Paper Title (use style: paper title)

advertisement
Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 406-411. ISSN: 2252-7710
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL LEARNING CYCLE
PADA MATERI SUHU DAN PERUBAHANNYA UNTUK SISWA SMP KELAS VII
Desi Purnama Sari1), Ismono2), dan Laily Rosdiana 3)
1)
Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: [email protected]
2)
Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA. E-mail: [email protected]
3)
Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: [email protected]
Abstrak
Pola pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan, yang terbaru adalah berlakunya kurikulum 2013
yang pelaksanaannya di sekolah masih belum terlaksana dengan baik karena kurangnya pemahaman guru
tentang tata cara pengelolaan pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran dengan mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan,
keterlaksanaan model pembelajaran, dan respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan model Learning Cycle. Pengembangan perangkat
pembelajaran menggunakan model pengemmbangan 4-D, tetapi tahapan yang dilakukan hanya sampai tahap
develop. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan divalidasi dan diuji cobakan secara terbatas pada 16
siswa kelas VII-C SMPN 32 Surabaya. Hasil validasi perangkat pembelajaran oleh dua ahli dan satu guru
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP dan LKS baik dan layak
digunakan dengan skor berturut-turut 3.33 dan 3.30. Hasil belajar siswa setelah diterapkannya perangkat yang
dikembangkan ini baik dengan rincian hasil belajar kognitif 3.5, sikap 3.74 dan keterampilan 3.52. Semua
tahapan model pembelajaran dalam RPP terlaksana dengan sangat baik dan mendapat skor rata-rata dari dua
pertemuan sebesar 3.73. respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran positif dengan presentase sebesar
95.30%, sedangkan respon siswa terhadap LKS positif dengan presentase sebesar 98.75%.
Kata kunci: Perangkat Pembelajaran, Learning Cycle.
Abstract
Education pattern in Indonesia will be expand, the last is curicullum 2013 but the executed at school still
uncommitt better, that caused lack of understanding the teacher about how to manage the lesson of the class
according curicullum 2013. The research aims to produce a learning materials to determine the properness of
the develop learning tools, implementation of learning model, and the students response due develop learning
materials and learning activities. The learning materials that develop used Learning Cycle model. The
development of this learning materials use 4-D models, but the steps are being taken only to a develop point.
The learning materials is develop and validated, limitedly implemented at 16 students of VII-C SMPN 32
Surabaya. The validated result of learning materials by two experts and a teacher showing that the develop
learning materials include lesson plan and student worksheet good and proper with score respectively for 3.33
and 3.30. the students learning outcomes after applying of develop learning materials are good with average
value of cognitive for 3.5, attitude 3.74, and skill respectively 3.52. All stage of learning model on lesson plans
done very well and got an average score 3.73 for two meeting. Students response to the learning activities are
positive with a percentage of 95.30%, while the students response to the worksheet are positive with percentae
respectively for 98.75%.
Keyword: learning materials, Learning Cycle models.
PENDAHULUAN
Pola pendidikan di Indonesia terus mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan jaman. Hal
ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas
pendidikan. Upaya tersebut antara lain adalah
dikeluarkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional pada tahun 2003, dan Peraturan Pemerintah No
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP), yang telah dilakukan penataan kembali dalam
Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013.
Menurut Mulyasa (2013), implementasi Kurikulum
2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan
tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), bermain peran,
pembelajaran partisipatif (partisipative teaching and
learning), belajar tuntas (mastery learning), dan
pembelajaran kontrukstivisme (constructivism teaching
and learning). Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013
diharuskan menggunakan pendekatan scientific yakni
meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Namun pada kenyataannya, pelaksanaan kurikulum
2013 di lapangan belum dapat berjalan sebagaimana
Model learning cycle pada materi suhu dan perubahannya
mestinya. Berdasarkan observasi atau pengamatan yang
kami lakukan di SMPN 32 Surabaya kami menemukan
bahwa pada kelas VII sudah diterapkan kurikulum 2013,
namun pelaksanaannya di kelas masih belum bisa
sepenuhnya menerapkan pendekatan scientific. Menurut
analisis kami keadaan tersebut disebabkan karena
kurangnya kemampuan guru dalam mendesain
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk secara
leluasa melakukan proses scientific dalam pembelajaran.
Untuk itu penulis mencoba memberikan satu solusi untuk
mengatasi
kekurangan
tersebut,
yakni
dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran khususnya RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKS (Lembar
Kerja Siswa) dengan model Learning Cycle. Pada RPP
dan LKS yang dikembangkan menggunakan model
Learning Cycle, karena model ini sesuai jika diterapkan
untuk pendekatan scientific. Learning Cycle yang di
terapkan adalah model 5E atau 5 fase yakni engangement
(persiapan), exploration (eksplorasi), explanation
(menjelaskan), elaboration (elaborasi), dan evaluation
(evaluasi). Berikut hubungan antara pendekatan scientific
5M dan model Learning Cycle 5E : (1) Mengamati
(observes) dapat dilakukan pada fase Engangement (2)
Menanya (questions) dapat dilakukan pada fase
Exploration
(3)
Mengumpulkan
informasi
(experiments/explores) dapat dilakukan pada fase
Explanation (4) Mengasosiasi (analyzes) dapat dilakukan
pada fase Elaboration (5) Mengkomunikasikan
(communicates) dapat dilakukan pada fase Evaluation.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan akan
diterapkan pada materi Suhu dan Perubahannya Pemilihan
materi juga berdasarkan analisis hasil wawancara dengan
salah satu guru IPA yang pernah mengajarkan materi suhu
dan pemuaian mengatakan bahwa materi tersebut
memang agak susah untuk diterima siswa, hal ini
diperkuat dengan hasil ulangan harian pada materi
tersebut 35% dari siswa belum lulus KKM, artinya 32 %
siswa mendapatkan nilai di bawah 80.
Penelitian ini dilakukan dengan ujuan untuk : (1)
Mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran
dengan model Learning Cycle pada Materi Suhu dan
Perubahannya untuk Siswa SMP Kelas VII (2)
Mendeskripsikan keterlaksanaan perangkat pembelajaran
dengan model Learning Cycle pada Materi Suhu dan
Perubahannya untuk Siswa SMP Kelas VII (3)
Mendeskripsikan respon siswa terhadap pelaksanaan
perangkat pembelajaran dengan Model Learning Cycle
pada Materi Suhu dan Perubahannya untuk SMP Kelas
VII.
Kurikulum 2013
Perubahan kurikulum di Indonesia terus terjadi dan untuk
saat ini yang berlaku adalah Kurikulum 2013. Hal ini di
buktikan dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 32
tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan serta Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 81 A tentang Implementasi
Kurikulum. Pada dasarnya kurikulum 2013 ini merupakan
penyempurnaan dari kurikulum KTSP 2006. Dalam
kurikulum 2013 juga masih berbasis kompetensi hanya
saja ditambahkan dengan berbasis karakter. Dalam
kurikulum 2013 sudah tidak ditemukan lagi Standar
Kompetensi (SK) namun dijabarkan dalam bentuk
Kompetens Inti (KI). Menurut Mulyasa (2013),
kompetensi inti merupakan operasionalisasi Standar
Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus
dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi inti berfungsi
sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar (KD).
Terdapat 4 KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan
terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan)
pada setiap jenjang pendidikan. Kompetensi Inti (KI),
Kompetensi Dasar (KD), Buku Pegangan Guru semua
sudah disediakan pemerintah, guru hanya bertugas
membuat rancangan pembelajaran. Dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas menurut kurikulum 2013 harus
menerapkan pendekatan scientific.
Pengembangan Perangkat
Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang
digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung. Perangkat pembelajaran ini meliputi Silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa,
Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Evaluasi atau
penilaian. Akan tetapi, perangkat pembelajaran yang
dikembangkan peneliti hanya meliputi RPP dan LKS
dengan model Learning Cycle berbasis Pendekatan
Scientific pada materi suhu dan perubahannya.
Model Learning Cycle
Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
centered). Learning Cycle yang digunakan peneliti untuk
mengembangkan perangkat adalah model 5E, yang tediri
dari 5 fase yakni: (1) Engagement (persiapan), tahap
engagement bertujuan mempersiapkan diri pebelajar agar
terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan
mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka
serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya,
407
Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 406-411. ISSN: 2252-7710
(2) Exploration (eksplorasi) Pada fase exploration
(eksplorasi) siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran
langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan
dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatankegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
(3) Explanation (penjelasan) Pada fase explanation, guru
harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan
kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari
penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi.
Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari
konsep yang dipelajari. (4) Elaboration (elaborasi) Pada
fase elaboration, siswa menerapkan konsep dan
ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan
seperti praktikum lanjutan dan problem solving, (5)
Evaluation (evaluasi) Pada tahap akhir evaluation,
dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase
sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan,
pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar melalui
problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang
mendorong pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan.
Untuk pengembangan perangkatnya mengacu pada model
desain instruksional 4-D yang dikemukakan oleh
Thiagarajan. Perangkat yang dikembangkan adalah RPP
dan LKS yang mengacu pada pendekatan scientific
dengan model Learning cycle. Sasaran dalam penelitian
ini adalah perangkat pembelajaran khususnya RPP dan
LKS yang mengacu pada pendekatan scientific dengan
model Learning cycle pada materi Suhu dan
perubahannya yang divalidasi oleh 2 dosen ahli dan 1
guru IPA SMP. Kemudian diuji cobakan secara terbatas
ke siswa kelas VII- C SMPN 32 Surabaya yang terdiri
dari 16 siswa.
Pengembangan perangkat dilaksanakan di kampus
UNESA dengan telaah kepada pakar atau ahli materi dan
validasi kepada dosen bidang studi IPA dan guru IPA
SMP
terhadap
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan pada bulan Februari – Maret 2014
Penerapan uji coba terbatas dilakukan untuk
mengetahui
respon
siswa
terhadap
perangkat
pembelajaran IPA materi Suhu dan Perubahannya yang
dikembangkan dengan desain model 4D dilaksanakan uji
coba terbatas pada siswa SMPN 32 Surabaya kelas VII
sebanyak 16 siswa pada bulan 17-25 Maret 2014.
Desain pengembangan yang akan digunakan untuk
mengembangkan perangkat pembelajaran IPA ini
menggunakan desain instruksional perancangan media
dan perangkat media ini mengacu pada model 4D yang
dikemukakan oleh Thiagarajan. Model 4D terdiri dari 4
tahap, yaitu pendefinisian (Define), perancangan
(Design), pengembangan (Develop), dan penyebaran
(Disseminate). Pada penelitian ini hanya dibatasi pada
tahap pengembangan dan uji kelayakan secara terbatas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode angket dan pengamatan. Metode angket
digunakan pada saat telaah dan validasi sedangkan
metode pengamatan digunakan pada saat tahap uji coba
terbatas.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif
kualititatif dan deskripsi kuantitatif. Data hasil telaah
dianalisis secara kualitatif. Data hasil validasi dianalisis
secara kuantitatif dalam bentuk presentase. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus:
Presentase kelayakan (%) = skor kriteria / skor total
x % (Riduwan, 2007 )
Tabel 1 Kriteria kategori skor penilaian perangkat
pembelajaran yang di kembangkan
Skor rata-rata
Kategori skor
1,00 – 1,69
Kurang
1,70 – 2,59
Cukup
2,60 – 3,49
Baik
3,50 – 4,00
Sangat baik
Tabel 2 Kriteria interpretasi skor penilaian perangkat
pembelajaran yang dikembangkan
Skor rata-rata (%)
0 – 20
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 – 100
Kategori skor
Sangat tidak layak
Kurang layak
Cukup layak
Layak
Sangat layak
Data hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap lembar
keterlaksanaan
model
pembelajaran.
Lembar
keterlaksanaan model pembelajaran dianalisis
dan
dikonversikan dalam bentuk nilai sebagai berikut:
Skor rata-rata = Skor yang diperoleh/skor maksimal
Selanjutnya skor rata-rata dikonversi dengan kriteria
sebagai berikut:
Tabel 3 Kriteria penilaian pengelolaan pembelajaran
Learning Cycle pada materi suhu dan
perubahannya
Rata-rata Skor
0,00-1,49
1,50-2,59
2,60-3,49
3,50-4,00
Keterangan
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
(Riduwan,2003)
Model learning cycle pada materi suhu dan perubahannya
Pengelolaan pebelajaran dikatakan efektif apabila
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran telah
mencapai kategori baik atau sangat baik.
Data hasil angket respon siswa dianalisis dengan
langkah-langkah berikut :
Analisis respon siswa digunakan untuk mengetahui
respon siswa terhadap kelayakan perangkat pembelajaran
yang dikembangkan meliputi RPP dan LKS. Data yang
diperoleh dari angket respon siswa dianalisis sebagai
berkut :
P = F/N x %
(Riduwan,2007)
Keterangan:
P = persentase jawaban responden
F = jumlah siswa yang menjawab
N = jumlah responden
Interpretasi respon siswa seperti pada tabel 4 berikut:
Tabel 4 Interpretasi Persentase Respon Siswa
Angka
Keterangan
0%-20%
Sangat lemah
21%-40%
Lemah
41%-60%
Cukup
61%-80%
Kuat
81%-100%
Sangat kuat
Uji coba perangkat pembelajaran IPA model
Learning Cycle materi suhu dan pemuaian dilakukan
dengan uji coba terbatas yang dilaksanakan tanggal 11
Maret 2014 sampai tanggal 15 Maret 2014 di SMPN 32
Surabaya. Sampel yang digunakan adalah 16 siswa kelas
VII-C. Hasil uji coba terbatas meliputi keterlaksanaan
model pembelajaran, hasil belajar siswa (sikap,
keterampilan dan kognitif), dan respon siswa terhadap
perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
Dari hasil uji coba terbatas dapat hasil untuk
keterlaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
Gambar 1. Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran
selama uji coba terbatas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara keseluruhan RPP yang dikembangkan mendapat
kategori baik dengan perolehan rata-rata seluruh aspek
sebesar 3,33. RPP yang dikembangkan mendapakan
presentase kelayakan sebesar 83,25% dengan kategori
sangat layak digunakan. RPP yang dikembangkan
meliputi 2 kali pertemuan, dimana setelah dilakukan uji
coba terbatas RPP dengan model Learning Cycle ini dapat
membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran dan
siswa dapat melakukan pendekatan Scientific dalam
proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan pada
Kurikulum 2013.
Keseluruhan LKS yang dikembangkan mendapat
perolehan nilai rata-rata sebesar 3,30 dengan kategori
baik. Presentase kelayakan LKS yang diperoleh sebesar
82,5% dengan kategori sangat layak. Dengan demikian
LKS yang dikembangkan sangat layak digunakan dalam
proses pembelajaran (Riduwan,2007).
Uji coba perangkat pembelajaran IPA model
Learning Cycle materi suhu dan pemuaian dilakukan
dengan uji coba terbatas yang dilaksanakan tanggal 11
Maret 2014 sampai tanggal 15 Maret 2014 di SMPN 32
Surabaya. Sampel yang digunakan adalah 16 siswa kelas
VII-C. Hasil uji coba terbatas meliputi keterlaksanaan
model pembelajaran, hasil belajar siswa (sikap,
keterampilan dan kognitif), dan respon siswa terhadap
perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
Secara
keseluruhan
keterlaksanaan
model
pembelajaran mendapat perolehan angka seluruh fase dari
dua pertemuan sebesar 3,74 dengan kategori sangat baik.
Dengan demikian proses pembelajaran yang dilakukan
sudah baik dan model Learning Cycle dapat diterapkan
dengan baik.
Selain pengamatan keterlaksanaan pembelajaran
pada tahap uji coba terbatas juga mengamati hasil belajar
siswa yang meliputi hasil belajar kognitif, sikap dan
keterampilan. Subjek yang dinilai adalah siswa kelas VIIC SMPN 32 Surabaya tahun ajaran 2013/2014. Dan
didapat hasil untuk aspek kognitif sebagai berikut :
409
Gambar 2 Diagram Ketuntasan Hasil
Belajar Aspek Kognitif Siswa
Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 406-411. ISSN: 2252-7710
Hasil belajar aspek kognitif diukur dengan
metode tes. Berdasarkan hasil tes didapat hasil 100%
siswa tuntas belajar untuk aspek kognitif. Hal ini
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dapat membantu siswa untuk
mendapakan hasil belajar yang baik pada aspek
kognitif. Aspek sikap diamati dengan pengamatan
menggunakan lembar pengamatan sikap yang
dilakukan oleh dua orang pengamat. Untuk aspek sikap
dapat diketahui bahwa presentase siswa yang mendapat
predikat sangat baik dalam aspek sikap dapat dilihat
pada gambar 3 berikut:
Selain mengamati keterlaksanaan pembelajaran
dan hasil belajar pada tahap uji coba terbatas juga
mengamati respon siswa terhadap model pembelajaran
yang digunakan serta LKS yang dikembangkan. Hasil
espon siswa dapat dilihat pada gambar 5 berikut:
Gambar 5 Grafik hasil analisis angket respon
siswa
Gambar 3 diagram hasil belajar aspek sikap
Aspek keterampilan diamati dengan lembar
pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat.
Untuk aspek keterampilan didapat hasil sebagai
berikut:
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa
respon siswa terhadap model pembelajaran Learning
Cycle yang diterapkan dan LKS yang dikembangkan
mendapat respon yang tinggi yaitu untuk model
pembelajaran sebesar 95,30% sedangkan untuk LKS
yang dikembangkan sebesar 98,75% . Dengan
demikian respon siswa terhadap model pembelajaran
yang diterapkan dan LKS yang dikembangkan
dikategorikan sangat kuat karena ≥ 80% (Riduwan,
2007).
Selama proses uji coba terbatas dilakukan
pengamatan pada keterampilan scientific siswa dan
didapat hasil seperti pada grafik dibawah ini:
Gambar 4 diagram hasil belajar aspek
keterampilan
Secara keseluruhan baik aspek kognitif, sikap dan
keterampilan mendapatkan presentase ketuntasan
≥75%. Sesuai dengan Permen Dikbud No 81 tahun
2013 bahwa suatu kelas dinyatakan tuntas jika
presentase ketuntasan ≥75%. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang
dikembangkan layak digunakan karena dengan
penerapan perangkat tersebut dapat membantu siswa
untuk belajar tuntas.
Gambar 6 Grafik hasil pengamatan kemampuan
scientific siswa
Kemampuan scientific siswa ini merupakan data
sekunder atau pendukung untuk memperkuat data
keterlaksanaan pembelajaran, karena di dalam
kurikulum 2013 diharapkan model pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran dapat
melatihkan kemampuan scientific pada siswa.
Model learning cycle pada materi suhu dan perubahannya
Pada hasil uji coba terbatas diperoleh hasil yang
baik pada aspek-aspek scientific siswa. Dan siswa
benar-benar melakukan proses tersebut dalam
pembelajaran. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan
bahwa model Learning Cycle yang diterapkan pada
proses pembelajaran dapat melatihkan kemampuan
scientific pada siswa dan siswa mendapatkan ruang
untuk melakukan aspek-aspek scientific dalam proses
pembelajaran sehingga model Learning Cycle cocok
diterapkan untuk kurikulum 2013.
kemampuan siswa terlebih dahulu, sehingga pada saat
proses pengambilan data dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
BNSP. 2006. Panduan penyusunan perangkat
pembelajaran. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional
Cahyo, Agus. N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori
Belajar Mengajar Teraktual dan Tepopuler.
Jogjakarta. Diva Press
Dasna, I.Wayan.2005. Kajian Implementasi Model
Siklus
Belajar
(Learning
Cycle)
dalam
Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional
MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM– Dirjen
Dikti
Depdiknas.
5
September
2005
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasakan hasil analisis data penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa deskripsi
perangkat pembelajaran IPA model Learning Cycle
pada materi Suhu dan Perubahannya adalah sebagai
berikut: (1) Perangkat pembelajaran IPA yang
dikembangkan peneliti layak digunakan setelah
divalidasi oleh 2 orang pakar dan 1 orang praktisi .
Perangkat yang dikembangkan ini juga dinyatakan
layak setelah diuji cobakan pada siswa dan
menunjukkan hasil belajar siswa baik dengan rincian
hasil belajar aspek kognitif diperoleh hasil 100% siswa
tuntas, aspek sikap 94% sangat baik dan 6% baik,
aspek keterampilan 88% sangat baik, 6% baik dan 6%
cukup. Selain itu perangkat pembelajaran dengan
model Learning Cycle yang dikembangkan peneliti
juga dapat melatihkan kemampuan scientific siswa. (2)
Keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle
pada pengembangan perangkat ini dapat terlaksana
dengan sangat baik berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan 2 orang pengamat pada saat proses
pembelajaran pada tahap uji coba terbatas. (3) Respon
siswa positif terhadap perangkat pembelajaran yang
telah dikembangkan dengan presentase respon terhadap
kegiatan pembelajaran sebesar 95,30% dan presentase
respon terhadap LKS yang dikembangkan sebesar
98,75%.
Berdasarkan deskripsi di atas, perangkat
pembelajaran IPA model Learning Cycle pada materi
Suhu dan Perubahannya dinilai layak dan dapat
digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Ibrahim, M. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis
Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi
Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Mardiyanti , Rina. 2013. “Implementasi Model
Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)
pada Pembelajaran IPA terpadu tema Pencemaran
Air untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VII MTsN Parteker Pamekasan”. Skripsi Tidak Di
publikasikan
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung : PT Remaja Rosda
Karya
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendikbud No 81 A Tahun 2013 , Lampiran IV
Retnaningati, Dewi. 2011. Penerapan Model
Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)
Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains
Siswa Kelas x-2 SMA Negeri 3 Surakarta.
Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Slavin, Robert E. 1997. Educational Psychological
Theory and Practice. Boston: Allyn Bacon
Syaifullah.
2011.
Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Connected dalam
Materi
Pengelolaan
Lingkungan
dengan
Memanfaatkan Kosap (Kotoran sapi) pada Siswa
kelas VII SMP. Skripsi tidak dipublikasikan.
Saran
Berdasarkan pengalaman peneliti selama
melakukan penelitian, maka saran dari peneliti dapat
diuraikan sebagai berikut: (1) Perlu adanya koordinasi
dengan pihak sekolah yang dijadikan sampel penelitian
dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penelitian
agar penelitian dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan tujuan penelitian. (2) Sebelum melakukan
pengambilan data sebaiknya dilakukan pengamatan
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publishing.
Winarsih, Anni, dkk. 2008. IPA Tepadu untuk
SMP/MTs kelas VII. Jakarta. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
411
Download