Minggu yang lalu ini kegiatan politik nasional Indonesia mempertontonkan bagaimana dalam sistem demokrasi pihak mayoritaslah yang berkuasa dan bisa menentukan kehendak sendiri. Di tengah-tengah ketegangan yang kini menguat di antara dua grup koalisi politik, saya senang membaca suatu suara yang nyaring, bijaksana, positif, dan indah. Ada terdapat di sini seorang yang dengan berani dan tegas bersikap beda dengan pihak majoritas. Ini sebagian ucapan atau sikap beliau yang baik kita pikirkan bukan untuk tujuan politiknya tetapi sikap dan pikiran sehatnya: "Menurut Bara, kompetisi politik dalam pemilihan presiden dan wakil presiden periode 2014-2019 sudah selesai dan bangsa Indonesia harus bergerak bersama demi mencapai masa depan yang lebih baik lagi. "Tugas para elit politik adalah mengajak seluruh bangsa untuk move on, bukan justru memprovokasi rakyat untuk terus memelihara konflik. PAN juga akan menggunakan kekuasaan yang dimiliki di parlemen untuk berperan secara konstruktif dalam proses politik. Kami tidak akan menggunakan kekuasan untuk sekedar menjadi obstructionist (perusak)," tutur Bara. Lebih jauh Bara mengatakan, sikap PAN ke depan apakah nantinya akan mendukung atau mengkritisi kebijakan pemerintah Jokowi, dengan memperimbangkan rasional berdasarkan kepentingan nasional. "Bukan sekedar ingin menghadang Jokowi," ucapnya. Ucapan politisi ini mengandung prinsip-prinsip yang kami tinggikan di KADNet Media Ministry, antara lain, berbicara dengan sikap dan nada positif, dan berdasarkan pertimbangan rasional dan demi kebaikan mereka yang dilayani bukan untuk kepentingan sendiri. Kemudian spirit membangun, bukan perusak atau obstructionist. Ia juga mewujudkan sikap damai. Ke semua ini adalah nilai-nilai mulia yang kami promosikan dalam publikasi. KADNet. Contoh dan model kita sebaiknya adalah Yesus bukan figur politisi dan kami doakan, REBUSKA Sabat ini bisa ikut membangun suatu hidup yang memuliakan Yesus yang kita sembah. - J AMES W AWOROENDENG JANGAN MENGANGGAP DIRI LEBIH DARI YANG LAIN O LEH P DT LARRY R ONDONUWU RSA MANADO Syalom! Pada edisi KADNet minggu ini, saya ingin membahas suatu perikop yang terdapat dalam "MAZMUR 104:135". Mazmur 104 adalah suatu perikop yang menarik, sebab perikop ini dimulai dengan kalimat "Pujilah Tuhan, hai jiwaku! dan diakhiri dengan kalimat Pujilah Tuhan, hai jiwaku." Jika kita bertanya, mengapa perikop ini dimulai dan diakhiri dengan Pujilah Tuhan, hai jiwaku!, maka, kita akan mendapati begitu banyak hal dalam perikop ini mengenai mengapa kita harus memuji Tuhan? Mari kita mulai melihat dalam Mazmur 104:1b yang mengatakan bahwa "Tuhan, Allahku, Engkau sangat besar!" Sekarang saya ingin bertanya: Berapa Besarkah Tuhan Allah kita? cobalah bayangkan jika: -seekor semut berkata kepada manusia, "Wah, manusia itu besar sekali." sekarang berapa besarkah manusia itu jika dibandingkan dengan besarnya bumi kita ini? -sekarang manusia itu mungkin berkata: "Wah, betapa besarnya bumi ini." tapi tahukah anda bahwa bumi kita ini hanyalah salah satu planet yang kecil dari galaksi kita yang begitu besar? -ataupun kita akan berkata "Wah, berapa besarnya galaksi kita." tapi tahukah anda bahwa galaksi kita ini hanyalah salah satu dari berjuta-juta galaksi yang ada di alam semesta ini? Sekarang pertanyaannya ialah siapakah pencipta alam semesta yang sangat besar ini? Kejadian 1:1, berkata Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Jadi saudaraku, benar apa yang Daud katakan dalam Mazmur 104:1b Tuhan Allahku Engkau sangat besar. OKTOBER 10 2014 Sebagaimana kita ketahui ABRI di Indonesia terdiri atas Angkatan Udara > yang menguasai udara Angkatan Laut > yang menguasai Laut Angkatan Darat > yang menguasai Darat Tahukah saudara bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang menguasai baik udara laut maupun darat? Mari kita lihat lebih lanjut dalam prikop ini mengenai kebesaran Tuhan kita. 1. Kebesaran Tuhan atas Udara Mazmur 104:3 > Tuhan menjadikan awan-awan sebagai kendaraan-Nya :4 > Tuhan menjadikan angin sebagai suruhan-suruhan-Nya :19 > Tuhan menjadikan matahari dan bulan sebagai penentu waktu. 2. Kebesaran Tuhan atas Lautan Mazmur 104:7-9 > Airpun tunduk terhadap Tuhan. hal ini mengingatkan kita kepada cerita Yesus menenangkan badai dalam kitab Injil. Mazmur 104:25,26 > Tuhan yang menciptakan begitu banyak makhluk hidup di lautan baik yang besar maupun yang kecil. 3. Kebesaran Tuhan di Darat Mazmur 104:14-16 > Tuhanlah yang memelihara pertumbuhan dan menyediakan makanan bagi hewan dan manusia. Saudaraku, dalam perikop ini yaitu dari ayat 1 sampai ayat 34, Daud sedang menceritakan kebesaran Tuhan itulah sebabnya perikop ini dimulai dan diakhiri dengan, Pujilah Tuhan hai jiwaku! Tetapi dalam ayat 35 Tuhan melalui Daud menekankan tentang orang-orang berdosa dan orang-orang fasik yang: >Merasa diri besar. >Orang yang sedang menganggap dirinya lebih hebat dari orang lain. >Orang yang merasa lebih lebih lebih dan seterusnya Saudaraku, ada bahaya dengan sifat ini. karena ia dapat merasa lebih dari Tuhan. >Sesungguhnya inilah sifat yang telah dibiasakan oleh Lucifer, sehingga ia harus dilemparkan dari Surga. Karena sifat ini tidak cocok dengan suasana surga. >Sifat inilah yang pernah muncul di hati Petrus pada waktu ia berjalan di atas air dan akhirnya tenggelam. >Sifat ini juga yang ada pada Petrus sehingga ia berani berkata kepada Yesus sebelum penyaliban "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku sekali-kali tidak." akhirnya Petrus menyangkal Yesus 3 kali sebelum ayam berkokok. Saudaraku, sebagai hamba-hamba Tuhan, sebagai Pendeta-pendeta yang telah dipercayakan tugas suci oleh 4. Bahkan dalam Mazmur 104:21b dan Mazmur Tuhan, kadang kita masih merasa lebih dari yang lain. kita merasa kita yang ter atau kita yang paling tanpa kita 104:27 menyatakan bagaimana Allah menyediakan sadari kita semua lemah dan; makanan bagi: Jutaan ikan di Laut >Kita hanya kuat jika Tuhan yang menguatkan kita. Jutaan manusia di dunia ini Jutaan hewan di darat jutaan burung-burung di udara >Kita bisa jadi hebat jika Tuhan yang memampukan kita. Itulah sebabnya Yesus adalah teladan kita. Yang rela meninggalkan Kebesaran-Nya di surga untuk datang Oh…saudaraku, sungguh Tuhan kita itu sangat besar dan merendah ke dunia kita ini bahkan mati untuk menebus layak untuk mendapatkan puji-pujian. Saya sangat kita. Yohanes Pembaptis adalah teladan kita pada waktu terkagum-kagum melihat luar biasanya kebesaran Tuhan ia berkata: "Ia harus semakin besar dan aku harus kita itu. tetapi, pada waktu saya membaca Mazmur semakin kecil. Akhirnya, bila kita sukses dalam 104:35, saya melihat ada satu penekanan yang lain yang pelayanan ini, Jadikan Zakaria 4:6 sebagai penuntun kita. di catat oleh Daud. Sebab dalam ayat ini Daud berkata Bukan dengan keperkasaan bukan dengan kekuatan, "Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi dan biarlah melainkan dengan Roh-Ku, firman Tuhan semesta alam. orang-orang fasik tidak ada lagi." hal ini membuat saya AMIN. berpikir apa maksud Tuhan dalam ayat ini? Siapakah orang-orang berdosa yang dimaksud? Siapakah orangK O R D I N A TO R R E N U N G A N : P D TM . D ALE S O M P O T AN orang fasik yang dimaksud? 4 O l e h R ud y M ol d y Ma m b u Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan … Pilipi 2:2 Disuatu kesempatan berkunjung kerumah seorang rekan beberapa lalu, sebuah pemandangan menarik terjadi mengenai soal keuangan keluarga. Sementara kami berbincang, kemudian datang istri sahabat kami itu berbisik dengan suara yang kami dapat dengar. Isi bisikan adalah sang Istri meminta uang untuk membeli beras yang kemudian sahabat kami itu merogoh uang dari kantongnya dan memberikan kepada si istri dengan tambahan kata “ini sekalian belanja sayur hari ini”. Sambil manggut-manggut sang istri membawa uang belanja tersebut sambil mengucapkan terimakasih kepada suaminya. Ternyata dalam rumah tangga mereka yang memegang uang adalah sang suami. Dia yang mengatur seluruh keuangan operasional rumah tangga termasuk pengaturan uang belanja. Keuangan semuanya terpusat pada dirinya baik sebagai pengambil keputusan dan sekaligus yang menyimpan uang. Beberapa waktu lalu ramai dibicarakan mengenai kebijakan disebuah provinsi yang mewajibkan semua gaji pegawainya (PNS) ditransfer kerekening istri. Kebijakan ini direspon positif oleh pemerintah pusat karena bila ditransfer ke rekening istri maka akan memberi ketentraman dalam rumah tangga. Bila ada rasa aman dan nyaman bagi PNS maka sudah pasti akan berpengaruh kepada kinerja. Akan memunculkan rasa aman dan nyaman bagi PNS yang pasti meningkatkan pelayanan. Adalah Gubernur yang memberlakukan aturan ini yakni seluruh gaji PNS di Lingkungan Pemprov akan dikirim langsung ke rekening istri mereka. Menurut Gubernur, aturan baru ini untuk meminimalisir pemamfaatan gaji suami ke hal-hal yang tidak bertanggungjawab. OKTOBER 10 2014 Siapa yang pegang uang Istri atau Suami? Pertanyaan yang sederhana namun memerlukan pemikiran dan kesesuaian pandang antara kedua suami istri dalam rumah tangga. Ketika masuk dalam rumah tanggal hal penting mengenai keuangan harus dibicarakan secara berdua sebagai tindak lanjut dari counsel yang diberikan pendeta untuk calon pengantin. Kedua suami istri harus mengetahui serta sepaham mengenai portofolio keuangan dalam RT mulai dari unsur-unsur yang menjadi income dan items yang menjadi expenses. Masing-masing sudah mengetahui bahwa jumlah Income RT berada dikisaran Rp. 6 juta (contoh) serta jumlah pengeluaran dan alokasi dana pada jumlah yang sama. Kedua belah pihak saling terbuka kepada rencana jangka pendek dan harapanharapan kedepan. Hal yang perlu diketahui pula adalah keistimewaan dan kelemahan masing-masing dalam memegang uang. Kalau istri mempunyai tangan “panas” yang bila pegang uang atau menerima uang maka pikiran langsung di “mall/belanja” maka sudah bijaksana kalau suami ikut mengontrol ketat akan keuangan ini. Suami istri perlu sepakat bahwa uang akan disimpan di bank mana, kalaupun masing-masing mempunyai kredit kard atau debit kard, sudah ada persetujuan bahwa pembelanjaan harus disetujui oleh kedua suami istri. Mengenai pemasukan tidak terduga seperti bonus, uang kaget dll semuanya harus dilapurkan dan masuk ke Bank demikian juga pengeluaran emergency. REVERENCE FOR THE WORD OF GOD O bey my voice, and I will be your God, and ye shall be my people: and walk ye in all the ways that I have commanded you, that it may be well Bila keduanya sudah KOMPAK mempunyai pandangan yang sama dalam pengelolaan keuangan maka tidak masalah siapa yang memegang uang. Pengelolaan keuangan yang disepakati bersama dan dijalankan dengan sukacita adalah pengaturan satu hati. Ada banyak hal penting yang menjadi tujuan sebuah keluarga. Pengaturan keuangan yang dimengerti dan disokong oleh suami dan istri akan membawa berkat dalam rumah tangga. unto you. Jer. 7:23 You need and I need that the spiritual vision shall be cleared and intensified to behold the scheme of redemption as we have never viewed it before. We want that our hearts should feel the mighty throbs of a Saviour's love. In searching the Scriptures, in feeding upon the words of life, O consider it is the voice of God to the soul. We may be confused sometimes over the voice of our friends; but in the Bible we have the counsel of God upon all important subjects which concern our eternal interests, and in temporal matters we may learn a great deal. Its teaching will be always suited to our peculiar circumstances and calculated to prepare us to endure trial and fit us for our God-given work. The Bible is God's voice speaking to us, just as surely as if we could hear it with our ears. If we realized this, with what awe we would open God's Word and with what earnestness we would search its precepts. The reading and contemplation of the Scriptures would be regarded as an audience with the Infinite One. We are to open the Word of God with reverence and with a sincere desire to know the will of God concerning us. The heavenly angels will direct our search. God speaks to us in His Word. We are in the audience chamber of the Most High, in the very presence of God. Christ enters the heart. Show that you reverence your faith, speaking reverently of sacred things. Never allow one expression of lightness and trifling to escape your lips when quoting Scripture. As you take the Bible in your hands, remember that you are on holy ground. R UDY M OLDY M AMBU From My Life Today - Page 288 --------------------------------------- ---------------------------- 6 OL EH P DT . DR. J ON AT H AN K UNT AR AF saat Indonesia mengalami kesulitan makanan. Nama 5. MEMBERIKAN SAWS menjadi ADRA pada tahun 1984, dan PENGHARAPAN KEPADA DUNIA memberikan impak pelayanan kepada 13 juta orang setiap tahun. Disebutkan pada tahun 2013, ada 20.7 juta ADRA merayakan pelayanannya yang 30 tahun pada 3 Okttober 2014. Auditorium General Conference penuh manusia yang mendapatkan berkat pelayanan ADRA. dengan kehadiran dari staf ADRA, pimpinan divisi dari Satu hal yang luar biasa! Mereka yang tidak ada harapan hidup mendapatkan pengharapan oleh sebab pelayanan seluruh dunia yang datang untuk rapat akhir tahun, dari Gereja Advent ini. Program ADRA yang coba pegawai GC dan para pendukung ADRA yang datang memberikan minuman kepada yang haus, makanan yang dari berbagai penjuru. Peranan ADRA atau Adventist Development and Relief agency memang hebat. Di kepada yang lapar, pendidikan bagi yang buta huruf, tempat seperti Aceh misalnya, ADRA lebih dikenal dari kesembuhan bagi sakit, pakaian yang bagi yang telanjang, pengharpan kepada yang terhina, kebebasan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Pelayanan bagi yang diperbudak, harus menjadi pelayanan dari kemanusia yang coba memberikan pengharapan kepada mereka yang lapar, menderita, atau sekarat; tanpa setiap anggota GMAHK. membedakan latar belakang. Pelayanan ADRA memang luar biasa, sementara Tutze dan Huttu saling membunuh hingga 900,000 orang lebih Pelayanan ADRA bukan hanya 30 tahun sebenarnya. meninggal; ADRA adalah satu-satu agen pelayanan yang Jaman tempo doeloe, pelayanan dikenal dengan nama tetap hadir dan membantu korban penganiayaan di SAWS, Seventh-day Adventist World Services yang Rwanda. Di medan peperangan di Sudan Selatan ataupun telah dimulai beberapa puluh tahun sebelumnya. Anggota di Sarajevo, ADRA tetap memberikan pelayanan tanpa lama masih ingat bagaimana Indonesia sering takut peluru yang berdesing. Tidak heran, cukup banyak mendapatkan minyak goreng, burgur pada tahun 1960-an OKTOBER 10 2014 agen ADRA yang harus jadi korban dalam pelayanan mereka. Mereka mati syahid dalam memberikan pengharapan dalam pekerjaan kemanusiaan. Pelayanan ADRA adalah pelayanan Yesus. Yesus yang memberikan pelayanananNya tanpa pandang bulu saat berada di dunia ini; yang telah memberikan kesembuhan kepada yang sakit, celik mata kepada yang buta, makanan kepada yang lapar, bahkan kebangkitan bagi yang mati. Pesan Yesus jelas agar umatNya memberikan pengharapan kepada dunia. Kisah yang diberikan Yesus pada Injil Matius pasal 25 ini menjadi tantangan bagi kita semua. 25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. 25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, 25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. 25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. 25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." Ukuran hidup manusia bukanlah berapa lama dia hidup, tetapi bagaimana dia hidup. Nilai kita, bukan dilihat dari banyaknya diploma yang kita miliki atau banyaknya harta yang kita timbun, tetapi berapa banyak pelayanan yang kita berikan bagi sesama manusia. Apakah Yesus yang kita percayai melalui iman itu menghasilkan pelayanan praktis tanpa pamrih bagi pekerjaan kemanusiaan? Sesungguhnya kita perlu memberikan pengharapan kepada orang yang ada disekitar kita. Sebab pernyatakan Yesus jelas berkata, “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” ----------------------------------------------------------------8 OKTOBER 10 2014 KESEMPURNAAN Pada dasarnya kesempurnaan adalah kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya. Berkat, mujizat, kemenangan dan segala hal yang Tuhan limpahkan dalam kehidupan kita, itu adalah bonus. Setan mau kita berpikir bahwa Allah tidak tertarik dengan kesempurnaan, sehingga kita juga berpikir, wajarlah kalau saya masih tertarik dengan hal-hal duniawi, wajarlah kalau saya masih hidup di dalam dosa dan kejahatan. Setan menipu kita bertahuntahun sehingga semua kita anggap wajar, tetapi target Tuhan dan kehendak Tuhan dalam hidup kita adalah supaya kita menjadi sempurna, dan jika kita dapat mencapai kesempurnaan itu maka bonusnya adalah mujizat, berkat, kemenangan dan disimpulkan dengan satu kata “supaya kamu sempurna, utuh dan tidak kekurangan” artinya sampai kita tidak butuh apa-apa lagi, karena Bapa menyediakannya lebih dari pada apa yang kita pikirkan dan doakan. Kalau kita bicara tentang kesempurnaan maka tiga konsep dasar ini kita harus mengerti : Kita belum sempurna. Mengapa kita belum sempurna? Karena mata kita memang melihat bahwa kita masih banyak mengalami kegagalan. Paulus berkata, hidup yang kujalani sekarang hidup bukan karena melihat tetapi hidup karena percaya. Kita sedang disempurnakan. Kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam hidup kita bukan berarti bahwa kita belum sempurna tetapi kita masuk dalam kehidupan yang sedang disempurnakan. Dalam iman kita sudah disempurnakan oleh korban Kristus di Golgota. Karena kesempurnaan maka Yesus berkata “sudah selesai” sekarang kita tidak melihat pandangan diri kita dan pandangan orang lain tetapi kita melihat pandangan Kristus. Ada lima (5) bukti bahwa Kristus menyempurnakan kita: Kristus menyempurnakan kita dengan darah-Nya. Darah Kristus mengingatkan kita bahwa kita sudah disempurnakan dan karena kita sudah disempurnakan maka kita berhak menerima segala berkat, mujizat, kesembuhan, pemulihan dan kemenangan. Kristus menyempurnakan kita dengan firman-Nya. Karena itu Alkitab berkata, kamu sudah bersih oleh firman yang Kukatakan kepadamu. Semakin dalam kita bergaul dengan firman maka kita akan semakin disempurnakan oleh firman itu. Kristus menyempurnakan kita dengan Roh Kudus-Nya. Roh Kudus yang akan mengingatkan kita pada janji-janji Allah, Roh Kudus yang akan memampukan kita tatkala kita tidak mampu dan Roh Kudus yang akan mengajar kita hal-hal yang kita belum bisa sehingga kita naik ke level yang lebih tinggi lagi. Kristus menyempurnakan kita dengan pengampunanNya. Seorang yang sempurna bukan berarti seorang yang tidak pernah salah tetapi seorang yang selalu mau memperbaiki kesalahannya, belajar dari kesalahannya dan tidak mau mengulangi lagi kesalahannya. Kristus menyempurnakan kita dengan kesabaran pendidikan-Nya. Pada dasarnya kita semua menyebalkan dan menyakiti hati Tuhan, kita sudah bertobat tetapi jatuh lagi dalam dosa, kita berkata aku mengasihi Tuhan tetapi pada kenyataannya hidup kita tidak dapat menyenangkan hati Tuhan. Kristus adalah Tuhan yang sabar, tetapi kalau Tuhan sabar bukan berarti Dia boleh dipermainkan, justru karena Dia Allah yang sabar biarlah kita berkata, Tuhan aku siap untuk berjalan dalam rancangan-Mu yang sempurna. Ada tiga (3) (tiga penyempurnaan yang dilakukan kepada kita), apa yang Dia mau sempurnakan dalam hidup kita? Fil. 2:1-2; Yoh. 15:11; 1Yoh. 1:4. Dia menyempurnakan sukacita kita. Kita bersukacita bukan karena pertolongan Tuhan tetapi kita bersukacita karena Tuhan. Ada banyak orang lebih suka mencari mujizat Tuhan dari pada kekudusan Tuhan, ada banyak orang lebih senang mencari berkat dari pada mencari sumber-Nya. Sukacita kita seharusnya karena Tuhan, karena segala anugerahNya dan karena segala perbuatan-Nya yang dinyatakan melalui dan di dalam hidup kita. 2 Kor. 7:1; Ibr. 10:14. Dia menyempurnakan kekudusan kita. Dia yang memulai kekudusan kita, kita mempertahankannya dan Dia yang menyempurnakannya. Apapun yang ada pada kita, Dia mampu menyempurnakannya. 2 Tes. 1:11; Ibr. 12:2. Dia menyempurnakan iman kita.Harta terbesar dalam hidup kita adalah iman kita. Tanpa iman tidak ada seorangpun yang dapat melihat Allah tetapi waktu iman kita disempurnakan hari demi hari kita akan terus berjalan dalam kemuliaan Allah. Amin Gilbert Lu ------------------------ 9 MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA LIMA KETERAMPILAN MENGELOLA KEUANGAN OLEH BREDLY SAMPOUW Mengeluarkan uang itu mudah tetapi mencari uang itu tidak mudah ,itulah kalimat sederhana,yang sering kita dengar bukan! tetapi itulah yang seringkali ditemui dalam hidup berumah tangga. Mencari uang memerlukan keringat, waktu serta energi. Nah, ketika uang ditangan, seringkali suami atau istri tidak bisa mengontrol keinginan. Lebih parahnya lagi ketika ketika sang istri yang mendominasi setiap keinginan dan suami berada pada pihak yang lemah entahlah supaya istri senang atau mangguk-manggu setuju saja. Bilamana situasi seperti ini yang ditemui, maka perlu pasangan suami istri terampil didalam mengelolah uang yang ditangan. Berikut ini 5 keterampilan yang diperlukan didalam mengelola keuangan rumah tangga: 1. Terampil menghasilkan Uang (Making Money) Jadilah orang yang produktif, yang menghasilkan uang dengan cara yang baik supaya kita dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. “Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah” (Titus 3:14). Menurut survey, pendapatan orang yang bekerja atau kaum professional mencapai puncak pada usia 47.5 tahun dan menurun cepat setelah usia 54 tahun. Karena itu kita harus terampil mengelola keuangan pada saat kita sangat produktif, supaya di usia pensiun nanti kita tidak menjadi susah karena masalah keuangan. Rasul Paulus bekerja untuk menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhan OKTOBER 10 2014 hidup dan pelayanan yang dikerjakannya. “Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawankawan seperjalananku.” (Kis 20:34). Bahkan Rasul Paulus memberikan peringatan yang sangat tegas dalam 2 Tes 3:10-12, bahwa jika ada orang yang tidak mau bekerja janganlah hendaknya ia makan! Dengan kata lain, Rasul Paulus memperingatkan kita untuk tidak menjadi “benalu” bagi orang lain. 2. Terampil Menggunakan Uang (Spending Money) Untuk mengelola keuangan secara baik dan benar, kita perlu memahami cara penggunaan uang yang benar. Penggunaan uang yang benar menunjukkan rasa tanggungjawab, sekaligus ucapan syukur kita kepada Tuhan sebagai pemberi berkat, John Wesley pernah menyatakan bahwa ada 3 prinsip penggunaan uang. Pertama, cari uang sebanyak yang bisa kita dapatkan, tentu dengan cara yang benar dan tidak merugikan sesama. Kedua, simpanlah sebanyak yang bisa kita simpan. Ketiga, berilah sebanyak yang bisa kita beri. Penggunaan uang yang benar dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu. a. Penggunaan Uang Untuk Pekerjaan Tuhan Tuhan telah menetapkan agar umat-Nya memberikan 10% dari penghasilan mereka kepada-Nya sebagai wujud kasih, ketaatan, peduli dan iman kepada-Nya. Baca dan renungkanlah ayat-ayat penuntun berikut ini: “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbunglumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. (Ams 3:9-10) “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.” (Mal 3:10-11). Tuhan sudah mengatur bahwa biaya hidup mereka yang melayani pekerjaan Tuhan ditanggung secara bersamasama oleh jemaat melalui persembahan persepuluhan. Tuhan mengikat perintah-Nya dengan memberikan janjijanji untuk memberkati mereka yang taat dan setia. Oleh karena itu, langsung sisihkan 10% dari berkat atau penghasilan yang kita terima sebagai persembahan persepuluhan yang kita serahkan ke rumah Tuhan. Persembahan persepuluhan ini selain merupakan bentuk kasih dan ketaatan kita kepada Tuhan, juga merupakan benih baik yang harus segera kita tabur. b. Untuk Keluarga Dan Diri Sendiri Setiap orang yang telah berjerih lelah bekerja, tentu berhak menikmati hasil kerjanya untuk kepentingan dirinya secara wajar dan memang yang bermanfaat. Khususnya bagi pria sebagai kepala keluarga, ia mempunyai kewajiban untuk mencukupi semua kebutuhan keluarganya. Demikian juga dengan seorang anak yang kedua orang tuanya sudah tidak mampu lagi untuk bekerja, maka dia berkewajiban menopang kebutuhan orang tuanya. “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.” (Yes 55:2) “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.” (1 Tim 5:8). Biasakanlah membuat anggaran belanja bulanan dalam hidup kita, mulai dari biaya makan, sewa/cicilan rumah, pendidikan, rekening telepon/listrik, kebutuhan transportasi, membeli sabun, shampo, kosmetik, dan kebutuhan rutin lainnya. Ketika menerima gaji, segera pisahkan uang untuk pemenuhan kebutuhan ini dengan cara memasukkan uang itu ke dalam amplop kebutuhan yang berbeda. Hal ini akan membatasi kita untuk menarik uang dari rekening bank atau mesin ATM karena dananya sudah kita sisihkan. Belajarlah untuk tidak membeli suatu barang di luar “daftar belanja bulanan”. Masukkan barang-barang yang ingin kita beli ke dalam “daftar” bulan berikutnya. Anggaran belanja bulanan ini akan sangat membantu kita untuk mengalokasikan uang yang kita miliki. Dengan menyusunnya berdasarkan skala prioritas, maka kebutuhan yang penting dan mendesak akan tercukupi. Miliki juga kemampuan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. c. Untuk Sesama Tuhan menginginkan agar berkat yang kita terima juga digunakan untuk membantu mereka yang betul-betul kita ketahui memerlukan pertolongan, sebagai wujud kasih kita kepada sesama. Ingatlah bahwa kita adalah pengelola atas berkat yang Tuhan percayakan, bukan pemilik. Jika kita menyadari bahwa kita adalah pengelola berkat (stewardship), maka kita tidak akan menjadi orang yang pelit dan menikmati kelimpahan itu sendirian. Pemahaman yang benar bahwa kita bukan pemilik 11 OKTOBER 10 2014 (owner) atas berkat yang kita terima, akan membuat kita memperhatikan mereka yang susah, yang ada di sekitar kita. Tuhan Yesus menjelaskan hal ini lewat perumpamaan “Orang Samaria yang murah hati” (Luk 10:25-37). Firman Tuhan selalu mengajar kita untuk hidup berbagi dengan sesama, sebagai wujud nyata kasih kita kepada Tuhan. Kasih itu memberi dan kita tidak dapat memberi jika kita tidak bekerja untuk mendapatkannya. “Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan." (2 Kor 8:1415). John Wesley berkata, “Jika saya mempunyai uang, saya akan memberikannya secepat mungkin sehingga uang tersebut tidak berada dalam hati saya.” Sepanjang hidupnya Wesley telah memberikan sekitar 10 juta poundsterling yang dihasilkan selama hidupnya, teladanilah! 3. Terampil Menyimpan Uang (Saving Money) Salomo mengajarkan kita untuk menyimpan pada masa panen, seperti yang dilakukan oleh koloni semut. “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.” (Ams 6:6-8). Kita perlu menyimpan sebagian dari apa yang kita dapatkan untuk digunakan pada waktu ada kebutuhan tak terduga, misalnya jika suatu saat nanti terjadi PHK, jika terserang sakit yang membutuhkan biaya yang cukup besar, ketika kita terkena musibah, atau keadaan tidak enak lainnya yang tidak bisa kita hindari. Yusuf juga melakukan prinsip menyimpan di musim panen besar selama 7 tahun untuk masa kelaparan sepanjang 7 tahun berikutnya (Kej 41:46-57). Keterampilan menyimpan kelimpahan yang dimiliki Yusuf ini telah menyelamatkan hidup banyak orang dari kelaparan yang hebat pada masa itu. Kalau memungkinkan, sisihkan 20% dari gaji pokok kita. 10% pertama untuk simpanan yang akan digunakan pada masa sukar/sakit/paceklik, dan 10% lagi untuk dikumpulkan sebagai modal yang akan diinvestasikan beberapa tahun yang akan datang atau sebagai dana masa pensiun kita. 10% pertama disimpan di rekening tabungan yang terpisah dari rekening sehari-hari. Untuk tabungan/simpanan khusus ini usahakan tidak menggunakan kartu ATM (Anjungan Tunai Mandiri), karena uang ini hanya boleh diambil pada waktu kita sangat kesulitan atau akan membuka usaha sampingan guna menambah penghasilan kita. Yang 10% kedua bisa disimpan berupa asuransi yang bersifat proteksi-investasi berjangka, agar di hari tua kita tidak tergantung pada belas kasihan orang lain. 4. Terampil Menanam Uang (Investing Money) Pkh 11:1-2. Tanamlah uangmu dalam usaha di luar negeri. Pasti kaudapat untung di kemudian hari. Tanamlah modalmu di berbagai niaga; carilah usaha sebanyak-banyaknya. Sebab orang perlu waspada, sebelum musibah menimpa.” Ayat terjemahan Bahasa Indonesia sehari-hari (BIS) ini mengajarkan kita untuk terampil dalam berinvestasi. Uang yang dialokasikan untuk menabung sudah seharusnya masuk dalam perencanaan keuangan kita. Kebiasaan menabung akan sangat membantu jika kebutuhan-kebutuhan tak terduga muncul dengan tibatiba. Selain menabung, alangkah baiknya jika kita bisa menyisihkan keuangan kita untuk melakukan investasi yang pada akhirnya akan memberikan tambahan penghasilan bagi kita. Apabila uang yang kita tabung sedikit demi sedikit itu sudah menjadi banyak pada 3 sampai 10 tahun mendatang, carilah ide untuk menggandakan uang itu. Kelolalah uang tabungan itu secara terampil sesuai dengan pengetahuan atau bidang usaha yang kita senangi. Investasikan uang yang ada untuk menambah pendapatan kita, sehingga perekonomian kita semakin mandiri. Pada masa produktif kita dapat melihat peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan, sejauh itu tidak menggangu tanggung jawab di tempat kerja kita sekarang. Yesus mengajarkan supaya kita terampil di dalam menginvestasikan uang kita melalui “perumpamaan tentang talenta” “Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.” (Mat 25:27). 5. Terampil Menikmati Uang (Enjoying Money) Salomo di dalam Pkh 5:18 mengatakan bahwa dapat menikmati kekayaan, harta benda dan kuasa yang dimiliki seseorang juga merupakan karunia dari Tuhan. “Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah”. Tidak ada yang salah di dalam menikmati berkat-berkat yang sudah Tuhan berikan kepada kita sejauh kita menikmatinya 12 OKTOBER 10 2014 secara bertanggung jawab. Sebagai orang percaya tentu saja kita tidak boleh menikmati harta benda kita dengan cara-cara seperti berfoya-foya, berjudi, atau melakukan sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Kita dapat menikmati uang kita dengan cara yang benar, misalnya dengan berekreasi bersama keluarga, melakukan hobi kita yang baik dan bermanfaat. Secara ilmiah, orang yang secara teratur dapat melakukan dan menikmati hobinya, dapat menjaga kebugaran ingatannya. Kita akan menjadi orang yang berbahagia apabila kita juga dapat menikmati berkat-berkat yang Tuhan sudah percayakan kepada kita, oleh karena itu, nikmatilah berkat yang Tuhan curahkan di dalam hidup kita. MEMAHAMI POLA HIDUP SEDERHANA Terampil mengelola keuangan sangat ditunjang bila kita memahami dan menerapkan pola hidup yang sederhana. Hidup sederhana bukan berarti hidup dalam keadaan serba kekurangan, tetapi hidup yang dapat menguasai keadaan dan tidak terbawa arus dunia. Saat ini ada begitu banyak penawaran barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan kita. Ini merupakan belalang-belalang pelahap yang siap menghabiskan berkat-berkat yang Tuhan curahkan ke dalam hidup kita. Di sinilah kita harus bersikap tegas terhadap diri sendiri dengan menolak belalang-belalang pelahap ini, supaya kita tidak menjadi konsumtif, tetapi belajar mencukupkan diri sesuai kebutuhan kita. Inilah yang diajarkan Rasul Paulus di dalam Filipi 4:11-13 “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” Bukankah kebebasan financial lebih penting dari pamer status sosial? Latihlah diri kita supaya terampil untuk mengelola keuangan, karena ini akan menjauhkan kita dari banyak kesulitan di masa mendatang! Tuhan Yesus memberkati. ----------------------------------------- --------------------------------------------------------------------TEAM KADNET INTERNATIONAL 2014 Los Angeles, CA: Eric Sumanti; Highland, CA: Roger Tauran; Torrance, CA: Jerry Kiroyan; Seattle, WA: Glen Walean, Eddie E. Saerang, Hendrik Padmasana, Jobby Nelwan; Toledo, Ohio: Lina Cantwell; Thousand Oaks, CA: Lim T. Swee; Laguna, CA: Kenneth Mambo, Ferdie Santosa; New Jersey, NJ: Frederik Wantah, Roosye Mawuntu; San Bernardino, CA: Blihert Sihotang; Denver, CO: Megawaty Waworuntu Nielson Assa, Eli Waworundeng, Wayne Rumambi; Riverside: Harry Legoh SSD & Manila, Philippines:, Yane Sinaga; AIIAS, AUP & Manila: S Sonny Situmorang,Sydney, Australia: Irma Hill; Bangkok, Thailand: Sam Carolus; Africa: Max Langi; Jakarta: Peggy Iskandar-Wowor, Wilhon Silitonga, Bonar Panjaitan, Samuel Pandiangan, Ivan Kembuan, Erick Tumetel, Willy Wuisan, Early Hutapea, Dewi Muskita, Christo Tambingon, Ramlan Sormin, Stevanus Wijaya, Jannus Hutapea, Amir Manurung, Handry Sigar, Sondang Panjaitan-Sirait, Edison Mawikere, Wisyanti Siahaan, Lorraine Lesiasel, Stance Triwandono-Mambu, Arieta Pulumahuny, Ketty Sunarto, Gunawan Tjokro, Muriel Siagian, Ronie Panambunan, Michael Mangowal, Leonora Manullang, May Linda Manurung, Joice Manurung, Ricky Lomboan, Harry Legoh, Philips Marbun, Marvin R. Sigar, Joe Laluyan, Alvin Lumbanraja, Melati Silalahi, Lianto Napitupulu, Frankie Tambingon, Dolly Rumagit, Yoshen Danun, Eldrin Kumendong, Donald Weley, Randolp Glamond Manurung, Bruce Sumendap, David Panjaitan, Richard Tamba; Franklin Tambunan, Edmund Situmorang, Dave Sampouw, Jerry Karundeng, Reuben Supit; Janette Medan: Loran Pematang Sepang, Napitupulu; Friendly Purba, Siantar: Rudolf W. Sagala; Richard Sabuin, Riau: Melvin Simatupang, Christian Sihotang, Royke Sundalangi;Kepulauan Riau: Joy Sitompul, Sumatera Selatan: Lin Saputra, Dickson Donly Sinaga; Palembang, Simanungkalit, Pdt. Victor Sinaga; RSA Bandung: Reynold Malingkas, Bradly Sampouw, Indra Malingkas; UNAI, Bandung: Iim Heriyana, Albinur Limbong, Elmor Wagiu, Nelson Pandjaitan, Josua Tobing; Franklin Hutabarat; IPH, Bandung: Roy Hutasoit; Bandung: Athinson Naibaho, Nico Simbolon; Cimahi: Denny Kalangi, Albert Marbun; Batam: Jonathan Wagiran, Jones Napitupulu, Hadi Waluyo; Solo: Ari Palgunadi; Salatiga: Wiendy Kusuma;Jawa Tengah: Supriyono Sarjono; Jatim: Henky Wijaya, Sompotan, Fabyo Rumagit; Surabaya: Henky Wijaya, Kristiyono Dale Sarjono, Jerry Wauran, Hendra Kurniawan; Denpasar, Bali: Bobby Lalamentik; Nusa Tenggara: James Ulyreke; Balikpapan: Adiat Sarman, Yance Pua, Larry Martosiswoyo, Ronald Setiobowo, Meilien Langi; Bontang: Robby Tengor; Manado: Boldwin Sampouw, Yotam Bindosano, Lucky Mangkey, Robert Walean Jr., Tommy Pantouw, Caddy Malonda, Royke Yonathan, Jenry Rawung; Herschel Najoan, Glen Rumalag, Stephen Salainti, Linda Sumarauw, Bryan Sumendap; Bolaang Mongondow: Swingly D. Suak; UNKLAB: Douglas Sepang, Green Mandias, Cherry Lumingkewas, Freddy Kalangi; Sangihe Talaud: Brussi Soriton; Minahasa: Jimi Pinangkaan, Hentje Suoth; Ratahan: Lorraine Poneke, Refly Ompi; Tomohon: Larry Wenur, SLA Kawangkoan: Janice Losung; Daniel Lasut; Makassar: Wiesye Schrim, Davy Politon, Edwin Tumangkeng; Luwu-Tana Toraja: Irma Pakasi, Hartoyo Tismail, Manokwari: Harry Salainti, Hendy Sahetapy; Jayapura: Bruce Mauri; Timika: Frangky Watulingas, Harold Oijaitou, Herold Somba; Kuala Kencana:Samuel Rorimpandey, Stanly Keles; Sorong: Benny Yandeday Ontario-Bloomington, CA: Hudyard Muskita; Silver Spring, MD: Kuntaraf; Azusa, CA: Harlond Ellen Missah, Jonathan Naibaho; Sacramento, CA: Richard H. Hutasoit; Loma Linda, CA: Jackie Sihotang, Deborah Panggabean-Pardede, Shally Lendeng-Halim, Charles Pakpahan, Martein Moningka, Widdy Widitora, Denny Sondakh, Hamonangan Tambunan, Alberth Situmorang, Richard Legoh, Karen Waworoendeng. Guangzhou, China: Wemay, James Janette Najoan. Canada: Fransisca Manurung 13 MATTHEW HENRY COMMENTARY OF JAMES Chapter 1 1. It is implied that troubles and afflictions may be the lot of the best Christians, even of those who have the most reason to think and hope well of themselves. Such as have a title to the greatest joy may yet endure very grievous afflictions. As good people are liable to be scattered, they must not think it strange if they meet with troubles. 2. These outward afflictions and troubles are temptations to them. The devil endeavours by sufferings and crosses to draw men to sin and to deter them from duty, or unfit them for it; but, as our afflictions are in God’s hand, they are intended for the trial and improvement of our graces. The gold is put into the furnace, that it may be purified. 3. These temptations may be numerous and various: Divers temptations, as the apostle speaks. Our trials may be of many and different kinds, and therefore we have need to put on the whole armour of God. We must be armed on every side, because temptations lie on all sides. 4. The trials of a good man are such as he does not create to himself, nor sinfully pull upon himself; but they are such as he is said to fall into. And for this reason they are the better borne by him.II. The graces and duties of a state of trial and affliction are here pointed out to us. Could we attend to these things, and grow in them as we should do, how good would it be for us to be afflicted!1. One Christian grace to be exercised is joy: Count it all joy, v. 2. We must not sink into a sad and disconsolate frame of mind, which would make us faint under our trials; but must endeavour to keep our spirits dilated and enlarged, the better to take in a true sense of our case, and with greater advantage to set ourselves to make the best of it. Philosophy may instruct men to be calm under their troubles; but Christianity teaches them to be joyful, because such exercises proceed from love and not fury in God. In them we are conformable to Christ our head, and they become marks of our adoption. By suffering in the ways of righteousness, we are serving the interests of our Lord’s kingdom among men, and edifying the body of Christ; and our trials will brighten our graces now and our crown at last. Therefore there is reason to count it all joy when trials and difficulties become our lot in the way of our duty. And this is not purely a New-Testament paradox, but even in Job’s time it was said,Behold, happy is the man whom God correcteth. There is the more reason for joy in afflictions if we consider the other graces that are promoted by them.2. Faith is a grace that one expression supposes and another expressly requires: Knowing this, that the trial of your faith, v. 3; and then in v. 6, Let him ask in faith. There must be a sound believing of the great truths of Christianity, and a resolute cleaving to them, in times of trial. That faith which is spoken of here as tried by afflictions consists in a belief of the power, and word, and promise of God, and in fidelity and constancy to the Lord Jesus.3. There must be patience: The trial of faith worketh patience. The trying of one grace produces another; and the more the suffering graces of a Christian are exercised the stronger OKTOBER 10 2014 they grow. Tribulation worketh patience, Rom. 5:3 . Now, to exercise Christian patience aright, we must, (1.) Let it work. It is not a stupid, but an active thing. Stoical apathy and Christian patience are very different: by the one men become, in some measure, insensible of their afflictions; but by the other they become triumphant in and over them. Let us take care, in times of trial, that patience and not passion, be set at work in us; whatever is said or done, let patience have the saying and doing of it: let us not allow the indulging of our passions to hinder the operation and noble effects of patience; let us give it leave to work, and it will work wonders in a time of trouble. (2.) We must let it have its perfect work. Do nothing to limit it nor to weaken it; but let it have its full scope: if one affliction come upon the heels of another, and a train of them are drawn upon us, yet let patience go on till its work is perfected. When we bear all that God appoints, and as long as he appoints, and with a humble obedient eye to him, and when we not only bear troubles, but rejoice in them, then patience hath its perfect work. (3.) When the work of patience is complete, then the Christian is entire, and nothing will be wanting: it will furnish us with all that is necessary for our Christian race and warfare, and will enable us to persevere to the end, and then its work will be ended, and crowned with glory. After we have abounded in other graces, we have need of patience, Heb. 10:36 . But let patience have its perfect work, and we shall be perfect and entire, wanting nothing. 4. Prayer is a duty recommended also to suffering Christians; and here the apostle shows, (1.) What we ought more especially to pray for—wisdom:If any lack wisdom, let him ask of God. We should not pray so much for the removal of an affliction as for wisdom to make a right use of it. And who is there that does not want wisdom under any great trials or exercises to guide him in his judging of things, in the government of his own spirit and temper, and in the management of his affairs? To be wise in trying times is a special gift of God, and to him we must seek for it. (2.) In what way this is to be obtained—upon our petitioning or asking for it. Let the foolish become beggars at the throne of grace, and they are in a fair way to be wise. It is not said, "Let such ask of man,’’ no, not of any man, but, "Let him ask of God,’’ who made him, and gave him his understanding and reasonable powers at first, of him in whom are all the treasures of wisdom and knowledge. Let us confess our want of wisdom to God and daily ask it of him. (3.) We have the greatest encouragement to do this: he giveth to all men liberally, and upbraideth not. Yea, it is expressly promised that it shall be given, v. 5. Here is something in answer to every discouraging turn of the mind, when we go to God, under a sense of our own weakness and folly, to ask for wisdom. He to whom we are sent, we are sure, has it to give: and he is of a giving disposition, inclined to bestow this upon those who ask. Nor is there any fear of his favours being limited to some in this case, so as to exclude others, or any humble petitioning soul; for he gives to all men. If you should say you want a great deal of wisdom, a small portion will not serve your turn, the apostle affirms, he gives liberally; and lest you should be afraid of going to him unseasonably, or being put to shame for your folly, it is added, he upbraideth not.Ask when you will, and as often as you will, you will meet with no upbraidings. And if, after all, any should say, "This may be the case with some, but I fear I shall not succeed so well in my seeking for wisdom as some others may,’’ let such consider how particular and express the promise is: It shall be given him. Justly then must fools perish in their foolishness, if wisdom may be had for asking, and they will not pray to God for it. But, (4.) There is one thing necessary to be observed in our asking, namely, that we do it with a believing, steady mind: Let him ask in faith, nothing wavering, v. 6. The promise above is very sure, taking this proviso along with us; wisdom shall be given to those who ask it of God, provided they believe that God is able to make the simple wise, and is faithful to make good his word to those who apply to him. This was the condition Christ insisted on, in treating with those who came to him for healing: Believest thou that I am able to do this? There must be no wavering, no staggering at the promise of God through unbelief, or through a sense of any disadvantages that lie on our own part. Here therefore we see,5. That oneness, and sincerity of intention, and a steadiness of mind, constitute another duty required under affliction: He that wavereth is like a wave of the sea, driven with the wind, and tossed. To be sometimes lifted up by faith, and then thrown down again by distrust—to mount sometimes towards the heavens, with an intention to secure glory, and honour, and immortality, and then to sink again in seeking the ease of the body, or the enjoyments of this world—this is very fitly and elegantly compared to a wave of the sea, that rises and falls, swells and sinks, just as the wind tosses it higher or lower, that way or this. A mind that has but one single and prevailing regard to its spiritual and eternal interest, and that keeps steady in its purposes for God, will grow wise by afflictions, will continue fervent in its devotions, and will be superior to all trials and oppositions. Now, for the cure of a wavering spirit and a weak faith, the apostle shows the ill effects of these, (1.) In that the success of prayer is spoiled hereby: 15 OKTOBER 10 2014 Let not that man think that he shall receive any thing of the Lord, v. 7. Such a distrustful, shifting, unsettled person is not likely to value a favour from God as he should do, and therefore cannot expect to receive it. In asking for divine and heavenly wisdom we are never likely to prevail if we have not a heart to prize it above rubies, and the greatest things in this world. (2.) A wavering faith and spirit has a bad influence upon our conversations. A double-minded man is unstable in all his ways, v. 8. When our faith and spirits rise and fall with second causes, there will be great unsteadiness in all our conversation and actions. This may sometimes expose men to contempt in the world; but it is certain that such ways cannot please God nor procure any good for us in the end. While we have but one God to trust to, we have but one God to be governed by, and this should keep us even and steady. He that is unstable as water shall not excel. Hereupon,III. The holy humble temper of a Christian, both in advancement and debasement, is described: and both poor and rich are directed on what grounds to build their joy and comfort, v. 9-11. Here we may observe, 1. Those of low degree are to be looked upon as brethren: Let the brother of low degree, etc. Poverty does not destroy the relation among Christians. 2. Good Christians may be rich in the world, v. 10. Grace and wealth are not wholly inconsistent. Abraham, the father of the faithful, was rich in silver and gold. 3. Both these are allowed to rejoice. No condition of lie puts us out of a capacity of rejoicing in God. If we do not rejoice in him always, it is our own fault. Those of low degree may rejoice, if they are exalted to be rich in faith and heirs of the kingdom of God (as Dr. Whitby explains this place); and the rich may rejoice in humbling providences, as they produce a lowly and humble disposition of mind, which is highly valuable in the sight of God. Where any are made poor for righteousness’ sake, their very poverty is their exaltation. It is an honour to be dishonoured for the sake of Christ.To you it is given to suffer, Phil. 1:29 . All who are brought low, and made lowly by grace, may rejoice in the prospect of their exaltation at the last in heaven. 4. Observe what reason rich people have, notwithstanding their riches, to be humble and low in their own eyes, because both they and their riches are passing away: As the flower of the grass he shall pass away. He, and his wealth with him, v. 11. For the sun has no sooner risen with a burning heat than it withereth the grass.Note hence, Worldly wealth is a withering thing. Riches are too uncertain (says Mr. Baxter on this place), too inconsiderable things to make any great or just alteration in our minds. As a flower fades before the heat of the scorching sun, so shall the rich man fade away in his ways. His projects, counsels, and managements for this world, are called his ways; in these he shall fade away. For this reason let him that is rich rejoice, not so much in the providence of God, that makes him rich, as in the grace of God, that makes and keeps him humble; and in those trials and exercises that teach him to seek his felicity in and from God, and not from these perishing enjoyments.IV. A blessing is pronounced on those who endure their exercises and trials, as here directed: Blessed is the man that endureth temptation, v. 12. Observe, 1. It is not the man who suffers only that is blessed, but he who endures, who with patience and constancy goes through all difficulties in the way of his duty. 2. Afflictions cannot make us miserable, if it be not our own fault. A blessing may arise from them, and we may be blessed in them. They are so far from taking away a good man’s felicity that they really increase it. 3. Sufferings and temptations are the way to eternal blessedness: When he is tried, he shall receive the crown of life, dokimosgenomenos —when he is approved, when his graces are found to be true and of the highest worth (so metals are tried as to their excellency by the fire), and when his integrity is manifested, and all is approved of the great Judge. Note hence, To be approved of God is the great aim of a Christian in all his trials; and it will be his blessedness at last, when he shall receive the crown of life. The tried Christian shall be a crowned one: and the crown he shall wear will be a crown of life. It will be life and bliss to him, and will last for ever. We only bear the cross for a while, but we shall wear the crown to eternity. 4. This blessedness, involved in a crown of life, is a promised thing to the righteous sufferer. It is therefore what we may most surely depend upon: for, when heaven and earth shall pass away, this word of God shall not fail of being fulfilled. But withal let us take notice that our future reward comes, not as a debt, but by a gracious promise. 5. Our enduring temptations must be from a principle of love to God and to our Lord Jesus Christ, otherwise we are not interested in this promise: The Lord hath promised to those that love him. Paul supposes that a man may for some point of religion even give his body to be burnt, and yet not be pleasing to God, nor regarded by him, because of his want of charity, or a prevailing sincere love to God and man, 1 Co. 13:3 . The crown of life is promised not only to great and eminent saints, but to all those who have the love of God reigning in their hearts. Every soul that truly loves God shall have its trials in this world fully recompensed in that world above where love is made perfect. ---------------------- 16 ADVENTIST WORLD RADIO DISKUSI KOMUNIKASI DALAM KELUARGA NO 169 O LEH N ICO J . J . K OROH “BELAJAR UNTUK TIDAK SERAKAH” (AMSAL 28:25) (SFX) Pintu terbuka kemudian tertutup, nara sumber masuk keruang studio. (Nico) Syaloom Ayura apa kabar Ayura? (Ayura) Syaloom, Hallo Apa kabar pak Nico?” Mari pak silakan duduk selamat datang distudio kami pak, bagaimana kabarnya hari ini Pak, sehat walafiat!”. (Nico) Puji Tuhan Ayura, saya percaya tanpa bimbingan dan tuntunan Tuhan, saya masih dapat berada di studio ini, itulah yang patut kita selalu ucapkan syukur. (Ayura) Waduh, terimakasih banyak pak Nico, harapan kita juga selalu agar para pendengar kita selalu berada dalam keadaan sehat walafiat seperti kita!” (Nico) Inilah juga yang selalu kita harapkan bersama, agar para pendengar kita selalu berada dalam keadaan sehat walafiat. (Ayura) Saya sudah melihat apa yang akan menjadi pokok diskusi kita pada hari ini, ini menarik sekali pak Nico, “Belajar untuk tidak serakah” tentu belajar seperti ini selalu harus dimulai dalam komunikasi keluarga, bukan begitu pak? (Nico) Ya benar Ayura, sebab hanya melalui komunikasi keluarga lah kita dapat tularkan bagaimana secara dini kita ajarkan nilai-nilai moral pada anak-anak kita Ayura. (Ayura) Tapi kalau kita bicara soal “keserakahan” apakah itu biasanya sudah menjadi sifat atau karakter seseorang, dan apabila sudah menjadi karakter, tentu akan sangat sulit untuk diubah bukannya begitu pak Nico. (Nico) Wah itu saya sependapat, memang kalau sudah menjadi karakter seseorang tapi sebaliknya kalau kita sudah ajarkan suatu karakter ketika seseorang masih dalam lingkungan didikan kita, teristimewa seseorang masih dalam didikan keluarga kita, misalnya sebagai seorang anak , maka di sinilah peluang dan kesempatan OKTOBER 10 2014 bagi orang tua untuk membangun sebuah karakter, namnu untuk lebih jelas mari kita lihat apa yang tertulis dalam Amsal 28:25 coba Ayura tolong bacakan ayat tersebut. (Ayura) Baiklah akan saya bacakan ayat tersebut Amsal 28:25 “Orang yang loba, menimbulkan pertengkaran, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, diberi kelimpahan”. Sepertinya ayat ini memberikan gambaran jelas apa yang akan terjadi bilamana seseorang memiliki sifat “loba” atau “serakah” itu. (Nico) Ya itu benar sekali Ayura, dan sebagai akibatnya, orang yang serakah itu selalu dan bahkan sudah pasti akan menimbulkan pertengkaran bahkan permusuhan dengan orang lainnya. (Ayura) Sebenarnya kapan dan bagaimana di dalam keluarga kita mulai akan mendidik agar anak-anak kita tidak menjadi serakah. (Nico) Ya tampaknya ini soal sepele, tapi sebenarnya merupakan sebuah tantangan besar dalam keluarga kita sendiri, mengapa? Sebab sebenarnya dalam lingkungan dan masyarakat kita sendiri, sadar atau tidak, kita telah membantu untuk ajarkan anak-anak kita untuk menjadi serakah. (Ayura) Mengapa bisa seperti itu pak Nico, boleh tolong berikan penjelasan Pak? (Nico)Kita mulai saja dalam keluarga kita sendiri Ayura, kita kan sudah terbiasa untuk memberikan hadiah kepada anak-anak kita, dan dari sinilah mulai suatu sistem nilai yang kita tanamkan kepada anak-anak kita yakni ”untuk mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma”, sejak masa anak-anak kita kita sudah dibiasakan, kalau pintar disekolah akan mendapatkan hadiah, kalau kita selalu baik kelakuan kita kita akan mendapatkan hadiah, negatifnya ialah anak-anak kita selalu ingin mendapatkan lebih dari satu hadiah, dan kalau boleh sebanyak mungkin mendapatkan hadiah,bahkan sering kita ajarkan untuk berebut agar mendapatkan hadiah lebih banyak, tapi jarang kita ajarkan kepada mereka untuk “memberikan sesuatu pada orang lain” bukan? (Ayura) Wah itu benar juga pak, tapi baiklah kita akan dengarkan sebuah lagu selingan dulu sebelum kita lanjutkan acara ini. Sdr pendengar, selamat mendengarkan lagu berikut ini. (Ayura) Kalau begitu akan sangat sulit untuk membendung sifat serakah itu pak Nico, bagaimana cara kita mengatasinya ? (Nico) Dari pengalaman saya, memang kalau sudah menjadi karakter selalu akan sulit untuk diubah, tetapi saya percaya kalau kita menyerahkan diri kita benarbenar kepada yang Maha Kuasa, pasti Ia selalu dapat menolong kita, kembali lagi kita memang harus mulai secara dini. Misalnya saja kalau kita akan berikan hadiah kepada anak-anak kita, coba kita ajarkan mereka untuk menuliskan sendiri apa yang mereka inginkan sebagai hadiah, tetapi kita batasi dengan mengatakan “coba kamu tuliskan apa yang kamu sangat diperlukan”. Jadi bukan membiasakan mereka memberikan apa saja yang mereka mau. Dan coba mulai libatkan mereka dengan program seperti “charity” atau beramal, masih banyak lagi program yang dapat kita libatkan mereka agar mau mengaplikasi sifat memberi. (Ayura) Ya benar pak Nico, saya kira juga masih banyak hal-hal lain yang dapat memberikan contoh kepada mereka untuk mau memberi kepada orang lain. (Nico) Biasanya sejak masa kecil anak-anak akan jelas tampak bila muncul sifat-sifat tamak atau loba itu muncul, misalnya saja, tiba-tiba sang kakak mau merebut apa yang diberikan kepada adiknya, dan bilamana hal tersebut tejadi, inilah kesempatan bagi orang tua untuk memberikan penjelasan kepada mereka agar tidak membiasakan mereka untuk melanjutkan sifat-sifat yang tidak baik seperti itu. Dan barangkali hal seperti ini harus dilakukan berulang kali. (Ayura) Bagaimana dengan membuat anak-anak untuk membiasakan agar menabung ? (Nico) Ya benar itu pun merupakan suatu hal yang sangat baik pada anak-anak, namun seperti yang pernah kita diskusikan dulu, yang paling efektif juga adalah orang tua selalu harus dapat menjadi model peran bagi anakanak. (Ayura)Jadi maksudnya seperti apa itu pak Nico. (Nico) Ya tentu yang dimaksud adalah orang tua yang selalu harus memberikan contoh terlebih dahulu, jadi kalau orang tua adalah orang tua yang suka memberi, maka akan sangat mudah bagi anak-anak untuk mengikutinya, sebab orang tua selalu akan menjadi “role model” atau model peran bagi anak-anak. Memang 18 OKTOBER 10 2014 sekarang ini tampak semakin sulit untuk mengajarkan hal-hal seperti itu kepada anak-anak kita, apalagi dengan masyarakat kita yang semakin konsumtif sifatnya, namun saya tetap percaya dengan memberikan pendidikan spiritual atau rohani yang lebih efektif pada mereka seperti ayat yang sudah kita baca dalam Amsal 28:25 “Orang yang loba, menimbulkan pertengkaran, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, diberi kelimpahan”. Sebab dalam ayat ini, tergambar dua jenis proses karakter manusia, dimana yang serakah atau loba akan menimbulkan pertengkaran, sedangkan yang satu lagi orang yang percaya kepada Tuhan akan diberikan kelimpahan. (Ayura) Wah jelas sekali pak Nico, ini janji Tuhan sendiri melalui firmanNya bahwa bagi yang percaya kepadaNya akan diberikan kelimpahan. (Nico) Ya Ayura, oleh karena itu, walaupun kita menghadapi tantangan besar dalam setiap keluarga kita karena keadaan lingkungan kita yang semakin tidak mendukung seperti sekarang ini. Saya tetap percaya pada apa yang telah disampaikan dalam firman Tuhan itu. (Ayura) Ya pak, mungkin ada hal lain lagi yang dapat disampaikan pak? (Nico) Sebenarnya masih banyak, tapi ada satu hal lagi yakni coba kita biasakan anak-anakkita untuk menyaksikan keindahan alam, atau membawa mereka kealam terbuka, tidak hanya bermain di mall saja dimana semua sudah tersedia, sehingga dengan cara seperti itu, akan muncul ide-ide lain atau belajar untuk membuat hal-hal yang baru, atau belajar untuk lebih kreatif, hal-hal seperti ini juga akan membantu mereka untuk tidak hanya hal-hal yang sudah di produksi oleh pabrik. Aatau usahakan untuk memberikan gambaran apa yang terjadi di dunia lain atau negara lain di mana mereka pun masih bisa hidup dengan cara yang sangat sederhana, barangkali yang paling penting untuk selalu diajarkan kepada mereka untuk selalu bersyukur dengan apa yang kita sudah miliki. Dihapuskan dosaku , hanya oleh darah Yesus. Aku pulih dan sembuh, hanya oleh darah Yesus. S ampai setiap lutut bertelut semua lidah mengaku Yesus Kristus Dia lah Tuhan Raja segala Raja. Doa sebenarnya merupakan penyerahan diri terhadapa rencana dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Sadarilah bahwa segala sesuatun hanyalah karena anugerah Tuhan semata, tak lebih dari itu. (Ayura) Barangkali masih banak lagi contoh lainnya, tapi karena terbatasnya waktu, maka sampai di sini dulu acara kita dalam diskusi ini, dari studio, kami ucapkan terimakasih selamat berpisah kepada semua pendengar kita dimana pun mereka berada, dan kiranya Tuhan selalu menyertai dan memberkati kita semua. --------------------------------19 Yesaya 40: 31 - Tetapi orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. S etiap orang pasti sepakat bahwa menunggu adalah pekerjaan yang melelahkan. Ketidaksabaran itu pun kerap saya hadapi. Seorang teman bercerita bahwa dia sering terjebak di telepon dan tak sabar mengikuti instruksi dari layanan telepon. Seperti yang kita tahu, kita harus menjawab pertanyaan ini dan itu, menekan tombol, menjawab dan menunggu instruksi berikutnya. Hal ini bisa berlangsung selama 10, 15, 20 menit atau bahkan lebih. Dan dia sudah melakukannya. Dan selama masa menunggu itu dia diserang rasa frustrasi. Saat itu, dia memilih untuk menjadi stress dan dikuasai sikap buruk. Namun setelah diingatkan pada satu kutipan dari Chuck Swindoll: “dia yakin bahwa hidup adalah 10 persen apa yang terjadi kepada dia dan 90 persen bagaimana dia menyikapinya”. itu disikapi dengan tindakan positif. Alih-alih rewel dan marah, kita malah akan jauh lebih produktif bila kita memilih untuk bersikap sabar dan mencoba memanfaatkan masa menunggu dengan mengerjakan hal lain yang berdampak baik bagi diri kita. Dalam Yesaya 40:31, firman Tuhan mengingatkan bahwa Ia akan memberikan kekuatan kepada setiap orang yang menanti-nantikan pertolongan-Nya. Dalam hal ini, Ia mengatakan bahwa Ia terlebih senang dengan orangorang yang panjang sabar. Kesabaran bukan hanya berbicara tentang menunggu tetapi lebih berfokus kepada sikap dan cara menghadapinya. Selamat menyambut Hari Sabat. Tetapah berdoa. Tuhan memberkati kita. Dan belum lama ini saya mencoba mempraktikkannya ketika saya sedang menunggu. Sementara saya menunggu, saya memutuskan melakukan pekerjaan lain. Saya tak perlu fokus pada fakta bahwa saya harus menunggu dan merasa tak nyaman. Saat Anda diperhadapkan pada kondisi menunggu, baik saat berhadapan dengan masalah, pasangan yang keras kepala, penderitaan hingga jawaban doa yang belum terjawab, Anda tentu pernah terjebak dengan kondisi yang serupa dengan saya. Tetapi adalah baik bila situasi L ORAN N APITUPULU PENGUMUMAN – ULTAH KADNet & KKR Mengucapkan Selamat Ulang Tahun bagi Tim KADNet yang merayakan di Bulan Oktober: Sehubungan makin dekatnya rencana pertemuan KADNet serta KKR kita yang akan mulai dengan Charity Clinic di Kupang pada tanggal 24 dan 26 Oktober, dan KKR mulai tanggal 26 Oktober s/d 1 Nopember 2014; maka kita perlukan daftar nama yang sudah pasti berangkat agar dapat diatur akomodasi, penjemputan/transportasi, penginapan, dll. Dengan demikian memudahkan waktu check in. Diharapkan semua sudah booking, dan diperlukan daftar kedatangan di Kupang dan kembali dari Kupang; dengan demikian akan memudahkan penjemputan dan pengantaran. 03 - Douglas Sepang 03 - Joy Sitompul 03 - Victor Sinaga 11 - Hartoyo Tismail 13 - Refly Ompi 18 - Rosye Mawuntu 25 - Early Hutapea 27 - Dave Sampouw 28 - Richard Legoh 29 - Philips Marbun Semoga panjang umur, sehat sejahtera dan senantiasa dalam lindungan Tuhan. HRD KADNet – Irma Pakasi. Dear Team KADNET, Disamping itu kami ingin mengetahui berapa yang sudah pasti akan ikut ke Israel pada tahun depan. Wisata Rohani tsb untuk 12 hari mengunjungi Jordania, Israel dan Mesir. Mohon untuk kirimkan nama-nama yang sudah pasti ikut untuk kedua kegiatan tersebut; hingga kita akan menyiapkan diri untuk berbagai kegiatan yang akan kita buat. Terima kasih. Tuhan memberkati. Mohon direspon ke milis [email protected] atau ke email [email protected] -Panitia KADNet media ministry is a non-profit media project We publish religious news and articles for the Indonesian Seventh-Day Adventist community and their friends worldwide. Articles selected and the staff of KADNet support the beliefs and doctrines of the Seventh-day Adventist Church. Subscription is free. KADNet adalah proyek nirlaba. Penerbit, tulisan dan staff KADNet mendukung dan menghormati kepercayaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, GMAHK.