Document

advertisement
Pendahuluan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Latar Belakang Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan
• Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia
menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda
sesuai dengan zamannya yang ditanggapi oleh
bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilainilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh
dan berkembang.
• Semangat perjuangan bangsa telah mengalami
penurunan pada titik yang kritis, hal ini
disebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga-
lembaga kemasyarakatan internasional, negara-negara
maju yang ikut mengatur percaturan perpolitikan,
perekonomian, sosial budaya serta pertahanan, dan
keamanan global.
 Globalisasi ditandai juga oleh pesatnya perkembangan
IPTEK.
 Semangat perjuangan bangsa telah melahirkan kekuatan
yang luar biasa dalam perjuangan fisik,
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si


Sedangkan dalam menghadapi globalisasi dan
mengisi kemerdekaan kita memerlukan perjuangan
non fisik sesuai dengan bidang profesi masingmasing.
Perjuangan ini dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan
bangsa, sehingga kita tetap memiliki wawasan dan
kesadaran bernegara, sikap dan perilaku yang cinta
tanah air, dan mengutamakan persatuan serta
kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi
tetap utuh dan tegaknya NKRI.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
• Perjuangan non fisik sesuai bidang profesi
masing-masing tersebut memerlukan
sarana kegiatan pendidikan bagi setiap
warga negara Indonesia pada umumnya
dan mahasiswa sebagai calon cendekiawan
pada khususnya, yaitu melalui pendidikan
Kewarganegaraan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Kompetensi yang Diharapkan
 Hakikat Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar kita memiliki
wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki
pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta
tanah air berdasarkan Pancasila, demi tetap utuh dan tegaknya
NKRI.
 Kemampuan Warga Negara
Menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta
perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, wawasan nusantara sera ketahanan nasional dalam diri
mahasiswa warga negara NKRI yang sedang mengkaji dan akan
menguasai IPTEK dan seni.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Kompetensi
lulusan
pendidikan
pancasila
dan
kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara
dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan
berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa,
wawasan nusantara, dan ketahanan nasional. Sifat cerdas
tampak dari kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan
bertindak, sedangkan sifat bertanggungjawab tampak pada
kebenaran tindakan, dilihat dari nilai IPTEK, etika maupun
kepatutan ajaran agama dan budaya.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang
berhasil akan menimbulkan sikap:
 Beriman
dan Bertaqwa pada Tuhan YME dan
menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.
 Berbudi
pekerti
luhur,
berdisiplin
dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara.
 Bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran bela
negara.
 Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa,
dan negara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila dan Implementasinya
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sejarah Lahirnya Pancasila
 Istilah Pancasila pertamakali dapat ditemukan
dalam buku Sutasoma karya Mpu Tantular yang
ditulis pada zaman Majapahit (abad ke-14).
 Pancasila sebagai dasar negara pertamakali
diusulkan oleh Ir.Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945
di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Rumusan Pancasila yang dikemukakan tersebut
terdiri atas: 1. Kebangsaan Indonesia, 2.
Internasional atau kemanusiaan, 3. Mufakat atau
demokrasi, 4. Kesejahteraan sosial, dan 5.
Ketuhanan yang berkemanusiaan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Pada tanggal 22 Juni 1945, tokoh-tokoh BPUPKI yang
diberinama Panitia Sembilan mengadakan pertemuan
untuk membahas pidato-serta usul-usul mengenai dasar
negara yang telah dikemukakan dalam sidang-sidang
BPUPKI.
 Dalam pembahasan tersebut, disusun sebuah piagam
yang diberinama Piagam Jakarta, yang didalamnya
terdapat rumusan dan sistematika Pancasila.
 Panitia Sembilan tersebut 1. Ir. Soekarno, 2. Drs. Moh.
Hatta, 3. Mr.A.A. Maramis, 4. Abikoesno Tjokrosoejoso,
5. Abdoel Kahar Muzakar, 6. haji agus Salim, 7. Mr.
Achmad Soebarjo, 8. K.H. wahid Hasjim, dan 9. Mr.
Muh. Yamin.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
dan Negara

Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos
(gagasan) dan logos (berbicara/ilmu). Maka
ideologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
gagasan. Gagasan yang dimaksud adalah gagasan
yang murni ada dan menjadi landasan atau
pedoman dalam kehidupan masyarakat yang ada
atau berdomisili dalam wilayah negara dimana
mereka berada.
 Ideologi menurut Maswardi Rauf adalah
rangkaian kumpulan nilai yang disepakati bersama
untuk menjadi landasan atau pedoman dalam
mencapai tujuan atau kesejahteraan bersama.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila sebagai Ideologi
Terbuka
• Ideologi
Pancasila
adalah
kumpulan
nilai/norma yang meliputi sila-sila pancasila
sebagaimana
yang
tercantum
dalam
pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
• Pancasila dikatakan sebagai Ideologi Terbuka
artinya Pancasila sebagai ideologi yang dapat
dapat berinteraksi dengan ideologi yang lain.
Hal ini disebabkan Pancasila memiliki nilainilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praktis.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Nilai Dasar adalah nilai yang ada dalam
ideologi Pancasila yang merupakan
representasi dari nilai atau norma dalam
madsyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
 Nilai instrumental adalah nilai yang
merupakan pendukung utama dari nilai dasar
(Pancasila).
 Nilai Praktis adalah nilai yang harus ada dalam
praktik penyelenggaraan negara. Sifat nilai ini
adalah abstrak.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Fungsi dan Peranan Pancasila dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
 Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
 Pancasila sebagai sumber dari segla sumber
hukum di Indonesia
 Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
 Pancasila sebagai pandangan hidup yang
mempersatukan bangsa Indonesia
 Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan
bangsa Indonesia
 Pancasila sebagai moral pembangunan
 Pembangunan nasional sebagai pengamalan
Pancasila.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Implementasi pancasila Dalam Kehidupan Masyarakat.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
 Percaya dan taqwa kepada Tuhan YME.
 Hormat menghormati dan bekerjasama
antar pemeluk agama dan kepercayaan
yang berbeda.
 Saling menghormati dan kebebasan
menjalankan ibadat sesuai agama dan
kepercayaannya.
 Tidak
memaksakan
agama
dan
kepercayaan kepada orang lain.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia.
Saling mencintai sesama manusia
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
Berani membela kebenaran dan keadilan
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap
saling menghormati dengan bangsa lain.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
3. Persatuan Indonesia





Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan
serta keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara.
Cinta tanah air dan bangsa
Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanahair
Indonesia.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
bangsa yang berBhinneka TunggalPoni
Ika.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan







Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur
Keputusan yang diambil harus dapat
dipertangggungjawabkan kepada tuhan YME,
menjungjung tinggi harkat martabat manusia serta nilainilai kebenaran dan keadilan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila Sebagai Etika Politik
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
bidang etika politik
Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis
manusia disebut etika. Etika mempertanyakan
tanggung jawab dan kewajiban manusia. Etika
berkaitan dengan norma moral.
Etika politik masuk dalam lingkungan filsafat.
Dengan demikian etika politik mempertanyakan
tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai
manusia dan bukan hanya sebagai warga negara
terhadap negara, hukum yang berlaku dsb.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Fungsi etika politik dalam masyarakat
terbatas pada penyediaan alat-alat
teoritis untuk mempertanyakan serta
menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab.
Tugas etika politik membantu agar
pembahasan masalah-masalah
ideologis dapat dijalankan secara
obyektif.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
 Prinsip etika politik yang menjadi titik
acuan orientasi moral bagi suatu negara
adalah adanya cita-cita the rule of law,
partisipasi demokratis masyarakat,
jaminan HAM menurut kekhasan
paham kemanusiaan, dan struktur
sosial budaya masyarakat masingmasing dan keadilan sosial.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
Legitimasi kekuasaan
 Pokok permasalahan etika politik adalah
legitimasi etis kekuasaan, yang dapat dirumuskan
dengan pertanyaan yaitu dengan moral apa
seseorang atau sekelompok orang memegang dan
menggunakan kekuasaan yang mereka miliki?
Betapa besarnya kekuasaan seseorang , dia harus
berhadapan dengan tuntutan untuk
mempertanggungjawabkannya.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Legitimasi kekuasaan
 Legitimasi kekuasaan meliputi:
1. Legitimasi etis, yaitu pembenaran atau
pengabsahan wewenang negara (kekuasaan negara)
berdasarkan prinsip-prinsip moral.
2. Legitimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuasaan itu
berkaitan dengan fungsi-fungsi kekuasaan negara
dan menuntut agar fungsi-fungsi itu diperoleh dan
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Legitimasi moral dalam kekuasaan
 Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan
kekuasaan politik dari segi norma-norma moral.
Legitimasi ini muncul dalam konteks bahwa setiap
tindakan negara baik dari legislatif maupun
eksekutif dapat dipertanyakan dari segi normanorma moral. Tujuannya adalah agar kekuasaan
itu mengarahkan kekuasaan ke pemakaian
kebijakan dan cara-cara yang semakin sesuai
dengan tuntutan-tuntutan kemanusiaan yang adil
dan beradab.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
nilai
 Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah,
memperkaya batin, dan menyadarkan manusia akan
harkat dan martabatnya.
 Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong
dan mengrahkan sikap dan perilaku manusia.
 Cita-cita, gagasan, konsep, ide tentang sesuatu adalah
wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena itu,
nilai dapat dihayati atau dipersepsikan dalam konteks
kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang
abstrak.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Tiga kategori nilai (Notonogoro)
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi manusia untuk melakukan
aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi rohani manusia.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Nilai kerohanian
 Nilai kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio
manusia, budi, dan cipta.
 Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau
intuisi.
 Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak
manusia atau kemauan (karsa, etika)
 Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan,
merupakan nilai kerohanian yang tinggi dan mutlak.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Nilai dasar, nilai instrumental, dan
nilai praksis
 Nilai Dasar adalah nilai yang ada dalam ideologi
Pancasila yang merupakan representasi dari nilai
atau norma dalam masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia.
 Nilai instrumental adalah nilai yang merupakan
pendukung utama dari nilai dasar (Pancasila).
 Nilai Praksis adalah pelaksanaan secara nyata dari
nilai-nilai dasar dan nilai instrumental.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
moral
 Moral berasal dari kata mos (mores) yang
berarti kesusilaan, tabiat, kelakuan.
 Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan
buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia.
 Moral dalam perwujudannya dapat berupa
peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik,
terpuji, dan mulia.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
norma


Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu.
Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal
dengan sanksi, misalnya:
a. Norma agama, sanksinya dari Tuhan
b. Norma kesusilaan, sanksinya rasa malu dan menyesal
terhadap diri sendiri.
c. Norma kesopanan, sanksinya berupa mengucilkan dalam
pergaulan masyarakat.
d. Norma hukum, sanksinya berupa penjara atau kurungan atau
denda yang dipaksakan oleh alat negara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila sebagai nilai dasar fundamental
bagi bangsa dan negara RI
 Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada dasarnya memuat pengakuan eksplisit
akan eksistensi Tuhan sebagai sumber dan
pencipta universum.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila sebagai nilai dasar fundamental
bagi bangsa dan negara RI
 Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan
beradab, memperlihatkan secara
mendasar dari negara atas martabat
manusia dan sekaligus komitmen
untuk melindunginya.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
 Sila ketiga: Persatuan Indonesia, secara
khusus meminta perhatian setiap warga
negara akan hal dan kewajiban
tanggungjawabnya pada negara, khususnya
dalam menjaga eksistensi negara dan
bangsa.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
 Sila Keempat: Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan,
memperlihatkan pengakuan negara
serta perlindungannya terhadap
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
dalam iklim musyawarah dan mufakat.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
 Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia, Secara
istimewa menekankan keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Pancasila sebagai nilai dasar yang
fundamental adalah seperangkat nilai yang
terpadu berkenaan dengan hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Apabila kita memahami pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945, pada hakikatnya adalah nilainilai Pancasila, yaitu:
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Pokok pikiran pertama, negara Indonesia adalah
negara persatuan, yaitu negara yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia. Hal ini merupakan penjabaran
sila ketiga.
 Pokok pikiran kedua,menyatakan bahwa negara
hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Pokok pikiran ketiga, menyatakan negara
berkedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan /
perwakilan.
 Pokok pikiran keempat, menyatakan bhawa
negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan
sebagai pokok-pokok kaidah yang fundamental,
karena didalamnya terkandung konsep-konsep;
1. Dasar-dasar pembentukan negara, yaitu tujuan
negara, asas politik negara (negara Republik
Indonesia dan berkedaulatan rakyat), dan asas
kerohanian negara (pancasila).
2. Ketentuan diadakannya UUD, hal ini
menunjukkan adanya sumber hukum.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Makna nilai-nilai setiap sila
pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di dalam negara Indonesia tidak boleh ada
paham yang meniadakan atau
mengingkari adanya Tuhan (atheisme),
dan yang seharusnya ada adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme)
dengan toleransi ibadat menurut agama
dan kepercayaan masing-masing.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Sikap dan perbuatan yang didasarkan
kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan
kesusilaan umumnya, baik terhadap diri
sendiri, sesama manusia, maupun terhadap
alam dan hewan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
3. Persatuan
Indonesia.
Persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia yang mencakup
persatuan dalam arti ideologis, politik,
ekonomi, sosial budaya, dann
keamanan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
4.
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan.
Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan
rakyat, berarti bahwa rakyat dalam
melaksanakan tugas kekuasaannya ikut
dalam pengambilan keputusan-keputusan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
5.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.
Bahwa setiap warga Indonesia
mendapat perlakuan yang adil dalam
bidang hukum, politik, sosial,
ekonomi dan kebudayaan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Kelima pancasila merupakan satu
kesatuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Terdiri atas bagian-bagian yang tidak terpisahkan
Masing-masing bagian mempunyai fungi dan
kedudukan tersendiri
Meskipun berbeda tidak saling bertentangan, tetapi
saling melengkapi
Bersatu untuk mewujudkan keseluruhan
Keseluruhan membina bagian-bagian
Tidak boleh satu sila pun ditiadakan, melainkan
merupakan satu kesatuan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Konsep negara pancasila
1. Sifat sosialistis religius.
2. Semangat kekeluargaan dan
kebersamaan.
3. Semangat Persatuan.
4. Musyawarah.
5. Menghendaki keadilan sosial.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Ide pokok bangsa dan kebangsaan
indonesia
1. Keseimbangan antara golongan agama
(islam) dan golongan nasionalis (negara
theis demokrasi)
2. Keseimbangan antara sifat individu dan
sifat sosial (aliran monodualisme)
3. Keseimbangan antara ide-ide asli
Indonesia (paham dialektis)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Paham integralistik
Persatuan dan kesatuan serta saling ketergantungan
satu sama lain dalam masyarakat.
2. Bertekad dan berkehendak sama untuk kehidupan
kebangsaan yang bebas, merdeka, dan bersatu.
3. Cinta tanah air dan bangsa serta kebersamaan.
4. Kedaulatan rakyat dengan sikap demokratis dan
toleran.
1.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Paham integralistik
5. Kesertiakawanan sosial, nondiskriminatif,
6. Berkeadilan sosial dan kemakmuran masyarakat.
7. Menyadari bahwa bangsa Indonesia berada
dalam tata pergaulan dunia dan universal.
8. Menghargai harkat dan martabat manusia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Etika politik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
 Etika politik lebih banyak bergerak
dalam wilayah dimana seseorang secara
ikhlas dan jujur melaksanakan hukum
yang berlaku tanpa adanya rasa takut
kepada sanksi daripada hukum yang
berlaku.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Ancaman dari dalam negeri
berkaitan dengan etika kehidupan
berbangsa
 Masih lemahnya pengamalan agama dan
munculnya pemahaman ajaran agama yang
keliru dan sempit.
 Sistem sentralisasi pemerintahan di masa
lampau sehingga timbul fanatisme daerah
 Tidak berkembangnya pemahaman
kemajemukan dalam kehidupan berbangsa.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Ancaman dari dalam negeri
berkaitan dengan etika kehidupan
berbangsa
 Terjadinya ketidakadilan ekonomi dalam
kurun waktu yang panjang sehingga
munculnya perilaku ekonomi yang
bertentangan dengan moralitas dan etika.
 Kurangnya keteladanan bersikap dan
berperilaku sebagai pemimpin bangsa.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Ancaman dari luar negeri berkaitan
dengan etika kehidupan berbangsa
 Pengaruh globalisasi yang luas dengan
persaingan bangsa yang semakin
tajam.
 Makin tingginya intensitas intervenai
kekuatan global dalam perumusan
kebijakan nasional.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Etika kehidupan berbangsa
(tap mpr no.vi/mpr/2002
1. Etika sosial dan budaya
2. Etika politik dan pemerintahan
3. Etika ekonomi dan bisnis
4. Etika penegakan hukum yang
berkeadilan
5. Etika keilmuan
6. Etika lingkungan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
5. Keadilan Sosial Bagi seluruh
Rakyat Indonesia
 Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kegotongroyongan.
 Bersikap adil
 Meenjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain,
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
 Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
 Tidak bersikap boros.
 Tidak bergaya hidup mewah
 Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
 Suka bekerja keras
 Menghargai karya orang lain
 Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila Sebagai Identitas
Nasional
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pengertian Identitas
 Kata identitas berasal dari bahasa Inggris
Identity yang memiliki pengertian harfiah
ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang
membedakannya dengan yang lain.
 Dalam terminologi antropologi, identitas
adalah sifat yang menerangkan dan sesuai
dengan kesadaran diri pribadi sendiri,
golongan sendiri, kelompok sendiri,
komunitas sendiri, atau negara sendiri.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Kata “nasional” dalam identitas
nasional merupakan identitas yang
melekat pada kelompok-kelompok
yang lebih besar yang diikat oleh
kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti
budaya, bahasa, agama, maupun non
fisik seperti keinginan-cita-cita, dan
tujuan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Identitas nasional adalah manifestasi nilai-
nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation)
dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang
khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa
lain dalam kehidupannya
(Wibisono Koento:2005)
 Proses pembentukan identitas nasional bukan
sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang
terus berkembang dan kontekstual mengikuti
perkembangan zaman.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan
menjadi ciri atau identitas nasional mempunyai
indikator sebagai berikut:
1. Pola perilaku adalah gambaran pola perilaku yang
terwujud`dalam kehidupan sehari-hari.
2. Lambang-lambang,
adalah
sesuatu
yang
menggambarkan tujuan dan fungsi negara.
3. Alat-alat perlengkapan, adalah sejumlah perangkat
atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan
teknologi.
4. Tujuan yang ingin dicapai yang bersifat sinamis dan
tidak tetap.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Unsur-Unsur Pembentuk Identitas
Nasional
 Sejarah
 Kebudayaan (akal budi,




peradaban, pengetahuan)
Budaya Unggul
Suku bangsa
Agama
Bahasa
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Revitalisasi Pancasila Sebagai
Pemberdayaan Identitas
Nasional
Dalam rangka pemberdayaan identitas
nasional, perlu ditempuh dengan
revitalisasi
Pancasila.
Revitalisasi
Pancasila adalah pemberdayaan kembali
kedudukan, fungsi, dan peranan
Pancasila
sebagai
dasar
negara,
pandangan hidup, ideologi, dan sumber
nilai-nilai bangsa Indonesia.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila Sebagai Ideologi
nasional
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pengertian Ideologi
 Secara sederhana ideologi berarti suatu gagasan
yang berdasarkan pemikiran yang sedalamdalamnya dan merupakan pemikiran filsafat.
 Dalam arti kata luas istilah ideologi
dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita,
nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang
mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif
(ideologi terbuka)
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
 Dalam perkembangannya, ideologi
mempunyai arti yang berbeda, yakni:
1. Weltanschuung,yaitu pengetahuan yang
mengandung pemikiran-pemikiran besar,
cita-cita besar, mengenai sejarah, manusia,
masyarakat, negara (science of ideas).
2. Pemikiran yang tidak memperhatikan
kebenaran internal dan kenyataan empiris,
ditujukan dan tumbuh berdasarkan
pertimbangan kepentingan tertentu dan
karena itu ideologi cenderung bersifat
tertutup.
3. Ideologi bersifat belief system.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila Sebagai Ideologi
Nasional
 Kita mengenal berbagai istilah ideologi, sperti
ideologi negara, ideologi bangsa, dan ideologi
nasional. Ideologi negara khusus dikaitkan
dengan pengaturan penyelenggaraan
pemerintahan negara. Sedangkan ideologi
nasional mencakup ideologi negara dan ideologi
yang berhubungan dengan pandangan hidup
bangsa. Bagi bangsa Indonesia, ideologi
nasionalnya tercermin dan terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Makna
Ideologi
Bagi
Negara
 Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung
nilai-nilai budaya bangsa Indoonesia, yaitu cara
berpikir dan cara kerja perjuangan.
 Pancasila bersifat integralistik, yaitu paham tentang
hakikat negara yang dilandasi dengan konsep
kehidupan bernegara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Teori (Paham) Mengenai
Dasar Negara
 Teori Perseorangan (Individualistik)
Sarjana-sarjana yang membahas teori individualistik
adalah Herbert Spencer dan Harold J. Laski. Pada
intinya, menurut teori ini negara adalah masyarakat
hukum yang disusun atas kontrak antara seluruh
orang dalam masyarakat itu. Hal ini mempunyai
pengertian bahwa negara dipandang sebagai
organisasi kesatuan pergaulan hidup manusia yang
tertinggi.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Teori golongan
Teori ini diajarkan oleh Karl Marx. Menurut
Karl Marx, negara merupakan penjelmaan
dari pertentangan-pertentangan kekuatan
ekonomi. Negara dipergunakan sebagai alat
oleh mereka yang kuat untuk menindas
golongan ekonomi lemah. Yang dimaksud
golongan ekonomi kuat adalah mereka yang
memiliki alat-alat produksi. Menurut
Marx, negara terjadi dalam sejarah
perkembangan masyarakat meliputi tiga
fase, yaitu fase borjuis, fase kapitalis, dan
fase sosialis komunis.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila Bersifat Integralistik
Mengandung semangat kekeluargan dalam
kebersamaan.
2. Adanya semangat kerja sama (gotong royong).
3. Memelihara Persatuan dan kesatuan.
4. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
1.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Teori Kebersamaan (Integralistik)
Teori integralistik semula diajarkan olehh Spinoza,
Adam Muhler, dll, yang mengemukakan bahwa
negara adalah suatu susunan masyarakat yang
integral di antara semua golongan dan semua bagian
dari seluruh anggota masyarakat. Persatuan
masyarakat itu merupakan persatuan masyarakat
yang organis.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Perbandingan Ideologi Pancasila
Dengan Ideologi Lain
 Ideologi Liberalisme
Inggrislah yang memulai timbulnya liberalisme yang
diakibatkan oleh alam pemikiran yang disebut zaman
pencerahan (aufklarung) yang menyatakan bahwa
manusia memberikan penghargaan dan kepercayaan
besar pada rasio. Rasio dianggap sebagai kekuatan
yang menerangi segala sesuatu di dunia ini.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
 Liberalisme akan membawa suatu sistem, yaitu
kapitalisme. Liberalisme melihat manusia
sebagai mahluk bebas. Kebebasan manusia
merupakan milik yang sangat tinggi dengan
membawa unsur-unsur esensial, yaitu
rasionalisme, materialisme, dan empirisme, serta
individualisme.
 Ajaran liberalisme bertitik tolak dari hak asasi
yang melekat pada manusia sejak ia lahir dan
tidak dapat diganggu oleh siapapun termasuk
penguasa, kecuali dengan persetujuannya.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
 Hak asasi tersebut memiliki nilai-nilai dasar yaitu
kebebasan dan kepentingan pribadi yang
menuntut kebebasan individu secara mutlak,
yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan hidup di
tengah-tengah kekayaan materiil yang melimpah
dan dicapai dengan bebas.
 Paham liberalisme selalu mengaitkan aliran
pikirannya dengan hak asasi manusia yang
menyebabkan paham tersebut memiliki daya
tarik yang kuat di kalangan masyarakat tertentu.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Pancasila yang
memandang manusia sebagai mahluk Tuhan,
yang mengemban tugas sebagai mahluk pribadi
dan mahluk sosial.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Ideologi Sosialisme
 Tokoh utama yang mengajarkan komunisme adalah
Karl Marx. Ajaran Marx kemudian ditambah
dengan pandangan Engels dan Lenin, sehingga
ajarankomunis melandaskan pada teori MarxismeLeninisme.
 Ajaran komunis didasarkan atas kebendaan. Oleh
karena itu komunisme tidak percaya kepada Tuhan.
Bahkan agama dikatakan sebagai racun bagi
masyarakat. Ajaran tersebut jelas bertolak belakang
dengan Pancasila.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Ideologi Sosialisme
 Masyarakat komunis tidak bercorak nasional,
masyarakat yang dicita-citakan komunis adalah
masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh
kesadaran nasional
 Masyarakat komunis masa depan adalah masyarakat
tanpa kelas, yang dianggap akan memberikan
suasana hidup yang aman dan tenteram dengan
tidak adanya hak milik atas alat produksi dan
hapusnya pembagian kerja.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
 Ciri khas ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan
cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan
digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan
budaya masyarakatnya sendiri.
 Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan
oleh negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat
sendiri.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka
 Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat
berinteraksi dengan perkembangan zaman dan
adanya dinamika secara internal.
 Suatu ideologi yang wajar ialah bersumber atau
berakar pada pandangan hidup bangsa dan
falsafah hidup bangsa. Dengan demikian,
ideologi tersebut akan dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan
kecerdasan kehidupan bangsa.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka
 Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa
dan falsafah bangsa, sehingga memenuhi
prasyarat sebagai ideologi terbuka.
 Sekalipun ideologi itu bersifat terbuka, tidak
berarti bahwa keterbukaannya adalah sebegitu
rupa sehingga dapat memusnahkan atau
meniadakan ideologi itu sendiri, hal mana
merupakan suatu yang tidak nalar.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Faktor Pendorong Keterbukaan
Ideologi Pancasila
 Kenyataan dalam proses pembangunan
nasional dan dinamika masyarakat yang
berkembang secara cepat.
 Kenyataan menunjukkan, bahwa
bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku
cenderung meredupkan perkembangan
dirinya.
 Pengalaman sejarah kita di masa lampau.
 Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan
nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat abadi
dan hasrat mengembangkan secara kreatif
dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan
nasional.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sifat Ideologi
 Dimensi Realitas
Nilai-nilai yang terkandung didalamnya bersumber
dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakat,
sehingga tertanam dan berakar di dalam masyarakat,
terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga
mereka betul-betul merasakan dan menghayati
bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka
bersama. Dengan begitu nilai-nilai dasar ideologi itu
tertanam dan berakar di dalam masyarakatnya.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sifat Ideologi
 Dimensi Idealisme
Mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Cita-cita tersebut berisi
harapan yang masuk akal.
 Dimensi Fleksibilitas
Melalui pemikiran baru tentang dirinya, ideologi itu
mempersegar dirinya, dan memperkuat relevansinya
dari waktu ke waktu.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Batas-Batas Keterbukaan
Ideologi Pancasila
 Stabilitas Nasional yang dinamis
 Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme,
dan komunisme.
 Mencegah berkembangnya paham liberal.
 Larangan terhadap pandangan ekstrim yang
menggelisahkan kehidupan masyarakat.
 Penciptaan norma yang baru harus melalui
konsensus.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Negara dan Sistem
Pemerintahan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Latar Belakang Perlunya Negara
 Menurut ahli tata negara Sokrates,
Aristoteles, dan Plato, adanya negara
dimulai 400 tahun Sebelum Masehi.
Keberadaan negara menurut Thomas Van
Aquino didorong oleh dua hal yaitu
manusia sebagai mahluk sosial (animal
social) dan manusia sebagai mahluk politik
(animal politicum)
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai
sifat tidak bisa hidup sendiri dan juga sebagai
mahluk politik memiliki naluri untuk
berkuasa. Oleh karena itu menurut Thomas
Hobbes, keberadaan negara sangat
diperlukan sebagai tempat berlindung bagi
individu, kelompok, dan masyarakat,
maupun penguasa yang kuat (otoriter),
karena menurutnya, manusia dengan
manusia lainnya memiliki sifat seperti
serigala (homo homini lupus).
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
Keberadaan negara sebagaimana uraian di
atas menimbulkan kesadaran masyarakat
untuk menciptakan mekanisme
pembentukan negara yang mendapat
legitimasi (pengakuan) dari seluruh
masyarakat secara bersama. Mekanisme
yang demokratis dan universal bagi
pembentukan negara adalah pemilihan
umum (Pemilu).
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
Pengertian dan Definisi Negara
 Negara berasal dari kata State (Inggris),
Staat (Belanda), dan Etat (Prancis). State,
Staat, Etat berasal dari bahasa latin Status
atau Statum yang berarti keadaan yang
tegak dan tetap atau sesuatu yang
memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Definisi negara menurut
beberapa ahli
 John Locke san Rosseau
Negara adalah suatu badan atau
organisasi hasil dari pada perjanjian
masyarakat.
 Max Weber
Negara adalah suatu masyarakat
yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara
sah dalam suatu wilayah.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Roger F. Soltau
Negara adalah alat (agency) atau
wewenang (authority) yang mengatur
atau mengendalikan persoalan-persoalan
bersama, atas nama masyarakat.
 Mac Iver
Negara adalah suatu negara harus
memenuhi tga unsur pokok, yaitu
pemerintahan, komunitas atau rakyat,
dan wilayah tertentu.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Unsur-unsur negara
 Penduduk
Semua orang yang berdomisili serta menyatakan
kesepakatan diri ingin bersatu.
 Wilayah
Wilayah Indonesia terletak diantara dua benua
yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra
yaitu samudra India dan Pasifik.
 Pemerintah
Sistem pemerintahan yang dianut oleh Indonesia
adalah sistem pemerintahan presidensial.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Klasifikasi negara
 Klasifikasi negara dapat dilihat dari
beberapa indikator:
1. Jumlah orang yang berkuasa dan
orientasi kekuasaan
2. Bentuk negara
3. Asas pemerintahan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Klasifikasi negara
(jumlah orang berkuasa)
Jumlah Penguasa
Bentuk Positif
Bentuk Negatif
Satu Orang
Monarki
Tirani
Sekelompok Orang
Aristokrasi
Oligarki
Banyak Orang
Demokrasi
Mobokrasi
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Klasifikasi negara
(sisi konsep dan teori modern)
 Negara Kesatuan
Negara yang merdeka dan berdaulat,
dengan satu pemerintah pusat yang
berkuasa dan mengatur seluruh daerah.
Dalam pelaksanaannya terbagi dua, yaitu:
negara kesatuan dengan sistem sentralisasi,
dan sistem desentralisasi
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Klasifikasi negara
(sisi konsep dan teori modern)
 Negara Serikat (Federasi)
Bentuk negara yang merupakan gabungan dari
beberapa negara bagian dari negara serikat.
Kekuasaan asli dalam negara federasi merupakan
negara bagian, karena ia berhubungan langsung
dengan rakyatnya. Sementara negara federasi bertugas
untuk menjalankan hubungan luar negeri, pertahanan
negara, keuangan, dan urusan pos.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Klasifikasi negara
(asas penyelenggaraan )
 Menurut Ekonomi (negara agraris, negara
industri, negara berkembang, negara belum
berkembang, negara utara : negara kaya/maju,
negara selatan; negara sedang
berkembang/miskin).
 Menurut politik (negara demokratis, negara
otoriter, negara totaliter, negara satu partai,
negara multipartai.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Klasifikasi negara
(asas penyelenggaraan )
 Menurut Sistem Pemerintahan (sistem
pemerintahan presidentil, parlementer,
dsb)
 Menurut Ideologi Bangsa (negara
sosialis, negara liberal, negara
komunis, negara agama, dsb)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sifat organisasi negara
Sifat Memaksa
Sifat Monopoli
Sifat Totalitas
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Fungsi negara
 Fungsi pertahanan keamanan
 Fungsi pengaturan dan ketertiban
 Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran
 Fungsi keadilan menurut hak dan
kewajiban
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Elemen Kekuatan negara
 Sumber Daya Manusia
 Teritorial Negara
 Sumber Daya Alam
 Kapasitas Pertanian dan Industri
 Kekuatan Militer dan Mobilitasnya
 Elemen Kekuatan yang Tidak berwujud
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sistem pemerintahan
negara
Badan Legislatif
Badan Eksekutif
Badan Yudikatif
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sistem pemerintahan negara
(Badan legislatif)
 Badan yang berfungsi sebagai pembuat
undang-undang(UU) atau peraturan
daerah (Perda) yang pengesahannya
dilakukan bersama dengan Presiden
atau Kepala Daerah. Lembaga ini
meliputi DPR, DPRD I, DPRD II.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sistem pemerintahan negara
(Badan eksekutif)
 Badan yang berfungsi menjalankan UU
yang mendapat persetujuan secara
bersama-sama antara DPR dengan Presiden.
Lembaga ini meliputi presiden, wakil
presiden, para menteri departemen dan
nondepartemen, gubernur beserta muspida,
bupati/walikota beserta muspida, camat,
lurah/desa.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sistem pemerintahan negara
(Badan yudikatif)
 Badan yang berfungsi mengadili
penerapan UU. Lembaga ini meliputi
 Mahkamah Agung
Mahkamah Konstitusi
 Komisi Yudisial
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sistem pemerintahan negara
(Badan yudikatif)
 Mahkamah Agung berfungsi memberi pertimbangan
kepada presiden tentang pemberian grasi, amnesti, abolisi,
rehabilitasi yang merupakan hak prerogatif presiden dalam
bidang hukum.
 Mahkamah Konstitusi berfungsi melakukan uji UU
terhadap UUD 1945, menyelesaikan konflik antar lembaga
negara dan melakukan pembubaran partai politik bila
melakukan pelanggaran UUD 1945.
 Komisi Yudisial, berwenang merekrut dan menyeleksi
calon Hakim Agung.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Negara, Agama dan warga
Negara
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Warga negara indonesia (WNI)
(UU No. 12 Tahun 2006 )
warga negara adalah warga
suatu negara yang
ditetapkan berdasarkan
peraturan perundangundangan.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Siapa wni?
(Pasal 4 UUKI)
a.Setiap orang yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian pemerintah
Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum undang-undang ini berlaku
sudah menjadi warga negara Indonesia
(WNI)
b.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah
dari seorang ayah dan ibu warga negara
Indonesia.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah
dari seorang ayah warga negara Indonesia
dan ibu warga negara Asing.
d.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah
dari seorang ayah warga negara asing dan ibu
warga negara Indonesia.
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah
dari seorang ibu warga negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak memiliki
kewarganegaraan atau hukum negara asal
ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan
kepada anak tersebut.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu tiga
ratus (300) hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya
warga negara Indonesia.
g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah
dari seorang ibu warga negara Indonesia.
h.Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah
dari seorang ibu warga negara Asing yang
diakui oleh seorang ayah warga negara
Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik
Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di
wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui
k.Anak yang lahir di wilayah negara Republik
Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak
diketahui keberadaannya.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
l. Anak yang lahir di luar wilayah negara
Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
warga negara Indonesia yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan.
m.Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah
dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau
ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau janji setia.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Status anak wni
(Pasal 5 UUKI)
Anak warga negara Indonesia yang lahir di
luar perkawinan yang sah, sebelum berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin
diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing tetap diakui
sebagai warga negara Indonesia.
2. Anak warga negara Indonesia yang belum
berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah
sebagai anak oleh warga negara asing
berdasarkan penetapan pengadilan tetap
diakui sebagai warga negara Indonesia.
1.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pilihan menjadi warga negara
(pasal
6
uuki)
1. Dalam hal status kewarganegaraan Republik
Indonesia terhadap anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d,
huruf h, huruf I, dan Pasal 5 berakibat anak
berkewarganegaraan ganda, setelah berusia
18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin
anak tersebut harus menyatakan memilih
salah satu kewarganegaraannya.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
2. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dibuat
secara tertulis dan disampaikan kepada
pejabat dengan melampirkan dokumen
sebagaimana ditentukan di dalam peraturan
perundang-undangan.
3. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (2)
disampaikan dalam waktu paling lambat tiga
(3) tahun setelah anak berusia delapan belas
(18) tahun atau sudah kawin.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Asas Kewarganegaraan
(asas kewarganegaraan umum)
Asas kelahiran (Ius Soli)
Asas keturunan (Ius Sanguinis)
Asas Kewarganegaraan Tunggal
Asas Kewarganegaraan Ganda
Terbatas
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
Asas Kewarganegaraan Khusus
1. Asas Kepentingan Nasional
2. Asas Perlindungan Maksimum
3. Asas Persamaan di dalam Hukum dan
pemerintahan
4. Asas kebenaran substantif
5. Asas non-diskriminatif
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap HAM
7. Asas keterbukaan
8. Asas publisitas
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Masalah Status
Kewarganegaraan
Apatride
Bipatride
Multipatride
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Tata Cara Memperoleh
Kewarganegaraan Indonesia
 Karena kelahiran
 Karena Pengangkatan
 Karena dikabulkan permohonan
 Karena kewarganegaraan
 Karena perkawinan
 Karena pernyataan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
negara
 Negara Indonesia sesuai dengan konstitusi,
berkewajiban untuk menjamin dan
melindungi seluruh warga negara Indonesia
tanpa kecuali, secara jelas tertulis dalam Pasal
33 UUD 1945.
 Namun demikian, kewajiban negara untuk
memenuhi hak-hak warga negaranya tidak
akan dapat berlangsung dengan baik tanpa
dukungan warga negara dalam bentuk
pelaksanaan kewajibannya sebagai warga
negara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Pada saat yang sama, dalam rangka
menjamin hak-hak warga negara,
negara harus menjamin keamanan dan
kenyamanan proses penyaluran aspirasi
warga negara melalui penyediaan
fasilitas-fasilitas publik yang berfungsi
sebagai wadah untuk mengontrol
negara, selain memberikan pelayanan
publik yang profesional.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
negara
(kasus islam)
Hubungan islam dengan negara
modern secara teoritis dapat
digolongkan dalam 3 pandangan:
1.Pandangan Integralistik
2.Pandangan Simbiotik
3.Pandangan Sekularistik
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Paradigma integralistik
 Konsep agama dan negara merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
merupakan dua lembaga yang menyatu
(integrated).
 Memberikan penegasan bahwa negara
merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus
lembaga agama. Konsep ini menegaskan kembali
bahwa islam tidak mengenal pemisahan antara
agama dan politik atau negara.
 Paham integralistik identik dengan paham Islam
ad-Din wa dawlah (islam sebagai agama dan
negara), yang sumber hukum positifnya adalah
hukum islam.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Paradigma simbiotik
Hubungan agama dan negara berada
pada posisi saling membutuhkan dan
bersifat timbal balik.
Dalam pandangan ini, agama
membutuhkan negara sebagai
instrumen dalam melestarikan dan
mengembangkan agama. Begitu juga
sebaliknya, negara juga memerlukan
agama sebagai sumber moral, etika,
dan spiritualitas warga negaranya.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Paradigma sekularistik
 Paradigma ini beranggapan bahwa terjadi
pemisahan yang jelas antara agama dan
negara. Agama dan negara merupakan dua
bentuk yang berbeda dan satu sama lain
memiliki garapan masing-masing, sehingga
keberadaannya harus dipisahkan dan tidak
boleh satu sama lain melakukan intervensi.
Negara adalah urusan publik, sementara
agama merupakan wilayah pribadi masingmasing warga negara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
HAK ASASI MANUSIA
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia menurut UU
No. 39/1999 adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat
keberadaan manusia sebagai
mahluk tuhan YME.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Ruang Lingkup HAM
Hak sosial politik (hak alamiah)
Hak sosial ekonomi – sosial
budaya
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
Tujuan HAM
Tujuan pelaksanaan HAM adalah
untuk mempertahankan hak-hak
warga negara dari tindakan sewenangwenang aparat negara, dan
mendorong tumbuh serta
berkembangnya pribadi manusia yang
multidimensional.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Perkembangan HAM di Dunia
 Magna Charta (Piagam Agung 1215)
 Bill of Rights (UU hak 1689)
 Declaration Des Droits de L’homme
et du Citoyen (Deklarasi HAM dan
Warga negara Prancis Tahun 1789)
 Bill of Rights (UU hak Virginia 1789)
 Declaration of Human Rights PBB
(1948)
 Piagam Atlantik Charter (1941)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Indonesia
 Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)
1. Budi Utomo (hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat)
2. Perhimpunan Indonesia (hak untuk menentukan
nasibnya sendiri)
3. Sarekat Islam (Hak penghidupan yang layak dan
bebas dari penindasan diskriminasi rasial)
4. Partai Komunis Indonesia (hak sosial dan
berkaitan dengan alat-alat produksi)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
5. Indische Party (Hak untuk mendapatkan
kemerdekaan dan perlakuan yang sama)
6. Partai Nasional Indonesia (Hak untuk memperoleh
kemerdekaan)
7. Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia (Hak
untuk menentukan nasib sendiri, mengeluarkan
pendapat, berserikat dan berkumpul, persamaan
dimuka hukum, turut dalam penyelenggaraan
negara)
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
 Periode sesudah kemerdekaan (1945 -
sekarang)
1. Periode 1945-1950
a. Hak untuk merdeka
b. Hak kebebasan untuk berserikat melalui
organisasi politik yang didirikan
c. Hak kebebasan untuk menyampaikan
pendapat terutama di parlemen
2. Periode 1950-1959
Pemikiran HAM pada periode ini lebih
menekankan pada semangat kebebasan
demokrasi liberal yang berintikan kebebasan
individu.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
3. Periode 1959-1966
Pada periode ini pemikiran HAM tidak mendapat
ruang kebebasan dari pemerintah atau dengan
kata lain pemerintah melakukan pemasungan
HAM, yaitu hak sipil, seperti hak untuk
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pikiran dengan tulisan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
4. Periode 1966-1968
Tahun 1967, berusaha melindungi
kebebasan dasar manusia yang ditandai
dengan adanya hak uji materil yang
diberikan kepada Mahkamah Agung.
Tahun 1970-1980, pemerintah melakukan
pemasungan HAM dengan sikap defensif,
represif yang dicerminkan dengan produk
hukum yang bersifat restriktif terhadap
HAM.
Tahun 1990-an, pemikiran HAM tidak lagi
hanya bersifat wacana saja melainkan
sudah dibentuk lembaga penegakan
Poni Sukaesih
Kurniati, Keppres
S.IP., M.Si
Komnas HAM sesuai
dengan
No.
5. Periode 1998-sekarang
Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang
resmi dari pemerintah dengan melakukan
amandemen UUD 1945 guna menjamin HAM
dan menetapkan UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia. Artinya pemerintah
memberi perlindungan yang signifikan terhadap
kebebasan HAM dalam semua aspek hak politik,
sosial, ekonomi, budaya, keamanan, hukum, dan
pemerintahan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
HAM pada Tatanan Global
dan di Indonesia
 HAM menurut konsep negara-negara Barat
a.Ingin meninggalkan konsep negara yang mutlak.
b.Ingin mendirikan federasi rakyat bebas, negara
sebagai koordinator dan pengawas.
c.Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri
individu manusia.
d.Hak asasi lebih dulu ada dari pada negara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 HAM menurut konsep sosialis
a.Hak asasi hilang dari individu dan
terintegarsi dalam masyarakat.
b.Hak asasi manusia tidak ada
sebelum negara ada.
c.Negara berhak membatasi hak asasi
manusia apabila menghendaki.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 HAM menurut konsep-konsep bangsa
Asia dan Afrika
a. Tidak boleh bertentangan dengan
ajaran agama/sesuai dengan
kodratnya.
b. Masyarakat sebagai keluarga besar
artinya penghormatan untuk
keluarga.
c. Individu tunduk kepada kepala
adat yang menyangkut tugas dan
kewajiban.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 HAM Menurut Konsep PBB
a. Hak untuk hidup
b.Kemerdekaan dan keamanan badan
c.Hak untuk diakui kepribadiannya menurut
hukum
d.Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama
dengan orang lain menurut hukum
e.Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam
perkara pidana
f.Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu
negara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
g. Hak untuk mendapat hak milik atas benda’
h. Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
perasaan
Hak untuk bebas memeluk agama serta
mempunyai dan mengeluarkan pendapat
Hak untuk berapat dan berkumpul
Hak untuk mendapatkan jaminan sosial
Hak untuk mendapatkan pekerjaan
Hak untuk berdagang
Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan
dalam masyarakat
Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta
dalam kemajuan keilmuan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
DEMOKRASI
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Arti demokrasi
 Demokrasi berasal dari kata Yunani
demos dan kratos. Demos artinya
rakyat, kratos berarti pemerintahan.
Jadi, Demokrasi berarti pemerintahan
rakyat, yaitu pemerintahan yang
rakyatnya memegang peranan yang
sangat menentukan.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Manfaat demokrasi
 Kesetaraan sebagai warga negara
 Memenuhi kebutuhan umum
 Pluralisme dan kompromi
 Menjamin hak-hak dasar
 Pembaruan kehidupan sosial
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si
Kurniati, S.IP., M.Si
Nilai-nilai demokrasi
 Kesadaran akan pluralisme
 Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat
 Demokrasi membutuhkan kerjasama antarwarga
masyarakat dan sikap serta itikad baik.
 Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan.
 Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Prinsip demokrasi (Robert A.
Dahl)
 Adanya kontrol atas` keputusan pemerintahan.
 Adanya pemilihan yang teliti dan jujur.
 Adanya hak memilih dan dipilih.
 Adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa
ancaman.
 Adanya kebebasan mengakses informasi.
 Adanya kebebasan berserikat yang terbuka
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
parameter demokrasi
 Pembentukan pemerintahan melalui
pemilu.
 Sistem pertanggungjawaban
pemerintahan.
 Pengaturan sistem dan distribusi
kekuasaan negara.
 Pengawasan oleh rakyat
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Jenis demokrasi (cara
menyampaikan pendapat)
Demokrasi langsung
Rakyat diikutsertakan dalam proses pengambilan
keputusan untuk menjalankan kebijakan
pemerintahan.
Demokrasi tidak langsung atau perwakilan
Dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang
dipilihnya melalui pemilu.
Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan
langsung dari rakyat
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Demokrasi berdasarkan titik
perhatian atau prioritas
 Demokrasi formal
Secara hukum menempatkan semua orang dalam
kedudukan yang sama dalam bidang politik, tanpa
mengurangi kesenjangan ekonomi dan individu diberi
kebebasan yang luas.
 Demokrasi material
Memandang manusia mempunyai kesamaan dalam bidang
sosial-ekonomi.
 Demokrasi campuran
Berupaya menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat
dengan menempatkan persamaan derajat dan hak setiap
orang.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Demokrasi berdasarkan prinsip
ideologi
Demokrasi liberal
Memberikan kebebasan yang luas pada individu.
Campur tangan pemerintah diminimalkan.
Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar
Bertujuan mensejahterakan rakyat. Negara yang
dibentuk tidak mengenal perbedaan kelas. Semua
warga negara mempunyai persamaan dalam hukum
dan politik.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Demokrasi berdasarkan wewenang
dan hubungan antar alat
kelengkapan negara
 Demokrasi sistem parlementer
 Demokrasi sistem presidensial
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pelaksanaan demokrasi di
indonesia
 Demokrasi parlementer (liberal)
 Demokrasi Terpimpin
 Demokrasi Pancasila pada era orde
baru
 Demokrasi langsung pada era orde
reformasi
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
KONSTITUSI DAN TATA
PERUNDANG-UNDANGAN
INDONESIA
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
PENGERTIAN
 Konstitusi berasal dari bahasa Perancis Constituer ,
yang berarti membentuk.
 Dalam bahasa latin berasal dari kata cume berarti
“bersama dengan...”, dan statuere berarti “membuat
sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan
sesuatu”
 Istilah konstitusi dalam bahasa inggris memiliki
makna yang lebih luas dari Undang-Undang Dasar.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Konstitusi?
 Kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan
kekuasaan kepada penguasa.
 Dokumen tentang pembagian tugas dan wewenangnya
dari sistem politik yang diterapkan.
 Deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi
manusia.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Tujuan dan fungsi konstitusi
 Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan
sewenang-wenang pemerintah, menjamin hak-hak
rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Tiga muatan pokok dalam
konstitusi
 Jaminan hak-hak asasi manusia
 Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar
 Pembagian dan pembatasan kekuasaan
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Sejarah perkembangan
konstitusi
 Dikenal sejak zaman Yunani
 Masa Kekaisaran Roma
 Zaman Klasik Islam
 Revolusi Perancis
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Sejarah perkembangan konstitusi
di indonesia
 UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
 Konstitusi RIS (27 Desember 1945-17 Agustus 1950)
 UUDS RI 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)
 UUD 1945 (5 Juli 1959-sekarang)
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Dua model perubahan
konstitusi
 Renewal adalah sistem perubahan konstitusi dengan
model perubahan konstitusi secara keseluruhan,
sehingga diberlakukan adalah konstitusi yang baru
secara keseluruhan.
 Amandemen adalah perubahan konstitusi yang
apabila suatu konstitusi diubah, konstitusi yang asli
tetap berlaku.
Tata urutan perundang-undangan indonesia menurut
UU No.10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan.
1.
2.
3.
4.
5.
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti
undang-undang
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden
Peraturan daerah
Perda provinsi
b. Perda kabupaten/kota
c. Perda desa
a.
RULE OF LAW
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
PENGERTIAN RULE OF LAW
 Secara formal rule of law diartikan sebagai kekuasaan
hukum yang terorganisasi.
 Secara hakiki/materiil, rule of law terkait dengan
penegakan rule of law karena menyangkut ukuran
hukum yang baik dan buruk .
 Rule of law terkait erat dengan keadilan sehingga rule
of law harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat.
Poni Sukaesih Kurniati,
Poni Sukaesih
S.IP., M.Si.
Kurniati, S.IP., M.Si
Fungsi Rule of law
 Pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal
terhadap ‘rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia dan
juga “keadilan sosial”. Sehingga diatur pada
Pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif
bagi penyelenggaraan negara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Dinamika pelaksanaan rule of
law
 Prinsip-prinsip Rule of law secara hakiki sangat erat
kaitannya dengan “The enforcement of the rules of law”
dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama
dalam hal penegakan hukum dan implementasi
prinsi-prinsip rule of law.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Dinamika pelaksanaan rule of
law
 Proses` penegakan hukum di Indonesia dilakukan
oleh lembaga penegak hukum yang terdiri dari:
1. Kepolisian
2. Kejaksaan
3. KPK
4. Badan Peradilan (MA, MK, PN, PT)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Fungsi Kepolisian adalah memelihara keamanan dalam
negeri yang meliputi pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
 Kejaksaan RI adalah lembaga pemerintahan yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan
dan penyidikan pidana khusus berdasar KUHP.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Komisi Pemberantasan Korupsi ditetapkan dengan
UU No. 20 tahun 2002 dengan tujuan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap
pemberantasan tindak pidana korupsi.
 Badan peradilan menurut UU N0. 4 dan No. 5 Tahun
2004 bertindak sebagai lembaga penyelenggara
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
serta membantu pencari keadilan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
POLITIK STRATEGI NASIONAL
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
pengertian
 Politik dalam arti politics mempunyai makna
kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik
merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan,
jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dikehendaki.
 Politik secara umum menyangkut proses penentuan
tujuan negara dan cara melaksanakannya.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Str ategi merupakan seni dan ilmu dalam menggunakan
serta mengembangkan kekuatan (ipoleksosbudhankam)
 Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan
pengambilan keputusan untuk mencapai suatu cita-cita
dan tujuan nasional.
 Strategi nasional adalah cara melaksanakan politik
nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam konteks politik nasional.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Penyusunan politik dan strategi
nasional
 Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung
selama ini disusun berdasarkan sistem kenegaraan
menurut UUD 1945.
 Suprastruktur politik
 Infrastruktur politik
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Stratifikasi politik nasional
 Tingkat penentu kebijakan puncak
 Tingkat kebijakan umum
 Tingkat penentu kebijakan khusus
 Tingkat penentu kebijakan teknis
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Politik pembangunan nasional dan
manajemen nasional
 Politik pembangunan sebagai pedoman dalam
pembangunan nasional memerlukan kepaduan tata
nilai, struktur, dan proses. Karena itu diperlukan
sistem manajemen nasional yang berfungsi
memadukan penyelenggaraan siklus kegiatan
perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian
pelaksanaan kebijaksanaan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sistem pertahanan keamanan
rakyat semesta (Sishankamrata)
 Berlandaskan pasal 30 UUD 1945 Ayat (2) kita
menganut Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat
Semesta (Sishankamrata), yaitu sistem pertahanan
yang melibatkan segenap potensi yang dimiliki
negara, dimana rakyat berperan sebagai kekuatan
dasar dan TNI sebagai kekuatan inti.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Strategi pemberantasan tindak
pidana korupsi
 Pemberantasan korupsi sejak era reformasi telah
melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama 19982004, melaksanakan kebijakan hukum (ekonomi,
politik, sosial, HAM) dalam pemberantasan korupsi
untuk memenuhi janji reformasi. Tahap kedua 20042008.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Pembangunan hukum dalam pemberantasan korupsi
di masa mendatang, seharusnya menanamkan
paradigma baru yaitu bahwa pencegahan dan
penindakan serta pengembalian aset korupsi
merupakan tiga pilar utama yang berkaitan erat dan
harus dilaksanakan oleh KPK secara konsisten.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Otonomi daerah
 Otonomi secara sempit diartikan sebagai
mandiri, sedangkan dalam arti luas
adalah berdaya.
 Jadi otonomi daerah dapat diartikan
pelimpahan kewewenangan dan
tanggung jawab dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Otonomi daerah
 Penyelenggaraan negara secara garis besar
diselenggarakan dengan dua sistem, yaitu sistem
sentralisasi dan sistem desentralisasi.
 Sistem sentralisasi yaitu jika urusan yang berkaitan
dengan aspek kehidupan dikelola di tingkat pusat.
 Sistem desentralisasi adalah sistem ketika sebagian
urusan pemerintahan diserahkan pada daerah untuk
menjadi urusan rumah tangganya.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Latar belakang OTDa
 Krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia
sejak tahun 1997 telah memporakporandakan hampir
seluruh sendi-sendi ekonomi dan politik negeri ini
yang telah dibangun cukup lama.
 Sebagai respon dari krisis tersebut, pada masa
reformasi dicanangkan suatu kebijakan restrukturisasi
sistem pemerintahan yang cukup penting yaitu
melaksananakan Otda.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Tujuan dan prinsip OTDA
 Untuk mencegah penumpukan kekuasaan di pusat.
 Untuk mencapai pemerintahan yang efisien.
 Agar perhatian lebih fokus kepada daerah.
 Agar masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi di daerah masing-masing.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Otda dan demokratisasi
 Otonomi daerah merupakan bagian
tak terpisahkan dari sistem demokrasi
yang berintikan kebebasan individu,
kelompok, daerah untuk mengatur,
mengendalikan, serta
menyelenggarakan pemerintahan
sendiri.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pertemuan 14
GEOPOLITIK
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
pengertian
 Geopolitik atau wawasan nasional Indonesia
dinamakan Wawasan Nusantara .
 Wawasan nusantara merupakan cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia mengenai dirinya yang
bhineka, dan lingkungan geografinya yang
berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Wawasan nusantara ini dijiwai
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
wilayah dan tetap menghargai serta menghormati
kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan
nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Latar belakang wawasan
nusantara
 Falsafah Pancasila
 Aspek kewilayahan nusantara
 Aspek sosial budaya
 Aspek historis
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Fungsi wawasan nusantara
 Wanus berfungsi sebagai pedoman, motivasi,
dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan
kebijakan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi
penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah,
maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Tujuan wawasan nusantara
 Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan
nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan
rakyat Indonesia dalam segala bidang kehidupan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Bentuk wawasan nusantara
 Wanus sebagai landasan konsepsi ketahanan nasional.
 Wanus sbagai wawasan pembangunan nsional
menurut UUD 1945.
 Wanus sebagai pertahanan dan keamanan negara.
 Wanus sebagai wawasan kewilayahan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Pemikir geopolitik
 Friedrich Ratzel (1844-1904) dengan teori ruang
 Rudolf Kjellen (1864-1922) dengan teori kekuatan
 Karl Haushofer (1869-1946) dengan teori Pan Region
 Sir Halford Mackinder (1861-1947) dengan teori daerah
jantung
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Sri Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan
dengan teori kekuatan maritim.
 Giulio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (18791936) dengan teori kekuatan di udara.
 Nicholas J. Spykman (1893-1943) dengan teori daerah
Batas
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Wadah wawasan nusantara
 Batas ruang lingkup (nusantara, manunggal dan utuh
menyeluruh)
 Tata susunan pokok/inti organisasi
 Tata susunan pelengkap/kelengkapan organisasi
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Isi wawasan nusantara
 Tujuan
 Sifat dan ciri
 Cara kerja
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Implementasi wawasan
nusantarra
 Implementasi wawasan nusantara dimaksudkan
menerapkan atau melaksanakan wawasan nusantara
dalam kehidupan sehari-hari secara nasional yang
mencakup kehidupan politk, ekonomi, sosial dan
budaya, serta pertahanan nasional.
 Dalam mengimplementasikannya maka pemikiran,
sikap, dan tindak tanduk WNI harus bercermin pada
wawasan nusantara.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
GEOSTRATEGI
(KETAHANAN
NASIONAL)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
pengertian
 Geostrategi adalah suatu strategi dalam
memanfaatkan kondisi geografis negara dalam
menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana
untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan
tujuan nasional.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Latar belakang geostrategi
 Dengan posisi geografis, potensi sumber
kekayaan alam, serta besarnya jumlah dan
kemampuan penduduk yang dimiliki,
indonesia menjadi ajang perebutan
pengaruh negara-negara besar.
 Kondisi kehidupan nasional merupakan
pencerminan ketahanan nasional, yaitu
kondisi yang harus dimiliki dalam semua
aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalam wadah
NKRI.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Tujuan dan fungsi
geostrategi
 Geostrategi diperlukan dalam menunjang
keberhasilan tugas pokok pemerintahan.
 Geostrategi mempunyai fungsi sebagai daya tangkal,
dan ketahanan pada aspek politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Sifat geostrategi
 Manunggal
 Mawas ke dalam
 Kewibawaan
 Berubah menurut waktu
 Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu
kekuatan
 Percaya pada diri sendiri
 Tidak tergantung pada pihak lain
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Konsepsi dasar geostrategi
 Konsepsi adalah teori atau model yang merupakan
pedoman dalam menciptakan ketahanan nasional
melalui pembangunan seluruh aspek ketahanan
nasional.
 Aspek tersebut meliputi aspek trigatra dan panca gatra
yang keduanya dikenal dengan astagatra.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Model astagatra
 Model astagatra merupakan model
yang berisi delapan gatra yang terdiri
atas trigatra dan pancagatra
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
trigatra
Aspek geografi
2. Sumber Daya Alam
3. Keadaan dan Kemampuan Penduduk (Demografi)
1.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
pancagatra
1.
2.
3.
4.
5.
Ketahanan di bidang ideologi
Ketahanan nasional di bidang politik
Ketahanan nasional di bidang ekonomi
Ketahanan nasional di bidang sosial dan budaya
Ketahanan nasional di bidang Hankam
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Hubungan komponen strategi
antargatra
 Gatra Geografi-SDA
 Gatra Geografi-Penduduk
 Gatra SDA-Penduduk
 Gatra Ideologi –Ipoleksosbudhankam
 Gatra Politik –Ipoleksosbudhankam
 Gatra Ekonomi –Ipoleksosbudhankam
 Gatra Sosial budaya –Ipoleksosbudhankam
 Gatra hankam –Ipoleksosbudhankam
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
IMPLEMENTASI KETAHANAN
NASIONAL
 Politik, menghadapi globalisasi perlu peningkatan
kompetensi diplomat menjadi perunding
internasional. Selain itu banyak kasus disintegrasi
disebabkan ketidakadilan politik, hukum,
ekonomi, dan budaya.
 Ekonomi, hal-hal yang harus dibenahi yaitu
menata kebijakan fiskal, industri dalam negri, dan
swasembada pangan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Sosbud, dibuat standarisasi pendidikan, kerukunan
umat beragama, dan sistem jaminan sosial.
 Hukum, profesionalitas aparat hukum, pemberantasan
korupsi, dan HAM
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Download