PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA SULFAT TERHADAP PRODUKSI ENZIM POLIFENOL OKSIDASE DARI FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO Sartini1 , Abd.Rauf Patong2, Tjodi Harlim2, dan Pirman3 1 2 Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar 3 Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar ABSTRACT In medicine, polyphenol oxidases are used for prevention of bacterial adhesion, treatment of Parkinson’s disease and control of melanin synthesis. Polyphenol oxidase could be produce by endophytic fungus from podhusk of Theobroma cacao. To produce microbial enzyme, media composition should be optimized. The aim of this study was to investigate the effect of cupri sulphate concentration as inducer in fermentation medium containing 1 % yeast extract, 0,05 % MgSO4, 0.1% KH2PO4, 0,051 % gallic acid, and CuSO4.5H2O 0-50 ppm. The result showed that it was effect addition of CuSO4 in fermentation medium toward production of polyphenol oxidase. Optimal concentration of CuSO 4 to produce polyphenol oxidase was 25 bpj with enzyme activity 530 U/mL using catechol as substrate. Keywords : endophytic fungus, cocoa podhusk, cupri sulphate, polyphenol oxidase PENDAHULUAN METODE PENELITIAN Enzim polifenol oksidase dapat digunakan secara luas dalam pengolahan pangan, bidang kesehatan, dan industri (1). Polifenol oksidase adalah enzim yang berasosiasi dengan Cu dengan dua sisi ikatan untuk substrat fenolik. Dalam bidang kesehatan, polifenol oksidase digunakan sebagai antibakteri untuk mencegah adesi bakteri Streptococcus mutan pada permukaan gigi, pengobatan penyakit parkinson, dan kontrol sintesis melanin (2). Fungi endofit kulit buah kakao kemungkinan mampu menghasilkan enzim polifenol oksidase dengan bioaktivitas yang tinggi, karena dalam kulit buah kakao mengandung senyawa polifenol yang merupakan substrat atau senyawa induksi bagi mikroba penghasil enzim polifenol oksidase ekstraselular. Pada penelitian terdahulu diperoleh satu isolat fungi endofit dari kulit buah kakao yang mampu menghasilkan enzim polifenol oksidase, yaitu Trichothecium sp (3). Untuk memproduksi enzim dari mikroba, parameter komposisi media perlu dioptimalkan. Untuk enzim induktif membutuhkan senyawa penginduksi untuk produksinya. Aktivitas polifenol oksidase tergantung pada tembaga (Cu), sehingga konsentrasi tembaga dalam medium produksi perlu diteliti. Suatu penelitian menunjukkkan bahwa penambahan senyawa CuSO4 hingga 30 bpj meningkatkan produksi enzim polifenol oksidase dari fungi Thermomyces lanuginosus (2). Permasalahannya adalah berapa konsentrasi optimal CuSO4 yang dibutuhkan untuk menginduksi fungi endofit ini untuk memproduksi enzim polifenol oksidase. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan antara lain oven, otoklaf, shaker, inkubator, spektrofotometer UV-Vis (Agilent), dan alat-alat gelas. Bahan yang digunakan adalah isolat fungi endofit (Trichothecium sp) dari kulit buah kakao varietas lindak, ekstrak khamir (Difco), glukosa (Difco), asam gallat dan katekol (Sigma), KH2PO4, MgSO4.7H2O, dan CuSO4.5H2O (Merck), asam askorbat (Merck), Na2 EDTA (Sigma). Peremajaan dan Perbanyakan Fungi Endofit Isolat fungi endofit terpilih diinokulasi ke dalam medium PDA dan diikubasi pada suhu 30C selama 3 x 24 jam. Pembuatan Kultur Starter Kultur diinokulasi ke dalam 100 ml medium starter (mengandung ekstrak khamir 0,4 %, K2HPO4 0,1 %, MgSO4.7H2O 0,05 %, glukosa 1,5% pada suhu 30C, digoyangkan pada 120 rpm selama 3 x 24 jam. Variasi Konsentrasi CuSO4 Terhadap Produksi Kultur starter 10 % (v/v) diinokulasi ke dalam medium produksi (mengandung ekstrak khamir 1 %, K2HPO4 0,1%, MgSO4.7H2O 0,05%, dengan variasi penambahan CuSO4 0 - 50 bpj), lalu difermentasi pada shaker pada suhu kamar selama 5 hari dengan kecepatan kocokan sebesar 150 rpm. 61 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 1 – Maret 2011, hlm. 61 – 62 Ekstraksi Enzim Kasar Masing-masing hasil fermentasi disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 15 menit pada suhu 4C untuk mengendapkan sel fungi. Supernatan merupakan larutan enzim kasar. Uji Aktivitas Enzim Polifenol Oksidase Uji aktivitas enzim polifenol oksidase dilakukan dengan metode kronometri atau metode spektrofotometri tidak langsung. Enzim kasar yang diperoleh diencerkan dengan dapar fosfat 1:10. Larutan dapar fosfat 50 mM pH 6,5 dipipet sebanyak 2,6 ml dan dicampur dengan 0,1 ml larutan katekol 5 mM, 0,1 ml larutan asam askorbat 2,1 mM, dan 0,1 ml larutan dinatrium EDTA 0,065 mM. Selanjutnya ditambahkan larutan enzim 0,1 mL, dicampur segera dan dicatat penurunan absorbannya setiap 30 detik selama 5 menit. Larutan blanko diukur dengan cara yang sama. Perubahan absorban diperoleh dari persamaan linier antara waktu dan nilai absorbansi. Aktivitas enzim dihitung menggunakan rumus : Unit/ml enzim bs.sampel- bs.blanko fp 0,001 = Perubahan absorban pada panjang gelombang 265nm per unit polifenol oksidase dalam 3 ml campuran reaksi pada pada pH 6,5 suhu 25°C. fp = faktor pengenceran 0,1 = volume (ml dari enzim yang digunakan) HASIL DAN PEMBAHASAN Polifenol oksidase yang dihasilkan dari fungi endofit kulit buah kakao ini termasuk dalam enzim ekstraseluler, dihasilkan di luar sel, enzim polifenol oksidse yang dihasilkan terdapat dalam media fermentasi. Umumnya enzim ekstraselular termasuk enzim adaptif atau induktif, yaitu enzim yang pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat. Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim tertentu. Induksi menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang sampai beberapa ribu kali. Polifenol oksidase mengandung protein yang terdapat Cu pada sisi aktifnya, sehingga salah satu penentu produksi enzim polifenol oksidase dari mikroba adalah ketersediaan ion Cu dalam media fermentasi. Parameter terbentuknya enzim polifenol oksidase dalam media dapat dilihat dari adanya aktivitas enzim yang dihasilkan. Dari hasil fermentasi dengan CuSO4 0 bpj; 12,5 bpj; 25 bpj; dan 50 bpj, diperoleh aktivitas enzim seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Aktivitas enzim (U/mL) 62 600 550 500 440 400 300 290 200 150 100 0 0 12,5 25 50 Konsentrasi CuSO4.5H2O ( bpj ) Gambar 1. Pengaruh konsentrasi CuSO4 terhadap produksi polifenol oksidase Dari gambar terlihat bahwa tanpa CuSO4 dalam media produksi, sudah terlihat adanya aktivitas enzim polifenol oksidase, tetapi makin meningkat konsentrasi CuSO4, aktivitas enzim yang dihasilkan juga makin meningkat sampai pada konsentrasi 25 bpj, sedangkan pada konsentrasi 50 bpj sudah terjadi penurunan aktivitas enzim. Penelitian sebelumnya menunjukkkan bahwa penambahan senyawa CuSO4 hingga 30 bpj meningkatkan produksi enzim polifenol oksidase yang diproduksi dari fungi Thermomyces lanuginosus (2). Selain itu dilaporkan pula produksi enzim polifenol oksidase dari kapang Alternaria tenius optimum pada konsentrasi CuSO4 10 – 15 bpj (4). KESIMPULAN Ada pengaruh penambahan CuSO4 terhadap produksi enzim polifenol oksidase dari fungi endofit kulit buah kakao. Produksi enzim polifenol tertinggi ada pada konsentrasi.CuSO4 25 bpj dalam menggunakan media produksi yang mengandung ekstrak khamir 1 %, KH2PO4 0,1 %, MgSO4 0,05 %, dan asam gallat 0,051 % dengan aktivitas enzim 520 U/mL. DAFTAR PUSTAKA 1. Marshall,M.R., Kim,J., Wei, C. 2000. Enzimatic Browning in Fruits, vegetables, and Sea food. FAO. 2. Astarci, E. 2003. Production and Biochemical Characterization of Polyphenol oxidase from Thermomyces lanuginosus. Thesis (online). Departement of Biotechnology. www.etd.lib. metu.edu.tr/upload/1254861/index.pdf 3. Sartini dan Djide, M.N. 2010. Penapisan Fungi Endofit Dari Kulit Buah Kakao Sebagai Penghasil Enzim Polifenol Oksidase. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan. Vol.1(1), 51-54. 4. Motoda S, 1979. Properties of Polyphenol oxidase from Alternaria tenuis, Journal of Fermentation Technology, Vol. 57, pp. 79-85