Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 406-411. ISSN: 2252-7710 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL LEARNING CYCLE PADA MATERI SUHU DAN PERUBAHANNYA UNTUK SISWA SMP KELAS VII Desi Purnama Sari1), Ismono2), dan Laily Rosdiana 3) 1) Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: [email protected] 2) Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA. E-mail: [email protected] 3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: [email protected] Abstrak Pola pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan, yang terbaru adalah berlakunya kurikulum 2013 yang pelaksanaannya di sekolah masih belum terlaksana dengan baik karena kurangnya pemahaman guru tentang tata cara pengelolaan pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran dengan mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, keterlaksanaan model pembelajaran, dan respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan model Learning Cycle. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model pengemmbangan 4-D, tetapi tahapan yang dilakukan hanya sampai tahap develop. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan divalidasi dan diuji cobakan secara terbatas pada 16 siswa kelas VII-C SMPN 32 Surabaya. Hasil validasi perangkat pembelajaran oleh dua ahli dan satu guru menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP dan LKS baik dan layak digunakan dengan skor berturut-turut 3.33 dan 3.30. Hasil belajar siswa setelah diterapkannya perangkat yang dikembangkan ini baik dengan rincian hasil belajar kognitif 3.5, sikap 3.74 dan keterampilan 3.52. Semua tahapan model pembelajaran dalam RPP terlaksana dengan sangat baik dan mendapat skor rata-rata dari dua pertemuan sebesar 3.73. respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran positif dengan presentase sebesar 95.30%, sedangkan respon siswa terhadap LKS positif dengan presentase sebesar 98.75%. Kata kunci: Perangkat Pembelajaran, Learning Cycle. Abstract Education pattern in Indonesia will be expand, the last is curicullum 2013 but the executed at school still uncommitt better, that caused lack of understanding the teacher about how to manage the lesson of the class according curicullum 2013. The research aims to produce a learning materials to determine the properness of the develop learning tools, implementation of learning model, and the students response due develop learning materials and learning activities. The learning materials that develop used Learning Cycle model. The development of this learning materials use 4-D models, but the steps are being taken only to a develop point. The learning materials is develop and validated, limitedly implemented at 16 students of VII-C SMPN 32 Surabaya. The validated result of learning materials by two experts and a teacher showing that the develop learning materials include lesson plan and student worksheet good and proper with score respectively for 3.33 and 3.30. the students learning outcomes after applying of develop learning materials are good with average value of cognitive for 3.5, attitude 3.74, and skill respectively 3.52. All stage of learning model on lesson plans done very well and got an average score 3.73 for two meeting. Students response to the learning activities are positive with a percentage of 95.30%, while the students response to the worksheet are positive with percentae respectively for 98.75%. Keyword: learning materials, Learning Cycle models. PENDAHULUAN Pola pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan jaman. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya tersebut antara lain adalah dikeluarkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pada tahun 2003, dan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang telah dilakukan penataan kembali dalam Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013. Menurut Mulyasa (2013), implementasi Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif (partisipative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan pembelajaran kontrukstivisme (constructivism teaching and learning). Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 diharuskan menggunakan pendekatan scientific yakni meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan kurikulum 2013 di lapangan belum dapat berjalan sebagaimana Model learning cycle pada materi suhu dan perubahannya mestinya. Berdasarkan observasi atau pengamatan yang kami lakukan di SMPN 32 Surabaya kami menemukan bahwa pada kelas VII sudah diterapkan kurikulum 2013, namun pelaksanaannya di kelas masih belum bisa sepenuhnya menerapkan pendekatan scientific. Menurut analisis kami keadaan tersebut disebabkan karena kurangnya kemampuan guru dalam mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk secara leluasa melakukan proses scientific dalam pembelajaran. Untuk itu penulis mencoba memberikan satu solusi untuk mengatasi kekurangan tersebut, yakni dengan mengembangkan perangkat pembelajaran khususnya RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKS (Lembar Kerja Siswa) dengan model Learning Cycle. Pada RPP dan LKS yang dikembangkan menggunakan model Learning Cycle, karena model ini sesuai jika diterapkan untuk pendekatan scientific. Learning Cycle yang di terapkan adalah model 5E atau 5 fase yakni engangement (persiapan), exploration (eksplorasi), explanation (menjelaskan), elaboration (elaborasi), dan evaluation (evaluasi). Berikut hubungan antara pendekatan scientific 5M dan model Learning Cycle 5E : (1) Mengamati (observes) dapat dilakukan pada fase Engangement (2) Menanya (questions) dapat dilakukan pada fase Exploration (3) Mengumpulkan informasi (experiments/explores) dapat dilakukan pada fase Explanation (4) Mengasosiasi (analyzes) dapat dilakukan pada fase Elaboration (5) Mengkomunikasikan (communicates) dapat dilakukan pada fase Evaluation. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan akan diterapkan pada materi Suhu dan Perubahannya Pemilihan materi juga berdasarkan analisis hasil wawancara dengan salah satu guru IPA yang pernah mengajarkan materi suhu dan pemuaian mengatakan bahwa materi tersebut memang agak susah untuk diterima siswa, hal ini diperkuat dengan hasil ulangan harian pada materi tersebut 35% dari siswa belum lulus KKM, artinya 32 % siswa mendapatkan nilai di bawah 80. Penelitian ini dilakukan dengan ujuan untuk : (1) Mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran dengan model Learning Cycle pada Materi Suhu dan Perubahannya untuk Siswa SMP Kelas VII (2) Mendeskripsikan keterlaksanaan perangkat pembelajaran dengan model Learning Cycle pada Materi Suhu dan Perubahannya untuk Siswa SMP Kelas VII (3) Mendeskripsikan respon siswa terhadap pelaksanaan perangkat pembelajaran dengan Model Learning Cycle pada Materi Suhu dan Perubahannya untuk SMP Kelas VII. Kurikulum 2013 Perubahan kurikulum di Indonesia terus terjadi dan untuk saat ini yang berlaku adalah Kurikulum 2013. Hal ini di buktikan dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A tentang Implementasi Kurikulum. Pada dasarnya kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP 2006. Dalam kurikulum 2013 juga masih berbasis kompetensi hanya saja ditambahkan dengan berbasis karakter. Dalam kurikulum 2013 sudah tidak ditemukan lagi Standar Kompetensi (SK) namun dijabarkan dalam bentuk Kompetens Inti (KI). Menurut Mulyasa (2013), kompetensi inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar (KD). Terdapat 4 KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan) pada setiap jenjang pendidikan. Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Buku Pegangan Guru semua sudah disediakan pemerintah, guru hanya bertugas membuat rancangan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas menurut kurikulum 2013 harus menerapkan pendekatan scientific. Pengembangan Perangkat Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Perangkat pembelajaran ini meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Evaluasi atau penilaian. Akan tetapi, perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti hanya meliputi RPP dan LKS dengan model Learning Cycle berbasis Pendekatan Scientific pada materi suhu dan perubahannya. Model Learning Cycle Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Learning Cycle yang digunakan peneliti untuk mengembangkan perangkat adalah model 5E, yang tediri dari 5 fase yakni: (1) Engagement (persiapan), tahap engagement bertujuan mempersiapkan diri pebelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya, 407 Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 406-411. ISSN: 2252-7710 (2) Exploration (eksplorasi) Pada fase exploration (eksplorasi) siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatankegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. (3) Explanation (penjelasan) Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. (4) Elaboration (elaborasi) Pada fase elaboration, siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving, (5) Evaluation (evaluasi) Pada tahap akhir evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Untuk pengembangan perangkatnya mengacu pada model desain instruksional 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan. Perangkat yang dikembangkan adalah RPP dan LKS yang mengacu pada pendekatan scientific dengan model Learning cycle. Sasaran dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran khususnya RPP dan LKS yang mengacu pada pendekatan scientific dengan model Learning cycle pada materi Suhu dan perubahannya yang divalidasi oleh 2 dosen ahli dan 1 guru IPA SMP. Kemudian diuji cobakan secara terbatas ke siswa kelas VII- C SMPN 32 Surabaya yang terdiri dari 16 siswa. Pengembangan perangkat dilaksanakan di kampus UNESA dengan telaah kepada pakar atau ahli materi dan validasi kepada dosen bidang studi IPA dan guru IPA SMP terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada bulan Februari – Maret 2014 Penerapan uji coba terbatas dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap perangkat pembelajaran IPA materi Suhu dan Perubahannya yang dikembangkan dengan desain model 4D dilaksanakan uji coba terbatas pada siswa SMPN 32 Surabaya kelas VII sebanyak 16 siswa pada bulan 17-25 Maret 2014. Desain pengembangan yang akan digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA ini menggunakan desain instruksional perancangan media dan perangkat media ini mengacu pada model 4D yang dikemukakan oleh Thiagarajan. Model 4D terdiri dari 4 tahap, yaitu pendefinisian (Define), perancangan (Design), pengembangan (Develop), dan penyebaran (Disseminate). Pada penelitian ini hanya dibatasi pada tahap pengembangan dan uji kelayakan secara terbatas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket dan pengamatan. Metode angket digunakan pada saat telaah dan validasi sedangkan metode pengamatan digunakan pada saat tahap uji coba terbatas. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualititatif dan deskripsi kuantitatif. Data hasil telaah dianalisis secara kualitatif. Data hasil validasi dianalisis secara kuantitatif dalam bentuk presentase. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus: Presentase kelayakan (%) = skor kriteria / skor total x % (Riduwan, 2007 ) Tabel 1 Kriteria kategori skor penilaian perangkat pembelajaran yang di kembangkan Skor rata-rata Kategori skor 1,00 – 1,69 Kurang 1,70 – 2,59 Cukup 2,60 – 3,49 Baik 3,50 – 4,00 Sangat baik Tabel 2 Kriteria interpretasi skor penilaian perangkat pembelajaran yang dikembangkan Skor rata-rata (%) 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100 Kategori skor Sangat tidak layak Kurang layak Cukup layak Layak Sangat layak Data hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap lembar keterlaksanaan model pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran dianalisis dan dikonversikan dalam bentuk nilai sebagai berikut: Skor rata-rata = Skor yang diperoleh/skor maksimal Selanjutnya skor rata-rata dikonversi dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 3 Kriteria penilaian pengelolaan pembelajaran Learning Cycle pada materi suhu dan perubahannya Rata-rata Skor 0,00-1,49 1,50-2,59 2,60-3,49 3,50-4,00 Keterangan Kurang Cukup Baik Sangat baik (Riduwan,2003) Model learning cycle pada materi suhu dan perubahannya Pengelolaan pebelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran telah mencapai kategori baik atau sangat baik. Data hasil angket respon siswa dianalisis dengan langkah-langkah berikut : Analisis respon siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP dan LKS. Data yang diperoleh dari angket respon siswa dianalisis sebagai berkut : P = F/N x % (Riduwan,2007) Keterangan: P = persentase jawaban responden F = jumlah siswa yang menjawab N = jumlah responden Interpretasi respon siswa seperti pada tabel 4 berikut: Tabel 4 Interpretasi Persentase Respon Siswa Angka Keterangan 0%-20% Sangat lemah 21%-40% Lemah 41%-60% Cukup 61%-80% Kuat 81%-100% Sangat kuat Uji coba perangkat pembelajaran IPA model Learning Cycle materi suhu dan pemuaian dilakukan dengan uji coba terbatas yang dilaksanakan tanggal 11 Maret 2014 sampai tanggal 15 Maret 2014 di SMPN 32 Surabaya. Sampel yang digunakan adalah 16 siswa kelas VII-C. Hasil uji coba terbatas meliputi keterlaksanaan model pembelajaran, hasil belajar siswa (sikap, keterampilan dan kognitif), dan respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Dari hasil uji coba terbatas dapat hasil untuk keterlaksanaan pembelajaran sebagai berikut: Gambar 1. Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran selama uji coba terbatas HASIL DAN PEMBAHASAN Secara keseluruhan RPP yang dikembangkan mendapat kategori baik dengan perolehan rata-rata seluruh aspek sebesar 3,33. RPP yang dikembangkan mendapakan presentase kelayakan sebesar 83,25% dengan kategori sangat layak digunakan. RPP yang dikembangkan meliputi 2 kali pertemuan, dimana setelah dilakukan uji coba terbatas RPP dengan model Learning Cycle ini dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran dan siswa dapat melakukan pendekatan Scientific dalam proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan pada Kurikulum 2013. Keseluruhan LKS yang dikembangkan mendapat perolehan nilai rata-rata sebesar 3,30 dengan kategori baik. Presentase kelayakan LKS yang diperoleh sebesar 82,5% dengan kategori sangat layak. Dengan demikian LKS yang dikembangkan sangat layak digunakan dalam proses pembelajaran (Riduwan,2007). Uji coba perangkat pembelajaran IPA model Learning Cycle materi suhu dan pemuaian dilakukan dengan uji coba terbatas yang dilaksanakan tanggal 11 Maret 2014 sampai tanggal 15 Maret 2014 di SMPN 32 Surabaya. Sampel yang digunakan adalah 16 siswa kelas VII-C. Hasil uji coba terbatas meliputi keterlaksanaan model pembelajaran, hasil belajar siswa (sikap, keterampilan dan kognitif), dan respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Secara keseluruhan keterlaksanaan model pembelajaran mendapat perolehan angka seluruh fase dari dua pertemuan sebesar 3,74 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian proses pembelajaran yang dilakukan sudah baik dan model Learning Cycle dapat diterapkan dengan baik. Selain pengamatan keterlaksanaan pembelajaran pada tahap uji coba terbatas juga mengamati hasil belajar siswa yang meliputi hasil belajar kognitif, sikap dan keterampilan. Subjek yang dinilai adalah siswa kelas VIIC SMPN 32 Surabaya tahun ajaran 2013/2014. Dan didapat hasil untuk aspek kognitif sebagai berikut : 409 Gambar 2 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 406-411. ISSN: 2252-7710 Hasil belajar aspek kognitif diukur dengan metode tes. Berdasarkan hasil tes didapat hasil 100% siswa tuntas belajar untuk aspek kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu siswa untuk mendapakan hasil belajar yang baik pada aspek kognitif. Aspek sikap diamati dengan pengamatan menggunakan lembar pengamatan sikap yang dilakukan oleh dua orang pengamat. Untuk aspek sikap dapat diketahui bahwa presentase siswa yang mendapat predikat sangat baik dalam aspek sikap dapat dilihat pada gambar 3 berikut: Selain mengamati keterlaksanaan pembelajaran dan hasil belajar pada tahap uji coba terbatas juga mengamati respon siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan serta LKS yang dikembangkan. Hasil espon siswa dapat dilihat pada gambar 5 berikut: Gambar 5 Grafik hasil analisis angket respon siswa Gambar 3 diagram hasil belajar aspek sikap Aspek keterampilan diamati dengan lembar pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat. Untuk aspek keterampilan didapat hasil sebagai berikut: Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle yang diterapkan dan LKS yang dikembangkan mendapat respon yang tinggi yaitu untuk model pembelajaran sebesar 95,30% sedangkan untuk LKS yang dikembangkan sebesar 98,75% . Dengan demikian respon siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan dan LKS yang dikembangkan dikategorikan sangat kuat karena ≥ 80% (Riduwan, 2007). Selama proses uji coba terbatas dilakukan pengamatan pada keterampilan scientific siswa dan didapat hasil seperti pada grafik dibawah ini: Gambar 4 diagram hasil belajar aspek keterampilan Secara keseluruhan baik aspek kognitif, sikap dan keterampilan mendapatkan presentase ketuntasan ≥75%. Sesuai dengan Permen Dikbud No 81 tahun 2013 bahwa suatu kelas dinyatakan tuntas jika presentase ketuntasan ≥75%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan karena dengan penerapan perangkat tersebut dapat membantu siswa untuk belajar tuntas. Gambar 6 Grafik hasil pengamatan kemampuan scientific siswa Kemampuan scientific siswa ini merupakan data sekunder atau pendukung untuk memperkuat data keterlaksanaan pembelajaran, karena di dalam kurikulum 2013 diharapkan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat melatihkan kemampuan scientific pada siswa. Model learning cycle pada materi suhu dan perubahannya Pada hasil uji coba terbatas diperoleh hasil yang baik pada aspek-aspek scientific siswa. Dan siswa benar-benar melakukan proses tersebut dalam pembelajaran. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa model Learning Cycle yang diterapkan pada proses pembelajaran dapat melatihkan kemampuan scientific pada siswa dan siswa mendapatkan ruang untuk melakukan aspek-aspek scientific dalam proses pembelajaran sehingga model Learning Cycle cocok diterapkan untuk kurikulum 2013. kemampuan siswa terlebih dahulu, sehingga pada saat proses pengambilan data dapat berjalan dengan lancar. DAFTAR PUSTAKA BNSP. 2006. Panduan penyusunan perangkat pembelajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Cahyo, Agus. N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Tepopuler. Jogjakarta. Diva Press Dasna, I.Wayan.2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM– Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005 Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. PENUTUP Kesimpulan Berdasakan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa deskripsi perangkat pembelajaran IPA model Learning Cycle pada materi Suhu dan Perubahannya adalah sebagai berikut: (1) Perangkat pembelajaran IPA yang dikembangkan peneliti layak digunakan setelah divalidasi oleh 2 orang pakar dan 1 orang praktisi . Perangkat yang dikembangkan ini juga dinyatakan layak setelah diuji cobakan pada siswa dan menunjukkan hasil belajar siswa baik dengan rincian hasil belajar aspek kognitif diperoleh hasil 100% siswa tuntas, aspek sikap 94% sangat baik dan 6% baik, aspek keterampilan 88% sangat baik, 6% baik dan 6% cukup. Selain itu perangkat pembelajaran dengan model Learning Cycle yang dikembangkan peneliti juga dapat melatihkan kemampuan scientific siswa. (2) Keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle pada pengembangan perangkat ini dapat terlaksana dengan sangat baik berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan 2 orang pengamat pada saat proses pembelajaran pada tahap uji coba terbatas. (3) Respon siswa positif terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dengan presentase respon terhadap kegiatan pembelajaran sebesar 95,30% dan presentase respon terhadap LKS yang dikembangkan sebesar 98,75%. Berdasarkan deskripsi di atas, perangkat pembelajaran IPA model Learning Cycle pada materi Suhu dan Perubahannya dinilai layak dan dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Ibrahim, M. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Mardiyanti , Rina. 2013. “Implementasi Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) pada Pembelajaran IPA terpadu tema Pencemaran Air untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTsN Parteker Pamekasan”. Skripsi Tidak Di publikasikan Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendikbud No 81 A Tahun 2013 , Lampiran IV Retnaningati, Dewi. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas x-2 SMA Negeri 3 Surakarta. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Slavin, Robert E. 1997. Educational Psychological Theory and Practice. Boston: Allyn Bacon Syaifullah. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Connected dalam Materi Pengelolaan Lingkungan dengan Memanfaatkan Kosap (Kotoran sapi) pada Siswa kelas VII SMP. Skripsi tidak dipublikasikan. Saran Berdasarkan pengalaman peneliti selama melakukan penelitian, maka saran dari peneliti dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Perlu adanya koordinasi dengan pihak sekolah yang dijadikan sampel penelitian dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan penelitian. (2) Sebelum melakukan pengambilan data sebaiknya dilakukan pengamatan Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publishing. Winarsih, Anni, dkk. 2008. IPA Tepadu untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 411