BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3–6,8 %
tiap tahunnya dari tahun 2010–2014. Sementara capaian nyata rata pertumbuhan
ekonomi hanya sebesar sekitar 6%. Dengan target pertumbuhan ini dimaksudkan
untuk menurunkan angka pengangguran sebesar 5-6% dan mengurangi tingkat
kemiskinan menjadi 10-11%, dalam rangka untuk mencapai target tersebut
diperlukan investasi rata-rata sebesar Rp. 2.000 trilliun pertahunnya atau Rp.
10.000 trilliun dalam lima tahun. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan tersebut
tidak akan cukup jika hanya mengandalkan pengeluaran konsumsi dan belanja
pemerintah, kekurangannya harus diisi dengan meningkatkan investasi riil
(penanaman modal), baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing (PMA). Sementara data saat ini menunjukkan kapasitas
kemampuan PMDN relatif masih sangat kecil dibandingkan dengan total realisasi
investasi yang ada.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
sebagaimana tercantum pada Gambar 1.1, terlihat bahwa masih rendahnya
prosentase rata-rata konstibusi PMDN terhadap total investasi tahunan dari tahun
2010 sampai dengan 2014. Kontribusi PMDN hanya sekitar 31%, untuk itu PMA
masih berperan penting dan vital dalam rangka memenuhi target pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Sementara itu menurut Rencana Pembangaunan Jangka
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Menengah 2015-2019 pertumbuhan ekonomi rata-rata yang ingin dicapai adalah
sebesar 7%.
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (2014)
Gambar 1.1
Perbandingan Investasi PMDN dan PMA Periode 2010-2013
Data BKPM menunjukan bahwa selama periode tahun 2013 -2014 negaranegara di Asia selalu mendominasi 5 hingga 10 besar berdasarkan peringkat nilai
realisasi investasi sebagaimana terlihat dalam gambar 1.2.
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (2014)
Gambar 1.2. Perkembangan Investasi Asing di Indonesia
berdasarkan negara periode 2013 - 2014
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Gambar 1.2. memperlihatkan bahwa selama periode tahun 2013-2014
negara-negara Asia selalu menduduki 5 besar sumber investasi asing yang masuk
ke Indonesia, bahkan pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 dari 10
negara peringkat utama ada 5 negara berasal dari Asia yaitu Jepang, Singapura,
Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan dengan pangsa sebesar 40,5% dari total
PMA, sementara di tahun 2014 negara Asia yang mendominasi adalah Singapura,
Jepang, Malaysia, Korea Selatan, dan Cina (termasuk Hong Kong)
Tabel 1.1. Perkembangan 10 besar Investasi Asing di Indonesia
berdasarkan nilai investasi periode 2012-2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama Negara
Jepang
Singapura
Amerika
Serikat
Korea Selatan
Inggris
Belanda
British Virgin
Islands
Mauritius
Malaysia
2013
Investasi
(US Ribu)
4,712,894.0
4,670,782.3
2,435,754.8
Jumlah
Proyek
726
1,071
153
2,205,480.0
1,075,794.8
927,816.6
641
151
174
4
5
6
785,709.4
218
7
779,989.4
711,261.3
31
404
8
9
No
1
2
3
10 Taiwan
402,636.4
125 10
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (2015)
2014
Nama Negara
Investasi
(US Ribu)
Singapura
5,832,129.3
Jepang
2,705,131.3
Malaysia
1,776,320.2
Belanda
Inggris
Amerika
Serikat
Korea Selatan
R.R.China
Hong Kong,
RRC
Australia
Jumlah
Proyek
1302
1010
448
1,726,338.0
1,587,955.7
1,299,543.7
181
182
179
1,126,618.7
1054
800,029.3
657,256.6
501
197
647,273.5
226
Dilihat dari aliran investasi dunia dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2014, menurut Financial Time, Indonesia menjadi salah satu tunjuan utama aliran
investasi dunia ke Asean, dimana negara Asean lain yang juga menjadi negara
tujuan investas dunia dan dapat dianggap sebagai pesaing bagi Indonesia adalah
Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Bahkan di tahun 2014 investasi dunia yang
mengalir ke Malaysia dan Vietnam melebihi aliran investasi yang masuk ke
Indonesia. Vietnam malah telah unggul menarik investasi dunia sejak tahun 2013.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Apabila dibandingkan dengan aliran investasi dunia ke Cina, maka aliran
investasi dunia ke Indonesia jauh lebih kecil, bahkan aliran investasi dunia ke
Cina masih lebih besar dibandingkan dengan total aliran investasi ke seluruh
negara-negara Asean, kecuali pada tahun 2014 sebagaimana terlihat dalam
gambar 1.3. dimana terjadi peningkatan arus masuk investasi ke seluruh negara di
Asean pada tahun tersebut.
Sumber: Financial Times (2015)
Gambar 1.3
Perkembangan Investasi Dunia ke Negara-Negara Asean dari tahun 1997-2012
Disamping fakta bahwa data aliran investasi yang masuk ke beberapa
negara pesaing Indonesia di dalam kawasan Asean lebih besar dibandingkan
dengan yang masuk ke Indonesia, ada fakta lain yang juga dijadikan acuan oleh
para investor ketika memilih lokasi investasi mereka di Asean, bahkan di dunia.
Fakta tersebut adalah hasil survei yang dilakukan setiap tahun oleh Bank Dunia
untuk mengetahui peringkat kemudahan berusaha negara-negara di dunia yang
disebut dengan survey Kemudahan Berusaha (Ease of Doing Business).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Peringkat kemudahan berusaha negara-negara Asean tahun 2014 sesuai
dengan hasil survey World Bank dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. Peringkat Kemudahan Berusaha Negara-Negara Asean Tahun 2014
Negara
Peringkat di ASEAN
Peringkat di Dunia
Singapura
1
1
Malaysia
2
18
Thailand
3
26
Vietnam
4
78
Pilipina
5
95
Brunei Darussalam
6
101
Indonesia
7
114
Kamboja
8
135
Laos
9
148
Myanmar
10
177
Sumber: World Bank (2015)
Indonesia hanya menempati peringkat ke-7 dari total 10 negara di kawasan
Asean. Peringkat Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand,
Vietnam, Pilipina, dan Brunei Darussalam, hanya lebih baik dari Kamboja, Laos
dan Myanmar. Apabila dilihat dari peringkat dunia, Indonesia hanya berada pada
peringkat ke-114 dari 189 negara, sementara peringkat dunia untuk negara
Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Pilipina dan Brunei Darussalam masing
masing adalah peringkat 1, peringkat 18, peringkat 26, peringkat 78, peringkat 95,
dan peringkat 101.
Survei kemudahan berusaha yang dilakukan oleh IFC mencakup aspekaspek kemudahan memulai usaha, kemudahan memperoleh izin konstruksi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
kemudahan mendapatkan pasokan listrik, kemudahan mendaftarkan properti,
kemudahan mendapatkan kredit, kemudahan perlindungan untuk pemegang
saham
terkecil,
kemudahan
pembayaran
pajak,
kemudahan
melakukan
perdagangan lintas batas, kemudahan melaksanakan kontrak, dan kemudahan
meyelesaikan masalah.
Dalam aspek kemudahan memulai usaha, sangat terkait erat dengan izin
investasi untuk PMA dan PMDN yang diperoleh dalam memulai usaha. Peringkat
Indonesia dalam kemudahan memulai usaha dapat dilihat pada table 1.3.
Tabel 1.3. Peringkat Kemudahan Memulai Usaha Negara-Negara ASEAN Tahun
2014
Negara
Peringkat di ASEAN
Peringkat di Dunia
Singapura
1
6
Malaysia
2
13
Thailand
3
75
Vietnam
4
125
Laos
5
154
Indonesia
6
155
Pilipina
7
161
Brunei Darussalam
8
179
Kamboja
9
184
Myanmar
10
189
Sumber: World Bank (2015)
Dalam Tabel 1.3. di atas dapat kita lihat bahwa Indonesia hanya
menempati peringkat ke-6 dari total 10 negara di kawasan Asean dalam aspek
kemudahan memulai usaha. Peringkat Indonesia berada di bawah Singapura,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Malaysia, Thailand, Vietnam, dan bahkan Laos, hanya lebih baik dari Pilipina,
Brunei Darussalam, Kamboja, dan Myanmar. Apabila dilihat dari peringkat dunia,
Indonesia hanya berada pada peringkat ke-155 dari 189 negara, sementara
peringkat dunia untuk negara Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Laos
masing masing adalah peringkat 6, peringkat 13, peringkat 75, peringkat 125, dan
peringkat 154.
Kemudahan memulai usaha berkait erat dengan proses perizinan yang
berlaku di masing-masing negara. Untuk memulai usaha atau berinvestasi
langsung di sektor riil di Indonesia, dimulai dengan memperoleh izin prinsip yang
dikeluarkan oleh BKPM dan kemudian diikuti dengan izin-izin teknis lainnya
yang harus diperoleh dari kementerian teknis dan pemerintah daerah terkait.
Sebelum bulan Desember 2014 sebagian besar perizinan teknis diproses di
kantor kementerian terkait dan ditandatangani oleh Menteri teknis terkait atau
pejabat yang mewakili. Hal ini menyebabkan proses memperoleh izin dalam
memulai usaha menjadi tidak efisien. Mulai dari bulan Desember 2014, sebagian
besar perizinan teknis telah dilimpahkan ke BKPM dan proses perizinannya
dilakukan di dalam unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat dan pada
tanggal 26 Januari 2015 peluncuran secara resmi PTSP Pusat yang berlokasi di
BKPM telah dilakukan oleh Presiden RI, bapak Joko Widodo.
Keberadaan unit PTSP Pusat sebagai PTSP pelayanan publik yang
menerbitkan izin investasi tidak terlepas dari konsekuensi untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi para pelanggannya, yaitu para investor, baik yang
berasal dari dalam negeri (PMDN) maupun dari luar negeri (PMA). Seyogyanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang berkualitas dan didukung
dengan kemudahan untuk mengaksesnya sehingga diharapkan dapat memberikan
kepuasan kepada para investor dan pada akhirnya memberi implikasi positif
terhadap citra PTSP Pusat.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di kawasan Asean, ternyata
kemudahan berusaha di Indonesia masih berada pada peringkat yang jauh dari
memuaskan.
2. Kemudahan memulai usaha di Indonesia di bandingkan dengan negara-negara
pesaing utamanya di kawasan Asean masih jauh dari memuaskan.
3. Rendahnya realisasi investasi dibandingkan dengan rencana investasi
disebabkan oleh berbelit-belitnya proses untuk mendapatkan izin dalam
rangka merealisasikan rencana investasi.
4. Walaupun telah dibentuk PTSP-Pusat, belum diketahui pengaruhnya terhadap
kemudahan berusaha di Indonesia.
5. BKPM belum melakukan kajian dan penelitian khusus untuk mengukur
Kualitas pelayanan dan aksesibilitas terhadap kepuasan pelayanan perizinan
yang dilakukan oleh PTSP Pusat yang bertempat di BKPM.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
1. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan investor secara
parsial?
2. Bagaimana pengaruh kemudahan pelayanan terhadap kepuasan investor secara
parsial?
3. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan dan kemudahan pelayanan terhadap
kepuasan investor secara simultan dan baik secara langsung atau tidak
langsung?
4. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap citra PTSP Pusat secara
parsial?
5. Bagaimana pengaruh kemudahan terhadap citra PTSP Pusat secara parsial?
6. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan dan kemudahan terhadap citra PTSP
Pusat secara simultan dan baik secara langsung atau tidak langsung?
7. Bagaimana pengaruh kepuasan investor terhadap citra PTSP Pusat?
1.4. Maksud Penelitian
Penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh
kualitas pelayanan pada PTSP-Pusat dan kemudahan pelayanan terhadap
kepuasan investor dan implikasinya terhadap citra PTSP-Pusat di BKPM.
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
1. Menganalisa pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan investor secara
parsial.
2. Menganalisa pengaruh kemudahan terhadap kepuasan investor secara parsial.
3. Menganalisa pengaruh kualitas pelayanan dan kemudahan terhadap kepuasan
investor secara simultan dan baik secara langsung atau tidak langsung.
4. Menganalisa pengaruh kualitas pelayanan terhadap citra PTSP Pusat secara
parsial.
5. Menganalisa pengaruh kemudahan terhadap citra PTSP Pusat secara parsial.
6. Menganalisa pengaruh kualitas pelayanan dan kemudahan terhadap citra PTSP
Pusat secara simultan dan baik secara langsung atau tidak langsung.
7. Menganalisa pengaruh kepuasan investor terhadap citra PTSP.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber rekomendasi kepada BKPM untuk melakukan perbaikan
terhadap pelayanan PTSP-Pusat di masa yang akan datang.
2. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut terhadap hal-hal yang dapat
mempengaruhi kepuasan investor dan citra PTSP Pusat.
1.7. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada
BKPM dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan kemudahan di PTSP-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Pusat di BKPM dan kemudahan agar dapat meningkatkan kepuasan konsumen
dan memberi implikasi positif terhadap citra PTSP Pusat di BKPM.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download