FUKUSHI NAKANAKA DAN TOTEMO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG 「なかなか」と「とても」の意味と用法 Skripsi Oleh: Elisa Yudha Putri NIM 13050110120021 S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014 FUKUSHI NAKANAKA DAN TOTEMO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program Strata1 dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Oleh : Elisa Yudha Putri NIM 13050110120021 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014 i HALAMAN PERNYATAAN Dengan sebenarnya, penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan hasil penelitian baik untuk memperoleh suatu gelar sarjana atau diploma yang sudah ada di universitas lain maupun hasil penelitian lainnya. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain kecuali yang sudah disebutkan dalam rujukan dan dalam Daftar Pustaka. Penulis bersedia menerima sanksi jika terbukti melakukan plagiasi / penjiplakan. Semarang, 19 Desember 2014 Elisa Yudha Putri ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Serahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, Dia akan memberikan petunjuk selangkah demi selangkah...” (Merry Riana) God never breaks His promises... ( Francis chan ) Bukan kesulitan yang membuat kita takut tetapi sering ketakutanlah yang membuat jadi sulit. Jadi jangan mudah menyerah. (Joko Widodo) Skripsi ini Ku persembahkan untuk : Tuhan Yesus, karena tanpa Pertolongan-Nya, Aku tidak mungkin sampai sejauh ini ~ Thank’s God, You’re the BEST ~ Papa n Mama yang selalu mensupport, mendoakan, memberi semangat, saran dan sebagainyaa.. Love You All.. Untuk dosen pembimbingku, Pak Surono dan Elis Sensei yang selama ini telah memberikan arahan, saran serta dukungan dalam menjalani skripsi ini... Terima kasih banyak Pak Surono dan Elis Sensei.. 本当にありがとうございます~ To all my friend’s, especially my bestie Joana, Niswa, Rosa, dan semuanya, yang aku ga bisa disebutin satu per satu... thank’s a lot guys.. Suksess terus buat kita semua.. Amin.. . v PRAKATA Pertama-tama penulis memanjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas pertolongan dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata I Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi yang berjudul “Struktur dan Makna Fukushi Nakanaka dan Totemo dalam kalimat bahasa Jepang” ini mengalami banyak kesulitan. Namun, berkat jasa baik dan bantuan Pembimbing I dan II hal itu dapat diatasi. Penyelesaian skripsi ini tidak luput dari kemudahan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Agus Maladi Irianto, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. 2. Ibu Elizabeth I.H.A.N.R, S.S, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang dan sekaligus selaku Dosen pembimbing II dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk waktu, saran dan bimbingannya selama menjadi dosen pembimbing. vi 3. Bapak Drs. Surono, S.U. selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih waktu, saran dan bimbingannya selama menjadi dosen pembimbing. 4. Bapak Budi Mulyadi, SPd, .Hum, selaku Dosen Wali Akademik Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. 5. Seluruh Dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang yang telah membagikan ilmunya, memberikan jasa yang tak ternilai. 6. Teman-teman mahasiswa Sastra Jepang angkatan 2010 yang telah banyak mendukung, membantu dan melewati berbagai kenangan indah bersama selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih ada kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan pada waktu yang akan datang. Semarang, 19 Desember 2014 Elisa Yudha Putri vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. v PRAKATA ....................................................................................................... vi DAFTAR ISI...................................................................................................... viii ABSTRAK........................................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang ........................................................ 1 1.1.2. Permasalahan ........................................................... 2 1.2. Tujuan ................................................................................. 2 1.3. Ruang Lingkup ................................................................... 3 1.4. Metode Penelitian ............................................................... 3 1.5. Manfaat .................................................................................. 5 1.6. Sistematika Penulisan .......................................................... 6 viii BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................. 8 2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Definisi Sintaksis ....................................................... 9 2.2.2 Definisi Semantik ...................................................... 10 2.2.3 12 Kelas kata ................................................................. 2.3 Adverbia 2.3.1 Definisi adverbia ........................................................ 14 2.3.2 Jenis-jenis adverbia .................................................... 16 BAB III 2.4 Definisi Nakanaka ................................................................ 18 2.5 Definisi Totemo ..................................................................... 20 PEMAPARAN HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Struktur dan makna fukushi nakanaka dan totemo 3.1.1 Struktur dan makna fukushi nakanaka ...................... 24 3.2.2 Struktur dan makna fukushi totemo ........................... 29 3.2 Teknik substitusi fukushi nakanaka dan totemo .................... 36 3.2 Makna dan Penggunaan Fukushi Nakanaka dan Totemo dengan Teknik Superlatif dan Parafrase 3.2.1 Fukushi nakanaka ...................................................... 40 3.2.2 Fukushi totemo ........................................................... 44 ix BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan ............................................................................ 48 4.2 Saran ...................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 50 要旨 .................................................................................................................. 52 BIODATA . ...................................................................................................... 56 x ABSTRACT Putri, Elisa Yudha. “Fukushi Nakanaka dan Totemo dalam kalimat bahasa Jepang”, Thesis Department of Japanese Studies Faculty of Humanities. Diponegoro University, The first advisor Drs.Surono S.U. The second advisor, Elizabeth I.H.A.N.R., S.S., M.Hum. Adverbs in Japanese called fukushi. Nakanaka and totemo are example of fukushi. Both of fukushi have similar meanings but different functions. Nakanaka followed by positive form has a meaning that exceeds anything previously thought. Nakanaka followed by negation means trouble for doing something despite the efforts to achieve it. Totemo followed by positive form of simply stating the word “very”. Totemo followed by negation has a meaning an impossibility and isn’t accompained by efforts, when done will be in vain. The method used in this research is library method. The objective to study of library method related to theory and research the topic. The technique used by technique of substitution. Substitution technique used to determine levels of similarities of these fukushi. Keywords : Fukushi nakanaka, Fukushi totemo, Makna dan Penggunaan xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar belakang Penelitian ini akan membahas struktur dan makna adverbia dalam suatu kalimat. Adverbia dalam bahasa Jepang disebut dengan fukushi. Menurut Sutedi (2007:165) dalam buku yang berjudul “Gramatika bahasa Jepang”, adverbia (fukushi) adalah kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk dan dengan sendirinya dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa mendapat bantuan dari kata-kata yang lain. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:2), adverbia adalah kata yang dipakai untuk memerikan verba, adjektiva, dan adverbia lain. Adverbia berfungsi sebagai keterangan dalam suatu frasa maupun kalimat. Adverbia dapat digunakan juga untuk menerangkan derajat, kuantitas, dan sebagainya. Pada penelitian ini, penulis menganalisis dua adverbia dalam bahasa Jepang yaitu nakanaka dan totemo. Makna maupun penggunaan fukushi nakanaka dan totemo yang dianalisis ini memiliki makna yang sama, tetapi penggunaanya yang berbeda. Fukushi nakanaka dalam bahasa Jepang selain memiliki makna negatif, juga memiliki makna positif dalam suatu kalimat. Makna dan bentuk fukushi totemo juga 1 2 tidak hanya positif saja, tetapi juga negatif. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis penggunaan fukushi nakanaka dan totemo untuk mengetahui apakah kedua adverbia ini dapat saling bersubstitusi atau tidak. 1.1.2 Permasalahan Untuk membahas permasalahan mengenai kedua fukushi tersebut, maka dibuat suatu rumusan masalah berupa pertanyaan sebagai berikut : a. Bagaimanakah struktur dan makna kalimat yang berunsur fukushi (adverbia) nakanaka dan totemo dalam kalimat bahasa Jepang? b. Apakah fukushi (adverbia) nakanaka dan totemo dapat saling bersubstitusi apabila dilihat perbedaan dalam segi penggunaannya dalam kalimat bahasa Jepang? 1.2 Tujuan Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Dapat membedakan fungsi maupun penggunaan fukushi nakanaka dan totemo dalam kalimat bahasa Jepang. b. Dapat mengetahui struktur maupun makna yang terkandung dalam fukushi nakanaka dan totemo. 3 1.3 Ruang Lingkup Pada penelitian ini, adapun ruang lingkup yang dibahas adalah mengenai semantik dengan membahas makna yang terkandung pada fukushi nakanaka dan totemo dalam intrakalimat. 1.4 Metode Penelitian Menurut Nasir (1988:51), metode penelitian adalah cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data-data yaitu melalui metode kepustakaan. Metode kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian (Nasir, 1998:112). Pada penelitian ini, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis yaitu: a. Tahap pengumpulan data Tahap pengumpulan data merupakan tahap awal dalam melakukan suatu penelitian. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang diambil dari kalimat yang diambil dari Nihongo no Joshi dan Buku Pintar Bahasa Jepang buah karangan Arif Sugiyanto dan Nanang Jamaludin (2009), soal-soal nouryouku shiken N3 (2011), Gendai Fukushi Yoohoo Jiten (1989), 4 buku Nihongo no Joshi (2009), buku Pelajaran Bahasa Jepang Jilid Ketiga (Evergreen, 2009), Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar (2000), surat kabar Asahi shimbun (2014). Penulis mengumpulkan data-data tersebut, kemudian mengklasifikasikan dan mencatat sumber-sumber data yang telah dikumpulkan. b. Tahap Analisis data Tahap kedua dalam melakukan suatu penelitian adalah menganalisis data. Menurut Moleong (2002:103), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Berdasarkan teori tersebut, pada tahap ini penulis menganalisis data-data yang telah terkumpul. Selanjutnya, penulis juga menerapkan metode agih dalam penelitian ini. Menurut Sudaryanto (1993:16), metode agih adalah alat penentunya pada bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Alat penentu dalam kerja metode agih itu jelas, selalu berupa bagian dari unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti (kata ingkar, preposisi, adverbia, dan sebagainya), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat), dan sebagainya. Pada metode agih ini, ada teknik yang digunakan dalam penelitian yaitu teknik ganti atau substitusi. Teknik ganti atau substitusi dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur pengganti (Sudaryanto 1993:48). Apabila dapat digantikan atau saling menggantikan berarti kedua unsur itu dalam kelas atau 5 kategori yang sama. Makin banyak kemungkinan penggantian unsur yang sama dalam berbagai satuan lingual, makin tinggi kadar kesamaannya dan itu berarti makin membentuk kemungkinan bahwa unsur yang saling dapat menggantikan itu dalam kelas, bahkan superkelas yang sama (Sudaryanto 1993:49). Lalu penulis juga menerapkan teknik superlatif dan teknik parafrasa. Teknik superlatif adalah teknik yang digunakan untuk membandingkan lebih dari dua kategori, misalnya seperti contoh sebagai berikut : Cerdas – lebih cerdas – paling cerdas Cantik – lebih cantik – paling cantik Sedangkan teknik parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan bahasa ke dalam bentuk bahasa lain tanpa mengubah pengertian. Pengungkapan kembali tersebut bertujuan untuk menjelaskan makna yang tersembunyi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi. c. Tahap Pengkajian hasil analisis data Tahap akhir dalam penelitian ini adalah pengkajian hasil analisis data. Data-data yang telah dianalisis kemudian dikaji dengan bahasa yang mudah dipahami dan hasil analisis substitusi akan disajikan dengan rinci, sehingga memudahkan para pembaca dapat jelas dan mengerti maksud keintian dari hasil analisis data penelitian ini. 6 1.5 Manfaat Manfaat penelitian yang diperoleh adalah : a. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan khususnya dalam mengembangkan bidang linguistik bahasa Jepang yang membahas tentang semantik dan sintaksis, maupun kelas kata adverbia. b. Manfaat praktis Manfaat praktis pada penelitian ini diharapkan bagi para pembaca dapat menyerap informasi maupun tambahan pengetahuan khususnya bagi pembelajar bahasa Jepang yang tertarik untuk mendalami bahasa Jepang terutama mengenai fukushi nakanaka dan totemo secara detail. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan, ruang lingkup, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 7 Pada bab kedua ini penulis akan melampirkan tinjauan pustaka, kerangka teori yang berisi tentang definisi semantik dan sintaksis, definisi dan jenis-jenis kelas kata, definisi dan jenis-jenis adverbia (fukushi), definisi nakanaka, definisi totemo. Bab III Pemaparan Hasil dan Pembahasan Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis fukushi nakanaka dan totemo dalam kalimat bahasa Jepang. Bab IV Penutup Pada bab terakhir ini penulis menguraikan simpulan-simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian berikutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Fukushi nakanaka sebelumnya pernah diteliti oleh mahasiswa sastra Jepang dari Universitas Sumatera Utara bernama Wahyu Syahputra dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Makna dan Fungsi Adverbia Taihen, Totemo dan Nakanaka”. Penelitian ini membahas tentang makna dan fungsi adverbia taihen, totemo dan nakanaka. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketiga adverbia tersebut memiliki satu makna yaitu ‘sangat’ yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan makna dan fungsi dari ketiga fukushi tersebut, sehingga para pembelajar dapat memahami makna dan fungsi dari masing-masing fukushi taihen, totemo, dan nakanaka. Pada skripsi ini, penulis mengkaji fukushi nakanaka dan totemo struktur dan maknanya. Selanjutnya, penulis menganalisis dengan teknik lanjutan yaitu dengan teknik ganti atau substitusi. 8 9 2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Definisi Sintaksis Sintaksis dalam bahasa Jepang disebut tougoron (統語論) atau sintakusu (シンタクス) yaitu cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur – unsur pembentuk kalimat (Sutedi, 2003:61). Sintaksis merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika (Kentjono, 2009:123) yang berurusan dengan tata bahasa di antara kata-kata dalam tuturan. Salah satu satuan tuturan adalah kalimat. Kalimat terdiri atas dua macam yaitu kalimat tunggal (dasar) dan kalimat majemuk (luas). Pada fukushi nakanaka dan totemo, kalimat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat tunggal (dasar) dan kalimat majemuk (luas). Kalimat tunggal (dasar) yaitu nomina dan verba. Contoh kalimat tunggal (dasar) nomina seperti berikut : a. これは妹の本です。 Kore wa imooto no hon desu. Ini adalah buku adik. (Japanese for travel. www.wordclass.net/Japanese. 18 Desember 2014) 10 Contoh kalimat tunggal (dasar) verba seperti berikut : b. 私は日本語を勉強します。 Watashi wa nihongo wo benkyooshimasu. Saya mempelajari bahasa Jepang. (Coscom. ‘Beginner 1-basic structure’. www.coscom.co.jp/japaneseverb/verb101-jpr.html. 18 Desember 2014) Sedangkan kalimat majemuk (luas) yaitu nomina, adverbia, dan verba. Misalnya seperti berikut : 1) 私の父、登録しません。 Watashi no chichi, toorokushimasen. Ayah saya, dia tidak mau mendaftarkan diri. (kalimat majemuk nomina) 2) 幸いなことに、新しいシステムが使います。 Saiwai na koto ni, atarashii shisutemu ga tsukaimasu. Untungnya, kita dapat menggunakan sistem baru. (kalimat majemuk adverbia) 3) スリは食べ物を準備して、私たちに食べ物を持っています。 Suri wa tabemono wo junbi shite, watashi tachi ni tabemono wo motte imasu. Sri mempersiapkan makanan, dan membawa makanan ke meja kami. (kalimat majemuk verba) 2.2.2 Definisi Semantik Semantik berasal dari bahasa Yunani “semantikos” yang artinya adalah cabang linguistik yang mempelajari tentang makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode atau jenis representasi lain. 11 Menurut J.W.M.Verhaar, Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna (1996:385). Semantik dibagi menjadi semantik gramatikal dan semantik leksikal. Makna leksikal merupakan unsur-unsur bahasa sebagai lambang atau peristiwa dan lain sebagainya dan mempunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya (Kridalaksana, 1984:120), misalnya : Kata radio - radio, computer - komputer, book - buku dan sebagainya. Kata rich - kaya, bath - mandi, rice - nasi. Sedangkan, makna gramatikal adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar, misalnya hubungan antara kata dengan kata yang lain dalam frasa atau kalimat (Kridalaksana, 1984:120), contohnya adalah kata right yang bisa berarti hak, benar atau kanan, tergantung pada fungsi dan konteks kata tersebut dalam hubungannya dengan satuan yang lebih besar, yaitu frasa atau kalimat. Dalam kalimat you are right kata right berarti benar, tetapi dalam frasa right of away kata right tidak bisa diartikan menjadi benar, tetapi berarti hak. Hal ini dikarenakan fungsi kata right dalam kalimat you are right sudah sangat berbeda dengan fungsi kata right dalam frasa right of away. Dalam kalimat you are right kata right berfungsi sebagai kata sifat sedangkan kata right dalam frasa right of away berfungsi sebagai kata benda (Kamus Inggris-Indonesia, 1982:486). 12 Pada fukushi juga dikaitkan mengenai segi gramatikal dan leksikalnya, sehingga pada penelitian ini dapat diketahui bahwa makna maupun penggunaannya dalam suatu kalimat itu dapat berterima atau tidak. 2.2.3 Kelas kata 2.2.3.1 Definisi kelas kata Kelas kata dalam bahasa Jepang disebut dengan “ hinshi ”. Menurut Iori, et al. (2000:340), hinshi adalah sebagai berikut : 「品詞とは文の中での働きと活用のしかたで分類した語のグループです」。 (Kelas kata adalah pengumpulan kata berdasarkan klasifikasi cara perubahan kata (konjungsi) dan bekerjanya dalam sebuah kalimat). Sedangkan menurut wikipedia, kelas kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. 2.2.3.2 Jenis – jenis kelas kata Menurut Iori, et al. (2000:340), dalam bahasa Jepang ada 10 kategori kelas kata. Akan tetapi, yang relevan dengan penelitian ini ialah verba, adjektiva, dan adverbia. 13 (1) Dooshi「動詞」(verba) Dooshi (verba) adalah salah satu kelas dalam bahasa Jepang yang dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu. Dooshi dalam bentuk kamus diakhiri dengan vocal u. Contoh : 泳ぐ/ oyogu ‘berenang’ できる /dekiru ‘dapat’ (2) Keiyoshi 「形容詞」(adjektiva) Keiyoshi terdiri atas 2 bagian yaitu : a) I-keiyoshi「イー形容詞」(adjektiva-i) Adjektiva adalah kata-kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu dengan sendirinya menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk. I-keiyoshi diakhiri dengan huruf i dalam bentuk kamus. Contoh : 早い / hayai ‘cepat’ 大きい / ookii ‘besar’ 14 b) Na-keiyoshi「なー形容詞」(adjektiva-na) Na-keiyoshi sering disebut dengan keiyoodooshi yaitu penambahan partikel –na dan merupakan kata yang dapat berdiri sendiri. Contoh : きれいな /kireina ‘cantik’ 簡単な /kantanna ‘mudah’ (3) Fukushi「副詞」(adverbia) Adverbia adalah kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk dan dengan sendirinya dapat menjadi keterangan walaupun tanpa mendapat bantuan dari kata-kata lain. Contoh: きっと /kitto ‘pasti’ ちょっと /chotto ‘sebentar’ 2.3 Adverbia (Fukushi) 2.3.1 Definisi Adverbia Berikut akan dijelaskan makna adverbia (fukushi) bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, sebagai berikut: 15 1. Menurut Masuoka dan Takubo (1993:41), 「副詞とは、述語の修飾ごとして働くのを原則とする語をいう」。 ‘(Fukushi adalah kata yang berfungsi untuk memodifikasi predikat).’ 2. 「副詞は動詞以外にも形容詞や他の副詞、または文全体を修飾するこ とができます。」 ‘(Adverbia adalah kata yang dapat digunakan untuk memodifikasi seluruh kalimat, verba, adjektiva maupun adverbia sendiri).’ 副詞とは主に動詞を修飾して、ある表現を加えていきます. ‘(Adverbia terutama dapat memodifikasi verba, menambahkan makna dalam ungkapan).’ (http://www.englishcafe.jp/english3rd/day24.html) 3. Menurut Harimurti Kridalaksana (2007:81), adverbia merupakan kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam kontruksi sintaksis. 4. Menurut Moeliono, et al (1997:223), adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif atau kalimat. 16 5. Suzuki Shigeyuki (1972:461) menjelaskan bahwa yang disebut dengan adverbia adalah data yang memodifikasi verba dan adjektiva serta menjelaskan secara detail sebuah gerakan, kondisi dari sebuah situasi, derajat, dan lain-lain. Fukushi berfungsi sebagai kata yang memodifikasi sebuah kalimat. Jadi, penulis menyimpulkan bahwa adverbia adalah suatu bentuk kata yang dapat digunakan untuk memodifikasi suatu kalimat, verba, adjektiva maupun adverbia. 2.3.2 Jenis-jenis Adverbia (Fukushi ) Menurut Terada Takanao, fukushi dibagi menjadi tiga macam (1984:117) yaitu jootai no fukushi, teido no fukushi, dan chinjitsu no fukushi. Fukushi nakanaka dan totemo termasuk ke dalam golongan teido no fukushi. Teido no Fukushi berfungsi terutama menerangkan tingkat, taraf, kualitas, atau derajat keadaan yoogen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na) yang ada pada bagian berikutnya, misalnya: 17 (1) 少し寒い。 Sukoshi samui. ‘Agak dingin’ (Sutedi, 2007:167) (2) かなり高い。 Kanari takai. ‘Agak mahal’ (Sutedi, 2007:167) Fukushi lain yang termasuk jenis ini adalah taihen, totemo, hijooni, osoroshiku, hidoku, daibu, zuibun, amarini, kanari, kekkoo, nakanaka, sukoshi, chotto, zutto, motto, dan lain-lain (Masuoka dan Takubo, 1989:38). Selain terdapat fukushi yang menerangkan yoogen, terdapat juga fukushi yang menerangkan adverbia dan nomina, misalnya : (3) かなりはっきり見える。 Kanari hakkiri mieru. ‘Terlihat agak jelas’ (Sutedi, 2007:167) 18 (4) 少し右の方だ。 Sukoshi migi no hoo da. ‘Sebelah kanan sedikit.’ (Sutedi, 2007:167) Sementara itu, Suzuki Shigeuyi juga membagi adverbia dalam bahasa Jepang ke dalam empat bagian, yaitu: 1) Yousu fukushi (adverbia keadaan), misalnya: 早く/ hayaku ‘cepat’ さびしく/ sabishiku ‘sepi’ (Suzuki Shigeuyi, 1972:462) 2) Teido fukushi (adverbia derajat), misalnya: 少し/ sukoshi ‘sedikit’ たくさん/ takusan ‘banyak’ (Suzuki Shigeuyi, 1972:462) 19 3) Jikan fukushi (adverbia waktu), misalnya : まもなく/ mamonaku ‘segera’ かつて/ katsute ‘sekali’ (Suzuki Shigeuyi, 1972:462) 4) Sono ta (lain-lain), misalnya : なぜ/ naze ‘kenapa’ 以下に / ikani ‘bagaimana’ (Suzuki Shigeuyi, 1972:462) 2.4 Definisi Nakanaka Menurut teori Kayano Naoko (茅野直子), Akimoto Miharu (秋元美晴), dan Sanadai Tsuka (真田―司), Chomakotoei (丁允英), Morita (森田), dan Gendai Fukushi Yohou Jiten (現代副詞用法辞典) nakanaka yang diikuti bentuk positif menunjukkan sesuatu keadaan yang melebihi apa yang diperkirakan dan menunjukkan hal- hal yang positif, misalnya terlihat pada contoh kalimat berikut : 20 (5) 子供 が書いた絵ですが、なかなか上手ですね。 Kodomo / ga / kaita / e / desu / ga, / nakanaka / jyoozu / desu / ne. Anak / par / menggambar / gambar / par / par, / sangat / pandai / par / par. ‘Anak itu menggambarnya sangat pandai sekali’. (Kayano Naoko dan Akimoto Miharu, 1987:22 ) (6) 滝沢さんのゴルフはなかなかの腕前だそうだ。 Takizawa-san / no / gorufu / wa / nakanaka / no / udemae / dasōda. Takizawa / par / main golf / par / sangat / par / ahli / sepertinya. ‘Sepertinya Tuan Takizawa main golfnya sangat ahli.’ ( Tobita Yoshifumi, 1994:144 ) Sedangkan, nakanaka yang diikuti dengan bentuk negatif menurut Masuoka menunjukkan bahwa nakanaka digunakan untuk memodifikasi suatu kalimat. Hal ini diperkuat pula dengan kelima teori (Kayano Naoko (茅野直子), Akimoto Miharu (秋元美晴), dan Sanadai Tsuka (真田―司), Chomakotoei (丁允英), Morita (森田), dan Gendai Fukushi Yohou Jiten (現代副詞用法辞典) yang menyatakan bahwa nakanaka merupakan keadaan dimana segala sesuatu tidak berjalan dengan mudah yang disertai dengan waktu usaha dan membutuhkan waktu yang lama, misalnya terlihat pada contoh kalimat berikut : 21 (7) この事件のなぞはなかなか解けない。 Kono / jiken / no / nazo / wa / nakanaka hodokenai. Ini / kejadian / par / misteri / par / tidak bisa diselesaikan. ‘Kejadian misteri ini tidak bisa diselesaikan.’ (Tobita Yoshifumi, 1994:382) (8) この事件のなぜはなかなか解けない。 Kono / shigoto / no / naze / wa / nakanaka tokenai. Ini / pekerjaan / par / sebab / par / tidak bisa selesai. ‘Itulah sebabnya pekerjaan ini tidak bisa selesai.’ (Tobita Yoshifumi, 1994: 144) Kelima teori tersebut menyatakan makna nakanaka yang hampir sama. Oleh karena itu, penulis mengambil keempat teori ini sebagai acuan dalam melakukan penelitian skripsi. 2.5 Definisi Totemo Menurut Gendai Fukushi Yohou Jiten (現代副詞用法辞典), Kayano Naoko (茅 野直子) dan Akimoto Miharu (秋元美晴), Naoko Chino menyatakan bahwa totemo yang diikuti dengan bentuk positif menunjukkan kuantitas dan derajat. Cara pengungkapannya hanya menyatakan makna ‘sangat’, misalnya terlihat pada contoh kalimat berikut : 22 (9) 君たちの発表はとても良かったよ。 Kimitachi / no / happyō / wa / totemo yokatta / yo. Mereka / par / presentasi / par / sangat bagus / lho. ‘Presentasi mereka sangat bagus lho.’ (Tobita Yoshifumi, 1994:359) (10) 彼はパーティ返済を抱えてとても困っている。 Kare / wa / pāti / hensai / wo / kakaete / totemo komatte iru. Dia / par / pesta / pembayaran / par / karena menderita / sangat disayangkan sekali. ‘Karena dia menderita akan pembayaran pesta, sangat disayangkan sekali.’ (Tobita Yoshifumi,1994:359) Sedangkan, totemo yang diikuti dengan bentuk negatif, menurut 現代副詞用法辞 典 (Gendai fukushi yohou jiten) menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu dan disertai dengan ungkapan negatif dan menyangkal dibelakangnya. Menurut 茅野直子 ( Kayano Naoko) dan 秋元美晴 ( Akimoto Miharu), Naoko Chino mengemukakan bahwa totemo adalah perasaan yang menyatakan bahwa sesuatu hal mustahil untuk dilakukan, misalnya terlihat pada contoh kalimat berikut : (11) こんな厚い本は、一日ではとても読むことはできません。 Konna / atsui / hon / wa,/ ichi niche / de / wa / totemo yomu wa / Ini / koto / / tebal / buku / par, / dalam sehari / par / par / tidak mungkin membaca / sesuatu / par / dekimasen. tidak bisa. ‘Buku setebal ini, tidak mungkin saya baca dalam waktu satu hari.’ (Asahishimbun. ‘Suisu mekuru omoshirosa motto’. 16 November 2014) 23 (12) こんな難しい問題は、私にはとてもできません。 Konna / muzukashii / mondai / wa, / watashi / ni / wa / totemo dekimasen. Ini / sulit / masalah / par, / saya / par / par / tidak mungkin dapat. ‘Masalah yang seperti ini , tidak mungkin dapat saya lakukan.’ (Asahishimbun. ‘Suisu mekuru omoshirosa motto’. 16 November 2014) Berdasarkan ketiga teori tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pendapat mengenai makna totemo hampir sama. Oleh karena itu, penulis mengambil ketiga teori ini sebagai acuan dalam melakukan penelitian skripsi. BAB III STRUKTUR DAN MAKNA FUKUSHI NAKANAKA DAN TOTEMO 3.1 Struktur dan Makna Fukushi Nakanaka dan Totemo 3.1.1 Struktur dan Makna Fukushi Nakanaka Fukushi nakanaka merupakan salah satu adverbia yang akan dibahas melalui contoh-contoh kalimat dengan mengkaji struktur dan maknanya. Berikut ini adalah contoh fukushi nakanaka pada kalimat afirmatif : (1) このコーヒーはなかなか おいしいですね。 Kono kohi wa Ini kopi nakanaka oishii desune. Adv Adj sangat enak ya ‘Kopi ini sangat enak ya.’ (Human Japanese. “ Word of the Day: Nakanaka”. https://soundcloud.com/human-japanese/word-of-the-day-nakanaka. 11 November 2014) 24 25 (2) あいつは なかなかいい奴だぜ ! Aitsu, wa nakanaka ii yatsu Adv Dia, daze ! Adj orang yang sangat baik lho! ‘Dia, sangat baik !’ (Jonathan Waller. “Nakanaka” - JLPT N3 grammar”. http://www.tanos.co.uk/jlpt/skills/grammar/sentences/?grammarid=431. 11 November 2014) (3) 韓国 米 として売られているものもなかなか おいしく いただけます。 Kankoku kome toshite Beras korea sebagai urarete iru dijual mono mo sesuatu juga nakanaka oishiku Adv Adj sangat enak itadakemasu. dimakan. ‘Yang terjual sebagai beras korea pun dapat dinikmati dengan sangat enak.’ (Chunichi web. “Puraha de Nihon shokuzai wo sagasu ni wa”. http://tabi.chunichi.co.jp/blog/czech/2010/08/post-148.html. 11 November 2014) 26 Pada kalimat (1), (2), (3) tersebut diatas nakanaka diikuti oleh bentuk positif dan bermakna “sangat”. Pada kata “sangat” tersebut terkandung anggapan pembicara bahwa terdapat sesuatu yang melebihi apa yang diperkirakan sebelumnya. Contoh kalimat (1) di atas menunjukkan bahwa pembicara pada mulanya mengira bahwa kopi yang akan diminumnya mungkin kurang enak, tetapi setelah mencobanya sendiri, ternyata melebihi apa yang diperkirakan sebelumnya atau dapat pula dikatakan lebih enak dari apa yang diperkirakannya. Begitu juga halnya dengan kalimat (2), kata “sangat” yang ada dalam kalimat tersebut juga menunjukkan sesuatu melebihi apa yang diperkirakan sebelumnya. Nuansa yang ditimbulkan dengan penggunaan nakanaka yaitu keterkejutan dan kesan yang positif. Kalimat (3) menunjukkan bahwa beras korea dapat dinikmati dengan sangat enak, artinya ada nuansa lebih dari apa yang diperkirakan sebelumnya. Pada kalimat (1) adverbia nakanaka diikuti dengan adjektiva, kalimat (2) adverbia nakanaka diikuti dengan adjektiva dan kalimat (3) adverbia nakanaka juga diikuti dengan adjektiva. Berikut ini akan dijelaskan nakanaka yang diikuti dengan bentuk negatif melalui contoh-contoh kalimat beserta dengan struktur bahasa Jepang. (4) 夜も(私) なかなか 寝つけ なかった。 Yoru mo (watashi) nakanaka Adv netsuke V nakatta. Neg 27 Malam hari pun (saya) tidak bisa tidur tidak. ‘Malam hari pun (saya) tidak bisa tidur.’ (Tanaka Sumie. “Ai to shi ni tsuite kangaeru”. http://books.google.co.id/books?id . 11 November 2014) (5) (私)漢字が なかなか 覚えられ なく て、困っています。 (Watashi) Kanji ga nakanaka oboerare Adv (Saya) V naku te, komatte imasu. Neg Konj Huruf Jepang tidak bisa mengingat, tidak karena, kesulitan. ‘(Saya) merasa kesulitan, karena sulit mengingat huruf Jepang.’ (Jonathan Waller. “Nakanaka - JLPT N3 grammar”. http://www.tanos.co.uk/jlpt/skills/grammar/sentences/?grammarid=431. 11 November 2014) (6) なかなか うまく 言え なく て、傷つけて 泣いちゃって ごめん。 Nakanaka umaku ie naku te, Adv Adj V Neg Konj kizutsukete naichatte gomen. Tidak bisa dengan baik mengatakan menangis maaf. tidak karena, menyakiti 28 ‘Maaf telah membuat(mu) sakit hati dan menangis, karena sulit mengungkapkan dengan baik.’ (Hatsunemiku . “【Kaeuta】Aikotoba ”. http://dic.nicovideo.jp/v/sm21986543. 11 November 2014) Pada ketiga contoh kalimat tersebut, nakanaka memodifikasi atau memberi keterangan pada verba dalam bentuk negatif. Nakanaka mengungkapkan ketidakmampuan pembicara melakukan sesuatu atau kesulitan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, meskipun sudah mencoba dan berusaha untuk melakukannya, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diiharapkannya. Pada contoh kalimat (4), (5), dan (6) kata nakanaka yang bermakna “sulit”, dan menunjukkan bahwa pembicara sudah melakukannya tetapi sukar untuk mencapainya. Kalimat (4) dan (5) adverbia nakanaka diikuti dengan verba netsukenakatta dan oboeraremasu. Kalimat (4) memiliki tiga unsur yaitu adverbia (Adv), verba (V), dan bentuk negatif (Neg), sedangkan pada kalimat (5) memiliki empat unsur yaitu adverbia (Adv), verba (V), negatif (Neg) dan konjungsi (Konj). Pada kedua kalimat ini terdapat verba netsukeru (kalimat (4)), dan oboerareru (kalimat (5)), dalam bentuk negatif, sehingga nakanaka bermakna negatif ‘tidak bisa atau sulit’ dan menunjukkan ketidakmampuan. Lebih lanjut pada kalimat (5) terdapat kata ‘te’ yang menunjukkan konjungsi dan bermakna ‘karena’. Sedangkan untuk kalimat (6) memiliki lima unsur yaitu adverbia (Adv), adjektiva 29 (Adj), verba (V), negatif (Neg) dan konjungsi (Konj). Pada kalimat (6) nakanaka dilekati dengan adjektiva, akan tetapi terdapat pula kata verba yang diikuti dengan bentuk negatif (frasa verbal) umaku iemasen, sehingga kalimat ini menunjukkan ketidakmampuan dalam bahasa Jepang. 3.1.2 Struktur dan Makna Fukushi Totemo Berikut ini akan dijelaskan mengenai fukushi totemo yang dilekati oleh bentuk positif. Berikut ini adalah contoh fukushi totemo dalam kalimat yang terdapat pada data. (7) 私の家は学校からとても 近いです。 Watashi Saya no ie rumah wa gakkou kara sekolah dari totemo chikai desu. Adv Adj sangat dekat. ‘Rumah saya dari sekolah sangat dekat.’ (Tsujimura Naoya. “Weblio”. http://ejje.weblio.jp/sentence/content/ie.karachikai. 11 November 2014) 30 (8) あの二人、とても 幸せそう なんです。 Ano futari, totemo shiawasesou Adv Itu dua orang, nandesu. Adj sangat terlihat bahagia ‘Dua orang itu terlihat sangat bahagia.’ (Awayuki. “Bunkobunbun”. http://bunkobunbun.seesaa.net/article/392621890.html. 6 Maret 2009) (9) 多くの外国人の友達ができ、留学生活はとても 楽しいです。 Ooku no gaikokujin no tomodachi ga deki, ryūgaku seikatsu wa totemo tanoshii desu. Adv Banyak Adj orang luar negeri teman mendapat, siswa asing kehidupan sangat menyenangkan. ‘Kehidupan sebagai siswa asing sangat menyenangkan, karena mendapatkan banyak teman dari luar negeri.’ (Harihikarujoo. “Ryuugaku biza koo”. http://www.myiay.com/j/jp/?p=24. 11 November 2014) Totemo yang diikuti bentuk positif hanya menunjukkan makna “sangat”. Kalimat (7) menunjukkan rumah pembicara letaknya “sangat dekat” dari sekolah. Pada kalimat (8) menunjukkan dua orang yang terlihat sangat bahagia, makna “sangat” 31 pada kalimat ini menunjukkan bahwa bagi pembicara terlihat dua orang tersebut sungguh-sungguh bahagia pada situasi tersebut. Artinya, tingkat kebahagiaan tersebut melebihi biasanya. Kalimat (9) juga demikian, dimana makna kata “sangat” menekankan kondisi yang menyenangkan dalam tingkat yang tinggi. Kalimat (7) adverbia totemo diikuti dengan adjektiva chikai. Kalimat (8) adverbia totemo diikuti dengan adjektiva shiawase. Kalimat (9) advebia totemo diikuti dengan adjektiva tanoshii. Totemo pada contoh-contoh kalimat afirmatif diatas memberi keterangan kata adjektiva. Selain diikuti dengan bentuk positif, totemo dapat pula diikuti dengan bentuk negatif. Berikut ini adalah contoh-contoh kalimat yang mengandung fukushi totemo yang diikuti bentuk negatif. (10) 私も覚えたいけれど,千以上は,とても 覚えきれ ないです。 Watashi mo oboetaikeredo, senijou wa, Saya pun ingin mengingat tapi, ribuan lebih, totemo oboekire nai desu. Adv V Neg sulit ingat tidak ‘Meskipun saya juga ingin mengingatnya, tetapi bila sampai ribuan lebih tidak mungkin bisa ingat.’ (Yoshida Yutaka. “Manga de gakushuu kotowaza jiten”. https://www.library-mito.jp/contents/shiryou/honmono/8/m.html. 11 November 2014) 32 (11) こんな わずかな 収入 で は とても やっていけ ない。 Konna wazukana shūnyū de wa totemo yatteike nai. Adv Ini kecil penghasilan dengan V sulit Neg hidup tidak. ‘Dengan penghasilan kecil seperti ini sulit hidup.’ (Jonathan Waller. “Shuunyuu - N3 vocabulary income, receipts, revenue ”. http://www.tanos.co.uk/jlpt/skills/vocab/sentences/?vocabid=86358. 11 November 2014) (12) 日本語の歌詞ではとても 歌えない。 Nihongo no Bahasa Jepang kashi lirik de wa dengan totemo utae nai. Adv V Neg sulit menyanyi tidak. ‘Dengan lirik bahasa Jepang, tidak mungkin bisa menyanyi.’ (Amicale de chanso. “ Ikanai de ”. http://lapineagile.blog.fc2.com/?mode=m&no=13. 11 November 2014) Pada contoh kalimat-kalimat diatas, totemo memodifikasi verba dengan bentuk negatif mengungkapkan ketidakmungkinan melakukan sesuatu karena pembicara menganggap tidak bisa melakukan sesuatu tersebut dan apabila dilakukan pun akan sia-sia. Seperti halnya dengan kalimat (10), (11), dan (12), totemo dalam 33 kalimat tersebut mengungkapkan ketidakmungkinan suatu hal dilakukan. Totemo yang diikuti bentuk negatif juga tidak disertai usaha apapun dalam melakukan sesuatu. Kalimat (10) ini mengungkapkan bahwa pembicara merasa sama-sama tidak mampu mengingat walaupun seribu lebih banyaknya kanji. Kalimat (11) mengungkapkan bahwa dengan penghasilan yang kecil, pembicara tidak mungkin bisa melangsungkan kehidupannya. Kalimat (12) mengungkapkan bahwa pembicara tidak mampu menyanyi dengan lirik bahasa Jepang, mungkin karena pembicara tidak pernah mempelajari bahasa Jepang sebelumnya, sehingga kesulitan dalam mengucapkan bahasa Jepang. Kalimat (10), (11) dan (12) ini memiliki tiga unsur yaitu adverbia (Adv), verba (V) dan negatif (Neg), sehingga totemo bermakna ‘sulit atau tidak mungkin bisa’. Berdasarkan masing-masing makna dan penggunaan fukushi nakanaka dan totemo di atas, penulis mengklasifikasikan dan membandingkan makna dengan membuat tabel untuk mempermudah memahami kedua fukushi ini. Berikut adalah perbandingan fukushi nakanaka dan totemo yang diikuti bentuk positif : Nakanaka (+) Totemo (+) Bermakna “sangat” Bermakna “sangat” Menyatakan kuantitas dan derajat Menyatakan kuantitas dan derajat 34 Memiliki unsur dugaan Tidak memiliki unsur dugaan (mengungkapkan suatu hal lebih dari apa yang diperkirakan sebelumnya) Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemakaian nakanaka dan totemo memiliki persamaan makna, tetapi memiliki perbedaan penggunaannya yang dilihat dari konteks kalimatnya dalam bahasa Jepang. Selain itu, menurut Tobitayofumi dan Asadahideko fukushi nakanaka pada suatu kalimat juga dapat menunjukkan bahwa pembicara sangat hati-hati dalam mengungkapkan kepada orang yang kedudukannya lebih tinggi dan kesannya formal, misalnya : (13) 滝沢さんのゴルフはなかなかの腕前だそうだ。 Takizawa-san no gorufu wa nakanaka no udemae dasōda. Adv Takizawa main golf sangat N ahli katanya. ‘Katanya, Tuan Takizawa bermain golfnya sangat ahli.’ ( Tobitayoshifumi, dkk, 1994: 144) Pada kalimat (13), nakanaka dapat pula diikuti oleh nomina dan bermakna ‘sangat’. 35 Selanjutnya adalah tabel perbandingan makna dan penggunaan dari masing-masing fukushi nakanaka dan totemo yang bermakna negatif : Nakanaka (-) Totemo (-) Maknanya “ sulit dilakukan ” Maknanya”tidak bisa” Keadaan yang menunjukkan hal tidak Keadaan yang menunjukkan bahwa mudah dilakukan suatu hal tidak bisa dilakukan dengan mudah Memiliki usaha untuk mencapai suatu Tidak memiliki usaha untuk mencapai tujuannya suatu tujuannya Tidak ada perasaan yang menunjukkan Perasaaan yang menunjukkan ketidakmungkinannya suatu hal itu ketidakmungkinan dan adanya terjadi pemikiran bahwa apabila melakukan dengan cara apapun akan sia-sia Jika dilihat dari perbandingan antara fukushi nakanaka dan totemo di atas, penulis menyimpulkan bahwa fukushi nakanaka dan totemo mempunyai makna yang sama, tetapi memiliki perbedaan dalam penggunaannya. 36 3.2 Teknik Substitusi Fukushi Nakanaka dan Totemo Dari penjelasan diatas, terlihat jelas struktur dan makna dan penggunaan dari fukushi nakanaka dan totemo, sehingga penulis akan mensubstitusi kedua fukushi ini yang disertai dengan strukturnya. Berikut ini penulis mensubstitusi antara totemo dan nakanaka yang bermakna positif, seperti berikut : (14) a. なかなか 良い写真になるぞ。 Nakanaka yoi Adv Adj Sangat indah shashin foto ni naru menjadi zo. lho. ‘Fotonya menjadi sangat indah.’ ( Go Hatori .“ Rocket news 24, Shirouto demo dekiru shashin teku”. http://rocketnews24.com/2012/05/23/214674/. 11 November 2014) Kalimat dengan fukushi nakanaka di atas, apabila disubstitusikan ke dalam fukushi totemo akan menjadi seperti berikut . 37 (14)b. とても良い写真になるぞ。 Totemo yoi Adv Adj Sangat indah shashin foto ni naru zo. menjadi lho. ‘Fotonya menjadi sangat indah.’ Pada contoh kalimat tersebut, apabila kalimat (14)a disubstitusikan dengan kalimat (14)b dapat berterima secara gramatikal dan memiliki makna sama. Pada kalimat (14)a nakanaka memiliki kesan bahwa si pembicara sebelumnya menduga bahwa gambarnya tidak bagus atau indah, atau kemungkinan sudah indah tetapi ternyata hasilnya lebih indah dari apa yang diperkirakan. Setelah pembicara melihat sendiri secara langsung, ternyata tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya melainkan nuansa yang dirasakan lebih dari apa yang diperkirakan sebelumnya. Sedangkan pada kalimat (14)b, pembicara memiliki kesan bahwa gambar yang telah dilihatnya itu ‘sangat’ indah. (15)a. あの人はなかなか 綺麗だな。 Ano hito wa nakanaka kirei Adv Adj dana. 38 Orang itu sangat cantik ‘ Orang itu sangat cantik.’ (Sakky47. “ Ginza ya roppongi no hosutesu san no youshi ni tsuite ”. http://okwave.jp/qa/q5048782.html. 11 November 2014) (15)b. あの人はとても綺麗だな。 Ano hito Orang itu wa totemo kirei Adv Adj sangat cantik dana. ‘Orang itu sangat cantik.’ Berdasarkan contoh dari kedua kalimat tersebut, makna dari kedua fukushi ini sama yaitu ‘sangat’, akan tetapi masing-masing fukushi tersebut memiliki perbedaan dari sisi konteks. Nuansa yang ditimbulkan dalam kalimat (15)a ini lebih tinggi dibandingkan dengan kalimat (15)b. Pada contoh kalimat (15)a, kata “nakanaka kirei” yang artinya “sangat cantik” tersebut mengungkapkan bahwa si pembicara sebelumnya menduga bahwa orang yang dimaksud tersebut tidak cantik, atau kemungkinan cantik tetapi setelah bertemu dengan orang tersebut secara visual, ternyata tidak seperti apa yang diduga sebelumnya melainkan lebih cantik dari apa yang diperkirakan sebelumnya. Nuansa yang dirasakan lebih tinggi dari pada sebelumnya. 39 Sedangkan pada contoh kalimat (15)b, kata ”totemo kirei” yang artinya “sangat cantik” tersebut hanya mengungkapkan saja bahwa orang tersebut sangat cantik. Nuansa yang dimunculkan lebih tinggi nakanaka pada kalimat (15)a dibandingkan dengan totemo (pada kalimat (15)b. Kedua kalimat ini dilekati pula dengan kata adjektiva ‘cantik’. Selanjutnya, jika fukushi totemo dan nakanaka yang bermakna negatif dibandingkan akan menjadi seperti berikut : (16)a. こんな 荷物がなかなか運ばない。 Konna nimotsu ga nakanaka hakoba nai. Seperti ini barang tidak bisa mengangkut tidak. ‘Sulit mengangkut barang seperti ini.’ (Lang-8. “N2kyuu no bunpou (fukushuu)03:Nakanaka~nai”. http://lang8.com/112662/journals/882456. 11 November 2014) Kalimat di atas merupakan kalimat mengenai fukushi nakanaka, apabila disubstitusikan ke dalam fukushi totemo akan menjadi seperti berikut : 40 (16)b. こんな 荷物がとても運ばない。 Konna nimotsu ga totemo Adv Seperti ini barang tidak mungkin bisa hakoba V mengangkut nai. Neg tidak. ‘Barang seperti ini tidak mungkin diangkut.’ Pada contoh kalimat di atas, fukushi nakanaka dan totemo yang diikuti dengan bentuk negatif jika dilihat dari maknanya, bermakna ‘sulit atau tidak bisa’ pada nakanaka (kalimat (16)a dan ‘tidak mungkin bisa atau sulit’ pada totemo (kalimat (16)b, tetapi meskipun demikian menurut penulis keduanya berterima, apabila dilihat dari segi strukturnya, namun demikian berbeda. Fukushi nakanaka yang ada pada kalimat (16)a menunjukkan bahwa si pembicara tidak bisa melakukannya walaupun sudah melakukan dengan usaha dan keinginan untuk mencapainya. Sedangkan pada kalimat (16)b menunjukkan bahwa si pembicara telah menganggap hal itu tidak dapat dan tidak mungkin untuk dilakukan. 3.3 Makna dan Penggunaan Fukushi Nakanaka dan Totemo dengan Teknik Superlatif dan Parafrase 41 3.3.1. Fukushi nakanaka Teknik superlatif merupakan teknik yang menyatakan tingkatan perbandingan paling atas. Fukushi nakanaka yang bermakna positif dapat dilihat dari gradasi kualitasnya dengan teknik superlatif sebagai berikut : Nakanaka ii desu ‘Sangat baik’ Ii desu ‘Baik’ Amari yokunai desu ‘Kurang baik’ Nakanaka yokunai desu (*) Nakanaka kirei desu ‘Sangat cantik’ Kirei desu ‘Cantik’ Amari kirei ja arimasen ‘Tidak begitu cantik’ Nakanaka Kirei ja arimasen (*) Berdasarkan tabel diatas, nakanaka yang diikuti bentuk positif bermakna ‘sangat’ menunjukkan tingkatan atau posisi tertinggi melalui teknik superlatif tersebut. Nakanaka pada tabel tersebut diikuti dengan kata adjektiva-i atau -na. 42 Sehingga penulis membuat rumusan : ‘Nakanaka’ + adjektiva-i / na ‘Sangat’ + kata adjektiva (sifat) ‘Nakanaka’ + 名詞 (meishi) ‘Sangat’ + kata nomina (benda) Apabila nakanaka dilekati dengan verba akan menjadi seperti berikut : Nakanaka ikimasu (*) Ikimasu ‘Pergi’ Amari ikimasen ‘Jarang pergi’ Nakanaka ikimasen ‘Sulit pergi’ Pada tabel superlatif diatas nakanaka diikuti dengan verba bentuk negatif. Nakanaka yang berada posisi paling bawah, memiliki makna dan gramatikal. Sedangkan, nakanaka yang berada pada posisi paling atas, apabila diikuti dengan verba bentuk positif tidak berterima atau tidak gramatikal, sehingga tidak mempunyai makna dalam pemakaiannya. 43 Penulis membuat rumusan: ‘ なかなか’ + 動詞 (doushi) + ない・ありません ‘Nakanaka’ + Verba + nai atau arimasen ‘ Tidak mudah ~’ Selain itu, terdapat nakanaka yang diikuti bentuk negatif yaitu dapat diikuti dengan bentuk potensial yang menyatakan bentuk kemampuan, yaitu seperti contoh sebagai berikut: Nakanaka yomemasu (*) Yomemasu ‘bisa membaca’ Amari yomemasen ‘Tidak terlalu bisa membaca’ Nakanaka yomemasen ‘Sulit membaca’ Pada contoh di atas, nakanaka yang berada pada posisi paling atas tidak mempunyai makna atau tidak gramatikal, sedangkan nakanaka yang berada posisi paling bawah yang diikuti dengan verba negatif bermakna tidak mampu. 44 Sehingga penulis membuat rumusan: なかなか’ + かの形 動詞 ( kanoukei doushi ) + ない・ありません ‘Nakanaka’ + Verba bentuk kemampuan (negatif) + nai atau arimasen ‘ Tidak mampu ~ ’ 3.3.2. Fukushi totemo Fukushi totemo yang bermakna positif dapat dilihat dari gradasi kualitasnya dengan teknik superlatif sebagai berikut : Totemo muzukashii ‘Sangat sulit’ Muzukashii ‘Sulit’ Amari muzukashikunai ‘Agak sulit’ Totemo muzukashikunai ‘sangat tidak sulit’ Totemo joozu desu ‘Sangat pandai’ Joozu desu ‘Pandai’ Amari joozu desu ‘Agak pandai’ Totemo joozu ja arimasen ‘sangat tidak pandai’ 45 Berdasarkan tabel diatas, totemo pada tabel tersebut diikuti dengan kata adjektiva-i dan -na. Totemo yang berada di tingkat paling atas dan paling bawah sama-sama memiliki makna dan gramatikal. Sehingga penulis membuat rumusan : とても +イー形容詞・なー形容詞 ‘Totemo’ + Adjektiva-i / -na ‘ Sangat ~ ’ とても +イー形容詞・なー形容詞 + ない・ありません ‘Totemo’ + Adjektiva – i / -na +nai atau arimasen ‘ Sangat tidak ~ ’ Selain itu, totemo yang diikuti verba dengan bentuk kemampuan sebagai berikut: Totemo hakobemasen (*) Hakobemasu ‘Mengangkut’ Amari hakobemasen ‘Jarang mengangkut’ Totemo hakobemasen ‘Tidak mungkin mengangkut’ 46 Berdasarkan tabel di atas, totemo diikuti dengan kata kerja (verba). Totemo yang diikuti dengan bentuk positif menempati posisi paling atas melalui teknik superlatif tersebut tidak berterima karena maknanya tidak gramatikal atau tidak mempunyai makna. Sedangkan totemo pada posisi paling bawah dapat berterima karena memiliki makna dan gramatikal. Totemo dapat berterima apabila dilekati dengan verba negatif yang diikuti dengan bentuk kemampuan, tetapi jika dilekati dengan verba positif tidak dapat berterima, kecuali verba positif yang mengandung perasaan atau kokoro, seperti contoh berikut : Totemo tsukaremashita Sangat melelahkan Totemo shien shimasu Sangat mendukung Totemo manzoku shimasu Sangat berbahagia Pada tabel di atas, totemo yang dilekati verba dan mengandung unsur perasaan dapat berterima dan gramatikal. Sehingga penulis membuat rumusan sebagai berikut : とても +感動動詞 ( kandou doushi) ‘Totemo’ + Verba (mengandung unsur perasaan 心) ‘ Sangat ~’ 47 とても+動詞 (doushi) + ない・ありません ‘Totemo’ + Verba + nai atau arimasen ‘ Tidak mungkin ~ ’ Sama seperti nakanaka, fukushi totemo yang bermakna positif juga tidak dapat bermakna ‘mungkin’, walaupun totemo dalam bentuk negatif memiliki makna ‘tidak mungkin’, karena pada totemo yang bermakna positif tidak menyatakan bentuk ketidak mungkinan. Bab IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Nakanaka dan totemo memiliki persamaan makna; bermakna ‘sangat’ pada kalimat afirmatif dan bermakna ‘tidak bisa atau sulit’ pada kalimat negatif, namun memiliki perbedaan konteks. 2. Nakanaka pada kalimat afirmatif menujukkan sesuatu keadaan yang melebihi apa yang diperkirakan dan menunjukkan hal- hal yang positif, sedangkan pada kalimat negatif menyatakan keadaan dimana segala sesuatu tidak berjalan dengan mudah dengan waktu usaha dan membutuhkan waktu yang lama. 3. Totemo pada kalimat yang diikuti bentuk positif menyatakan makna ‘sangat’, sedangkan untuk kalimat yang diikuti bentuk negatif menunjukkan keadaan yang menyatakan ketidakmungkinan sesuatu dilakukan, tidak disertai dengan usaha. 48 49 4. Struktur totemo yang diikuti dengan bentuk positif biasanya diikuti oleh adjektiva, namun dapat juga diikuti dengan verba bentuk positif apabila mengandung unsur perasaan atau kokoro. Sedangkan nakanaka bentuk positif dapat diikuti dengan adjektiva dan nomina. 5. Fukushi nakanaka dan totemo dapat disubstitusikan karena memiliki kesamaan makna pada kedua fukushi ini, tetapi dari segi penggunaannya berbeda dalam kalimat bahasa Jepang. 4.2 Saran Melalui penelitian fukushi nakanaka dan totemo dalam skripsi ini, diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti struktur fukushi nakanaka dan totemo dalam sebuah kalimat maupun wacana atau melakukan pengkajian terhadap adverbia lainnya yang bersinonim dengan nakanaka dan totemo, khususnya kata-kata yang apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang sama namun bila dalam bahasa Jepang memiliki penggunaan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Kushartanti. Yuwono, Untung. RMT Lauder, Multamia. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Dahidi, Ahmad & Sudjianto. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc Nomoto, Kikuo. 1988. Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar. Japan: Kokuritsukokugokenkyuusyo Hida, Yoshifumi. 1994. Gendaifukushiyoohoojiten. Japan: Tookyoodooshuppon Chandra, T. 1993. Pelajaran Bahasa Jepang Jilid Ketiga. Jakarta: Evergreen Japanese Course _________. 2009. Nihongo no Joshi Partikel Bahasa Jepang. Jakarta: Evergreen Japanese Course Sudjianto. 1996. Gramatikal Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Oriental Asadahideko, Tobitayoshifumi. Tookyoodooshuppan 1994. 50 Gendaifukushiyoohoojiten. Japan: 51 Akimotomiharu, Kayanonaoko. 1987. Gaikokujin no tame no nihongo reibunmondai shiritsu 1 fukushi. Japan: Aratakeshuppan Japanese, Human. 2012. Word of the Day: Nakanaka. https://soundcloud.com/human-japanese/word-of-the-day-nakanaka Waller, Jonathan. 2010. Nakanaka JLPT N3 grammar. http://www.tanos.co.uk/jlpt/skills/grammar/sentences/?grammarid=431 _________________. 2011. Shuunyuu - N3 vocabulary income, receipts, revenue . http://www.tanos.co.uk/jlpt/skills/vocab/sentences/?vocabid=86358 Hatori, Go . 2012. Rocket news 24, Shirouto demo dekiru shashin teku. http://rocketnews24.com/2012/05/23/214674/ 要旨 この論文のテーマは副詞の「なかなか」と「とても」の構造と意味であ る。 このテーマを選んだ理由は、初めて「なかなか」を習ったとき、「なか なか」は否定形にしか結びつけられないと思ったが、後で勉強したら、 「なかなか」は肯定形にも結び付けられることを知ったからである。そこ で、「なかなか」に興味を持った。また、「なかなか」と「とても」はイ ンドネシア語で同じ意味を持っていて、「sangat」である。それで、筆者 は、「なかなか」と「とても」の違いを知りたいと思った。 この研究の目的は「なかなか」と「とても」の区別や日本語の文にある 「なかなか」と「とても」の構造と意味を知ることである。 こ の 研 究 で 使 用 さ れ る 方 法 は 「 STUDI PUSTAKA 」 で あ る 。 「 STUDI PUSTAKA」方法は、いろいろなところから情報を集め、選んだテーマの詳 しい内容を分析するという方法論である。また、「なかなか」と「とても」 を知るために「sulih」というテクニックを使った。「sulih」 というテ クニックでは同じ文で「なかなか」が「とても」に 52 53 置き換えられるか確認するものである。 分析した結果、次のことが分かった。 1.「なかなか」は形容詞の肯定形が結びつくと、「sangat」という意味 を示す。例文: (1)a.昨日はなかなか暑かったです。 Kinoo wa nakanaka atsukatta Adv Adj ‘Kemarin sangat panas.’ desu. (T.Chandra, 1993:135) 2.「なかなか」に「の」名詞が結びつくと「sangat」という意味を示す。 例文: (2)a.滝沢さんのゴルフはなかなかの腕前だそうだ。 Takizawa san no gorufu wa nakanaka no udemae dasooda. Adv N ‘Katanya, Tuan Takizawa bermain golfnya sangat ahli. (Tobitayoshifumi,dkk, 1994:144) 3.「なかなか」に動詞の否定形が結びつくと、「tidak bisa」または 「sulit melakukan」という意味を示す。 例文: (3)a. 体がだるくて、なかなか 起きられません。 Karada ga darukute, nakanaka okiraremasen. Adv V 54 ‘Badan saya lemas, tidak bisa bangun-bangun. (T.Chandra, 1993:135) 4.「とても」に形容詞の肯定形が結びつくと「sangat」という意味を示 す。 例文: (4)a. 彼は女性にとても親切です。 Kare wa josei nitotemo shinsetsu desu. Adv Adj ‘Dia sangat ramah kepada wanita.’ (T.Chandra, 2009:27) 5.「とても」に感情的な動詞が結びつくと、「sangat」という意味を示 す。 例文: (5)a. 自信が出てきた(錦織の話)、とても疲れたが、体は大丈夫。 Jishin ga detekita (nishikori no hanashi), totemo Adv tsukareta ga, Karada wa daijoobu. V ‘Kepercayaan dirinya muncul (kisah nishikori), meskipun sangat melelahkan, tubuh baik-baik saja. (Asahishimbun. ‘Nishikori, senbei 4 kyootenisunihondanshi, 96 nenburi’. 4 September 2014) 55 6.「とても」に動詞の否定形が結びつくと「tidak mungkin」という意 味を示す。 例文: (6)a. こんな難しい問題は私にはとてもできません。 Konna muzukashii mondai wa watashi ni wa totemo dekimasen. Adv V ‘Masalah yang sulit ini saya tidak mungkin bisa.’ (Naoko Chino, 1987:18) 「なかなか」と「とても」は置き換えられることができるが、使用する ときにはニュアンスが異なる。「なかなか」+肯定形は実際の結果が期待 や予想した以上の場合で、良いことを表すために多く使われる。 CURICULUM VITAE PENULIS Nama : Elisa Yudha Putri NIM : 13050110120021 Alamat : Jalan Angsana 1096, Perumahan Plamongan Indah Semarang Nama Orang tua / Wali : Andri Yuda Alamat : Jalan Angsana 1096, Perumahan Plamongan Indah, Semarang Nomor telepon : (024) 76737757 Riwayat pendidikan 1. SD : SD Pangudi Luhur Santo Yusuf tamat th 2005 2. SMP : SMP Kanisius Santo Yoris tamat th 2007 3. SMA : SMA Sedes Sapientiae tamat th 2010 56