1 MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Pembahas Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian : : : : : Tanggal dan Waktu : Yulia Astuti/I34100057 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fransiska Gita Anjani/I34100044 Prof. Dr. Aida Vitayala S. Hubeis / 19470928 197503 2 001 Hubungan Bauran Komunikasi Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Individu Produk Teh Walini 13 Maret 2014, 09.00 – 10.00 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya akan sumber daya hayati. Selain terkenal dengan ragam rempah – rempahnya, Indonesia juga memiliki berbagai macam tanaman obat yang dapat berguna sebagai pencegahan ataupun pengobatan. Minuman teh telah menjadi salah satu kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahakan dalam kehidupan masyarakat dunia. Manfaat teh selain dapat memberikan kesegaran bagi tubuh, ternyata teh dapat memberikan manfaat bagi tubuh manusia yang mengkosumsinya. (Laihad, 2000) Menurut Setiawan dan Nasikun (1991) teh yang dipasarkan di Indonesia ada tiga jenis, yaitu teh hitam (black tea/fermented), teh hijau (green tea/unfermented) dan teh wangi (jasmine tea). Sedangkan di Taiwan ada satu jenis, yaitu teh oolong (semifermented tea) yang merupakan hasil dari pengolahan dari teh hijau dan teh hitam. Ketiga jenis teh tersebut masing – masing memiliki manfaat tersendiri. Pengolahannya pun harus melewati beberapa tahapan, yaitu pengangkutan pucuk segar, pelayuan, penggulungan, sortasi basah, fermentasi, pengeringan dan sortasi kering. (Kustamiyati, 1978). Sehingga dengan adanya proses panjang tersebut, biaya pembuatan dan pengolahan teh tentunya tidak murah. Sehingga dibutuhkan manajerial yang tepat dalam pengelolaan dan sistem pemasaran dari produsen teh di Indonesia. Salah satu perusahaan produsen teh terkemuka yang sudah berhasil dalam membangun image yang baik dan sistem pemasaran yang baik adalah PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang memiliki merk dagang “Teh Walini” untuk produk teh yang dijual. Perusahaan yang terletak di Bandung ini sudah memiliki banyak inovasi dalam produk yang dihasilkan. Teh Walini diperkenalkan di Jawa Barat sejak tahun 2003 dan memenuhi standar Sustainable Agriculture (Rainforest Alliance dan UTZ Certificate) yaitu sertifikasi standar pertanian organik internasional. PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun Kamil, S.H., No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C2-8336.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996. Akta pendirian ini selanjutnya mengalami perubahan sesuai dengan akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH., No. 05 tanggal 17 September 2002 dan telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-20857 HT.01.04.TH.2002 tanggal 25 Oktober 2002. Pengelolaan pemasaran yang baik sudah menjadi tuntutan utama bagi PTPN VIII ditengah persaingan produk di pasaran, baik lokal maupun produk import. Inovasi produk yang beragam dan kreatif, persaingan harga di berbagai kalangan dan kualitas dari aroma serta rasa teh membuat PTPN VIII terus menjaga kualitasnya dalam memproduksi dan memasarkan produk. Selain berupaya mengoptimalisasi usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi 2 dan berdaya saing kuat, PTPN VIII juga terus berusaha mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip prinsip perseroan terbatas. Harga penjualan yang ditetapkan oleh PTPN VIII khususnya merek Teh Walini sendiri cukup lebih tinggi daripada harga teh pesaing pada umumnya dengan besaran kemasan yang sama. Hal tersebut merupakan salah satu bahan pertimbangan yang penting dalam menentukan sistem promosi yang tepat untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat mengenai kualitas dari teh walini ini sendiri. Bergerak di bidang usaha perkebunan, Teh Walini merupakan merek unggulan dari PTPN VIII yang menjual berbagai macam pilihan teh berkualitas, namun dengan harga jual yang tinggi, bukan hal yang mudah dalam memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk membeli produk Teh Walini di tengah – tengah persaingan harga yang jauh daripada harga yang ditetapkan oleh PTPN VIII. Menurut Kusumastuti (2009) hubungan antara pemasaran dengan komunikasi sangatlah erat, sehingga sebagian pelaku bisnis menganggap komunikasi adalah pemasaran dan pemasaran adalah komunikasi. Keduanya memang sulit untuk dipisahkan dalam dunia bisnis. Apabila pemilik dan pengelola usaha Teh Walini dapat menggabungkan dua unsur komunikasi pemasaran ini, maka seharusnya Teh Walini dapat bersaing dengan harga yang lebih kompetitif namun tetap menggunakan media promosi yang benar, sehingga memberikan tindakan persuasif kepada masyarakat dalam membeli produk dari PTPN VIII ini khususnya Teh Walini. Tim pemasaran yang termasuk juga public relation di dalamnya memiliki peranan penting dalam membangun citra produk kepada konsumen sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan berupa kepercayaan tetap kepada konsumen melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh public relation. Tugas utama public relations yang profesional adalah untuk mencari atau menciptakan berita yang menguntungkan perusahaan, produknya, serta orang-orangnya. Perusahaan juga dapat meningkatkan goodwillnya dengan memberikan kontribusi uang dan waktu untuk halhal terpuji. Perusahaan besar akan mendukung kegiatan sosial dalam lingkungan perusahaannya atau akan mendonasikan uangnya untuk tujuan tertentu sehubungan dengan pembelian konsumen. Dalam kehidupan dimana terdapat komunikasi yang berlebihan, perusahaan harus berlomba-lomba menarik perhatian publik. Mereka harus menciptakan identitas visual di mana publik mengenalinya. Identitas visual suatu perusahaan dapat berupa logo, alat tulis, brosur, tanda, kartu nama, bangunan, seragam, atau kode etik berpakaian (Gaffar, 2007). Rangkuti (1999) menyebutkan pemasaran mempunyai peranan penting dalam dunia bisnis untuk memperoleh laba yang kompetitif. Pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan yang mecakup promosi, strategi pasar, penentuan harga, dan pendistribusian barang dan jasa. Namun pemasaran tidak akan dapat berlangsung tanpa komunikasi yang baik dilakukan dalam proses pemasarannya. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh teh walini terhadap keputusan pembelian konsumen. 3 1.2. MASALAH PENELITIAN PT. Perkebunan Nusantara VIII adalah sebuah perusahaan perseroan terbatas yang bergerak di bidang hasil perkebunan. PTPN VIII sendiri memiliki banyak inovasi dalam produk yang dihasilkan. Salah satu produk unggulannya adalah dengan merek Teh Walini yang hingga kini memiliki lebih dari lima belas variant dan jenis. Kualitas yang lebih unggul dalam rasa dan aroma serta proses produksi membuat produk tersebut memiliki harga yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan teh konvensional lainnya. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan yang cukup besar dalam proses pengambilan keputusan konsumen dalam memilih dan menggunakan produk. Sehingga akan berdampak terhadap peningkatan hasil penjualan Teh Walini. Dalam menjaga kepercayaan konsumen, Teh Walini terus berusaha mengkomunikasikan keunggulan produknya kepada konsumen melalui8 komunikasi pemasaran yang efektif. Sehingga terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini : 1. Seperti apa hubungan bauran promosi terhadap keputusan pembelian konsumen? 2. Bagaimana konsep citra merek Teh Walini berhasil dikomunikasikan kepada calon konsumen dan berpengaruh terhadap keputusan pembelian? 3. Apakah teradapat faktor lain yang berhubungan dengan keputrusan pembelian konsumen? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan bauran pemasaran terhadap keputusan pebelian konsumen Teh Walini di Bandung. Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi hubungan bauran promosi terhadap keputusan pembelian Teh walini. 2. Menganalisis keberhasilan komunikasi pemasaran dalam menyampaikan citra merek Teh Walini dan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian. 3. Mengidentifikasi faktor lain yang berhubungan dengan keputusan pembelian. 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga dapat bermanfaat dalam menambah sumber pustaka untuk penelitian lain. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat mendorong pemerintah dalam meningkatkan perhatiannya terhadap kinerja BUMN yang ada di Indonesia. 3. Bagi swasta, penelitian ini dapat menjadi riset ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai basis data dalam menentukan strategi pemasaran produk atau jasa yang ditawarkan oleh pihak swasta. 4. Bagi masyarakat, penelitian ini bertujuan dalam meningkatkan kesadaran motivasi masyarakat dalam memilih dan mengkonsumsi produk dalam negri. 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsure pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran. Menurut Shimp (2003) pemasaran merupakan sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai – nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. 4 Menurut Furbani (2008) pemasaran lebih umum pengertiannya daripada komunikasi pemasaran. Namun kegiatan pemasaran dapat merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Komunikasi pemasaran membentuk banyak fungsi bagi konsumen. Konsumen dapat diberitahu atau ditunjukkan bagaimana dan mengapa sebuah produk digunakan, oleh orang seperti apa, dan di mana serta kapan; konsumen dapat belajar tentang siapa yang membuat produk dan apa yang dipertahankan perusahaan dan merek; dan konsumen dapat diberikan satu insentif atau imbalan untuk percobaan atau penggunaan. Sementara itu, Stanley Tannenbaum dan Robert lauterborn (1994) memandang komunikasi pemasaran sebagai kontium dari mulai tahap perandangan (desain) produk, distribusi, sampai ke kegiatan promosi (melalui iklan, pemasaran langsung, dan tahap pembelian dan penggunaan di kalangan konsumen). Kotler (2000) mengartikan komunikasi pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Konsep yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan dikenal dengan bauran promosi (promotional mix). Terdapat lima jenis teknik yang dimaksud dengan promosi, yaitu iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relations and publicity) dan pemasaran langsung (direct selling). Lebih dalam lagi mengenai Komunikasi Pemasaran, Gaspers (2002) dalam bukunya Marketing Innovation menjabarkan delapan bauran pemasaran, yaitu Product elements, Price and other user outlays, Place, cyberspace and time, People and technology, Pshycal evidence, Process, dan terakhir adalah Productivity and quality. Komunikasi pemasaran tidak terlepas dari media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pesan kepada konsumen. Menurut Keller (1998), marketing communications atau komunikasi pemasaran adalah sebuah sarana perusahaan yang berfungsi untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen. Dalam komunikasi pemasaran, terdapat Intergrating Marketing Communications (IMC) dalam membangun ekuitas merek. Terdapat Sembilan alternatif pilihan komunikasi pemasaran yang dapat dikombinasikan oleh perusahaan. Pertama adalah media advertising yang terdiri dari TV, Radio, Surat Kabar, dan Majalah. Kedua adalah direct response advertising yang terdiri dari pesan elektronik, telepon, broadcast media, media cetak, computerrelated, dan media-related. Ketiga adalah place advertising, terdiri dari bulletin, billboards, poster, cinema, dan transit. Keempat, adalah poin pembelian iklan. Terdiri dari shelf talkers, aisle markers, iklan di keranjang belanja, hingga iklna yang diputar melalui radio atau televisi di toko. Kelima adalah trade promotions, terdiri dari trade deals & buying allowances, pengalokasian poin persetujuan penjualan, push money, konten dan insentif dealer, berbagai program pelatihan, trade shows, hingga periklanan koorporatif. Keenam yaitu consumer promotions, terdiri dari kupon, samples, premiums, penukaran barang, kontes, bonus tambahan, dan potongan harga. Ketujuh adalah event marketing and sponsorship, seperti kegiatan olahraga, seni, hiburan, festival, dan berbagai kegiatan yang bersangkutan lainnya. Kedelapan adalah publicity and public relations, dan yang kesembilan adalah personal selling. Masing – masing media memiliki karakter tersendiri yang mengandung kelebihan dan kekurangan masing masing. Brand Image Citra merek (Brand Image) merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. (Setiadi, 2003). Merek dapat dideskripsikan dengan karakteristik-karakteristik tertentu, seperti manusia, semakin positif deskripsi tersebut semakin kuat citra merek dan semakin banyak kesempatan bagi 5 pertumbuhan merek itu. (Davis, 2000) Citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk pada benak konsumen (Mowen, 1994). Citra merek mengacu pada skema memori akan sebuah merek, yang berisikan interpretasi konsumen atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi, para pengguna, dan karakteristik pemasar dan/atau karakteristik pembuat dari produk/merek tersebut. Citra merek adalah apa yang konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek. (Hawkins, Best & Coney, 1998) Menurut Drezner (2002), konsumen tidak bereaksi terhadap realitas melainkan terhadap apa yang mereka anggap sebagai realitas, sehingga citra merek dilihat sebagai serangkaian asosiasi yang dilihat dan dimengerti oleh konsumen, dalam jangka waktu tertentu, sebagai akibat dari pengalaman. dengan merek tertentu secara langsung ataupun tidak langsung. Asosiasi ini bisa dengan kualitas fungsional sebuah merek ataupun dengan individu dan acara yang berhubungan dengan merek tersebut. Meskipun tidak mungkin setiap konsumen memiliki citra yang sama persis akan suatu merek, namun persepsi mereka secara garis besar memiliki bagian-bagian yang serupa. Citra merek adalah kesan keseluruhan terhadap posisi merek ditinjau dari persaingannya dengan merek lain yang diketahui konsumen – apakah merek tersebut dipandang konsumen sebagai merek yang kuat. Sebagian alasan konsumen memilih suatu merek karena mereka ingin memahami diri sendiri dan untuk mengkomunikasikan aspek diri ke orang lain. Citra merek ini bisa diukur dengan menanyakan atribut apa dari suatu merek – merek pilihan konsumen dalam satu kategori produk – yang membedakannya dengan merek lain, mengapa atribut-atribut itu penting dan mengapa alasan itu penting bagi konsumen. Menurut Rangkuti (2002) brand image merupakan sekumpulan asosiasi merek yang berkaitan dengan ikatan mengenai merek. Brand image suatu produk merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk menampilkan image seperti apa yang akan ditanamkan di benak konsumen. Ketika brand image sudah terbentuk, maka konsumen akan langsung mengetahui mengenai identitas produk, kegunaan, fungsi, kelebihan, dan cirri khas dari produk tersebut. Tidak hanya sekedar tampilan, brand image dapat memiliki konsep yang berbeda – beda dalam setiap produknya. Hal tersebut dikarenakan setiap produk memiliki positioning yang berbeda – beda yang disesuaikan dengan segmentasi pasarnya. Sebuah upaya branding image yang baik akan menghasilkan positioning yang kuat dalam produknya. Perusahaan atau pihak public relation suatu perusahaan dapat menentukan satu atau lebih konsep dari brand image produknya. Menurut Phark (1986), terdapat tiga konsep yang pada umumnya dapat efektif diterapkan dalam membangun citra merek. Pertama adalah berdasarkan kebutuhan fungsional konsumen, kedua adalah kebutuhan simbolis, dan ketiga adalah kebutuhan berdasar pada pengalaman. Ketiga konsep ini memiliki fokus yang berbeda, dan bukan suatu hal yang tidak mungkin jika perusahaan mengkombinasikan dua atau ketiganya. Namun fokus konsep dari brand image menjadi suatu hal yang jauh lebih penting untuk digunakan, agar konsumen menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasi dan mengolah informasi yang ada dalam upaya brand image tersebut. Brand Positioning Menurut Gedler (2005), “Brand positioning as a way of demonstrating a brand’s advantage over and differentiation from its competition”, yang artinya brand positioning adalah suatu cara untuk mendemonstrasikan keunggulan dari suatu merek dan perbedaannya dari kompetitor yang lain. Gedler (2005) menjelaskan bahwa brand positioning adalah suatu hal yang penting untuk memberikan karakter tersendiri sehingga dapat terlihat lebih menonjol daripada produk lain. Sedangkan menurut Kartajaya (2004), positioning didefinisikan sebagai the strategy to lead your customer credibly, yaitu upaya untuk mengarahkan pelanggan pelanggan secara kredibel. Apabila suatu produk memiliki konsep branding yang matang dan sesuai dengan kebutuhan pasar dengan segmentasi tertentu, maka akan memberikan kepercayaan kepada konsumen dan keyakinan untuk membeli produk tersebut. Pesan yang disampaikan akan menjadi kredibel ketika dikomunikasikan dengan media yang sesuai. 6 Public Relation Public relation atau hubungan masyarakat merupakan sebuah konsep yang memiliki banyak pengertian baik dari filsafat sosial, manajemen, hingga bisnis. Menurut Moore (2004) , humas adalah suatu filsafat sosial dan manajemen yang dinyatakan dalam kebijaksanaan beserta pelaksanaannya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa – peristiwa berdasarkan pada komuninkasi dua arah dengan publiknya, berusaha untuk saling memeroleh pengertian dan itikad baik. Moore (2004) juga menjelaskan mengenai empat unsure dasar humas. Pertama, humas merupakan filsafat manajemen yang bersifat sosial,. Kedua, humas adalah suatau pernyataan tentang filsafat tersebut dalam keputusan kebijaksanaan. Ketiga, humas adalah tindakan akibat kebijaksanaan tersebut. Keempat, humas merupakan komunikasi dua arah yang menunjang ke arah penciptaan kebijaksanaan. Kualitas Produk Menurut Kotler (2001) , kualitas adalah kemampuan produk untuk menjalankan fungsi nya, yang mencakup daya tahan, kehandalan, kekuatan, kemudahan penggunaan dan reparasi produk dan ciriciri bernilai lainnya. Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa defenisi kualitas bersumber dari 2 sisi yaitu sisi produsen dan sisi konsumen, produsen menentukan persyaratan atau spesifikasi, sedangkan konsumen menentukan kebutuhan dan keinginan Menurut Kotler ( 2006) menyatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri, sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh kepada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Sedangkan menurut Zulfadly (2013) kualitas produk adalah salah satu alat utama dalam positioning atau menetapkan posisi sebagai pasar kualitas produk yang mempunyai dua dimensi kualitas tingkat konsistensi dalam pengembangan suatu produk. Pemasaran pada awalnya harus memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk dipasar sasaran. Disini kualitas produk adalah kualitas, kinerja, kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya yang meliputi daya tahan kehandalan, kemudahan penggunaan, serta atribut bernilai lainnya. Sementara dari sudut pandang produsen kualitas atau mutu adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk yang bersangkutan dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai yang telah dikeluarkan. Untuk melihat suatu produk itu berkualitas atau tidak dapat dilihat dari tujuh dimensi kualitas produk (Purnomo, 2006) yaitu : 1. Kinerja ( performance), yaitu arakteristik utama suatu produk yang tercermin dari kemmampuan produk dalam menjalankan fungsi 2. Keistimewaan (Feature), adalah karakteristik pelengkap yang membedakan suatu produk dengan produk lainnya dan bias memberikan kesan yang berbeda 3. Keandalan (Reliability), yaitu keandalan suatu produk jika digunakan selama waktu tertentu 4. Kesesuaian spesifikasi (conformance), merupakan kesesuaian produk dengan spesifikasi yang telah ditentukan 5. Daya tahan (durability), adalah tingkat keawetan produk yang digambarkan dengan ukuran ekonomi produk atau seberapa lama produk memberikan manfaat ekonomis. 6. Pelayanan (Service ability), adalah nilai keindahan atau daya tarik produk, dan bagaimana daya tarik produk tersebut 7. Kualitas yang dipersepsikan (Received Quality), yaitu reputasi produk atau citra produk 2.2. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam proses komunikasi pemasaran kepada individu, promosi penjualan menjadi variabel penentu terhadap keputusan konsumen atau calon konsumen. Promosi penjualan merupakan bagian dari bauran pemasaran, dimana baruan pemasaran memiliki empat elemen yaitu kualitas produk, harga yang ditawarkan, lokasi penjualan, dan promosi penjualan. Variabel brauran pemasaran ini menentukan keberhasilan komunikasi yang disampaikan melalui promosi penjualan terhadap 7 keputusan pembelian konsumen. Berikut adalah kerangka pemikiran berupa variabel yang saling berpengaruh dan diolah dari berbagai konsep yang dikembangkan menjadi variabel. X. Bauran Pemasaran 1. Kualitas Produk 2. Harga yang ditawarkan 3. Lokasi penjualan 4. Promosi penjualan a. Iklan b. Hubungan Masyarakat c. Penjualan Melalui Distributor Y. Keputusan Pembelian Konsumen / Calon Konsumen 1. Membeli untuk mencoba 2. Membeli secara rutin 3. Tidak tertarik untuk membeli Keterangan : : Berhubungan : Variabel Pengaruh : Variabel Terpengaruh Gambar 1. Kerangka Pemikiran 2.3. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara bauran pemasaran dengan keputusan pembelian. 2. Terdapat hubungan antara promosi penjualan yang merupakan bagian dari bauran pemasaran dengan keputusan pembelian. 8 2.4. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional merupakan definisi yang digunakan untuk mengukur variabel yang terlibat di dalam penelitian. Definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut: : Bauran Pemasaran Variabel Operasional Kualitas Produk Menurut Zulfadly (2013), kualitas produk adalah salah satu alat utama dalam positioning atau menetapkan posisi sebagai pasar kualitas produk yang mempunyai dua dimensi kualitas tingkat konsistensi dalam pengembangan suatu produk. Kualitas produk akan dianalisis berdasarkan tujuh dimensi yang dijelaskan oleh produk (Purnomo, 2006) yaitu : 1.Kinerja ( performance), yaitu karakteristik utama suatu produk yang tercermin dari kemampuan produk dalam menjalankan fungsi 2.Keistimewaan (Feature), adalah karakteristik pelengkap yang membedakan suatu produk dengan produk lainnya dan bias memberikan kesan yang berbeda 3.Keandalan (Reliability), yaitu keandalan suatu produk jika digunakan selama waktu tertentu 4.Kesesuaian spesifikasi (conformance), merupakan kesesuaian produk dengan spesifikasi yang telah ditentukan 5.Daya tahan (durability), adalah tingkat keawetan produk yang digambarkan dengan ukuran ekonomi produk atau seberapa lama produk memberikan manfaat ekonomis. 6.Pelayanan (Service ability), adalah nilai keindahan atau daya tarik produk, dan bagaimana daya tarik produk tersebut 7.Kualitas yang dipersepsikan (Preceived Quality), yaitu reputasi produk atau citra produk Indikator Kurang baik : 1 Cukup baik : 2 Baik : 3 Sangat baik : 4 Jenis Data Interval 9 Harga yang ditawarkan Lokasi Penjualan Harga merupakan nilai berupa besaran uang yang ditentukan oleh produsen dalam menawarkan produknya kepada konsumen untuk dibeli. Harga diukur melalui pendekatan survey kuantitatif didukung kualitatif. - Tinggi Rendah Interval Lokasi penjualan adalah tempat dimana dilaksanakannya bauran promosi dan pemasaran terhadap konsumen oleh tim pemasaran Teh Walini. Lokasi penjualan dapat berupa toko, pameran, galeri, café, dan lainnya. Analisis lokasi penjualan ini bertujuan untuk mengetahui akses konsumen dalam mendapatkan produk Teh Walini. Tidak strategis : 1 Kurang strategis : 2 Cukup Strategis : 3 Tidak strategis Interval Indikator Jenis Data Interval (Diukur dari pendapat responden mengenai keterjangkauan harga produk Teh Walini dibandingkan dengan produk lain) Bauran Promosi / Promosi penjualan Variabel Iklan Hubungan Masyarakat Operasional Adalah promosi berbayar dari ide – ide, barang – barang, atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu, biasanya mewakili perusahaan (Gasperz, 2007) Dalam penelitian ini, variabel iklan akan dianalisis seberapa besar iklan memberikan daya tarik kepada individu agar lebih memilih produk Teh Walini dibandingkan dengan produk lain. Hubungan masyarakat adalah upaya menjaga hubungan antara produsen dengan konsumen yang dalam penelitian ini adalah tim public relation Teh Walini dengan masyarakat. Relasi in bertujuan dalam menjaga hubungan kepada konsumen dengan tujuan membangun, mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan, keyakinan, dan citra Teh Walini kepada konsumennya. Relasi dengan konsumen dapat berupa hubungan melalui event marketing and sponsorship (Keller, 1998), media sosial, website yang menampung pendapat konsumen, hingga costumer care centre. Kurang baik : 1 Cukup baik : 2 Baik : 3 Sangat baik : 4 Tidak pernah : 1 Sesekali (1-2 kali dalam satu tahun) : 2 Cukup sering (2-3 bulan sekali) : 3 Sangat sering (event rutin bulanan ditemui) : 4 (skor diukur berdasarkan tingkat keterdedahan individu dalam menemui, menghadiri, mengetahui hingga Ordinal 10 Penjualan melalui distributor Adalah upaya penjualan melalui reseller atau agen hingga toko – toko yang tersebar di berbagai wilayah. Analisis bagian dari promosi penjualan ini melihat sejauh mana penjualan dari distributor dapat membantu individu dalam mengakses produk Teh Walini. berpartisipasi langsung dalam berbagai kegiatan, pameran, sponsorship, hingga kegiatan yang bersifat pelayanan atau charity) Kurang bermanfaat :0 Bermanfaat : 1 Interval Keputusan Pembelian Individu Bagian dari variabel Membeli untuk mencoba Membeli Secara Rutin Operasional Indikator Jenis Data Kategori ini adalah pengembangan variabel dari trial purchase (Schiffman and Kanuk, 2007), dimana individu tertarik untuk membeli karena ingin mencoba produk yang belum pernah dikonsumsi. - Karena terdedah promosi (skor 1) - Karena ketersediaan dan kebutuhan disaat yang sama (skor 0) Interval Kategori ini merupakan pengembangan dari konsep repeat purchase (Schiffman and Kanuk, 2007) yang menyatakan bahwa konsumen yang melakukan pembelian secara berulang kali akan termasuk ke dalam konsumen berlangganan. Dalam penelitian ini, kategori membeli secara rutin akan dihubungkan kepada bagaimana hubungan bauran promosi sebagai media yang meyakinkan konsumen untuk terus membeli produk tersebut. - Membeli sebulan sekali (skor 1) - Membeli dua minggu sekali (skor 2) - Membeli setiap (minggu, hari, atau event yang digelar rutin) (skor 3) (Skor diukur berdasarkan hasil wawancara konsumen dalam menguji seberapa besar daya tarik promosi terhadap keputusan pembelian kategori ini) Ordinal 11 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Kota Bandung, Provinsi Jawa barat. Lokasi tersebut dipilih karena lokasi tersebut merupakan daerah utama pemasaran produk Teh Walini yang tersebar di seluruh Bandung dan berpusat di Jl. Soekarbo Hatta Bandung. Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan (Tabel 1). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Kegiatan Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Februari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Juni 2 3 4 Penyusunan proposal skripsi Kolokium Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Uji Petik Sidang skripsi Perbaikan Skripsi 3.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data sekunder, meliputi statistik jumlah konsumen Teh Walini di tahun 2013 dan sebaran lokasi penjualan dan promosi Teh Walini. 2. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari wawancara dengan responden dan informan yang ditemui di sekitar lokasi pemasaran Teh Walini Untuk memperoleh responden, maka ditentukan kerangka percontohan (sampling frame) yaitu individu di Kecamatan Dago, Kecamatan Metro, Kecamatan Panghegar, Jalan Riau, dan Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Responden dipilih secara purposive karena harus berada di sebaran lokasi yang sudah ditentukan sebelumnya. Rensponden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun (Lampiran 2). 3.3. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Dalam matriks dibawah ini akan dijelaskan lebih rinci tentang variabel yang digunakan untuk pengujian hipotesa. 12 No 3 Variabel (Data kualitatif dan Kuantitatif) Identitas dan karakteristik individu Sebaran Pemasaran dan Promosi Statistik Penjualan 4 Kualitas Produk 1 2 Wawancara terstruktur Kuisioner Konsumen Teh Walini Metode Pengamatan Data Sekunder Data dari kantor PTPN VIII Data dari kantor PTPN VIII Kuisioner Teh Walini 5 Harga yang ditawarkan Kuisioner Teh Walini 6 7 8 Lokasi Penjualan Iklan Hubungan Masyarakat Kuisioner Teh Walini Kuisioner Teh Walini Kuisioner Teh Walini 9 Penjualan melalui distributor Kuisioner Teh Walini Pengamatan berdasarkan perbandingan kualitas produk dan packaging Teh Walini dengan produk lain Pengamatan berdasarkan perbandingan hatrga dengan produk lain Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuisioner akan diolah secara kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS for Windows versi 2.0 kemudian diolah melalui tabulasi silang dan uji regresi. Data kualitatif diolah menggunakan tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten. 13 DAFTAR PUSTAKA Aaker, D.A. 1991. Managing brand equity. [USA] : The Free Press, New York Andreani, Fransisca 2007. Experiental Marketing (Sebuah Pendekatan Pemasaran). Jurnal Manajemen Pemasaran. [Internet]. [diunduh tanggal 22 November 2013]. 01 (02) Dapat diunduh di: http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/mar/article/view/17009/16987 Bakar, Rusydi Abu 2005. Pengaruh Pelaksanaan Bauran Pemasaran Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Pada Jamu di Banda Aceh. Jurnal Sistem Teknik Industri. [Internet]. [diunduh tanggal 4 Januari 2014]. 06 (03) Dapat diunduh di: http://usupress.usu.ac.id/files/Sistem%20Teknik%20Industri%20Vol_%206%20No_%203%20Juli %202005.pdf#page=58 Chandrakusuma, Hardian 2013. Perancangan Media Promosi Produk Teh Walini Organik PT Perkebunan Nusantara VIII. Jurnal Manajemen. [Internet]. [diunduh tanggal 22 November 2013]. 02 (01) Dapat diunduh di: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/mnj/article/view/140/127 Davis, S. M 2000. Brand Asset Management: driving profitable growth through your brand. California : Jossey-Bass, Inc., Publishers Drezner, W 2002. A Balanced Perspective on Brands. Baringstoke: McMillan Durianto,D.S dan Lie, J.B 2004. Brand Equity Ten. [ID] : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaffar, V. 2007. CRM dan MPR Hotel. [ID] : Alfabeta, Bandung. Gaspersz, Vincent 2002. Marketing Innovation, Concepts, Models, and Key Analyses in Marketing Management. [ID] : Tri-Al-Bros Publishing, Bogor Hawkins, I. Best, R. J. Coney, K 1998. Consumer Behavior: Building Market Strategy.[USA]: Irwin/ McGraw-Hill. Huramah, Syaripah Mita 2008. Analisis Pengaruh Marketing Public Relations Terhadap Loyalitas Pelanggan Hotel Salak The Heritage Bogor. [skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor Iriani, Nur Ida 2011 Pengaruh Dimensi Brand Equity (Ekuitas Merek) terhadap Keputusan Pembelian Kartu Telepon Selular Telkomsel di Kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen. [Internet]. [diunduh tanggal 22 November 2013]. 3 (1): 241-272 Dapat diunduh di: http://www.jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/view/241/272 Kennedy, John E dan R. Dermawan Soemanegara 2006. Marketing Communication : Teknik dan Strategi. [ID] : Gramedia, Jakarta Kotler, Philip & Keller, K.L, 2007. Marketing management. (13th ed.). [NJ] : Pearson Education, Inc., Upper Saddle River Kotler, Philip 2000, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control l Ninth Edition, [NJ] : Prentice Hall, Inc, Upper Saddle River, New Jersey Kotler, Philip Amstrong, Garry 1996, Priciple of Marketing, Ninth Edition, [NJ] : Prentice Hall, Inc Upper Saddle River, New Jersey. 14 Kotler, Philip 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. [ID] : PT Prenhallindo, Jakarta Kusnaryanto Nugroho Joko. 2003. Strategi Promosi Produk Sandal Petualangan PT. Boogie Advindo di Kotamadya Bogor [Tesis]. Manajemen dan Bisnis IPB [ID]: Institut Pertanian Bogor Marthin, Johannes 2007. Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Shampoo Merek “Head & Shoulders”. Jurnal Manajemen Pemasaran. [Internet]. [diunduh tanggal 22 November 2013]. 02 (02) Dapat diunduh di: http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/mar/article/view/17007/16986 Mowen, John C. 1995. Consumer Behavior 4th ed. Jersey: Prentice Hall Park, C.Whan, Jaworski, Bernard.J, dan Malclnnis, Deborah J 1986. Strategic Brand Concept – Image Management Journal of Marketing. [Internet]. [dibca online tanggal 4 Januari 2014]. 50 (04) Dapat dibaca di: http://www.jstor.org/discover/10.2307/1251291?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=211032169779 77 Prayuana, Hermawati, et.al 2013. Pengaruh Penggunaan Celebrity Endorser Irfan Bachdim dan Event Sponsorship Terhadap Citra Merek Minuman Isotonik Pocari Sweat. Jurnal Ilmu Manajemen [Internet]. [diunduh tanggal 4 Januari 2014]. 01 (01) Dapat diunduh di: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jim/article/view/1514/baca-artikel Raharja, Randi. 2012. Strategi Komunikasi Pemasaran Pada Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat (Kasus: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Resort Mandalawangi). [skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor Rangkuti, F 2004. Riset Pemasaran. [ID] : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Schiffman, Leon G ; Leslie Lazar Kanuk. 2000 Consumen Behavior. Seven Edition, [ID] : Prentice Hall International, Inc. Upper Saddle River. New Jersey Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen : konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Simamora, B 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. [ID] : PT. Gramedia Pustaka Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. [ID] : PT. Remaja Swasta, Basu dan Handoko, T.Hani, 2000, Manajemen Permasaran Analisis Perilaku Konsumen, edisi kedua Liberty. [ID] : Yogyakarta Utama, Jakarta Wahyuni, Dewi Urip 2008. Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat Jurnal Manajemen. [Internet]. [diunduh tanggal 4 Januari 2014]. 10 (01) Dapat diunduh di: http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/16790/16774 Zulfadly, Edo 2013. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Produk Yakult di Kota Padang . Jurnal Manajemen. [Internet]. [diunduh tanggal 22 November 2013]. 02 (01) Dapat diunduh di: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/mnj/article/view/140/127 15 Lampiran 1. Kuisioner Lampiran 1. Kuesioner LEMBAR KUESIONER Diisi oleh peneliti No Responden Hari/tanggal pengisian : : Responden Yang Terhormat, Peneliti bernama Yulia Astuti, merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Saya sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan Komunikasi Pemasaran terhadap Keputusan Pembelian Individu Produk Teh Walini ”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1). Lembar ini merupakan lembar kuisioner yang digunakan untuk memperoleh data secara langsung mengenai skripsi saya. Saya mohon agar anda yang akan mengisi kuisioner ini dapat mengisi dengan benar dan jujur. Perlu diketahui tidak ada jawaban yang salah ataupun yang benar dari kuisioner ini, hanya dibutuhkan jawaban secara jujur dari responden. Kerahasiaan identitas dan informasi pada kuisioner ini akan dijaga dan dilindungi haknya sebagai responden. Atas ketersediaan dan waktu Anda mengisi kuesioner ini, saya ucapkan banyak terima kasih. Petunjuk Pengisian: Isilan titik-titik (……..) dan berilah Anda Silang [X] pada pilihan jawaban yang tersedia yang menurut Anda tepat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. A. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Umur : ………….. Tahun Jenis Kelamin :1. Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan Terakhir : a. Tidak Tamat SD b. Tamat SD/Sederajat c. Tamat SMP/Sederajat d. Tamat SMA/Sederajat e. Diploma (D1, D2, D3) f. Sarjana (S1, S2, S3) Alamat : B. Karakteristik Konsumen Pengetahuan dasar produk 1. Apakah Anda pernah mengetahui tentang produk teh walini? a. Ya b. Tidak 2. a. b. Apakah anda tahu bahwa Teh Walini merupakan produk hasil perkebunan PTPN VIII yang merupakan perusahaan BUMN milik Indonesia? Ya Tidak 3. a. Pernahkah anda mengonsumsi atau mencoba produk Teh Walini? Ya , jenis …………………………………………………………………… 16 b. Tidak (jika tidak, pindah lanjut ke nomer 5) 4. Mana yang lebih anda sukai, produk Teh Walini atau produk Teh Konvensional lainnya? a. Teh Walini b. Produk teh lain (sariwangi, teh sosro, dll) C. Product Konten A. Performance 5. Teh Walini memiliki rasa yang cocok untuk orang Indonesia 6. Teh Walini memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan tubuh. 7. Teh Walini dapat membuat rileksasi tubuh dan pikiran 8. Teh Walini memberikan kesegaran saat meminumnya 9. Teh Walini berkhasiat karena tidak menggunakan pengawet. B. Feature 10. Rasa Teh Walini lebih enak dibandingkan dengan produk lain 11. Kualitas aroma Teh Walini lebih segar dibandingkan dengan produk lain 12. Pengemasan (packaging) Teh Walini lebih baik daripada produk teh lain 13. Tampilan packaging Teh Walini lebih menarik daripada produk lain 14. Ragam pilihan rasa Teh Walini lebih variatif dibandingkan dengan produk lain C. (Reliability) 15. Teh Walini lebih tahan lama apabila dibandingkan dengan produk lain D. (conformance) 16. Rasa manis yang ada pada Teh Walini cukup, tidak lebih dan tidak kurang 17. Tingkat kekentalan Teh Walini (diseduh dengan takaran yang sesuai dengan tata cara penggunaan di kemasan) sempurna E. (durability) 18. Produk Teh Walini lebih ekonomis karena dapat diseduh pada penyeduhan yang lebih banyak daripada produk lain. 19. Harga yang ditawarkan sesuai dengan kuantitas produk Teh walini Sangat Setuju Setuju Kurang Tidak setuju Setuju 17 F. (Service ability) 20. Saya suka dengan kemasan Teh Walini 21. Apabila saya melihat ada produk Teh Walini di etalase minimarket atau supermarket, saya akan memasukkan Teh Walini ke keranjang belanja saya 22. Pada beberapa event yang terdapat stand Teh Walini, maka saya tertarik untuk mendatangi stand tersebut 23. Kemasan Teh Walini lebih menarik daripada produk teh lain. G. (Preceived Quality) 24. Teh walini merupakan teh untuk kalangan atas 25. Teh Walini memiliki kualitas premium daripada teh merek lain 26. Kemasan Teh Walini memiliki design yang elegan D. Price Konten 27. Harga yang ditawarkan oleh Teh Walini pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk lain Setuju Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju 28. Dengan harga yang tertera, saya merasa harga tersebut masih terjangkau untuk orang seperti saya 29. Perbedaan harga antara Teh Walini dengan teh merek lain yang sejenis tidak terlalu besar/signifikan 30. Dengan harga yang ditawarkan, saya lebih memilih Teh Walini daripada produk lain 31. Harga tersebut tidak terlalu berpengaruh untuk saya 32. Harga yang ditawarkan dinilai sesuai dengan kualitas yang ditawarkan oleh Teh Walini 33. Saya tidak mengharapkan penurunan harga penjualan produk Teh Walini E. Place Konten 34. Saya dapat dengan mudah menemukan Teh Walini 18 dan membelinya 35. Menurut saya, lokasi penjualan Teh Walini cukup strategis 36. Media display seperti café mempermudah saya dalam menikmati Teh Walini 37. Teh Walini yang dijual melalui mini market memudahkan saya untuk membelinya 38. Promosi event yang diselenggarakan oleh Teh Walini terletak di lokasi yang ramai dan banyak pengunjung 39. Saya pernah mendatangi stand promosi Teh Walini F. Promotion Hint : centrang pilihan yang tersedia Frekuensi Bauran promosi Tidak pernah Jarang (1-2 kali) Sering (lebih dari 3 kali) A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B. 4. 5. 6. C. Iklan Koran Majalah Website Billboard TV Radio Penjualan Pameran Leaflet Hiburan Penjualan pribadi 7. Presentasi penjualan 8. Promosi pameran D. Word of mouth 9. Cerita dari keluarga 10. Informasi dari teman yang tersedia 40. Berapa kali anda membeli Teh Walini seduh ? a. Lebih dari tiga kali dalam waktu tiga bulan ini b. Sekali dalam waktu tiga bulan ini c. Tidak pernah Pendapat Suka/ Tidak Menarik suka/ tidak menarik Skor : Tidak Pernah (Sangat Rendah) 1, Jarang (Rendah) 2, Sering (Tinggi) 3, H. P engambil an keputusa n konsume n Jawabla h pertanya an dibawah ini berdasar kan pilihan jawaban 19 41. Berapa kali anda membeli Teh Walini jenis ready to drink? a. Lebih dari tiga kali dalam waktu satu bulan ini b. Sekali dalam waktu satu bulan ini c. Tidak pernah 42. Apakah kualitas produk teh walini membuat anda tertarik untuk membeli atau mendasari anda membeli sebelumnya? a. Ya, kualitas produk menjadi pertimbangan utama saya dalam memilih teh b. Ya, kualitas produk menarik untuk saya c. Tidak terlalu penting untuk saya 43. Bagaimana dengan keamanan packaging produk Teh Walini, apakah menjadi pertimbangan anda untuk membeli produk tersebut? a. Ya, saya hanya percaya kepada kemasan Teh Walini b. Ya, kemasan yang baik untuk dibeli c. Tidak terlalu menjadi pertimbangan saya 44. Apakah harga yang ditawarkan Teh Walini terjangkau untuk anda? a. Ya, harga tidak jadi masalah untuk saya. b. Ya, sesekali saya membeli karena harganya cukup tinggi dibanding produk lain c. Tidak, harganya tidak terjangkau untuk saya sehingga saya tidak membeli 45. Apakah lokasi penjualan membuat anda sering membeli produk Teh Walini? a. Ya, saya berlangganan Teh Walini karena lokasi penjualannya mudah diakses oleh saya b. Ya, sesekali saya membeli c. Saya sulit membeli karena aksesnya sulit 46. Apakah event promosi yang dilakukan oleh Teh Walini menarik? a. Ya, saya selalu mendatangi dan membeli Teh Walini di lokasi event b. Ya, tapi tidak setiap event saya membeli produk Teh Walini c. Tidak, sama sekali tidak menarik dan saya tidak membeli 47. Apakah iklan yang ditayangkan melalui televisi menarik untuk anda? a. Ya, membuat saya hanya membelli / ingin membeli Teh Walini b. Ya, cukup membuat tertarik untuk membeli c. Tidak menarik/tidak melihat di TV 48. Apakah iklan yang ditayangkan di billboard mengenai Teh Walini menarik untuk anda? a. Ya, sangat menarik dan mengingatkan saya tentang Teh Walini b. Ya, cukup menarik untuk dilihat c. Tidak menarik untuk saya 20 49. Apakah penjualan Teh Walini yang ada di mini market mempermudah akses anda dalam membeli produk Teh Walini? a. Ya, sangat bermanfaat untuk saya b. Ya, bermanfaat namun saya tidak rutin membeli c. Tidak terlalu bermanfaat untuk saya 50. a. b. c. Apakah saran dari teman atau keluarga berpengaruh untuk anda dalam membeli Teh Walini? Ya, sangat berpengaruh sehingga saya terus mengkonsumsi Teh Walini Ya, sesekali saya menjadi tertarik membeli Teh Walini Tidak, saya tidak terpengaruh 21 Lampiran 3. Rancangan Skripsi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Masalah Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesis 2.4. Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data 3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis 4.2. Kondisi Ekonomi 4.3. Kondisi Sosial 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran umum kota Bandung 5.2. Penjualan Teh Walini 5.3. Media promosi Teh Walini 5.4. Persepsi individu 5.5. Hubungan Bauran Pemasaran dengan Keputusan pembelian 5.6. Hubungan Bauran promosi dengan Keputusan pembelian 6. PENUTUP 6.1. Kesimpulan 6.2. Saran