PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) Oleh :Sri Umiatun Andayani* Abstrak Pembangunan yang terpusat yang dilaksanakan selama ini ternyata hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak diimbangi oleh kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Fundamental pembangunan ekonomi yang rapuh, penyelenggaraan negara yang sangat birokratis dan cenderung korup, serta tidak demokratis telah menyebabkan krisis moneter dan ekonomi, yang nyaris berlanjut dengan krisis moral yang memprihatinkan. Hal tersebut kemudian menjadi penyebab timbulnya krisis nasioanal yang berkepanjangan, telah membahayakan persatuan dan kesatuan, mengancam kehidupan bangsa dan negara. Oleh karena itu, reformasi disegala bidang dilakukan untuk bangkit kembali memperteguh kepercayaan diri atas kemampuanya dan melakukan langkah–langkah penyelamatan pemulihan, pemantapan dan pengembagan pembangunan dengan paradigma baru Iindonesia masa depan yang berwawasan kelautan dalam rangka mewujudkan cita–cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kata Kunci : Pemberdayaan, Masyarakat, Pembangunan A. PENDAHULUAN Setidaknya menyiratkan GBHN adanya tersebut suatu nampaknya pengakuan bahwa telah paradigma pertumbuhan yang dikenal dengan istilah menetes kebawah telah membawa kegagalan dalam dinamika pembangunan di Indonesia. Seorang Tjokrowinoto (1996:120) Indonesia 1065 dalam pakar pembangunan menyatakan berbagai variasi Moeljarto penegasanya bahwa penekananya, sejak awal menganut strategi pertumbuhan dan sekaligus pemerataan dan penanggulangan kemiskinan (growth – cum – poverty alleviation and social equity ). Berawal dari suatu kegagalan tersebut sebuah pemikiran yang kemudian muncul adalah pandangan untuk segera beralih pada paradigma baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma pemberdayaan dalam pembangunan di Indonesia. Melihat persoalan tersebut di atas, nampaknya persoalan kemiskinan tersebut merupakan sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh pembangunan, artinya disuatu negara yang melaksanakan pembangunan maka yang ditekankan adalah sejauhmana permasalahan kemiskinan dapat diturunkan atau di tanggulangi karena permasalahan kemiskinan merupakan sebuah permasalahan yang bersifat komplek dan multidimensional sebagaimana dikemukakan oleh Moeljarto Tjokrowinoto (1996: 122- 123), yaitu: Kemiskinan bukanlah suatu sosok yang amorfhous, tetapi merupakan suatu fenomena yang bersifat komplek dan multidimensioanal. seringkali dijadikan Rendahnya alat tingkat pengukur hidup yang kemiskinan, pada hakekatnya hanyalah merupakan suatu mata rantai dari sejumlah faktor yang mewujudkan sindroma kemiskinan. Dari segi politik ekonomi ini, kemiskinan dipandang sebagai konsekwensi kekayaan dan kekuasaan disatu pihak dan menumbuhkan masa pinggiran yang mempunyai posisi menawaryang lemah dilain pihak. Dari segi sosial ekonomi, profil kemiskinan juga merupakan produk dari dampak saring (filtering–efect) pelapisan sosial dan struktur akses dalam suatu masyarakat, yang menghambat peluang kaum miskin dalam memperoleh berbagai pelayanan 1066 dan buah pembangunan. Sementara itu, ekologi fisik juga dapat dijadikan kluster katalis ekologi sebagai ini fenomena fenomena kemiskinan fisik, kemiskinan. di Dalam interpretasikan teknis dan statistik: pertumbuhan penduduk yang tinggi: kerusakan lingkungan, tekanan yang menurunkan pada sumber yang menurunkan carrying capasity, keterisolasian dan seterusnya. Apa yang dikemukakan oleh Tjokrominoto tersebut mengenai profil kemiskinan merupakan persoalan yang bersifat struktural dan multidimensional yang mencakup politik, kehidupan sosial, ekonomi, sehari–hari aset dan dimensi lain–lain. kemiskinan Dalam tersebut muncul dalam berbagai bentuknya, seperti antara lain: a. Dimensi politik, dimilikinya wadah memperjuangkan sering muncul organisasi aspirasi tidak yang dan mampu kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar–benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai keberbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara dalam bentuk layak, termasuk akses informasi. b. Dimensi tidak kedalam sosial, sering muncul terintegrasikanya institusi terinternalisaikanya masyarakat miskin sosial yang ada dan budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka. c. Dimensi ekonomi, muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan 1067 sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai pada batas yang layak. d. Dimensi aset, kepemilikan ditandai masyarakat dengan miskin rendahnya keberbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumber daya manusia, peralatan kerja, modal dan sebagainya Melihat karakteristik penanggulangan kelembagaan kemiskinan dituju masyarakat, keberdayaan kelembagaan kemiskinan baik ke tersebut arah dilihat maupun maka pengokohan dari penguatan aspek organisasi masyarakat. Berdasarkan profil kemiskinan yang sifatnya struktural dan multidimensional tersebut maka dapat dikatakan persoalan kemiskinan bentuk solusinya adalah dengan paradigma pemberdayaan. Adapun aplikasi dari paradigma tersebut dalam hal untuk mengatasi persoalan kemiskinan tersebut pemerintah berupaya memecahkanya dalam bentuk proyek-proyek pembangunan seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perdesaan. yang target utamanya kemiskinan di adalah wilayah pedesaan. Sedangkan kantong–kantong untuk proyek pengentasan kemiskinan yang target utamanya penduduk miskin di perkotaan, pemerintah mengeluarkan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Proyek ( P2KP ). Adapun beberapa hal yang dibiayai oleh BLM adalah sbb: 1. Hibah, penggunaan dana hibah tersebut hanya untuk kegiatan yang benar– benar mendesak dan bermanfaat langsung bagi kepentingan serta kebutuhan riil masyarakat langsung yaitu hibah untuk 1068 pembangunan pelayanan prasarana dan sarana yang dasar sifatnya perumahan untuk dan pemukiman, membangun hibah kapasitas dan daya saing kelompok masyarakat miskin dalam hal ini pelatihan–pelatihan, hibah untuk santunan fakir miskin, orang jompo, anak yatim piatu dan lain-lain. 2. Pinjaman (kredit mikro), yaitu: pinjaman untuk Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ) yang membutuhkan dana untuk usaha produktif termasuk kredit mikro perumahan atau perbaikan rumah dan atau perbaikan ketrampilan yang langsung terkait dengan kegiatan usaha tersebut dengan batas pinjaman pertama kali Rp. 500. 000, 00 dan maksimal pinjaman 2 juta rupiah. Berdasarkan penjelasan dan uaraian di atas, bahwa kelompok-kelompok sadaya masyarakat sangat berperan dalam meningkatkan perekonomian di masyarakat khususnya masyarakat perdesaan, tanpa adanya wadah atau kelompok yang ada pemerintah di masyarakat yang desa, digulirkan di maka program-program masyarakat tidak akan mencapai sasaran sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih jauh (KUBE) bagaimana dalam peranan meningkatkan Kelompok pendapatan Usaha Bersama masyarakat di desa. B. Pembahasan 1.Pengertian KUBE 1.1. Hakekat KUBE Keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bagi fakir miskin di tengah-tengah masyarakat telah mencari sarana 1069 untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif ( khususnya dalam peningkatan pendapatan ), menyediakan sebagian kebutuhan yang diperlukan bagi keluarga fakir miskin, menciptakan keharmonisan hubungan sosial antar keluarga fakir miskin, pengembangan diri dan sebagai wadah bebagai pengalaman antar anggota. Kehadiran KUBE fakir miskinmerupakan media untuk meningkatkan motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan sosial, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber-sumber ekonomi lokal, mempperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait. Melalui kelompok, setiap keluarga miskin dapat saling berbagi pengalaman, saling berkomunikasi, saling mengenal, dapat menyelesaikan berbagai masalah dan kebutuhan yang dirasakan. Dengan sistem KUBE, kegiatan usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian dikembangkan dalam kelompok, sehingga setiap anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam kegiatan usaha ekonomi produktif, usaha kesejahteraan sosial serta kemampuan berorganisasi. Melalui KUBE diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan berfikir para anggota karena mereka dituntut megelola usaha suatu yang kemampuan sedang manajerial dijalankan, dan untuk berupaya menggali dan mamanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di lingkungan untuk keberhasilan kelompoknya. Selain itu diharapkan dapat menumbuh kembangkan sikap-sikap yang 1070 berorganisasidan semakin baik serta pengendalian dapat emosi menumbuhkan yang rasa kebersamaan, kepedulian kekeluargaan, dan kegotongroyongan, kesetiakawanan sosial, baik rasa diatara keluarga binaan maupun kepada masyarakat secara luas. 1.2. Tujuan KUBE a. meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE di dalam memenuhi sehari-hari, pendapatan kebutuhan-kebutuhan ditandai , dengan meningkatkan hidup meningkatnya kualitas pangan, sandang, kesehatan dan tingkat pendidikan; b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dalam lingkungan sosial, c. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya; 1.3. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan, dengan struktur organisasi pengurus dapat dan tergantung memberikan anggotanya. pada tugas Struktur kegiatanatau pokok terhadap organisasi jenis usaha sangat yang dijalankan oleh KUBE tersebut. Namun demikian, di bawah ini ditawarkan struktur yang baku tentang struktur KUBE tersebut. 1071 Gambar : Struktur Organisasi KUBE Ketua Ketua Ketua Urusan 1.4. Pinsip-Prinsip Pengembangan KUBE 1) Penentuan Nasib Sendiri 2) Kekeluargaan 3) Kegotong royongan 4) Potensi anggota 5) Sumber-sumber setempat 6) Keberlanjutan 7) Usaha yang berorientasi pasar 1.5. Tahap Pembentukan KUBE 1) Tahap Persiapan 2) Tahap Pelaksanaan 3) Tahap Pengembangan 4) Tahap Kemitraan 5) Tahap Monitoring dan Evaluasi 1.6. Bidang Kegiatan KUBE 1) Bidang Kelembagaan 2) Bidang Sosial 3) Bidang Ekonomi 2.Konsep Pemberdayaan 1072 a. Konsep Pemberdayaan diterjemahkan dalam sebagai arti perolehan luas dapat kekuatan dan akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah. b. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan, memiliki perspektif yang lebih luas. o Menurut pearse dan Stiefel (Inequality Into Participation : A. Research Approach, 1976), menyatakan kekhasan bahwa local, peningkatan menghormati dekonsentrasi kemandirian kebinekaan, kekuatan merupakan dan bentuk- bentuk pemberdayaan partisipatif. o Menurut paul (community Development Participation Project, 1987) in mengartikan pemberdayaan sebagai pembagian kekuasaan yang adil, sehingga ada peningkatan kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah, serta proses memperbesar pengaruh mereka terhadap ”proses dan hasil pembangunan” 3.Konsep Pemberdayaan dalam wacana Kemiskinan o Menurut Chambers ( Rural Development : Puting The Last First, 1983 : 113 – 114 ), mengatakan bahwa penyebab kemiskinan sebagai sutau kompleksitas serta hubungan sebab akibat yang saling berkaitan (powerlessness), Kelelemahan kemiskinan (isolation). menyatakan dari kerapuhan fisik (Vulnerability), (physical (poverty) Selain bahwa ketidakberdayaan ada dan itu Weekness), keterasingan Chambers keterkaitan juga antara ketidakberdayaan dan dimensi perangkat lainnya. Ketidakberdayaan 1073 membatasi akses terhadap sumber daya negara, memperumit keadilan hukum bagi penyelewengan, menyebabkan hilangnya kekuatan tawar-menawar, membuat rakyat semakin rapuh terhadap pembayaran permintaan pinjaman atau mendadak terhadap untuk permintaan uang suap dalam suatu persengketaan. o Menurut konsep Gender Kabeer Hierarchies (Reserved in Realities Development : Thought, 1994), berpendapat bahwa ketidakberdayaan bukan mengarah pada sekali, akan tampak hanya ternyata tidak tetapi adanya pada memiliki sama kenyataannya yang sedikit justru bertahanmenggulingkan kekuatan kekuatan, mampu dan untuk kadang-kadang perlu dikembangkan dan ditampakkan. Dari beberapa konsep pemberdayaan yang disampaikan oleh para bahwa teoritisi di ketidakberdayaan bukanlah merupakan ketidakberdayaan dan atas, maka dan kondisi dapat disipulkan kemiskinan alamiah, kemiskinan mesyarakat akan masyarakat tetapi bukanlah merupakan kondisi alamiah, akan tetapi ketidakberdayaan dan kemiskinan ketidakadilan pemerintah, yang karena dalam sehingga dimiliki itu dikembangkan masyarakat oleh kondisi dan pendistribusian mengakibatkan masyarakat ditampakkan 1074 Definisi Masyarakat akibat dari kekuasaan oleh daya semakin masyarakat maju. 4. merupakan agar seperti lebih dan potensi lemah. Oleh ini perlu berdaya dan Istilah “syaraka” Dalam Masyarakat yang bahasa berasal berarti inggris ikut dari akar serta, dipakai kata Arab berpartisipasi. istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti kawan. Ada beberapa para ahli yang memberikan definisi tentang masyarakat, antara lain sebagai berikut: 1. Koentjaraningrat kesatuan menurut menyatakan hidup suatu manusia sistem masyarakat yang adat adalah berinteraksi istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. 2. Selo Soemardjan adalah mengatakan orang-orang yang bahwa hidup masyarakat bersama, yang menghasilkan kebudayaan. 3. J.L Gillin masyarakat terbesar dan J.P adalah dan Gillin mengatakan bahwa manusia yang kelompok mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. 4. Ralph Linton menyebutkan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri sendiri dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. 5. Emile Durkheim adalah hubungan suatu antar berpendapat sisitem anggota yang bahwa masyarakat dibentuk sehingga dari menampilkan suatu realitas tertentu yang mempunyai ciricirinya sendiri. 1075 6. M.J Herskovits mengemukakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasi dan mengikuti satu cara hidup tertentu. 7. Mac Iver dan Page mengatakan bahwa masyarakat adalah cara, suatu dari berbagai sistem dari wewenang dan kelompok pengawasan kebiasaan kerja dan tingkah dan sama antara penggolongan, laku serta manusia. Keseluruhan yang disebut masyarakat. Masyarakat tata dari kebebasan selalu berubah merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. 5. Konsep Partisipasi Masyarakat o Konsep partisipasi menurut Midgley (Community Participation : History Concepts and Controversies, 1986 : 38 – 44) menjadi bentuk yang pasif, artinya negara termasuk birokrasi sebagai pengambil keputusan yang utama, sehingga tipe partisipasi seperti ini membuat masyarakat tetap tersingkir di dalam proses pembangunan. o Sedangkan menurut Cohen & Uphoff (Participation’s Place in Rural Development : Seeking Clarity Trought Specifity, a980 : 215223) menyatakan bahwa dalam partisipasi harus melibatkan pembuatan masyarakat keputusan, mulai penerapan dari tahap keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi. Dalam saatnya mewujudkan melihat pembangunan pentingnya alternatif, masyarakat tidak sudah lagi sebagai obyek, tapi sebagai subyek pembangunan. Dalam 1076 konteks ini partisipasi masyarakat sepenuhnya dianggap sebagai penentu keberhasilan pembangunan. Mengapa demikian ? karena selama ini keterlibatan masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya masyarakat cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi peran serta biaya masyarakat pembangunan sosial. ”terbatas” pada Sehingga implementasi atau penerapan program. Masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil pihak luar. Dengan demikian partisipasi mendukung masyarakat untuk mulai sadar akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi membantu masalah masyarakat mereka. miskin Partisipasi untuk melihat juga realitas sosial ekonomi yang ada di sekitarnya. 6.Model-Model Pemberdayaan Masyarakat Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin Penanggulangan problema kemiskinan nampaknya masih mengabaikan masalah mata masalah hanya kemiskinan juga ketidakberdayaan, ekonomi bersumber saja, karena padahal pada kondisi semataproblema politik bagi kelompok miskin, sehingga mekanisme menetes ke bawah akan tercecer. Proses individual pemberdayaan maupun dapat kolektif dilakukan (kelompok). secara Proses ini merupakan wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi atau hubungan dengan adanya antara lapisan polarisasi sosial ekonomi, yang maka dicirikan kemampuan individu ”senasib” untuk saling berkumpul dalam suatu 1077 kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif. Hal tersebut dapat dicapai melalui proses dialog dan diskusi di dalam kelompoknya masing-masing, yaitu individu dalam kelompok belajar untuk mendiskripsikan suatu situasi, mendiskripsikan opini dan emosi mereka atau dengan kata lain mereka belajar untuk mendifinisikan masalah menganalisis, kemudian mencari solusinya. Strategi Pemberdayaan Masyarakat miskin : Strategi yang digunakan untuk memberdayakan masyarakat miskin anatara lain : 1) Pembentukan artinya Kelompok masyarakat Swadaya miskin Masyarakat, diberi kebebasan untuk membentuk dan beraktivitas dalam kelompok yang diinginkan; 2) Pendampingan, hal ini sangat penting mengingat bahwa tugasnya kelompok, menyertai penyelenggaraan komunikator pendampingan tergantung adalah proses kelompok atau aktivitas pembentukan sebagai pihak Agar luar dan fasilitator, dinamisator. diperlukan? pada membina Mengapa kelompok (agar tidak berfungsi secara mandiri); 3) Melibatkan aparat desa setempat, yang dibutuhkan dalam penyaluran dana. Model Pemberdayaan Masyarakat Petani Problema yang dihadapi petani miskin kian hari kian sama saja, yakni: para petani menghadapi masalah 1078 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi kemudian menghadapi masalah baru dengan pemilik lahan, tengkulak, dll. Problema besar yang dihadapi petani miskin tersebut dikarenakan mereka tidak mempunyai lahan yang cukup (lahannya sempit) bahkan sama sekali tidak mempunyai lahan. Ketidakberdayaan dalam masalah lahan tersebut juga disebabkan oleh faktor-faktor pendukung lainnya seperti produktivitas rendahnya tanah. Oleh pendidikan, sebab itu rendahnya mereka harus dikeluarkan dari lingkaran yang membelitnya atau paling tidak mereka diberdayakan agar mandiri dan lebih produktif untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Bergesernya tata guna lahan menjadi sempit (<0,50 Ha) yaitu dari tanah pertanian menjadi daerah industri dan perumahan adalah sebagai akibat bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya sektor ekonomi yang kurang memperhatikan aspek lingkungan yaitu pergesaran lahan tersebut telah memanfaatkan lahan subur pertanian yang masih tinggi produktivitasnya. Menurut pendapat Thorbecke ( Analysing Rural Povety, 1993:63-64 ), petani berlahan sempit dan buruh tani merupakan kelompok petani yang hidupnya paling menderita, karena mereka hanya mampu memproduksi hasil pertanian yang sedikit sehingga pendapatannya kecil. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani : Usaha-usaha memberdayakan petani yang dengan : 1079 yang kelompok tidak harus petani mempunyai dilakukan berlahan lahan, untuk sempit dapat dan dilakukan 1) Meningkatkan pendidikan dengan wajib belajar untuk dapat mengenal teknologi pertanian; 2) Meningkatkan peran lembaga-lembaga sosial seperti KUD, HKTI; 3) Mencari alternatif-alternatif usaha-usaha lain selain bercocok tanam. 7.Sasaran Pemberdayaan Masyarakat yang perlu diberdayakan adalah orang miskin di kota dan di desa, buruh, nelayan, petani, dan masyarakat pinggiran. Masyarakat tersebut diberdayakan agar dapat mandiri, sehingga posisi tawar masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah semakin kuat. Pemberdayaan tersebut berarti membela, melindungi dan memihak kepada yang lemah serta mencegah adanya eksploitasi terhadap masyarakat lapisan bawah. Proses pemberdayaan tersebut tidak dapat dilakukan secara parsial tetapi harus dilakukan secara sinergi. Sasaran Pemberdayaan Masyarakat meliputi : 4) Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE); 5) Pengelolaan sudah ada (manajemen) kegiatan yang berorientasi Agro Bisnis usaha pada yang pasar (market); 6) Pengembangan sebagai alternatif usaha masyarakat perdesaan. 8.Peran Lembaga Swasta dalam Pemberdayaan Peran lembaga swasta dalam memberdayakan masyarakat antara lain: 1) Berperan sebagai fasilitator dan katalisator 2) Berperan sebagai pelatih dan pendidik 3) Berperan sebagai pemupuk modal dengan melakukan penghematan, menabung dan usaha produktif 1080 4) Penyelenggara proyek-proyek Adapun upaya yang harus dilakukan meliputi tiga cara : 1) Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi petani masyarakat untuk berkembang 2) Memperkuat dengan potensi yang menerapkan dimiliki oleh langkah-langkah rakyat nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan sarana dan prasarana yang dapat diakses masyarakat kepentingan masyarakat lapisan bawah 3) Melindngi dan membela lemah Hakekat pemberdayaan dalam pengentasan kemiskinan bertujuan masyarakat untuk melakukan miskin dapat perubahan-perubahan memainkan agar perannya dalam program pembangunan, mampu merumuskan kebutuhan dengan potensi/sumber daya memprioritaskan masalah yang yang dimiliki, akan dipecahkan mampu sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki serta mampu menyusun rencana kegiatan untuk menangani atau menyelesaikan masalah yang dihadapi. C. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemberdayaan bersama masyarakat (KUBE) sangat melalui bermanfaat kelompok bagi usaha masyarakat, karena dengan berkelompok masyarakat masyarakat akan memiliki wadah dalam melakukan kegiatannya. 2. Dengan adaya KUBE, masyarakat miskin akan mendapatkan bantuan untuk membuat kegiatan yang pada akhirnya akan dapat mendatangkan hasil keuangan 1081 3. Kelompok Usaha Bersama juga akan memberikan manfaat yang lebih bagi para nggotanya, baik manfaat secara finansial, maupun manfaat kebersamaan dan kegotong royongan yang saat ini sudah mulai pudar di masyarakat desa. D. Saran Berdasarkan tersebut di kesimpulan atas, maka dari peneliti hasil penelitian memberikan saran – saran sebagai berikut : 1. Perlu adanya peningkatan ketrampilan khusus bagi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumberdaya yang ada, sehingga akan bermanfaat secara optimal 2. Perlu adanya peningkatan SDM dengan mengikut para anggota KUBE dalam pelatihan atau Life Skill yang diadakan oleh pemerintah 3. Perlu adanya intensif, Daerah dukungan baik dan dari pemerintah Pusat, agar pemerintah Desa maupun perkembangan yang lebih Pemerintah KUBE lebih efesien dan efektif. * Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Sultan Fatah Demak 1082 DAFTAR PUSTAKA Bryant, Coraly dan White, Louise D, 1988, Manajemen Pembangunan, Terjemahan Rusyanto L. Simatupang, LP3ES, Jakarta. Ciptono, Fandy, 1997, Prinsip-Prinsip Service, Andi, Yogyakarta. Total Quality Dun, William. N, 1992, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Terjemahan), Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Dye, Thomas R, 1978, Understanding Public Policy, Pentice Policy, Pentice Hall, Englewod Cliff, New Jersey. Denhart, Robert, 1995, Public Administration, Action and Orientation, Wordwort Publizing Company, Belmont. Dwianto, Agus, 1999, Evaluasi Program dan Kebijakan Pemerintah, Makalah disampaikan pada Pelatihan TMKR, MAP-UGM, Yogyakarta. Edwards, III George, 1980, Implementing Public Policy, Cogresional Quartely Press, N. W. Washington DC. Khairudin, 1992, Pembangunan Masyarakat: Tinjauan Aspek Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan, Liberty, Yogyakarta. Syahrir, 1998, Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, Yayasan Obor, Bandung. Siegel, Sidney, 1996, Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial, gramedia, Jakarta. Sugiono, 1997, Metode Penelitian Administrasi, Cetakan V, Alfabeth, Bandung. Ghozali, Imam, 2002, Statistik Non Parametrik, Badan Peberbit Universitas Diponegoro, Semarang. Sumardi, Mulyanto dan Dieter, Ever Hans, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, Rajawali Jakarta. 1083 1982, Pers, Supriatna, Tjahja, 2000, Strategi Pembangunan Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta. dan Tjokrowinoto, Moeljarto, 1996, Pembangunan: Dilema dan Tantangan, Pustaka Rajawali, Jakarta. Abdul Wahab, Solichin, 2001, Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta. Winanrno, Budi, 2002, Kebijaksanaan Publik: Teori dan Proses, MedPress, Yogyakarta. 1084