MODUL PERKULIAHAN PENDEKATAN HUMAN RELATIONS DAN SISTEM Pokok Bahasan 1. Teori berdasarkan Human Relations 2. Teori berdasarkan Sistem Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh 42008 Dr. Inge Hutagalung, M.Si Abstrak Kompetensi Teori komunikasi organisasi dapat dilihat dari pendekatan human relations maupun sistem Mampu menerangkan konsep mengenai berbagai pendekatan dalam komunikasi organisasi Pembahasan Teori klasik menunjukkan keteraturan, rasionalitas, dan regulasi atas perilaku manusia. Lebih lanjut, menurut teori-teori klasik bila setiap orang mengetahui peranan, tanggung jawab, dan kepada siapa mereka harus bertanggung jawab, maka organisasi dapat berjalan dengan baik. Sementara, teori-teori dengan pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang. Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan oleh orangorang di dalam organisasi. Perilaku orang-orang dalam organisasi akan membentuk organisasi. Pendekatan subjektif menganggap organisasi sebagai pengorganisasian perilaku. Teoretisi perilaku mengubah teori-teori klasik dari pertimbangan-pertimbangan mengenai struktur murni dan tugas ke pertimbangan-pertimbangan mengenai manusia dan moral. Meskipun teoretisi perilaku menekankan pentingnya organisasi informal, namun tetap tidak menolak legitimasi dan predominansi organisasi formal. Organisasi informal dan organisasi formal harus difusikan secara bersama. Organisasi informal dipandang sebagai sesuatu yang memerlukan perhatian sehingga akan membangun kinerja organisasi formal. TEORI BERDASARKAN PENDEKATAN HUMAN RELATIONS Penelitian Hawthorne telah memperlihatkan bahwa hubungan anggota dalam suatu tim kerja akan meningkatkan moral dan produktivitas terlepas dari apakah kondisi-kondisi kerja baik ataupub buruk. Singkat kata, ada dua kesimpulan yang dapat ditarik dari studi Hawthorne yaitu (1) perhatian terhadap individu akan mengubah sikap dan perilaku; (2) moral dan produktivitas dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Hal lain yang harus diakui berdasarkan studi Hawthorne adalah suatu informal hubungan sosial memang ada di balik struktur organisasi yang formal. Yang berarti pula banyak masalah dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam organisasi., tidak hanya sebatas pengembangan kualitas hubungan manusiawi. 2016 2 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Teori Fusi Bakke dan Argyris Sadar akan banyaknya masalah dalam rangka mengembangkan kualitas manusia sebagai pelaku sekaligus penggerak organisasi, Bakke (1950) menyarankan suatu proses fusi. Ia berpendapat bahwa organisasi, hingga suatu tahap tertentu akan mempengaruhi individu, sementara pada saat yang sama individupun akan mempengaruhi organisasi. Hasilnya adalah suatu organisasi yang dipersonalisasikan oleh setiap individu pegawai, dan individu pegawai akan disosialisasikan oleh organisasi. Pada tahap awal kerja, individu pegawai akan mengikuti semua auturan yang ditentukan oleh organisasi. Pada saat individu pegawai menduduki posisi pengambilan keputusan maka individu-lah yang akan ”mewarnai” aturan dalam organisasi. Salah satu rekan Bakke, Argyris (1957), mengembangkan pemikiran Bakke dengan menegaskan bahwa ada suatu ketidaksesuaian yang mendasar antara kebutuhan pegawai denganpersyaratan formal organisasi. Seringkali ditemukan tujuan organisasi yang berlawanan dengan tujuan pegawai perorangan. Kondisi yang terjadi akan menimbulkan ketidakpuasan pada diri pegawai yang berujung pada sikap apatis dan acuh tak acuh terhadap pekerjaan. Oleh karena itu, banyak individu sadar bahwa penyesuaian diri terhadap tuntutan-tntutan suatu organisasi formal tidaklah mudah dan tidak dapat diharapkan berlaku secara otomatis, perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan organisasi. b. Teori Peniti Penyambung Likert Salah satu masalah terkait pengembangan kualitas sumber daya manusia adalah tumpang tindih peran yang ada dalam organisasi. Likert, memahami kondisi ini sebagai sebagai hubungan antar kelompok, dan bukan sekedar hubungan antarpribadi. Pengembangan pemikiran Likert menghasilkan sebuah model yang disebut model peniti penyambung. Konsep peniti penyambung berkaitan dengan kelompok-kelompok yang tumpan tindih. Setiap penyelia merupakan anggota dari dua kelompok: sebagai pemimpin unit yang lebih rendah dan anggota unit yang lebih tinggi. Penyelia berfungsi sebagai peniti penyambung dari kelompok yang dipimpin dan kelompok diatasnya. Organisasi dengan struktur peniti penyambung menggalakkan orientasi ke atas daripada orientasi ke bawah; komunikasi, pengaruh pengawasan, dan pencapaian tujuan diarahkan ke atas dalam organisasi. 2016 3 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gambar: Model Peniti Penyambung Sumber: Pace, 2005 TEORI BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM Manusia tidak menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku manusia tergantung pada bagaimana mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Manusia adalah agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan mengalihkan informasi. Manusia secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Dalam sebuah organisasi, manusia adalah bagian terpenting yang membentuk konfigurasi sistem. Semua bagian saling berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain. Konsep sistem berfokus pada pengaturan bagian-bagian, hubungan antar bagianbagian, dan dinamika hubungan yang menumbuhkan kesatuan. Definisi terkait sistem sangat luas, dan sulit untuk dijabarkan. Karena sebuah definisi yang sederhana akan mengabaikan kerumitan konsep sistem, sementara penjelasan yang terinci akan menimbulkan kepelikan yang tidak mudah dipahami. Secara umum, sistem dapat diuraikan atas: a. Nonsumativitas Nonsumativitas menunjukkan bahwa suatu sistem tidak sekadar jumlah dari bagian-bagiannya. Ketika komponen-komponen saling berhubungan satu sama lain dalam suatu interdependensi, sistem akan memperoleh suatu identitas yang 2016 4 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terpisah-pisah dari masing-masin komponen. Nonsumativitas komponen suatu sistem secara sistematik lebih penting daripada masing-masing unit itu sendiri. b. Unsur-unsur struktur, fungsi, dan evolusi Struktur merujuk kepada hubungan antarkomponen suatu sistem. Struktur mencerminkan keteraturan. Sementara, fungsi adalah tindakan dan perilaku, merupakan sarana mendasar untuk mengidentifikasi orang dalam suatu sistem sosial. Adapun evolusi suatu sistem yang merupakan perubahan ataupun bukan perubahan dalam suatu sistem akan mempengaruhi baik unsur fungsional maupun unsur struktural. c. Keterbukaan Organissai adalah sistem sosial. Sistem terbuka dalam organisasi ditandai equifinalitas, yang berarti bahwa kondisi akhir yang sama dapat dicapai dari kondisi-kondisi yang berbeda dengan cara yang berbeda pula. Hal ini juga berarti bahwa organisasi yag mulai dengan kondisi awal yang sama dapat memperoleh keadaan akhir yang berbeda. d. Hirarki Suatu sistem mungkin merupakan suatu suprasistem bagi sistem-sistem lain yang ada di dalamnya. Arus informasi yang melintasi batas-batas suatu sistem dapat mempengaruhi perilaku struktural fungsional sistem yang ada. Analisis sistematik komunikasi menyangkut subsistem, sistem, dan suprasistem akan menyajikan suatu tingkat analisis yang berbeda. Memandang organisasi sebagai suatu sistem sosial adalah suatu pemikiran logis bahwa organisasi terdiri dari dimensi struktural; dimensi personal dan interaksi dimensidimensi tersebut. Pendekatan sistem menekankan tindakan bagian-bagian yang terstruktur untuk menjaga stabilitas dan konsensus tujuan dengan menekankan proses integrasi dan adaptasi. Pandangan subjektivis menekankan bahwa individu dan interaksi yang terjalin diantara individu akan mengkonstruksi sistem. a. Teori Sistem Sosial Katz dan Kahn Sistem dalam sebuah organisasi akan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Suatu sistem sosial, secara keseluruhan terdiri dari manusia-manusia. Sistem sosial sebenarnya 2016 5 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tidak sempurna, namun kesinambungan hubungan manusia menyebabkan organisasi dapat bertahan terhadap tuntutan lingkungan sosialnya. Katz dan Kahn menerangkan bahwa kebanyakan interaksi antar individu merupakan tindakan komunikatif (verbal maupun nonverbal). Untuk itu pengembangan organisasi memerlukan saluran komunikasi. Menurut pandangan teori sistem, komunikasi adalah organisasi. Organisasi terdiri bagian-bagian yang berkomunikasi antara satu dengan yang lain, menerima pesan dari luar organisasi, dan menyimpan informasi. Adanya hubungan antara organisasi dan lingkungannya akan membuat organisasi tumbuh semakin kuat. b. Ad-Hokrasi dan Teori Buck Rogers Pada perkembangannya, Alvin Toffler (1970) menegaskan bahwa birokrasi akan runtuh. Hal ini dikarenakan banyak manajer yang aktif menjadi kecewa dengan pengorganisasian tradisional. Seiring dengan kekecewaan yang ada, struktur sosial birokrasi akan bersifat temporer. Organisasi akan terdiri dari satuan-satuan tugas (task forces) yang diciptakan guna mengatasi suatu problem khusus. Birokrasi baru ini disebut ad-hokrasi. Ciri-ciri ad-hokrasi adalah bergerak cepat, kaya dengan informasi, sangat aktif, selalu berubah, terisi dengan unit-unit bersifat sementara, dan diisi oleh indivisu-individu yang memiliki kemampuan yang selalu bergerak. Pada ad-hokrasi, yang menarik individu untuk bergabung bukanlah komitmen organisasi melainkan pekerjaan, problem yang harus dipecahkan, dan tugas yang harus dilakukan. Bahkan loyalitas yang bersifat profesional bersifat jangka pendek. Pada umumnya, para pekerja spesialis setia pada standar mereka dan bukan pada atasan; kepada problem mereka dan bukan pada pekerjaan. Para ad-hokrat ini menggunakan keahlian dan bakat mereka untuk memecahkan masalah dalam kelompok dan lingkungan temporer dalam organisasi, sejauh masalah dianggap menarik. Lebih lanjut, para ad-hokrat biasa disebut associate, yang berarti teman sejawat, bukan bawahan dalam organisasi. Pemakaian istilah tersebut mencerminkan pergeseran dari hirarki vertikal ke pola-pola komunikasi lateral (ke samping). Akibat dari perubahan birokrasi ini akan menimbulkan ketegangan sosial, ketegangan psikologis, dan usaha individu untuk mengatasi masalah semakin bertambah banyak karena perubahan yang cepat, kondisi kerja yang temporer, dan kurangnya komitmen kepada organisasi. Adanya perubahan yang konstan dalam hubungan organisasi menjadi beban yang berat bagi orang-orang untuk melakukan penyesuaian diri. 2016 6 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Lebih lanjut, Toffler menyatakan bahwa birokrasi baru selain akan menimbulkan adhokrasi juga akan menciptakan pola-pola organisasi lain, seperti organisasi matriks, organisasi proyek intermiks, organisasi agregat, maupun organisasi bentuk bebas. Adalah teori Buck Rogers yang mengupas organisasi sebagai organisasi matriks. Organisasi matriks adalah organisasi yang berlapiskan organisasi produk dan organisasi fungsional yang lebih tradisional. Organisasi matriks memperkecil loyalitas dan identifikasi kepada organisasi. Kekuatan organisasi matriks terletak dalam kemampuannya untuk mempermudah koordinasi pada organisasi yang mempunyai suatu keragaman dari aktivitas yang rumit dan saling tergantung. Dengan semakin besarnya suatu organisasi, maka kapasitas pengolahan informasi akan semakin rumit. Dalam suatu birokrasi, kerumitan mengakibatkan meningkatnya formalisasi. Melalui organisasi matriks, para spesialitas akan dapat melakukan kontak langsung yang akan menghasilkan komunikasi yang lebih baik dan lebih fleksibel. Singkat kata, para spesialitas akan dapat lebih mudah mealkukan koordinasi untuk mencapai penyelesaian tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Dewasa ini, banyak organisasi modern yang sedang menghadapi kerumitan teknis dan struktural bergerak ke arah penataan organisasi matriks. c. Teori Pengorganisasian Weick Dalam teori-teori terdahulu, struktur dipandang sebagai hirarki, kebijakan dan rancangan organisasi, sedangkan Weick (1979) memandang struktur sebagai aktivitas dan lebih spesifik, sebagai aktivitas komunikasi. Struktur organisasi ditentukan oleh perilakuperilaku yang saling bertautan. Rumusan Weick menyatakan bahwa struktur ditandai oleh perilaku pengorganisasian, dimana komunikasi merupakan proses yang sangat penting. Proses komunikasi menghasilkan struktur. Menurut konsep Weick, suatu sistem jelas bersifat manusiawi. Manusia tidak hanya menjalankan organisasi; manusia merupakan organisasi. Weick menyatakan bahwa kata organisasi adalah kata benda, kata yang merupakan suatu mitos. Bila organisasi dicari,maka tidak orang akan menemukannya. Yang akan ditemukan adalah sejumlah peristiwa yang terjalin bersama-sama, yang berlangsung dalam pengaturan tempo tertentu. Dengan kata lain, terdapat proses pengorganisasian yang menghasilkan apa yang dinamakan organisasi. Organisasi adalah suatu sistem mengenai perilaku-perilaku yang bertautan. Yaitu, perilaku seorang bergantung pada perilaku orang lain. Perilaku-perilaku yang saling bertautan dalam definisi Weick mewakili gagasan kunci yang melekat dalam cara pandang subjektif. Lebih lanjut, manusia menghadapi lingkungan yang rumit dan seringkali tidak menentu, yang menurut Weick menjadi alasan untuk pengorganisasian. Weick tidak 2016 7 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id membuat pemisahan yang tajam antara organisasi dan lingkungan. Individu terlibat aktif dalam menciptakan lingkungan. Sebagian besar lingkungan dibangun oleh masyarakat, sehingga para anggota organisasi lebih memperhatikan suatu penciptaan daripada suatu realitas objektif. Ada tiga tahap utama dalam proses pengorganisasian, yaitu: a. Tahap Pemeranan Tahapan ini merupakan penghimpunan bagian dari sejumlah pengalaman untuk diperhatikan lebih lanjut. Secara sederhana berarti bahwa para anggota organisasi menciptakan ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan makna khusus bagi suatu peristiwa. b. Tahap Seleksi Tahapan ini merupakan tahapan memasukkan seperangkat penafsiran ke dalam bagian yang dihimpun. Aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan pada tahapan ini untuk mengurangi ketidakjelasan dalam organisasi. Ketidakjelasan berarti tingkat ketidakpastian atau kesamar-samaran yang dihadapi para anggota organisasi. Dalam hal ini pengorganisasian membantu mengurangi ketidakpastian tentang informasi yang diperoleh para anggota ketika mereka mencoba membuat keputusan untuk keberhasilan organisasi. c. Tahap Retensi Tahapan ini merupakan penyimpanan segmen-segmen yang sudah diintreprestasikan. Organisasi menyimpan informasi mengenai organisasi dan cara memberikan respons atas berbagai situasi. Strategi-strategi yang berhasil menjadi peraturan yang dapat diterapkan pada masa mendatang. Tahapan-tahapan dari pengorganisasian tersebut diatas saling mempengaruhi satu sama lain. Yaitu, pengetahuan retensi dapat memandu organisasi dalam proses pemeranan dan seleksi organisasi. IMPLIKASI BAGI KOMUNIKASI ORGANISASI Organisasi merupakan sistem manusia, yaitu suatu sistem dibangun oleh manusia. Dalam sistem yang dibangun berdasarkan pemikiran Weick, kejadian-kejadian dalam sistem manusia merupakan interaksi dinamik antara manusia. Mempelajari organisasi adalah mempelajari perilaku pengorganisasian, dan inti perilaku tersebut adalah komunikasi. Untuk 2016 8 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengetahui apa yang dipikirkan organisasi, penting sekali memeriksa perilaku-perilaku yang bertautan (interaksi ganda). Apa yang diperbincangkan, apa yang disahkan di antara pelaku organisasi akan menghasilkan suatu lingkungan yang mengorganisasikan aktivitas anggota, terutama pikiran. Menurut Weick, orang-orang dalam organisasi memahami sesuatu melalui pengalaman dengan bantuan pemutusan (punctuation), dan penyatuan (connection). Pemutusan berarti pemotongan kumpulan pengalaman menjadi satuan-satuan kategori tertentu, pemberian label/nama. Sementara itu, penyatuan meliputi penentuan hubunganhubungan, khususnya hubungan kausal diantara komponen-komponen yang terputus. Jika dikaitkan dengan komunikasi organisasi, sesungguhnya teori Weick menegaskan bahwa dasar dari pengorganisasian adalah interaksi di antara pelaku organisasi. Dari percakapan yang terjalin akan terbentuk pemahaman satu sama lain, yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan bersama. Pengesahan secara mufakat berarti bahwa realitas organisasi muncul dari pengalaman yang dijalani bersama dan disahkan bersama pula. Perilaku organisasi dapat digambarkan sebagai sebab akibat yang rumit, daripada hubungan sebab akibat yang sederhana. Pendapat mengenai kasualitas timbal balik ini menggambarkan dinamika pertumbuhan, perubahan, dan evolusi. Lebih lanjut menurut Weick, komunikasi informal sangat perlu diperhatikan disamping komunikasi formal dalam sebuah organisasi. Komunikasi informal amat berguna untuk mmepertahankan kelangsungan organisasi. Organisasi dapat berupa anarki, tetapi anarki yang diorganisasikan. Organisasi dapat berupa rangakain longgar, tetapi rangkaian longgar yang ada dalam suatu sistem. Organisasi bisa saja mengambil keputusan dengan memperhatikan informasi dari komunikasi informal, asalkan tetap dalam batasan yang terbentuk dalam suatu struktur. Organisasi dapat secara rasionalitas dipandang (1) sebagai sebuah himpunan yang dapat berubah bila isu berubah, (2) sebagai dalih untuk menarik minat sumber daya dan legitimasi, dan (3) sebagai proses pascatindakan yang digunakan secara restropektif untuk menentukan alasan atas sebuah tindakan. 2016 9 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Arni Muhammad. Arni. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Pace, Wayne., Faules, Don.F. 2005. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Robbins, Stephen. 2002. Perilaku Organisasi. Jilid 2. Jakarta: PT Prenhallindo 2016 10 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id