Alternatif Strategi Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) terkait Perubahan Iklim: Studi Kasus Kota Semarang Oleh: Yuly Astuti, Augustina Situmorang, dan Sari Seftiani Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Kota Semarang. Rentannya wilayah kota ini terhadap dampak perubahan iklim menyebabkan permasalahan DBD menjadi semakin kompleks. Tulisan ini ditujukan untuk menganalisis berbagai tantangan dan peluang dalam upaya pengendalian DBD terkait perubahan iklim di Kota Semarang. Data dan informasi yang disajikan dalam tulisan ini terutama berdasarkan hasil kajian Pusat Penelitian Kependudukan – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPK-­‐ LIPI) tentang DBD dan perubahan iklim di Kota Semarang. Kajian pada tahun 2010 difokuskan pada tingkat masyarakat, dilanjutkan dengan fokus kajian pada pemerintah dan masyarakat madani (2012), serta perumusan alternatif strategi (2014). Rangkaian studi tersebut menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara terbuka, diskusi kelompok terfokus (FGD), workshop stakeholders, pengamatan (observasi), serta studi literatur (desk review). Hasil kajian menunjukkan pengendalian DBD masih menghadapi permasalahan yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan (perubahan iklim), kependudukan, kebijakan dan program, serta data dan informasi. Isu terkait perubahan iklim belum menjadi perhatian yang dianggap penting dalam kehidupan sehari-­‐hari. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang DBD belum sejalan dengan perilakunya, ditambah dengan karakteristik masyarakat perkotaan yang rentan terhadap penularan DBD. Di tingkat pemerintah daerah, pengendalian DBD sudah menjadi prioritas pembangunan kesehatan, tetapi belum dikaitkan dengan isu perubahan iklim. Peraturan daerah (perda) dan peraturan walikota (perwali) terkait DBD sudah dikeluarkan. Uji coba perda DBD juga sudah dilaksanakan, namun keberlanjutan program masih menjadi tantangan. Lembaga non pemerintah yang peduli terhadap isu kesehatan relatif memadai, tetapi yang bersinergi dengan upaya pemerintah dalam pengendalian DBD masih terbatas. Sementara itu, keterlibatan masyarakat di tingkat ‘akar rumput’ menghadapi tantangan berkaitan dengan multi peran kader, regenerasi kader, kejenuhan dengan rutinitas kegiatan, serta insentif yang kurang memadai. Rangkaian studi PPK-­‐LIPI merumuskan alternatif strategi pengendalian DBD di Kota Semarang, meliputi upaya peningkatan pemahaman masyarakat, peran pemerintah daerah dan keterlibatan masyarakat madani. Upaya-­‐upaya konkret dapat diimplementasikan, seperti mengedukasi masyarakat secara terus-­‐menerus, meningkatkan kepedulian stakeholders dalam pengendalian DBD, mengembangkan ‘road map’ pengendalian DBD dan perubahan iklim, serta mengintensifkan pelaksanaan perda dan perwali DBD yang sudah ada. Kata kunci: Demam Berdarah Dengue (DBD), perubahan iklim, Semarang, alternatif strategi