eJournal - Administrative Reform

advertisement
eJournal Administrative Reform, 2016, 4 (3): 351-362
ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2016
IMPLEMENTASI PROGRAM KELOMPOK USAHA
BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN FAKIR
MISKIN BINAAN DINAS SOSIAL WIALAYAH
KECAMATAN SAMARINDA UTARA DI KOTA
SAMARINDA
Ahmad Imaduddin1, Sutadji2, Hartutiningsih3
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisis Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Dalam
pemberdayaan fakir miskin Binaan Dinas Sosial Wilayah Kecamatan Samarinda
Utara. Fokus penelitian yaitu: (1) Sosialisi Program, (2) Mekanisme penyaluran
dana, (3) Kinerja Pendampingan KUBE, (4) Efektivitas program pada kelompok
sasaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud untuk
mendapatkan deskripsi yang mendalam tentang Implementasi Program Kelompok
Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Fakir Miskin, yang telah dilakukan oleh
Dinas Sosial Kota Samarinda. Data yang didapatkan dilakukan dengan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan
menggunakan model analisis interaktif melalui tahap reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
program pemberdayaan fakir miskin pada Kelompok Usaha Bersama Binaan
Dinas Sosial wilayah Kecamatan Samarinda Utara meskipun belum mencapai
hasil yang optimal tetapi secara implementatif program tersebut cukup efektif dan
berhasil sesuai sasaran terhadap penyaluran dana kepada Kelompok Usaha
Bersama di wilayah Kecamatan Samarinda Utara. Program pemberdayaan fakir
miskin pada Kelompok Usaha Bersama mempunyai implikasi yang signifikan
dalam upaya menurunkan angka kemiskinan di daerah tersebut, secara
imlpementatif Program pemberdayaan fakir miskin pada Kelompok Usaha
Bersama masih dihadapkan pada mekanisme/prosedur admnistrasi yang
birokratis dan melibatkan berbagai unsur pelaksana hasil yang dicapai belum
optimal, meski demikian secara empiric program fakir miskin ini sudah cukup
berhasil. Secara impelementatif program pemberdayaan fakir miskin pada
Kelompok Usaha Bersama Binaan Dinas Sosial wilayah Kecamatan Samarinda
Utara sudah sesuai sasaran, terutama terhadap penyaluran dana sudah tepat
sasaran atau diberikan kepada yang warga miskin yang tergolong dalam
Kelompok Usaha Bersama. Kemudian dari segi besarnya bantuan dana juga
sudah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kata Kunci : Implementasi, program KUBE, kecamatan Samarainda Utara.
1
Mahasiswa Program Magister Ilmu administrasi Negara Fisip Unmul-Samarinda.
Dosen Program Magister Ilmu administrasi Negara Fisip Unmul-Samarinda.
3
Dosen Program Magister Ilmu administrasi Negara Fisip Unmul-Samarinda
2
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 3, 2016: 351-362
Abstract
The research aimed to describe and analyze the implementation of joint
Busines Group (KUBE) Program created by Social Department of North
Samarinda District, Samarinda to empower poor communites. It focused on four
areas : (1) Socialization Program, (2) Fund Distribution Mechanism, (3) joint
Business Group Mentoring performance and (4) Program Effectiveness of target
group. The qualitative research was intended to obtain the full description of the
implementation of joint Business Group (KUBE) program created by Social
Departement of North Samarinda District, Samarinda to empower poor
communities. The data were collected through interview, observation and
documentation. There stages of interactive analysis namely data reduction, data
display and conclusion drawing were applied to analyze the data. The findings
showed that Joint Business Group (KUBE) program created by Social
Department of North Samarinda District, Samarinda to empower poor
communities was effectively and successfully implemented especially for fund
distribution mechanism even though this program has not achieved the optimum
result. It also had a significant implication of reducing poverty rate in that area.
The obstacles in the implementation of Joint Business Group (KUBE) program
included bureaucratic administration procedure/mechanism and involvement of
the program implementers. Nevertheless, Joint Business Group (KUBE) program
is empirically successful to be implemented particularly the fund distribution
mechanism targeting the poor communities as members of Joint Business Group
(KUBE). In addition, fund distribution mechanism is also regulated by the
government.
Keywords:. Implementation, Joint Business Group (KUBE) program, Samarinda
Utara Sistrict.
Pendahuluan
Masalah kemiskinan di Indonesia telah menimbulkan persoalan besar dan
perlu penanganan yang serius, dan secara historis masyarakat menjadi miskin
bukan karena kurang pangan, tetapi miskin pada umumnya lemah dalam berusaha
dan terbatas aksesbilitas pada kegiatan sosial budaya dan ekonomi sehingga
tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi.
Misalnya terbatasnya infrastruktur, fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan serta
kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia untuk menunjang kegiatan
ekonomi. Sejak tahun 2011, pemerintah telah menetapkan kebijakan tentang
Penanganan Fakir Miskin berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011,
dalam UU ini tentang Penanganan Fakir Miskin adalah upaya yang terarah,
terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah daerah atau masyarakat
dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan, pendampingan
serta fasilitas untuk memenuh kebutuhan dasar setiap warga.
352
Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Dalam (Ahmad Imaduddin)
Dalam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemiskinan dapat dilihat
dari aspek kondisi yang miskin artinya ditinjau dari kepemilikan sumber daya dan
perolehan harta benda tidak memadai untuk hidup, baik itu dari segi sumber daya
alam seperti pemilikan lahan, sumber daya manusia seperti kesehatan atau gizi
yang kurang dan kalaupun berpenghasilan penghasilannya sangat rendah,
sehingga berada dala, situasi serba kekurangan.
KUBE merupakan salah-satu program unggulan Kementerian Sosial
dalam rangka mengentaskan kemiskinan. Skema yang diluncurkan menekankan
pada peningkatan dan pengelolaan pendapatan melalui Usaha Ekonomi Produktif
(UEP). Indikator capaian keberhasilan program KUBE adalah terwujudnya
kemandirian keluarga fakir miskin penerima bantuan UEP. KUBE sebagai upaya
penanggulangan kemiskinan dilaksanakan dengan strategi penguatan kelompok,
pemberian bantuan stimulan usaha dan pendampingan yang menggunakan
pendekatan pekerjaan sosial.
Kecamatan Samarinda Utara sebagai salah satu objek Binaan dari Dinas
Sosial yang melaksanakan program tersebut tentunya terlepas dari persoalan
tersebut sehingga upaya untuk mengentaskan kemiskinan belum menunjukkan
hasil yang optimal. Dari hasil observasi sementara di objek penelitian
menunjukkan bahwa secara implementatif program tersebut masih dihadapkan
pada suatu kendala antara lain: 1) terbatasnya sumber daya manusia yang
profesioanal dalam mengelola keuangan, 2) kurangnya pemahaman para penerima
bantuan modal usaha, 3) kurang efektifnya pengawasann dalam penggunaan
modal usaha, 4) terbatasnya tenaga kerja terampil, 5) serta kurang kesadaran
masyarakat untuk mengikuti petunjuk program pemberdayaan yang telah
disosialisasikan.
Berdasarkan permasalahan tersebut telah mendorong penulis untuk
menelah lebih mendalam, mengingat program memiliki implikasi cukup baik
dalam rangka penanggulangan kemiskinan. masih meski demikian secara
implementatif program tersebut masih dihadapkan pada suatu persoalan sehingga
, program tersebut belum dapat mengentaskan kemiskinan secara keseluruhan di
daerah. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai fenomena yang
berkenaan dengan pelaksanaan program pemberdayaan fakir miskin di objek
penelitian maka perlu dilakukan penelitian. Relevansi dengan permasalahan yang
dikemukakan di atas maka judul penelitian yang dilakukan penulis adalah
Impelemntasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam Pemberdayaan
Fakir Miskin Yang dilakukan Oleh Dinas Sosial Kota Samarinda Pada Wilayah
Kecamatan Samarinda Utara.
Kerangka Dasar Teori
James E. Anderson dalam Subarsono (2009:2) mendefinisikan kebijakan
publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat
pemerintah. Walaupun disadari bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh
para aktor dan faktor dari luar pemerintah. Dalam buku ini kebijakan publik
353
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 3, 2016: 351-362
dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau badan
pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya bidang pendidikan, politik, ekonomi,
pertanian, industri, pertahanan, dan sebagainya.
Merille S. Grindle dalam Ekowati (2005:35) bahwa implementasi
kebijakan adalah suatu fungsi dari implementasi program. Implementasi
kebijakan sangat tergantung atas implementasi program dengan asumsi bahwa
program-program kenyataannya secara tepat menjadi tujuan kebijakan. Jadi pada
dasarnya implementasi kebijakan sama dengan implementasi program itu sendiri.
Menurut Effendi (2002:2) pembangunan adalah “suatu upaya
meningkatkan segenap sumber daya yang dilakukan secara berencana dan
berkelanjutan dengan prinsip daya guna yang merata dan berkeadilan”. Dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa pembangunan berorientasi pada pembangunan
masyarakat, dimana pendidikan menempati posisi yang utama dengan tujuan
untuk membuka wawasan dan kesadaran warga akan arah dan cita-cita yang lebih
baik.
Moeljarto (1995:172), mengemukakan pemberdayaan sebagai proses
pematahan dari hubungan atau relasi subyek dengan obyek. Proses ini
mementingkan adanya pengakuan subyek akan kemampuan atau daya power yang
dimiliki obyek. Pemberian kuasa atau kebebasan dan pengakuan dari subyek ke
obyek dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan hidupnya dengan
memakai sumber yang ada merupakan salah satu manifestasi dari mengalirnya
daya tersebut.
Kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi warga masyarakat yang tidak
mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang
ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat
menjadi ketimpangan.
Program Nasional pemberdayaan Fakir Miskin merupakan suatu upaya
untuk penanggulangan kemiskinan. Program tersebut dillakukan dengan
pendekatan kelompok usaha bersama (KUBE) yaitu melalui pemberian modal
usaha yang disalurkan melalui perbankan. Pada tahap mengembangkan KUBE,
P2FM dilaksanakan melalui mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial
(BLPS) dengan penguatan modal usaha memfasilitasi kelompok fakir miskin untuk
mengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP), dan meningkatkan aktivitas sosial
kelompok. Dalam pelaksanaannya Kementrian Sosial akan bekerja sama dengan
pihak PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk penyaluran dana stimulant UEP.
Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin (KUBE-FM) adalah himpunan
dari keluarga yang tergolong miskin dengan keinginan dan kesepakatan bersama
membentuk suatu wadah kegiatan, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsa
sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, dan tinggal dalam satuan
wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas anggotanya,
meningkatkan relasi sosial yang harmonis, memenuhi kebutuhan anggota,
354
Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Dalam (Ahmad Imaduddin)
memecahkan masalah sosial yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan
usaha bersama (Depsos RI, 2005).
Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam
Pemberdayaan Fakir Miskin Binaan Dinas Sosial Wilayah Kecamatan Samarinda
Utara adalah pelaksanaan Program KUBE dalam Pemberdayaan Fakir Miskin
adalah Program Nasioanal yang merupakan suatu upaya penanggulangan
kemiskinan, yang di berikan kepada setiap Daerah Kota/Kabupaten ,yang
Program tersebut dilakukan dengan pendekatan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) yaitu melalui pemberian modal usaha yang disalurkan melalui
perbankan. Pada tahap mengembangkan KUBE, P2FM dilaksanakan melalui
mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) dengan penguatan
modal usaha, yang memfasilitasi kelompok fakir miskin yang tergolong dalam
Kelompok Usaha Bersama untuk mengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP),
dan meningkatkan aktivitas sosial kelompok. Pada kelompok fakir miskin.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis termasuk penelitian deskriptif dan akan
dianalisisi dengan mengggunakan metode kualitatif. Menurut Soejono dan
Abdurahman, (1999 : 9) mengatakan bahwa penelitian deskriptif diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian seseorang, lembaga,
masyarakat dan lain-lain yang didasarkan pada fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
Fokus Penelitian
Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam
Pemberdayaan Fakir Miskin Binaan Dinas Sosial Di Wilayah Kecamatan
Samarinda Utara Kota Samarinda, sub fokus penelitian yang ditetapkan sebagai
berikut:
a.Sosialisasi Program
b.Mekanisme Prosedur Penyaluran Dana
c.Kinerja Pendampingan KUBE
d.Efektivitas Program pada kelompok sasaran
faktor-faktor yang mendukung dan penghambat dalam Implementasi
Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Pada Pemberdayaan Fakir Miskin
Binaan Dinas Sosial Di Wilayah Kecamatan Samarinda Utara.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Dinas Sosial Kota Samarinda.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat berupa benda atau orang yang
dapat diamati dan memberikan data maupun informasi yang sesuai dengan
355
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 3, 2016: 351-362
masalah yang diteliti. Pemilihan dan pengambila sumber data dilakukan secara
Purposive Sampling (Moleong, 2005:65) adapun cirinya dari mana atau dari siapa
informasi mulai diambil tidak menjadi soal, akan tetapi bila telah berjalan proses
tersebut berlanjut sesuai dengan kebutuhan dan proses akan berlangsung terus.
Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode Kualitatif
yaitu mendeskripsikan dan menganalisis lebih mendalam dari data yang telah
diperoleh di objek penelitian. Analisis data yang digunakan adalah model
interaktif seperti yang dikembangkan oleh Miles Huberman dan Saldana, (2014 :
33) yaitu dengan melalui tahapan-tahapan yaitu tahap pertama melakukan
kondensasi data merujuk pada proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstrakan dan mentransformasikan data yang mendekati keseluruhan bagian
dari catatan-catatan lapangan secara tertulis, transkip wawancara, dokumendokumen dan materi empiris lainnya.
Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan di lapangan, maka hasil
penelitian di analisis menggunakan metode purposive sampling, yaitu dengan
menggunakan wawancara kepada informan dalam memperoleh data yang
dibutuhkan.
Selanjutnya dari hasil wawancara yang di kumpulkan adalah yang
berhubungan dengan fokus yang diteliti yaitu Sosialisasi Program, Mekanisme
penyaluran dana, Kinerja pendamping, Evektivitas Program Pada Kelompok
Sasaran.
Sosialisasi Program
Adapun yang menjadi sasaran dari Program pemberdayaan KUBE
pemberdayaan Fakir Miskin pada periode tahun 2014 sampai dengan 2015 dapat
di jelaskan sebagai berikut:
1.Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur dan tenaga kesejahteraan
Sosial Masayarakat sebanyak 10% pertahun.
2.Menurunnya jumlah penduduk miskin dan penyandang masalah kesejahteraan
sosial ditengah-tengah masyarakat.
3.Meningkatnya jumlah dan kemampuan masyarakat baik berupa kelembagaan
maupun perorangan dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial.
Dalam hal sosialisasi program yang dilakukan petugas pelaksana terhadap
masyrakat miskin, meskipun hal tersebut telah dilakukan tetapi secara aplikatif
belum optimal, dan hal tersbut dapat dilihat dari frekuensi pertemuan yang
dilakukan pada masyarakat miskin relative kecil sehingga sebagian masih kecil
masyarakat yang tidak mengetahui mengenai program tersebut. Melalui petemuan
Formal, media Cetak televisi dan radio yang frekuensinya masih rendah. Berikut
356
Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Dalam (Ahmad Imaduddin)
di bawah ini data table bentuk sosialisai Program KUBE Pemberdayaan Fakir
miskin di Kecamatan Samarinda utara.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi Program
pemberdayaan fakir miskin dalam Kelompok Usaha Bersama secara aplikatif
belum mencapai kepada rumah tangga sasaran. Hal tersebut dapat dilihat dari
penyampaian informasi, baik melalui pertemuan formal, media cetak maupun
media Televisi dan radio masih rendah, maka cukup beralasan jika dalam
sosialisasi program belum mencapai kesemua rumah tangga sasaran (masyarakat
miskin).
Dengan demikian sosialiasi program pemberdayaan fakir miskin dalam
Kelompok Usaha Bersama masih belum efektif, karena aksesbilitas informasi
yang disampaikan belum nyampai kepada kelompok sasaran terkecuali bagi
mereka yang tercantum dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) telah
mendapatkan informasi secara lengkap. Hal tersebut telah diakui oleh petugas
pelaksana yang melakukan kegiatan program tersebut.
Hasil dapat disimpulkan bahwa data tersebut menunjukkan betapa kecilnya
frekuensi bentuk sosialisasi pada Program KUBE P2FM yang dilaksanakan
melalui Dinas Sosial Provinsi dan Kota beserta para petugas pelaksana
pendamping yang ternyata belum mencapai target sasaran kepada warga
masyarakat miskin yang ada di wilayah Kecamatan/kelurahan Samarinda Utara.
Mekanisme Penyaluran Dana
Mekanisme penyaluran dana bantuan untuk fakir miskin tidak terlepas dari
sistem dan prosedur Admnistrasi pelayanan yang dilakukan oleh instansi yang
kompeten. Dalam hal ini terjadi berbagai persoalan, sehingga pencairan dana
P2FM oleh KUBE dari rekening BRI mengalami hambatan hingga periode waktu
telah menndekati batas maksimum sesuai ketentuan anggaran Negara, maka
Direktur Jendral Pemberdayaan Sosial memiliki kewenangan melakukan
intervensi dan memerintahkan BRI untuk mencairkan dana Kepada KUBE.
Mekanisme intervensi yang dilakukan adalah dengan menerbitkan surat
pemberitahuan kepada BRI di wajibkan mencairkan dana P2FM kepada KUBE
sesuai dengan surat pemberitahuan dari Direktur Jendral Pemberdayaan Sosial
dalam kurun waktu selambat-lambatnya 1 minggu. Meskipun demikian, tetap
dilakukan verivikasi singkat oleh BRI setempat dan terdapat persyaratan
minimum yang tetap harus dipenuhi oleh KUBE yaitu:
1.Nama-nama pengurus dan Anggota Kube harus sesuai dengan yang tercantum
di dalam surat Keputusan Direktur Jendral Pemberdayaan Sosial.
2.Terdapat Proposal Pemanfatan dana KUBE yang telah ditandatangani oleh
Ketua dan sekretaris KUBE.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme/prosedur untuk
pencairan bantuan dana stimulant bagi fakir miskin belum sesuai pelayanan
(kesederhanaan, tranfaransi, ketepatan waktu dan efesiensi. Karena masih
dihadapkan pada prosedur yang panjang atau birokratis sehingga diperlukan
357
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 3, 2016: 351-362
waktu relatif lama. Disamping itu juga diperlukan kecermatan karena setiap
pengurus harus mengetahui mekanisme yang ditentukan berdasarkan
pemanfatatannya, yaitu untuk pemberdayaan masyarakat miskin dan untuk biaya
operasional pemantauan dan pengendalian.
Berdasarkan mekanisme yang berlaku justru dua nara sumber tersebut secara
tanggapannya berbeda, sebagaimana ditampilkan pada gambar bagan mekanisme
penyaluran dana tersebut telah menampilkan adanya mekanisme yang kurang
mencerminkan esensi, karena prosesnya yang begitu panjang, dan disisi lain
banyaknya persyaratan yang harus terpenuhi, maka tidaklah heran jika para
pengurus Kelompok Usaha Bersama ketika mencairkan dana stimulant selalu
dipandu oleh pendamping.
Hasil disimpulkan bahwa masih adanya perbedaan persepsi dengan
masyarakat warga miskin yang tergolong dalam KUBE dengan Pihak pelaksana
Dinas Sosial terhadap mekanisme pencairan dana untuk Program KUBE masih
dihadapkan prosedur yang mereka pikir prosedur itu panjang dan diperlukan
waktu relatif lama. Karena dilihat dari banyaknya persayaratan yang harus
dipenuhi di setiap anggota-anggota KUBE untuk mencairkan dana yang untuk
diberikan kepada anggota-anggota KUBE di wilayah Kecamatan/kelurahan
Samarinda Utara.
Kinerja Pendampingan KUBE
Kinerja pendampingan merupakan salah satu indikator terhadap keefektifan
Program Kelompok Usaha Bersama dalam Pemberdayan Fakir Miskin. Dalam hal
ini yang dimaksud pendampingan adalah seseorang yang bertugas untuk menjalin
hubungan antara pendamping dengan KUBE, dan masyarakat sekitarnya dalam
rangka memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendaya gunakan berbagai
sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan
akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas
pelayanan public lainnya. Sedangkan kinerja pendampingan dimaksud dalam
penelitian ini adalah merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang
pendamping dalam melaksanakan program pemberdayaan fakir miskin pada suatu
komunitas tertentu.
Dari hasil observasi penelitian menunjukan bahwa kinerja pendamping cukup
menunjang terhadap pelaksanaan Program pemberdayaan fakir miskin pada
Kelompok Usaha Bersama. Dengan kemampuan yang dimiliki kemudian
ditunjang dengan skill yang berdasarkan spesialisasinya justru hasilnya cukup
baik sebagiamana yang disampaikan oleh beberapa informan. Mengenai
pencapaian kinerja pendamping dapat terindikasi oleh efektifitas program
Pemberdayaan Fakir miskin pada Kelompok Usaha Bersama yang dilaksanakan
oleh tiap-tiap kelompok sasaran. Dengan demikian peran pendamping cukup
besar terhadap pelaksanaan Program Pemberdayaan fakir Miskin pada Kelompok
Usaha Bersama di kecamatan Samarinda Utara, karena adanya pendamping yang
358
Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Dalam (Ahmad Imaduddin)
ditempatkan di kelompok sasaran cenderung rencana kerja yang telah di tentukan
dapat lebih terarah dan terkendali.
Hasil peneltian dapat dilihat bahwa kinerja pendampingan Program KUBE
dalam pemberdayaan fakir miskin di tingkat Kecamatan/kelurahan khusunnya
samarinda utara sudah cukup baik dan keberadaannya yang sangat membantu
dalam proses kegiatan dalam pelaksanaan program Pemberdayaan Fakir miskin
dalam Kelompok Usaha Bersama tersebut. Dan pelaksanaan dari program KUBE
tesebut dalam pendampingannya memperlibatkan dari Dinas Sosial dan
Kecamatan Samarinda utara dalam penggabungan terlaksananya program KUBE
dalam pemberdayaan fakir miskin. Serta Keberhasilan lain dapat dilihat dari
aktivitasnya dalam memberikan binaan terhadap anggota KUBE tentang cara
penyusunan proposal pengembangan usaha dan juga mengarahkan terhadap
pemanfaatan dana bantuan untuk Usaha Ekonomi Produktif di tiap-tiap kelompok
yang dibinanya. Keberhasilan pendamping cukup beralasan , selain mereka
memiliki tingkat pendidikan yang memadai juga punya komitmen yang kuat
untuk mengatasi kemiskinan.
Evektivitas Program Pada Kelompok Sasaran
Efektivitas Program pada kelompok sasaran merupakan output dari program
pemberdayaan fakir miskin dalam Kelompok Usaha Bersama yag dimana
program tersebut dilaksanakan. Berbicara tentang keefektivan pelaksanaan
program, tidaklah lepas dari ketepatan waktu pencairan dana program dan
sekaligus pemanfaatannya. Sebagaimana diketahui bahwa pencairan dana pada
program pemberdayaan bagi fakir miskin sangat dipengaruhi oleh kebijakankebijakan pemerintah lainnya yang seringkali secara administrasi menciptakan
keterlambatan.
Dengan demikian keefektifan program pemberdayaan fakir miskin dalam
Kelompok Usaha Bersama kepada kelmpok sasaran dapat dilihat dari
pemanfaatan dana bantuan yang digulirkan melalui program pemberdayaan fakir
miskin.
Adapun pemanfaatan dana program yang dimaksud adalah:
1.Dana stimulan Usaha Ekonomi Produktif, program pemberdayaan fakir miskin
pada kelompok Usaha Bersama hanya dipergunakan/dimanfaatkan untuk kegiatan
yang secara langsung mendukung peningkatan produktivitas yang dijalankan oleh
KUBE.
2.Pembelian atau pemanfaatan dana stimulant UEP oleh KUBE harus sesuai
dengan proposal dan dibuktikan dengan faktur pembelian barang atau bukti
lainnya.
3.Contoh pemanfaatan dan KUBE diantaranya adalah untuk membeli input,
produksi seperti bahan mentah atau membeli peralatan utama maupun penunjuk
produksi.
4.Jika ada perubahan penggunaan dana stimulant UEP yang telah dicairkan, maka
semua anggota harus melakukan musyawarah kembali.
359
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 3, 2016: 351-362
5.Pemanfaatan dana pada Program pemberdayaan fakir miskin tidak diperkenakan
untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan UEP, misalnya membeli alat
tulis kantor dan honorarium pengurus kegiatan.
Demikian halnya dalam pemanfaatannya juga sesuai dengan rencana kerja
atau proposal yang diajukan oleh masing-masing kelompok sasaran. Keefektifan
program terhadap penyaluran dana hal tersebut dapat dilihat dari jumlah dana
yang diterima oleh masing-masing kelompok KUBE. Di wilayah
Kecamatan/kelurahan Samarinda Utara terdapat 5 Kelompok Usaha Bersama dan
tiap kelompok sasaran mendapat bantuan dana sebesar Rp. 20.000.000 dan jumlah
tersebut kemudian dibagikan kepada anggota Kelompok KUBE dan masingmasing anggotakelompok terdiri dari 10 orang, dengan demikian masing-masing
anggota kelompok KUBE telah menerima bantuan dana sebesar 20 juta. Dari
hasil observasi di obyek penelitian menunjukkan bahwa penyaluan dana bantuan
bagi fakir miskin yang tergolong dalam Kelompok Usaha Bersama tepat sasaran,
baik dari besarnya dana maupun yang berhak menerima. Demikian pula dalam
pemanfaatannya juga tidak ada yang menyimpang dari acuan program, bahkan
semua dana yang diterima pada masing-masing anggota digunakan untuk
peningkatan produktivitas.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk keefektifan kelompok
sasaran program fakir miskin pada Kelompok Usaha Bersama ini sudah cukup
efektif, namun hanya ada sedikit keterlambatan waktu pencairan dananya. Akan
tetapi untuk sasaran dana yang tersalurkan sudah tepat sasaran ke anggota
kelompok masing-masing KUBE. dan penggunaan dananya sesuai dengan
rencana dan petunjuk yang sudah dibuat dalam program tersebut.
Kesimpulan
Dari uraian di atas penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka
berikut ini akan menyimpulkan uraian - uraian tersebut di bawah ini :
1. Pada proses Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama dalam
Pemberdayaan Fakir Miskin di Wilayah Kecamatan Samarinda Utara, kurang
efektifnya pelaksanaan sosialisasi Program Pada Kelmpok Usaha Bersama
KUBE dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat miskin yang
tergolong dalam Kelompok Usaha Bersama. Hal tersebut terindikasi oleh
informasi yang disampaikan oleh petugas pelaksana dan dari segi data yang di
dapatkan, justru belum menyebar ke semua masyarakat miskin yang tergolong
dalam KUBE, dengan demikian pelaksanaan program fakir miskin ini belum
semuanya efektif.
2. Struktur Pada proses implementasi Program Kelompok Usaha Bersama dalam
Pemberdayaan Fakir Miskin menurut warga miskin yang tergolong dalam
Kelompok Usaha Bersama menurut mereka pada mekanisme/prosedur
penyaluran dana serta Administrasi yang masih birokratis dan banyak
melibatkan instansi terkait sehingga dalam proses diperlukan waktu relatif
360
Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Dalam (Ahmad Imaduddin)
sedikit lama, serta kurang menunjukkan kesederhanaan, sehingga untuk proses
mencairkan dana mempengaruhi waktu yang cukup lama.
3. Pada proses Program Kelompok Usaha Bersama dalam Pemberdayaan Fakir
Miskin di Kecamatan Samarinda Utara tidak terlepas dari peran berbagai pihak
dan secara institusional keterlibatan tersebut tidak terlepas dari Dinas Sosial
Provinsi Kalimantan Timur serta Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Samarinda
dan Camat Samarinda Utara dan para Lurah yang berketepatan terhadap
pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin pada Kelompok Usaha
Bersama. Di samping itu yang tidak kalah pentingnya adalah peran petugas
pendamping, seiring dengan pelaksanaan program fakir miskin ini, ternyata
keberadaan Pendamping sangat penting, bukan hanya sebagai pengarah,
pengatur dan pengendali tetapi juga bertindak sebagai fasilitator, dengan
menunjukkan adanya keselarasan antara acuan kerja dengan pelaksanaan
dilapngan sudah cukup baik.
4. Pada Proses implementasi program Kelompok Usaha Bersama dalam
Pemberdayaan Fakir Miskin di Kecamatan/Kelurahan Samarinda Uatara untuk
Evektivitas pada kelompok sasaran sudah sesuai sasaran, terutama terhadap
penyaluran dana kepada Kelompok Sasaran sesuai dengan besarnya bantuan
yang ditentukan pada program atau diberikan kepada yang berhak
menerimanya. Kemudian dari segi besarnya bantuan dana juga sudah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar RP. 20.000.000. Sedangkan
dari segi ketepatan waktu pencairan dana yang masih sedikit problem dengan,
tidak sesuainya dengan jadwal yang telah ditentukan.
5. Kebijakan Program Fakir Miskin ini kendati mencapai sasaran dan memberi
efek perubahan Pemberdayaan ekonomi Fakir miskin, tetapi berbagai kendala
yang ada tentang kesesuaian jadwal dan program pencairan dana perlu
diperbaiki (Improvment) kebijakan Pemberdayaan fakir miskin memberikan
efek kepada fakir miskin yang tergolong dalam Kelompok Usaha Bersama
(KUBE).
Saran-Saran
Dari hasil analisa dan penelitian dilapangan maka hal tersebut, akan
mencoba untuk memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Diharapkan petugas pelaksana kegiatan pada Program Fakir miskin ini, lebih
meningkatkan Sosialisasi Kepada Rumah Tangga Sasaran ( warga miskin)
yang tergolong dalam Kelompok Usaha Bersama mengenai program ini, dan
juga dalam sosialisasi ini dapat dilakukan berbagai Media Cetak, Televisi
Lokal dan di Radio disekitar Samarinda. Karena selama ini Sosialiasasi yang
dilakukan Petugas Pelaksana masih bersifat parsial atau belum menyeluruh.
Sehingga dikalangan masyarakat miskin menimbulkan persepsi negatif.
Karena sosialisasi disampaikan hanya terbatas pada warga miskin yang
tergolong dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan belum menyeluruh
361
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 3, 2016: 351-362
pada semua warga miskin yang ada di wilayah Kecamatan/kelurahan
Samarinda Utara.
2. Dalam pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama, dalam hal ini
kelompok sasaran dihadapkan pada mekanisme dan prosedur yang birokratis,
maka perlunya diharapkan dilakukan pemangkasan birokrasi, dengan cara
memperpendek prosedur pada mekanisme penyaluran dana dalam kegiatan
Program Pemberdayaan Fakir Miskin , agar masyarakat tidak merasa
bingung/terlalu berbelit-belit pada persoalan mekanisme prosedur pada
mekanisme penyaluran dana bagi masyarakat miskin yang tergolong dalam
Kelompok Usaha Bersama.
3. Dalam program KUBE dalam Pemberdayaan fajir miskin, perlunya dari
pemerintah menambahkan alokasi dana program mengingat dana yang
dialokasikan sementara ini hanya dari 3 kelurahan sajasedangkan Kecamatan
Samarinda Utara terdiri dari 11 kelurahan maka ada 8 kelurahan yang belum
tersentuh program. Untuk maksud tersebut perlu menambah anggaran
melalui rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah, sehingga
percepatan penanggulangan masyarakat miskin di Kecamatan/kelurahan
Samarinda Utara dapat diwujudkan sesuai tujuan Program.
Daftar Pustaka
Ekowati, Mas Roro Lilik. 2009. Perencanaan Implementasi & Evaluasi Kebijakan
atau Program (Suatu Kajian teoritis dan praktis), Pustaka Cakra,
Surakarta.
Grindle, M. 1980. Polities and Policy Implementations in the third World.
Princeton University Press
Effendi, Bachtiar. 2002. Pembangunan Daerah Otonomi Berkeadilan.
Yogyakarta:
Uhaindo dan Offset.
E. Anderson, James. (2006). Public Policy Making: An Introduction. Belmont:
Wadsworth.
Vidhandika Moeljarto, “ Pemberdayaan (Empowerment)”, dalamOnny S. Prijono
dan A.M.W Pranarka (eds), 1996. Pemberdayaan : Konsep,
Kebijakandan
Implementasi. Jakarta: CSIS
362
Download