Oleh: Naning Sutriningsih SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG 2012 1 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke-Hadirat Allah Rabbul Alamin, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku ajar yang berjudul Analisis Real I ini dapat tersusun. Buku teks ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama membahas tentang sifat-sifatalj berhubungan pembuktian abar dan dengan pada sifat-sifat terurut pertidaksamaan tahap awal akan dan konsekuensinya bilangan berbeda yang real. Selanjutnya dengan tahap-tahap selanjutnya. Pembuktian pada tahap awa memberikan contoh pembuktian teorema dasar yang diturunkan dar asumsi-asumsi yang dinyatakan secara eksplisit. Buku ini disusun untuk mahasiswa S1 matematika, sebagai buku ajar dalam perkuliahan Analisis Real I selama satu semester. Pada kesempatan in ipenulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga buku ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku teks ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu segala bentuk saran dan kritik sangat kami harapkan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Pringsewu, Agustus 2012 Naning Sutriningsih 2 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I BILANGAN REAL ............................................................ 1 1.1 SifatAljabarBilangan Real ................................................... 2 1.2 SifatKeterurutanPada R ……….......................................... 10 1.3 NilaiMutlak ……………….................................................... 22 1.4 GarisBilangan Real …………………………………………… 38 BAB II SIFAT KELENGKAPAN PADA BILANGAN REAL 2.1 SuprimumdanInfimum ....................................................... 44 2.2 SifatSuprimumdanInfimumdari R …………………………… 49 2.3 Sifat Archimedes Pada R ................................................... 50 ……………………………………………….…. 51 2.5 KepadatanBilanganRasional ………………………………… 53 2.4 Eksistensi 2 BAB III INTERVAL, TITIK TIMBUN DAN DESIMAL 3.1 Interval ............................................................................... 56 3.2 TitikTimbun …………………………………………………….. 62 3.3 Desimal ……………………………………………………….... 66 3.4 Himpunan Buka dan HimpunanTutup di R ……………….… 69 DAFTAR PUSTAKA 3 BAB 1 BILANGAN REAL Pada bab ini kita akan mendiskusikan mengenai sifat-sifat sistem bilangan real R. Meskipun memungkinkan untuk menyajikan kontruksi formal dari bilangan real R berdasarkan himpunan primitive (misal himpunan N dari bilangan asli atau himpunan Q dari bilangan rasional), namun kita tidak akan melakukannya disini, sebagai gantinya, kita akan menunjukkan daftar dari sifat-sifat dasar bilangan real dan menunjukkan bagaimana sifat-sifat lain diturunkan kesimpulan dari asumsi-asumsi lainnya. Sistem bilangan real dapat digambarkan sebagai “complete ordered field” (bidang yang lengkap). Bagaimanapun untuk kejelasannya kita lebih suka untuk tidak menyatakan semua sifat-sifat sistem bilangan real sekaligus. Pertama–tama kita mengenalkan (pada sub 1.1) kita mengenalkan sifat-sifat aljabar (sering disebut dengan sifat “field”) yang didasarkan pada dua operasi yaitu penjumlahan dan perkalian. Selanjutnya (pada sub 1.2) kita mengenalkan sifat-sifat terurut dan beberapa konse-kuensinya yang berhubungan dengan pertidaksamaan yang menggambarkan sifat– sifat ini . Ide mengenai nilai absolute, yang didasarkan pada sifat terurut dibicarakan pada sub 1.3. Pada Bab II, dan Bab III kita buat step terakhir dengan menambahkan sifat “completeness” untuk sifat-sifat aljabar dan keterurutan dari bilangan real R. Selanjutnya bukti-bukti pada tahap awal akan berbeda dengan tahap-tahap selanjutanya, karena ada beberapa cara lain dalam mendiskusikan mengenai sifat “completeness”. Kita ingin sifat ini dipisahkan dengan asumsi-asumsi lainnya. Sebagian dari tujuan sub 1.1, 1.2, dan 1.3 adalah memberikan contoh-contoh pembuktian teorema dasar yang diturunkan dari asumsi-asumsi yang dinyatakan secara eksplisit. Mahasiswa yang belum mempunyai cara untuk membuktikan secara formal dapat memperoleh pengalaman sebelum melanjutkan ke argumen yang lebih kompleks. Bagaimanapun mahasiswa yang sudah terbiasa dengan metode aksioma dan tehnik pembuktian dapat melanjutkan ke Bab II setelah melihat sepintas pada sub-sub awal. Pada sub 3.1 kita menyusun sekumpulan teorema interval dan pentingnya teorema Bolzano-Weierstass. Ada juga diskusi singkat mengenai gambaran binary dan desimal dari bilangan real yang didasarkan pada kumpulan interval. Kita menyimpulkan bab ini dengan pengenalan singkat mengenai himpunan terbuka dan tertutup di R, pada sub bab 3.2 1.1. SIFAT ALJABAR DARI BILANGAN REAL R Pada sub ini kita akan mendikusikan mengenai aljabar dari sistem bilangan real. Hal ini pertama-tama dilakukan dengan memberikan daftar sifat dasar dari penjumlahan dan perkalian. Daftar ini memuat sifat-sifat aljabar dari bilangan real 1 R yang penting dengan pengertian bahwa sifat-sifat lain dapat diurunkan sebagai teorema. Pada istilah aljabar abstark, sistem dari bilangan real adalah field yang membahas penjumlahan dan perkalian. Sifat-sifat yang terdaftar pada sub 1.1.1 diketahui sebagai “field axiom”. Dengan operasi biner pada himpunan F kita maksudkan fungsi B dengan domain F X F dan range di F. Sehingga operasi biner menghubungkan setiap pasangan terurut (a,b) dari elemen himpunan F secara khusus dengan elemen B(a,b) di F. Bagaimanapun karena penggunaan-penggunaan notasi B(a,b) maka kita gunakan notasi lama a + b dan a x b (atau ab) ketika kita membicarakan sifat-sifat penjumlahan dan perkalian. Contoh-contoh operasi biner bisa diperoleh di latihanlatihan. 1.1.1. SIFAT-SIFAT ALJABAR DARI R Pada himpunan bilangan real R ada dua operasi biner yang dinyatakan dengan simbol + dan x yang dinamakan penjumlahan dan perkalian. Operasi operasi tersebut mempunyai sifat sebagai berikut: (A1) a + b = b + a untuk setiap a dan b di R ( sifat komutatif dari penjumlahan) (A2) (a + b) + c = a + (b + c) untuk setiap a, b, c di R ( sifat asosatif dari penjumlahan ) (A3) Ada elemen 0 di R dimana 0 + a = a dan a + 0 = a untuk setiap a di R. (A4) Untuk setiap elemen a di R, ada elemen –a di R pula, dimana a + (-a) =0 dan (-a) + a = 0 ( elemen negatif) (M1) a x b = b x a untuk setiap a, b di R ( sifat komutatif perkalian) (M2) (a x b) x c = a x (b x c) untuk setiap a, b, c di R ( sifat asosiati perkalian) (M3) Ada elemen 1 di R yang berbeda dengan 0 sedemikian sehingga 1 x a = a dan a x 1 = a untuk setiap a di R ( ada elemen 1 ). (M4) Untuk setiap a 0 di R, maka ada elemen di R sehingga a x = 1 dan x a = 1 ( ada kebalikan). a x (b+c) = (a x b) + (a x c) dan (b + c) x a = (b x a) + (c x a) a,b,c R ( sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan) TEOREMA 1.1 (a) Jika z dan a elemen R sedemikian hingga z + a = a maka z = 0 (b) Jika u dan b 0 elemen R sedemikian hingga u x b = b maka u = 1 Bukti : (a) Akan dibuktikan z, aR, z + a = a z = 0 z+a=a (z + a) + (-a) = a + (-a) z + (a + (-a)) = a + (-a) z+0=0 diketahui kedua ruas ditambah (-a) A2 A4 2 z=0 A3 (b) Akan dibuktikan u, b R, b0, u x b = b u = 1 Karena b 0 maka R, uxb=b diketahui (u x b) x = b x kedua ruas dikali ( ) u x (b x ) = (b x ) M2 ux1=1 M4 u=1 M3 TEOREMA1. 2 (a) Jika a dan b elemen di R sehingga a + b = 0 maka b = -a (b) Jika a 0 dan b elemen R sehingga a x b = 1 maka b = Bukti : (a) Akan dibuktikan a, b R, a + b = 0 b = -a , a+b=0 diketahui (-a) + (a+b) = (-a) + 0 kedua ruas ditambah (-a) ((-a)+ a) + b = (-a) A2, A3 0 + b = -a A4 b = -a A3 (b) Akan dibuktikan a 0, axb=1 x (axb) = x 1 a, bR a x b = 1 b = diketahui (kedua ruas dikali ( ) ( x a) x b = M2, M3 1xb= M4 b= M3 TEOREMA1.3 Misalkan sebarang a, b R maka , (a) persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu x = (-a) + b (c) jika a 0, persamaan a . x = b mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu x = . b Bukti : (a) Akan dibuktikan a + x = b x = (-a) + b (b) a+x = b diketahui (-a ) + (a+x) = (-a ) + b ((-a )+a) + x = (-a ) + b kedua ruas ditambah (-a) A2 3 0 + x = (-a ) + b A3 x = (-a ) + b A4 Bentuk yang terakhir merupakan penyelesaian dari persamaan a + x = b Selanjutnya akan dibuktikan bahwa penyelesaian persamaan a+x = b adalah tunggal. Misalkan x1 dan x2, x1 x2 adalah penyelesaian dari a + x = b sehingga berlaku , (i) a + x1 = b (-a) + (a + x 1) = (-a) + b ((-a) + a) + x 1 = (-a) + b 0 + x1 = (-a) + b x1 = (-a) + b (ii) a + x2 = b (kedua ruas ditambah (-a) A2 A4 A3 (-a) + (a + x 2 ) = (-a) + b kedua ruas ditambah (-a) ((-a) + a) + x 2 = (-a) + b A2 0 + x2= (-a) + b A4 x2 = (-a) + b A3 Dari (i) dan (ii) diperoleh bahwa x 1 = x2 sehingga persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu x = (-a) + b. (b). Akan dibuktikan a . x = b x = ( ) . b a.x=b ( ) . (a. x) = ( ) . b diketahui kedua ruas dikalikan ( ) ( .a) . x = ( ) . b M2 1.x M4 = ( ) . b` x =( ).b M3 Bentuk terakhir adalah penyelesaian dari persamaan a . x = b Selanjutnya akan dibuktikan bahwa penyelesaian persamaan a . x = b tunggal. Misalkan x1 dan x2 adalah penyelesaian persamaan a . x = b, serta x1 x2 maka: (i) Untuk x1 berlaku a . x 1 = b ( ) (a . x1) = ( ) . b kedua ruas dikalikan( ) ( ). a . x1 = ( ).b M2 1 . x1 = ( ) . b` M4 x1 = ( ) . b (ii) Untuk x2 berlaku a . x2 = b ( ) . (a . x2) = ( ). b M3 kedua ruas dikalikan( 4 ( ).a . x2 = ( ). b M2 1 . x2 M4 = ( ) . b` x1 = ( ). b Dari (i) dan (ii) diperoleh x 1 = x2 penyelesaian tunggal. M3 Jadi persamaan a . x = b mempunyai TEOREMA 1.4 Jika a adalah sebarang elemen dari R, maka: (a) a x 0 = 0 (b) (-1) x a = -a (c) –(-a) = a (d) (-1) x (-1) = 1 Bukti : (a) Akan dibuktikan a R maka a x 0 = 0 a + (a.0) = (a.1) + (a.0) M3 a + (a.0) = a (1 + 0) D a + (a.0) = a . 1 A3 a + (a.0) = a M3 (-a) + a + (a.0) = (-a) + a kedua ruas ditambah (-a) (a.0) = 0 T.1.3, A2, A4 (b) Akan dibuktikan a R maka (-1). a = -a a + (-1) x a = (a x 1) + (-1) x a (c) M3 a + (-1) x a = a x (1+ (-1)) D a + (-1) x a = a x 0 A4 a + (-1) x a = 0 T 1.4 (-1) x a T 1.3, A3 = -a Akan dibuktikan a R maka -(-a) = a (-a) + a = 0 a = - (-a) A4 T1.3, A3 -(-a) = a 5 (d) Akan dibuktikan a R maka (-1).(-1) = 1 (-1 x a =-a T 1.4 (-1) x (-1) = - (-1) Substitusi a = -1 (-1) x (-1) = 1 T 1.4 THEOREMA 1.5 Misalkan a, b, c elemen R (a) Jika a 0 maka ( 0 dan 1/( = a (b) Jika a x b = a x c dan a 0 maka b = c (c) Jika a x b = 0 maka a = 0 atau b = 0 Bukti: (a) Akan dibuktikan a,b,c R, a 0 ( Jika a 0 maka ada ( Andaikan ( 0 dan 1/( = a 0 = 0 maka menurut teorema 1.4 (a) diperoleh a x ( Ini kontradiksi dengan a x ( Selanjutnya ( x 1/( ax( x 1/( = 1 (M4), jadi pengandaian ( =1 =ax1 = 0. = 0 salah, haruslah ( 0 M4 Kedua ruas dikali a 6 (a x( ) x 1/( 1 x 1/( =ax1 M2 =ax1 M4 =a M3 1/( (b) Akan dibuktikan a,b,c R, a x b = a x c dan a 0 b = c Jika a 0 maka ada ( axb ( (( 0 = axc (a x b) = ( (a x c) x a) x b = (( 1xb b Diketahui Kedua ruas dikali ( xa) x c M2 = 1xc M4 = M3 c (c) Bukti untuk bagian ini ditinggalkan sebagai latihan bagi para pembaca. Penambahan untuk sifat-sifat aljabar bilangan real, dan operasi-operasi didefinisikan sebagai berikut: Pengurangan a – b = a + (-b), a,b R Pembagian = a x ,a,b R, b 0 Perkalian a x b ditulis ab a x a ditulis a2 a2 x a ditulis a3 Bentuk umum an + 1 = (an) x a, n R Bentuk a0 = 1 dan a1 = a, a R Jika a 0 notasi a-1 digunakan untuk dan apabila n N ditulis a-n = ( )n 1.1.2 BILANGAN RASIONAL DEFINISI 1.1 Bilangan Real yang dapat ditulis dalam bentuk b/a dengan a,b Z dan a 0 disebut bilangan rasional. Himpunan bilangan rasional di R dinyatakan dengan notasi Q dan ditulis Q = { x = a, b Z, b 0 } Jumlah dan hasil kali dua bilangan rasional adalah rasional. Akan tetapi tidak semua anggota R merupakan anggota Q. Pada abad VI sebelum masehi Phytagoras menemukan bahwa kuadrat dari bilangan yang bukan bilangan rasional ada yang sama dengan 2, sehingga ada anggota R yang bukan anggota Q dan dikenal sebagai bilangan irasional. 7 THEOREMA 1.6 Tidak ada bilangan rasional r sedemikian hingga r2 = 2 Bukti: Andaikan adabilangan rasional r maka bilangan tersebut dapat ditulis dengan r = dengan p,q Z dan q 0 sedemikian sehingga r2 = =2 Dapat diasumsikan bahwa p dan q bilangan bulat dan (p,q) = 1 (relatif prima) =2 p2 = 2 q2 sehingga p2kelipatan dua akibatnya p juga kelipatan dua Misalkan p = 2m dengan m Z maka: p2 = 2 q2 (2m)2 = 2 q2 4m2 = 2 q2 2m2 = q2 Ini menunjukkan bahwa q2 kelipatan 2, akibatnya q kelipatan 2 Karena p dan q sama-sama kelipatan 2, maka 2 merupakan faktor persekutuan p dan q akibatnya p dan q bukan relatif prima. Ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa p dan q relatif prima. Dengan demikian terbukti bahwa tidak ada bilangan rasional r sedemikian hingga r2 = 2 1. 2 SIFAT KETERURUTAN PADA R Sifat keterurutan pada R ini sangat membantu dalam memahami konsep kepositipan (positivity) dan konsep ketaksamaan (inequality). 1.2.1 SIFAT-SIFAT KETERURUTAN PADA R. Terdapat P R dan P , selanjutnya P disebut himpunan bilangan real positip murni jika memenuhi sifat berikut : (i) a, b P a + b P (ii) a, b P ab P (iii) a R tepat satu dari berikut berlaku : a P, a = 0, -a P Sifat (i) disebut sifat ketertutupan operasi penjumlahan dalam P, Sifat (ii) disebut sifat ketertutupan operasi perkalian dalam P , Sifat (iii) di atas disebut sifat trikotomi karena a membagi R dalam tiga tipe elemen yang berbeda 8 yaitu bilangan real positif murni, bilangan real negatif murni dan bilangan real nol. Sedang bilangan real negatif murni dinyatakan sebagai {-a : a P}. DEFINISI 1.2 Jika a P, maka a disebut bilangan real positip murni dan ditulis a > 0, Jika aP atau a = 0, maka a disebut bilangan real positip, dan ditulis a 0. Jika -a P, maka a disebut bilangan negatip murni, dan ditulis a < 0. Jika -a P atau a = 0, maka a dikatakan bilangan real negatip, dan ditulis a 0. Catatan : Menurut defenisi 1.2 bilangan nol adalah bilangan positip dan sekaligus bilangan negatip, satu-satunya bilangan dengan status “dual” DEFINISI 1.3 Misalkan a,bR (i) a - b P dapat ditulis a > b atau b < a. (ii) a - b P {0} dapat ditulis a b atau b a. Catatan: *) a < b < c berarti a < b dan b < c *) a b c berarti a b dan b c *) a b < d berarti a b dan b < d TEOREMA1.7 Misalkan a, b, c R (a) Jika a > b dan b > c maka a > c (b) Tepat satu berikut ini berlaku : a > b atau a = b atau a < b (c) Jika a b dan b a maka a = b Bukti : (a) Misalkan a,b,c R Akan ditunjukkan jika a > b dan b > c maka a > c a > b dan b > c berarti (a - b) P dan (b-c) P sehingga (a-b) + (b-c) P 1.2.1 (a + (-b)) + (b + (-c)) P 1.1.1 a + ((-b) + b) + (-c) P a + 0 + (-c) P a + (-c) P a - c P 1.1.1 D.1.3 sifat sifat A2 A4 A2,A3 sifat 9 a>c Terbukti bahwa: a > b dan b > c maka a > c D.1.3 (b) Misalkan a, b, c R terdapat (a-b) R Menurut sifat trikotomi 1.2 (iii) tepat satu dari yang berikut ini berlaku: ( a - b) P atau (a - b) = 0 atau -(a - b) P Karena (a - b) P a - b > 0 a > b atau D.1.2, D.1.3 (a - b) = 0 a = b atau T1.3, T1.4 -(a - b) P (-1)(a+(-1)b) P T1.4 ((-1)a + (-1)(-1)b P D ((-1)a + b) P T1.4, D4 (b+(- a)) P A1, T1.4 (b- a)) P sifat 1.1.1 b-a>0b>a D1.2, D1.3 sehingga tepat satu berikut berlaku: a > b, atau a = b, atau b > a (c) Misalkan a, b R Akan ditunjukkan jika a b dan b a maka a = b Misalkan a b a – b 0 a - b 0 (i) a – b > 0 atau (ii) a – b < 0 D1.3 (i) a– b > 0 a - b P a>b Ini berarti bahwa untuk a,b R, a- b > 0 a > b sifat.1.1.1,A4 T.1.7, D1.3, D1.2 D1.3 (ii) a – b < 0 - (a - b ) P D1.2 (-1)(a+(-b)) P T1.4,sifat1.11 -a + b P D,T1.4 b + (– a) P A1 (b– a) P sifat 1.1.1 b > a atau a < b D1.3 Ini berarti bahwa untuk a, b R, jika a-b < 0 maka a < b Dari (i) dan (ii) diperoleh a > b dan b > a hal ini kontradiksi dengan hipotesis bahwa a b dan b a yang diketahui. Jadi pengandaian a ≠ b salah haruslah a = b. Dengan demikian jika a b dan b a maka a = b terbukti TEOREMA 1.8 (a) Jika a R dan a 0 maka (b) 1 > 0 ( c) Jika n N maka n > 0 >0 10 Bukti : (a) Akan dibuktikan a R dan a 0 > 0. Diketahui : a R, a 0 a 0 menurut sifat trikotomi maka (i) a P atau (ii) ( -a) P Untuk (i) a P maka a x a = P Untuk (ii) (-a) P maka (-a).(-a) P (-1)a (-1)a P (-1)(-1).a.a P 1. a P a P Dari (i) dan (ii) diperoleh a P Karena a P maka a > 0 Jadi terbukti Jika a R dan a 0 maka >0 Sifat1.2.1.(ii) Sifat1.2.1.(ii) M3 M1 T.1.4 M3 (b) Akan dibuktikan 1 > 0, berdasarkan bagian (a) dengan mengambil a = 1 maka 1 R dan 1 0 maka 1 P 1 P 1>0 Jadi ( 1 R) 1 > 0 (c) > 0, akibatnya T.1.8. 1 = 12 D.1.2 Akan dibuktikan n N , n > 0. Untuk membuktikannya digunakan induksi matematika (i) Untuk n = 1 benar, maka 1 > 0 T.1.8 (ii) Dianggap benar untuk n = k atau k > 0 berarti k P., Akan ditunjukkan benar untuk n = k + 1 k>0kP D.1.2 1>01P D.1.2 k, 1 P (k + 1) P D.1.2 k + 1 P (k + 1) > 0 D.1.2 Dari k P dan 1 P, maka k + 1 P sifat 1.2.1 Karena (i) dan (ii) dipenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa: n N maka n> 0 merupakan pernyataan benar untuk setiap n bilangan Asli. TEOREMA 1.9 Misalkan a,b,c,d R (a) Jika a > b mak a + c > b + c (b) Jika a > b dan c > d maka a + c > b + d. (c) (i) Jika a > b dan c > 0 maka cxa > cxb (ii) Jika a > b dan c < 0 maka c x a < c x b 11 (d) (i) Jika a > 0 maka >0 (ii) Jika a < 0 maka <0 Bukti : (a) Misalkan a,b,c R Akan ditunjukkan : a > b a + c > b + c a > b berarti a - b P a + (-b) + c + (-c) P a + c + (-b) + (-c) P ( a + c )+ ((-1) b + (-1)c) P (a + c) + ((-1) (b + c)) P (a + c ) – ( b + c) P (a + c) > (b + c) P Jadi a > b a+ c> b + c D.1.3 A4 A2 T.1.4 D T.1.4 D.1.3 (b) Diketahui: a, b, c, d R, a > b c > d Akan ditunjukkan a > b c > d a + c > b + d a > ba–bP D.3 c >d c–dP D.1.3 (a-b), (c-d) P ( a – b) + (c- d) P sifat 1.2.1 (a +(-b)) + (c + (-d) P sifat 1.2.1 (a + (-1).b) + ( c + (-1).d) P (a + (-1)(b + c) + (-1)d P (a + c) + (-1)b + (-1)d P (a + c) + (-1)(b + d) P (a + c) – (b + d) P (a+ c) > (b + d) P Jadi jika a > b dan c> d maka a + c > b + d T.1.4 A2 A2 D T.1.4 D.3 ( c ) (ii) Misalkan a, b, c R Akan ditunjukkan Jika a > b dan c < 0 maka c x a < c x b a > b ( a – b) P D.3 c < 0 -c P D.2 Sehingga -c, (a - b) P (-c) x (a - b) P sifat 1.2.1 ((-1) c) x (a+(-1) b) P T.1.4 (-1)ca + (-1)c (-1)b P D (-1)ca +(-1) (-1)cb P M1, M2 (-ca) + cb P T.4 cb – ca P A1 cb > ca D3 ca < cb 12 Terbukti jika a > b dan c < 0 maka ca < cb (d) Misalkan a P. (i) Diketahui: a P, a > 0 Akan ditunjukkan bahwa: a > 0 > 0. a>0a0 0 T.1.5 Andaikan < 0 a > 0 dan < 0 a x < 0 x T.1.9 1< 0 M4, T1.4 Kontradiksi bahwa 1 > 0 T.1.8 Jadi pengandaian < 0 salah, haruslah > 0 (ii) Diketahui : a R, a < 0 Akan ditunjukkan bahwa a < 0 < 0 a<0a 0 0 T.1.5 Andaikan > 0 a < 0 dan > 0 a x < 0 x T.1.9 1<0 M3, T.1.4 Kontradiksi dengan 1 > 0 T.1.8 Jadi pengandaian > 0 tidak benar haruslah < 0 TEOREMA. 1.10 Jika a,b R dan a > b maka a > (a + b) > b Bukti : Misalkan a,b R Akan ditunjukkan a > b a > (a + b) > b a>b a+a > a+b a > b 2a > a + b a>b a+b > b+b a > b a + b > 2b dari (i) dan (ii) 2a > a + b > 2b Karena 2 N maka 2 > 0 akibatnya > 0 T.1.9 T.1.9 D1.3 T.1.9 > 0 dan2a > a + b > 2b maka diketahui (2a) > (a + b) > (2b) T.1.9 a > (a + b) > b M2, M4 Sehingga terbukti : a > b a > (a + b) > b 13 COROLLARY 1.11 (Akibat dari teorema 1.10) Jika a R dan a > 0 maka a > a > 0 Bukti: a, b R dan a > b a > (a +b) > b T.1.10 Ambil b = 0, maka 0 R, menurut T.1.10 berakibat a > 0 a > (a + 0) > 0 substitusi b=0 Berarti a > a > 0 A.3 TEOREMA. 1.12 Jika a R sehingga 0 a , R positif murni, maka a = 0 Bukti: Diketahui a R sehingga 0 a Andaikan a 0 a > 0 a>0 a> a>0 diketahui T.1.11 Ambil 0 = a > 0, karena a > 0 sehingga diperoleh a > 0 a >0 > 0 a> a>0 diketahui substitusi 0 = a Hal ini bertentangan dengan hipotesis yaitu 0 a < , > 0 Dengan demikian pengandaian salah, haruslah a = 0. TEOREMA.1.13 a,b R, Jika ab > 0 maka (i) a > 0 dan b > 0 atau (ii) a < 0 dan b < 0 Bukti : a b > 0 a 0 dan b 0 ab = 0 Dari a 0 diperoleh (i) a > 0 atau (ii) a < 0 Kasus (i): a > 0 > 0 ab > 0 ab P >0 P , ab P x ab P ( x a) x b P 1xb P jika a = 0 b = 0 maka (sifat trikotomi) T.1.9 D.1.2 D.1.2 sifat 1.2.1 M.2 M4 14 bP M3 b >0 Maka terbukti : a,b R, Jika ab > 0 maka a > 0 dan b > 0 Kasus (ii): a < 0 < 0 T.1.9 - P D.1.2 D.1.2 ab > 0 ab P - , ab P (- ) x ab P (-1)( x a) x b P D.1.2 sifat 1.2.1 T.1.4, M2 (-1) x 1 x b P M4 (-1) x (1 x b) P M2 (-1) x b P M3 -b P T.1.4 b<0 D.1.2 Maka terbukti bahwa jika ab > 0 maka a < 0 dan b < 0, a,b R COROLLARY. 1.14 (Akibat teorema 1.13) a,b R, Jika ab < 0 maka (i) a < 0 dan b > 0 atau , (ii) a > 0 dan b < 0 Bukti : Karena ab < 0 maka a 0 dan b 0 a 0 berarti (i) a > 0 atau a < 0 dan b 0 berarti (ii) b > 0 atau b < 0 Kasus (i) a>0 >0 (ab) < 0 (ab) < 0 dan > 0 x (ab) < 0 x T.1.9 diketahui T.1.9 ( x a) x b < 0 M2, T.1.4 1xb <0 M4 b<0 M3 Dengan demikianjika ab < 0 dan a > 0 maka didapat b < 0, a,b R Hal ini menunjukkan bahwa a,b R, jika ab < 0 maka a > 0 dan b < 0 Kasus (ii): a< 0 < 0 (- )> 0 ab < 0 ab<0 dan (- ) > 0 (- ) x (ab)<(- ) x 0 T. 1.9 D. 1.2 diketahui T. 1.9 15 (- 1) x ( x a) x b < 0 M2, T.1.4 (-1) x 1 x b < 0 M4 -b < 0 M2, M3, T.1.4 b>0 D.1.2 Dengan demikian jika ab < 0 dan a < 0 didapat b > 0, a,b R hal ini menunjukkan bahwa a,b R, jika ab < 0 maka a < 0 dan b > 0 Berdasarkan (i) dan (ii) terbukti bahwa: a,b R, Jika ab < 0 maka (i) a < 0 dan b > 0 atau , (ii) a > 0 dan b < 0 Contoh: Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 2x 1 < 1, x R x2 Penyelesaian : 2x 1 <1 x2 2x 1 + (-1) < 1 + (-1) x2 1 (2x + 1) – 1 < 0 x2 1 1 (2x + 1) – (x + 2) < 0 x2 x2 1 ( ) x ((2x + 1) – (x + 2))< 0 x2 1 (2x + 1 – x – 2) < 0 x2 1 (x – 1) < 0 x2 Menurut T.1.14 jika : 1 (x – 1) < 0 maka x2 1 (1). (x -1 ) < 0 dan > 0 atau x2 1 (2). (x – 1) > 0 dan < 0 x2 1 Dari (1), (x -1 ) < 0 dan >0 x2 x R dan diketahui T.1.9 sifat 1.1.1, A4 M4 D D, T.1.4 A1, A2 16 (x – 1) < 0 dan 1 1 x2 >0 x < 1 dan x + 2 > 0 x < 1 dan x + 2 + (-2) > 0 + (-2) x < 1 dan x + 0 > -2 x < 1 dan x > -2 Berarti -2 < x < 1 1 Dari (2): (x – 1) > 0 dan < 0 x2 1 (x – 1) > 0 dan 1 < 0 T.1.9 T.1.5, T.1.9 T.1.9 A4 A3 D.1.3 T.1.9 x2 x > 1 dan x + 2 < 0 T.1.5, T.1.9 x > 1 dan x + 2 + (-2) < 0 + (-2) T.1.9 x > 1 dan x + 0 < -2 A4 x > 1 dan x < -2 A3 Tidak ada yang memenuhi, karena tidak ada x R yang lebih dari 1 dan seligus kurang dari –2 sehingga yang memenuhi : -2 < x < 1 Jadi HP = { x R -2 < x < 1} 1.3. NILAI MUTLAK Sifat trikotomi menjamin bahwa jika aR dan a 0, maka berlaku tepat satu dari a dan –a adalah positip. Nilai mutlak dari a 0 didefinisikan sebagai nilai positip dari pasangan {a,-a}. Definisi. 1.4 Jika a R nilai mutlak dari a dinotasikan dengan a dan didefinisikan: a, jika a 0 a= -a, jika a < 0 Contoh: 3 = 3 dan -2 = -(-2) = 2 Dapat dilihat dari definisi bahwa a 0, aR. 17 Teorema. 1.15 a. -a = a , aR. b. ab = a b , a, b R. c. jika c > 0, maka a c jika dan hanya jika -c a c. d. - a a a , a R. Bukti: a. (i) a = 0 0 = 0 D. 1.4 = -0 D.1.2, D.1.4 (ii) a > 0 -a < 0 T.1.9 a = a D.1.4 = -(-a) T.1.9 = -a D, 1.4 (iii) a < 0 -a > 0, D.1.2 a = -a D.1.4 = -a D.1.4 Dari (i), (ii) dan (iii) disimpulkan -a = a b. (i ) a = 0 atau b = 0 ab = 0 = = = = 0 0x0 0 0 a b (ii). a>0 dan b>0 ab>0 ab = a.b = a b (iii). a>0 dan b<0 ab<0 ab = -ab = (-1)(ab) = (-1.a)(b) = (a.(-1))(b) T.1.4 D.1.4 T.1.4 D.1.4 Diketahui T.1.9 D.1.4 D.1.4 T 1.9 D.1.4 T.1.4 M.2 M.1 18 = (a)((-1).b) = a(-b) = a b (iv). a<0 dan b<0 ab > 0 T1.4. ab = a.b = a.1.b = a.(-1)(-1).b = (-1)a.(-1).b = (-a)(-b) = a b Dari i, ii, iii, dan iv, disimpulkan bahwa a b = a b M.2 T.1.4 D.1.4 D1.2, sifat 1.2.1, D. 1.4 M3,M2, M1 T.1.9 M1,M2 T.1.4 D.1.2, D1.4 c. (i).Misalkan c > 0dan a c maka akan ditunjukkan bahwa -c a c. a c (1) a c dan a ≥ 0 0 a ≤ c atau D.1.4, D1.3 (2) –a ≤ c dan a < 0 a ≥ –c dan a< 0 T1.9 -c ≤ a < 0 D1.3 Dari (1) dan (2) diperoleh -c ≤ a < 0 atau 0 a ≤ c, berdasarkan definisi gabungan dua himpunan diperoleh -c a c. Jadi: jika c > 0 dan a c maka -c a c. (ii). Misalkan c > 0dan -c a c maka akan ditunjukkan a c. -c a c berdasarkan D1.3 dapat ditulis -c ≤ a < 0 atau 0 a ≤ c, (1) -c ≤ a < 0 dapat ditulis -c ≤ a dan a < 0, berdasarkan T.1.9 -a ≤ c dan a < 0 atau (2) 0 a ≤ c berdasarkan definisi 1.3 dapat ditulis a c dan a ≥ 0 Dari (1) dan (2) diperoleha c dan a ≥ 0 atau –a cdan a < 0 maka berdasarkan definisi 1.4 berarti a c Jadi terbukti jika c > 0 dan -c a c maka a c. Dari (i) dan (ii) disimpulkan bahwa jika c >0, maka a c -c a c. d. Pembuktian teorema 1.15 (d) siserahkan kepada mahasiswa sebagai latihan. Teorema 1.16 Ketidaksamaan Segitiga. Untuk sebarang a, b R, berlaku a+b a + b Bukti: Dari teorema 1.15 (d) diperoleh: - a a a dan - b b b 19 Dengan menggunakan teorema 1.9, sifat distributif dan teorema 1.4 maka -( a + b ) a + b a + b Sehingga berdasarkan teorema 1.15 diperoleh: a+b a + b Jadi terbukti bahwa a, b R, berlaku a+b a + b Teorema 1.17 ( Akibat Teorema 1.16) Untuk sebarang a,b R, diperoleh: (a). a - b a – b (b). a – b a + b Bukti: (a). a a + 0 A3 a + { (-b) + b } A4 {a + (-b) } + b A2 {a + (-b) } + b a – b + b T.1.16, sifat 1.2.1 sehingga diperoleh : a a – b + b a = a + 0 A3 = a + { (-b) + b } A4 ={ a + (-b)} + b ≤ a+(-b) + b A2, T1.16 Sehingga diperoleh: a ≤a+(-b) + b a ≤a+(-b) + b a + (- b) { a - b + b } + ( - b ) T1.9, sifat 1.1.1 a + (- b) a – b + { b + ( - b )} a + (- b) a – b + 0. A2 A4, a - b a - b ……….(*) A3, sifat 1.1.1 Selanjutnya: b=b+0 A3 =b + { (-a) + a } A4 = {b + (-a) } + a A2 b – a + a T.1.16, sifat 1.1.1 20 sehingga diperoleh : b b – a + a b b – a + a b + (- a ) { b – a + a } + (- a ) T1.9 b + ( - a ) b – a + { a + ( - a )} A2 b + ( - a ) b – a + 0. A4 b + (- a ) b – a A3 b + (- a ) (– a) + b A1, sifat 1.1.1 b + (- a ) -a + ( - (-b) ) T1.4 b + (- a ) (-1) a + (-1) (-b) T1.4 b + (- a ) (-1)(a + (-b)) D b + (- a ) -1 a + ( -b) b + (- a ) 1 a -b T1.15 T1.15, D1.4 b + ( - a ) a -b M3 Selanjutnya kedua ruas dikalikan (-1), maka (-1) ( b - a ) (-1) a - b T1.9 (-1) b + (-1)(- a ) (-1) a - b D, sifat1.1.1 - b + a - a - b T1.4 a + (- b ) - a - b a - b - a - b A1 ………(**) - a - b a - b sifat1.1.1 D1.3 Dari (*) dan (**) diperoleh : a - b a – b dan - a - b a - b ditulis: - a - b a - b a - b D1.3 sehingga berdasarkan teorema 1.15 diperoleh : a - b a - b Jadi terbukti bahwa jika a - b a – b , a,bR (b). a, b R, berlaku a+b a + b b Rmaka (-b) R T1.16 A3 21 (-b) R dan a+b a + b , substitusi b Rdengan -b diperoleh: a + (-b) a + -b a – b a + -b Sifat 1.1.1 dengan menggunakan teorema 1.15, yaitu: bR, -b = b , maka diperoleh: a – b a + b Jadi terbukti bahwa a, bR berlaku a – b a + b Teorema 1.18 (Akibat teorema 1.17) Untuk sebarang a1, a2 , a3, …… an R, n N, a1 + a2 + a3 + ……+ an a1 + a2 + a3 + ……+ an S = {n N / a1 + a2 + ……+ an a1 + a2 + ……+ an} Bukti: Dengan menggunakan Prinsip Induksi Matematika Misalkan S N yang memiliki sifat-sifat: 1. 1 S 2. Jika k S, maka k + 1 S Maka S = N 1. a1a1 suatu pernyataan benar maka 1 S 2. Diasumsikan k S benar berarti : a1 + a2 + …… + ak a1 + a2 + …… + ak Akan ditunjukkan bahwa k + 1 S a1 + a2 + …… + ak + a k+1 = ( a1 + a2 + ……+ ak ) + a k +1 a1 + a2 + …… + ak + a k +1 a1 + a2 + …… + ak + a k +1 T.1.16 T.1.16 Diperoleh k + 1 S. Dari prinsip induksi matematika diperoleh bahwa S = N. Jadi : a1 + a2 + a3 + ……+ an a1 + a2 + a3 + ……+ an , n N Contoh: 1. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi pertidaksamaan 2x + 3 < 6 22 Penyelesaian: (i) Penyelesaian dengan menggunakan teorema1.15 x R, 2x + 3 < 6 -6 < 2x + 3 < 6 T1.15 -6 + (-3) < (2x + 3 ) + (-3) < 6 + (-3) A4, T1.9 -9 < 2x + ( 3 + (-3) )< 3 + ( 3 + (-3) ) A2 -9 < 2x + 0 < 3 + 0 A4 -9 < 2x < 3 A3 ( 1 1 1 ) (-9) < ( ) (2x) < ( ) ( 3 ) 2 2 2 - 9 3 <x < 2 2 M4, T1.9 M2, M3, M4 Jadi semua bilangan real x yang memenuhi pertidaksamaantersebut adalah A={xR- 9 3 <x < } 2 2 (ii) Penyelesaian dengan menggunakan definisi Berdasarkan definisi Kemungkinan – kemungkinan : (i) dan diketahui keduaruasditambahkan A.2 A.4 A.3 M.4 3 ...............(*) T1.9 M.2, M.4, sifat 1.1.1 23 diketahui T.1.9 A.2 M.4 MA.3 T.1.9 ..................(**) Dari (*) dan (**) diperoleh M.2, M.4, sifat 1.1.1 dan dan - Sehingga kemungkinan (i) diperoleh dan berdasarkan D1.3 diperoleh (ii) dan diketahui kedua ruas ditambahkan 24 A.2 A.4 A.3 M.4 T1.9 M.2, M.4, T1.4 sifat 1.1.1 diketahui T.1.9 A.2 M.4 MA.3 T.1.9 M.2, M.4, sifat 1.1.1 - dan - Sehingga kemungkinan (ii) diperoleh dan berdasarkan D1.3 diperoleh 25 Dari (i) (ii) berdasarkan D1.3 diperoleh Jadi semua bilangan real x yang memenuhi pertidaksamaantersebut adalah A={xR- 9 3 <x < } 2 2 2. Tentukan semua anggotahimpunan B = { x R x + 1<2x } Penyelesaian: Pertama akan diselesaikan pertidaksamaan x + 1<2x yang terdefinisi pada R, Berdasarkan definisi 1.4 Dan Didapat empat kemungkinan nilai x yang memenuhi: (i) dan (ii) dan dan (iii) (iv) dan dan dan dan dan Bukti : (i) diketahui T.1.9 A1, A2 A2 A4 26 A3 T1.4,D M3 Atau ......... (*) D1.3 diketahui T.1.9 A2 A3, A4 ...............(**) A3 diketahui M4 T1.9 M2 M4 ...............(***) M3, T1.4 27 Dari (*), (**) dan (***) diperoleh 1 -1 0 nilai x yang memenuhi dari ketiga penyelesaian tersebut adalah Sehingga merupakan anggota B (ii) diketahui A4 T1.9 A2 A2 A4 A3 D, T1.4 28 M2, T1.4 T1.9 M4 T1.9 M2 M4 M3 ..............(*) T1.4 diketahui A4 T1.9 A2 A4 ............(**) A3 diketahui M4 T1.9 29 M2 M4 ............(***) M3, T1.4 Dari (*), (**) dan (***) diperoleh , dan , sehingga nilai x yang memenuhi pertidaksamaan tersebut adalah -1 0 Dengan demikian (iii) merupakan anggota B diketahui A4 T1.4 30 T1.4 D T1.4 T1.9 A2 A4 A3 D M1 Atau D1.3 M4 T1.9 M2 M4 .............(*) M3, T1.4 diketahui M4 T1.9 A2 31 A4 .........(**) A3 diketahui M4 T1.9 M2 M4 ..........(***) M3, T1.4 Dari (*), (**) dan (***) diperoleh , dan , dantidak satupun nilai x yang memenuhi pertidaksamaan tersebut. -1 0 (iv) diketahui A3 32 T1.4 T1.9 D T1.4 T1.9 A2 A4 A3 D M1 T1.4 ...........(*) T1.9 diketahui A4 T1.9 A2 A4 .............. (**) A3 diketahui 33 M4 T1.9 M2 M4, .......... (***) M3, T1.4 Dari (*), (**) dan (***) diperoleh , sehingga nilai x yang memenuhi pertidaksamaan tersebut adalah 0 -1 1 Dengan demikian merupakan anggota B 34 Kesimpulan : Dari (i), (ii), (iii) dan (iv) diperoleh (i) 1 (ii) -1 (iii) -1 Dari (i), (ii), (iii) dan (iv), diperoleh x R yang menjadi anggota B adalah atau atau Jadi x R yang menjadi anggota B adalah B = { x R atau } 1.4. Garis Bilangan Real Secara geometris, sistem bilangan real dapat diintegrasikan sebagai garis bilangan real. Dengan demikian a dapat diartikan sebagai jarak dari a ke 0 dan a – b menyatakan jarak antara a dan b. Contoh: Misalkan Jarak diantara a 3 dan b 2 Maka: a – b = -3 – 2 = -5 = 5 35 Jarak diantara a = -3 dan b = 2 atau -3 – (2) dengan garis bilangan real dapat digambarkan sebagai berikut: -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 Dalam pembahasan berikutnya akan dicari bahasa yang tepat untuk menyatakan bahwa satu bilangan real dekat dengan yang lain. Bilangan real dikatakan dekat dengan bilangan real dimaksudkan adalah bahwa jarak adalah kecil Gagasan ini dikenal dengan istilah “Neighborhood”. Definisi 1.5: Misalkan dan . (1) -neighborhood dari adidefinisikan sebagai himpunan V(a) = {x |x – a| <}. Neighborhood dari a dilambangkan dengan V(a). Untuk a , pernyataan bahwa x V (a) ekuivalen dengan pernyataanbahwa x memenuhi kondisi: x a a x a . Ilustrasi pada garis bilangan realnya sebagai berikut ( a ) a a (2) Neighborhod dari a adalah sebarang himpunan yang memuat -neighborhood dari a untuk setiap > 0. Jadi -neighborhood dari a atau V(a) adalah himpunan yang simetris pada a. Dua pendefinisian di atas mempunyai tujuan yang sama, tetapi berbeda keluasannya. Teorema 1.19 36 Misal a R, jika x R sedemikian hingga x anggota setiap neighborhood dari a maka x = a. Bukti: Misalkan V(a) adalah sebarang neighborhood dari a. Karena neighborhood dari a selalu memuat suatu -neighborhood dari a, katakanlah V(a) sehingga V(a) V(a), untuk suatu > 0. Karena x termuat di setiap V(a), maka x V(a) unutk setiap > 0. Dan karena x V(a) sedemikian hingga maka: x – a <, > 0. 0 x – a <, > 0, maka berdasarkan teorema 1.12. Jika a dan 0 a untuk setiap 0 , maka a 0 .Sehingga berlaku x – a = 0 Selanjutnya x – a = 0 maka berdasarkan definisi 1.4 berlaku (i) x – a 0 x – a = 0 x–a =0 diketahui x + (-a) = 0 sifat 1.1.1 (-a) + x = 0 A.1 x = -(-a) + 0 T.1.2 x = -(-a) A.3 x=a T.1.4 (ii) x – a < 0 -(x – a) = 0 -(x – a) = 0 diketahui (-1)(x + -(a)) = 0 T.1.4 (-1)x + (-1)(-a) = 0 D -x + a = 0 T.1.4 a + (-x) = 0 A1 -x = -a T.1.2 (-1)(-x) = (-1)(-a) T.1.5 (-1)(-1) x = (-1)(-1) a T.1.4 x=a M2, T.1.4 37 Dengan demikian dari (i) dan (ii) diperoleh x = a. Jadi Misal a R, jika x R sedemikian hingga x anggota setiap neighborhood dari a maka x = a. Contoh: 1. Misal U = {x/ 0 < x < 1} Maka U adalah neighborhood yang memuat setiap titik di U. Bukti: Ambil sebarang a U, berarti 0 < x < 1. Selanjutnya pilih = min {a, 1 – a}, maka {a - , a + } U, berarti U adalah neighborhood dari a unutk setiap a U. 2. Misal I = {x/ 0 x 1}, maka 1 bukan neighborhood dari 0. Bukti: 1 bukan neighborhood dari 0 berarti jika diberikan > 0 maka x V(0) x 1. Untuk memperlihatkan hal tersebut, ambil > 0 , kemudian pilih x = ( ) sehingga x V(0) akan tetapi x = -( ) I. Jadi I bukan neighborhood dari 0. 3. Jika x V(a) dan y V(b), maka (x + y) V2(a + b). Bukti: x V(a) x – a < dan y V(b) x – b < Dengan ketidaksamaan segitiga diperoleh: (x + y) – (a + b) = (x + a) + (y - b) (x - a) + (y - b) + = 2 sehingga (x + y) V2(a + b). Jadi jika x dan y anggota berturut-turut -neighborhood dari a, b, maka x + y anggota 2-neighborhood dari a + b (tetapi tidak cukup -neighborhood dari a + b). Secara khusus, penambahan tidak akan mempertahankan keakuratan urutan tempat desimal, karena 10-k< 0,5 х 10 –(k – 1) pada satu tempat desimal terbesar akan hilang. 38 LATIHAN 1 1. Selesaikan persamaan x2 = 2x, dengan memberikan alasan pada setiap langkah penyelesaian. 2. Jika a R, dan a . a = a maka tunjukan bahwa a = 0 atau a = 1 3. Jika a 0 dan b 0, tunjukan bahwa 4. Tunjukan bahwa 3 dan 1 1 1 ab a b 6 bukan bilangan rasional (Gunakan argumen pada pembuktian teorema 1.6 5. Jika x dan y bilangan irasional, apakah x + y dan xy juga irasional 6. Tunjukan bahwa jika 0 < a< b maka (i) a < ab < b dan (ii) 0< 1 1 < b a 7. Misalkan a R. tunjukkan bahwa: a. a= b. a2 = a2 a2 8. Tentukan semua x R yang memenuhi pertidaksamaan berikut : a. x + 1 > x + 1 b. x + x +1 < 2 9. Jika a, b R, tunjukkan bahwa a + b = a + b jika dan hanya jika ab 0. 10. Tentukan dan sketsakan himpunan pasangan terurut (x,y) R x R, yang memenuhi : a. xy = 2 b. xy 2 39 BAB II SIFAT KELENGKAPAN PADA BILANGAN REAL 2.1. SUPRIMUM DAN INFIMUM Padababiniakandibahaslebihjauhmengenaisifatsifataljabardanketerurutanpadasistembilangan real. Definisi. 2.1 Misalkan S R, (i) (ii) u R dikatakan batas atas dari S bila s u, s S. w R dikatakan batas bawah dari S bila w s, s S. Berdasarkan definsi 2.1, jika S R mempunyai batas atas maka akan ada batas atas lain yang takhingga banyaknya, sebab jika uR batas atas S maka ada vR sehingga u v juga merupakan batas atas S. Begitu pula jika T R mempunyai batas bawah maka akan ada batas bawah lain yang takhingga banyaknya, sebab jika a R batas bawah T maka ada b R sehingga b a juga merupakan batas bawah T. S u v Gambar 2.1 Batas Atas dari S Selain itu terdapat himpunan yang mempunyai batas atas, tetapi tidak mempunyai batas bawah, dan sebaliknya terdapat himpunan yang mempunyai batas bawah tetapi tidak mempunyai batas atas. Misal: S1 = { x R x 0 } adalah himpunan yang mempunyai batas bawah tetapi tidak mempunyai batas atas. S2 = { x R x 1 } adalah himpunan yang mempunyai batas atas tetapi tidak mempunyai batas bawah. Catatan : Misalkan T R, maka : 40 (1) T dikatakan terbatas di atas bila T mempunyai batas atas . (2) T dikatakan terbatas di bawah bila T mempunyai batas bawah. (3) T dikatakan terbatas bila T mempunyai batas atas dan batas bawah (4) Jika T tidak mempunyai batas atas atau batas bawah maka T dikatakan tidak terbatas Contoh : 1. S1 = { x R x 1 } adalah himpunan terbatas dibawah sebab mempunyai batas bawah x 1, x R 2. S2 = { x R x -4 } adalah himpunan terbatas di atas sebab mempunyai batas atas x -4, x R 3. S3 = { x R 3 x 4 } adalah himpunan terbatas, sebab mempunyai batas bawah x 3, x R dan batas atas x 4, x R 4. S4= R (himpunan bilangan real) adalah himpunan tak terbatas karena tidak mempunyai batas bawah maupun batas atas atau sebagai batas atas dan batas bawah. Buktinya diserahkan mahasiswa sebagai latihan 5. S5= adalah himpunan terbatas sebab setiap bilangan real merupakan batas bawah dan batas atas dari . Bukti: Misalkan S = . Ambil sembarang r R batas bawah dari S. Andaikan r bukan batas bawah dari S, berarti s S, s r. Hal ini bertentangan dengan S = . Jadi pengandaian salah, haruslah r merupakan batas bawah dari S. Karena r sembarang maka setiap r R adalah batas bawah dari . (Setiap bilangan real merupakan batas atas dari , pembuktiannya analog ). Definisi. 2.2 Misalkan S R (i) Jika S terbatas diatas, maka suatu batas atas dari S disebut supremum (batas atas terkecil ) dari S apabila batas atas tersebut lebih kecil dari semua batas atas yang lain dari S. 41 (ii) Jika S terbatas di bawah , maka suatu batas bawah dari S disebut infimum (batas bawah terbesar) dari S apabila batas bawah tersebut lebih besar dari semua batas bawah yang lain dari S. Definisi 2.2 tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. u R adalah supremum dari S R bila memenuhi dua syarat yaitu : (i) s u , s S; (ii) s v, s S u v. 2. w R adalah infimum dari S R bila memenuhi dua syarat, yaitu : (i) s w, s S. (ii) s v, s S w v. Definisi 2.2 dapat diilustrasikan secara geometri sebagaiberikut : S Inf. S Sup. S (batas bawah S) (batas atas S) Gambar 2.2 Inf. S dan Sup. S Selanjutnya supremum dari S dinotasikan dengan sup S dan infimum dari S dinotasikan dengan inf S. Lema 2.1.S R paling banyak mempunyai satu supremum atau satu infimum saja. Bukti : S R, misalkan u1 dan u2 adalah batas bawah dari S, u1, u2 keduanya adalah infimum Dari S, akan ditunjukkan u1 = u2 . 42 u1 = inf S u1batas bawah untuk S dan u2 = inf S u2 u1 ............................ (i) u2 = inf S u2batas bawah untuk S dan u1 = inf S u1 u2 ........................... (ii) Dari (i) dan (ii), berdasarkan Teorema 1.7, u2 u1, u1 u2 u1 = u2. Jadi S mempunyai paling banyak satu infimum. (Pembuktian untuk suprimum S analog). Lemma. 2.2 Suatu himpunan S , S R , u R batas atas dari S, u = sup S 0, s S , u - s. Bukti : () Misalkan v batas atas S, dengan v u. Asumsikan v u. Pilih = u – v 0, maka s S, u - s. Dari sini diperoleh u – ( u – v ) = v s yang berarti v bukan batas atas S. Ini kontradiksi dengan v batas atas S. Jadi haruslah v u atau u v yang berarti u batas atas terkecil S sehingga u = sup S. Jadi 0, sS u - s u = sup S () Misalkan u = sup S. Ambil sembarang 0. Karena u = sup S maka u - u bukan batas atas S. Karena u - bukan batas atas S maka s S, u - s. Jadi u = sup S 0, sS u - s. Dengan demikian : S , S R , u R batas atas dari S, u = sup S 0, s S u - s. Ilustrasi secara geometri lema 2.2, terlihat pada gambar 2.3 berikut ini. u- s u Gambar 2.3 u = Sup. S 43 Catatan: Supremum dari suatu himpunan tidak selalu merupakan elemen dari himpunan tersebut. Hal ini tergantung dari himpunan yang diberikan. Berikut ini akan diberikan beberapa contoh Contoh: (a) Jika S1 mempuyai elemen berhingga maka dapat ditunjukkan bahwa S1 mempu-nyai sebuah elemen terbesar u dan sebuah elemen terkecil w, ataudengan kata lain u = sup S1 dan w = inf S1dan keduanya yaitu u dan w elemen S1. (b) JikadiberikanhimpunanS2 = { x R 0 x 1 }, maka himpunan ini mempunyai supremum 1, dan infimum 0 yang keduanya termuat dalam S2.Berikut akan dibuktikan bahwa 1 adalah supremum dari S 2 . Jika v 1 maka terdapat elemen s ' S2 sehingga v s '. Jadi v bukan batas atas dari S 2 dan karena v sebarang bilangan yang lebih kecil dari 1, maka disimpulkan bahwa sup S 2 =1. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan pula bahwa 0 adalah infimum dari S 2 . Dengan demikian, baik supremum maupun infimum dari S 2 termuat di dalam S2 . (c) S3 = { x R 0 x 1 } Himpunan ini mempunyai supremum 1, dan infimum 0 yang keduanya tidak termuat dalam S. (d) Setiap elemen pada bilangan real R adalah batas atas sekaligus batas bawah dari . Jadi tidak mempunyai suprimum dan infimum. 2.2. SIFAT SUPRIMUM DAN INFIMUM DARI R (i) ( S R, S , u R, u s, s S ) S mempunyai Suprimum. (ii) ( S R, S , u R , u s, s S ) S mempunyai Infimum. Contoh (a) Misalkan S R; S . S terbatas di atas, untuk a R didefinisikan 44 a + S = { a + x x S }, maka sup ( a + S ) = a + sup S. Bukti : Misalkan u R, S R, u = sup S u x, x S. a R a + u a + x , xS. Ini berarti a + u batas atas dari a + S. Akibatnya sup (a + S) a + u atau Sup (a + S) a + sup S. Misalkan v R, v batas atas dari a + S a + x v, x S. a + x v x v – a , xS. Akibatnya u = sup S v – a, sebab a + u v, dan v – a adalah batas atas dari S. v – a batas atas S, u = sup S u v – a a + u v. a + u batas atas S v batas atas (a + S) sup (a + S) = a + u = a + sup S. a+u v Jadi S R, S , S terbatas di atas, a R, didefinisikan a + S = { a + x x S } sup ( a + S ) = a + sup S. Terbukti. (b) Andaikan f dan g adalah fungsi bernilai real dengan domain yang sama, yaitu D R. Misalkan f(D) = { f(x) x D } dan g(D) = {g(x) x D} adalah himpunan himpunan terbatas dalam R, maka : (i) f(x) g(x), x D sup f(D) sup g (D). (ii) f(x) g(y), x,y D sup f(D) inf g(D). Bukti : Asumsikan f(D) dan g(D) . (i) Diketahui g(D) dan f(D) himpunan terbatas di R, berarti f(D) dan g(D) mempunyai suprimum dan infimum ( 2.4.5 ). g terbatas di atas g(x) sup g(D), x D. g(x) sup g(D),x D, f(x) g(x), x D f(x) sup g(D), x D. Akibatnya sup g(D) merupakan batas atas f(D). Sup g(D) batas atas f(D), f(D) terbatas di atas sup f(D) sup g(D) Jadi f(x) g(x), x D sup f(D) sup g (D). Terbukti. 45 (ii) Dari f(x) g(y), x ,y D, berarti f(x) adalah batas bawah dari g(D). Akibatnya f(x) inf g(D). Karena f(x) inf g(D), xD berarti inf g(D) adalah salah satu batas atas dari f(D). Hal ini berarti sup f(D) inf g(D). Jadi f(x) g(y), x,y D sup f(D) inf g(D). Terbukti. 2.3. SIFAT ARCHIMEDES PADA R Suatu bilangan asli N, terbatas di bawah yaitu 1, tetapi tidak terbatas di atas. Ini berarti jika diberikan sembarang bilangan real x, maka terdapat n N sehingga x n. Teorema. 2.3. Sifat Archimedes x R nx N, x nx. Bukti: Ambil sembarang x R. Andaikan x merupakan batas atas dari N, menurut sifat suprimum, N mempunyai suprimum u R. Karena u - 1 u. Menurut lemma 2.2 berarti m N, u - 1 m akibatnya u m + 1. Karena mN, maka m + 1 N. Ini bertentangan dengan u batas atas N. Jadi pengandaian salah . Dengan demikian N tidak mempunyai batas atas. Jadi x R nx N, x nx. Torema.2.4 (akibat teorema 2.3) Jika y dan z adalah bilangan real positif murni, maka : (a) n N, z ny (b) n N, 0 y (c) (c) n N, n –1 z n. 46 Bukti : (a) Karena x = 0, n N, = x n, dan didapat z ny. (b) Berdasarkan bukti pada (a), kita ambil z = 1 maka didapat 1 ny, sehingga diperoleh y dan n N. Dengan demikian terbukti bahwa n N, 0 y (c) Ambil himpunan { m N z m } N tidak kosong. Misalkan n unsur terkecil dan { m N z m }, maka n – 1 z n. 2.4. EKSISTENSI 2 Pentingnya Sifat Archimides karena sifat tersebut dapat menjamin eksistensi bilangan-bilangan real terhadap suatu hipotesis tertentu. Berikut ini akan diberikan ilustrasi yang disertai dengan bukti akan eksistensi (adanya) bilangan real x sehingga = 2 yang tertuang dalam teorema berikut. Teorema. 2.5 x R+ x2 = 2 Bukti : Misalkan S = { s R 0 s, s2 2 }, maka 1 S. Dengan demikian S dan S juga terbatas di atas oleh 2. Jika t 2, maka t2 4, sehingga t S, berdasarkan sifat suprimum maka himpunan S mempunyai suprimum dalam R. Misalkan x = sup Sdan x R+ akan dibuktikan bahwa x2 = 2. Jika x2 2 maka ada dua kemungkinan yaitu (i) x2 2 atau (ii) x2 2 (i) andaikan x2 2 Kita tunjukkan hal ini akan kontradiksi dengan pernyataan x adalah batas dari S. 47 x R+ 2x + 1 0 dan x2 2 2 - x2 0 0 Dengan sifat Archimedes ( Teorema.2.4 (b) ) didapat n N, (2x – 1) (2 - x2) x2 + 1 2 n (2 x 1) Karena : (x + )2 = x2 + 2x 1 n n2 = x2 + (2x + ) x2 + (2x + 1) x2 + (2 - x2 ) = 2 Jadi (x + ) S Karena x x + dan (x + ) S, maka x bukanlah batas atas S dan x bukan suprimum S. Oleh karena itu tidak mungkin x2 2 (ii) Andaikan x2 2 Akan ditunjukkan bahwa sebuah batas atas dari S, lebih kecil dari x yang kontradiksi dengan suprimum dari S. Karena x2 2 x2 - 2 0 Ambil m N, x2 2 0 2x x2 2 2x Bentuk formula : 48 (x- )2 = x 2 - Jadi (x - 2x +( m )2 x2 - 2x 2 x + (2 - x2 ) = 2 m ) batas atas dari S Karena x x - , maka terjadi kontradiksi dengan x = sup S . Dengan demikian x2 2 tidak mungkin, Karena x2 2 dan x2 2 tidak mungkin maka haruslah x2 = 2 Dengan memodifikasi argumen di atas, pembaca dapat menunjukkan bahwa jika a 0, maka terdapat dengan tunggal bilangan b 0 sehingga b2 a. Selanjutnya bilangan b dinamakan akar kuadrat positif dari a dan dinotasikan dengan b a atau b a1/ 2 . . 2.5. KEPADATAN BILANGAN RASIONAL DALAM R Teorema berikut menunjukkan bahwa bilangan rasional adalah “Padat”, artinyabahwadiantaraduabilangan real yang berbedadapatditentukanbilanganrasional yang banyaknyatakberhingga. Teorema. 2.6. Kepadatan Bilangan Rasional : (x ,y R) x y r Q x r y Bukti : Misalkan x,y R dengan x y Tanpa mengurangi keumuman diasumsikan x 0, dengan sifat Archimedes, n N, n untuk suatu n. Karenanyadiperoleh (ny–nx) 1 ....................................... (1) Dengan menggunakan Teorema. 2.4 (c) untuknx 0 diperoleh : m N (m-1) nx m. Ketidaksamaan terakhir ini dapat dipecah menjadidua, yaitu (m-1) nx atau (m-nx) 1 ............................ (2) 49 dan nx m. ....................................... (3) Berdasarkan ketidaksamaan (1) dan (2) diperoleh (m-n) 1 (ny-nx), berarti : m ny ....................................... (4) Dari ketidaksamaan (3) dan (4) diperoleh nx m ny atau x y Jadidiantarax,y Q ada = r Dengandemikianterbuktibahwa(x ,y R) x y r Q x r y Teorma. 2. 7 (akibatTeorema 2.6) (x ,y R) x y r bilangan irrasional x z y r R Q Bukti : Dengan menggunakan teorema kepadatan (teorema 2.5) pada bilangan real dan sehingga diperoleh bilangan rasional r ≠ 0. r Q, r 0 r Dengan demikian z = r LATIHAN 2 1. Misal S = { 1 – akibatnya x r 2y 2 adalah bilangan irrasional dan memenuhi x z y. n N } tentukan Sup S dan Inf S 2. Tunjukkan secara detail bahwa himpunan S = { x R x 0 } mempunyai batas atas tetapi tidak mempunyai batas bawah. 3. Tunjukkan bahwa suatu himpunan berhingga S R dan S memuat suprimum dan infimumnya. 4. Jika S R memuat batas atasnya, tunjukkan bahwa batas atas tersebut adalah Sup S 5. Misal S R , S dan S terbatas 50 (a) Andaikan a 0 dan aS = { as s S } buktikan bahwa : (i) (aS) = a Inf S (ii) Sup (aS) = a Sup S (b) Andaikan b 0 dan bS = { bs s S } buktikan bahwa : (i) (bS) = b Inf S (ii) Sup (bS) = b Sup S …. 6. Misalkan (1) n : n N, A= n n 1 : n N, n B= Dari kedua himpunan tersebut, tentukan batas bawah dan batas atas dan carilah supremum dan infimumnya jika ada dari kedua himpunan tersebut. 7. Misalkan S = { x : x 0} . Tunjukkan bahwa himpunan S1 mempunyai batas atas, tetapi tidak batas bawah, dan tunjukkan pula bahwa SupS = 0. 8. Misalkan S3 = {1/n : n N}. Tunjukkan bahwa sup S3 1 dan inf S3 0. 51 BAB III INTERVAL, TITIK TIMBUN DAN DESIMAL 3.1. INTERVAL 3.1.1 Interval Suatu himpunan disebut terbatas, jika himpunan tersebut mempunyai batas bawah dan batas atas. Jika tidak demikian, maka himpunan tersebut dikatakan tidak terbatas. Suatu interval dapat dipandang sebagai himpunan titik-titik di garis real (R) 3.1.2 Interval Terbatas Jika diberikan dengan , maka interval terbuka yang ditentukan oleh a dan b adalah himpunan yang didefinisikan: Titik dan disebut titik ujung (endpoints) interval. Titik ujung tidak termuat dalam interval terbuka. Jika kedua titik ujung digabungkan ke dalam interval terbukanya, maka disebut interval tertutup, yaitu himpunan yang didefinisikan : Interval setengah terbuka atau setengah tertutup adalah interval yang memuat salah satu titik ujungnya. Gabungan interval terbuka dengan titik ujung , ditulis didefinisikan : [ a,b) = { x R a x < b } Gabungan interval terbuka dengan titik ujung , ditulis didefinisikan : (a,b] ={ x R a < x b } Masing-masing interval tersebut terbatas dan mempunyai panjang (length) yang didefinsikan dengan dengan himpunan kosong . Jika , maka interval terbukanya berkorespondensi dan interval tertutupnya berkorespondensi dengan himpunan singleton 3.1.3 Interval Tak Terbatas 52 Berikut ini diberikan lima jenis interval tidak terbatas, dengan simbol ) dan (atau digunakan sebagai simbol titik ujungnya yang tak berhingga. Interval terbuka takterbatas didefinisikansebagai himpunan dengan bentuk dan Himpunan pertama tidak mempunyai batas atas dan yang kedua tidak mempunyai batas bawah. Himpunan a,sering juga disebut dengan sinar terbuka (open a ray). Interval tertutup tak terbatas, didefinisikansebagai himpunan dengan bentuk: dan Himpunan sering disebut dengan sinar tertutup (close a ray). Himpunan dapat disajikan dalam bentuk interval dan dituliskan bahwa dan bukan elemen . Perhatikan dan dalam hal ini tidak ada titik ujungnya. Untuk interval tak terbatas digunakan lambang - dan , yang disepakati hanya sebagai notasi dan keduanya bukan anggota R. Dan untuk interval satuan dinotasikan dengan I = [ 0,1] = { x R , 0 x 1} 3.1.4. Interval Bersarang Suatu barisan interval In , untuk setiap n N disebut bersarang (terlihat pada gambar 3.1) jika I1I2 I 3 ….I n I n+1… ┌ I1 ┌ I3 I5 ┐ ┐ 53 └─── I4──┘ └────── I2 ─────┘ Gambar. 3.1 Contoh 1: Jika I n = [ 0 , 1 n ] untuk setiap n N, buktikanlah bahwa Karena I n = [ 0 , n 1 1 n In ={0} ] maka I n I n+1 untuk setiap n N Mengingat bahwa I n I n+1 untuk setiap nN, maka I n merupakan interval bersarang. Perhatikan ilustrasi berikut: ┌ ┌ I1 I2 ┐ ┐ ┌ I3 ┐ ┌ I6 ┐ ┌ I20┐ [--- [--- [---- [----- [----- [---------- [---------- [---------- [---------- ] 1 1 1 1 1 1 0 20 1 10 6 4 3 2 Gambar. 3.2 Dari gambar terlihat bahwa 0I n untuk setiap n N dan 0 disebut titik sekutu (common point). Dengan demikian n 1 In ={0} Bukti : I n ≠ , sebab In, nN merupakan interval tutup. Dalam hal ini 0I n, n N. n 1 Dengan menggunakan sifat Archimedes dapat ditunjukkan bahwa hanya 0 yang merupakan unsur dari In, nN. Atau n 1 In ={0} 54 Contoh 2 : Bila Jn =( 0 , 1 n ) untuk setiap nN, buktikan bahwa Jn interval bersarang yang tidak memiliki titik sekutu (Common Point). Karena J n = ( 0 , 1 n ) maka J n J n+1 untuk setiap n N Mengingat bahwa J n J n+1 untuk setiap nN, maka barisan ini membentuk interval bersarang. Perhatikan ilustrasi berikut: ┌ I1 ┌ I2 ┐ ┐ ┌ I3 ┐ ┌ I6 ┐ ┌ I20┐ (--- [--- [---- [----- [----- [---------- [---------- [---------- [---------- ) 1 1 1 1 1 1 0 20 1 10 6 4 3 2 Gambar. 3.3 Dari gambar terlihat bahwa J n suatu interval bersarang dan 0 J nuntuk setiap n N. Dengan demikian J n tidak memiliki titik sekutu atau dan 0 disebut titik sekutu (common point), atau J n= n 1 Bukti : Bukti secara formal diberikan kepada mahasiswa sebagai latihan. Beberapa hal yang perlu mahasiswa ketahui sebagai petunjuk dalam membuktikan adalah: n 1 n 1 Andaikan J n maka ada x J n , nN x J n Selanjutnya gunakan sifat Archimedes seperti contoh 1, yang pada akhirnya nanti akan terjadi kontradiksi dan dengan demikian terbukti bahwa J n n 1 3.1.5. Sifat Interval Bersarang 55 Jika I n = [ an , bn ], nN adalah barisan interval bersarang dari interval- interval tutup, maka : a. Ada suatu bilangan R sedemikian hingga I n , nN b. Jika panjang interval I n = bn - andengan inf { bn- an, nN }= 0, maka titik sekutu adalah tunggal. Sifat interval bersarang diilustrasi pada gambar berikut. ┌ I1 ┌ ┐ I2 ┌ ┐ I3 ┌ In+1 ┐ ┐ [ --------- [---------- [---------- [--------------------] -----------] ----------] ----------] a1 a2 an an+1 (an- bn)bn+1 bn b2 b1 Gambar 3.5 Dari gambar terlihat bahwa : a1 a2 an an+1 …. bn+1 bn b2 b1dan I n Bukti : a. Karena I n nI1 , nN adalah interval bersarang, maka I nI1 nN, dan karena I maka a n b1, nN, sehingga himpunan { a n nN} tak kosong terbatas di atas. Karena { a n nN} dan terbatas di atas, maka menurut sifat suprimum dan infimum himpunan { a n nN} mempunyai suprimum. Misalkan = sup { a n nN}. Karena = sup { a n nN}, maka a n ( nN) nN, b n adalah batas atas dari himpunan { a n nN}, maka kita peroleh: (i) (ii) Jika n k, maka I n I k dan akibatnya a k b k b n Jika n k maka I k I n dan akibatnya a k a n b n, seperti terlihap pada gambar berikut. ┌ Ik ┐ 56 ┌ In ┐ ---------- [---------------- [----------------] ----------------] --------ak an bn bk Gambar 3.6 Jika n k maka I k I n Jadi untuk kedua kasus di atas dapat kita simpulkan bahwa ak bn, k sehingga bn batas atas dari himpunan {an nN}. Oleh karena itu bn ( nN), dan karena an bn ( nN), maka In ( nN). Dengan demikian telah terbukti jika In = [an , bn], nN adalah barisan interval bersarang dari interval-interval tutup, maka ada suatu bilangan R sedemikian hingga In , nN b. Karena In = [ an , bn ], nN adalah barisan interval bersarang dari interval-interval tutup, maka In I1 nN dan akibatnya bn a1 ( nN) sehingga himpunan {b n nN} terbatas di bawah. Karena himpunan {annN} terbatas di bawah maka himpunan tersebut mempunyai infimum. Misalkan = inf { b n nN}. Jika = inf {bnnN} maka dengan analog yang sama , kita peroleh an ( nN), dan oleh karena itu . Sehingga x I n ( nN) jika dan hanya jika x . Selanjutnya misalkan Inf {bn - an nN} = 0, maka untuk sembarang 0, terdapat n N sedemikian hingga 0 - b n an Berdasarkan teorema 1.2.9 didapat bahwa - = 0 atau = adalah satu-satunya unsur dalam I n ( nN) 57 3.2. TITIK TIMBUN Definisi.3.1 Titik xR adalah titik timbun dari S tak kosong, SR, jika setiap-neighborhood dari x yaitu V(x) = (x-, x+) memuat paling sedikit satu elemen dari S yang berbeda dengan x.Titik timbun disebut pula dengan titik kumpul atau titik akumulasi atau cluster point. Definisi di atas dapat diformulasikan sebagai berikut: (i) x titik timbun di S jika ( nN) ( snS), 0 <x - sn< 1n atau (ii) x titik timbun di S jika 0 V(x) S x Himpunan S dikatakan mempunyai titik timbun, jika ada xR yang merupakan titik timbun dari S. Tidak ada persyaratan titik timbun S harus elemen dari S. Dengan kata lain, jika xR titik timbun dari S maka dapat saja terjadi xS atau xS Contoh (a) Jika S1= (0,1) setiap titik pada interval tutup [0,1] adalah titik timbun dari S1. (b) Diberikan (c) Himpunan finit di R tidak mempunyai titik timbun (d) S3 = { n1 : n N}, 0 adalah satu-satunya titik timbun dari S3 (d) maka 4 bukan titik timbun Untuk interval I = [0,1] setiap x I merupakan titik timbun dari I Q dan dengan menggunakan teorema kepadatan pada bilangan R, untuk interval I = [0,1] setiap xI merupakan titik timbun dari IQ. (e) Misalkan S himpunan infinit dan terbatas di atas, misalkan u = sup S. Jika uS maka u titik timbun S karena untuk sebarang > 0, xS x (u,u+). Selanjutnya hanya akan dibuktikan Contoh (a) dan (b) saja, contoh selainnya diserahkan kepada mahasiswa sebagai latihan. Bukti Contoh (a): 58 Ada tiga hal yang perlu dikaji untuk membuktikan bahwa x [0,1], x merupakan titik timbun dari S1 yakni: (i) x = 0 (i) (ii) x = 1 (iii) 0 < x < 1 Untuk x = 0 Ambil sebarang > 0 Sebut -neighborhood dari x adalah V(x) = V(0) = (0-, 0+) = (-, ) V(0) (0,1) \ {0} = (0, 0+) = (0,) Karena 0, R dan 0 < maka (menurut Teorema Kepadatan) ada t R sedemikian sehingga 0 < t <, misalnya t = 1 2 . Jadi V(0) (0,1) \ {0} = (0,) Karena V(0) (0,1) \ {0} , maka 0 adalah titik timbun dari S1. (ii) x = 1 Ambil sebarang > 0 Sebut -neighborhood dari x adalah V(x) = V(1) = (1-, 1+) V(1) (0,1) \ {1} = (1-, 1) Karena (1-, 1) R dan 1-< 1 maka (menurut Teorema Kepadatan) ada p R sedemikian sehingga 1-< p < 1, misalnya p = 1- 12 . Jadi V(1) (0,1) \ {1} = (1-,1) Karena V(1) (0,1) \ {1} , maka 1 adalah titik timbun dari S1. (iii) 0 < x < 1 Ambil sebarang > 0 Sebut -neighborhood dari x adalah V(x) = (x-, x+). Apakah V(x) (0,1) \ {x} Ambil 0 = min {x, 1-x, } maka V(x) (0,1) \ {x} = {x-0, x+0}\{x} = {x-0 , x} {x, x+0} Karena (x-0) < x dan x < (x+0) maka (menurut Teorema Kepadatan) ada t R sedemikian sehingga x-0< t < x atau x < t < x+0. Jadi V(x) (0,1) \ {x} 59 Karena V(x) (0,1) \ {x} , maka x {x: 0<x<1}, x adalah titik timbun dari S1. Dari ketiga hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa x[0,1], x merupakan titik timbun dari S1. Dalam hal ini titik 0 dan 1 bukan anggota S1 tetapi keduanya merupakan titik timbunnya. Bukti Contoh (b): . Misal diambil , maka sehingga diperoleh bahwa jadi 4 bukan titik cluster. Teorema.3.1 Bolzano-Weeierstrass Setiap himpunan bagian R yang infinit dan terbatas mempunyai sekurangkurangnya satu titik timbun. Bukti: Misalkan S R dan S himpunan terbatas infinit, karena S terbatas berarti ada interval tutup I1 = [a,b] yang memuat S. Proses pembuktiannya dengan menggunakan sistem bagi dua pada interval I1 secara berulang-ulang sehingga membentuk interval bersarang tutup. Proses pertama: I1 dibagi menjadi dua interval yaitu: I2 = [a, (a+b)] dan I2 = [ 12 (a+b), b] Karena I1 memuat tak hingga titik dari S, maka salah satu di antara kedua interval di atas pasti memuat tak hingga titik dari S. Misalkan interval kiri yang memuat tak hingga titik dari S. Proses kedua: Dengan melanjutkan bagi dua seperti proses pertama, akan didapatkan I3 = [a, 1 4 (3a+b)] dan I3 =[ 14 (a+3b), b]. 60 Karena I2 yang dipilih tadi memuat tak hingga titik dari S maka salah satu diantara dua interval I3 pasti memuat tak hingga titik dari S. Proses ke-n: Misalkan interval kiri yang memuat tak hingga titik dari S. Demikian seterusnya hingga proses ke-n dengan anggapan bahwa interval kiri selalu memuat tak hingga titik dari S. Maka diperolah I n a, (( 2 n 1 1) a ) b 2 n 1 . Sebaliknya jika bagian interval kanan yang memuat tak hingga jumlah titik dari S maka diperolah I n a ( 2 n 1 1) b 2 n 1 ,b . Dengan demikian tampaklah bahwa: I1 I2 I3 … In-1In In+1 … dengan panjang In adalah In = 1 2 n 1 (b-a). Dari penjelasan pada proses pembagian di atas, dapat disimpulkan bahwa S In adalah infinit nN, dengan kata lain In ( nN) memuat tak hingga titik dari S. Dengan menggunakan sifat interval bersarang diperoleh sebuah titik x I n . n 1 Ini dapat dipakai untuk membuktikan bahwa x itu adalah titik timbun dari S. Jika diberikan sebarang > 0 dan -neighborhood dari x, maka V(x) = (x-,x+). Pilih nN sedemikian hingga ba . 2 n 1 Karena x In dan In, maka hal ini mengakibatkan bahwa In V dan karena In memuat tak hingga banyaknya titik dari S, maka neighborhood V memuat (tak hingga banyaknya) titik dari S yang berbeda dengan x, sehingga x adalah titik timbun dari S. 3.3. DESIMAL 3.3.1 Bentuk Biner Misalkan x [0,1], akan dinyatakan x dalam “barisan” 0 dan 1 sebagai berikut: Proses pertama: Interval [0,1] dibagi dua menjadi [0, 12 ] dan [ 12 ,1]. 61 Jika x[0, 12 ] maka a1 = 0 dan jika x [ 12 ,1] maka a1 = 1 sehingga diperoleh pertidaksamaan 0 2 x 02 12 atau 1 2 x 12 12 Proses kedua: Subinterval kiri dibagi dua menjadi 0, 14 dan 14 , 12 . Jika x 0, 14 maka a2 = 0 dan jika x 14 , 12 maka a2 = 1, sehingga diperoleh pertidaksamaan 0 0 0 0 1 2 x 1 2 2 atau 1 2 2 2 2 2 0 0 0 1 1 2 x 1 2 2 1 2 2 2 2 2 12 , 34 dan 34 ,1 . Jika x 12 , 34 maka a2 = 0 dan jika x 34 ,1 maka a2 = 1, sehingga diperolah pertidaksamaan Subinterval kanan dibagi dua menjadi 1 0 1 0 1 2 x 1 2 2 atau 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 x 1 2 2 . 1 2 2 2 2 2 Proses ke-n: Dilanjutkan proses bagi dua seperti di atas, jika x termuat dalam subinterval kiri maka an = 0 dan jika x termuat dalam subinterval kanan maka an = 1. Melalui cara ini didapatkan suatu barisan a1, a2, a3, …, an, …yang terdiri dari “0” dan “1” yang berkorespondensi dengan barisan bersarang dengan elemen sekutu x. Untuk setiap n diperolah ketidaksamaan a1 a 2 a a a a 1 2 ... nn x 11 22 ... nn n 1 2 2 2 2 2 2 2 Jika x adalah “titik bagi dua” pada proses ke-n, maka x = m , m ganjil dan m N. 2n Pada kasus ini dapat dipilih interval kiri atau interval kanan, sehingga an = 0 atau an = 1, namun jika subintervalnya telah dipilih maka subinterval berikutnya pada proses berikutnya dapat ditentukan. Misalnya dipilih subinterval kiri sehingga an = 0. Titik x adalah titik ujung kanan dari subinterval berikutnya, sehingga ak = 1 untuk k n+1. 62 Sebaliknya jika dipilih subinterval kanan sehingga an = 1, maka ak = 0 untuk k n+1. Untuk x= 12 barisan untuk x yang mungkin adalah 0, 1, 1, 1, … atau 1, 0, 0, 0, … sehingga representasi biner dari x adalah x = (0, a1a2a3…an-1 1000…)2 atau x = (0, a1a2a3…an-1 0111…)2 3.3.2 Bentuk Desimal Secara geometris bentuk desimal serupa dengan bentuk biner, hanya interval yang ada dibagi menjadi 10 subinterval. Jika x [0,1] maka x termuat di b (b 1) dalam interval 1 , 1 untuk b1{0,1,2,…,9}. 10 10 Jika x adalah satu titik batas maka b 1 mempunyai dua nilai dan dipilih hanya satu, b1 b 1 sehingga x 1 + , b1 {0,1,2,…,9}. 10 10 10 Proses dilanjutkan dengan membagi subinterval yang dipilih dibagi lagi menjadi 10 subinterval sehingga akhirnya didapat b 1 , b2 , b3 , …, bn , … dengan 0 bn 9 nN b b b b b b 1 Sehingga 11 + 22 + … + nn x 11 + 22 + … + nn + n nN. 10 10 10 10 10 10 10 Sehingga representasi desimal x ditulis x = 0, b 1b2b3…bn… Jika x 1 dan BN maka B x B+1, dapat ditulis x = B, b1b2b3…bn…dengan x -B adalah bentuk desimal. Bentuk desimal dari x [0,1] adalah tunggal kecuali x adalah titik batas pada setiap subinterval pada suatu proses. m Misalkan x = n untuk suatu m, n N, 10 1m10n (diasumsikan m bukan kelipatan10 n) Dengan demikian ada dua kemungkinan yaitu : (i) x = 9 untuk k n + 1 maka x = 0,b 1 b 2 b 3 ….b n 999…atau (ii) x = 0, b 1 b 2 b 3 ….b n1 000… Misalkan x = ½, maka representasinya adalah x = 0,499999… atau x = 0,500000…. Desimal B,a1a2a3…an … dinamakan periodik jika terdapat bilangan asli k dan m sehingga an = an+m untuk setiap n k. Artinya blok digit akak+1…ak+m-1 terulang mulai digit ke-k Bilangan m terkecil dinamakan periode desimal. 63 Misalnya 19 = 0,2159090…90… 88 mempunyai periode m = 2 dengan blok pengulangan 90 mulai dari digit k = 4. Bilangan real positif adalah rasional jika dan hanya jika desimalnya periodik. Misalnya maka x = 7,31414…14… 10x = 73,1414…14… 1000x = 7314,1414… 14… 1000x –10x = 7314-73 990x = 7241 x= 3.4. 7241 990 HIMPUNAN BUKA DAN HIMPUNAN TUTUP DI R Ada beberapa himpunan bagian dari R yang berperan sangat penting dalam analisis, yaitu himpunan buka dan himpunan tutup di R. Telah dibahas bahwa neighborhood dari x adalah sebarang himpunan V yang memuat suatu - Neighborhood ( x-, x+ ) Definisi.3.2 (i)Sebuah himpunan bagian G dari R adalah buka dalam R, jika untuk setiap xG terdapat neighborhood V dari x sedemikian hingga V G (ii) Sebuah himpunan bagian F dari R adalah tutup di R jika F c = R F adalah buka di R Secara simbolik dapat ditulis: (i) G R, G himpunan buka di R (xG) (Vx) Vx G (ii) F R, F himpunan tutup di R Fc = R F himpunan buka di R Untuk menunjukkan bahwa G R himpunan buka di R, cukup ditunjukkan bahwa untuk setiap titik di G mempunyai suatu -Neighborhood yang termuat di G. Atau : G himpunan buka (xG) (x 0) ( x-x, x+x ) G. Untuk menunjukkan F R himpunan tutup di R, cukup ditunjukkan bahwa untuk setiap titik yF mempunyai suatu -Neighborhood yang saling lepas (disjoint) terhadap F Atau : F himpunan tutup (yF ) (y 0) F ( y-y, x+y ) = Contoh-Contoh a) R = (- ,), adalah himpunan buka. 64 b) Untuk menunjukkan R adalah himpunan buka, ambil sebarang xR dan misalkan pilih = 1, sehingga (x-1, x+1) R. Jadi R adalah himpunan buka. G = {xR 0 < x < 1 } adalah himpunan buka Bukti : Ambil sebarang x G dan pilih x = min{x,1-x} Ambil u ( x-x, x+x ) sebarang, maka u-xx x-x u x+x Akan ditunjukkan u-xx uG Misalkan: x = x u-xx u-x x - x u-x x x -x u x + x 0 u 2x ………………………….* Karena x = min {x, 1-x} berarti x 1- x x 1- x 2x 1 ..………………………….** 0 u 2x dan 2x 1 maka 0 u 1 …..………………..(i) Misalkan x = 1 - x u-xx u-x 1- x x-1 u-x 1- x x-1+x u 1- x + x 2x-1 u 1 ………………………….# Karena x = min{x,1-x} berarti 1-x x 1-x 1 2x -10 ………………………….## dari # dan ## diperoleh : 2x +1 u 1 dan 2x –1 0 maka 0 u 1 ………………..(ii) Dari (i) dan (ii) disimpulkan bahwa : u-xx uG. Jadi G adalah himpunan buka c) I = [0,1] adalah himpunan tidak buka Untuk menunjukkan bahwa I = [0,1] adalah himpunan tidak buka, cukup dicari suatu x I sedemikian sehinggaNeighborhoodnya tidak termuat di I Pilih x = 0 maka dapat ditemukan u(-x , +x) tetapi (uI) (-u0, 0) Dengan demikian tidak memenuhi definisi himpunan buka. Jadi I adalah himpunan tidak buka d) I = [0,1] adalah himpunan tutup Bukti: 65 Berdasarkan definisi, berarti untuk membuktikan I = [0,1] adalah himpunan tidak tertutup cukup ditunjukkan bahwa IC adalah himpunan buka. Ambil sebarang y IC berarti yI. Misalkan y 0, maka pilih y = y (y-y , y+y) = (y- y , y+ y ) = (2y, 0) IC ………………..(i) Misalkan y 1 maka pilih y = y - 1 (y-y , y+y) = (1, 2y-1) IC ………………..(ii) Dari (i) dan (ii) ternyata bahwa IC adalah himpunan buka atau I (y-y , y+y) = , sehingga menurut definisi I adalah himpunan tutup Teorema.3.2 ( Sifat Himpunan Buka ) (a) Gabungan dari koleksi sebarang himpunan-himpunan bagian buka dari R adalah buka. (b) Irisan dari koleksi berhingga sebarang himpunan-himpunan buka adalah buka. Bukti : (a) Misalkan {GA} koleksi himpunan buka di R dan G = G A A Ambil sebarang x G, maka x Go untuk suatu o A Selanjutnya karena G 0 buka, maka terdapat Vx sehingga Vx Go Vx Go dan Go G, dengan demikian Vx G Karena x G sebarang, maka G buka. (b) Misalkan G1 , G2 , ..., Gn adalah himpunan-himpunan buka di R n dan G = G i = G1 G2 G3… Gn i 1 Ambil x G. Berarti x Gi ( i), karena G buka dan i = 1, 2, ..., n, akibatnya 1, 2 , … ,n (x - i , x + i ) Gi Pilih = inf {1, 2 , … ,n }, sehingga diperoleh (x - i , x + i ) G = n G i i 1 Karena x G sebarang, akibatnya G adalah himpunan buka 66 Teorema.3.3 (Teorema Akibat 3.2) (a) Irisan dari sebarang koleksi himpunan tutup di R adalah tutup. (b) Gabungan dari sebarang koleksi berhingga himpunan - himpunan tutup adalah tutup. Bukti : (a) Jika {F , A} adalah koleksi himpunan tutup di R dan F = F A = { , indeks F}, maka A c F = ( F ) c adalah gabungan himpunan-himpunan buka. A Dengan teorema 3.4.3 (a) bahwa F c buka, dengan demikian tutup. (b) F adalah Misalkan F1 , F2 , ..., Fn adalah himpunan-himpunan tutup dalam R dan n F= F i = F1F2 …. Fn i 1 Menurut De Morgan : n Fc = ( Fi )c = i 1 n (F ) i c = (F1)c (F2)c (F3)c … (Fn)c i 1 c Karena (Fi) buka, akibatnya menurut teorema 3.4.3. (b) didapat (F) c buka, sehingga disimpulkan bahwa F tutup. Teorema 3.4.3.(b) dan 3.4.4. (b) tidak berlaku untuk sebarang koleksi himpunan. Contoh berikut : Contoh. (a) Misalkan Gn = (0,1+1/n) nN. Gn adalah himpunan buka, tetapi G = G n = (0,1] adalah himpunan tak n 1 buka. Dengan demikian irisan sejumlah himpunan buka di R tidak harus buka. (b) tak hingga dari himpunan- Misalkan Fn = [1/n, 1], nN. Analog dengan contoh 3.4.2. (d) dapat ditunjukkan bahwa F n adalah tutup, Tetapi F = F n = (0,1] adalah himpunan tidak tutup. n 1 Dengan demikian gabungan dari sejumlah tak hingga himpunan-himpunan tutup di R adalah tidak harus tutup. 67 Teorema.3.4 (Ciri Himpunan Buka) Suatu himpunan bagian R adalah buka jika dan hanya jika himpunan itu merupakan gabungan sebanyak terbilang interval-interval buka yang saling lepas di R Atau : G R adalah buka G gabungan sebanyak terbilang dari intervalinterval buka yangsaling lepas di R Bukti :() Misalkan G , G R dan G buka di R. Ambil x G sebarang, , Misalkan : Ax := {a R ; (a,x] G}, dan , Bx := {b R ; [x,b) G}., Karena G buka, akibatnya A x dan Bx Jika Ax terbatas dibawah, sebut a x = inf.Ax Jika Ax tak terbatas dibawah, sebut ax = - Jika Bx terbatas diatas, sebut b x = sup. Bx Jika Bx tak terbatas diatas, sebut b x = Dalam hal ini ax G dan bx G., Definisikan I = (ax ,bx ), sehingga Ix suatu interval yang memuat x. (i) Akan dibuktikan bahwa Ix G., Ambil y Ix sebarang., Karena x G akibatnya y = x, atau y < x atau y > x Jika x = y, maka y G., Jika y < x, maka dari definisi A x, (a'Ax , a' < y) (y (a', x] G), Jika y > x, maka dari definisi B x , (b’Bx , y < b') (y [x,b') G) Karena y Ix sebarang, akibatnya Ix G., Karena x G sebarang, akibatnya I x G xG (ii) Selanjutnya karena x G sebarang maka (Ix ) (x Ix G), akibatnya G I x dengan demikian G = I x xG xG (iii) Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa jika x, y di G dan x y maka salah satu dipenuhi Ix = Iy atau Ix Iy = Misalkan : Ix Iy akan ditunjukkan berlaku Ix = Iy jika z Ix Iy , maka z Ix dan z Iy Karena z Ix akibatnya ax< z < bx . (*) Karena z Iy akibatnya ay< z < by . (**)., Dari (*) dan (**) diperoleh a x< z < by dan ay< z < bx Akan ditunjukkan bahwa ax = ay dan bx = by Andaikan ax ay berdasarkan sifat trikotomi terjadi kasus berikut, (1). Jika ax ay, maka ay (ax , bx ) = Ix G, hal ini bertentangan dengan a y G 68 (2). Jika ax ay, maka ax (ay , by ) = Iy G, hal ini bertentangan dengan a x G Karena (1) dan (2) tidak dipenuhi, akibatnya satu-satunya yang dipenuhi adalah ax = ay. Dengan cara yang sama diperoleh b x = by. Dengan demikian Ix = Iy atau Ix Iy = Selanjutnya karena kerapatan bilangan rasional pada R akibatnya setiap interval pasti memuat bilangan rasional. Untuk setiap interval Ix , jika diambil sebuah bilangan rasional, maka setiap interval mempunyai pasangan tunggal bilangan rasional, sedangkan bilangan rasional tersebut terbilang, dengan demikian G merupakan gabungan sebanyak terbilang dari interval-interval buka yang saling lepas. Bukti: () Analog dengan 3.4. (a). bukti selanjutnya diberikan kepada mahasiswa sebagai latihan Teorema.3.5 (Ciri Himpunan Tutup). Sebuah himpunan bagian dari R adalah tutup jika dan hanya jika himpunan itu memuat semua titik timbunnya., Atau : FR adalah tutup F memuat titik timbunnya., Bukti : () Misalkan F himpunan tutup di R dan x titik timbun dari F. Andaikan x F, berarti x Fc dengan Fc adalah himpunan buka, akibatnya ( Vx ) (Vx Fc ) atau Vx F = . Karena Vx F = maka Vx F – {0} = Hal ini bertentangan dengan x titik timbun. haruslah x F Jadi FR adalah tutup maka F memuat titik timbunnya Bukti : () Misalkan F memuat semua titik timbunnya. Ambil y Fc sebarang, maka y bukan titik timbun dari F Oleh karena itu ( V ) dari y untuk 0, V (y) F-{0} = Tetapi y Fc , jadi V (y) F = 69 Karena y Fc sebarang, akibatnya Fc terbuka di R. Dengan demikian F tutup di R Jadi terbukti bahwa jika F memuat titik timbunnya maka F R adalah tutup 70 LATIHAN 3. (1) n n N}, tentukan Sup S dan Inf dari S n 1. Misalkan S = {1+ 2. Tunjukkan bahwa suatu himpunan finit S R dan S 0, memuat suprimum dan infimumnya 3. Jika S R dan S 0, tunjukkan bahwa S terbatas jika dan hanya jika terdapat suatu interval tutup I R , sehingga S I 4. Buktikan bahwa suatu himpunan finit tidak mempunyai titik timbun. 5. Nyatakan 6. Tentukan bilangan rasional yang dinyatakan oleh desimal berulang : 1 2 dan sebagai pecahan desimal berulang. 7 19 (a) 1,25137…137… (b) 37,14653 … 653… 7. Buktikan bahwa G=(0, 1] = (0,1 n 1 8. 1 n ) adalah himpunan tidak buka Suatu titik xR disebut interior point dari A R bilamana ada neighborhood V dari x sedemikian hingga V A. Tunjukkan bahwa suatu himpunan A R buka jika dan hanya jika setiap titik di 9. A adalah titik interior dari A Buktikan bahwa suatu titik xR disebut boundary point dari A R bilamana setiap neighborhood V dari x memuat titik-titik di A dan titik di Ac 10. Tunjukkan bahwa F R, F tutup jika dan hanya jika F memuat semua titik batasnya. 71 DAFTAR PUSTAKA 1. Bartle, R.G. dan D.R. Sherbert, 1982, Introduction to Real Analysis, John Wiley dan Sons,New York. 2. DwiJanto, MS, 1999, Analisis Real Landasan Untuk Berpikir Formal , Semarang, IKIP Semarang Pres. 3. Goldberg Richard R, 1976, Methods Real Analysis, John Wiley Inc. 4. Purcell J. Edwin, Verberg Dall, 1987, Kalkulus dan Geometri Analitik terjemahan I susila nyoman, Kartasasmita Bana, Rawuh. Jakarta Erlangga 5. Soedjadi dan Yusuf Fuad, 1994, Analisis Real I (Hand Out ), Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Surabaya. 6. Saxana Chandra Subhash, 1980, Introduction to Real of variabeble theory. New Dhelhi: Prentice-Hall of Prifate Limited dan Sons, 72