Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan SDN 3 Candimulyo

advertisement
 BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan
Stategi adalah alat untuk mencapai tujuan.
Dessel (2008) mengatakan strategi sebagai rencana
jangka
panjang
bagaimana
organisasi
organisasi
berkenaan
itu
dengan
menyelaraskan
kekuatan
dan
kelemahan
internalnya
dengan
peluang
dan
ancaman
eksternal
untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif. Strategi
yang tepat dapat mengantarkan organisasi atau
lembaga pendidikan pada keberhasilan mencapai
tujuannya
dan
tetap
memiliki
keunggulan
kompetitif.
Untuk
mendapatkan
strategi
yang
tepat,
lembaga pendidikan memerlukan pengenalan dan
penguasaan
terhadap
lingkungan
strategisnya.
berbagai
informasi
Lingkungan
strategis
lembaga pendidikan itu akan selalu berubah dan
mempengaruhi eksistensinya. Karena itu lembaga
pendidikan perlu melakukan analisis yang cermat
terhadap
lingkungan
dimaksudkan
kelemahan
peluang
untuk
internal
dan
strategisnya.
mengenali
lembaga
ancaman
Analisis
kekuatan
serta
ini
dan
memahami
eksternalnya,
sehingga
15 lembaga dapat melakukan antisipasi terhadap
perubahan
–perubahan
Selain
analisis
itu
yang
mungkin
lingkungan
terjadi.
tersebut
juga
dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengambil
langkah-langkah dalam jangka panjang ( Akdon,
2007)
Menurut Zamroni (2007) Strategi
berkaitan
dengan perencanaan , pelaksanaan gagasan dan
sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim
kerja,
memiliki
tema,
mengindenfikasi
faktor
pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam
pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai
tujuan secara efektif.
Sanjaya (2006) mengatakan bahwa strategi
adalah metode yang digunakan untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan.
Dalam
menyusun
strategi
perlu
mempertimbangkan berbagai faktor, baik ke dalam
maupun luar. Sebelum menentukan strategi, perlu
dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya,
sebab
tujuan
adalah
rohnya
dalam impementasi suatu strategi.
16 Vancil (dalam Sihombing,2000)
strategi
adalah
sebuah
mengatakan
konseptualisasi
yang
dinyatakan atau diimplementasikan oleh pimpinan
organisasi yang bersangkutan, berupa :1) Sasaransasaran
jangka
panjang
atau
tujuan-tujuan
organisasi tersebut, 2) Kendala-kendala luas dan
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan sendiri oleh
sang pemimpin atau yang diterimanya oleh pihak
atasannya,
yang
membatasi
skope
aktivitas-
aktivitas organisasi tersebut dan 3) Kelompokkelompok
rencana
dan
tujuan-tujuan
jangka
pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi
akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal
mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut.
Strategi dapat dikembangkan dengan melihat
visi suatu organisasi yang merupakan kristalisasi
cita-cita dan komitmen bersama tentang kondisi
ideal
masa
depan
mempertimbangkan
yang
akan
potensi
dicapai
yang
dengan
dimiliki.
Penerapan strategi diharapakan dapat mencapai
tujuan secara efektif dan efesien.
Strategi peningakatan mutu pendidikan di
sekolah dalam implementasinya tidak lepas dari
manejemen peningkatan mutu sekolah. Berkaitan
hal
ini
Usman
(2002)
mengatakan
bahwa
manajemen peningkatan mutu, terkandung upaya
17 (a) mengendalikan proses yang berlangsung di
sekolah baik kurikuler maupun administrasi, (b)
melibatkan proses diagnose, dan (c) memerlukan
partisipasi semua pihak, Kepala sekolah, guru, staf
administrasi, peserta, didik, orang tua dan pakar.
Lebih lanjut dikatakan Usman (2002), bahwa
manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip:(1)
peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah,
(2) peningkatan mutu dapat dilaksanakan dengan
adanya kepemimpinan yang baik, (3) peningkatan
mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik
sifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan
mutu
harus
semua
unsur
memberdayakan
yang
ada
di
dan
melibatkan
sekolah,
dan
(5)
peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah
dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik,
orang tua dan masyarakat.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat
disimpulkan
bahwa
strategi
peningakatan
mutu
pendidikan merupakan perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
memastikan bahwa tujuan
dapat dicapai melalui
tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Agar strategi yang diterapkan
dapat
tercapai
sesuai
dengan
harapan
perlu
dirumuskan tujuan yang jelas.
18 2.1.
Peningkatan Mutu Pendidikan
Banyak ahli yang mengemukakan tentang
mutu, seperti yang dikemukakan Sallis (2006) mutu
adalah
sebuah
membantu
filosofis
dan
institusi
metodologis
untuk
yang
merencanakan
perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi
tekanan eksternal yang berlebihan. Danim (2007)
mutu
mengandung
makna
derajat
keunggulan
sesuatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang
dan
jasa.
Sedangkan
dalam
dunia
pendidikan
barang dan jasa itu bermakna dapat dilihat dan
tidak
dapat
dilihat,
tetapi
dapat
dirasakan.
Sumayang (2003) menyatakan quality (mutu) adalah
tingkat
dimana
rancangan
spesifikasi
sebuah
produk barang atau jasa sesuai dengan fungsi dan
penggunaan, disamping itu quality adalah tingkat
dimana sebuah produk barang dan jasa sesuai
dengan rancangan spesifikasinya.
Menurut Hamalik (1990), pengertian mutu
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan
segi
diskriptif,
ditentukan
dalam
artian
berdasarkan
intrinsik
dan
intrinsik,
mutu
normatif,
pertimbangan
ekstrinsik.
pendidikan
mutu
(kriteria)
Berdasarkan
kriteria
merupakan
produk
pendidikan yakni “manusia yang terdidik “ sesuai
dengan
standar
ideal.
Berdasarkan
kriteria
19 ekstrinsik, mutu pendidikan merupakan instrumen
untuk mendidik “ tenaga kerja “ yang terlatih. Dalam
artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan
keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi
belajar.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa mutu (quality) adalah sebuah
filosofis dan metodologis tentang (ukuran) dan
tingkat baik buruk sesuatu benda, yang membantu
institusi
untuk
merencanakan
perubahan
dan
mengatur agenda rancangan spesifikasi sebuah
produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan
penggunaannya
dalam
menghadapi
tekanan-
tekanan eksternal yang berlebihan.
Sedangkan
menurut
Djauzak
peningkatan mutu pendidikan
(1996)
adalah
kemampuan
sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan
efisien terhadap komponen – komponen yang ada di
sekolah
sehingga
terhadap
menghasilkan
komponen
nilai
tersebut
tambah
menurut
norma/standar yang berlaku.
Dalam
pandangan
Zamroni
(2007)
peningkatan mutu berkaitan dengan target yang
harus di capai, proses untuk mencapai dan faktorfaktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada
dua aspek yang perlu mendapat perhatian , yakni
20 aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai
hasil tersebut.
Teori manajemen mutu terpadu atau yang
lebih dikenal dengan Total Qualiti Management.
(TQM)
akhir-akhir
ini
banyak
diapdopsi
dan
digunakan oleh dunia pendidikan.Teori ini dianggap
sangat tepat dalam dunia pendidikan saat ini.
Pengertian TQM dapat dibedakan menjadi dua
aspek yaitu : (1) menguraikan apa TQM. TQM
didefinisikan sebagai sebuah pendekatan dalam
menjalankan
usaha
memaksimumkan
yang
daya
saing
berupaya
melalui
penyempurnaan secara terus menerus atas produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi, (2)
menyangkut cara mencapainya. Menyangkut cara
pencapaiannya TQM
berkaitan dengan sepuluh
karakteristik TQM yang terdiri atas : (a) fokus pada
pelanggan ( internal & eksternal), (b) berorientasi
pada kualitas, (c) menggunakan pendekatan ilmiah,
(d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerjasama
tim,
(f)
menyempurnakan
kualitas
secara
berkesinambungan, (g) pendidikan dan pelatihan ,
(h) menerapakan kebebasan yang terkendali, (i)
memiliki
kesatuan
tujuan,
(j)
melibatkan
dan
memberdayakan karyawan (Rochaety, dkk, 2005).
21 Sallis (2006) menyatakan bahwa Total Qualiti
Manajemen
(TQM)
Pendidikan
adalah
sebuah
filosofis tentang perbaikan secara terus-menerus,
yang memberikan seperangkat alat paraktis kepada
setiap
institusi
kebutuhan,
pendidikan
keinginan,
dalam
dan
memenuhi
harapan
para
pelanggannya saat ini dan untuk masa yang akan
datang.
Zamroni
mutu
dengan
menekankan
memandang
model
pada
bahwa
TQM,
peran
peningkatan
dimana
sekolah
kultur
sekolah
menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup tiga
kemampuan yaitu : kemampuan akademik, sosial,
dan moral (Zamroni 2007).
Menurut teori TQM, mutu sekolah ditentukan
oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses
belajar
mengajar,
sekolah
dan
merupakan
kebiasaan,
realitas
nilai-nilai
upacara-upacara,
sekolah.
,
Kultur
kebiasaan-
slogan-slogan,
dan
berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di
sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke
angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun
tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi seluruh
komponen sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah, staf
administrasi, peserta didik dan juga orang tua
peserta
didik.
Kultur
yang
kondusif
bagi
22 peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga
kearah
peningkatan
mutu
sekolah,
sebaliknya
kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya
menuju peningkatan mutu sekolah.
Peningkatan mutu pendidikan adalah sesuatu
proses yang sistematis yang terus menerus untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan tujuan agar
target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan
efisien.
2.1.1 Indikator Mutu Pendidikan
Menurut Nurhasan ( 1994) dan Zamroni
(2007) yang dapat dijadikan tolok ukur sebuah mutu
pendidikan disekolah meliputi 5 aspek. Kelima
aspek
tersebut
adalah
(1)
aspek
hasil
akhir
pendidikan, (2) hasil langsung pendidikan, (3) proses
pendidikan, (4) instrument input, dan (5) raw input
dan lingkungan. Dari kelima aspek ini akan dilihat
dari 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Hasil
akhir
pendidikan
mengacu
pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap
kurun waktu tertentu setiap catur wulan, semester,
setahun, 5 tahun dan sebagainya. Prestasi yang
dicapai
akademis
dapat
berupa
(misalnya
hasil
tes
Ulangan
kemampuan
Umum,
Ujian
23 Nasional (UN) dan lain-lain) dapat pula prestasi
dibidang olah raga atau seni.
Hasil
dipakai
langsung
sebagai
pendidikan
inilah
yang
tolak
pengukuran
mutu
lembaga
pendidikan.
Hasil
titik
suatu
pendidikan
langsung pendidikan ini bias berupa
tes tertulis,
daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap.
Dalam
proses
pendidikan
yang
bermutu
terlibat berbagai input. Seperti bahan ajar (kognitif,
afektif
sesuai
atau
psikomotor),
kemampuan
metodologi
guru),
sarana
(bervariasi
sekolah,
dukungan administrasi , sarana prasarana dan
sumber daya lainnya serta penciptaan suasana
yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas
mensinkronkan
berbagai
input
tersebut,
atau
mensinergikan semua komponen dalam interaksi
belajar mengajar baik antara guru, siswa dan saran
pendukung di kelas maupun di luar kelas, konteks
kurikuler maupun ekstra kurikuler, dalam lingkup
substansi yang akademis maupun nonakademis
dalam suasana mendukung proses pembelajaran.
Antara proses dan pendidikan yang bermutu
saling berhubungan. Agar proses itu tidak salah
arah, maka mutu dalam arti hasil output harus
dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan jelas
target yang akan dicapai untuk setiap tahun untuk
24 kurun waktu tertentu. Berbagai input dan proses
selalu mengacu pada mutu hasil output yang akan
dicapai.
Adapun
instrumental
input,
yaitu
alat
berinteraksi dengan raw input (siswa) seperti guru
yang harus memiliki komitmen yang tinggi dan total
serta kesadaran untuk berubah dan mau berubah
untuk
maju,
mengajar
menguasai
yang
tepat,
ajaran
kreatif
dan
dengan
metode
ide
dan
gagasan yang baru tentang cara mengajar maupun
materi ajar, membangun kinerja dan disiplin diri
yang baik, dan mempunyai sikap positif dan
antusias terhadap siswa, bahwa mereka mau diajar
dan mau belajar. Kemudian sarana dan prasarana
belajar harus tersedia dalam kondisi yang layak
pakai, bervariasi sesuai kebutuhan, alat peraga dan
media belajar disiapkan sesuai kebutuhan. Biaya
pendidikan dengan sumber dana, budgeting kontrol
dengan pembukuan yang jelas, kurikulum yang
memuat pokok-pokok materi ajar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, karakteristik, sesuai
dengan
fenomena
dihadapai.
mengajarpun
Tidak
harus
kehidupan
kalah
dipilih
yang
sedang
penting
metode
secara
variatif,
disesuaikan dengan keadaan artinya guru harus
menguasai berbagai metode.
25 Raw input dan lingkungan yaitu siswa itu
sendiri. Dukungan orang tua dalam hal ini memiliki
kepedulian terhadap penyelenggraan pendididkan,
selalu mengingatkan dan peduli pada proses belajar
anak di rumah maupun di sekolah.
Dilihat dari sisi standar nasional kelima aspek
indikator mutu tersebut mengacu pada 8 standar
nasional pendidikan yaitu asepk hasil akhir dan
hasil langsung pendidikan merupakan implementasi
dari stansdar penilaian dan standar kompetensi
lulusan (SKL), sedangkan aspek proses pendidikan
merupakan implementasi dari standar Isi, standar
proses
dan
merupakan
standar
sarpras.
implementasi
dari
Instrument
input
standar
tendik,
standar sarpras , standar pembiayaan dan standar
pengelolaan , sedangkan raw input dan lingkungan
merupakan implementasi dari standar proses.
2.1.2 Faktor–Faktor Dominan dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan di Sekolah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah
Danim
(2007)
menyarankan
dengan
melibatkan lima faktor yang dominan. Kelima faktor
tersebut
yaitu:
Kepemimpinan
kepala
sekolah,
siswa, guru, kurikulum, dan jaringan kerjasama.
Kepala
sekolah
harus
memiliki
dan
memahami visi kerja secara jelas, mau berkerja
26 keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi,
tekun
dan
tabah
dalam
bekerja,
memberikan
layanan yang opotimal dan disiplin kerja yang
kuat.Siswa merupakan input yang sangat berperan
dalam menentukan mutu pendidikan Pendekatan
yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “
sehingga kompetensi dan kemampuan dapat digali
agar sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang
ada pada siswa.
Agar guru dapat berperan dalam peningkatan
mutu
maka
guru
harus
dilibatkan
secara
maksimal, dengan meningkatkan kompetensi dan
profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, KKG,
lokakarya
serta
pelatihan
sehingga
hasil
dari
kegiatan tersebut diterapkan disekolah sebagai
usaha untuk penungkatan mutu sekolah.
Adanya kurikulum yang ajeg/tetap tetapi
dinamis, dapat memungkinkan dan memudahkan
standart mutu yang diharapakan sehingga goals
(tujuan) dapat dicapai secara maksimal. Jaringan
kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan
sekolah
dan
organisasi
masyarakat
lain,
seperti
saja,
tetapi
perusahaan
/
dengan
instansi
sehingga output dari sekolah dapat terserap dalam
dunia kerja.
27 Berdasarkan pendapat di atas perubahan
paradigma harus dilakukan secara bersama-sama
antara pimpinan dan karyawan sehingga mereka
mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu
menciptakan mutu dilingkungan kerja khususnya di
lingkungan
karyawan
kerja
harus
pendidikan.
menjadi
satu
Pimpinan
tim
dan
yang
utuh
(teamwork ) yang saling mengisi kekurangan yang
ada sehingga target ( goals ) akan tercipta dengan
baik.
2.1.3 Unsur
–
unsur
yang
terlibat
dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah.
Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu
pendidikan dapat dilihat dari sudut pendekatan
makro dan mikro pendidikan.Sudut pendekatan
tersebut dijabarkan sebagai berikut :
2.1.3.1 Pendekatan Mikro Pendidikan
Yaitu
pendekatan
terhadap
pendidikan
dengan indicator kajian dilihat dari hubungan
antara elemen peserta didik, pendidik dan interaksi
keduanya dalam usaha pendidikan. Secara lengkap
elemen
mikro
sebagai
berikut:
(1)
Kualiatas
manajemen, (2) Pemberdayaan satuan pendidikan,
(3)
Profesionalisme
dan
ketenagaan
dan
(4)
Relevansi dan kebutuhan (Rochaety,dkk (2005).
28 Berdasarkan tinjauan mikro elemen guru dan
siswa yang merupakan bagian dari pemberdayaan
satuan
pendidikan
Pendidikan
untuk
merupakan
kepentingan
elemen
sentral.
peserta
didik
mempunyai tujuan, untuk mencapai tujuan ini ada
berbagai
sumber
dan
kendala,
dengan
memperhatikan sumber dan kendala ditetapkan
bahan pengajaran dan diusahakan berlangsungnya
proses
untuk
mencapai
tujuan.
Proses
ini
menampilkan hasil belajar. Hasil belajar perlu
dinilai sebagi merupakan umpan balik pendidikan.
Secara mikro diagram alur proses pendidikan dapat
dilihat pada diagram berikut.
Pengetahuan
Teori Model
Tujuan
Sumber
dan
Kendala
Bahan Proses
Alternatif
Kriteria
Penilain
Alternatif
Penampilan
Hasil
Belajar
Umpan
Balik
Penilaian
Kriteria
Penilain
Sumber : Rochaety, dkk (2005)
29 Diagram alur di atas menjelaskan bahwa
pengetahuan
kualitas
teori
didapat
manajemen
dari
dapat
guru
melalui
mencapai
tujuan
pendidikan, tujuan akan tercapai jika dibekali
dengan bahan agar proses pendidikan terlaksana
dengan
baik
sehingga
akan
menghasilkan
penampilan (hasil belajar), hasil belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai umpan balik.
2.1.3.2 Pendekatan Makro Pendidikan
Pendekatan makro pendidikan yaitu kajian
pendidikan dengan elemen yang lebih luas dengan
elemen; (1) Standarisasi pengembangan kurikulum,
(2) Pemerataan dan persamaan, serta keadilan, (3)
Standar
mutu
dan
(4)
Kemampuan
bersaing
(Rochaety,dkk 2005).
Tinjauan
berbagai
hal
makro
yang
pendidikan
digambarkan
menyangkut
dalam
bagan
Coommbs (Rochaety ,dkk.2005) pendekatan makro
pendidikan melalui jalur pertama:INPUT SUMBERPROSES PENDIDIKAN-HASIL PENDIDIKAN, skema berikut:
INPUT
SUMBER
PROSES PENDIDIKAN :
Tujuan dan prioritas
Siswa/peserta didik
Manajemen
Struktur dan jadwal
Isi
Guru/Pendidik
Alat Bantu Belajar
Fasilitas
Teknologi
Pengawasan Mutu
Penelitian
Biaya
HASIL
PENDIDIKAN
30 Input
sumber
pendidikan
akan
mempengaruhi proses pendidikan, dimana progam
pendidikan didasari oleh berbagai unsur, semakin
lengkap komponen pendidikan yang dimiliki akan
tercipta pendidikan yang berkualitas.
Selanjutnya Sagala ( 2004 ) menyatakan
solusi manajemen pendidikan secara mikro dan
makro yang dituangkan dalam diagram sebagai
berikut.
Permasala
han makro
pendidikan
Problematika
manajemen
pendidikan
Permasalah
mikro
pendidikan
Sumber: Sagala (2004)
1. Stanarisasi
pengemba
ngan
kurikulum
2. Pemerataa
n dan
persamaan
serta
keadilan
3. Standar
1. Kualitas
manajemen
2. Pemberday
a
an satuan
pendidikan
3. Profesionali
s
me
dan
ketenagaan
4. Relevansi
Solusi
mungkin
dapat
didilakukan
1. Melalui analisis
kebutuhan (need
assessment )
2. Institusi pendidikan
harus managble dg
visi dan misi yang
konsisten terhadap
tujuan dan target.
3. Perlindungan
terhadap
profesionalisme guru
dan kepemimpinan
sekolah.
4. Pemberdayaan
satuan pendidikan
dengan melakukan
desentralisasi,
debirokasi dan
profesionalisme.
5. Otonomi penglolaan
anggaran pada
satuan pendidikan
31 
Download