makalah kolokium

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Yulia Astuti/I34100057
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fransiska Gita Anjani/I34100044
Prof. Dr. Aida Vitayala S. Hubeis / 19470928 197503 2 001
Hubungan Bauran Komunikasi Pemasaran Terhadap
Keputusan Pembelian Individu Produk Teh Walini
13 Maret 2014, 09.00 – 10.00
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya akan sumber daya hayati. Selain terkenal
dengan ragam rempah – rempahnya, Indonesia juga memiliki berbagai macam tanaman obat yang
dapat berguna sebagai pencegahan ataupun pengobatan. Minuman teh telah menjadi salah satu
kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahakan dalam kehidupan masyarakat dunia. Manfaat teh
selain dapat memberikan kesegaran bagi tubuh, ternyata teh dapat memberikan manfaat bagi tubuh
manusia yang mengkosumsinya. (Laihad, 2000)
Menurut Setiawan dan Nasikun (1991) teh yang dipasarkan di Indonesia ada tiga jenis, yaitu
teh hitam (black tea/fermented), teh hijau (green tea/unfermented) dan teh wangi (jasmine tea).
Sedangkan di Taiwan ada satu jenis, yaitu teh oolong (semifermented tea) yang merupakan hasil
dari pengolahan dari teh hijau dan teh hitam. Ketiga jenis teh tersebut masing – masing memiliki
manfaat tersendiri. Pengolahannya pun harus melewati beberapa tahapan, yaitu pengangkutan
pucuk segar, pelayuan, penggulungan, sortasi basah, fermentasi, pengeringan dan sortasi kering.
(Kustamiyati, 1978). Sehingga dengan adanya proses panjang tersebut, biaya pembuatan dan
pengolahan teh tentunya tidak murah. Sehingga dibutuhkan manajerial yang tepat dalam
pengelolaan dan sistem pemasaran dari produsen teh di Indonesia.
Salah satu perusahaan produsen teh terkemuka yang sudah berhasil dalam membangun
image yang baik dan sistem pemasaran yang baik adalah PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)
yang memiliki merk dagang “Teh Walini” untuk produk teh yang dijual. Perusahaan yang terletak
di Bandung ini sudah memiliki banyak inovasi dalam produk yang dihasilkan. Teh Walini
diperkenalkan di Jawa Barat sejak tahun 2003 dan memenuhi standar Sustainable Agriculture
(Rainforest Alliance dan UTZ Certificate) yaitu sertifikasi standar pertanian organik internasional.
PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara
yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam
akta Notaris Harun Kamil, S.H., No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C2-8336.HT.01.01.TH.96
tanggal 8 Agustus 1996. Akta pendirian ini selanjutnya mengalami perubahan sesuai dengan akta
Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH., No. 05 tanggal 17 September 2002 dan telah mendapat
persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat
Keputusan No. C-20857 HT.01.04.TH.2002 tanggal 25 Oktober 2002.
Pengelolaan pemasaran yang baik sudah menjadi tuntutan utama bagi PTPN VIII ditengah
persaingan produk di pasaran, baik lokal maupun produk import. Inovasi produk yang beragam dan
kreatif, persaingan harga di berbagai kalangan dan kualitas dari aroma serta rasa teh membuat
PTPN VIII terus menjaga kualitasnya dalam memproduksi dan memasarkan produk. Selain
berupaya mengoptimalisasi usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi
pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi
2
dan berdaya saing kuat, PTPN VIII juga terus berusaha mengejar keuntungan guna meningkatkan
nilai perseroan dengan menerapkan prinsip prinsip perseroan terbatas.
Harga penjualan yang ditetapkan oleh PTPN VIII khususnya merek Teh Walini sendiri
cukup lebih tinggi daripada harga teh pesaing pada umumnya dengan besaran kemasan yang sama.
Hal tersebut merupakan salah satu bahan pertimbangan yang penting dalam menentukan sistem
promosi yang tepat untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat mengenai kualitas dari teh
walini ini sendiri. Bergerak di bidang usaha perkebunan, Teh Walini merupakan merek unggulan
dari PTPN VIII yang menjual berbagai macam pilihan teh berkualitas, namun dengan harga jual
yang tinggi, bukan hal yang mudah dalam memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk
membeli produk Teh Walini di tengah – tengah persaingan harga yang jauh daripada harga yang
ditetapkan oleh PTPN VIII.
Menurut Kusumastuti (2009) hubungan antara pemasaran dengan komunikasi sangatlah erat,
sehingga sebagian pelaku bisnis menganggap komunikasi adalah pemasaran dan pemasaran adalah
komunikasi. Keduanya memang sulit untuk dipisahkan dalam dunia bisnis. Apabila pemilik dan
pengelola usaha Teh Walini dapat menggabungkan dua unsur komunikasi pemasaran ini, maka
seharusnya Teh Walini dapat bersaing dengan harga yang lebih kompetitif namun tetap
menggunakan media promosi yang benar, sehingga memberikan tindakan persuasif kepada
masyarakat dalam membeli produk dari PTPN VIII ini khususnya Teh Walini.
Tim pemasaran yang termasuk juga public relation di dalamnya memiliki peranan penting
dalam membangun citra produk kepada konsumen sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan
berupa kepercayaan tetap kepada konsumen melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh public
relation. Tugas utama public relations yang profesional adalah untuk mencari atau menciptakan
berita yang menguntungkan perusahaan, produknya, serta orang-orangnya. Perusahaan juga dapat
meningkatkan goodwillnya dengan memberikan kontribusi uang dan waktu untuk halhal terpuji.
Perusahaan besar akan mendukung kegiatan sosial dalam lingkungan perusahaannya atau akan
mendonasikan uangnya untuk tujuan tertentu sehubungan dengan pembelian konsumen. Dalam
kehidupan dimana terdapat komunikasi yang berlebihan, perusahaan harus berlomba-lomba
menarik perhatian publik. Mereka harus menciptakan identitas visual di mana publik mengenalinya.
Identitas visual suatu perusahaan dapat berupa logo, alat tulis, brosur, tanda, kartu nama, bangunan,
seragam, atau kode etik berpakaian (Gaffar, 2007).
Rangkuti (1999) menyebutkan pemasaran mempunyai peranan penting dalam dunia bisnis
untuk memperoleh laba yang kompetitif. Pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa
pemasaran adalah suatu kegiatan yang mecakup promosi, strategi pasar, penentuan harga, dan
pendistribusian barang dan jasa. Namun pemasaran tidak akan dapat berlangsung tanpa komunikasi
yang baik dilakukan dalam proses pemasarannya. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk diteliti
lebih lanjut mengenai komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh teh walini terhadap
keputusan pembelian konsumen.
3
1.2. MASALAH PENELITIAN
PT. Perkebunan Nusantara VIII adalah sebuah perusahaan perseroan terbatas yang bergerak
di bidang hasil perkebunan. PTPN VIII sendiri memiliki banyak inovasi dalam produk yang
dihasilkan. Salah satu produk unggulannya adalah dengan merek Teh Walini yang hingga kini
memiliki lebih dari lima belas variant dan jenis. Kualitas yang lebih unggul dalam rasa dan aroma
serta proses produksi membuat produk tersebut memiliki harga yang cukup tinggi apabila
dibandingkan dengan teh konvensional lainnya. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan yang
cukup besar dalam proses pengambilan keputusan konsumen dalam memilih dan menggunakan
produk. Sehingga akan berdampak terhadap peningkatan hasil penjualan Teh Walini. Dalam
menjaga kepercayaan konsumen, Teh Walini terus berusaha mengkomunikasikan keunggulan
produknya kepada konsumen melalui8 komunikasi pemasaran yang efektif. Sehingga terdapat
beberapa rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini :
1. Seperti apa hubungan bauran promosi terhadap keputusan pembelian konsumen?
2. Bagaimana konsep citra merek Teh Walini berhasil dikomunikasikan kepada calon
konsumen dan berpengaruh terhadap keputusan pembelian?
3. Apakah teradapat faktor lain yang berhubungan dengan keputrusan pembelian konsumen?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan bauran pemasaran terhadap keputusan pebelian konsumen Teh Walini di
Bandung. Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi hubungan bauran promosi terhadap keputusan pembelian Teh walini.
2. Menganalisis keberhasilan komunikasi pemasaran dalam menyampaikan citra merek Teh
Walini dan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian.
3. Mengidentifikasi faktor lain yang berhubungan dengan keputusan pembelian.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya sehingga dapat bermanfaat dalam menambah sumber pustaka untuk penelitian
lain.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat mendorong pemerintah dalam
meningkatkan perhatiannya terhadap kinerja BUMN yang ada di Indonesia.
3. Bagi swasta, penelitian ini dapat menjadi riset ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai
basis data dalam menentukan strategi pemasaran produk atau jasa yang ditawarkan oleh
pihak swasta.
4. Bagi masyarakat, penelitian ini bertujuan dalam meningkatkan kesadaran motivasi
masyarakat dalam memilih dan mengkonsumsi produk dalam negri.
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsure pokoknya yaitu
komunikasi dan pemasaran. Menurut Shimp (2003) pemasaran merupakan sekumpulan kegiatan
dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai – nilai (pertukaran) antara mereka
dengan pelanggannya.
4
Menurut Furbani (2008) pemasaran lebih umum pengertiannya daripada komunikasi
pemasaran. Namun kegiatan pemasaran dapat merepresentasikan gabungan semua unsur dalam
bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti
yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya.
Komunikasi pemasaran membentuk banyak fungsi bagi konsumen. Konsumen dapat
diberitahu atau ditunjukkan bagaimana dan mengapa sebuah produk digunakan, oleh orang seperti
apa, dan di mana serta kapan; konsumen dapat belajar tentang siapa yang membuat produk dan apa
yang dipertahankan perusahaan dan merek; dan konsumen dapat diberikan satu insentif atau
imbalan untuk percobaan atau penggunaan.
Sementara itu, Stanley Tannenbaum dan Robert lauterborn (1994) memandang komunikasi
pemasaran sebagai kontium dari mulai tahap perandangan (desain) produk, distribusi, sampai ke
kegiatan promosi (melalui iklan, pemasaran langsung, dan tahap pembelian dan penggunaan di
kalangan konsumen). Kotler (2000) mengartikan komunikasi pemasaran sebagai usaha untuk
menyampaikan pesan kepada publik, terutama konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu
produk di pasar. Konsep yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan dikenal dengan bauran
promosi (promotional mix). Terdapat lima jenis teknik yang dimaksud dengan promosi, yaitu iklan
(advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion),
hubungan masyarakat dan publisitas (public relations and publicity) dan pemasaran langsung
(direct selling).
Lebih dalam lagi mengenai Komunikasi Pemasaran, Gaspers (2002) dalam bukunya
Marketing Innovation menjabarkan delapan bauran pemasaran, yaitu Product elements, Price and
other user outlays, Place, cyberspace and time, People and technology, Pshycal evidence, Process,
dan terakhir adalah Productivity and quality.
Komunikasi pemasaran tidak terlepas dari media komunikasi yang digunakan dalam
menyampaikan pesan kepada konsumen. Menurut Keller (1998), marketing communications atau
komunikasi pemasaran adalah sebuah sarana perusahaan yang berfungsi untuk menginformasikan,
membujuk, dan mengingatkan konsumen. Dalam komunikasi pemasaran, terdapat Intergrating
Marketing Communications (IMC) dalam membangun ekuitas merek. Terdapat Sembilan alternatif
pilihan komunikasi pemasaran yang dapat dikombinasikan oleh perusahaan. Pertama adalah media
advertising yang terdiri dari TV, Radio, Surat Kabar, dan Majalah. Kedua adalah direct response
advertising yang terdiri dari pesan elektronik, telepon, broadcast media, media cetak, computerrelated, dan media-related. Ketiga adalah place advertising, terdiri dari bulletin, billboards, poster,
cinema, dan transit. Keempat, adalah poin pembelian iklan. Terdiri dari shelf talkers, aisle
markers, iklan di keranjang belanja, hingga iklna yang diputar melalui radio atau televisi di toko.
Kelima adalah trade promotions, terdiri dari trade deals & buying allowances, pengalokasian poin
persetujuan penjualan, push money, konten dan insentif dealer, berbagai program pelatihan, trade
shows, hingga periklanan koorporatif. Keenam yaitu consumer promotions, terdiri dari kupon,
samples, premiums, penukaran barang, kontes, bonus tambahan, dan potongan harga. Ketujuh
adalah event marketing and sponsorship, seperti kegiatan olahraga, seni, hiburan, festival, dan
berbagai kegiatan yang bersangkutan lainnya. Kedelapan adalah publicity and public relations, dan
yang kesembilan adalah personal selling. Masing – masing media memiliki karakter tersendiri yang
mengandung kelebihan dan kekurangan masing masing.
Brand Image
Citra merek (Brand Image) merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap
merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap
merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.
Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk
melakukan pembelian. (Setiadi, 2003).
Merek dapat dideskripsikan dengan karakteristik-karakteristik tertentu, seperti manusia,
semakin positif deskripsi tersebut semakin kuat citra merek dan semakin banyak kesempatan bagi
5
pertumbuhan merek itu. (Davis, 2000) Citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang
terbentuk pada benak konsumen (Mowen, 1994). Citra merek mengacu pada skema memori akan
sebuah merek, yang berisikan interpretasi konsumen atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi,
para pengguna, dan karakteristik pemasar dan/atau karakteristik pembuat dari produk/merek
tersebut. Citra merek adalah apa yang konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau
melihat nama suatu merek. (Hawkins, Best & Coney, 1998)
Menurut Drezner (2002), konsumen tidak bereaksi terhadap realitas melainkan terhadap apa
yang mereka anggap sebagai realitas, sehingga citra merek dilihat sebagai serangkaian asosiasi
yang dilihat dan dimengerti oleh konsumen, dalam jangka waktu tertentu, sebagai akibat dari
pengalaman. dengan merek tertentu secara langsung ataupun tidak langsung. Asosiasi ini bisa
dengan kualitas fungsional sebuah merek ataupun dengan individu dan acara yang berhubungan
dengan merek tersebut. Meskipun tidak mungkin setiap konsumen memiliki citra yang sama persis
akan suatu merek, namun persepsi mereka secara garis besar memiliki bagian-bagian yang serupa.
Citra merek adalah kesan keseluruhan terhadap posisi merek ditinjau dari persaingannya dengan
merek lain yang diketahui konsumen – apakah merek tersebut dipandang konsumen sebagai merek
yang kuat. Sebagian alasan konsumen memilih suatu merek karena mereka ingin memahami diri
sendiri dan untuk mengkomunikasikan aspek diri ke orang lain. Citra merek ini bisa diukur dengan
menanyakan atribut apa dari suatu merek – merek pilihan konsumen dalam satu kategori produk –
yang membedakannya dengan merek lain, mengapa atribut-atribut itu penting dan mengapa alasan
itu penting bagi konsumen.
Menurut Rangkuti (2002) brand image merupakan sekumpulan asosiasi merek yang
berkaitan dengan ikatan mengenai merek. Brand image suatu produk merupakan sebuah usaha yang
dilakukan untuk menampilkan image seperti apa yang akan ditanamkan di benak konsumen. Ketika
brand image sudah terbentuk, maka konsumen akan langsung mengetahui mengenai identitas
produk, kegunaan, fungsi, kelebihan, dan cirri khas dari produk tersebut. Tidak hanya sekedar
tampilan, brand image dapat memiliki konsep yang berbeda – beda dalam setiap produknya. Hal
tersebut dikarenakan setiap produk memiliki positioning yang berbeda – beda yang disesuaikan
dengan segmentasi pasarnya. Sebuah upaya branding image yang baik akan menghasilkan
positioning yang kuat dalam produknya.
Perusahaan atau pihak public relation suatu perusahaan dapat menentukan satu atau lebih
konsep dari brand image produknya. Menurut Phark (1986), terdapat tiga konsep yang pada
umumnya dapat efektif diterapkan dalam membangun citra merek. Pertama adalah berdasarkan
kebutuhan fungsional konsumen, kedua adalah kebutuhan simbolis, dan ketiga adalah kebutuhan
berdasar pada pengalaman. Ketiga konsep ini memiliki fokus yang berbeda, dan bukan suatu hal
yang tidak mungkin jika perusahaan mengkombinasikan dua atau ketiganya. Namun fokus konsep
dari brand image menjadi suatu hal yang jauh lebih penting untuk digunakan, agar konsumen
menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasi dan mengolah informasi yang ada dalam upaya brand
image tersebut.
Brand Positioning
Menurut Gedler (2005), “Brand positioning as a way of demonstrating a brand’s advantage
over and differentiation from its competition”, yang artinya brand positioning adalah suatu cara
untuk mendemonstrasikan keunggulan dari suatu merek dan perbedaannya dari kompetitor yang
lain. Gedler (2005) menjelaskan bahwa brand positioning adalah suatu hal yang penting untuk
memberikan karakter tersendiri sehingga dapat terlihat lebih menonjol daripada produk lain.
Sedangkan menurut Kartajaya (2004), positioning didefinisikan sebagai the strategy to lead
your customer credibly, yaitu upaya untuk mengarahkan pelanggan pelanggan secara kredibel.
Apabila suatu produk memiliki konsep branding yang matang dan sesuai dengan kebutuhan pasar
dengan segmentasi tertentu, maka akan memberikan kepercayaan kepada konsumen dan keyakinan
untuk membeli produk tersebut. Pesan yang disampaikan akan menjadi kredibel ketika
dikomunikasikan dengan media yang sesuai.
6
Public Relation
Public relation atau hubungan masyarakat merupakan sebuah konsep yang memiliki banyak
pengertian baik dari filsafat sosial, manajemen, hingga bisnis. Menurut Moore (2004) , humas
adalah suatu filsafat sosial dan manajemen yang dinyatakan dalam kebijaksanaan beserta
pelaksanaannya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa – peristiwa berdasarkan
pada komuninkasi dua arah dengan publiknya, berusaha untuk saling memeroleh pengertian dan
itikad baik. Moore (2004) juga menjelaskan mengenai empat unsure dasar humas. Pertama, humas
merupakan filsafat manajemen yang bersifat sosial,. Kedua, humas adalah suatau pernyataan
tentang filsafat tersebut dalam keputusan kebijaksanaan. Ketiga, humas adalah tindakan akibat
kebijaksanaan tersebut. Keempat, humas merupakan komunikasi dua arah yang menunjang ke arah
penciptaan kebijaksanaan.
Kualitas Produk
Menurut Kotler (2001) , kualitas adalah kemampuan produk untuk menjalankan fungsi nya, yang
mencakup daya tahan, kehandalan, kekuatan, kemudahan penggunaan dan reparasi produk dan ciriciri bernilai lainnya. Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa defenisi kualitas
bersumber dari 2 sisi yaitu sisi produsen dan sisi konsumen, produsen menentukan persyaratan atau
spesifikasi, sedangkan konsumen menentukan kebutuhan dan keinginan Menurut Kotler ( 2006)
menyatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri, sifat suatu produk atau pelayanan yang
berpengaruh kepada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Sedangkan menurut Zulfadly (2013) kualitas produk adalah salah satu alat
utama dalam positioning atau menetapkan posisi sebagai pasar kualitas produk yang mempunyai
dua dimensi kualitas tingkat konsistensi dalam pengembangan suatu produk. Pemasaran pada
awalnya harus memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk dipasar sasaran. Disini
kualitas produk adalah kualitas, kinerja, kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya yang
meliputi daya tahan kehandalan, kemudahan penggunaan, serta atribut bernilai lainnya. Sementara
dari sudut pandang produsen kualitas atau mutu adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk
yang bersangkutan dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai
dengan nilai yang telah dikeluarkan.
Untuk melihat suatu produk itu berkualitas atau tidak dapat dilihat dari tujuh dimensi
kualitas produk (Purnomo, 2006) yaitu :
1. Kinerja ( performance), yaitu arakteristik utama suatu produk yang tercermin dari kemmampuan
produk dalam menjalankan fungsi
2. Keistimewaan (Feature), adalah karakteristik pelengkap yang membedakan suatu produk dengan
produk lainnya dan bias memberikan kesan yang berbeda
3. Keandalan (Reliability), yaitu keandalan suatu produk jika digunakan selama waktu tertentu
4. Kesesuaian spesifikasi (conformance), merupakan kesesuaian produk dengan spesifikasi yang
telah ditentukan
5. Daya tahan (durability), adalah tingkat keawetan produk yang digambarkan dengan ukuran
ekonomi produk atau seberapa lama produk memberikan manfaat ekonomis.
6. Pelayanan (Service ability), adalah nilai keindahan atau daya tarik produk, dan bagaimana daya
tarik produk tersebut
7. Kualitas yang dipersepsikan (Received Quality), yaitu reputasi produk atau citra produk
2.2.
KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam proses komunikasi pemasaran kepada individu, promosi penjualan menjadi variabel
penentu terhadap keputusan konsumen atau calon konsumen. Promosi penjualan merupakan bagian
dari bauran pemasaran, dimana baruan pemasaran memiliki empat elemen yaitu kualitas produk,
harga yang ditawarkan, lokasi penjualan, dan promosi penjualan. Variabel brauran pemasaran ini
menentukan keberhasilan komunikasi yang disampaikan melalui promosi penjualan terhadap
7
keputusan pembelian konsumen. Berikut adalah kerangka pemikiran berupa variabel yang saling
berpengaruh dan diolah dari berbagai konsep yang dikembangkan menjadi variabel.
X. Bauran Pemasaran
1. Kualitas Produk
2. Harga yang ditawarkan
3. Lokasi penjualan
4. Promosi penjualan
a. Iklan
b. Hubungan
Masyarakat
c. Penjualan Melalui
Distributor
Y. Keputusan Pembelian Konsumen /
Calon Konsumen
1. Membeli untuk mencoba
2. Membeli secara rutin
3. Tidak tertarik untuk
membeli
Keterangan :
: Berhubungan
: Variabel Pengaruh
: Variabel Terpengaruh
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.3.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara bauran pemasaran dengan keputusan pembelian.
2. Terdapat hubungan antara promosi penjualan yang merupakan bagian dari bauran
pemasaran dengan keputusan pembelian.
8
2.4.
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional merupakan definisi yang digunakan untuk mengukur
variabel yang terlibat di dalam penelitian. Definisi operasional yang digunakan adalah
sebagai berikut: :
Bauran Pemasaran
Variabel
Operasional
Kualitas
Produk
Menurut Zulfadly (2013), kualitas
produk adalah salah satu alat utama
dalam positioning atau menetapkan
posisi sebagai pasar kualitas produk
yang mempunyai dua dimensi
kualitas tingkat konsistensi dalam
pengembangan suatu produk.
Kualitas produk akan dianalisis
berdasarkan tujuh dimensi yang
dijelaskan oleh produk (Purnomo,
2006) yaitu :
1.Kinerja ( performance), yaitu
karakteristik utama suatu produk
yang tercermin dari kemampuan
produk dalam menjalankan fungsi
2.Keistimewaan (Feature), adalah
karakteristik
pelengkap
yang
membedakan suatu produk dengan
produk
lainnya
dan
bias
memberikan kesan yang berbeda
3.Keandalan
(Reliability),
yaitu
keandalan suatu produk jika
digunakan selama waktu tertentu
4.Kesesuaian
spesifikasi
(conformance),
merupakan
kesesuaian
produk
dengan
spesifikasi yang telah ditentukan
5.Daya tahan (durability), adalah
tingkat keawetan produk yang
digambarkan
dengan
ukuran
ekonomi produk atau seberapa lama
produk
memberikan
manfaat
ekonomis.
6.Pelayanan (Service ability), adalah
nilai keindahan atau daya tarik
produk, dan bagaimana daya tarik
produk tersebut
7.Kualitas
yang
dipersepsikan
(Preceived Quality), yaitu reputasi
produk atau citra produk
Indikator
Kurang baik : 1
Cukup baik : 2
Baik : 3
Sangat baik : 4
Jenis Data
Interval
9
Harga
yang
ditawarkan
Lokasi
Penjualan
Harga merupakan nilai berupa
besaran uang yang ditentukan
oleh
produsen
dalam
menawarkan
produknya
kepada konsumen untuk dibeli.
Harga
diukur
melalui
pendekatan survey kuantitatif
didukung kualitatif.
-
Tinggi
Rendah
Interval
Lokasi penjualan
adalah tempat
dimana dilaksanakannya bauran
promosi dan pemasaran terhadap
konsumen oleh tim pemasaran Teh
Walini. Lokasi penjualan dapat
berupa toko, pameran, galeri, café,
dan lainnya. Analisis lokasi penjualan
ini bertujuan untuk mengetahui akses
konsumen
dalam
mendapatkan
produk Teh Walini.
Tidak strategis : 1
Kurang strategis : 2
Cukup Strategis : 3
Tidak strategis
Interval
Indikator
Jenis Data
Interval
(Diukur dari pendapat
responden mengenai
keterjangkauan harga
produk Teh Walini
dibandingkan dengan
produk lain)
Bauran Promosi / Promosi penjualan
Variabel
Iklan
Hubungan
Masyarakat
Operasional
Adalah promosi berbayar dari ide –
ide, barang – barang, atau jasa
yang dilakukan oleh sponsor
tertentu,
biasanya
mewakili
perusahaan (Gasperz, 2007)
Dalam penelitian ini, variabel iklan
akan dianalisis seberapa besar
iklan memberikan daya tarik
kepada individu agar lebih memilih
produk Teh Walini dibandingkan
dengan produk lain.
Hubungan masyarakat adalah
upaya menjaga hubungan antara
produsen dengan konsumen yang
dalam penelitian ini adalah tim
public relation Teh Walini dengan
masyarakat. Relasi in bertujuan
dalam menjaga hubungan kepada
konsumen
dengan
tujuan
membangun, mempertahankan dan
meningkatkan
kepercayaan,
keyakinan, dan citra Teh Walini
kepada
konsumennya.
Relasi
dengan konsumen dapat berupa
hubungan melalui event marketing
and sponsorship (Keller, 1998),
media sosial,
website
yang
menampung pendapat konsumen,
hingga costumer care centre.
Kurang baik : 1
Cukup baik : 2
Baik : 3
Sangat baik : 4
Tidak pernah : 1
Sesekali (1-2 kali dalam
satu tahun) : 2
Cukup sering (2-3 bulan
sekali) : 3
Sangat sering (event rutin
bulanan ditemui) : 4
(skor
diukur
berdasarkan
tingkat
keterdedahan
individu
dalam
menemui,
menghadiri,
mengetahui hingga
Ordinal
10
Penjualan
melalui
distributor
Adalah upaya penjualan melalui
reseller atau agen hingga toko –
toko yang tersebar di berbagai
wilayah. Analisis bagian dari
promosi penjualan ini melihat
sejauh mana penjualan dari
distributor
dapat
membantu
individu dalam mengakses produk
Teh Walini.
berpartisipasi
langsung
dalam
berbagai kegiatan,
pameran,
sponsorship,
hingga
kegiatan
yang
bersifat
pelayanan
atau
charity)
Kurang bermanfaat
:0
Bermanfaat : 1
Interval
Keputusan Pembelian Individu
Bagian
dari
variabel
Membeli untuk
mencoba
Membeli
Secara Rutin
Operasional
Indikator
Jenis Data
Kategori
ini
adalah
pengembangan variabel dari
trial purchase (Schiffman and
Kanuk, 2007), dimana individu
tertarik untuk membeli karena
ingin mencoba produk yang
belum pernah dikonsumsi.
- Karena
terdedah
promosi (skor 1)
- Karena ketersediaan
dan kebutuhan disaat
yang sama (skor 0)
Interval
Kategori
ini
merupakan
pengembangan dari konsep
repeat purchase (Schiffman
and
Kanuk,
2007)
yang
menyatakan bahwa konsumen
yang melakukan pembelian
secara berulang kali akan
termasuk ke dalam konsumen
berlangganan. Dalam penelitian
ini, kategori membeli secara
rutin akan dihubungkan kepada
bagaimana hubungan bauran
promosi sebagai media yang
meyakinkan konsumen untuk
terus membeli produk tersebut.
- Membeli
sebulan
sekali (skor 1)
- Membeli dua minggu
sekali (skor 2)
- Membeli
setiap
(minggu, hari, atau
event yang digelar
rutin) (skor 3)
(Skor
diukur
berdasarkan
hasil
wawancara
konsumen
dalam
menguji
seberapa
besar daya tarik
promosi
terhadap
keputusan
pembelian kategori
ini)
Ordinal
11
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1.
LOKASI DAN WAKTU
Penelitian dilaksanakan di Kota Bandung, Provinsi Jawa barat. Lokasi tersebut dipilih
karena lokasi tersebut merupakan daerah utama pemasaran produk Teh Walini yang
tersebar di seluruh Bandung dan berpusat di Jl. Soekarbo Hatta Bandung.
Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan (Tabel 1). Kegiatan penelitian
meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft
skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.
Kegiatan
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Februari
Maret
April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Juni
2 3
4
Penyusunan
proposal skripsi
Kolokium
Pengambilan
data lapangan
Pengolahan dan
analisis data
Penulisan draft
skripsi
Uji Petik
Sidang skripsi
Perbaikan Skripsi
3.2.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data sekunder, meliputi statistik jumlah konsumen Teh Walini di tahun 2013 dan
sebaran lokasi penjualan dan promosi Teh Walini.
2. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari wawancara dengan responden dan
informan yang ditemui di sekitar lokasi pemasaran Teh Walini
Untuk memperoleh responden, maka ditentukan kerangka percontohan (sampling
frame) yaitu individu di Kecamatan Dago, Kecamatan Metro, Kecamatan Panghegar, Jalan
Riau, dan Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Responden dipilih
secara purposive karena harus berada di sebaran lokasi yang sudah ditentukan
sebelumnya. Rensponden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun
(Lampiran 2).
3.3.
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Dalam
matriks dibawah ini akan dijelaskan lebih rinci tentang variabel yang digunakan untuk pengujian
hipotesa.
12
No
3
Variabel (Data
kualitatif dan
Kuantitatif)
Identitas dan
karakteristik individu
Sebaran Pemasaran
dan Promosi
Statistik Penjualan
4
Kualitas Produk
1
2
Wawancara
terstruktur
Kuisioner Konsumen
Teh Walini
Metode
Pengamatan
Data Sekunder
Data dari kantor
PTPN VIII
Data dari kantor
PTPN VIII
Kuisioner Teh Walini
5
Harga yang
ditawarkan
Kuisioner Teh Walini
6
7
8
Lokasi Penjualan
Iklan
Hubungan
Masyarakat
Kuisioner Teh Walini
Kuisioner Teh Walini
Kuisioner Teh Walini
9
Penjualan melalui
distributor
Kuisioner Teh Walini
Pengamatan
berdasarkan
perbandingan
kualitas produk
dan packaging
Teh Walini
dengan produk
lain
Pengamatan
berdasarkan
perbandingan
hatrga dengan
produk lain
Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuisioner akan diolah secara kuantitatif
dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS for Windows versi 2.0 kemudian
diolah melalui tabulasi silang dan uji regresi. Data kualitatif diolah menggunakan tiga tahap
analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang
konsisten.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D.A. 1991. Managing brand equity. [USA] : The Free Press, New York
Andreani, Fransisca 2007. Experiental Marketing (Sebuah Pendekatan Pemasaran). Jurnal
Manajemen Pemasaran. [Internet]. [diunduh tanggal 22 November 2013]. 01 (02) Dapat diunduh
di: http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/mar/article/view/17009/16987
Bakar, Rusydi Abu 2005. Pengaruh Pelaksanaan Bauran Pemasaran Terhadap Proses Keputusan
Pembelian Konsumen Pada Jamu di Banda Aceh. Jurnal Sistem Teknik Industri. [Internet].
[diunduh
tanggal
4
Januari
2014].
06
(03)
Dapat
diunduh
di:
http://usupress.usu.ac.id/files/Sistem%20Teknik%20Industri%20Vol_%206%20No_%203%20Juli
%202005.pdf#page=58
Chandrakusuma, Hardian 2013. Perancangan Media Promosi Produk Teh Walini Organik PT
Perkebunan Nusantara VIII. Jurnal Manajemen. [Internet]. [diunduh tanggal 22 November 2013].
02 (01) Dapat diunduh di: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/mnj/article/view/140/127
Davis, S. M 2000. Brand Asset Management: driving profitable growth through your brand.
California : Jossey-Bass, Inc., Publishers
Drezner, W 2002. A Balanced Perspective on Brands. Baringstoke: McMillan
Durianto,D.S dan Lie, J.B 2004. Brand Equity Ten. [ID] : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Gaffar, V. 2007. CRM dan MPR Hotel. [ID] : Alfabeta, Bandung.
Gaspersz, Vincent 2002. Marketing Innovation, Concepts, Models, and Key Analyses in Marketing
Management. [ID] : Tri-Al-Bros Publishing, Bogor
Hawkins, I. Best, R. J. Coney, K 1998. Consumer Behavior: Building Market Strategy.[USA]:
Irwin/ McGraw-Hill.
Huramah, Syaripah Mita 2008. Analisis Pengaruh Marketing Public Relations Terhadap Loyalitas
Pelanggan Hotel Salak The Heritage Bogor. [skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor
Iriani, Nur Ida 2011 Pengaruh Dimensi Brand Equity (Ekuitas Merek) terhadap Keputusan
Pembelian Kartu Telepon Selular Telkomsel di Kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen.
[Internet]. [diunduh tanggal 22 November 2013]. 3 (1): 241-272 Dapat diunduh di:
http://www.jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/view/241/272
Kennedy, John E dan R. Dermawan Soemanegara 2006. Marketing Communication : Teknik dan
Strategi. [ID] : Gramedia, Jakarta
Kotler, Philip & Keller, K.L, 2007. Marketing management. (13th ed.). [NJ] : Pearson Education,
Inc., Upper Saddle River
Kotler, Philip 2000, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control l
Ninth Edition, [NJ] : Prentice Hall, Inc, Upper Saddle River, New Jersey
Kotler, Philip Amstrong, Garry 1996, Priciple of Marketing, Ninth Edition, [NJ] : Prentice Hall, Inc
Upper Saddle River, New Jersey.
14
Kotler, Philip 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. [ID] : PT Prenhallindo, Jakarta
Kusnaryanto Nugroho Joko. 2003. Strategi Promosi Produk Sandal Petualangan PT. Boogie
Advindo di Kotamadya Bogor [Tesis]. Manajemen dan Bisnis IPB [ID]: Institut Pertanian Bogor
Marthin, Johannes 2007. Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Shampoo Merek “Head &
Shoulders”. Jurnal Manajemen Pemasaran. [Internet]. [diunduh tanggal 22 November 2013]. 02
(02) Dapat diunduh di: http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/mar/article/view/17007/16986
Mowen, John C. 1995. Consumer Behavior 4th ed. Jersey: Prentice Hall
Park, C.Whan, Jaworski, Bernard.J, dan Malclnnis, Deborah J 1986. Strategic Brand Concept –
Image Management Journal of Marketing. [Internet]. [dibca online tanggal 4 Januari 2014]. 50 (04)
Dapat
dibaca
di:
http://www.jstor.org/discover/10.2307/1251291?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=211032169779
77
Prayuana, Hermawati, et.al 2013. Pengaruh Penggunaan Celebrity Endorser Irfan Bachdim dan
Event Sponsorship Terhadap Citra Merek Minuman Isotonik Pocari Sweat. Jurnal Ilmu Manajemen
[Internet]. [diunduh tanggal 4 Januari 2014]. 01
(01) Dapat diunduh di:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jim/article/view/1514/baca-artikel
Raharja, Randi. 2012. Strategi Komunikasi Pemasaran Pada Kawasan Ekowisata Berbasis
Masyarakat (Kasus: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Resort Mandalawangi). [skripsi].
Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor
Rangkuti, F 2004. Riset Pemasaran. [ID] : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Schiffman, Leon G ; Leslie Lazar Kanuk. 2000 Consumen Behavior. Seven Edition, [ID] : Prentice
Hall International, Inc. Upper Saddle River. New Jersey
Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen : konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran. Jakarta: Prenada Media
Simamora, B 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. [ID] : PT. Gramedia Pustaka
Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. [ID] : PT. Remaja
Swasta, Basu dan Handoko, T.Hani, 2000, Manajemen Permasaran Analisis Perilaku Konsumen,
edisi kedua Liberty. [ID] : Yogyakarta Utama, Jakarta
Wahyuni, Dewi Urip 2008. Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan
Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat Jurnal Manajemen.
[Internet]. [diunduh tanggal 4 Januari 2014]. 10
(01) Dapat diunduh di:
http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/16790/16774
Zulfadly, Edo 2013. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Brand Image Terhadap Keputusan
Pembelian Ulang Produk Yakult di Kota Padang . Jurnal Manajemen. [Internet]. [diunduh tanggal
22
November
2013].
02
(01)
Dapat
diunduh
di:
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/mnj/article/view/140/127
15
Lampiran 1. Kuisioner
Lampiran 1. Kuesioner
LEMBAR KUESIONER
Diisi oleh peneliti
No Responden
Hari/tanggal pengisian
:
:
Responden Yang Terhormat,
Peneliti bernama Yulia Astuti, merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi
Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Saya sedang melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Komunikasi Pemasaran terhadap Keputusan Pembelian
Individu Produk Teh Walini ”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menyusun skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1).
Lembar ini merupakan lembar kuisioner yang digunakan untuk memperoleh data secara langsung
mengenai skripsi saya. Saya mohon agar anda yang akan mengisi kuisioner ini dapat mengisi
dengan benar dan jujur. Perlu diketahui tidak ada jawaban yang salah ataupun yang benar dari
kuisioner ini, hanya dibutuhkan jawaban secara jujur dari responden. Kerahasiaan identitas dan
informasi pada kuisioner ini akan dijaga dan dilindungi haknya sebagai responden. Atas
ketersediaan dan waktu Anda mengisi kuesioner ini, saya ucapkan banyak terima kasih.
Petunjuk Pengisian:
Isilan titik-titik (……..) dan berilah Anda Silang [X] pada pilihan jawaban yang tersedia yang
menurut Anda tepat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Umur
:
………….. Tahun
Jenis Kelamin
:1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan Terakhir
:
a. Tidak Tamat SD
b. Tamat SD/Sederajat
c. Tamat SMP/Sederajat
d. Tamat SMA/Sederajat
e. Diploma (D1, D2, D3)
f. Sarjana (S1, S2, S3)
Alamat
:
B. Karakteristik Konsumen
Pengetahuan dasar produk
1. Apakah Anda pernah mengetahui tentang produk teh walini?
a. Ya
b. Tidak
2.
a.
b.
Apakah anda tahu bahwa Teh Walini merupakan produk hasil perkebunan PTPN VIII yang
merupakan perusahaan BUMN milik Indonesia?
Ya
Tidak
3.
a.
Pernahkah anda mengonsumsi atau mencoba produk Teh Walini?
Ya , jenis ……………………………………………………………………
16
b.
Tidak (jika tidak, pindah lanjut ke nomer 5)
4. Mana yang lebih anda sukai, produk Teh Walini atau produk Teh Konvensional lainnya?
a. Teh Walini
b. Produk teh lain (sariwangi, teh sosro, dll)
C. Product
Konten
A. Performance
5. Teh Walini memiliki rasa yang cocok
untuk orang Indonesia
6. Teh Walini memiliki fungsi untuk menjaga
kesehatan tubuh.
7. Teh Walini dapat membuat rileksasi tubuh
dan pikiran
8. Teh Walini memberikan kesegaran saat
meminumnya
9. Teh Walini berkhasiat karena tidak
menggunakan pengawet.
B. Feature
10. Rasa Teh Walini lebih enak dibandingkan
dengan produk lain
11. Kualitas aroma Teh Walini lebih segar
dibandingkan dengan produk lain
12. Pengemasan (packaging) Teh Walini lebih
baik daripada produk teh lain
13. Tampilan packaging Teh Walini lebih
menarik daripada produk lain
14. Ragam pilihan rasa Teh Walini lebih
variatif dibandingkan dengan produk lain
C. (Reliability)
15. Teh Walini lebih tahan lama apabila
dibandingkan dengan produk lain
D. (conformance)
16. Rasa manis yang ada pada Teh Walini
cukup, tidak lebih dan tidak kurang
17. Tingkat kekentalan Teh Walini (diseduh
dengan takaran yang sesuai dengan tata
cara penggunaan di kemasan) sempurna
E. (durability)
18. Produk Teh Walini lebih ekonomis karena
dapat diseduh pada penyeduhan yang lebih
banyak daripada produk lain.
19. Harga yang ditawarkan sesuai dengan
kuantitas produk Teh walini
Sangat
Setuju
Setuju Kurang Tidak
setuju
Setuju
17
F. (Service ability)
20. Saya suka dengan kemasan Teh Walini
21. Apabila saya melihat ada produk Teh
Walini di etalase minimarket atau
supermarket, saya akan memasukkan Teh
Walini ke keranjang belanja saya
22. Pada beberapa event yang terdapat stand
Teh Walini, maka saya tertarik untuk
mendatangi stand tersebut
23. Kemasan Teh Walini lebih menarik
daripada produk teh lain.
G. (Preceived Quality)
24. Teh walini merupakan teh untuk kalangan
atas
25. Teh Walini memiliki kualitas premium
daripada teh merek lain
26. Kemasan Teh Walini memiliki design yang
elegan
D. Price
Konten
27. Harga yang ditawarkan oleh Teh Walini pada
umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
produk lain
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
28. Dengan harga yang tertera, saya merasa harga
tersebut masih terjangkau untuk orang seperti saya
29. Perbedaan harga antara Teh Walini dengan teh
merek lain yang sejenis tidak terlalu
besar/signifikan
30. Dengan harga yang ditawarkan, saya lebih
memilih Teh Walini daripada produk lain
31. Harga tersebut tidak terlalu berpengaruh untuk
saya
32. Harga yang ditawarkan dinilai sesuai dengan
kualitas yang ditawarkan oleh Teh Walini
33. Saya tidak mengharapkan penurunan harga
penjualan produk Teh Walini
E. Place
Konten
34. Saya dapat dengan mudah menemukan Teh Walini
18
dan membelinya
35. Menurut saya, lokasi penjualan Teh Walini cukup
strategis
36. Media display seperti café mempermudah saya
dalam menikmati Teh Walini
37. Teh Walini yang dijual melalui mini market
memudahkan saya untuk membelinya
38. Promosi event yang diselenggarakan oleh Teh
Walini terletak di lokasi yang ramai dan banyak
pengunjung
39. Saya pernah mendatangi stand promosi Teh Walini
F. Promotion
Hint : centrang pilihan yang tersedia
Frekuensi
Bauran promosi
Tidak pernah
Jarang
(1-2 kali)
Sering
(lebih
dari 3
kali)
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B.
4.
5.
6.
C.
Iklan
Koran
Majalah
Website
Billboard
TV
Radio
Penjualan
Pameran
Leaflet
Hiburan
Penjualan
pribadi
7. Presentasi
penjualan
8. Promosi pameran
D. Word of mouth
9. Cerita dari
keluarga
10. Informasi dari
teman
yang tersedia
40. Berapa kali anda membeli Teh Walini seduh ?
a. Lebih dari tiga kali dalam waktu tiga bulan ini
b. Sekali dalam waktu tiga bulan ini
c. Tidak pernah
Pendapat
Suka/
Tidak
Menarik
suka/
tidak
menarik
Skor :
Tidak
Pernah
(Sangat
Rendah)
1, Jarang
(Rendah)
2, Sering
(Tinggi)
3,
H.
P
engambil
an
keputusa
n
konsume
n
Jawabla
h
pertanya
an
dibawah
ini
berdasar
kan
pilihan
jawaban
19
41. Berapa kali anda membeli Teh Walini jenis ready to drink?
a. Lebih dari tiga kali dalam waktu satu bulan ini
b. Sekali dalam waktu satu bulan ini
c. Tidak pernah
42. Apakah kualitas produk teh walini membuat anda tertarik untuk membeli atau mendasari anda
membeli sebelumnya?
a. Ya, kualitas produk menjadi pertimbangan utama saya dalam memilih teh
b. Ya, kualitas produk menarik untuk saya
c. Tidak terlalu penting untuk saya
43. Bagaimana dengan keamanan packaging produk Teh Walini, apakah menjadi pertimbangan
anda untuk membeli produk tersebut?
a. Ya, saya hanya percaya kepada kemasan Teh Walini
b. Ya, kemasan yang baik untuk dibeli
c. Tidak terlalu menjadi pertimbangan saya
44. Apakah harga yang ditawarkan Teh Walini terjangkau untuk anda?
a. Ya, harga tidak jadi masalah untuk saya.
b. Ya, sesekali saya membeli karena harganya cukup tinggi dibanding produk lain
c. Tidak, harganya tidak terjangkau untuk saya sehingga saya tidak membeli
45. Apakah lokasi penjualan membuat anda sering membeli produk Teh Walini?
a. Ya, saya berlangganan Teh Walini karena lokasi penjualannya mudah diakses oleh saya
b. Ya, sesekali saya membeli
c. Saya sulit membeli karena aksesnya sulit
46. Apakah event promosi yang dilakukan oleh Teh Walini menarik?
a. Ya, saya selalu mendatangi dan membeli Teh Walini di lokasi event
b. Ya, tapi tidak setiap event saya membeli produk Teh Walini
c. Tidak, sama sekali tidak menarik dan saya tidak membeli
47. Apakah iklan yang ditayangkan melalui televisi menarik untuk anda?
a. Ya, membuat saya hanya membelli / ingin membeli Teh Walini
b. Ya, cukup membuat tertarik untuk membeli
c. Tidak menarik/tidak melihat di TV
48. Apakah iklan yang ditayangkan di billboard mengenai Teh Walini menarik untuk anda?
a. Ya, sangat menarik dan mengingatkan saya tentang Teh Walini
b. Ya, cukup menarik untuk dilihat
c. Tidak menarik untuk saya
20
49. Apakah penjualan Teh Walini yang ada di mini market mempermudah akses anda dalam
membeli produk Teh Walini?
a. Ya, sangat bermanfaat untuk saya
b. Ya, bermanfaat namun saya tidak rutin membeli
c. Tidak terlalu bermanfaat untuk saya
50.
a.
b.
c.
Apakah saran dari teman atau keluarga berpengaruh untuk anda dalam membeli Teh Walini?
Ya, sangat berpengaruh sehingga saya terus mengkonsumsi Teh Walini
Ya, sesekali saya menjadi tertarik membeli Teh Walini
Tidak, saya tidak terpengaruh
21
Lampiran 3. Rancangan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Lokasi dan Waktu
3.2. Teknik Pengumpulan Data
3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis
4.2. Kondisi Ekonomi
4.3. Kondisi Sosial
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran umum kota Bandung
5.2. Penjualan Teh Walini
5.3. Media promosi Teh Walini
5.4. Persepsi individu
5.5. Hubungan Bauran Pemasaran dengan Keputusan pembelian
5.6. Hubungan Bauran promosi dengan Keputusan pembelian
6. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
Download