pemberdayaan masyarakat melalui kelompok usaha bersama (kube)

advertisement
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK USAHA
BERSAMA (KUBE)
Oleh :Sri Umiatun Andayani*
Abstrak
Pembangunan yang terpusat yang dilaksanakan selama ini
ternyata hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta
tidak diimbangi oleh kehidupan sosial, politik, ekonomi
yang
demokratis
dan
berkeadilan.
Fundamental
pembangunan ekonomi yang rapuh, penyelenggaraan negara
yang sangat birokratis dan cenderung korup, serta tidak
demokratis
telah
menyebabkan
krisis
moneter
dan
ekonomi, yang nyaris berlanjut dengan krisis moral yang
memprihatinkan. Hal tersebut kemudian menjadi penyebab
timbulnya krisis nasioanal yang berkepanjangan, telah
membahayakan
persatuan
dan
kesatuan,
mengancam
kehidupan bangsa dan negara. Oleh karena itu, reformasi
disegala
bidang
dilakukan
untuk
bangkit
kembali
memperteguh kepercayaan diri atas kemampuanya dan
melakukan
langkah–langkah
penyelamatan
pemulihan,
pemantapan dan pengembagan pembangunan dengan paradigma
baru Iindonesia masa depan yang berwawasan kelautan
dalam
rangka
mewujudkan
cita–cita
Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Kata Kunci : Pemberdayaan, Masyarakat, Pembangunan
A. PENDAHULUAN
Setidaknya
menyiratkan
GBHN
adanya
tersebut
suatu
nampaknya
pengakuan
bahwa
telah
paradigma
pertumbuhan yang dikenal dengan istilah menetes kebawah
telah membawa kegagalan dalam dinamika pembangunan di
Indonesia.
Seorang
Tjokrowinoto
(1996:120)
Indonesia
1065
dalam
pakar
pembangunan
menyatakan
berbagai
variasi
Moeljarto
penegasanya
bahwa
penekananya,
sejak
awal
menganut
strategi
pertumbuhan
dan
sekaligus
pemerataan dan penanggulangan kemiskinan (growth – cum
– poverty alleviation and social equity ).
Berawal
dari
suatu
kegagalan
tersebut
sebuah
pemikiran yang kemudian muncul adalah pandangan untuk
segera beralih pada paradigma baru dalam pembangunan
nasional
berupa
paradigma
pemberdayaan
dalam
pembangunan di Indonesia. Melihat persoalan tersebut di
atas, nampaknya persoalan kemiskinan tersebut merupakan
sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh pembangunan,
artinya disuatu negara yang melaksanakan pembangunan
maka
yang
ditekankan
adalah
sejauhmana
permasalahan
kemiskinan dapat diturunkan atau di tanggulangi karena
permasalahan kemiskinan merupakan sebuah permasalahan
yang bersifat komplek dan multidimensional sebagaimana
dikemukakan
oleh
Moeljarto
Tjokrowinoto
(1996:
122-
123), yaitu:
Kemiskinan bukanlah suatu sosok yang amorfhous,
tetapi merupakan suatu fenomena yang bersifat komplek
dan
multidimensioanal.
seringkali
dijadikan
Rendahnya
alat
tingkat
pengukur
hidup
yang
kemiskinan,
pada
hakekatnya hanyalah merupakan suatu mata rantai dari
sejumlah faktor yang mewujudkan sindroma kemiskinan.
Dari
segi
politik
ekonomi
ini,
kemiskinan
dipandang
sebagai konsekwensi kekayaan dan kekuasaan disatu pihak
dan menumbuhkan masa pinggiran yang mempunyai posisi
menawaryang
lemah
dilain
pihak.
Dari
segi
sosial
ekonomi, profil kemiskinan juga merupakan produk dari
dampak saring (filtering–efect) pelapisan sosial dan
struktur akses dalam suatu masyarakat, yang menghambat
peluang kaum miskin dalam memperoleh berbagai pelayanan
1066
dan buah pembangunan. Sementara itu, ekologi fisik juga
dapat
dijadikan
kluster
katalis
ekologi
sebagai
ini
fenomena
fenomena
kemiskinan
fisik,
kemiskinan.
di
Dalam
interpretasikan
teknis
dan
statistik:
pertumbuhan penduduk yang tinggi: kerusakan lingkungan,
tekanan
yang
menurunkan
pada
sumber
yang
menurunkan
carrying capasity, keterisolasian dan seterusnya.
Apa yang dikemukakan oleh Tjokrominoto tersebut
mengenai profil kemiskinan
merupakan persoalan yang
bersifat struktural dan multidimensional yang mencakup
politik,
kehidupan
sosial,
ekonomi,
sehari–hari
aset dan
dimensi
lain–lain.
kemiskinan
Dalam
tersebut
muncul dalam berbagai bentuknya, seperti antara lain:
a. Dimensi
politik,
dimilikinya
wadah
memperjuangkan
sering
muncul
organisasi
aspirasi
tidak
yang
dan
mampu
kebutuhan
masyarakat miskin, sehingga mereka benar–benar
tersingkir
dari
proses
pengambilan
keputusan
penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya,
mereka juga tidak memiliki akses yang memadai
keberbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan
untuk
menyelenggarakan
hidup
mereka
secara
dalam
bentuk
layak, termasuk akses informasi.
b. Dimensi
tidak
kedalam
sosial,
sering
muncul
terintegrasikanya
institusi
terinternalisaikanya
masyarakat
miskin
sosial
yang
ada
dan
budaya
kemiskinan
yang
merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka.
c. Dimensi ekonomi, muncul dalam bentuk rendahnya
penghasilan
1067
sehingga
tidak
mampu
memenuhi
kebutuhan hidup mereka sampai pada batas yang
layak.
d. Dimensi
aset,
kepemilikan
ditandai
masyarakat
dengan
miskin
rendahnya
keberbagai
hal
yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk
aset kualitas sumber daya manusia, peralatan
kerja, modal dan sebagainya
Melihat
karakteristik
penanggulangan
kelembagaan
kemiskinan
dituju
masyarakat,
keberdayaan
kelembagaan
kemiskinan
baik
ke
tersebut
arah
dilihat
maupun
maka
pengokohan
dari
penguatan
aspek
organisasi
masyarakat. Berdasarkan profil kemiskinan yang sifatnya
struktural
dan
multidimensional
tersebut
maka
dapat
dikatakan persoalan kemiskinan bentuk solusinya adalah
dengan
paradigma
pemberdayaan.
Adapun
aplikasi
dari
paradigma tersebut dalam hal untuk mengatasi persoalan
kemiskinan
tersebut
pemerintah
berupaya
memecahkanya
dalam bentuk proyek-proyek pembangunan seperti
Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perdesaan. yang
target
utamanya
kemiskinan
di
adalah
wilayah
pedesaan.
Sedangkan
kantong–kantong
untuk
proyek
pengentasan kemiskinan yang target utamanya penduduk
miskin
di
perkotaan,
pemerintah
mengeluarkan
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Proyek
( P2KP ).
Adapun beberapa hal yang dibiayai oleh BLM adalah
sbb:
1. Hibah,
penggunaan
dana
hibah
tersebut
hanya
untuk kegiatan yang benar– benar mendesak dan
bermanfaat
langsung
bagi
kepentingan
serta
kebutuhan riil masyarakat langsung yaitu hibah
untuk
1068
pembangunan
pelayanan
prasarana
dan
sarana
yang
dasar
sifatnya
perumahan
untuk
dan
pemukiman,
membangun
hibah
kapasitas
dan
daya saing kelompok masyarakat miskin dalam hal
ini pelatihan–pelatihan,
hibah untuk santunan
fakir miskin, orang jompo, anak yatim piatu dan
lain-lain.
2. Pinjaman (kredit mikro), yaitu: pinjaman untuk
Kelompok Swadaya Masyarakat
( KSM ) yang
membutuhkan dana untuk usaha produktif termasuk
kredit mikro perumahan atau perbaikan rumah dan
atau
perbaikan
ketrampilan
yang
langsung
terkait dengan kegiatan usaha tersebut dengan
batas pinjaman pertama kali Rp. 500. 000, 00
dan maksimal pinjaman 2 juta rupiah.
Berdasarkan penjelasan dan uaraian di atas, bahwa
kelompok-kelompok
sadaya
masyarakat
sangat
berperan
dalam meningkatkan perekonomian di masyarakat khususnya
masyarakat perdesaan, tanpa adanya wadah atau kelompok
yang
ada
pemerintah
di
masyarakat
yang
desa,
digulirkan
di
maka
program-program
masyarakat
tidak
akan
mencapai sasaran sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh
pemerintah. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
lebih
jauh
(KUBE)
bagaimana
dalam
peranan
meningkatkan
Kelompok
pendapatan
Usaha
Bersama
masyarakat
di
desa.
B. Pembahasan
1.Pengertian KUBE
1.1. Hakekat KUBE
Keberadaan
Kelompok
Usaha
Bersama
(KUBE)
bagi
fakir miskin di tengah-tengah masyarakat telah mencari
sarana
1069
untuk
meningkatkan
usaha
ekonomi
produktif
(
khususnya dalam peningkatan pendapatan ), menyediakan
sebagian kebutuhan yang diperlukan bagi keluarga fakir
miskin, menciptakan keharmonisan hubungan sosial antar
keluarga fakir miskin, pengembangan diri dan sebagai
wadah bebagai pengalaman antar anggota.
Kehadiran KUBE fakir miskinmerupakan media untuk
meningkatkan
motivasi
warga
miskin
untuk
lebih
maju
secara ekonomi dan sosial, meningkatkan interaksi dan
kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan
sumber-sumber
ekonomi
lokal,
mempperkuat
budaya
kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin
kemitraan
sosial
ekonomi
dengan
berbagai
pihak
yang
terkait.
Melalui
kelompok,
setiap
keluarga
miskin
dapat
saling berbagi pengalaman, saling berkomunikasi, saling
mengenal,
dapat
menyelesaikan
berbagai
masalah
dan
kebutuhan yang dirasakan. Dengan sistem KUBE, kegiatan
usaha
yang
tadinya
dilakukan
secara
sendiri-sendiri
kemudian dikembangkan dalam kelompok, sehingga setiap
anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
dalam
kegiatan
usaha
ekonomi
produktif,
usaha
kesejahteraan sosial serta kemampuan berorganisasi.
Melalui
KUBE
diharapkan
dapat
meningkatkan
pengetahuan dan wawasan berfikir para anggota karena
mereka
dituntut
megelola
usaha
suatu
yang
kemampuan
sedang
manajerial
dijalankan,
dan
untuk
berupaya
menggali dan mamanfaatkan sumber-sumber yang tersedia
di lingkungan untuk keberhasilan kelompoknya.
Selain itu diharapkan dapat menumbuh kembangkan
sikap-sikap
yang
1070
berorganisasidan
semakin
baik
serta
pengendalian
dapat
emosi
menumbuhkan
yang
rasa
kebersamaan,
kepedulian
kekeluargaan,
dan
kegotongroyongan,
kesetiakawanan
sosial,
baik
rasa
diatara
keluarga binaan maupun kepada masyarakat secara luas.
1.2. Tujuan KUBE
a. meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE
di
dalam
memenuhi
sehari-hari,
pendapatan
kebutuhan-kebutuhan
ditandai
,
dengan
meningkatkan
hidup
meningkatnya
kualitas
pangan,
sandang, kesehatan dan tingkat pendidikan;
b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE
dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin
terjadi
dalam
keluarganya
maupun
dalam
lingkungan sosial,
c. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUBE
dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya;
1.3.
Struktur Organisasi
Struktur
organisasi
merupakan
suatu
bentuk
tanggung jawab yang harus dijalankan, dengan struktur
organisasi
pengurus
dapat
dan
tergantung
memberikan
anggotanya.
pada
tugas
Struktur
kegiatanatau
pokok
terhadap
organisasi
jenis
usaha
sangat
yang
dijalankan oleh KUBE tersebut. Namun demikian, di bawah
ini ditawarkan struktur yang baku tentang struktur KUBE
tersebut.
1071
Gambar :
Struktur Organisasi KUBE
Ketua
Ketua
Ketua
Urusan
1.4.
Pinsip-Prinsip Pengembangan KUBE
1) Penentuan Nasib Sendiri
2) Kekeluargaan
3) Kegotong royongan
4) Potensi anggota
5) Sumber-sumber setempat
6) Keberlanjutan
7) Usaha yang berorientasi pasar
1.5.
Tahap Pembentukan KUBE
1) Tahap Persiapan
2) Tahap Pelaksanaan
3) Tahap Pengembangan
4) Tahap Kemitraan
5) Tahap Monitoring dan Evaluasi
1.6.
Bidang Kegiatan KUBE
1) Bidang Kelembagaan
2) Bidang Sosial
3) Bidang Ekonomi
2.Konsep Pemberdayaan
1072
a.
Konsep
Pemberdayaan
diterjemahkan
dalam
sebagai
arti
perolehan
luas
dapat
kekuatan
dan
akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah.
b.
Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan,
memiliki perspektif yang lebih luas.
o Menurut pearse dan Stiefel (Inequality Into
Participation : A. Research Approach, 1976),
menyatakan
kekhasan
bahwa
local,
peningkatan
menghormati
dekonsentrasi
kemandirian
kebinekaan,
kekuatan
merupakan
dan
bentuk-
bentuk pemberdayaan partisipatif.
o Menurut
paul
(community
Development
Participation
Project,
1987)
in
mengartikan
pemberdayaan sebagai pembagian kekuasaan yang
adil,
sehingga
ada
peningkatan
kesadaran
politis dan kekuasaan kelompok yang lemah,
serta
proses
memperbesar
pengaruh
mereka
terhadap ”proses dan hasil pembangunan”
3.Konsep Pemberdayaan dalam wacana Kemiskinan
o Menurut Chambers ( Rural Development : Puting
The Last First, 1983 : 113 – 114 ), mengatakan
bahwa
penyebab
kemiskinan
sebagai
sutau
kompleksitas serta hubungan sebab akibat yang
saling
berkaitan
(powerlessness),
Kelelemahan
kemiskinan
(isolation).
menyatakan
dari
kerapuhan
fisik
(Vulnerability),
(physical
(poverty)
Selain
bahwa
ketidakberdayaan
ada
dan
itu
Weekness),
keterasingan
Chambers
keterkaitan
juga
antara
ketidakberdayaan dan dimensi perangkat lainnya.
Ketidakberdayaan
1073
membatasi
akses
terhadap
sumber daya negara, memperumit keadilan hukum
bagi
penyelewengan,
menyebabkan
hilangnya
kekuatan tawar-menawar, membuat rakyat semakin
rapuh
terhadap
pembayaran
permintaan
pinjaman
atau
mendadak
terhadap
untuk
permintaan
uang suap dalam suatu persengketaan.
o Menurut
konsep
Gender
Kabeer
Hierarchies
(Reserved
in
Realities
Development
:
Thought,
1994), berpendapat bahwa ketidakberdayaan bukan
mengarah
pada
sekali,
akan
tampak
hanya
ternyata
tidak
tetapi
adanya
pada
memiliki
sama
kenyataannya
yang
sedikit
justru
bertahanmenggulingkan
kekuatan
kekuatan,
mampu
dan
untuk
kadang-kadang
perlu
dikembangkan dan ditampakkan.
Dari beberapa konsep pemberdayaan yang disampaikan
oleh
para
bahwa
teoritisi
di
ketidakberdayaan
bukanlah
merupakan
ketidakberdayaan
dan
atas,
maka
dan
kondisi
dapat
disipulkan
kemiskinan
alamiah,
kemiskinan
mesyarakat
akan
masyarakat
tetapi
bukanlah
merupakan kondisi alamiah, akan tetapi ketidakberdayaan
dan
kemiskinan
ketidakadilan
pemerintah,
yang
karena
dalam
sehingga
dimiliki
itu
dikembangkan
masyarakat
oleh
kondisi
dan
pendistribusian
mengakibatkan
masyarakat
ditampakkan
1074
Definisi Masyarakat
akibat
dari
kekuasaan
oleh
daya
semakin
masyarakat
maju.
4.
merupakan
agar
seperti
lebih
dan
potensi
lemah.
Oleh
ini
perlu
berdaya
dan
Istilah
“syaraka”
Dalam
Masyarakat
yang
bahasa
berasal
berarti
inggris
ikut
dari
akar
serta,
dipakai
kata
Arab
berpartisipasi.
istilah
society
yang
berasal dari kata Latin socius, yang berarti kawan. Ada
beberapa
para
ahli
yang
memberikan
definisi
tentang
masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1. Koentjaraningrat
kesatuan
menurut
menyatakan
hidup
suatu
manusia
sistem
masyarakat
yang
adat
adalah
berinteraksi
istiadat
tertentu
yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh
suatu rasa identitas bersama.
2. Selo
Soemardjan
adalah
mengatakan
orang-orang
yang
bahwa
hidup
masyarakat
bersama,
yang
menghasilkan kebudayaan.
3. J.L
Gillin
masyarakat
terbesar
dan
J.P
adalah
dan
Gillin
mengatakan
bahwa
manusia
yang
kelompok
mempunyai
kebiasaan,
tradisi,
sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
4. Ralph
Linton
menyebutkan
bahwa
masyarakat
adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup
dan
bekerja
sama
cukup
lama
sehingga
mereka
dapat mengatur diri sendiri dan menganggap diri
mereka
sebagai
suatu
kesatuan
sosial
dengan
batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
5. Emile
Durkheim
adalah
hubungan
suatu
antar
berpendapat
sisitem
anggota
yang
bahwa
masyarakat
dibentuk
sehingga
dari
menampilkan
suatu realitas tertentu yang mempunyai ciricirinya sendiri.
1075
6. M.J
Herskovits
mengemukakan
bahwa
masyarakat
adalah kelompok individu yang diorganisasi dan
mengikuti satu cara hidup tertentu.
7. Mac Iver dan Page mengatakan bahwa masyarakat
adalah
cara,
suatu
dari
berbagai
sistem
dari
wewenang
dan
kelompok
pengawasan
kebiasaan
kerja
dan
tingkah
dan
sama
antara
penggolongan,
laku
serta
manusia.
Keseluruhan
yang
disebut
masyarakat.
Masyarakat
tata
dari
kebebasan
selalu
berubah
merupakan
jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu
berubah.
5.
Konsep Partisipasi Masyarakat
o Konsep partisipasi menurut Midgley (Community
Participation
:
History
Concepts
and
Controversies, 1986 : 38 – 44) menjadi bentuk
yang pasif, artinya negara termasuk birokrasi
sebagai
pengambil
keputusan
yang
utama,
sehingga tipe partisipasi seperti ini membuat
masyarakat
tetap
tersingkir
di
dalam
proses
pembangunan.
o Sedangkan
menurut
Cohen
&
Uphoff
(Participation’s Place in Rural Development :
Seeking Clarity Trought Specifity, a980 : 215223) menyatakan bahwa dalam partisipasi harus
melibatkan
pembuatan
masyarakat
keputusan,
mulai
penerapan
dari
tahap
keputusan,
penikmatan hasil dan evaluasi.
Dalam
saatnya
mewujudkan
melihat
pembangunan
pentingnya
alternatif,
masyarakat
tidak
sudah
lagi
sebagai obyek, tapi sebagai subyek pembangunan. Dalam
1076
konteks ini partisipasi masyarakat sepenuhnya dianggap
sebagai penentu keberhasilan pembangunan.
Mengapa demikian ? karena selama ini keterlibatan
masyarakat
hanya
dilihat
dalam konteks
yang
sempit,
artinya masyarakat cukup dipandang sebagai tenaga kasar
untuk
mengurangi
peran
serta
biaya
masyarakat
pembangunan
sosial.
”terbatas”
pada
Sehingga
implementasi
atau penerapan program. Masyarakat tidak dikembangkan
dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus
menerima
keputusan
yang
sudah
diambil
pihak
luar.
Dengan demikian partisipasi mendukung masyarakat untuk
mulai sadar akan situasi dan masalah yang dihadapinya
serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai
untuk
mengatasi
membantu
masalah
masyarakat
mereka.
miskin
Partisipasi
untuk
melihat
juga
realitas
sosial ekonomi yang ada di sekitarnya.
6.Model-Model Pemberdayaan Masyarakat

Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin
Penanggulangan problema kemiskinan nampaknya masih
mengabaikan
masalah
mata
masalah
hanya
kemiskinan
juga
ketidakberdayaan,
ekonomi
bersumber
saja,
karena
padahal
pada kondisi
semataproblema
politik
bagi
kelompok miskin, sehingga mekanisme menetes ke bawah
akan tercecer.
Proses
individual
pemberdayaan
maupun
dapat
kolektif
dilakukan
(kelompok).
secara
Proses
ini
merupakan wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi
atau
hubungan
dengan
adanya
antara
lapisan
polarisasi
sosial
ekonomi,
yang
maka
dicirikan
kemampuan
individu ”senasib” untuk saling berkumpul dalam suatu
1077
kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan
yang paling efektif.
Hal tersebut dapat dicapai melalui proses dialog
dan diskusi di dalam kelompoknya masing-masing, yaitu
individu dalam kelompok belajar untuk mendiskripsikan
suatu situasi, mendiskripsikan opini dan emosi mereka
atau
dengan
kata
lain
mereka
belajar
untuk
mendifinisikan masalah menganalisis, kemudian mencari
solusinya.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat miskin :
Strategi
yang
digunakan
untuk
memberdayakan
masyarakat miskin anatara lain :
1) Pembentukan
artinya
Kelompok
masyarakat
Swadaya
miskin
Masyarakat,
diberi
kebebasan
untuk membentuk dan beraktivitas dalam kelompok
yang diinginkan;
2) Pendampingan, hal ini sangat penting mengingat
bahwa
tugasnya
kelompok,
menyertai
penyelenggaraan
komunikator
pendampingan
tergantung
adalah
proses
kelompok
atau
aktivitas
pembentukan
sebagai
pihak
Agar
luar
dan
fasilitator,
dinamisator.
diperlukan?
pada
membina
Mengapa
kelompok
(agar
tidak
berfungsi
secara mandiri);
3) Melibatkan
aparat
desa
setempat,
yang
dibutuhkan dalam penyaluran dana.

Model Pemberdayaan Masyarakat Petani
Problema
yang
dihadapi
petani
miskin
kian
hari
kian sama saja, yakni: para petani menghadapi masalah
1078
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi kemudian menghadapi
masalah baru dengan pemilik lahan, tengkulak, dll.
Problema
besar
yang
dihadapi
petani
miskin
tersebut dikarenakan mereka tidak mempunyai lahan yang
cukup
(lahannya
sempit)
bahkan
sama
sekali
tidak
mempunyai lahan. Ketidakberdayaan dalam masalah lahan
tersebut juga disebabkan oleh faktor-faktor pendukung
lainnya
seperti
produktivitas
rendahnya
tanah.
Oleh
pendidikan,
sebab
itu
rendahnya
mereka
harus
dikeluarkan dari lingkaran yang membelitnya atau paling
tidak
mereka
diberdayakan
agar
mandiri
dan
lebih
produktif untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Bergesernya tata guna lahan menjadi sempit (<0,50
Ha) yaitu dari tanah pertanian menjadi daerah industri
dan perumahan adalah sebagai akibat bertambahnya jumlah
penduduk dan berkembangnya sektor ekonomi yang kurang
memperhatikan aspek lingkungan yaitu pergesaran lahan
tersebut telah memanfaatkan lahan subur pertanian yang
masih tinggi produktivitasnya.
Menurut
pendapat
Thorbecke
(
Analysing
Rural
Povety, 1993:63-64 ), petani berlahan sempit dan buruh
tani
merupakan
kelompok
petani yang
hidupnya
paling
menderita, karena mereka hanya mampu memproduksi hasil
pertanian yang sedikit sehingga pendapatannya kecil.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani :
Usaha-usaha
memberdayakan
petani
yang
dengan :
1079
yang
kelompok
tidak
harus
petani
mempunyai
dilakukan
berlahan
lahan,
untuk
sempit
dapat
dan
dilakukan
1) Meningkatkan
pendidikan
dengan
wajib
belajar
untuk dapat mengenal teknologi pertanian;
2) Meningkatkan
peran
lembaga-lembaga
sosial
seperti KUD, HKTI;
3) Mencari alternatif-alternatif usaha-usaha lain
selain bercocok tanam.
7.Sasaran Pemberdayaan
Masyarakat yang perlu diberdayakan adalah orang
miskin di kota dan di desa, buruh, nelayan, petani, dan
masyarakat pinggiran. Masyarakat tersebut diberdayakan
agar dapat mandiri, sehingga posisi tawar masyarakat
khususnya
masyarakat
lapisan
bawah
semakin
kuat.
Pemberdayaan tersebut berarti membela, melindungi dan
memihak
kepada
yang
lemah
serta
mencegah
adanya
eksploitasi terhadap masyarakat lapisan bawah. Proses
pemberdayaan
tersebut
tidak
dapat
dilakukan
secara
parsial tetapi harus dilakukan secara sinergi.
Sasaran Pemberdayaan Masyarakat meliputi :
4) Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE);
5) Pengelolaan
sudah
ada
(manajemen)
kegiatan
yang
berorientasi
Agro
Bisnis
usaha
pada
yang
pasar
(market);
6) Pengembangan
sebagai
alternatif
usaha masyarakat perdesaan.
8.Peran Lembaga Swasta dalam Pemberdayaan
Peran
lembaga
swasta
dalam
memberdayakan
masyarakat antara lain:
1) Berperan sebagai fasilitator dan katalisator
2) Berperan sebagai pelatih dan pendidik
3) Berperan sebagai pemupuk modal dengan melakukan
penghematan, menabung dan usaha produktif
1080
4) Penyelenggara proyek-proyek
Adapun upaya yang harus dilakukan meliputi tiga
cara :
1) Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi
petani masyarakat untuk berkembang
2) Memperkuat
dengan
potensi
yang
menerapkan
dimiliki
oleh
langkah-langkah
rakyat
nyata,
menampung berbagai masukan, menyediakan sarana
dan
prasarana
yang
dapat
diakses
masyarakat
kepentingan
masyarakat
lapisan bawah
3) Melindngi
dan
membela
lemah
Hakekat pemberdayaan dalam pengentasan kemiskinan
bertujuan
masyarakat
untuk
melakukan
miskin
dapat
perubahan-perubahan
memainkan
agar
perannya
dalam
program pembangunan, mampu merumuskan kebutuhan dengan
potensi/sumber
daya
memprioritaskan
masalah
yang
yang
dimiliki,
akan
dipecahkan
mampu
sesuai
dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki serta mampu
menyusun
rencana
kegiatan
untuk
menangani
atau
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
C.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan
bahwa :
1. Pemberdayaan
bersama
masyarakat
(KUBE)
sangat
melalui
bermanfaat
kelompok
bagi
usaha
masyarakat,
karena dengan berkelompok masyarakat masyarakat akan
memiliki wadah dalam melakukan kegiatannya.
2. Dengan
adaya
KUBE,
masyarakat
miskin
akan
mendapatkan bantuan untuk membuat kegiatan yang pada
akhirnya akan dapat mendatangkan hasil keuangan
1081
3. Kelompok Usaha Bersama juga akan memberikan manfaat
yang lebih bagi para nggotanya, baik manfaat secara
finansial, maupun manfaat kebersamaan dan kegotong
royongan
yang
saat
ini
sudah
mulai
pudar
di
masyarakat desa.
D. Saran
Berdasarkan
tersebut
di
kesimpulan
atas,
maka
dari
peneliti
hasil
penelitian
memberikan
saran
–
saran sebagai berikut :
1. Perlu
adanya
peningkatan
ketrampilan
khusus
bagi
masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumberdaya yang
ada, sehingga akan bermanfaat secara optimal
2. Perlu adanya peningkatan SDM dengan mengikut para
anggota KUBE dalam pelatihan atau Life Skill yang
diadakan oleh pemerintah
3. Perlu
adanya
intensif,
Daerah
dukungan
baik
dan
dari
pemerintah
Pusat,
agar
pemerintah
Desa
maupun
perkembangan
yang
lebih
Pemerintah
KUBE
lebih
efesien dan efektif.
* Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Sultan Fatah Demak
1082
DAFTAR PUSTAKA
Bryant, Coraly dan White, Louise D, 1988, Manajemen
Pembangunan, Terjemahan Rusyanto L. Simatupang,
LP3ES, Jakarta.
Ciptono, Fandy, 1997, Prinsip-Prinsip
Service, Andi, Yogyakarta.
Total
Quality
Dun,
William. N, 1992, Pengantar Analisis Kebijakan
Publik (Terjemahan), Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Dye,
Thomas R,
1978, Understanding Public Policy,
Pentice Policy, Pentice Hall, Englewod Cliff, New
Jersey.
Denhart, Robert, 1995, Public Administration, Action
and
Orientation,
Wordwort
Publizing
Company,
Belmont.
Dwianto, Agus, 1999, Evaluasi Program dan Kebijakan
Pemerintah, Makalah disampaikan pada Pelatihan
TMKR, MAP-UGM, Yogyakarta.
Edwards, III George, 1980, Implementing Public Policy,
Cogresional Quartely Press, N. W. Washington DC.
Khairudin, 1992, Pembangunan Masyarakat: Tinjauan Aspek
Sosiologi,
Ekonomi
dan
Perencanaan,
Liberty,
Yogyakarta.
Syahrir,
1998,
Pembangunan
Berdimensi
Kerakyatan,
Yayasan Obor, Bandung.
Siegel, Sidney, 1996, Statistik Non Parametrik untuk
Ilmu-Ilmu Sosial, gramedia, Jakarta.
Sugiono, 1997, Metode Penelitian Administrasi, Cetakan
V, Alfabeth, Bandung.
Ghozali, Imam, 2002, Statistik Non Parametrik, Badan
Peberbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Sumardi,
Mulyanto
dan
Dieter,
Ever
Hans,
Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, Rajawali
Jakarta.
1083
1982,
Pers,
Supriatna, Tjahja, 2000, Strategi Pembangunan
Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta.
dan
Tjokrowinoto, Moeljarto, 1996, Pembangunan: Dilema dan
Tantangan, Pustaka Rajawali, Jakarta.
Abdul Wahab, Solichin, 2001, Analisis Kebijaksanaan:
dari
Formulasi
ke
Implementasi
Kebijaksanaan
Negara, Bumi Aksara, Jakarta.
Winanrno, Budi, 2002, Kebijaksanaan Publik: Teori dan
Proses, MedPress, Yogyakarta.
1084
Download