki sistem pemasaran yang sangat efisien tetapi persentase biaya pemasarannya tinggi. Makanan dalam kaleng misalnya, biaya pemasarannya jauh lebih tinggi daripada 5.12 biaya pemasaran untuk padi atau daging. Produk yang gampang rusak (perishable) atau yang memakai teTnpatang besar (bulky) untuk — menangkut dan menylmpannya juga akan memakan biaya pemasaran yang relatif tinggi dibariingkan dengan produk yang tahan lama atau yang stiupel (ringkas) . Juga faktor risiko memegang peranan yang sangat penting. Kalaurisiko rusak atau penurunan kualitas produk besar, — Biaya pemasaran bervariasi cukup besar tidak ha untuk berbagai produk tetapi bahkan tuk produk yang sama untuk daerazi yang berbeda. Variasi yang kadang kala sangat besar itu menuri,jukkan bahwa biaya pernasaran itu dipengaruhi oleh banyak if t inT iitiksayur r5ur misainyamemang mungi dis oleiantai’à la in kondisi j alan yang kurangIk g tu pua dengan prasarana perhubungan lainnya. —Terpencar-pencarnya tempat-tempat produksi yang jauh serta jalan yang buruk berarti akan memperpanjang waktu pengangkutan dan memperbesar risiko kerusakan. Tidak hanya itu saja, kadang-kadang tingginya biaya pemasaran juga disebabkan oleh banyaknya pungutanpungutan baLk yang bersifat restni (retribusi) maupun yang tidak resmi disepan,jang jalan antara produsen dan 117 konsumen. Untuk produkproduk yang diekspor biaya pemasaran mi dihitung dan harga fob (free on board) atau dan harga jual para eksportir. Kita tidak bisa begitu saja niembandingkan biaya pemasaran untuk mengukur efisiensi karena adanya faktor-faktor tersebut di atas. Perbandingan untuk inengukur efisiensi pemasaran tidak mixlah karena fungsi-fungsi pemasaran seperti pengerinan dan pengolahan yang dikerjakan oleh pebgolah-pengolah khusus, tetapi ada pula yang dikerjakan oleh petani. Hal mi tampak penting sekali pada produk ekspor seperti karet, dimana pengoiahan sampai tahun-tahun terakhir mi masih banyak dilakukan di luar negeri (di Singapura misalnya) yang berarti bahwa karet yang diekspor rnasih dalam keadaan belum diolah atau dalam grade yang rendah (unsmoked sheets misainya). Oleh karena itu proses baru pengolahan crumb rubber berarti inemperbesar penerimaan biaya pemasaran di dalam negeri. Dalam istilah pendapatan nasional berarti nilai tambah (value added) dan perusahaan-perusahaan pengolahan dan pemasaran menjadi lebih besar bila pekerjaan pengolahan mi iebih banyak dilakukan di dalam negeri. Pengetahuan (iniormasi) tentang biaya pemasaran mi penting sekali, tidak saja bagi pedagang dan petani, tetapi juga bagi pemerintah. Satu contoh yang baik sekali actalah dalarn hal petnasaran beras. Dalam ruenentukan kebmj aksanaan harga beras minimum dan maksimuin, pemerintah menganggap bahwa biaya pemasaran adalah kirakira 31 persen yang merupakan perbedaan antara harga beras minimum yang 5.13 dijamin dengan harga beras eceran pemerintah. Hasil penelitian Ace Partadiredja di Jawa Tengah (1I70) memperlihatkan bahw petani pda umumnya menerima harga jual path keringnya tidak sebesar Rpl 3,20 per kg (atau Rp26,40 per kg untuk kering giling) tetapi lebih menclekati Rp20,00 per kg path kering atau Rp40,00 118 per kg beras bila konversi beras padi dianggap 50 persen. Suatu biaya pemasaran yang ternyata lebih kecil dart asuinsi mi mernpunyai irnplikasi penting bagi kebijaksanaan harga pupuk yang disubsidi pemerintah. Suatti contoh basil penelitian lain mengenai pemasaran ternak hidup felah dilaporkan oleh Mubyarto (1974). Dan hasil penelitián tersebuc ditemukan bahwa nampaknya ada hubungan langsung ancara harga yang diterima petani peternak dan biaya ekspor. Makin tinggi blaya yang harus dibayar o.Leh eksportir makin rendah harga yang cfiterima petani. Dengan kata lain biaya tanibahan yang dibebankan pada eksportir rupanya diteruskan sepanjang mata rantai pemasaran sampai pada petani peternak. Mungkin ha! tersebut menunjukkan bahwa segala biaya yang harus dibayar oleh eksportir (baik yang resmi maupun yang tidak resmi) mempengaruhi penerimaan bersih dan petani. Jika hal tersebut benar maka rnungkin benar untuk mengatakan bahwa sebenarnyalah penerimaan eksportir lebih stabil dan pada penerimaan petani. Bila eksportir mengatakan bahwa perdagangan ternak mengandung risiko besar maka bagi peternak risikonya akan lebih besar lagi. Akhirnya dalam hal biaya pemasaran mi harus disebutkan perpajakan atas produk-produk yang diekspor. Karet yang secara tradisional rnerupakan komoditi ekspor yang sangat penting di Indonesia banyak dibebani pajak (yang merupakan pendapatan negara) dan berarti mengurangi penerirnaan petani, oleh karena itu bisa juga dimasukkan ke dalam biaya pemasaran. 1. Grading dan Staixlardisasi 119 Grading adalah klaikasi produk-produk percanian ke dalam beberapa golongan tertentu yang berbeda-beda, niasing-masing dengan näTiiãitiket tertentu. Perbedaan mi bisa ditentukan oleh perbédñ bentuk dan besar barang, rasa, tingkat kematangan, dan sebagainya. Kemajuan sistem grading berhubungan erat dengan luasnya pasar. Dalain pasar bersifat lokal dimana produsen dan konsunien dapat bertemu secara pribadi, inaka grading belum tentu menonjol peranannya. Tetapi jika proses jual beli menjadi berkembang dimana produsen clan konsumen terpisah jauh antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, maka grading mulai diperlukan. Hal mi diperlukan karena sudah timbul pedagang perantara yang mernbawa pesan keinginan konsumen atas mutu produk-produk, dan mi dinyatakan dalam grade-grade tertentu dengan harga yang berbeda-beda. Keuntungan grading yang baik, adil, dan teliti atas produk-produk pertanian memberi manfaat bagi konsumen inaupun produsen. Konsumen untung karena mendapat produk yang paling sesuai dengan keingmnan dan tingkat pendapatannya. Sedangkan produsen juga mendapat jaminan rnemperoleh harga yang sesüai dengan kualitas produk yang dihasilkannya. Jadi dengan sistem grading yang baik, maka konsumen dan produsen akan terhinclar dart praktek—praktek yang kurang baik. Tetapi perlu pula diketahui bahwa dengan adanya grading berarti ada penambahan biaya produksi (pemasaran) karena produk-produk tersebut harus dikelompok-kelornpokkan dan dibuat sdemikian rupa. Sedangkan standardisasi adaláh penentuan mutu produk Inenurut ukuran, atau patokan tertentu. Penentuan standar sedapat mungkin dibuat sesuai dengan ukuran- 120 ukuran yang umum dipakai dalanh praktek pernasaran baik nasional maupun intemasional. Hasil-hasil produksi harus dikelompokkan menurut kualitaskualitas tertentu oleh produsen, konsumen, pasar atau organisasiorganisasi pemasaran. Begitu pula, beberapa produsen harus mengganti/mengubah grade dart waktu ke waktu, disesuaikan dengan 5.17 perubahan permintaan pasar dan harga-harga dan masing-masing grade. (intuk suatu grade tertentu, rnungkin disuatu pasar termasuk grade No.1, teCapi di lain pasar grade No.2. Konsunien bisa juga kehilangan kepercayaan pada grade-grade tertentu. ‘-‘ Ada dua niasalah utarna dalam mengeinbangkan standardisasi: 1) pengembangan metode-metode baru untuk pengukuran kualitas produk secara lebih obyektit. 2) pengembangan berat/timbangan dasar yang obyektif pada harga pasar. Grading untuk berbagai produk pertanian dalam berbagai segi dalam sistem pemasaran biasanya dilakukan oleh produsen. Seringkali dilakukan di bawah pangawasan pemerintah. Pada peristiwa itu, pemerintah berwenang untuk mengesahkan grade dan produk-produk terse but Kadarg kala grade yang berlaku dan rnetode-metode pengawasan yang dijalankan tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumen atau tidak bisa menjangkau apa maunya konsumen. Hal mi bisa disebabkan oleh: a) uinurnnya grade diciptakan secara spesifik untuk digunakan oleh pedagang besar, dan tentunya untuk kemampuan agar bisa dikapaikan untuk jarak yang jauh. 121 b) terlalu kompleks untuk digunakan konsumen biasa, dan c) grade tidak ditunjukkan kepada konsiinen akhir. 4.4.1 .2 Informasi psar Informasi pasar merupakan suatu istilah yang sangat luas yang digunakan untuk meriunjukkan seinua fakta dan interpretasinya yang berkaitan nilai pasar produkproduk pada saat sekarang dan prospeknya di rnasa datang. Fakta-fakta dan interpretasi-interpretasi •tersebut meliputi: 1) jumlah produk, karakteristik produk, lokasi, dan perubahan penawaran aktual maupun potensial suatu procluk, pengapalan, penerirnaan, dan cadangan; 2) hal-hal yang berhubungan dengan permintaan dan konsumsi konsunien dan dengan permintaan dan pembelian pedagang pada setiap tahap peTnasaran; 3) harga-harga pada setiap tahap pemasaran; 4) ‘naia’ pasar, perasaan pedagang, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pasar seperti cuaca yang buruk; 5) analisis dan prakiraan dalam artian trend, pergerakan tahunan variasi musinian , dan fluktuasi jangka pendek dantidak teratur. 5.18 I Walaupun tidak ada garis pembagi yang tepat, ada 2 kategori uimxn dan informas i pasar: 1) informasi yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga pada inasa yang akan datang dan trend jangka panjang nilai pasar, biasanya disebut intormasi harapan (outlook information); 122 2) intormasi yang berkenaan dengan situasi harga sekarang dan penawaran pasar jangka pendek disebut berita pasar (market news). Kedua jenis inforniasi mi sangat penting dalam pemasaran karena bisa diterapkan untuk kepentingan manajemen usaha tani. Kebutuhan petani akan informasi sebenarnya dimulai sebelum dia inembeli atau menyewa tanah pertanian serta merencanakan bentuk usaha tani dan produk yang dihasilkannya. Suatu tindakan yang sangat bodoh, misalnya, untuk membeli atau menanam kubis tanpa mempertimbangkan secara seksama keadaan-keadaan yang berhubungan dengan permintaan pada masa yang akan datang serta penawaran dan harga kubis, meskipun demikian banyak petani yang rnelakukan itu tanpa meniperhatikan apapun kecuali harga sekarang dan keuntungankeunturcgan yang diharapkan. Para petani seharusnya memperhatikan, sebelum perencanaan luas lahan yang akan ditanaminya atau ternak yang akan diproduksinya, situasi pasar yang mungkin terjadi dan akan dihadapi pada saat produkproduknya siap untuk di pasarkan. Pada saat produk-produknya siap untuk dipasarkan, petani harus inemutuskan kapan, dimana dan untuk siapa produk-produknya akan dijuaL Manfaat informasi pasar mi bagi petani secara keseluruhan antara lain membantu agen-agen pemasaran dalani pemanfaatan secara penuh permintaan konsurnen dalam pasar-pasar individual untuk produk tersebut. Tanpa informasi pasar, sejuiniah permintaan potensial tidak bisa terisi karena kurangnya pengetahuan akan adanya produk tersebut, sementara permintaan.-permintaan ditempat iain secara relatif ada kelebihan penawaran. 123 Selain itu, informasi pasar juga dapat mengurangi biaya pemasaran (mdrketing margin). Pengeksploitasian terhadap para pernbeli dan para penjual yang tidak sadar akan keadaan-keadaan pasar bisa dikurangi. Penurunan risiko mengurangi biaya-biaya pemasaran. Persaingan yang tidak sempurna yang timbul karena berbagai keadaan di dalam diferensiasi produk dan pemasarannya, diterensiasi jasa, berkurang. Misainya, seorang pedagang besar bisa meyakinkan perusahaan angkutan (ekspedisi) bahwa ia menawarkan suatu pekerjaan pengangkutan dan menjaga volume produknya walaupun secara aktuai mendapatkan penerimaan yang .Lebih sedikit daripada para pesaingnya. Tetapi jika perusahaan angkutan bisa memhandingkan penerimaannya dengan aporan 5.19 laporaLl dan pasar, perusahaan segera akan mengetahui bahwa jasa pedagang besar tersebut ticiaklah terlalu inenguntungkan, seperti yang ciikatakan oieh pedagang tersebut. Pada umümnya, biaya operasi agen—agen pemasaran akan naik cukup berarti dan persaingan yang mempengaruhi biaya pemasaran akan berkurang jika informasi pasar tidak tersedja. 4.4.1 .3 Pengangkutan (transportasi) Pengangkutan nierupakan faktor yang sangat penting di dalam pemasaran pertanian, terutaina sekali untuk produk yang gampang rusak (perishable). Pertama sekali dan paling penting, para petani harus mampu menjangkau pasar mereka. Sebagian besar usaha tani tersebar luas di desa dan pedalaman, oleb karena itu dibütuhkan jaringan pengangkutan yang bercabang luas baik untuk rnernbawa peralatan produksi maupun untuk mernasarkan produk-produk pertanian mereka ke konsumen di perkotaan. 124 Pengangkutan mi haruslah diusahakan sernurah mungkin. Bagi petani, harga suatu input seperci upuk adalah harga pupuk tersebut ditanibah ongkos angkut ke usaha taninya. Sementara itu penerirnaannya dan penjualan padi atau produk-produk lainnya adalah harga pasar dikurangi dengan ongkos angkut produk-produk tersebut dan usaha taninya ke pasar. Jika biaya pengangkutan telalu tinggi Iliaka harga pupuk itu akan terlalu mahal bagi petani, dilain pihak pendapatannya dan penjualan padi atau produk lainnya tenlalu sedikit. Tetapi bila ongkos pengangkutn bisa ditekan, maka harga pupuk di usaha taninya menjadi rendah dan pendapatannya akan lebih cinggi. Dan uraian ongkos di atas, jelaslah fungsi pengangkutan di dalam pemasaran. Pengangkutan yang murah akan menyebabkan biaya produksi yang rendah pula, dan penerimaan petani clan has ii penjualan produk-produknya meningkat. Jika biaya pengangkutan tinggi, maka harga jual akan naik dan hal mi bisa saja .niempengaruhi juinlah permintaan akan produk tersebut oleh konsumen. 4.4.1 .4 Struktur pnasaran prdduk pertanian Dalani seksi mi kita rnelihat beberapa contoh struktur dan saluran pemasaran beberapa produk pertanian. Di sini kita akan menganalisa struktur pernasaran produk pertanian yang dikonsumsi di dalam negeri saja seperti padi, dan produk pertanian yang diekspor seperti kopi. 5.20 Padi Struktur pemasaran padi/beras dan segala persoalan ekonominya telah disusun oleh Leon A. Mears dalain bukunya yang berjudul “Rice Marketing in the Republic of Indonesia” path tahun 1961. Di bawah mi akan digambarkan secara ringkas dan garis besarnya saja permasalahan tersebut. 125 Ada sekitar 30 persen produksi beras dalam negeri dijual oleh petani produsen dan sisanya untuk keperluan petani sendiri. Bagian yang inasuk pasar mi sekitar 80% cii perdagangkan oleh usaha-usaha pemasaran swasta dan sisanya oleh Badan Iirusan Logistik (Bulog), lembaga pemasaran peinerintah yang mernpunyai cabang-cabang Depot Logistik (IXlog) sampai ke tingkat kabupaten. Pada salüran swasta petani menjual padi/gabah kepada para tengkulak atau pedagang kecil yang ada di desa-desa atau khusus datang dan kota. Para pedagang kecil itu kemudian menggilingkan padi/gabahnya pada pabrik penggilingan padi kecil-kecil di desa setempat atau menjualnya langsung pada penggilingan padi besar. Jika padi/gabah digilingkan sendiri maka beras hasilnya di bawanya ke kota untuk dijual kepada para pedagang beras besar dan kemudian para pedagang besar mi menjualnya kepada pedagang pengecer. Para pedagang beras besar biasanya memiliki penggilingan sendiri. 126 Betas yang diperdagangkan me!alui saluran pemerintah (Buiog) maka pada tingkat terbawah (desa, kecamatan, atau kabupaten) sebenarnya masih juga melalui pedagang-pedagang swasta. Bulog hanya mengaclakan 5.21 kontraic pembelian minimum 5 ton dengan pedagang beras kecU atau penggilingan-penggilingan path di ibukota kabupaten atau propinsi. Setelah beras di setor pada gudang Bu!og/I)log maka beras itu di sirnpan sebagai stok pemerintah untuk keperluan anggota-anggota AI3Rt, pegawai negeri, dan perusahaan -perusahaan negara dan sebagian lagi sebagai cadangan penyangga (buffer stock) nasional. baik untuk keper].uan injeksi maupun untuk keperluan lainnya. Dalam injeksi mi Bulog menggunakan pedagang besar tertentu untuk rnenjual beras dengan harga yang celah ditentukan oleh Bulog dan pedagang besar mi menggunakan para pengecernya yang tersebar di se lurufr bag ian kDta. 127 Dan gambar di atas, secara garis besar bisa dilihat pasar beras saluran ssta melalui tiga tingkat pasar utama yaitu: I Pasar pengumpu.L lokal II Pasar penguinpuL regional/pasar transito III Pasar penjualan/distribusi terakhir Pada saluran pemerintah juga pasar pengumpul lokal dan regional digunakan, tetapi setelah itu dikenal lernbaga Dolog sebagai lembaga pemasaran transito yang besar dengan cabang-cabangiya sampai di kota-. køta kabupaten. Dari Dolog beras dikirim melalui pasar terakhir yang dapat berupa: 5.22 1) Kantor-kantor pereritah termasuk anggota ABIU; - 2) Pedagang besar dan [cecil untuk beras injekst; dan 128 3) Pengiriman antar daerah yaitu dan. daerah surplus Ice daerah defisit. Pada kantor lXlog yang terakhir beras didistribusikan melalui salab satu dan dua kemungkinan di atas yaitu melalui kantor-kantor pemerintah atau melal.ui pedagang besar dan pedagang pengecer. Kopi Kopi dihasi].kan oleh usaha tani rakyat (smallho.Lder) dan perkebunan besar (estate). Pada mulanya kopi hanya di tanam oleh perkeburian saja, tetapi karena cara buctidayanya yang sederhana dan karena pasaran yang baik maka kopi rakyat sudah cukup dominan. Daerah-daerah kopi yang terpenting adalah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Timur, Bali. dan Aceh. Sebagian besar hasii kopi kita di ekspor. Negara pengekspor kopi mi dibagi menjadi dua yaitu negara-negara kuota yaitu negara-negara yang menjadi anggota International Coffee Organization (ICO) dan negara-negara bukan anggota (non kuota) Sunber: Moelyono Partosoedarso & Amris Makmur, “Tata Produksi dan Niaga Kopi di 129 Indonesia”, SAE 1968, dalam Mubyarto, “Pengantar Ekonomi Pertanian” LP3ES, Jakarta, 1979. A. Petani produsen pengolah kopi beras kualitas asalan B. Tengkulak desa merupakan tengkulak penguinpul yang mendatangi desadesa merupakan tangan kanan dan pedagang lokal C yang inenyediakan modal dan alat pengangkutan bagi B. C. Pedagang lokal (di kecamatan) disebut cengkan, pengumpul Icopi dan tengkulak-tengkulak dan petani-.petani yang menjual langsung. D. Peciagang has ii bumi (di ibukota Teluk betung) kedodukannya sama dengari C tapi lebih besar. E. Eksportir membeli kopi dan 1), C dan kadang-kadang juga dart B dan A. Eksportir mi menyortir untuk kualitas ekspor. F. Pedagang luar negeri. Saluran pemasaran kopi mi padaumumnya sama pada semua daerah yaitu dart petani kopi clijual pada pedagàng pengumpul (tengkulak) yang datang ke desa-desa. Pedagang pengumpu]. mi kemodian menjua]nya kepacta pedagang lokal yang seterusnya mengirimkannya ke pada eksportir di kota-kota pelabuhan. Ekspörtir yang menerima kopi dan pedagang lokal dapat clibagi dua yaitu eksportir pródusen dan eksportir biasa. Eksportir produsen memiliki mesin pengolahan dan berspesialisasi dalam kopi, sedangkan eksportir biasa adalah eksportir basil-hasH pertanian pada uinumnya yang di samping basilbasil lain juga mengekspor kopt. Eksportir yang terakhir mi tidak memiliki fasilitas-fasilitas pengolahan. 130 PENGERTIAN KOPERASI 1. Uraian dan Contoh Ilmu koperasi merupakan bagian dan Ilmu Ekonomi yang berusaha mempelajari usaha manusia untuk mencapai kemakmuran. Usaha-usaha yang dilakukan manusia beraneka macam. Dengan demikian tidak mungkin segala lapangan usaha tersebut dipelajari sedalam-dalamnya dalam satu ilmu saja yaitu ilmu ekonomi. Maka dari itu dalam sejarah perkembangan ilmu ekonomi, timbul beberapa ilmu ekonomi yang mempelajari usaha manusia untuk mencapai kemakmuran dalam lapangan tertentu misalnya: 1) Ilmu ekonomi perusahaan yang khusus mempelajari peristiwa-peristiwa yang timbul dalam perusahaan 2) Ekonomi moneter yang khusus mempelajari masalah keuangan 131 3) Ilmu perdagangan internasional yang khusus mempelajari peristiwaperistiwa yang timbul dalam hubungan perdagangan antar negara dan lain-lain. Perkoperasian merupakan masalah yang penting dan memerlukan penyelidikan tersendiri, sehingga ilmu koperasi haruslah dipandang sebagai bagian dan ilmu ekonomi yang berdini sendiri, dan berkedudukan sama dengan ekonorni perusahaan, ekonomi moneter dan cabang-cabang ilmu yang lain. Koperasi terdapat di seluruh dunia, tetapi peranan yang diambil di tiap-tiap negara tidak sama, sehingga arti yang diberikan oleh anggota masyarakat di tiap-tiap negara tidak sama. Kalau ditinjau dan kata asalnya, koperasi berasal dari perkataan cooperative yang berarti bekerja sama. Jadi setiap perkumpulan yang bertujuan bekerja sama dapat disebut koperasi. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya tidak semua perkumpulan yang bertujuan bekerja sama dapat disebut koperasi. Perkumpulan yang dapat disebut koperasi mempunyai pengertian khusus dan harus memenuhi beberapa syarat. Secara umum pengertian koperasi adalah perkumpulan yang memberi kebebasan rnasuk dan keluar sebagai anggota dan bertujuan untuk dapat mempertinggi kesejahteraan para anggota dengan menjalankan usaha secara bersama-sama. Perumusan koperasi yang khusus berlaku di Indonesia dapat ditentukan dengan Undang-undang no. 79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi. Pasal 2 ayat 1 UU. Kop 79/1958 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah perkumpul yang beranggotakan orong-orang atau badan hukum yang tidak merupakan konsentrasi modal, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. berasas kekeluargaan (gotong royong) 132 b. bertujuan memperkembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan kesejahteraan masyarakat dan daerah kerjanya pada umumnya. c. dengan berusaha: 1) mewajibkan dan menggiatkan anggota untuk menyimpan secara teratur 2) mendidik anggota kearah kesadaran berkoperasi 3) menyelenggarakan salah satu atau beberapa usaha dalam lapangan perekonomian d. keanggotaan berdasarkan suka-rela, mempunyai kepentingan, hak dan kewajiban yang sama, dapat diperoleh dan diakhiri setiap waktu menurut kehendak yang berkepentingan, setelah syarat-syarat dalam anggaran dasar dipenuhi. e. akte pendirian menurut ketentuan-ketentuan dan telah didaftarkan sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang. Koperasi berasas kekeluargaan (gotong royong). Dalam pengertian sehari-hari keluarga diartikan sebagai bentuk pergaulan hidup yang seerat-eratnya. Kekayaan keluarga menjadi hak milik bersama, tiap keluarga dapat saja mempunyai tugas yang berbeda-beda, tetapi itu semua dikerjakan untuk kepentingan seluruh keluarga. Dalam keluarga yang baik, pertentangan harus dihindari akan tetapi seandainya terjadi juga perselisihan, maka persoalannya harus diselesaikan dengan cara bermusyawarah. Dalam koperasi juga harus berlaku asas kekeluargaan, jadi semua anggota koperasi mempunyai kepentingan yang sama, mempunyai hak yang sarna untuk memilih dan dipilih sebagai pengurus. Pengurus koperasi dipandang sebagai kepala keluarga yang harus dapat mengadakan pembagian kerja di antara anggotanya, dan bertanggung jawab atas keselamatan seluruh keluarga. 133 Asas kekeluargaan dalam koperasi sering juga disebut gotong royong. Gotong royong dalam koperasi sedikit berbeda dengan gotong royong yang dilakukan oleh nenek moyang kita maupun oleh penduduk yang masih tinggal dipelosok-pelosok untuk mencukipi kebutuhan mereka seperti: membuat rumah, mengerjakan sawah, memperbaiki jalan dan sebagainya. Gotong royong semacam ini tidak mempunyai organisasi yang teratur, sedang gotong royong dalam koperasi diikat dalam suatu organisasi yang teratur dan terpimpin. Usaha yang dijalankan bersifat dinamis, produktif, terencana dan diselenggarakan secara kontinyu. Keanggotaan koperasi berdasar sukarela yang mempunyai arti bahwa keanggotaan koperasi tidak boleh dilakukan karena adanya paksan. Keanggotaan dapat diperoleh dan diakhiri setiap saat, menurut kehendak yang berkepentingan. Hal ini tidak berarti bahwa orang dapat keluar masuk sebagai anggota, tetapi calon anggota harus dapat memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam anggaran dasar. Selain itu asas demokrasi harus dipegang teguh dalam koperasi, artinya tiap anggot.a bebas untuk bersuara atau mengeluarkan pendapat, tiap anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama, termasuk hak memilih dan dipilih menjadi pengurus. Kepemimpinan di atur secara demokratis artinya kekuasaan tertinggi berada di tangan anggota. Pengurus dipilih dan diangkat oleh rapat anggota, dan pengawasan terhadap pekerjaan pengurus di lakukan oleh suatu Badan Pemeriksa yang diangkat oleh rapat anggota. Selain itu setiap anggota berhak menanyakan atau melihat pembukuan koperasi. Dalam taraf pertama, operasi hanya bekerja untuk kepentingan anggota, tetapi apabila keadaan sudah mengizinkan, koperasi berusaha melayani kepentingan masyarakat di sekitarnya. Sebagai contoh, dalam koperasi konsumsi, apabila persediaan 134 barang mencukupi koperasi tersebut selain melayani anggota juga memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk ikut membeli barang-barang dari koperasi. Berbeda dengan firma, PT dan badan usaha swasta lain yang bekerja dengan tujuan untuk mencari laba, yang sebesar-besarnya sehingga kurang memperhatikan kepentingan masyarakat; koperasi bekerja tidak untuk mencari laba tetapi bertujuan untuk mempertinggi kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan usaha yang dijalankan oleh koperasi biasanya masih terdapat kelebihan hasil yang sering disebut sisa hasil uaha. Sisa hasil usaha ini sebagian dibagi kepada anggota, sebagian lagi disimpan sebagai dana sosial kemakmuran. Apabila dana tersebut sudah cukup banyak dapat digunakan untuk memenuhi kepentingan masyarakat, seperti: sumbangan kepada korban bencana alam, memperbaiki jalan, mendirikan balai pengobatan dan lain-lain usaha yang dapat mempertinggi kemakmuran masyarakat. Modal yang dipergunakan koperasi dalam menjalankan usahanya diperoleh dan simpanan anggot.a koperasi. Simpanan tersebut ada tiga macam: 1. Simpanan pokok; adalah suatu jumlah tertentu yang harus dibayar oleh anggota pada saat pertama kali rnenjadi anggota koperasi. Simpanan ini dapat dibayar dengan diangsur dan hanya boleh diminta kembali apabila anggota tersebut keluar dan koperasi 2. Simpanan wajib; yaitu sejumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh anggota setiap jangka waktu tertentu 3. Simparian sukarela; yaitu jumlah uang yang dapat disimpan setiap waktu; menurut peraturan yang ada dalam koperasi. 135 Dengan adanya simpanan wajib dan simpanan sukarela yang disimpan para anggota dalam koperasi, diharapkan modal koperasi makin lama makin bertambah banyak, sehingga koperasi selalu meningkat dan usahanya semakin besar. Ditinjau dan tujuannya, kita dapat membedakan dua macam perkumpuan: 1. Perkumpulan yang bertujuan untuk mengejar cita-cita atau yang bersifat ideal, misalnya badan-badan pemerintahan, organisasi buruh, perkumpulan olahraga den lain-lainnya. 2. Perkumpulan yang bertujuan mengejar keuntungan atau bersifat komersial, misalnya: Firma, PT, CV, Kartel. dan lain-lainnya. Koperasi termasuk perkumpulan yang lebih mengutamakan untuk mencapai cita-cita yaitu berusaha mempertinggi kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat umumnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, koperasi harus menyelenggarakan usaha di dalam perekonomian sehingga tidak dapat terlepas dari urusan jual beli atau usaha yang bersifat komersial. Dan usaha yang dijalankan, koperasi biasanya memperoleh laba atau disebut sisa hasil usaha. Dengan demikian koperasi tidak hanya suatu perkumpulan yang bersifat ideal tetapi juga bersifat komersial. Meskipun demikian harus selalu diingat bahwa laba yang diperoleh koperasi bukan tnerupakan tujuan pokok, tetapi merupakan hasil sampingan dan usaha yang dijalankan koperasi untuk mencapai cita-citanya. Jadi titik berat usaha koperasi terletak pada tujuan ideal; usaha yang dijalankan tidak sematamata mengejar laba tetapi koperasi harus selalu dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan untuk mempertinggi kesejahteraan masyarakat sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Bangsa Indonesia dan tertuang dalam UUD 145 pasal 33. 136 Yang menjadi persoalan ada1ah: Mengapa koperasi ditentukan sebagai dasar menyusun perekonomian di Indonesia? jawaban atas pertanyaan tersebut memerlukan uraian yang panjang lebar. Pertama-tama akan dijelaskan mengenai susunan perekonomian yang terdapat dibeberapa negara. Yang dimaksud susunan perekonomian dalam pembicaraan ini menyangkut sistem atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam suatu negara dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran. Secara garis besar susunan ekonomi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: a. ekonomi bebas atau liberal b. ekonomi yang dikendalikan. Sistem ekonomi liberal memberi kesempatan kepada masing-masing individu untuk mengejar kemakmuran bagi diri sendiri. Sistem ini berdasar pada teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya “The Wealth of Nations” tahun 1776, yang antara lain mengatakan bahwa: jika tiap orang diberi kebebasan, semuanya tentu akan berusaha mencapai kemakmuran setinggi-tingginya bagi diri sendini. Kalau tiap individu sudah makmur, berarti seluruh masyarakat akan menjadi makmur, sebab masyarakat merupakan kumpulan individu. Atas dasar teori tersebut kaum liberal berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu campur tangan dalam perekonomian. Tugas pemerintah terutama adalah menjaga keamanan, menegakkan hukum dan menyelenggarakan pekerjaan umum. Dalam negara-negara yang menjalankan sistem ekonomi liberal biasanya timbul aliran kapitalisme. Kapitalisme berasal dan perkataan kapital yang berarti modal dan isme adalah suatu faham atau aliran sehingga kapitalisme adalah suatu sistem perekonomian yang kehidupan masyarakatnya sangat dipengaruhi atau dikuasai oleh pemilik kapital. 137 Pengertian semacarm itu didasarkan atas kenyataan bahwa, dengan adanya kebebasan bersaing dalam perekonomian liberal, golongan yang kuat semakin bertambah kuat, sedang golongan lemah semakin terdesak. Pihak yang kuat biasanya terdiri dan. kaum pengusaha atau orang-orang yang menguasai kapital. Karena pemerintah tidak ikut campur tangan dalam perekonomian, berarti perekonomian dikuasai oleh pemilik-pemilik kapital. Sehingga kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kaum kapitalis. Apabila sistem ekonomi liberal ini dibiarkan berjalan terus, akan terjadi susunan masyarakat yang kurang adil. Di satu pihak terdapat segolongan kecil masyarakat yang kuat perekonomiannya, di lain pihak terdapat golongan yang lemah perekonomiannya. Golongan lemah biasanya merupakan golongan terbesar dalam masyarakat. Ketimpangan ini dapat di kurangi apabila pemerintah ikut campur tangan dalam mengendalikan perekonomian sehingga kemakmuran dapat dinikmati secara merata oleh seluruh anggota masyarakat. Sistem ekonomi yang kedua adalah ekonomi yang dikendalikan atau ekonomi terpimpin. Dalam sistem ekonomi yang dikendalikan, pemerintah berperan aktif dalam perekonomian. Pemerintah memegang pimpinan dalam perekonomian. Selain itu inisiatif dan hak milik perseorangan atas alat-alat produksi diakui, tetapi penggunaannya dibatasi. Berdasar ketentuan-ketentuan tersebut berarti negara menghapuskan/mengurangi hak milik atas alat-alat produksi. Dengan demikian segala aktivitas dalam perekonomian dikendalikan oleh pemerintah pusat. Selanjutnya kita akan membicarakan ekonomi terpimpin di Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dengari koperasi di Indonesia. Kepemirnpinan yang 138 dijalankan oleh satu negara dengan negara yang lain tidak sama. Di Indonesia berlaku ekonomi terpimpin yang disesuaikan dengan keadaan, sifat dan kepribadian Bangsa Indonesia. Sebagai pedoman, pemerintah berpegang pada ketentuan yang tercantum dalam UUD RI 1945 pasal 33 yang berbunyi: 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai .hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara 3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam penjelasan tentang pasal 33 UUD 145 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan adalah Koperasi. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa perekonomian berdasar asas demokrasi ekonomi dan kemakmuran bagi semua orang. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara, kalau tidak, cabangcabang produksi tersebut akan jatuh ke tangan orang yang berkuasa dan rakyat akan di tindas. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah pokok kemakmuran rakyat. Oleh sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dari uraian di atas kiranya cukup jelas, bahwa ekonomi terpimpin di Indonesia mempunyai garis yang tegas tidak hanya meniru politik ekonomi yang di jalankan oleh negara-negara lain. Susunan ekonorni Indonesia sudah di rencanakan bersamaan dengan usaha memperjuangkan kemerdekaan dan pen,jajah. Rencana tersebut di buat disesuaikan dengan sifat-sifat bangsa Indonesia yang suka bergotong royong dan mempunyai rasa kekeluargaan yang tebal. Dengan demikian kita dapat 139 mengatakan bahwa ekonomi terpimpin di Indonesia menuju ke arah: Hapusnya faham liberalisme dan selanjutnya kita rnenuju ke arah masyarakat yang adil dan makmur serta demokratis sesuai dengan ajaran Pancasila. Menurut Peraturan Pemerintah no 60 tahun 1959, pemerintah telah menetapkan bahwa koperasi adalah: 1. Alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin ala Indonesia 2. Sendi kehidupan ekonomi Bangsa Indonesia 3. Dasar untuk mengatur perekonomian rakyat untuk mencapai taraf hidup yang layak dalam susunan masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian, setelah koperasi tumbuh di segala bidang ada tiga macam badan usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian yaitu: 1. Perusahaan Negara 2. Koperasi 3. Perusahaan swasta. Kedua badan usaha pertama yaitu perusahaan negara dan koperasi sangat sesuai dengan UUD 145, keduanya harus memegang peranan penting dalam perekonomian. Sedang perusahaan swasta sebagai pelengkap saja. UUD 145 tidak melarang adanya perusahaan swasta, begitu juga pemerintah tidak bermaksud menghapus usaha swasta. Tetapi diharapkan sedikit demi sedikit koperasi berkembang dan berangsur-angsur dapat menggantikan badan usaha swasta. MACAM-MACAM ORGANISASI KOPERASI Secara garia besar koperasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis pokok yaitu: 140 1. Koperasi sosial adalah koperasi yang bergerak di bidang sosial dan ke gotong royongan sehingga kurang memperhatikan tujuan-tujuan ekononis 2. Koperasi ekonomi adalah koperasi yang tujuannya bersifat ekonomis yaitu untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada xnunnya. Di Indonesia dikenal bermacam-macam koperasi ekonomi yang mempunyai corak dan usaha yang berbeda-beda. Ditinjau dan fungsi dan bidang yang di usahakan, pada prinsipnya koperasi dapat dibedakan menjadi: a. Koperasi konsumsi yaitu koperasi yang anggotanya terdiri dan para konsumen dan biasanya koperasi ini menyelenggarakan jual beli barang-barang yang dibutuhkan oleh para anggotanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri beserta keluarganya. b. Koperasi. produksi adalah koperasi yang anggotanya adalah pare produsen. Usaha yang dilakukan koperasi ini biasahya mengatur segala kepentingan anggota yang berhubungan dengan perusahaan masing-masing misalnya, pembelian bahan mentah bersama-bersama, penjualan hasil produksi secara bersama-sama, dan sebagainya. c. Koperasi kredit adalah koperasi yang bergerak di bidang simpan pinjan untuk kepentingan anggotanya. Di tinjau dari golongan masyarakat yang mendirikan, koperasi dapat dibedakan menjadi: a. Koperasi pegawai negeri b. Koperasi wanita c. Koperasi tani 141 d. Koperasi pensiünan e. Koperasi angktan darat dan lain—]ainnya. Koperasi golongan terutama bertujuan untuk mempertinggi kesejahteraan golongan masyarakat tertentu. Lapangan usaha yang dikerjakan ada yang satu macam saja, tetapi ada juga yang beberapa macam usaha. Misalnya koperasi pegawai negeri dapat menyediakan barang keperluan sehari-hari memberikan pinjaman, mendirikan pabrik tekstil dan lain-lain usaha untuk mencukupi keperluan anggotanya. Pembagian jenis koperasi di Indonesia didasarkan pada PP 60 tahun 1959 ditetapkan sebagai berikut: a. Koperasi Desa Yang dimaksud koperasi desa adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai kepentingan sama atau yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang satu sama lain ada sangkut pautnya secara langsung. Usaha yang dilaksanakan ada bermacam-macam sesuai dengan kepentingan masyarakat. - menjual barang kebutuhan sehari—hari - usaha simpan pinjarn - mengorganisasikan barang-barang yang diproduksi di daerah yang bersangkutan. b. Koperasi Pertanian Yang dimaksud koperasi pertanian adalah koperasi yang anggotanya adalah petani, baik petani pemilik tanah, petani penyewa, petani penyakap, buruh tani dan orang-orang yang berkepentingan serta bermata pencaharian dan usaha pertanian. Koperasi pertanian dibedakan menjadi beberapa jenis menurut tanaman yang 142 diusahakan, misalnya koperasi kopra, koperasi karet, koperasi tembakau dan sebagainya. c. Koperasi Peternakan Yang dimaksud koperasi peternakan adalah koperasi yang anggotanya terdiri dan para peternak, dan orang-orang yang mata pencahariannya berhubungan langsung dengan peternakan. Koperasi peternakan dapat dibedakan menurut jenis ternak yang diusahakan misalnya: koperasi peternak ayam, koperasi peternak sapi, koperasi peternak babi, koperasi peternak kambing dan sebagainya. d. Koperasi Perikanan Yang dimaksud koperasi perikanan adalah koperasi yang anggotanya terdiri dan pengusaha, pemilik alat maupun nelayan yang mata pencahariannya berhubungan langsung dengan usaha perikanan. Koperasi perikanan biasanya didirikan di daerahdaerah perikanan seperti di daerah pantai atau di desa-desa yang banyak petani yang beternak ikan. Koperasi perikanan dapat dibedakan menjadi dua golonganyaitu koperasi perikanan darat dan koperasi perikanan laut. e. Koperasi Pengrajin Yang dimaksud koperasi kerajinan adalah koperasi yang anggotanya terdiri dan orang-orang yang mata pencahariannya berhubungan langsung dengan usaha kerajinan seperti. misalnya: pengusaha, pemilik alat-alat produksi rnaupun para buruh. Koperasi kerajinan biasanya didirikan di pusat-pusat kerajinan. Koperasi kerajinan dapat digo1ongkan merjadi beberapa golongan sesuai dengan jenis kerajinan yang diusahakan seperti misanya: f. Koperasi batik -Koperasi Kerajinan Perak 143 -Koperasi Kerajinan Kulit -Koperasi tekstii dan sehagainya. g. Koperasi Simpan Pinjam. Adalah koperasi yang anggotanya terdiri dan orang-orang yang berkepentingan langsung dengan usaha simpan pirijam. Lapangan usaha koperasi dititik beratkan pada usaha untuk menyimpan uang, dan selanjutnya uang yang terkumpul dipinjamkan kepada para anggota yang benar-benar memerlukan, dan di utamakan bagi peminjam yang akan menggunakan uang tersebut untuk tujuan yang bersifat produktif. h. Koperasi Konsumsi Adalah koperasi yang anggotanya terdiri dan para konsumen lapangan usahmya terutama herhuhungan dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan anggota koperasi dan masyarakat disekitar daerah kerja koperasi. Pembagian koperasi selain di dasarkan pada lapangan usaha dapat pula didasarkan pada daerah bekerjanya. Daerah bekerja koperasi adalah suatu daerah administrasi yang merupakan tempat tinggal anggota atau lingkungan usaha koperasi. Misalnya: desa, marga, daerah tingkat I, daerah tingkat II dan sebagainya. Daerah bekerja koperasi sedapat mungkin disesuaikan dengan daerah administrasi pemerintahan untu memudahkan apabila pemerintah perlu mengadakan tindakan-tindakan da1am bidang ekonomi. Secara administratif pelaksanaan tindakan tadi akan diurus oleh pemerintah daerah seperti pemerintah daerah tingkat I, tingingket II dan seterusnya. Apabila daerah bekerja koperasi sama daerah administrasi pemerintahan, maka para pejabat pemerintah setempat dapat berhubungan dengan pengurus-pengurus koperasi. 144 Keadaan yang sering terjadi, kesatuan ekonomi tidak selalu sejalan dengan daerah administrasi pemerintahan, keadaan georafi tidak selalu sama dengan daerah administrasi pemerintahan. Dalam hal ini daerah bekerja koperasi dipat meliputi satu kesatuan ekonomi yang terdiri dan beberapa daerah administrasi pemerintahan. Untuk memperkuat kedudukan perusahaan dalam perekonomian, beberapa perusahaan dapat membentuk suatu badan usaha lain yang mengurus kepentingan bersama. Ada dua macam penggahungan yaitu: a. Penggabungan secara horisontal, hal ini terjadi apabila beberapa perusahaan sejenis menggabungkan diri kedalam suatu badan usaha. Misalnya: beberapa perusahaan tenun bergabung menjadi. satu. b. Penggabungan secara vertikal, hal ini terjadi apabila beberapa perusahaan yang menghasi1kn barang secara bertingkat-tingkat menggàbungkan untuk menjadi satu badan usaha. Misalriya: perkebunan kapas, pabrik pemintalan benang dan pabrik tenun bergabung menjadi satu. Koperasi dapat pula mengadakan penggabungan seperti yang dilakukan oleh perusahaan lain, baik penggabungan secara horisontal maupun secara vertikal. Misalnya: beberapa koperasi pemintalan benang bergabung menjadi suatu pusat koperasi pemintalan benang kemudian mendirikan suatu pabrik tenun. Penggabungan/pemusatan koperasi di Indonesia di atur menurut jenis dan derah bekerjanya. Secara garis besar, bentuk-bentuk pemusatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Koperasi primer; beranggotakan paling sedikit 25 orang, daerah bekerjanya meliputi satu desa atau suatu kesatuan ekonomi 145 b. Pusat koperasi; beranggotakan paling sedikit 5 koperasi primer yang telah berbadan hukum, daerah hekerjanya meliputi satu daérah tingkat II c. Gabungan koperasi; daerah bekerjanya meliputi satu daerah tingkat I d. Induk koperasi; daerah hekerjanya meliputi seluruh Indonesia. Pemusatan diatur menurut jenis mengandung arti bahwa pada hakekatnya suatu pusat koperasi hanya dapat dibentuk oleh koperasi primer yang sejenis. Misalnya pusat koperasi konumsi terbentuk dari koperasi konsumsi primer yang terdapat dalam suatu daerah tingkat dua. Pusat koperasi kopra terbentuk dan koperasikoperasi kopra primer yang terdapat dalam suatu daerah tingkat II. Dengan pemusatanpemusatan semacam itu diharapkan koperasi dapat mengadakan spesialisasi dibidang 146 masing-masing. Misalnya koperasi karet harus mampu mengorganisasikan produksi karet mulai dari perkebunan sampai siap untuk di ekspor. Kalau dipandang cukup mampu dapat mendirikan industri yang menggunakan bahan pokok karet seperti pabrik ban, pabrik busa dan sebagainya. KOPERASI MODERN Sejarah koperasi di Indonesia sudah dimulai jauh sebelum tahun 1945 ketika UUD 45 dilahirkan. Sejak anBudi. Utomo, koperasi telah hidup dan berkembang. Pada masa perjuangan kemerdekaan koperasi tumbuh sebagai salah satu pergerakan rakyat khususnya di bidang sosial ekonomi sekaligus berperan serta dalam melayani kebutuhan para anggotanya. Pada masa penjajahan Jepang peranan koperasi berubah dan gerakan rakyat yang memiliki otonomi, menjadi alat pemerintah penjajah dalam mengumpulkan hasil bumi bagi t!pn. Sesudah kemerdekaan, koperasi mulai berkembang. Sebagai perwujudan pasal 33 UUD 45 sejak tahun 1945 semangat berkoperasi rakyat Indonesia sangat tinggi. Akan tetapi semangat menggebu tersebut tidak berhasil mewujudkan cita—cita koperasi untuk menjadikannya sebagai bagian, sendi dan soko guru perekonomian Indonesia sebagaimana tercantum dalam tJUD 45 khususnya pasal 33 ayat 1. Selain itu kbperasi tidak berhasil berperanan sebagai wadah kegitan ekonomi rakyat, seperti yang di aspiraslkan oleh gerakan koperasi dalam masyarakat. Kegagalan koperasi dalam usaha mewujudkan cita—citanya antara lain disebabkan oleh langkanya kader koperasi yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk memimpin koperasi. Kemampuan untuk memimpin diperlukan mengingat koperasi adalah kumpulan manusia bukan kumpulan 147 modal dan. pengurus dipilih dan anggota, bukan dan luar koperasi. Selain itu gerakan koperasi timbul dan masyarakat sendini oleh karena itu perkembañgannya sangat tergantung pada inisiatif masyarakat. Pada tahun 1959 dengan adanya Deknit Presiden 5 Juli 1959 kita kembali kepada UUD 45, semangat berkoperasi kembali menggèbu—gebu. Semua hal ingin “dikoperasikan” bahkari pemerintah ikut memberi bantuan, ikut mengatur dan mengarahkan perkembangan koperasi. Tetapi sekali lagi kurang berhasil karena koperasi belum cukup siap dan segi organisasi dan pelaksanaannya. Sejak tahun 1960 keadaan menjadi berubah. Dengan Undang—undang, peraturan pemerintah maupun Instruksi Presiden, pemenintah telah menyatakan kehendaknya untuk ikut campur tangan secara aktif dalam membangun koperasi. Ternyata campur tangan pemenintah di bidang tertentu cukup dalam seperti misalnya dalam pengumpulan beras, penyaluran bahan—bahan pokok kepada konsumen atau dalam bidang pembelian barang—barang industri khususnya sandang. Berbagai fasilitas di sediakan pemerintah untuk koperasi seperti misalnya: modal untuk investasi, pemerintah menyediakan barang yang dapat disalurkan kepada 6.21 4,. anggota dan pemerintah merupakan pembeti baratig basil prnlnksi ang’ota koperasi. Hake muneuilah koperasi barn yang i n n twn’a fasi Ii tas pemerintah. Selairi itu karena koperasi menIrii :;a1wi fasilit.as pemeriritah make hoperasi merijadi dren;i pet atnm iii I it 1k ‘in diperebutkan oieh crbagai pihal< yang biny7- et I k• tnt 148 tanpa memperhatikan cetnajiiin koperasi. Sampai. seat in i eampur tangan pemnerintah nias i h I un bea1 •jH bahkan sejak àwa) tahein 7fl an pemerintah telah rn!anr1’h ebih laith lagi ycitu langsung membentuk atau rnenspon.sori pembErItItkan koperasi. yang diawa I dentan pembentukan Padan Usaha lIni I. (PUIJI) dan Koperasi Unit flesa (KIlT)). flii.ihat dar I jurnahnya BIHJP/fIH) sangat keiI dibanding jumi ah koperasi primer 3flg ada, akrjn r I. peramninnya sangat hesar karena BLJIJD/K If) mendapat bantu3n i’iI}kafl iF ‘t akari t nvek penierintah. Campur tar’gan pemer intah mernpLn yal !r)iuh y an aan..it P at. terhadap koperasi. Pengaruh ter’ehut ‘Japat hersi I at meigiintungkan akin tetapi herdasarkan ewal ama ‘nn g udah d a ji in ji kkami bji[1WR eampur t angan iem I ntah lapat tort ba’an faklnr var mrty ill Ika perkemh3ngart kopcr asi . 5lega I nnritoh ak.ui ii ‘r41 kan hbeiapa hal sebaga i her iki it.: a. Campur tangan hemerintah dai am peneiitwn n I I avab 1erja KUJ) dapat mendorong ke:rah prkemh:ngan swadaya desa, alcat ttapi dapat rnenghamba I rkembangan sek[ral CIa erkemhangan ekotiom I Penentuan prialtas terhadap sektnr_sekt,or’ tertentu rnenyehabkan kopera i mel i,akari I)) Janghidan I t I ii , m ;k pon hi lang— hi lang tersebul; sangd (Ii butuhkan ruasyat ‘akat h. Cam pur targar rne ii tab merjyebal dcan tan vi [) d inc t. ertenl ci yang di bantu pemer h saja yang hrkemha ;il it di Pemi angkan. Se I a in itu banyak l. perasi yang di hentuk di’tg:n 1 uJt;in agar dapat memanfa.’3tkan Ca i. 1.1 t.as yang di bt 1 fran ke[ i I prn i 149 c. Campur tangan penier I utah di hidamig pccrk€d tin I i dat mendorong kegiatan $ imp’ pi.njam koperasi. bal, itnt.uk iIOt lorong supaya usaha simpan pin)ani dapat. herkembang, koporsi harun rtinml 1 iki “margin” usaha yang me’nadai, shingga dapat meilgulpulkan 2imnpnnan yang cukup. Dana yang berhasil. lisitipan kopera:i saat; mi angat kecil sedang yang lom man dalam ketiangan kopt ai ad-i ah modal yang diperoieh (lam i bank, Sehingga a(la kesan hahwa kop’rasi sehnarnya hanya merupakan “al Rt” hank untuk menyal urkan k red i I dalam rangka mendukung proci am pnerintah terteritti j 6.z/ d. Dengan adany Iriros No 2/1979 tentang i ubatasan w.iIayah kerja, mendorong koirasi ‘l:ombng mrijadt wad au ekonomi serha usaha. Dal am s’iatu wi layTTh F’H’ di harapkan tumbih un it-’init usalia yang meliputi emw sekt ng c1apit. dicapat. Dengan dariya bimbingan dan Pewan yng a1i 1.arn PIJUD diharapkan dapat mengewhangkan ekonorni desa atau kecrnrtan secara kesluruhan. Untuk itu diperlukan manajemen yang efisien, tenaga yang bariyak. Disinilah ] et,ak keiemnhan KUP karena manajemen yang ada kurang mampu, seliingga akan menghambat nsaha-usaha baru yang ingin digerakkan secara koperasi. Dengap deniiki;ni caraj’ur tanjan p’merintah angat mempengaruhi cara kerja kopern’i. T”perasi y.ng seharusnya berscmanga1. swasembad9 dan wirawasta , ter ‘at a 1 njI Lanyak hekerja hf’rdasarkan instruks.i dan atas. Masalah lain yang dihadapi koperasi adalah rnasalah bersaing dengan sektor lain. flalarn sistem ekonomi yang ideal yaitu yang herdasarkan Pancasila, perusahaan swasl:- dan perusahaan negara ruerupakan dua sektor yang komplemenler dcngari ektor 150 koperasi. Akan tetapi dalam kenyataannya knd’o sektor ter’a’hut adalah sainan 1’$nkrit dan sektor kopersi.. Wuj’i’l pni sainRan terehut, antara lain ten ihat hahwa bagian— bagian tertentu dan kehidupan ekonomi yang luas yang seharusnya digarap koperasi masih dikunsat kedua sektor t.ersebut dan masih harus direbut kembali. keaiaan mi dapat terjadi disebabkan karena sektor koperasi masi.h sangat Iernah dan belum dapat dipercaya, sedang kedua sektor yang Ia i.n tciah €rknmhang ichih d’Iu dan lbih mapan sehingga mernang selayakriya sektor-.sektor tersebut m’mdapat kepercayaan mengelola hidang—biciang yanr haris dikc’lIa ecara rasiona], sampai suatu saat koperasi dinilai mamp untuk mengelola bidang—bidang tersebut. !c.1ta a KOPERASI UNIT DESA Kehidupan da)am m;syarakat pada hakekatnya tersusun atas dasar kerja satna yang sangat rapi. Tiap orang eu<up bekeija dalani suatu lapangan usaha t’rtentu shagai pekerjaan pokok, sedarig barong—bnrang lain yang diperlukan untuk memenuhi kebijtuhan hidupnya hainpir seluruhnya dju hkn olh rang. irabagai (ont,oh- suangpetwi’i menghasilkan heras untuk keliiarganya dan untuk orarig I in, dan harang— barang lain yang (Iibutuhkannya seperti pakaian, alat.—1 iI rumnh tans, alat—al at pertan tan, kendaraan an iin—lain perltan hdup pteiiii dapat di peru I eh dan pi hak I sin. edang seorang t.uksng batu hckerjn untuk men’uknpi kebutuhan orang lain, seang hmpir semu barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya diusahaka oleh orig’ lain. Sayang ska1 i pembagian kerja yang ber1ku dal am suatu masysrakat tidak selalu dilkuti oleh pembagian hasil yarg seadil—adiiriya. Di dalam praktek, goionpn yang kuat perekonomiannya lehih I.e luasa meneari k7euUinan bagi itimya, sediri sehirigga olongari yang .lemnh pereorioniannya hainpir, se1a].4irugikan. 151 Dengan. jaial1brkopQpi. rnak pembagian kerja dalam riasyarakat akan disnsun sdemtkiHn rupi sehingga pembagian hash dapat dilakukan scoara lebih idiL Koperasi knnsumsi akan menambah kesejahteraan konsumen sedang koperasi produksi akan mempertinggi kesejahteraan produsen. Karena pala hak’katnya tiap orang dapat bertinriak sebagai konsumen dan Juga ‘egai rodusen atau faktor procluksi, maka koperasi dapat dikatakan mernpertinggi kesejahteraan masyarakat. Di In1unsin ebagLan hesar pendapatan masyarakat di.peroleh dan sekior pertani-iri baik pertanian rakyat, perkehunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Dart selbruh hasil pertanian sebagian digunakan untik peri an dal am negeri, I ainnya merupakan bahan kspor merupakan ‘mher devisa hagi negara. Ppabii.a kit i teliti lebih mendalam, pada umumnya tingknt hidup petan m;isih ssngat rndah, trutama golongan petani kecil dan huruh tani yang tidak rnemiiiki tanah. Lapangan usaha petani biasanya terbatas pada penpnlahan tanah sampai menghasiJkan harang (panen) yang rnasih merupakan lahari mentnh. Seianijutnya hash tersetit dikuasai oleh pedagang untuk Jiekspr ke Juar negeri atau dikuasni oleh pihak lain yang menoIih tirang tadi menjadi barang yang lebih hermanfaat bagi masysrafrii. r)eiin demikian kuntungan sebagian hessr jat.uh kepihak lain ‘aug rnmpunvai m’.dal yang nukup untuk mrngi lassi )11i 1 pertan iri. Se’lg pcIani Iianya menprimn sebagian kentl saja keuntungsn yang ads. Dengan membentuk koperasi pertanian, para petani dan para buruh tani yang tenaganya sangat diperlukan dapat mengadakan kerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Usaha yang dapat dilakukan oleh koperasi pertanian mulai dan koperasi primer, pusat, gabungan maupun induk koperasi antara lain. 152 a. menyediakan bahan—bahan/alat—alat pertanian seperti: bibit, pupuk obat— obatan pemberantas hama, traktor, sprayer dan sebagainya b. menyediakan kredit bagi anggota yang memerlukan untuk tujuan yang poduktif c. mengusahakan pengolahan hasil pertanian mulai dan bahan mentah sampai barang tersebut siap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat d. mengusahakan penjualan sampai tingkatan ekspor e. mengusahakan perbaikan tehnik pertanian seperti perbaikan irigasi, mekanisasi pertanian, mengadakan penyelidikan dan sebagainya. Dengan cara kerja seperti tersebut di atas, koperasi pertanian akan dapat memproduksi barang yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih murah, sehingga akan mempertinggi kesejahteraan anggota maupun masyarakat. Dalam mengadakan pembangunan ekonomi pemerintah mengarahkan perhatiannya pada pembangunan pertanian dan pedesaan. Dalam kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan, pemerintah menempatkan koperasi sebagai alat kebijaksanaan pemerintah. Dan situ pemerintah memiliki rencana dan anggaran yang harus di jalankan oleh koperasi. Agar dapat menjalankan tugasnya, koperasi harus menertibkan din di lain pibak supaya koperasi dapat hidup maka harus dibeni bantuan. Kedudukan dan peranan koperasi sejak tahun tujuh puluhan pada dasarnya lebih banyak di tempatkan sebagai alat kebijaksanaan pemerintah, yaitu untuk mencapai swasembada pangan, pengadaan barang— barang kebutuhan pokok untuk mencegah inflasi dan mendukung proses industrialisasi berdasarkan politik tingkat upah yang murah. Atas dasar tujuan tersebut, maka koperasi yang mendapat perhatian adalah koperasi yang lapangan usahanya berhubungan dengan sektor pangan. Untuk itu maka 153 dibentuklah Badan Usaha Unit Desa (BUUD) dan kemudian Koperasi Unit Desa (KUD). BUUD dan KUD itulah yang mendapat perhatian utama. Jumlah BUUD yang didirikan pada tahun 1970 sebanyak 35 buah, tahun 1971 sebanyak 633 buah. Jumlah BUUD/KUD mi sangat kecil yaitu hanya 14% dan jumlah seluruh koperasi primer, namun peranannya sangat besar, karena mendapat bantuan pemerintah dan merupakan proyek pemerintah. Pada tahun 1979 jumlah BUUD mencapai 14.532 buah, dan. 3.510 buah diantaranya telah berbadan hukum, jumlah mi merupakan 25,7% dan seluruh koperasi primer maupun sekunder. Perkembangan mi adalah hasil bentukan pemerintah. 6.29 Karéna BUUD dan KUD dibentuk pemerintah maka BUUD dan KUD itulah yang terutama mendapat bantuan pemerintah. Tugas utamanya adalah menyalurkan sarana produksi, mengumpulkan beras dan petani dan kemudian rnenyalurkan kredit candak kulak, yang merupakan bentuk perkreditan di luar sistem perbankan dengan dana langsung dan änggaran. Dalam menjalankan tugasnya KUD cukup berhasil. Keberhasilan mi tercermin dalam meningkatnya pengumpulan beras sebesar 31% dan seluruh pengadaan pangan nasional pada tahun 1978/79 naik menjadi 514% pada tahun 1979/80. Selain itu keberhasilan KUD dapat dilihat dan meningkatnya kredit yang dapat dipinjamkan kepada KUD, ineningkatnya hasil penjualan pupuk dan obat—obatan, meningkatnya volume usaha, modal usaha maupun Kredit Candak Kulak (KCK) yang dapat disalurkan Sebagai akibat keberhasilan KUD yang sangat menonjol, maka citra koperasi saat itu didominasi oleh gambaran KUD mi. Apabila kita membaca lampiran pidato Presiden di depan DPR, baik sebagai laporan tahunan maupun sebagai laporan 154 pelaksanaan repelita, ada kesan bahwa koperasi adalah identik dengan BUUD dan kemudian KUD. Di luar itu gambaran kita tentang koperasi sangat samar—samar. Sebagai perbandingan dapat dikemukakan beberapa data yang diperoleh untuk tahun 1976 semester II. Dilihat dan jumlahnya KUD merupakan bagian yang kecil saja dan koperasi secara keseluruhan sebab hanya meliputi 26,7% dan jumlah seluruh koperasi yang ada. Sedang koperasi yang bergerak dibidang jasa meliputi 62% dan yang bergerak di bidang industri hanya meliputi 2,3%. Apabila dilihat dan jumlah anggotanya, KUD mempunyai anggota terbanyak yaitu meliputi 60% selurih anggota, sedang koperasi ,jasa dan perdagangan meliputi35% dan koperasi industri hanya mempunyai anggota sebanyak 0,8% dan seluruh anggota koperasi. ‘Dilihat dan junrlah simpanan KUD bukan merupakan koperasi yang terpenting sebab hanya memiliki simpanan sebanyak 7,5% dan seluruh simpanan. Koperasi Industni mampu menghimpun 17,5% dan seluruh simpanan dan koperasi jasa dan perdagangan mampu menghimpun dana yang terbesar yaitu meliputi 72%. Akan tetapi apabila dilfhat dan segi permodalan, KUD dan koperasi pertanian pada umumnya mempunyai kedudukan yang agak penting, karena mempunyai modal masing—masing 23,9% dan 27,9% dan seluruh modal koperasi, sedang koperasi industni hanya memiliki 8,5%. Koperasi jasa dan perdagangan dalam hal permodalan memiliki posisi terkuat karena memiliki jumlah modal yang terbesan yaitu meliputi 62,14% modal koperasi. Hal yang paling menonjol dalam din KUD adalah kemampuannya dalam menjual barang. Hal mi disebabkan oleh adanya penugasan pemenintah kepada KUD untuk benperan sebagai penyalur komoditi pokok dibidang pertanian. Keunikan mi dapat dilihat dan nilai penjualan yang meliputi 54,7% dibandingkan dengan 23,7% nilai penjualan yang mampu 155 6.30 dicapai oleh koperasi jasa dan; perdagangan serta 22% untuk koperasi indutri. ilihat dan gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa jenis koperasi lain yang bergerak dibidang jasa dan perdagangan tidak dapat diabØkan karena mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembentukan modl, sedarig koperasi industri juga perlu mendapat perhatian yang serius sebab merupakan jenis koperasi yang masih terbelakang. Struktur kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan yang menempatkan koperasi sebaai alat kebijaksanaan tersebut memberi pengaruh yang cukup luas dan menentukan terhadap perkembangan koperasi. Secara teoretis dapat dibayangkan bahwa seluruh aparat dan lembaga atau badan— badan dan instansi pemerintah dapat diarahkan untuk membangun koperasi dalam suatu pola kebijaksanaan yang terpadu. Hal mi dapat terlaksana apabila ada koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dan semua instansi pemerintah. Dalam praktek, justru koordinasi inilah yang tidak mudah dicapai, sebab masing—masing pihak mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda—beda. Hal mi menimbulkan situasi dimana koperasi harus mampu memainkan peranan dengan tangguh, sebab cukup sulit mempertemukan tujuan dan target masing—masing instansi karena masing—masing pihak mungkin saja mempunyai tujuan yang saling bertentangan. 156 157 KOPERASI PERTANIAN DI INDONIIA 1. Penertian BiMas dan Inmas 158 Biinas merupakan singkatan dan. Biinbingan Massal. Islam pengertian tersebut Bimas merupakan suatu sistem periyukthan yaitu pembimbingan petant kearah usaha tani yang lebih baik dan lebih inaju, sehingga ia mampu meningkatkan pendapatan usaha taninya. Bimbingan mi dilaksanakan secara massal (untuk dibedakan dan pembimbingan individu) karena ertama, yang khendak dicapai adalah peningkatan produksi dan pendapatan yang sarigat besar ( 8 - 10 persen per tahxi) dan kedua peinbimbingan secara persrangan akan sangat lambat dan mahal. Karena Bimas merupakan sistem penyuluhan maka isinya pasti berupa throngan ajakan alau bujukan (persuasi) melalui cxnitoh-cântoh yang bisa ditiru baik di kebun-kebun percobaan, demonstrasi plot (dem-plot) maupix di sawah-sawah petani maju. Istilah Bimas rnulai dipakai secara resmi pertaina kali pada tahun 1967/196g, path saat pemerintah ingin melaksanakan intensifikasi padi padasawali seluas 1.000.000 ha dengan menerapkan yiftu perbai.kan irigasi, penggunaan bibit unggul, pT-mantasan haina dan jè?ikit, perbaiki raercocok tanam (tekm1o,i sebeJum itu dipakai istilah Demas (tmonstrasi Massal) yang padi di Karawang (1963) path sawah seiuas 100 ha yang dilakukan oleh 12 mahasiswa serta 7 asisten dosen Fisticut Pertantan &gr. Mereka dikirim ke desa selama kurang lebth7 buLn (ari hidup berdaman dengan parapetani. Program mi dibantu oieh Departemen Research Nasional dan tpartemen 1rtanian. .)epert1 telah disebutkan di atas, salah satu dart linia usaha (panca usalia) ncnirgkatkan prodiksi padi mi adalah penggirlaan bibit triggul. Karena pada tahun 1967/1968 bibit ‘ajaib’ PB 8 mulai tersedia dalam jurniali hesar, maka bibit unggul inilah yang menjadi simbol pengenalan sistern Biiuas. un sebagaimana terjadi di 159 negara-negara tetangga Asia, btbi barn mi mam.pu meningkatkaann produksi sampai rata-rata 50% rLg’i Herpakan suatu kemajuan yang besar yang termasuk ‘meragurnfran’. tnilah tahiri permulaan ‘relusi hijau’ di Inibnesia. ianps berrnskstxl rnengurangi arti sarana prodticsi yang lain, faktor kedna yug sangat penting peranannya dalam program Bimas iri adalah kredit. Kwena urituk memungkinkan efektifnya bibit unggil tersebut, 7.2 harus digixiakan ciIcup banyak pupik buatan, dan karena pupk tnt harus dibeli dengan uang, maka pemerintah myedtakan kredit yang diperlukari. Petnerintáh ORBA (Orde Baru) waktu itu yan inewarisi perekormnian dengan inflasi tiriggi dan cadangan devisa yang sangat se kit, merasa tidak mampu meriyediakari seluruh kredit yang diperliican. Itulah sebabnya dart 1.000.000 ha areal yang harus dapat 1iintensifikasikan, hanya 500.000 ha yang dapat di-Bimas-kan. Selebihnya dimasukkan dalani Inmas (Intensifikasi Massal). L(1ntensifika5i Massal) artinya intensifikasi padi dengan fasfiltas penyuluhan yang sarna tetapi tanpa kredit. Daerah Irimas mencakup daerah per sawahan yang inemenuhi semua syarat-syarat teknis Bimas (antara lain sawah yang beririgasi teknis atau setengah tekrits), tetapi petaninya dianggap sudah cukup maju, sehingga tanpa kredit pemerintah p.n, inereka diharapkan tnelaksanakan penerapan panca usaha secara lengkap. 4.1.1.2 Pengeklaan (organisasi) Binias Pengaturari dan pengelolaan program Bimas dan tnmas mi dilakukaan oleh organisasi yang sama yaitu organisasi Bimas. Kita tidak mengerial organisasi yang akan 160 menarigani Inmas (organisasi Inmas) walaupun path mulanya mempunyai luas areal yang sama dengan Bimas. DI. dalam kenyataan, penyuluhan yang dilakukan para penyuluh per tantan benar-benar saina intensifnya di daerah areal Bimas dan Inmas. Jadi kalaupun ada pembagian atau pembedaan aritara Bimas dan Enmas adalah seuiata-mata diperlukan untik keperluan tnasalah perkreditan dart Bank atau untuk membuat analisis intensifikasi dart segi keuangan. Karena peningkatan produksi padi merupakan program yang mendapat prioritas tertinggi pada Pelita I, maka dibentuklah organisasi Bimas tingkat nasional sampai tingkat kecamatan. Isi pokoknya adalah menghendaki koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi yang sebaik mixigkin antara berbagai departemen dan instansi-instansinya dart atas sampai ke bawah. Kalau pada tingkat pusat organisasi Bimas mampu berkembang dan bekerja cepat kareria diatur di luar birokrasi yang rutin, maka pembentukan Badan Pembina Bimas pada tingkat propinsi dan Badan Pelaksana Bimas pada tingkat kabupaten tidak demikian halnya. Pada pernerintah daerah tingkat I dan II, organisasi Bimas diLimpahkan path birokrasi rutin. Ketua Bapen Bimas adalah gubernur, dan Ketua Bapel Birnas adalah Bupati, sedangkan kepala Dinas Pertanian menjadi wakil ketua. [ni berarti bahwa pada tingkat I dan II mi, Bimas merupakan tugas ekstra yang cukup berat dan menyita banyak sekali waktu dan pi.,kiran Gubernur dan Bupati. Tetapi pola Bimas yang demikian dianp,gap yang paling uiungkin diwujudkan, karena apabila bukan Gubernur dan 7.3 Bupati sendiri yang memimpin, dikhawatirkan program mi tidak akan berjalan. 161 Lngan adanya lembaga menter i rui.zia rusan prodsi parigan di dalam kabinet kita sekarang, maka menteri muda urusan produksi pangan bertanggung jawab dalam melaksanakan program Bimas • baik ixiti.k tanaman padi maupii-i tanaman pangan lainnya. 4.1.1.3 Peranan Organisasi Bimas Kalau kita ingin menilai marifaat dan efektifitas organisasi Bimas, ada dua pendapat yang bisa dikemukakan. Per tama adalah kesan bahwa dengan pola organisasi Bimas ternyata program’intensiflkasi padi bisa mencapai sukses, walaupun dalam Pelita II kenaikan basil per hektar cenderung mulai meridatar. Karena keberhasilar. mi, mka kemudian program Bimas diterapkan di sub sektor lain-lain termask di dalamnya peternakan, perikanan, dan industri kecil. Peridapat kedua bertitik tolak path anggapan bahwa kelebihan organisasi Bimas adalah sifatnya sebagai organisasi pencbbrak untuk mempercepat pengenalan tekmlogi baru yang dilandasi pengguriaan bibit unggul dan pupuk. Untuk inilah diciptakan organisasi tambahan di luar birokrasi biasa. Tanpa ada pro.granB±nasj—nraktidak mungkin program intensifikasi dapat dilaksanakan secara besar-besaran hingga mencapai lebih dan 4 juta hektar pada tahui 1977 dan jumlth 300,000 hektar path tahun 1966/1967 atau hanya 10.000 hektar path tahun 1963/1964. Keberhas ilan Birnas mi cfitunjukkan pula oleh kenaikan produksi dengan pesat antara talu.n 1965 dan 1969 yaitu sebesar 4,5 persen setahun. Kalau pada suatu saat program mi dapat diteruskan secara rutin oleh birokrasi yang ada path departemen pertanian, tentu saja organisasi yang bersifat ekstra mi tidaklah mutlak untuk dipertahankan terus menerus. Akhir-akhir mi sudah mulai sering diajukan pertanyaan di dalam kalangan pemerintah sendiri: apakah produksi beras ak.an turun searidainya tidak ada lagi 162 program Bimas. Bagi banyak kalangan mixiglcin pertanyaan demikian dianggap tidak relevan, karena Bimas sudah menjadi simbol kesuksesan. Mereka yang berpendapat’ demikian sudah tidak memikirkan lagi peninjauan kembali program Bimas. Bagi mereka, masalahnya adalah bagaimana mempenluas sistem dan program Bimas ml ke bidang-bidarig lainnya. Apalagi j ika Bimas mi diartikani sebagai sistem penyuluhan, seperti kata aslmnya. Sebenarnya istilah Bimas itu sendiri tidak pernah mempiriyai arti yang seragam. Bimas bisa diartikan secara berbeda-beda oleh banyak orang. Hal mi dibdctikan pada tahixi 1970 ketika Perhimpxian Ekoromi Pertanian Inthnesia (Perhepi) m&igadakan simposium Bimas Qtong Poyong di Jakarta. Hampir semua anggta Perhepi dengan data dan argumentasi yang herbeda-béda mengusulkan agar Bimas Gotong Royong segera 7.4 dthapuskan. Bimas btong a,yong tidak layak disebut Bimas kata mereka karena sifatnya merupakan komancb, atau “diwajibkan” kepada para petani. Bimas Gotong &yong mi akhirnya dihapuskan setelah berjalan tiga inusirn. Bahwa akhirnya Bimas Gotong Royong mi dihapus dan digantikan dengan sistem Bimas yang disempurnakan, menunjukkan keyakinari banyak pihak, bahwa prinsip Bimasnya sendiri tak pernah diragan. Yang sering menyimparig adalah selalu hanya pelaksanaannya, bukan prinsipnya. Keberhasiilan program Bimas di dalam peningkatan proddcsi beras tak perlu diragukan lagi, tetapi ternyata ticlak diimbangi oleh keberhásil.an di bidang produksi bahan pangan lainnya. Misalnya kenaikan produksi kacang tanah, tetapi kenaikannya masih lebih rendah daripada laju pertumbuhan peridu&k. Contoh lainnya adalah 163 proddcsi jaglrig mengalami stagnasi, sedangkan produksi ubi kayu, ubi jalar, dan kedele justru mennj Rkan peni inan. Deiuikianlah berbagai masalah yang dihadapi organisasi Bimas dan pro speknya di masa depan. KEIJAKSANAAN KREDIT PERTANIAN 1. Peranan kredit per tanian bagi petani Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sebagian besar masyarakat di pedesaan adalah para petani dan berada dalam keadaan ekonomi yang lemah. Tingkat pendidikan, ketrampilan yang dikuasai, dan terutama modal yang dimiliki sangat terbatas. Keterbatasan akan ketiga hal tersebut menyebabkan kecilnya usaha per tanian. Oleh karena itu sedikit saja terjadi perubahan dalam prodticsi pertarlian akari mempengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Jika para petani mengalami kegagalan dalam usaha tant, maka akan berusaha mencari sumber pendapatan lain yang derigan segera dapat mengatasi kesulitar.nya. Salah satu sumber bantuar. tersebut adalah lembaga-lembaga perkreditan yang ada di pedesaan. Lembaga perkreditarz yang beroperasi ditir.gkat pedesaar. sudah berlangsirig sejak jaman dulu, meskipix berituknya berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Seorang ahli mengatakar. bahwa lembaga perkreditar. mi berperan bukan saja sebagai lambang ikat.an antara golongan yang punya dan tidak, tetapi ada kalanya merupakari satu bentuk tenggang rasa yang dimanifestasikan dalam bentuk natura (barang). 164 Per kembangan pembangiiian disektor per tan ian tner.yebabkan pen gar uhpengaruh koniersialisasi rnulai tampak ikut berperan. Pengaruh-pengaruh irA mulat tampak pada daerah-daerah tempat proses peraliban dart usaha pertanian subsisten icepada usaha pertanian komersial. Secara tritis, pada masa peralihan mi kebutuhan akan dana kredit semakir. diperklan oleh masyarakat, sehingga lembaga perkreditan yang semula bersifat lambang ikatan dan tenggang rasa, lama kelamaan akan berubah menjadi hubungan ekonomi yang kadang-kadang masih terselubung. Pada jaman pemerintah Kolonial Belanda masalah perkreditar. di pedesaan (terutalna di Jawa) sudah menjadi perhatian pemer ir.tah. Hal irA terbukti dengar. didirikannya Lembaga Frkreditan Rakyat (LPR) sekitar tahir. 1900 sebagai akibat adanya kegelisahan yang semakiri tumbub pada para pejabat pamong praja tentang keadaari ekotxmi pendixii.I. Setelah kemerdekaan, lembaga-lembaga perkreditan resmi maupun tidak resmi semakin berkembang. Kredit Bimas der.gan lembaga Foprta yang kernudian menjadi BUUD/KUD merupakan coritoh lembaga-lembaga perkreditan yang bertujuan untuk meningkatkan proddcsi pertanian. Kemuxlian dalam tahun 1970-an muricul KIK, KMKP, KCK, serta beberapa bentuk perkreditan 7.9 F lair.nya yang dijalar.kan oleh pemerintah dengan tujuan memberikan bantuan modal kepada pengusaha kecil agar lebih bergairah rneningkatkan kegiatar. usahanya. Di sampir.g itu aemua bentuk prkreditari ir.i diharapkan dapat dinikmati secara merata oleh semua lapisan masyarakat, terutama bagi kngar petanl. kecil dan glongan ekonomi ].emah, sehingga mengurar.gi ketergar.tungari para petani terhadap perkreditan 165 ir.formal der.gan bi.riga yang tir.ggi. Pemberi kredit informal antara lain pelepas uang, tukarig kredit barang. petani kays, dan lain- lair.. 4.2.1.2 ?salah Kredit Pertariiari Perkembangari sistem perekonomian di pedesaan dapat di bagi atas 3 tahap yaitu tahap subsiste. peralihan dart subsisten ke komersial1.dan - a- — tahap komersial. Pada pertar.ian subsisten produksi pertar.iar. har.ya dtijiituk keperluari dan path tahap tnt kebutuhan akan dana kredit belum berkembang. Dalam tahap peralihari terlihat adar.ya spesialisasi prod st engari masukE 1ogTThrt, sehingga kebutuhar. masyikat yang semula ttas har.ya_pada baar.an pckkiai ber kembarig pada kebi uhanakan bappg-bar ang lain dan tnt umniriya bet asaFi luat clesp iIkñ pengeluaran dalain jumlah besar sebelum memperoleh h_asilnya. Oleh karer.a itu pada tahap mi masyarakat memerIkWäna çjj, t rut a kredit yang bersifat musir Masalah perkredttan di pe esaan rnelibatkan dua kelompk kepentingan yaitu para petani (atau masyarakat pedesaari) di satu pihak sebagai debitor (pemmnjam/penerima kredit). Kedua kelompok tnt tentu saja berbeda dalam kepentingan dan tujuamya terhadap perkreditarz, sehtngga bisa menimbulkan perbedaan pandangan. Perbedaan pandangan mi terjadi antara lembaga perkteditan pemerintah der.gan masyarakat petani di pedesaan. Sebagai oontoh adalah kredit Bimas, yang kadang-kadang ditanggapi secara negatif oleh petani. Padahal, siapa yang akan menyangkal. faedah bimas bagi pembanginan nasior.al, dan juga siapa yang akan menyangkal faedah Bimas bagi kepentingan petani. Tanggapan tnt menjiAckan bahwa kadarig-kadarig terjadi perbedaan pandangan antara debitor dan kreditor. thtuk mengurangi perbedaan 166 pandangari aritara dua kelompok tersebut maka lebih dahulu harus diketahui karakteristik, sikap dan nilat dart para petar.i (debitor) maupun kreditor, serta lingkungan hidupnya dalam kaitariya dengan usaha per tanian kecil, dan lain-lain. 7.10 1 Karakteristik petani meliputi luas usaha pertar.iar., tingkat .da atan jumlah an ota keluarga dewasa, dan kesem a uar usaha taninya. Sedangkan sikap an nilai dan petani dapat baik dan saling me iantarkrd4tr dan debitor. Dalam .perkreditan formal seringkali tidak terlihat adanya huburigari tersebut. Sebaliknya di dalam kredit inforinal,meskiptxi dengan suku bunga yang tinggi masih banyak dijumpal petani yang roeminjam, karena hubungan antara kedua belah pihak berlangsung dalam keadaan kekeluargaan. Kreditor informal nampa1iya telah memahami der.gan baik sikap dan mental petani, sehingga dengan mudah dapat menarik petani untuk meminjam. Sumber kredit informal mi bersifat fleksibel, tar.pa prosedur (birokrasi) yang berbelit-belit, saling mengenal, dan berhubirigan erat. Pinjaman tidak diawasi der.gan ketat, petani bebas menggunakan kreditnya, juga kreditor mengetahui betul kelayakan kredit petarli serta bersedia memberi pinjamarl kapan, dimana, dan berapa saja yang diminta petani. Sedangkan kredit formal tidak fleksibel, prosedur berbelit, kedua belah pihak tidak saling mengenal dengan baik, memerlukan waktu yang relatif lama, baik untuk mengambil maupuri membayar kredit. Er. debitor terkadang harus mengeluarkari biaya yang cukup besar urituk mengurusnya sehingga suku birga yang berlaku menjadi tinggi. • .... . 167 Berdasarkan basil penelitian di EIS Cimanuk, disimpulkan bahwa di dalam penehtian tersebut kebutuhan kredit petani kecil telah dilayara oleh sumber informal. Petani besar sedikit yang berhubungan dengan si pelepas uang ‘karenà kebutuhan kredit mereka telah dipenuhi oleh Bank-. bank Pernerintah serta lembaga kredit formal lair.nya melalui program kredit kecil pedesaan yang inenarik dengan bunga yang relatif rendah. Petani kecil masih enggan dan tidak mau melalui prosedur yang berbelitbelit dalam memanfaätkan pelayarian lembaga Lçredit formal. Oleh karena itu pemerintah berusaha memperbaiki dat’. memperluas jangkauan pelayanan perkreditari agar bisa mencapai lapisan masyarakat pedesaan yang lebih rendah. Berbagai bentuk perkreditan dikembarigkan seperti Kredit Candak Kulak (KCK), KIK,KMKP, dan di bidang usaha tani padi kredit melalui kelomk petani khusus. Beberapa lembaga perkreditan formal lainnya seperti Bank-bank Daerah, Koperasi, dan Perkumpulan-perkumpulan mencoba menyalurkan kredit-kredit sejenis yang dikembangkan pemerintah setelah melihat adanya perkembangarz yang menggembir akan. 4.2.1 .3 Gainbarari urnin kredit per tanian Perkembangar. kredit perhankan menurut sektor ekor.omi secara keseluruhan.dapat dilihat pada 1bel 7.1,sedangkan perkembar.gar. dalam beberapa periode tertentu bisa dilihat path Tabel 7.2. 7.11 Sejak tahtx 1972 - 1981 kredit perbank urtuk sua sektor ekommi. meiingkat dengan angka rat i-rata prtuibithari 32%. Tetapi dilihat dan tiap per iode Pelita, nampak 168 per tumbuhan kredit perbankan masir.g-masing sektor merurii-. Kecuali sektor pertambangan yang mengalami kenaikan pert.unbi±an 253% dalam Pelita III. Sunber: 1972--1975: Statistik keuangan dan perbankan, 1979/80, BPS Jakarta. 1976--1981: Bank Ircbr.esia, Laporani Tahi.ran. Keterangan * Termasuk kredit dalarn valuta asing trituk per tania, per tambangari, per ir.dustr ian, per dagangan (selairi ekspor impor), dan jasa-jasa yang perirlciannya tidak diketahui. ( ) Persentase terhadap junlah. 7.12 169 Sektor per taniari masih merupakan sektor utama dalam penbangiiian eksrxmi pedesaan, tetapi per tinbuhari kredit perbankari disektor mi (28% per talnri) masih lebih rendah dan’ per tinbthan sektor lain, dan proporsi kredit sektor pertaniani dalam perbandingan dengari sektor lair. mur tn dar i 9,1 % dalam tahun 1972 menj adi 6,8% path tahun 1981. KredLt perbankan di sektor per tariian antara lair. melalui program Bimas padi yang telah dilaksar.akan sejak tahun 1964/1965, dan Bimas palawija sejak tahun 1975. tlam program mi petani di saiiping mendapat piyu1uhan dan i Diper ta, j uga manpero leh kr edit dalam ber.tti sarana prodiicsi dan biaya garapan. Tabel 7.3 menurijkan bahwa jt.nilafr petani peserta Bimas menirigkat dan tahir 1970/71 saiipai 1975/76, k8nudian menurun kanbalj. Junlah krcdit yang dibenikan riampak seinakir. menir.gkat setiap tahin yang disebabkan o leh peningkatan paket per 170 ha. Sedangkan menurunnya j iinlah peserta Bimas disebabkan oleh adanya tunggakantunggakan kredft tahuntahun sebeluinya. Hal irli terlihat dan persentase tixggakari kredit yang meningkat dan 3,5% tahun 1970/71 menjadi 60% tahun 1980/1981. 7.13 171 tlam usaha mengarahkar. pinjaman per bankan kepada bidang-bidang yang dipr ior itaskan, terutama di dalam meniilj ang pemerataan kesempatan berusaha dan usahausaha yang padat karya, serta memperbaiki kedixlukan golor.gar. ekonorni lemah,mulai tahun 1974 disalurkan kredit der.gan syarat-syarat lunak seperti KIK, KMKP, Kredit Mini, dan KCK. K1K di sektor pertar.iar. digunakan untuk pergudangar., pembeliar. alac-alat per tariian, huller, pompa air, per ahu motor, tambak, peternak ayain dan 7.14 ternak kerja. Tahun 1980, sebar.yak 32% KIK dan 40% KMKP dialokasikar. untuk sektor pertanian.Sejak 1974-1980, program KIK dan KMKP untuk sektor per tanian menir.gkat masing-masir.g 10% dan 20%. Telah disinggung pula dimuka tentang pyebaran lembaga perbankan di tingkat pedesaar.. Lerubaga-lembaga tersebut antara lain ialah Bank Desa, Lumbung Desa, dan Pegadaian Negara. Bank Desa adalah Bank Kelilir.g atau mobil unit dan BRI Unit Desa yang terdapat di tingkat kecamatan, yang di samping melayani kredit Bimas juga melayarit benttkbentuk kredit lainnya seprti KLK, KMKP, dan Kredit Mini. bimbung Desa adalah lembaga perkreditari di pedesaar. yang melayarii pinjaman dalam bentuk padi atau uang kepada masyarakat pedesaan. Sedangkan Pegadaian Negara merupakan salah satu leinbaga perkrëditan yang terdapat di tingkat kawedanan yang melayarii pir.jarnan tixiai kepada masyarakat dengan jam irian bar arig. Sejak tahun 1972 hingga 1979, jumlah lembaga-lembaga irA kurar.g berkembang. Menurut data dan Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1972 jumlah Bank Desa di Incbr.esia 3.443 buah, berkurang menjadi 3.329 pada tahun 1979. Lumbung Desa mengalami keriaikan kecil dan 2.019 buah pada tahun 1972 menjadi 2.136 buah pada tahun 1979. Demikian pula Pegadatan Negara tahun 1971 sebanyak 172 437 buah menjadi 448 buah pada tahun 1979. Padahal, lembaga-lenibaga mi rnerupakan sumber pinjaman resmi dengari suku bunga yang rendah, sehingga seharusr.ya perkembangan lembaga-lembaga mi meningkat dengar. laju yang lebih cepat agar pasar modal di pedesaar. menjadi lebih bersaing. 4.2.1.4 Ciri-ciri debitor dan kreditor Dan hasii. penelitian Jusuf M. Calter (1983) bisa kita temukari beberapa ciri debitor dan kreditor, masir.g-masir.g ciri-ciri debitor pada perkreditan formal dan informal, sedangkar. ciri-ciri kreditor hanya terdapat pada per kreditan informal, der.gan bekerja sebagai tukang kredit/barar.g, pelepas uar.g, pemilik toko atau warung, dan penerima gadai. Dalam perkreditan formal para debitor adalah petar.i yang menggarap tanah sawah, dengan rata-rata luas garapar. lebth luas dibandingkan der.gar. rata-rata luas garapan desa per.elitiar.. Sebagian beast dan glongan petani tersebut mengambil kredit Bimas, KIK, dan KM KP. Dengan kata lain, para debitor dalam perkreditan formal umumnya terdini dan golongan petar.i bertanah luas karena mereka mempunyai jaminan kredit berupa tanah sawah maupun tanah kering. Sedar.gkar. golongar. buruh tar.i dan buruh lainnya jarang sekali menjadi debitor perkreditan formal. Sebagiar. besar dan kebutuhar. kredit mereka dilayani oleh perkreditan informal 7.15 Perbedaan jumlah debit ir dalarn cecua bentuk perkreditan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan dalam prosedur perkreditan. Dalam perkreditan form al, d ebitor dip ersy äratkan m em punyai barang atau modal likuid yang bisa diharapkan sebagat jaminan. Untuk petani, jaminan mi dapat berupa tanah atau rumab, untuk golnngan 173 pegawai dapat benipa gaji atau pensiun, sedangkan untuk golongan pedagang dapat berupa barangbarang tak bergerak. Dalam perkreditan informal, debitor tidak dituntut jaminan, tetapi hanya saling mengerti dan mengenaL Prosedur perkreditan informal bersifat fleksibel sehingga dapat m enjangkau golongan masyarakat kecil, seper.ti buruh tani dan buruh lainnya, serta petani—petani gurem. Untuk golongan petani mi nilai pinjaman umurnnya kecil. Bila pinjaman mencapai jumlah yang besar (ratusan ribu rupiah) maka hanya debitor yang memunyai jaminan yang mendapat kesempatan, meskipun tiiak terangterangan dim inta oleh kreditor. Dengan kata lain, perkreditan formal dan perkreditan informal mempunyai jangkauan debitor yang berbeda, sehingga tujuan perkreditan formal untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kredit informal yang bunganya tinggi, masih diragukan peranannya. Di dalarn perkreditan informal, para kreditor sebagian besar adalah petani dengan luas garapan di atas rata-rata luas garapan per KK (kepala keluarga) tiap desa. Para kreditor termasuk petani, pegawai, dan pedagang/pengusaha. Hal mi disebabkan oleh kenyataan bahwa golongan masyarakat tersebut mempunyai uang tunai atau barang yang sewaktu-waktu dapat diuangkan untuk dipinjamkan kepada masyarakat latnnya. Kreditor yang tergolong petani dan pedagang dalani halini sering bertindak sebagat pemegang monopoli rn gr ttidn pemegang monoprii dalani pasar kornoditi. Selain itu mereka juga bétan dalarn m enyediakan dana untuk kebutuhan-kebutuhan mend esak dan para langganannya seperti pengobatan, selamatan, dan sebagainya. 4.2.1.5 Sumber dan jenis kredit 174 Para petani di pedesaan melakukan berbagai cara untuk memperoleh uang atau barang dalam keadaan mendesak. Bagi petani kaya yang tanah garapannya luas, pada umunmnya mempunyai modal (tabungan) yang sewaktuwaktu dapat diuangkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak, bahkan dapat dipinjamkan kepada golongan petani kecil. Sedangkan bagi petani keel yang tktak mempunyai modal (tabungan), dalam keadaan mendesak memaksa m ereka untuk in encari pinj am an, a ering kali d engan jam man barang yang dimuliki atau membayar bunga yang sangat tinggi. Kebutuhan kredit untuk golongan petani bertanah luas biasanya dilayani oleh lem baga-lem baga perkreditan formal. Sum ber kredit formal bagi para petani ‘kaya’ mi biasanya berasal dan Bank Rakyat Indonesia 7.16 (BRI), BU1JD/KUD, Perkumpulan di pedaan, Koprasi, dan lath-lain. Jumlah debitor dan lembaga formal relatif lebih sedikit dibandingkan dengan lembaga informal. Hal mt m enunjukkan rendahnya keterlibatan para petani dalam perkreditan form al, tetapi dapat juga menunjukkan rendahnya peranan lembaga perkreditan formal tersebut. Di pedesaan terdapat pula sistein gadai, jumlah pemberi pinjaman yang menerima gadai lebih banyak dibanding pemberi pinjaman non gadat. Hal mi terjadi karena dan segi penerima gadai lebih menjamin pengembalian pinjarnati dan bunga pinjaman. Bil.a penggadatan terjadi dart petani kecil kepada petani bertanah luas, maka dalam jangka panjang terbuka peluang lebth besar bagi penerima gadai untuk memiliki tanab tersebut. Sedangkan dart segi peminjam (menggadaikan tanah), sistem gadai dapat menyebabkan pelepasan tanah mfliknya. 175 KEBLJAKAN HARGA 1. Arti dan tujuan kebijakan harga tlam ekonomi pertanian masalah harga dan analisis harga merupakan pokok bahasan yang sangat pent ing. Harga adalah has ii akhir bekerjnya sistem pasar, yaitu bertemunya gaya-gaya perniintaan dan penawaran, antara pembeli (koisiiiieime) dan penjual (j2n). Karena permintaan penawaran merupakan indikator perkembangan dan preferensi konsumen dan produsen, maka harga yang merupakan hasil akhir bekerjanya sistem pasar juga dianggap sebagai indikator penting bagi konsumen dan produsen. Dengan dem ikian berart i harga pasar menj adi pedoman bag i konsumen untuk melaksanakan putusan pembelian atau konsunisinya, dan juga bagi. produsen • untuk melaksanakan produksi dan penjualan di pasar. Yang dimaksud dengan kebijakan harga dalam uraian kita sekarang adalah kebijakan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam bidang harga-harga di dalam pertanian. Baik yang rnenyangkut produk (produk pertanian.) maupun sarana produksi (input). Jadi kebijaksanaan harga disini menyangkut masalah bagaimana pemerintah mengatur dan rnenetapkan kebijakan harga dasar’ (minimum) dan hàrga tertinggi (mr) padi atau palawija, bagaimana menetapkan kebijaksanaan harga pupuk, harga atau pungutan atas air irigasi dan lain-lain. Laju inflasi yang tiri pacla tahun 1966 (650 persen) menyadarkan pemerintah untuk mulai iiengendalikan ‘harga pangan’ karena sekitar separuh dan pgeluaran masyarakat untuk makanan adalah berupa beras atau sekitar 30 persen dan seluruh pengeluaran biaya hidup. Ole karena itu pada tahun 1967 lahir sebuah konsep kebijakan har a beras y dia ukan oleh Saleh Afi.ff dan Leon Mears yang memuat lima prinsip 176 sebagaiberikut, (1) pjaaharga dasar (floor price) yang cukup mèrangsang p-oduksi, (2) perlu ada harga maksim cIling price) Sii — melindungi konsumen, (3) perlu ada selisih yang memadai antara_harga dasar dan harga niaksimum un er jpedñàleh swasta, (4) gu ada relas i harga ant ardaerah, perT isoasiargTadap pasaran dunia dengan fluktuas i yatTbar, (dalarn jangka panj ang) perlu korelasi tertentu dengan harga luar negeri untuk mempeik1TsusTdi adanya st iiangga (buffer stock) yang dikuasai pernerintah. pemerintah selalu didasarkan pada macam-macam pert imbangan dan juga biasanya ingin mencapai beberapa tujuan sekaligus. Misalnya saja dalàm kebijakan stock dan harga pangan 7.21 yang ditugaskan pada &tlog (Badan Urusn Logistik) sesuai Keppres No. jj6pada 24j9, dinytakan bahwa sasaran utaöriE (1) menpertahankan hara minimum beras,dan (2) menjagakestabilanhargaberas aEar tidak melampaugt Kedua sasaran tersebut tampaknya tidak ‘bertentangan’ satu saina lain, karena yang pertama menyarkut perargsang bagi produsen padi, sedangkan yang kedua menyangkuc perlindungan pada konsumen. Namun dalam kenyataan, keduanya bisa ‘bertentangan’ satu sama lain. Dengan sasaran “rnenjamin kestabilan harga”, maka pertimbangan pemerintah di sainping aspek perlindungan kepada konsumen adalah mengendalikan tingkat inflasi serendab mungkin. Dengan pengendalian inflasi melalui pengendalian harga beras berarti harus ‘menekan’ harga beras baik secara langsung 177 dengan memberikan subsidi atas beras impor rnaupun dengan menjual tepung terigu jauh di bawah harga yang biasanya berlaku. 4.3.1.2 Kebijakanharga minimum (floor price) Pada tahun 1968, lahirlah konsep kebijakan harga dasar (floor ,dengan nama “rumus Tani”. Rumus Tani mi dapat mengungkapkan penentu kebijakan untuk memperhatikan hubungan antara produksi yang terpenting yaitu pupuk dengan harga hasil_produksi. Dengan kata lain, Rumus Tani adalah satug1omanperhitungan_iam .meTnbandig harga beras ya di ual oleh petani dengan harga popuk •Rumus Tani mi telah mengoperasionalkan pengertian harga dasar yang telah disarankan oleh Saleh Afiff dan_Mes. Karena pada i Cu 968 )hampir semuanya harusdi impor, maka harga beras yang diariggap ‘wjr’ atau ‘merangsang’ dihitur sebagai berikut: dimana: P = harga minimum padi yang diproduksi (Rp per kilogram) A = harga CIF pupuk urea yang diimpor (dalam US $). B kurs BE (pasar bebas) yang berlaku dalam rupiah per. US $. tlam rumusan tersebut terdapat angka satu setengah yang berarci bahwa harga pupuk urea dalam rupiab di pelabuhan (CIF) harus dikalikan satu set engah sampai pada tingkat petani karena org kos pengarkutan dan biaya.-biaya pelabuhan. Angka pembagi dua menyatakan perbatxlingan antara padi dan beras; artinya dua kilogram padi kering sama dengan satu 178 kilogram beras. 7.22 Sebagai suatu pedoman kasar, rumus tani pada waktu itu dapat dianggap memadai terutama bagi pelaksanaan program bimas yang hendak digalakkari. Program Bimas yang te4rutama berisi paket kredit pupuk dapat mudah dihitung dengan cara perbandingan 1 : 1 yaitu petani dianggap akan terangsang mempergunakan pupuk (dan bibit unggul) untuk mingkatkan produksi bila harga pupuk yax hars dibelinya swna atau lebih rendah dan harga beras yang berlnku pada saat iw Secara obyektif rumus tersebut masih banyak kekurangannya karena tidak memperhatikan faktor harga beras internas tonal dan perbedaan yang niungkin diperlukan antara daerah—daerah yang bitu luas di Irxionesia. Nainun demikian rumus itu cukup bermanfaat pada saat itu untuk membantu pemerintah yang belum betul-betul siap dalam penguasaan sarana atau dana yang diperlukan bila harga beras pada saat panen benar-benar j atuh di bawah harga (dasar). 4.3.1.3 Kebijakan harga maksinn.zn (ceiling price) Kebijakan harga biasanya ditujukan untuk dim pihak yattu produsen dan konsumen. Salah satu tugas pemerintah di manapun dan dalam sistem ekonomi apapun iaiah mengusahakan agar rakyat (konsumen) dapat metnenuhi kebutuhannya, t erucama kebutuhan pokoknya. Ditinjau dan tugas pemerintah yang demikian, maka dalam kebijakan harga peTnerintah berkewaj iban agar harga-harga kebutuhan pokok rakyat terjangkau oleh daya belt mereka. Dalam hal kebutuhan seperti beras misalnya, pemerintah memunyai pedoman haa tertinggi (ceiling price) yang dianggap wajar, sehingga pemerintah mengusahakan agar harga 179 Usaha untuk menetapkan semacani harga maksimuni (ceiling price) tnt dilakukan pemerintah dengaii b5 icara,misTriyad engan kebijakan pengadaan, dengan emberian subsidi har a atau de an kebijakankeb n ainnya yang pada prinsipnya bertujuan sana. Perlindungan harga konsumen yang berupasubsidi mi tidak hanya terjadida beras, tetai apatditemukan_jugapada_kfti-komoditi laiiei tepung, garKium, atau pupuk 7.23 180 PEMBANGUNAN PERTANIAN 4 1. Tujuan Pembangunan pertanian Tujuan umum pembangunan pertanian adalah meningkan tingkat kehidupan umat manusia. Tingkat kehidupan bukan hanya merupakan konsep ekonomi saja. Oleh 181 sebab itu kenaikan tingkat kehidupan selain memerlukan produksi total barang-barang dan jasa dalam suatu masyarakat tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan penduduk, juga mencalup perbaikan tingkat kesehatan, pendidikan, kesemptan kerja, sanitasi, komunikasi, sandang, pangan, perumahan dan sebagainya. Pengalaman negara-negara sedang berkembang dalam dua dasa warsa terakhir telah menunjukkan bahwa pembangunan yang hanya bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan GNP perkita yang cepat ternyata tidak secarä otomatis menaikkan tingkat kehidupan rakyat banyak. Bahkan pertumbuhan GNP per kapita ini dibeberapa negara berkembang seperti Pakistan, Brazilia, Philipina, dan India telah mengakibatkan penurunan absotut tingkat kehidupan golongan miskin di kota dan di desa. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa konsepsi pembangunan dengan pendekatan “trickle down effect” yang berorientasi pada pertumbuhan GNP (ekonomi saja) tidak banyak memberikan manfaat bagi golongan miskin. Pendekatan pembangunan yang demikian tidak saja; kurang menarik ikut serta bagian masyarakat yang tergolong miskin dan tertinggal dalam arus kehidupan, tetapi juga menyebabkan mereka semakin tertinggal dan tersisih. Dari penjelasan singkat di atas, maka tujuan pembangunan ekonomi adalah meningkakan tingkat kehidupan masyarakat, mencakup masalah kesehatan,mpangan pendidikan, dan sebagainya serta mendistribusikan pendapatan nasional secara merata. Jadi. penmbangunan ekononui bukanlah melulu bertujuan untuk menciptakan modernisasi dalam suatu masyarakat, tetapi yang lebih penting lagi adalah menciptakan kehidupan yang lebih baik kepada seluruh masyarakat tersebut. 4.1.1.2 Pengukuran keberhasilan Pambangunan Ekonomi 182 Jika kita membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di beberapa negara berdasarkan pada tingkat pendapatan per kapita mereka, berarti kita telah menganggap bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat sèbagai ukuran keberhasilan pembangan ekonomi ditentukan oleh tingkat pendapatan per kapita tersebut. Tetapi penggunaan tingkat pendapatan per kapita ini sebagai ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi telah dikritik, karena cara ini mengabaikan masalah-masalah: komposisi penduduk, corak dan pola pengeluaran masyarakat, komposisi pendapatan nasional, distribusi pendapatan masyarakat dan sebagainya. Selain tingginya pendapatan per kapita, para ahli menganggap bahwa distribusi pendapatan merupakan ukuran yang sangat penting di dalam mengukur keberhasilan pembangnan ekonomi. Semakin merata distribusi pendapatan di dalam suatu negara bisa menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi berjalan dengan baik.. Tingkat distribusi pendapatan suatu negara bisa di ukur dengan menggunakan “Indeks Gini” yang mempunyai nilai antara 0 dan 1, dan semakin besar (mendekati1) indeks gini tersebut menunjukan bahwa distribusi pendapatan semakin buruk (pincang). Tingkat kepincangan distribusi pendapatan biasanya (menurut Bank Dunia) diukur dengan porsi pendapatan nasio yang bisa dinikmati oleh 40% dari jumlah penduduk yang berpendapatan terrendah dan bergerak antara 12 - 17%. Jika 40% pendiiduk yang berpendapatan terendah menerima porsi pendapatan nasional kurang dari 12 % maka, maka tingkat kepincaangan distribusi tinggi, jika antara 12 - 17% dianggap sedang, dan jika lebih besar dari l7% dianggap rendah. Dari pengamatan beberapa ahli (Ahluwalia cs, 1974) ditunjukkan bahwa bagian pendapatan 40% masyarakat terbawah dan negara-negara miskin cenderung untuk turun bersamaan dengan meningkatnya laju pertumbuhan pendapatan nasiona1(GNP). 183 Akhirnya, dan penjelasan singkat di atas bisa disimpulkan bahwa pembangunan ekonoini adalah suatu proses di dalam meningkatkan pendapatan nasional yang harus pula diikuti oleh perbaikan-perbaikan Sistem kelembagaan termasuk distribusi pendapatan, kesempatan kerja, sistem sosial politik, dan sebagainya. Karenä itu pula ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi adalah perbaikan-perbaikan dan faktor-faktor tersebut di atas. 4.1.1.3. Urbanisasi dan Pembangunan Pertanian Pertambahan penduduk dan angkatan kerja yang semakin cepat dan semakin besar di sektor pertanian selain menyebabkan pertambahan pengangguran di daerah pedesaan juga mengakibatkan masalah pengaliran penduduk yang sangat berlebihan dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Masalah ini kita kenal sebagai masalah urbanisasi atau migrasi dari desa ke kota. Urbanisasi ini bukan saja memperburuk masalah pengangguran di daerah perkotaan, tetapi juga menimbulkan banyak masalah lainnya di daerah tersebut, seperti masalah kepadatan penduduk, pembangunan rumah liar, kenaikan tingkat kriminalitas, timbulnya daerah yang kurang memadai (slumps) dan sebagainya. Narnun demikian, pengaliran penduduk dan daerah pedesaan ke daerah perkotaan tidak selalu akan menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan bagi pembangunan ekonomi. Dalam sejarah, proses perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan telah melancarkan jalannya proses pembangunan. Proses urbanisasi ini memungkinkan kelebihan penduduk di sektor pertanian untuk memperoleh pekerjaan di sektor lain. Dengan adanya kemungkinan ini maka penduduk yang harus tinggal di sektor pertanian bisa disesuaikan menurut kebutuhannya. Hal ini 184 bisa melancarkan tercapainya usaha untuk mengembangkan sektor pertanian dengan menaikkan tingkat produktivitas. Di lain pihak, pembangunan ekonomi menimbulkan keperluan tenaga kerja yang lebih banyak di daerah perkotaan yaitu sebagai pekerja, pimpinan perusahaan, dan usahawan. Mereka akan mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi di daerah perkotaan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang mempunyai kecenderungan untuk berkembang di daerah perkotaan antara lain sebagai berikut: kegiatan dalam bidang industri, kegiatan pemerintahan, kegiatan pengangkutan, kegiatan lembaga- lembaga keuangan, dan kegiatan perdagangan. Dalam proses pembangunan ekonomi di negara-negara maju pada waktu yang lalu jumlah tenaga kerja yang berpindah dart sektor pertanian adalah sesuai besarnya dengan jumlah tenaga kerja tambahan yang diperlukan oleh perkembangan kegiatan ekonomi di perkotaan. Dengan demikian pengaliran penduduk daerah pedesaan ke perkotaan tersebut bisa menghindarkan terjadinya kelebihan tenaga kerja di sektor pertanin maupun pengangguran di perkotaan. Proses perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan yang sesuai dengan pertambahan kesempatan kerja di perkotaan yang telah menimbulkan proses pertumbuhan ekonomi yang harmonis tersebut, tidak berlaku di negara-negara yang sedang berkembang. Di negara-negara ini urbanisasi sangat banyak jumlahnya menyebabkan perkembangan penduduk di perkotaan sangat pesat. Ada beberapa kota di Asia, Afrika, dan Amerika Latin mencapai tingkat perkembangan penduduk sebesar 4 sampai 7 persen, berarti tingkatnya lebih. besar dan tingkat perkembangan secara keseluruhan. Perkembangan penduduk perkotaan yang sangat cepat tersebut adalah sebagai akibat dari perpindahan penduduk yang sangat berlebihan dari pedesaan. 185 Karena keadaan ekonomi di perkotaan tidak mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk menyerap pertambahan penduduk perkotaan yang makin lama makin bertambah cepat perkembangannya, maka di samping keadaan pengangguran semakin memburuk di pedesaan, beberapa negara sedang berkembang menghadapi pula masalah pengangguran di perkotaan yang sangat serius. Selain menghadapi masalah pengangguran terbuka, tenaga kerja yang berada di perkotaan menghadapi pula masalah pengangguran tersembunyi dan under employment. Jika kedua jenis pengangguran ini dipertimbangkan pula dalam melihat sampai dimana buruknya masalah pengangguran di perkotaan negara-negara sedang berkembang, maka tak dapat disangkal lagi bahwa masalah pengangguran di perkotaan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi negara-negara sedang berkembang. 4.1 1.4 Peranan Pertanian dalam Tabungan Domestik Salah satu kebijakan untuk mempercepat proses pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan tabungan pemerintah (domestik). Tujuan ini hanya bisa dicapai apabila tingkat penerimaan pemerintah berkembang lebih cepat daripada tingkat pengeluaran rutin pemerintah. Pendapatan pemerintah akan mengalami kenaikan sebagai akibat dari pembangunan. Tetapi pada saat yang sama pengeluaran permrintah akan bertambah. Oleh karena itu, tingkat tabungan pemerintah hanya akan bertambah jika tingkat penerimaan pemerintah lebih besar dari pada tingkat pengeluaran pemerintah. Kebijaksanaan meningkatkan pendapatan pmerintah dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: mencani sumber-sumber penerimaan pajak yang baru dan memperbaiki administrasi penungutan pajak. 186 Di negara-negára sedang berkembang masih ada kemungkinan untuk menaikkan penerimaan pemerintah dan pajak langsung seperti pajak pendapatan dan pajak kekayaan. Namun peningkatan pendapatan pemerintah dan pajak langsung tersebut kadang-kadang me hadapi kesulitan, karena system ini membutuhkan bebeerapa syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain bahwa perekonomian tersebut merupakan ekonomi uang (money economy), system manajemen usaha sudah modern, tingkat kejujuran dan efisiensi administrasi sudah tinggi, dan lain-lain. Di sebagian besar negara sedang berkembang syarat-syarat tersebut banyak yang belum dapat dipenuhi dan mengakibatkan pendapatan pemenintah dari pajak langsung tidak dapat mencapai sesuai dengan potensi. yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. Salah satu langkah untuk meningkatkan pendapatan pemerintah dan pajak adalah menciptakan suatu sistem perpajakan yang sesuai untuk mengumpulkan pendapatan pajak dan sektor pertanian, yang merupakan sektor yang dominan di negaranegara sedang berkembang. Ada2 cara yang dapát dilakukan untuk memungut pajak dari sektot pertanian. Pertama, dengan mengenakan pajak atas tänah yang di miliki.. Tanah-tanah pertanian bisa dj.kenákan pajak tanpa memandang apakah tanah tersebut ditanami atau tidak. Pemajakan seperti ini dapat menjadi pendorong untuk menggunakan tanh-tanah yang pada mulanya tidak digunakan. Cara yang kedua adalah dengan mengenakan pajak atas hasil dari tanah tersebut. Apabila para petani diharuskan menjual hasil-hasil mereka kepada badan pemerintah, pajak yang dikenakan dapat dibuat dalam bentuk rmembayar hasil-hasil tersebut dengan harga yang lebih murah daripada harga pasar. Pada waktu menjual hasil-hasil tersebut kembali murut harga pasar, badan pemasaran pemerintah tersebut 187 telah membantu pemerintah mengumpulkan pajak dan sektor pertanian dalam bentuk barang yaitu inengambil sebagian dan produksi yang dihasilkan para petani. Hasiil penelitian dan Higgins (1968) di Cina, Taiwan, dan Korea menunjukkan bahwa tingkat pajak yang lebih tinggi terhadap sektor pertanian dapat diperoleh apabila pajak dikumpulkan dalam bentuk basil produksi dan bukan berupa uang. Dengan menguinpulkan pajak dalam bentuk hasil produksi, pemerintah mengatasi masalah pemasaran basil pertanian tersebut dan mengurangi beban petani untuk menjual kelebihan produksinya. Jika basil produksi para petani merupakan bahan pertanian ekspor, pajak atas hasil pertanian tersebut dapat dikenakan dengan menciptakan pajak ekspor. Akhirnya, di dalam merumuskan kebijakan perpajakan dalam pertanian yang sesuai untuk mempercepat pembangunan ekonomi di samping bertujuan untuk mempertinggi tabungan permrintah untuk membiayai pembangunan, kebijaksanan itu diusahakan agar jangan sampai menimbulkan akibat buruk terhadap gairah berusaha para petani. Misalnya jika pajak ekspor barang pertanian terlalu tinggi, hal ini akan mengurangi gairah para petani dalam berproduksi dalain sektor pertanian. 4.1.1.5 Pembangunan Pertanian dan Distribusi Pendapatan Sejak beberapa tahun terakhir ini banyak diantara para ahli ekonomi dan ilmu sosial lainnya telah menunjukkan rasa ketidak puasan mereka terhadap corak pembangunan yang berlaku di negara-negara sedang berkembang hingga kini. Kekecewaan itu berawal dan kenyataan bahwa walaupun tingkat pembangunan ekonomi di negara-negara tersebut telah menunjukkan gambaran yang jauh lebih menggembirakan daripada yang mereka capai sebelum Perang dunia II, tetapi 188 pembangunan tersebut belum merciptakan corak distribusi pendapatan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu rasanya akan bermanfaat untuk membicarakan tentang masalah distribusi pendapatan dan pembangunan, khususnya di Indonesia.Kita akan melihat distribusi pendapatan di daerah pedesaan, yang sebagian besar masyarakatnya bekerja di dalam sektor pertanian dan di daerah perkotaan. Tujuan akhir pembangunan ekonomi Indonesia adalah masyarakat adil dan makmur. Pengertian adil dan makmur sebenarnya re1atif, sehinga sukar diberi batasan kuantitatif. Namun demikian jelas bahwa yang dikehendaki masyarakat Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan basil pertumbuhan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan bukannya hanya segolongan kecil masyarakat saja. Karena itu pembangunan ekonoini di samping mengubah struktur produksi nasional dengan cara merombak komposisi produk domestik bruto (PDB) yang lebih baik harus pula berhasil mengubah distribusi. pendapatan nasional yang semakin merata. Untuk dapat melihat gambaran tingkat kemerataan pendapatan nasional sebenamya ada berbagai macam ukuran. Ukuran yang umum digunakan antara lain adalah indeks gini, tingkat kemiskinan relatit, dan tingkat kemiskinan mutlak/absolut. Indeks gini adalah variabel yang dinamis dalam arti besarnya berubah-ubah baik antar waktu, antar darah maupun antar sektor dalam suatu negara tertentu. Besarnya angka indeks gini sekitar 0 dan 1 yang menunjukkan keadaan distribusi pendapatan. Semakin besar indeks gini (yaitu mendekati satu) semakin timpang distribusi pendapatan itu dan demikian pula sebaliknya. 189 Secara umum di Indonesia dapat dikatakan bahwa besamya lndeks gini di daerah perkotaan lebih besar dibanding dengan daerah pedesaan (pertanian). Hal ini mungkin disebabkan oleh kenyataan di mana di daerah perkotaan Indonesia lebih banyak terdapat industri-industri sedang dan besar dari pada di daerah pedesaan. Industri-industri besar dan sedang menyebabkan sifat-sifat kegotong royongan relatif kurang menonjol dan sebaliknya sifat kompetitif lebih berkembang. Data Susenas rnenunjukkan selama tahun 1964 - 1970 indeks gini di daerah perkotaan lebih besar dibanding daerah pedesaan, kecuali untuk tahun 1964 - 1965. Dan tabel 8.1 dapat dilihat bahwa pola distribusi pendapatan di Indonesia dan tahun 1964 1965 ke 1967 membaik dalam arti lebih merata, tetapi selanjutnya nampak memburuk. Sementara itu hasil studi dari Irlan Suyono di pedesaan Jawa Tengah selama Pelita I menemukan adanya distribusi pendapatan yang membaik. Pada musim tanam 1967/1968 besarnya indeks gini di daerah tersebut 0,533, sedang pada musim tanam 1973/1974 angka indeks gini adalah 0,495. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggalakan beberapa program pedesaan seperti program padat karya, program intensifikasi pertanian dan beberapa program pemberian kredit untuk pedagangpedagang kecil maupun para petani di daerah pedesaan. 190 Dari penjelasan singkat diatas, kita dapat mengetahui bahwa masalah distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek pembangunan yang sangat penting. Perkembangan atau pertumbuhan dari “kue nastonal” sebagai basil dar.i proses pembangunan harus pula disertai oleb adanya “pembagian yang merata” dari kue nasional tersebut. 4.1.1.6 Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Di dalam membahas peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi secara khusus kita akan rnelihat kasus di negara kita. Di Indonesia, tujuan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi, memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri dalam negeri maupun perolehan devisa bagi negara. Di samping itu sekaligus bertujuan untuk mempenluas kesenpatan kerja, meningkatkan pendapatan petani, pekebun, peternak dan nelayan, mendorong pemerataan pendapatan dan pemerataan kesempatan berusaha, serta mendukung pembangunan daerah dengan tetap inemperhatikan kelestarian sumber daya. Repelita IV pun mempunyai tujuan secara khusus, menciptakan kerangka landasan bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus, kemudian dirnantapkan lagi dalani Repelita V sehingga dalam Repelita VI bangsa Indonesia sudah bisa tinggal landas menuju masyarakat yang adil dan makmur spiritual material berlandaskan Pancasila. Sehubungan dengan itu, Presiden menyatakan bahwa dalam seluruh gerak pembangunan, sektor pertanian selalu menduduki peranan yang teramat penting. Pada sektor pertanian inilah, terletak jawaban atas masalah-masalah pembangunan yang 191 besar. Jawaban atas masalah-masalah itu tidak mungkin diberikan oleh sektor pertanian secara sendiri saja melainkan harus ada dukungan dan berbagai sektor lainnya. Dengan demikian peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional sungguh besar. Karenanya dalam Pelita IV pembangunan sektor pertanian tetap memperoleh prioritas utama. Sebab masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang ingin diwujudkan melalui pembangunan itu, tidak bisa lain kecuali masyarakat yang mémiliki indust.ri yang kuat dengan dukungan pertanian yang cangguh, sehingga struktur ekonomi menj adi struktur yang seimbang. Dari penjelasan singkat di atas, jelaslah bahwa dalam pembangtxan ekonomi nasional yang berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terbanyak sebagai watak kerakyatan yang harus tercermin dalam keseluruhan kegiatan dan pelaksanaan pembangunan, maka peranan pertanian sungguh sangat penting. Pertama, pertanian menjadi tulang punggung proses pembangunan ekonomi dan berfungsi sebagai usaha pemerataan dan segala aspeknya sesuai dengan faktor historis serta peluang pengembangannya. Kedua, pembangunan pertanian menjadi pendukung bagi usaha rakyat dalam bidang teknologi budidaya dan pengelolaan serta pelayanan dalam pengolahan dan penasaran hasilnya. Yang terakhir, pembangunan pertanian merupakan penunjang yang mampu mewadahi perkembangan kewiraswastaan para petani ke arah yang rasional. PEMBANGUNAN PELANIAN DI INDONFJ.A 1. Pertanian Tradisional 192 Menurut teori ekonomi pembangunan, dunia pertanian bisa dibedakan menjadi 2 yaitu pertama, pertanian yang sangat efisien di negara-negara yang sudah maju, dimana tingkat produktivicas tenaga kerja sangat tinggi dan kedua, pertanian yang tidak efisien dan rendah produktivitasnya di negara-negara yang sedang berkembang. Di negara-negara yang sudah maju, pertumbuhan pertanian yang mantap telah terjadi sejak pertengahan abad delapan belas. Keadaan demikian terutama sekali disebabkan oleh perbaikan-.perbaikan teknologis dan biologis yang telah mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas tanah. Keadaan di negaranegara tersebut berbeda sekali dengan keadaan pertanian di negara-negara yang sedang berkembang. Di kelompok negara yang disebut terakhir, keadaan produksi sangat ketinggalan. Metode produksi pertanian berubah relatif sangat lambat dari waktu ke waktu. Dalam bagian ini kita akan melihat keadaan-keadaan khusus pertanian subsisten (tradisional) yang hasilnya serba kurang menentu. Pertumbuhan populasi di pedesaan yang cepat ditambah lagi masalah kelangkaan sumber daya. Di sebagian besar negara sedang berkembang, banyak sekali keadaan yang secara historis telah menyebabkan konsentrasi pemilikan lahan pertanian yang luas oleh sekolompok kecil tuan tanah. Keadaan seperti ini banyak sekali terjadi terutama di Amerika Latin dan dibeberapa bagian anak benua Asia. Karakteristik pertanian yang umum di negara-negara yang sedang berkembang seperti halnya negara kita adalah posisi pertanian keluarga sebagài unit dasar produksi. Bagi kebanyakan keluarga petani yang para anggota keluarganya merupakan tenaga kerja dalam pertanian, maka pertanian bukanlah hanya sebagai pekerjaan .atau sumber penghasilan semata-mata. Pertanian adalah merupakan bagian dari hidup mereka, sudah merupakan cara hidup mereka sehari-hari. Keadaan ini bisa dilihat pada masyarakat 193 tradisional dimana para petani bekerja dan mengabdikan dirinya sepanjang hari di sawah atau di ladang. Suatu perubahan dalam metode produksi dalain pertanian terpaksa akan membawa pula perubahan dalam cara hidup para petani. Oleh karena itu pengenalan terhadap suatu pembaharuan secara biologis maupun teknis, haruslah disesuaikan bukan hanya dengan kondisi alam dan ekonomi saja, tetapi juga dengan perilaku, sistem nilai, dan kemampuan para petani secara keseluruhan. Secara khusus, karakteristik pertanian tradisional bisa pula ditunjukkan oleh motivasi para petani dalam kegiatan produksi. Para petani tradisional. biasanya tujuan pokoknya adalah asal bisa hidup. Subsistensi menentukan konsep hidup mereka. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan mereka dan keluarga dengan menggarap sebidang tanah yang kecil milik mereka sendiri, atau yang lebih sering menyewa (menyakap) tanah dari para petani kaya. Keuntungan tidaklah menjadi tujuan pertimbangan mereka. Teknologi pertanian masih sangat sederhana dengan lebih banyak menggunakan tenaga manusia dan hewan daripada peralatan mekanis. Dari penjelasan di atas bisalah disimpulkan bahwa karakteristik pertanian tradisional adalah sebagai berikut: pertama, pertanian bagi para petani merupakan bagian dan hidup mereka, kedua, tujuan pokok petani dalam berproduksi. Adalah asal bisa hidup (subsisten), ketiga, pemilikan tanah pertanian yang relatif sempit, keempat, mencari keuntungan bukanlah tujuan teknologi produksi yang digunakan masih lebih banyak menggunakan tenaga manusia dan hewan dani pada mesin-mesin. 4.2.1.2 Syarat-syarat pembangunan pertanian 194 Pertanian memperoleh enegi dari sinar matahari dan prosesnya melalui prosesproses biologis dan pertumbuhan hewan dan tanaman. Pertanian dikelo1a o1eh para petani, dan para petani ini adalah manusia-manusia dan anggota-anggota keluarga serta anggota masyarakat setempat. Namun demikian, pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana hanya oleh para petani sendiri. Pertanian tidak dapat berkembang melampaui tahap subsisten (tradisional) tanpa adanya perkembangan yang sesuai pada bidang-bidang kehidupan nasional lainnya dan masyarakat dimana pertanian itu dilaksanakan. Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, setiap petani semakin lama semakin tergantung pada sumber-sumber dari luar lingkungannnya. Ia meningkatkan kadar kesuburan tanah dengan menambahkan pupuk pada lahan pertaniannya. Ia tingkatkan pula kelembaban lahan pertaniannya dengan air pengairan yang sering kali diperoleh melalui saluran-saluran dan sumber-sumber yang jauh letaknya. Ia beli dan ditebarkannya bibit yang dihasilkan oleh lembaga-lernbaga penelitian pertanian. Ia berantas penyakit-penyakit tanaman dan hewan dengan bahanbahan kimia dan obat-obatan yang dibuat dikota-kota yang mungkin sangat jauh jaraknya. Selain hal-hal yang disebutkan di atas, para petani juga semakin banyak menjual hasil pertaniannya ke pasar-pasar di luar daerahnya. Bahkan keterampilan dan pengetahuan yang ia praktekkan dalam usaha taninya semakin bertambah pula oleh pendidikan yang diperolehnya lewat kursus-kursus, latihan-latihan, atau penyuluhanpenyuluhan yang diberikan oleh dinas pertanian. 195 AT. Mosher (1965) menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian jika pertanian akan dikernbangkan. Mosher mengelompokkan syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua yaitu syarat-syarat mutlak dan syaratyarat plancar. Menurut Mosher ada 5 syarat yang tidak boleh tidak harus ada (syarat mutlak) untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau satu saja diantara syarat-syarat- tersebut tidak ada, maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian bisa berjalan tetapi statis. Syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah: 1. adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani. Pembangunan pertanian akan meningkatkan produksi hasil-hasil usahatani. Hasil-hasil ini tentunya akan dipasarkan dan dijual dengan harga yang cukup tinggi untuk menutupi biaya-biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan para petani sewaktu memproduksinya. Di dalam memasarkan hasil-hasil produk pertanian ini diperlukan adanya permintaan (demand) akan hasil-hasil pertanian tersebut, sistem pemasaran, dan kepercayaan para petani pada sistem pemasaran tersebu 2. Teknoloi yang senantiasa berkembang. Meningkatnya produksi pertanian diakibatkan oleh pemakaian cara-cara atau teknik-teknik baru di dalam usaha tani. Memang tidaklah mungkin untuk memperoleh hasil yang banyak dengan hanya menggunakan tanaman dan hewar yang itu-itu saja, menggunakan tanah lama dan dengan cara-cara yang tetap seperti dulu. Teknoligu pertanian berarti “cara-cara bertani”. Di dalarnnya termasuk caracara bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara tanaman dan memungut hasil serta memelihara ternak. Termasuk pula di dalamnya benih, pupuk, obat-obatan pemberantas hama, alat-alat, dan sumber-suinber. Juga termasuk berbagai kombinasi 196 jenis-jenis usaha oleh para petani agar dapat menggunakan tenaga dan tanah mereka sebaik mngkin. Agar pembangunan pertanian dapat berjalan terus, haruslah selalu.terjadi perubahan. Apabila perubahan ini terhenti, maka pembangunan pertanianpun terhenti. Produk terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang semakin meningkat oleh haina penyakit. 3. Tersedianya.bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. Sebagian besar metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi yang khusus oleh para petani. Diantaranya termasuk bibit, pupuk, obat-obatan pemberantas hama, makanan dan obat ternak. Pembangunan pertanian memerlukan kesemua faktor di atas tersedia diberbagai tempat dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang mungkin mau menggunakannya 4. Adanya eprangsang produksi bagi petani Teknologi yang telah maju, pasar yang mudah, dan tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi, kesemuanya memberi kesempatan kepada para petani untuk menaikkan produksi. Akan tetapi apakah para petani mau mempergunakan kesmpatan tersebut ?. Para petani, sebagai orang yang menginginkan kehidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya, tentunya ia harus berusaha untuk niencapai tujuan-tujuannya tersebut dengan usaha taninya. Faktor perangsang utama yang membuat petani bergairah untuk meningkatkan produksinya adalah perangsang yang herus bersifat 197 ekonomis. Faktor perangsang tersebut adalah harga hasil produksi pertanian yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar, dan tersedianya barang-barang dan jasa yang ingin dibeli oleh para petani untuk keluarganya. 5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinue syarat mutlak kelima adalah pengangkutan. Tanpa pengangkutan yang efisien dan murah, ke empat syarat mutlak lainnya tidak dapat berjalan dengan ëfektif,. karena produksi pertanian harus tersebar 1uas. Oleh karena itu diperlukan suatu jaringan pengangkutan yang bercabang luas untuk membawa bahan-bahan perlengkapan peroduksi ke tiap usahatani, dan membawà hasil usaha tani kekonsumen di kota basar dan kecil. Di samping ke lima syarat mutlak itu, menurut Mosher ada lima syirat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi kalau ada (atau dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar adalah: 1.. Pendidikan Pembangunan Pendidikan pembangunan di sini dititik beratkan pada pendidikan non-formal yaitu berupa kursus-kursus, latihan-latihan, penyuluhan-penyuluhan dan sebaainya. Pendidikan pembangurian ini bertujuan untuk meningtkan produktivitas petani. 2. Kredit Produksi Untuk meningkatkan produksi, para petani harus lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli bibit unggul, obat-obatan pemberantas hama, pupuk, dan alat-alat 198 lainnya. Pengeluaran- pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari tabungan atau dengan meminjam untuk jangka waktu antara saat bahan-bahan produksi dan peralatan itu dibeli dan saat basil panen dapat dijual. Oleb karena itu lembaga-lembaga perkreditan yang memberikan kredit produksi kepada para petani merupakan suatu faktor pelancar yang penting bagi pembangunan pertanian. 3. Kegiatan gotong royong petani. Kegiatan gotong royong petani biasanya dilakukan secara informal. Para petani bekerjasaina dalam menanam tanaman mereka atau dalam memanen hasil panen. Mereka bekerjasama dalam membantu tetangga petani yang sedang sakit. Mereka bersatu dalam menanggulangi bencana-bencana yang mendadak seperti: banjir, angin topan, serangan hama, dan sebagainya. Kegiatan seperti ini juga mempercepat pembangunan pertanian. 4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. Sebagian besar usaha-üsaha pembangunan pertanian yang telah kita bicarakan di atas ditujukan untuk menaikkan basil panen tiap tahun dan tanah yang telah menjadi usaha tani. Ada dua cara tambahan untuk mempercepat pembangunan pertanian yaitu: pertama, mempérbaiki mutu tanah yang telah inenjadi usaha tani, misalnya dengan pupuk, irigasi, dan pengaturan pola tanam; kedua, mengusahakan tanah baru, misalnya pembukaan petak-petak sawah baru (ekstensifikasi). 5. Perencanaan nasional Pembangunan Pertanian. 199 Perencanaan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak dilakukan pemerintah mengenai tiap kebijaksanaan dan kegiatan yang mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu. Dalam mengambil keputusan ini pemerintah harus menghadapi pertanyaan mengenai apa yang pada saat ini diperlukan untuk memajukan pertanian dan persiapan-persiapan apa yang perlu dilakukan untuk masa depan baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Karena pemerintah mempunyai keperluan pembangunan yang tak terbatas sedang sumber-sumber dan dana-dana yang tersedia terbatas maka perencanaan berarti proses pengambilan keputusan untuk memilih kebijaksanaan dan program yang perlu didahulukan pengerjaannya. Penentuan dan pemilihan prioritas inilah yang merupakan ciri khusus perencanaan. 4.2.1.3 Pola Pembangunan Pertanian Strategi pembangunan pertanian (ekonomi pedesaan) berasaskan pada pendekatan kormoditi secara vertikal terpadu, yaitu dimulai dengan usaha pengembangan produksi, penanganan teknologi pasca panen melalui pengembangan industri pengolahan hasil pertanian, penyempurnaan kelembagaan pemasaran hasil, penyempurnaan lembaga pelayanan keuangan, dan kebijaksanaan harga dan produsen dan ditingkat konsumen. Kegiatan dan program ini merupakan persyaratan pembangunan ekonomi di Indonesia. Kesemuanya ini dengan tujuan utama meningkatkan kesempatan kerja sektor pertanian dan luar sektor pertanian, serta peningkatan pendapatan petani beserta seluruh lapisan masyarakat pedesaari. Dalam gambar diterangkan kerangka strategi pembangunan ekonomi pedesaan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat .Ketiga strategi pembangunan 200 tersebut adalah (1) peningkatan produksi sektor pertanian dan non pertanian yang berorientasi pada peningkatankesempatan kerja, (2) Penyempurnaan kelemnagaan dan organisasi produksi dan pe1ayanan serta pengaturan, dan (3) peningkatan dan perbaikan konsumsi serta nilai gizi masyarakat. Gambar 8.1 Faktor yang meinpengaruhi kesejahteraan masyarakat pedesaan (disederhanakan dan Johnston dan Clark, 1982) Apabila kesempatan kerja di luar sektor pertanian telah berkembang, lembaga keuangan formal telah berperan aktif dan dapat dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat pedesaan (sebagian besar adalah para petani) yang disertai dengan kebijakan harga dan perpajakan tanah yang efektif, maka pembedaan masyarakat petani berdasarkan luas penguasaan dan pemilikan tanah tidak akan berpengaruh nyata terhadap pemerataan pendapatan di pedesaan. 201 PERKEMBANGAN PERTANIAN 1. Pengantar Dalam modul ini akan dibahas perkembangan pertanian dan berbagai masalah yang berkaitan dengan proses modernisas pertanian. Secara lebih terinci pembahasan tersebut akan mencakup. Ada 3 fase perkembangan pembangunan pertanian. Fase pertama (1) adalah pertanian tradi.sional yang produktivitasnya rendah. Fase kedua (2) adalah fase penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertunian suduh ada yang dijual. ke sektor komersial tetapi pemakaian modal. dan teknologi masih rendah. Fase yang ketiga (3) adalah fase yang menggambarkan pertanian modern yang produktivicasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal. dan teknologi yang tinggl pula. Pada fuse ini produk pertanian seluruhnya ditujukan untuk melayani keperluan pasar komersial. Modernisasi pertanian dun fase tradisionai (subsisten) menuju pertanian modern membutuhkan banyak upaya lain selain pengaturan kembali. struktur ekonomi pertanian atau penerapan teknologi pertanian yang baru. Kita telah mengetahui bahwa dalam hampir semua masyarakat tradisional, pertanian bukanlah hanya sekedar kegiatan ekonomi saja, tetapi sudah merupakan bagian dan cara hidup mereka. Setiap pemerintah yang berusaha mentransformasikan pertanian tradisional haruslah menyadari bahwa pemahaman akan perubahan-perubahan yang mempengaruhi seluruh struktur sosial, politik dan kelembagaan masyarakat pedesaan adalah sangat penting. Tanpa adanya perubahan-perubahan seperti itu, pembangunan pertanian tidak akan pernah bisa berhasil seperti yang diharapkan. 4.1.1.1 Pertanian Tradisional. (subsisten) 202 Dalam pertanian tradisional, pertanian dan konsumsi. sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung dan padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produk dan produktivitas rendah karena hanya menggunakan peral.atan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakal rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. Pada fase ini hukum penurunan hasil (low of diminashing return) berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di atas lahan pertanian yang sempit. Regagalan panen karena hujan (banjir), atau kurang suburnya tanah, atau karena tindakan-tindakan pemasaran oleh para rentenir, merupakan hal yang sangat ditakuti. para petani. Tenaga kerja banyak yang menganggur sepanjang tahun, walaupun para pekerja tersebut mungkin bekenja penuh pada musim tanam dan musim panen. Para petani biasanya hanya menggarap tanah hanya sebanyak yang bisa digarap oleh keluarganya saja, tanpa memerlukan tenaga kerja bayaran, walaupun ada juga petani yang mempekerjakan satu atau dua orang buruh yang tidak mempunyai tanah sama sekali. Keadaan lingkungan sangat statis Teknolog sangat terbatas, sistem kelembagaan sosial kaku, pasar-pasar terpencar jauh, serta Jaringan komunikasi antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan yang kurang memada. cenderung akan menghambat perkembangan produksi. Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olah hidup di atas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertaniannya Sangat sempit dan peranaman hanya terganturg pada curah hujan yang tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam keadaan tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan menghadapi bahaya 203 kelaparan yang sangat mencekam. Dalani keadaan yang demikian, kekuatan motivasi utama dalam kehidupan para petani seringkali bukanlah meningkatkan penghasilan terapi berusaha untuk bisa mempertahankan kehidupan keluarganya. Melihat keadaan di atas, jelas bahwa dalam keadaan yang penuh resiko dan serba tidak ada kepasian seperti itu, para petani merasa enggan untuk pindah dari teknologi tradisional. dan pola pertanian yang telah berpuluh tahun dipahaminya ke sistem baru yang akan menjamin hasil produksi yang lebih tinggi, tetapi masih ada kemungkinan mengalami kegagalan waktu panen. Jadi bagi para petani, usaha yang lebih penting adalah nenghindarkan kegagalan panen (mempertahankan hidup), daripada usaha untuk memaksimalkan produk pertaniannya. 4.1 .1 .2 Pertanian Tradisional menuju Pertanian Modrn Mungkin merupakan suatu tindakan yang tidak realistik jika mentransformasikan secara cepat suatu sistem pertanian tradisional ke dalam sistem pertanian yang modern (komersial). Upaya untuk mengenalkan tanaman perdagangan dalam pertanian tradisional. seringkali gagal. dalam membantu petani untuk meningkatkan tingkat kehidupannya. Menggantungkan diri pada tanaman perdagangan bagi para petani kecil lebih mengundang resiko dari pada pertanian subsistem murni keran resiko fluktuasi harga menambah keadaan menjadi lebih tidak memenentu Oleh karena itu penganekaragaman pertanian (diversified farming) merupakan suatu langkah pertania yang cukup logis dalam masa transisi dari pertanian tradisional (subsisten) ke pertantan modern (komersial). Pada fase ini, tanaman-tanaman pokok tidak lagi memodernisasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru seperti: buah-buahan, kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan secara 204 bersama dengan usaha peternakan yang sederhana. Kegiatan-kegiatan baru tersebut meningkatkan produktivitas pertanian yang sebelumnya sering terjadi pengangguran tak kentara. Usaha-usaha ini terutama sekali sangat di.perlukan di sebagian besar negaranegara dunia ke tiga, di mana angkatan kerja di. pedesaan berlimpah agar bisa dimanfaatkan dengan lebih baik dan efisien. Sebagai contoh, andaikan tanaman pokok menggunakan tanah hanya sebagian waktu dalam setahun, maka tanaman-tanaman perdagangan bisa ditanam pada waktuwaktu yang senggang dan bukan hanya tanah yang menganggur tetapi juga memanfaarkah tenaga kerja yang ada dalam keluarga. Selain hal tersebul: diatas, permakaian alat-alat sederhana seperti, traktor, hewan penarik bajak, bisa tigunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Akhirnya, penggunaan bibit-bibit yang lebih baik (bibit unggul), pupuk dan irigasi yang baikjuga bisa meningkatkan produksi Dengan demikian para petani dapat memperoleh surplus produksi yang bisa dijual ke pasar. Selain itu penganeka ragaman9Diversifikasi) pertanian juga bisa memperkecil dampak dan kegagalan panen tanaman pokok dan memberikan jaminan kepastian pendapatan yang sebelumnya tidak pernah ada. Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha untuk mentransfonmasikan pertanian tradisional tidak hanya tergantung pada keterampilan dan kemampuan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga tergantung pada kondisi-kondisi sosial, komersial dan kelembagaan. 4.1.1.3 Pertanian Modern Pertanian modern atau dikenal juga dengan istilah pertanian spesiaisasi menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju.. Keadaan demikian bisa kita di 205 negara-negara industri yang sudah maju. Pertanian spesiaiisas ini berkembang sebagai respon terhadap dan sejalan dengan pembangunan yang menyeluruh di bidang-bidang lain dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, kemajuan biologis dan teknologis serta perluasan pasar-pasar nasional dan internasional merupakan motor yang penting bagi. pembangunan ekonomi nasional. Dalam pertanian modern (spesiafisasi), pengadaan pangan untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi merupakan tujuan pokok. Keuntungan (profit) komersial murni. merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum dari upaya mánusia (irigasi, pupuk, pestisida, bibit unggul dan lain-lain) dan sumber daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian. Dengan kata lain, seluruh produksi diarahkan untuk keperluan pasar. Konsepkonsep teori ekonmi seperti biaya tetap dan biaya variabel, tabungan, investasi dan jumlah keuntungan, kombinasi faktor-faktor yang optimal, kemungkinn-kemungkinan produksi yang optimum, hara-harga pasar, semuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Usaha penggunaan sumber daya seperti tanah, air dan tenaga manusia bukan lagi merupakan hal yang dititik beratkan. Sebagai gantinya adalah pementukan modal, kemajuan teknologi, penelitian dan pengembangan ilmiah memainkan peranan yang sangat penting dalam usaha meningkatkan jumlah output dan produktivitas. Pertanian modern (spesialisasi) bisa benbeda-beda dalam ukuran dan fungsinya. Mulai dan jenis pertanian buah-buahan dan sayur-sayunan yang ditanam secara intensif, sampai kepada pertanian gandum dan jagung yang sangat besar seperti. di Amerika Utara. hampir semuanya menggunakan peralatan mekanis yang sangat hemat tenaga kernja, mulai dan jenis traktor yang paling besar dan mesin-mesin panen 206 yang modern, sampai pada teknik-tekanik penyemprotan udara yang memungkinkan satu keluarga bisa mmgolah dan menanami. beribu-ribu hektar tanah pertanian. Keadaan atau gambaran umum dan semua pertanian modern adalah titik beratnya pada salah satu jenis tanaman tertentu, menggunalcan intensifikasi modal dan pada umunmya berprodusi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja serta memperhatikan skala ekonomis yang efisien (economics of scale) yaitu dengan cara meminimumkan biaya untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Untuk mencapat semua tujuan, pertanian modern praktis tidak berbeda dalam konsep atau operasinya dengan perusahaan industri yang besar. Sistem pertanian modern yang demikian itu sekarang ini. dikenal dengan agri - bisnis. SRTATEGI MODERNISASI PERTANIAN 4.2.1 Uralan dan Contoh Jika tujuan utama pertanian dan pembangunan pedesaan di negara-negara yang sedang berkembang adalah perbaikan yang cepat dalam tingkat hidup di pedesaan dengan cara meningkatkan pendapatan petani kecel, mingkatkan output dan produktivitas pertanian, maka bagi kita penting sekali untuk meneliti sumber-sumber pokok yang mengakibatkan kemajuan pertanian itu dan syarat-syarat pokok dalam usaha mencapai kemajuan itu. Hal-hal tersebut tentu saja saling berhubungan dan kait mengkait satu sama lain. untuk lebih memudahkan penjelasannya, kita pisahkan kedua hal tersebut dalam pembahasannya. 4.2.1.1 Sumber-sumber kemajuan Usahatani Kecil (a) Perubahan teknologi dan inovasi 207 Pada sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang, teknologi baru di bidang pertaniari dan inovasi-inovasi dalam kegiatan-kegiatan pertanian merupakan prasyarat bagi upaya-upaya dalam peningkatan output dan produktivitas. Namun demikian, agak berbeda untuk beberapa negara di Afrika dan Amerika Latin, di mana peningkatan output telah dapat dicapai tanpa menggunakan teknoloi baru yaitu hanya dengan memperluas areal pertanaman (ekstensifikasi) dengan memanfaatkan tanahtanah yang belum dipakai, tetapi secara potensial cukup produktif. Ada dua sumber inovasi teknologi. yang bisa meningkatkan basil-hasil pertanian. Namun demikian, kedua suruber ini mempunyai implikasi-implikasi yang sangat berbeda bagi pembangunan pertanian di negara-negara dunia ketiga. Yang pertama adalah pengenalan terhadap mekanisasi Pertanian sebagai pengganti tenaga kerja manusia. Pengenalan terhadap peralatan untuk menghemat tenaga semacam itu (misal traktor-traktor besar) bisa mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap volume output setiap tenaga kerja, terutama sekali kalau tanah yang ditanami itu luas dan tenaga kerja agak langka. Sebagai contoh, seorang yang mengoperasikan mesin panen modern yang besar, dalam satu jam saja bisa mencapai hasil kerja sama dengan metode-metode tradisional. Akan tetapi, daerah-daerah pertanian di negara-negara sedang berkembang pada umumnya tanah di bagi-bagi dalam petak-petak kecil, modal sangat lanigka dan tenaga kerja berlimpah, maka pemkaian alat-alat teknologi mekanisasi pertanian yang besar-besar bukan hanya sering kali. tidak sesuai dengan keadaan lingkungan secara fisik, tetapi ,juga yang lebih penting lagi, sering kali menimbulkan pengangguran yang lebih ttinggi lagi di daerah pedesaan. Oleh karena itu, pengimporan mesin-mesin serupa 208 itu bisa merupakan anti pembangunan, karena agar basil kerjanya efisien maka diperlukan tanah yang luas dan hal tersebut akan menambah hebatnya masalah kemiskinan dan pengangguran di pedesaan yang memang sudah serius. Sebaliknya, inovasi biologis (seperti bibit unggu1), kimiawi (pupuk buatan, pestisida, insektisida dan lain-lain), merupakan usaha memperbai.ki mutu tanah yang ada dengan meningkatkan basil per hektar, hanya saja memang tidak langsung meningkatkan output masing-masing tenaga kerja. Penggunaan bibit unggul, teknik irigasi. dan rotasi penanaman yang sudah lebih maju, memperbanyak penggunaan pupuk, pestisida, insektisida dan pengembangan baru di bidang kedokteran hewan dan makanan hewan, mencerminkan kemajuan-kemajuan ilmu yang penting dalam pertanian modern. Usaha-usaha seperti itu secara teknologis bersifat netral, artinya secara teoritis bisa dipakai dalam pertanian besar maupun pertanian kecil dengan efektivitas yang sama. Usaha-usaha ini tidak memerlukan input modal yang besar ataupun peralatan mekanis. Oleh karena itu usaha-usaha seperti ini terutma sekali sangat sesuai untuk daerah-daerah tropis dan subtropis (b) Kebijakan Kkonomi dan Sistern Kelembagaan yang Menunjang Walaupun varietas bibit unggul (jagung, padi dan lain-lain) bersifat netral dan karenanya akan memberikan potensi kemajuan bagi usahatani kecil, tetapi. sistem kelembagaan dan kebijakan-kebijakari pemerintah yang menunjang pengenalannya ke dalam usahatani. kecil dl pedesaan sering kali tidak bersifat netral Sebaliknya, lembaga-lembaga dan kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut hanya memenuhi kebutuhan dan menguntungkan para petani kaya saja, karena bibit unggul yang baru itu memerlukan tambahan input seperti irigasi, pupuk, insektisida, 209 kredit dan perluasan pekerjaan. Dan jika semua itu hanya bisa diberikan kepada kelompok minoritas para petani kaya saja, maka kemelaratan dan kemiskinan massal yang melanda para petani keci1 di pedesaan tidak bisa dihapuskan. Para petani kaya dengan input tambahan dan usaha-usaha penunjangnya yang serba lengkap bisa mendapatkan keuntungan dalam bersaing dengan para petani kecil dan mungkin bisa menendang para petani kecil. tersebut keluar dan. pasaran. Petani kaya bisa-bisa mendapatkan fasilitas kredit dengan suku bunga yang rendah dari pernerintah, sedangkan petani kecil terpaksa meminjam uang dari rentenir dengan suku bunga yang sangat tinggi. Hasilnya, sudah pasti tidak bisa dielakkan lagi akan lebih rnernperbesar jurang pemisah antara si. kaya dan si miskin dan peningkatan konsentrasi tanah pertanian berada dalam tangan beberapa gelintir orang saja. Jadi. inovasi. pembangunan yang mempunyai potensi yang besar dan ditujukan untuk memerangi kermskinan di pedesaan dan meningkatkan hasil pertanian justru menjadi alat untuk melanggengkan kemiskinan dan penderitaan para petani kecil di.pedesaan. Suatu hal yang ironis sekali, rencana dan tujuan pembangunan ini juatru bisa berbalik menjadi anti pembangunan. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan pernerintah dan sistem kelembagaan yang imematikan peran serta aktif para petani. kecil dalam upaya mereka untuk mengubah struktur pertanian harus dihilangkan. 4.2.1.2 Perbaikan Pola Pemilikan Tanah (land reform) Struktur pertanian dan pola penggunaan tanah perlu disesuaikan dengan tuan ganda, yaitu meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan permerataan keuntungan bagi. petani secara luas. Pertanian dan pembangunan desa yang menguntungkan rakyat kecil hanya bisa tercapai melalui usaha bersama antara pemerintah dengan semua 210 petani, bukan hanya dengan petani kaya saja. Adapun langkah pertama dalam usaha bersama ini adalah pemberian dan perbaikan hak-hak penggunaan tanah kepada masingmasing petani. Keterikatan petani kecil terhadap tanahnya sangat mendalam. Suatu perasaan yang merupakan ikatan bathin yang sangat erat hubungannya dengan harga diri dan kebebasan dari segala macam paksaan. Apabila si petani itu kehilangan tanahnya atau ia jatuh miskin secara pelan-pelan karena dicekik utang yang menumpuk, maka bukan hanya keadaan lahiriahnya saja yang rusak, tetapi juga rasa kepercayaan pada dirinya sendiri dan semangat untuk berusaha memperbaiki dirinya dan keluarganya bisa hancur sama sekali. Hal-hal di. atas merupakan alasan-alasan dariegi kemanusiaan. Dan segi. peningkatan basil pertanian, perbaikan pola pemilikan tanah sering kali dianggap sebagai kondisi awal. yang diperlukan untuk pembangunan pertanian di berbagai negara yang sedang berkembang. Pada sebagian besar negara yang sedang berkembang, struktur pemilikan tanah yang sangat tidak seimbang barangkali merupakan satusatunya penyebab yang paling penting yang menimbulkan ketidak seimbangàn dalam pemerataan penghasilan dan kekayaan bagi rakyat pedesaan. Apabila pembagian tanah sangat timpang, maka sedikit sekali harapan bagi petani kecil di pedesaan untuk dapat mengembangkan perekonomiannya. Andaikan program-program penataan kembali pola pemilikan tanah bisa dilaksanakan secara efektif oleh pemerintah, maka dasar bagi transisi dari pertanian subsisten ke pertanin modern dengan memperbaiki output dan meningkatkan tarap hidup bagi rakyat pedesaan akan menjadi kenyataan.Tetapi jika program-program penataan kemali pola pemilikan tanah ini hanya merupakan ketentuan dan peraturan 211 saja tanpa ada tindakan yang efektif, maka tidaklah ada jaminan untuk suksesnya pembangunan pertanian dan pedesaan. (b) Kebijakan-kebijakan yang Menunjang Seluruh keuntungan dari pembangunan usaha tani kecil tidak akan bisa dicapai jika pemerintah tidak menciptakan kebijakan atau sistem kelembagaan yang menunjang, misalnya berupa insentif-insencif yang diperlukan, kesempatan-kesempatan berusaha dalam kegiatatan ekonomi dan kemudahan untuk memperoleh input yang diperlukan yang memungkinkan para petani kecil bisa meningkatkan output mereka dan sekaltgus meningkatkan produktivitas mereka. Sedangkan penataan kembali pola pemilikan tanah adalah sangat penting,. tetapi mungkin tidak akan bisa efektif jika tidak ada perubahan yang sesuai di dalam lembaga-.lembaga pedesaan yang dapat menunjang produksi (seperti lembaga-lembaga keuangan, distributor pupuk, bibit unggul, dan lain-lain), pelayanan-pelayanan pemerintah yang menunjang (seperti penyuluhan, fasilitas pergudangan dan pemasaran, angkutan dan lain-lain) dan kebijakan pemerintah di bidang harga untuk input maupun output pertanian. Bahkan di cdaerah-daerah yang tidak memerlukan land-reform pun, hal-hal tersebut di atas merupakan syarat yang sangat penting untuk memperjuangkan kemajuan pertanian (c) Tujuan Pembangunan Terpadu Pembangunan pedesaan terutama sekali masih tergantung pada kemajuan usaha tani dari para petani kecil. Kemajuar itu meliputi: (a) perbaikan taraf hidup termasuk pendapatan, pendidikan, kesehatan atau nutrisi, perumahan dan hal-hal lain yang 212 berhubungan dengan jaminan-jaminan sosial, (b) mengurangi ketimpangan pemerataan pendapatan di pedesaan dari ketimpangan pendapatan antara pedesaan dan perkotaan serta kesempatan-kesempatan berusaha, dan (c) perbaikan kapasitas sektor pedesaan dari waktu ke waktu. Usaha untuk mencapai ketiga tujuan di atas sangat penting bagi pembangunan nasionail Hal ini dilakukan bukan hanya karena mayoritas penduduk di negara-negara yang sedang berkembang bertempat tinggal di pedesaan, tetapi juga karena masalahmasalah perkotaan seperti pengangguran dan proses pemadatan penduduk harus ditemukan penyelesaian akhirnya. Dengan dasar memperbaiki keseimbangan yang tepat antara pedesaan dan perkotaan dalam kesempatan-kesempatan berusaha dan dengan menciptakan kondisikondisi untuk mempopulerkan peran serta secara meluas dalam usaha-usaha pembangunan nasional, maka negara yang sedang berkembang telah mengambi! langkah-langkah yang positif dalam menuju tercapainya realisasi dari arti pembangunan. PENELITIAN EKONOMI PERTANIAN 4.3.1 Uraian dan Contoh Di dalaw persoalan-persoalan ekonomi pertanian tampak bahwa ada hubmgan yang sangat erac antara fakta-fakta dan fenoniena-fenomena ekonomi pertanian, perilaku petani dan organisasi-organisasi serta ienibaga-lembaga pertanian dengan kebijakan pertanian. Dalam kerangka hubungan mi. penting sekali keductukan penelitian yang wenjembataniny. 213 Oieh karena itu dalam bagian mi kita akan membicarakan per I tc i tn tentang ekonomi pertanian, sejarah perkembangan, 1neto(Ie-met(1e penclekatannya, persoalanpersoalan yang dihadapi dan peranan penelit ian ekonoin i pertan ian dalam pembangunan pertan ian. 4.3.1.1 Sejarah penelit tan ekonorni pertanian di Indonesia Usia penelitian ekonowi pertanian di Indonesia masih sangat muda. Dalam penerbitan tentang perkembangan penelitian di Indonesia selama 20 tahun merdeka niisalnya (1945 - 1 96S) yang diterbitkan oleh LiPibiclang ekonomi pertanian belum mendapackan gawbaran tersendiri walaupun sudah terdapat tulisan-tulisan tentang ilrnu ekonomi, sosiologi, deTnografi dan lain-Lain. Hal mi mungkin disebabkan oleh belum adanya sarjana ekonoini pertaflian yang aktif menulis inemperkenalkan cabang ilmu ekonom i yang baru tnt. Namun demi.kian, jika kita pelajari. lebih mendalain temyata bahwa tulisantulisan tentang mi suclah banyak ciidapatkan baik yang ditulis o.Leh ahli-ahli bangsa asing maupun ahli-ahli Indonesia sendiri. Thlisan ahi i-ahl i bangsa as ing d ipelopor i. oleh sarjana-sarj ana bangs a Belanda dan keinudian oieh sarjana Amerika Seri.kat dan Australia. Dengan dipelopori oleh sarjana mitnu politik dan ekcxiomi Profesor J.h. Boeke banyak sarjana ilinu Endologi. yang tekun mempelajari. persoalan-persoalan ekonotni Indonesia terruasuk ekonorni pertan iannya. Dalani buku Endones ian Econom ics kumpulan karangan-karangan sarj ana bangsa belanda yang d iterbitkan dalaTn bahasa Inggris pacla tahun 1961, Van der Koiff adalah satu-satunya sarjana yang khusus tnepperdalam •. 214 pengetahuannya dalam ilmu ekonomi. xtani.an di. Sekolah Tinggi._Pertan tan Wageningen. Disertasi yang diselesaikannya pacia tahun dalah mengenai aspek ekonorni dari.pada usaha taft tebu rakyat di Malang Selatan. 1<emudian dalan tahun 1947 W.J Turner rnenyelesai.kan disertasi. pada Tinivers itas Indonesia dengan j udui Obj ect en methode dersos iale agronornie. Sajogyo cialam karangan Penelitian Ilniuilwu Kernasyarakatan dan ½plikasinya (1969) telah inenguraikan sejarah erkernbangan peneli 9.15 tian iirnu-ilmu keniasyarakatan pertanian sejak zaman penjajahan sampai. tahun 1969 dengan member ikan contoh keg iatan Surve i Agro Ekcriom i yang dimulat tahuri 1965 oleh pemerintah Indonesia. Bagi sarjana-sarjana Indonesia séndiri penelitian-penelitian ekonomi pertanian dan soswiogi pedesaan dilaksanakan oieh sarjanasarj ana etnom i pertn tan SOS iolog i. dan geograf i sos ted yang men inj au persoalannya dengan kaca mata atau alat-alat ilmiabnya send tri-send.iri. Sarjana-sarjana ekonomi dengan peralatan teori ekonoini mikro dan makro serta statisttlc menganaLisis masaiah perpajakan dan keuangan desa, niasalah pemasaran, masalah anggaran belanja keluarga dan lain-lain. Sarjana-sarjana pertanian banyak menekankan pada anaiisis efisiensi usaha tani dan sarjana-sarjana sosiologi pacla analisis standar hidup dan kesejahteraan petani dan masyarakat tani, sedangkan sarjana-sarjana geografi sosiai menekankan kepada hubungan manus ia dengan lingkungan geografi sekitarnya. Iiinat penelitian ekonomi pertanian di. Indonesia bertambah besar sejak tahun 1969 karena pada awalnya Pelita I itu pembangunan ditekankan pada pembangunan pertanian. Muiai saat itu para pekerja penelitian dart iembaga-lembaga penelitian 215 banyak diminta untuk mengadakan penelitian-penelician ekonomi pertanian baik yang bersifat penelitian ekonomi murni maupun yang terpakai untuk kebijaksanaan. Pada tahun 1970, Presiden menginstruksikan para pembanrunya agar lebih memanfaackan jasa leinbaga-lembaga penelician terutama lemtga-lembaga perguruan tinggi. Ki.,ni orlentasi pada penelitian sosial. ekonomi pertanian telab pula terdapat pacla hampir semua departemen. khususnya departemen-clepartemen yang sebelumnya iebih banyak menekankan padá soal-soal teknik perteinian (penemuan dan penyebaran bibit unggu.L,respons atas pemupukan dan lain- lain), kira suclah membentuk Biro Sosial. Elconomi. Biro-biro Perencanaan dan. departemen-departemen juga memberikan lebih banyak perhat ian pada faktor-faktor perangseing pembangunan, fakcor perdagangan (nas ionai. dan intemas tonal), pendidikan pembangunan dan faktor-faktor sosial ekonomi dan budaya Lainnya. Dalam tahun 1975 Badan Peneittian dan Pengembangan (Lithang) Lpartemen Pertan tan yang dibentuk dengan Keputusan Pres iden mempunyai. Pusat Penelitian Ekonomi Pertanian. Aspek-aspek ekonomi dan lembaga Bunas, telah dipakai sebagai modal pembangunan pertantan di Indonesia kini lebih ditekankan lagi pada aspek-aspek ekonóminya. Kalau semula para penibuat kebi.jaksanaan pjjbat peiaksana seLalu menekankan bahwa tujuan Bimas_adaJ.ah eningkatan produksi tnaka lambat laun muli banyak disaclart bahwa tujuan teknis mi bukanlah yang terpenting bagi petani. Petani ingip kesejahteraannya meningkat dan ingin agar dengan Bitnas ia dapat lebih mampu membeli. barang-barung kebutuhan yang tidak diproduksikan send in. 9.16 Suksesnya proyek Bimas mi tergantung pada adanya syarat-syarat dan saranasarana produksi di dekat petani (bibit, pupuk, obat-obatan, air dan alat-ulat pertantan 216 lainnya), adanya pasaran yang terus menerus berkembang dun adanya bimbingan yang cukup baik. Kini sudab lebih banyak disac1ri bahwa syarat-syarut mi bukanlah syaratsyarat teknis Baja, tetapi lebih banyak mtiyangkut organisasi clan prasarana sosial ekonomi lainnya. Penelitian tentang masalah-niasalah mi di. masa laiu kurang mendapat perhatian dan baru kint mulai lebih banyak clilakukan oLeh para pekerja penelitian ekonomi. pertanian di Indonesia. 4.3.1.2 ?tode pendekatan penelitian tiaaalah ekonomi petani dan pertanian pada umumnya tidaklah inenjadi perhatian para sarjana ekonomi saja. Para sarjana antropologi, sosioiogi, politik dan lain-lain cialam mengadakan penelitian-penelitian sangat ering terlibat dalam persoalanpersoalan yang lebih bersifat elconolni. Sebagai contoh buku Selo Soemardjan Social Changes n Yogyakarta (1962) yang merupakan clisertasi bidang sosiologi berisi beberapa bab tentang ekonoini pertanlan. Clifford Geertz-adalah seorang sarjana antropologi, tetapi buku has ii penel it iannya Agricultural Involution (1963) lebih banyak bersifat analisis ekononii yang dalani penelitiannya meminjara segi peninjauan ilmu-ilmu lainnya, baik ilmu-ilniu sosial maupun ilmu-ilmu eksakca atau biologi. D.h. Penny merupakan contoh sarjana ekononii. pertanian yang menyatakan ketidakmanfaatan ilmu ekonomi yang dipergunakan secara murni. terlepas sama sekali dan ilmu-ilinu sosial lainnya. Penny mensitir Moh. Sacili yang menyatakan pada tahun 1961 “baik teori ekonorni mengenai inflasi Inaupun kebijaksanain ekonomi yang diperlukan untuk mengendalikannya actalah mudab untuk inemahaminya, tetapi dalam praktek (inflasi itu) sukar dikendalikan karena lebih banyak merupakan persoalan politik dan sosial yang terselubung clalam (pakaian) soal-éoal ekonorni senctiri”. Sajogyo juga disitir Penny 217 mengatakan bahwa “j ika saudara akan memahanii perekonomian negara kami, pelajariiah kebudayaan dan sistem politiknegara kami, jika saudara tdak memahami. kebudayaan dan sistem politik negara kami, pelajarilah perekonom ian kani i”. Jadi jeiaslah bahwa dalam hal mi. ada praktek pinjam meminjam inetode analisis. Dalam penelitian-penelitian pertama mengenai penyuiuhan pertanian di Indonesia banyak sarjana-sarjana Belanda meminjam istilah-istilah ilmu kectokteran. Pertarna dikena]. fase orientasi (synitonas) yang oieh i.J. Timmer disebut agronotni sosial. Fase kedua adalah perumusan masalah (prognose dan diagnose) dan kemudian dtikuti oleh fase pengobatan (therapi, treatment). alaupun menurut Sajogyo analogi demikian hanya merupakan penggunaan istilah 9.17 istUah pinja: Baja, narnun praktek caiukian cukup membuktikan adanya sifatsifat yang umui dan penclekttan obyek-obyek penelitian. ‘iungkin contoh yang paling tepat dalam menggarnbarkan kesamaankesamaan terselut aclalah dalam penggunaan metode-metode sampling yang dasar-dasar ilmunya sencliri dipelajari oleh statistik. Untuk dapat meigambil kesimpulan inengenal nama clan jenis penyakit yang diderita oieh seorang paslen, maka seorang dokter akan menggunakan berbagai test, misalnya suhu tubuh, darah, urine, faeces dan lain-lain di samping gejala-gejai.a lain yang dapat ditanyakan langsung kepada Si pasien. Demikian pula seorang ‘dokter’ ekonowl. tidak akan tergesa-gesa merigambil kesimpulan dan memberikan resep pengobatan berupa tindakan kebijaksanaan sebeluin ia meyakinkan diri.nya tentang penyakit yang dihadapi dengan mencoba mentestnya dengan berbagal alat pembuktian. 218 Dalam ilmu statistik dikatakan bahwa tingkat kepercayaan dan kesimpulan (confidence level) harus cukup tinggi dan hal mi diukur dengan variance ( u2) atau standar deviasi (u). Makin besar jumlah samuel (n) makin kecil variance dan sampelsampel tersebut yang paling balk harus diambil secara random. Di sintlah Letak pentingnya statistik dalam segala penelitian. Bersumber pada metode-metode 4ilitpgerzal perbedaanperbedaan pendekatan dalam penelitian-penelitian sesungguhnya. Kita merigenal ‘Eidi kasus (case study), metode analisis statistik, metode historis, metocie kelembagaan, rneode perbandingan dan lain-lain. Semua metode Wi berusaha menjaga agar kesimpulan-kesimpulan yang diambilnya ticlaklah tipikal tetapi sedikit banyak cukup mewakili (representative). Iianya dengan sampel-sampel yang representatif maka kesimpulan yang diambil dan rekomendasi yang dibenikan berdasar kesimpulan tersebut mempunyai tingkat penerapan yang tmggi dan luas. Adalagi. metode penelitian yang dikenal sebagai ndekaa penelitian antar disiplin yang bersumben pada pendapat bahwa wa.Laupun sampling yang representatif telah dilakukan tetapi kesimpulankesimpulan masih dl.khawatinkan belum tepat benar kanena ada faktorfaktor lain cii. .Luar sesuatu ciisipli.n yang temyata ikut mempengaruhi. Sebagaimana telah disebutkan bahwa faktor-faktor sosial-tudaya sangat berkaitan dengan faktor-faktor ekonomi, sehingga betapapun representatifnya sampelsampel gejala-gejala ekonomi yang telah diambil, kalau gejala-gejala ekonomi mi dipisahkan sama sekali dan gejala-gejala sosial budaya, ada bahaya bahwa nilal peramaian (predictive value) dan i kes impulan yang bensangkutan t idak akan benlaku bi.La faktor-fakcor sosial budaya yang nIenyercainya berbeda atau berubah. 9.18 219 4.3.! • 3 Peranan penelitian ekonowi pertanian Data-data penelitian adalah penting sekalt bagi setiap prosee penganibilan keputusan, tictak saju bagi tnstansi-instanst resmi tetapt juga bagi petani. Makin banyak penelitian makin baLk pengetahuan ktta tentang pertanian dan rnakin banyak yang dapac kita lakukan untuk memajukan pertanian. Di negara kita penelitian ekonomi pertan tan masib belum banyak dilakukan yang ciisebabkan oleh berbagai macam alasan antara lain kurangnya biaya, kurangnya kesadaran akan penttngnya penelitian dan yang tidak kalah pentingnya adalah masth sangat sedikicnya Sarjana-sarjana yang memusatkan pekerjaannya pada penelitian. Oleh karena itu, salah 8atu cara yang sangat pent ing dalam memajukan penel it ian adalah dengan menggiatkan pend Id ikan kader-kader penelitian dengan melalui dua jalan. Pertama dengan melalui program khusus pendidikan dan latihan penelitian inisalnya berupa lokalcarya (workshop) atau kedua dengan memperbaiki siatem pendidikan dan kurikulum perguruan tinggi di mana diusahakan agar mahastawa secara otcmatis menaruh minat yang iebih besar pada penelitian. Oleh karena sangat kurangnya fasilitas dan biaya penelitian, maka kebanyakan pencli.dikan di perguruan tinggi terlalu ditekanican pada kuiiah semata-mata dan sangat kurang d1isahakan mengiu1xngkannya dengan keadaan dun lingkungan yang clapat diamati oleb para mahasiawa. Oleh kareria itu, datum jangka pendek masa.Lah penelit ian dapat diataai djin usaha yang lebih serius dart para. dosen untuk lebih banyak mengadakan penelitian sendiri sehingga contoh-contoh praktis clapat diberikan dart hasil—hasil penelician itu. Dan keadaan seperci yang digambarkan di atas mungkin dapat 220 disimpulkan bahwa mütu pendidikan akan lebih baik dan mahasiswa lebth mudah memahami kuliah-kuliah bila dosen selalu meropunyai proyek penelitian selama ia memberikan kuliah-kuliah itu, lebih-lebih bila nhasisw diajak ikut serta dalam pelaksanaan penelitian itu sendirt. Pendidikan melalut penelitian (teaching through research) banyak sekali disarankan di negara-negara sedang berkembang, tidak hanya dalam ekomomi pertanian tetapi juga di bidang-bidang lain. Dengan cara demikian maku proses belajar dan mengajar d%atungkan melalui praktek penelitian dan mahasiswa serta dosen terlatih untuk memperhatikan dan mencari pemecahan persoalan-persoalan sosial ekoixmi pertantan yang sedang clihadapi masyarakat, suatu cara yang baik tntuk mengembangcan kebiasaan-kebiasaan tim jab. iJalam penelitian sebenarnya tidak ada péngertian guru dan murid, karena peneiitian itu tidák begitu Baja dapat diajarkan (lebih-lebih dengan. kuliah sematamata). Penelitian hanya dapat dipelajari dengan tnelaksanakannya secara praktis. Seorang peneliti yang sudah banyak 9.19 berpengálaman teLus menerus belajar dart setiap penelitiari baru yang dtlakuicannya. Itulah sebabnya pendidikan kader-kader penelitian paling baik dilaksanakan .dalam bentuk lokakarya (workshop) di mana setiap peserta membawa persoalan-persoalan yang dihadapinya dan proyek penelittan yang sedang dijalankan masing-masing. Survey Agro Ekonômi. pernah melaksanakan .Lokakarya (workstp) yang sangat berhasil pada tahun 1967 di Ciawi Bogor di bawah .pimpinan Prof. Sajogyo den Dr. [H. Penny. Kaistimewaan lokakarya yang demikian adalah tidak adanya acara yang 221 berbau lculiah. Sebaliknya settap peserta membawa masalah dan pekerjaannya inasingmasing. Bantuan dan kritik dart teman-teman sejawat merupakan dorongan kemajuan pada setiap peserta. Pada akhi.r lokakarya setiap peserta atau team peeerta sudah berhasil niemecahkan masalah-masalah yang clihadapi atau paling sedikit lebih mauipu mencari. cara-cara pemecahan yang tepat. Dengan demikian maka dalam lokakarya setiap peserta belajar dan mengambil manfaat dan metode kerja para peserta lairiiya. Tetapt bagaimanapun dalam pendidikan kader-kader penelitian mi jalan inemintas hampir selalu tidak sempurna. Untuk menjadi peneliti yang tangguh memang diperlukan pendidikan dan latihan serta pengalaman yang mendalam dan lama. Pendidikan [bktor adalah inerupakan pendidikan yang diarabkan pada kemampuan meneliti secara mandiri dengan disiplin dan etika ilmiah yang tinggi. Inilah sekarang yang sedang digalakkan oieh pemerintah bekerjasama dengan beberapa universitas. 222 DIKTAT BUKU MATERI POKOK SIFAT DAN RUANG LINGKUP EKONOMI PERTANIAN 223 EKONOMI MIKRO BERBASIS USAHA PERTANIAN Oleh: YOYO SUNARYO N., Ir., MP FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KUNINGAN 2009 224