KAJIAN JUMLAH JENIS, KELIMPAHAN RELATIF

advertisement
KAJIAN JUMLAH JENIS, KELIMPAHAN RELATIF,
KEANEKARAGAMAN, DAN DISTRIBUSI TEMPORAL SERANGGA
PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) DI LAHAN
PERTANIAN DESA MONTOK, KABUPATEN PAMEKASAN, JAWA
TIMUR
Iman Sundari, Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang,
Pembimbing Fatchur Rohman, Sofia Ery Rahayu
Jl. Semarang 5, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia Telp. (0341)585966
E-mail: [email protected]
Abstract :Production tomato (Lycopersicum esculentum Mill) further decreased. Based on
the results of field observations and interviews with some of the tomato farmers in the
Montok village, obtained information that the main factor that causes decreased production
of tomatoes is where Plant Pest Organisms. One of the Plant Pest Organisms in tomatoes
originated from a group of plant-eating insects are insects. The purpose of this study was to
determine the number of type, relative abundance, diversity, Temporal Distribution, and
abiotic factors that affect the type of Insects on Tomato Plants. This research is a
descriptive exploratory quantitative approach. The place and time that the research farm
Montok village tomatoes, Pamekasan in March-April 2014. Samples were taken for 3 days.
Observations were made in the morning (hours 7:00 am. to 09:00 pm), afternoon (11:00 am
to 13:00 pm) and afternoon (15:00 pm to 17:00 pm). The research found 16 bugs in tomato
land included in 11 families. The highest relative abundance of Myzus persicae Sulz insects
than other insects. Category diversity index showed on tomato crops is low. Temporal
distribution suggests that the local distribution of insects highest in the morning. Abiotic
factors that affect the number of species in the morning is the temperature, on the afternoon
of abiotic factors that influence the humidity and light intensity.
KEYWORDS: Number Type, Diversity, Temporal Distribution, Land Plant Tomatoes
PENDAHULUAN
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman hortikultura
yang sangat banyak manfaatnya. Tomat termasuk komoditas multiguna yang
dapat digunakan sebagai bumbu masak, penambah nafsu makan (kaya akan
mineral), minuman, bahan pewarna makanan, bahkan dapat dijadikan sebagai
bahan kosmetik dan obat-obatan. Berdasarkan data BPS (2013) produksi tomat di
Indonesia semakin mengalami penurunan. Pada tahun 2011 produksi tomat
mencapai 954.046 ton, namun tahun 2012 mengalami penurunan angka produksi
menjadi 893.750 ton. Masruroh, dkk (2013:12) juga menyatakan data impor tomat
hingga tahun 2013 mengalami kenaikan hingga 26%. Banyak daerah-daerah
penghasil tomat di Indonesia, salah satunya di Desa Montok, Kabupaten
Pamekasan. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara dengan
beberapa petani tomat di Desa Montok, diperoleh keterangan bahwa faktor utama
yang menyebabkan produksi tomat menurun adalah keberadaan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT).
Salah satu OPT pada tomat berasal dari kelompok serangga. Serangga
pemakan tumbuhan yang dibudidayakan dan dikonsumsi manusia seringkali
menimbulkan kerugian besar sehingga dianggap sebagai hama. Adanya hama
tersebut menyebabkan petani melakukan penggunaan pestisida yang tidak
terkontrol sehingga biaya produksi meningkat. Selain itu, juga dapat berakibat
buruk bagi lingkungan dan organisme lain. Alternatif yang tepat untuk mengatasi
1
masalah tersebut yaitu dengan menerapkan teknologi Pengendalian Hama
Terpadu (PHT).
Menurut Radiyanto (2010:117) penggunaan pestisida tanpa didasari
pengetahuan bioekologi hama dan teknik aplikasi yang benar mengakibatkan
tidak tercapainya tujuan pengendalian. Penelitian sebelumnya tentang serangga
pada tomat telah dilakukan oleh Fajarwati, dkk (2009:80) di Kecamatan Cisarua,
Bogor, Jawa Barat, dengan ketinggian 800-1.100 mdpl. Serangga yang ditemukan
yaitu serangga penyerbuk Hylaeus sp. dan Amata sp. sedangkan serangga yang
menjadi hama adalah Thrips sp., Aphis fabae, Drosophila sp., Tipula sp., dan
Diptera sp. Penelitian tentang serangga tomat di dataran rendah jarang dilakukan,
oleh karena itu dilakukan penelitian didataran rendah yaitu di Desa Montok,
Kabupaten Pamekasan dengan ketinggian 5 mdpl.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif,
yaitu dengan mengadakan kegiatan pengumpulan, penyusunan, dan analisis data
untuk mengetahui jumlah jenis, kelimpahan relatif, keanekaragaman, distribusi
temporal, dan faktor abiotik yang mempengaruhi jumlah jenis serangga pada
tanaman tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) varietas Permata di lahan
pertanian Desa Montok, Kabupaten Pamekasan.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2014 di Desa Montok,
Kabupaten Pamekasan pada lahan pertanian tomat varietas Permata. Metode yang
digunakan adalah metode titik sebanyak 25 titik dalam satu lahan. Pengambilan
sampel serangga dilakukan selama 3 hari. Pengamatan dan pengambilan sampel
dilakukan pagi (jam 07.00-09.00 WIB), siang (jam 11.00-13.00 WIB), dan sore
(jam 15.00-17.00 WIB). Kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati dan
menghitung jumlah spesies serangga yang ditemukan dalam titik pencuplikan.
Serangga yang ditemukan kemudian ditangkap untuk keperluan identifikasi.
Sampel serangga yang teramati dan terbang cepat ditangkap langsung dengan
menggunakan swing net. Larva dan serangga-serangga lain seperti kutu daun,
langsung diambil dengan pinset. Serangga yang geraknya lambat ditangkap
dengan kantong plastik berukuran 2 kg.
Identifikasi famili serangga dilakukan di laboratorium Ekologi Universitas
Brawijaya dan identifikasi spesies dilakukan di laboratorium Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Jumlah jenis
serangga yang ditemukan dianalisis secara deskriptif. Kelimpahan relatif dihitung
berdasarkan rumus kelimpahan relatif (KR). Indeks keanekaragaman dihitung
dengan menggunakan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Winner, kemerataan
dihitung menggunakan nilai kemerataan Evennes indeks, dan kekayaan dihitung
dengan nilai kekayaan Richness indeks. Distribusi temporal serangga dianalisis
secara deskriptif dengan menghitung jumlah jenis serangga berdasarkan tiga
pembagian waktu yaitu pagi, siang, dan sore. Faktor abiotik yang mempengaruhi
jumlah jenis serangga dianalisis dengan analisis regresi ganda bertahap dengan
menggunakan program SPSS 16.0.
2
HASIL
Berdasarkan hasil pengambilan sampel serangga di lahan tanaman tomat
ditemukan sebanyak 16 serangga yang termasuk dalam 11 famili. Data serangga
tersebut dikelompokkan berdasarkan familinya seperti tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Serangga di Lahan Pertanian Tomat
No.
1.
2.
Famili
Alydidae
Tettigoniidae
Genus
Leptocorisa
Tettigonia
3.
Apidae
4.
Aleyrodidae
Apis
Amegilla
Myzus
Bemisia
Spesies
Leptocorisa oratorius Fabricius
Tettigonia sp.
Scudderia furcata
Apis sp.
Amegilla sp.
Myzus persicae Sulz
Bemisia tabaci
5.
6.
7.
8.
Coreidae
Sesiidae
Pentatomidae
Acrididae
9.
10.
11.
Tephritidae
Coccinellidae
Nimphalidae
Coreus
Sinantedon
Nezara
Chloealtis
Oxya
Melanoplus
Bractocera
Epilachna
Mycalesis
Coreus sp.
Sinantedon sp.
Nezara viridula
Chloealtis sp.
Oxya sp.
Melanoplus sp.
Bractocera dorsalis
Epilachna vigintioctopunctata
Mycalesis sp.
Keterangan
Penghisap cairan buah
Pemakan daun
Pemakan daun
Penghisap nektar pada bunga
Penghisap nektar pada bunga
Penghisap cairan daun
Penghisap cairan daun dan
batang
Pemakan daun
Penggerek batang
Penghisap cairan daun
Pemakan daun
Pemakan daun
Pemakan daun
Penghisap cairan buah
Pemakan daun
Penghisap nektar pada bunga
Kelimpahan relatif dapat dilihat dari persentase jumlah jenis serangga
tertentu dibagi jumlah total seluruh serangga yang ditemukan kelimpahan relatif
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kelimpahan Relatif Serangga di Lahan Pertanian Tomat
No.
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Spesies
(2)
Leptocorisa oratorius Fabricius
Tettigonia sp.
Scudderia furcata
Apis sp.
Amegilla sp.
Myzus persicae Sulz
Bemisia tabaci
Coreus sp.
Sinantedon sp.
Nezara viridula
Chloealtis sp.
Oxya sp.
Melanoplus sp.
Bractocera dorsalis
Epilachna vigintioctopunctata
Mycalesis sp.
Total
Kelimpahan
(3)
31
2
3
34
46
11703
273
593
1
4
1
2
75
56
1
1
12826
3
Kelimpahan Relatif (%)
(4)
0,24
0,02
0,02
0,27
0,36
91,24
2,13
4,62
0,01
0,03
0,01
0,02
0,58
0,44
0,01
0,01
Nilai indeks keanekaragaman serangga pada tanaman tomat dihitung
berdasarkan rumus indeks Shanon-Winner. Indeks keanekaragaman (H’),
kemerataan (E), dan indeks kekayaan (R) serangga pada lahan tanaman tomat
dapat dilihat pada tabel 3 dan berdasarkan tiga pembagian waktu dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 3. Indeks Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Serangga pada Lahan
Tanaman Tomat
Indeks Keanekaragaman
(H’)
Kategori
Indeks
Kemerataan (E)
Kategori
Indeks Kekayaan
(R)
0,422
Rendah
0,152
Rendah
1,586
(Sumber data: Lampiran 3)
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai keanekaragaman (H’)<1, sehingga
dikategorikan rendah. Indeks kemerataan serangga di lahan tomat (E)<0,4
sehingga kemerataan populasi tergolong rendah.
Tabel 4. Indeks Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Serangga pada Lahan
Tanaman Tomat Pagi, Siang, dan Sore
Waktu
Pagi (07.00-09.00)
Siang (11.00-13.00)
Sore (15.00-17.00)
Indeks
H’
0,66
0,27
0,24
Kategori
Rendah
Rendah
Rendah
Indeks
E
0,25
0,17
0,17
Kategori
Rendah
Rendah
Rendah
Indeks
R
1,66
0,48
0,35
Tabel 4 menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman, indeks kemerataan,
dan kekayaan jenis berdasarkan tiga pembagian waktu (pagi, siang, dan sore),
menunjukkan pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan siang dan sore hari. Hasil
perhitungan juga menunjukkan bahwa kategori dari ketiga indeks tersebut
tergolong rendah.
Untuk jumlah individu pada tiga pengambilan yaitu pagi, siang, dan sore
ditunjukkan pada gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan bahwa jumlah
individu terbanyak adalah Myzus persicae Sulz, kemudian Coreus sp., Melanoplus
sp., dan Bemisia tabaci. Serangga lain yaitu Amegilla sp., Apis sp., Oxya sp.,
Tettigonia sp., Leptocorisa oratorius, Bractocera dorsalis, Mycalesis sp.,
Scudderia furcata, Chloealtis sp., Epilachna vigintioctopunctata, Sinantedon sp.,
dan Nezara viridula, kurvanya tidak terlihat karena jumlah yang ditemukan hanya
sedikit.
4
Jumlah Individu (%)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pagi
Siang
Sore
Jenis Serangga
Gambar 1. Perbandingan Jumlah Individu Serangga pada Pagi, Siang, dan Sore
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengambilan sampel serangga di lahan tanaman tomat
ditemukan sebanyak 16 serangga yang termasuk dalam 11 famili. Serangga
tersebut terdiri dari Leptocorisa oratorius, Tettigonia sp., Scudderia furcata, Apis
sp., Amegilla sp., Myzus persicae Sulz, Bemisia tabaci, Coreus sp., Sinantedon
sp., Nezara viridula,Chloealtis sp., Oxya sp., Melanoplus sp., Bractocera dorsalis,
Epilachna vigintioctopunctata, dan Mycalesis sp. Serangga Myzus persicae Sulz
paling mendominasi di lahan tanaman tomat dengan jumlah total yang ditemukan
sebanyak 11703 individu dengan persentase kehadirannya sebesar 91,24%.
Menurut Pracaya, (1998:51), pada daerah
tropis serangga
ini
dapat
berkembangbiak tanpa melalui perkawinan (Parthenogenesis) dan secara seksual
sehingga menyebabkan populasi Myzus persicae Sulz dapat meningkat dengan
cepat.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman, kemerataan, dan
kekayaan pada lahan pertanian tomat masih tergolong rendah. Sama halnya
dengan indeks keanekaragaman berdasarkan tiga pembagian waktu yaitu pagi,
siang, dan sore hari juga tergolong dalam kategori rendah. Nilai indeks
keanekaragaman yang rendah dapat disebabkan adanya salah satu spesies yang
mendominasi dalam lahan tanaman tomat, yaitu Myzus persicae Sulz. Menurut
Suwono (2010:141) suatu lingkungan yang memiliki keanekaragaman jenis yang
besar umumnya akan terdiri dari populasi-populasi yang masing-masing dengan
jumlah individu yang relatif kecil. Sebaliknya, lingkungan yang memiliki
keanekaragaman jenis kecil umumnya dalam lingkungan tersebut akan dihuni
5
oleh jenis yang terbatas dengan jumlah individu melimpah. Nilai indeks
keanekaragaman (H’) rendah, menyebabkan hasil perhitungan nilai indeks
kemerataan (E) juga rendah yang disebabkan adanya dominansi suatu spesies
terhadap spesies yang lain. Menurut Apituley, dkk., (2012:86) pada agroekosistem
dampak pemakaian pestisida dan sistem pengelolaan pertanian yang tidak ramah
lingkungan juga dapat mempengaruhi keberadaan serangga kanopi.
Hasil perhitungan keanekaragaman serangga berdasarkan tiga pembagian
waktu yaitu pagi, siang, dan sore, menujukkan indeks keanekaragaman tertinggi
yaitu pagi jam 07.00-09.00 WIB, kemudian siang jam 11.00-13.00 WIB, dan
semakin mengalami penurunan pada sore jam 15.00-17.00 WIB. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Fajarwati, dkk (2009:81) keanekaragaman serangga
pengunjung bunga tomat di pagi hari lebih tinggi dibandingkan siang dan sore
hari. Hal ini diduga pada pagi jam 07.00-09.00, serangga secara optimal mampu
menerima dan merespon kondisi lingkungan dengan baik. Hasil perhitungan
nilai indeks keanekaragaman, menunjukkan pada siang hari mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan pagi hari. Dharmawan, dkk., (2005:20-21) menjelaskan
serangga merupakan hewan poikiloterm yang suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai
dengan suhu lingkungan luar. Apabila suhu lingkungan terlalu panas, maka hewan
ini akan berlindung di tempat yang teduh sehingga pada siang hari yang panas
jumlah serangga yang ditemukan pada tanaman tomat jauh lebih sedikit
dibandingkan pada pagi hari.
Pada sore hari nilai indeks keanekaragaman serangga semakin menurun
jika dibandingkan pagi dan siang hari. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Apituley, dkk., (2012:92) pada jam 15.00-16.15 WIB menunjukan berkurangnya
kelimpahan dari serangga dibandingkan jam sebelumnya. Hal ini dikarenakan
beberapa aktivitas dari serangga dipengaruhi oleh respon terhadap cahaya yang
berperan dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup dari
serangga tersebut.
Distribusi temporal menunjukkan bahwa pada pagi hari distribusi serangga
paling tinggi. Serangga mempunyai mekanisme secara fisiologis untuk mengukur
waktu aktifitasnya, yang dikenal sebagai jam biologi. Secara umum jam biologi
harian adalah kemampuan serangga untuk menentukan waktu bagi serangga,
kapan untuk melakukan aktivitas dan kapan waktu untuk serangga beristirahat.
Jam biologi juga dikaitkan dengan periodisitas yang berhubungan dengan bulan
dan daur musim. Menurut Odum, (1993:305) setiap organisme mempunyai
mekanisme secara fisiologi untuk mengukur waktu yang dikenal sebagai jam
biologi (biological clock), yaitu kemampuan untuk menentukan waktu aktif dan
mengulangi waktu aktif tersebut pada interval 24 jam.
Faktor abiotik yang paling mempengaruhi jumlah jenis serangga pada pagi
hari adalah suhu. Suhu berpengaruh positif yaitu semakin tinggi suhu pada pagi
hari maka jumlah jenis serangga di lahan tomat juga semakin meningkat. Menurut
Wardani, dkk., (2013:73) suhu udara merupakan faktor penting yang mengatur
aktivitas dan perkembangan serangga. Meningkatnya suhu dapat mempercepat
laju metabolisme didalam tubuh serangga untuk melakukan aktivitas seperti
mencari makan. Menurut Pribadi dan Aggraeni, (2010:4) serangga membutuhkan
panas dari lingkungan untuk memulai aktivitas metabolismenya dengan
mengaktifkan enzim-enzim pencernaannya. Hal ini sesuai dengan hasil studi Horn
6
(2010) yang menyatakan bahwa aktivitas enzim pada serangga akan meningkat
dengan naiknya suhu sehingga intensitas makan mereka akan meningkat.
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
Jenis serangga yang ditemukan di lokasi penelitian lahan tanaman tomat Desa
Montok sebanyak 16 serangga yang termasuk dalam 11 famili, dan serangga
yang paling mendominasi adalah Myzus persicae Sulz.
Kelimpahan relatif menunjukkan bahwa jumlah Myzus persicae Sulz paling
tinggi diantara serangga lainnya.
Kategori indeks keanekaragaman menunjukkan pada lahan tanaman tomat
tergolong rendah. Keanekaragaman serangga pada lahan tanaman tomat
berdasarkan tiga pembagian waktu pagi, siang, dan sore hari juga termasuk
dalam kategori rendah, namun indeks keanekaragaman pagi lebih tinggi
dibandingkan siang dan sore hari.
Distribusi temporal menunjukkan bahwa distribusi lokal serangga tertinggi
pada pagi hari yaitu dengan ditemukannya 15 serangga yang aktif pada jam
tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Apituley, F.L., Leksono, A.S., Yanuwiadi, B. 2012. Kajian Komposisi Serangga
Polinator Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) di Desa Poncokusumo
Kabupaten Malang. Jurnal El-Hayah, (Online), 2 (2):85-96, (http://ejournal.
uin- malang.ac.id/index.php/bio/article/view/2213), diakses pada tanggal 1
Desember 2013.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Sayuran dan Buah-Buahan Semusim di
Indonesia, 1997-2012. Jakarta:Badan Pusat Statistik.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Johson, N.F. 1982. An Introduction To The Study
Of Insects. Terjemahan Partosoedjono, S. (1992). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Dharmawan, A., Ibrohim, Tuarita, H., Suwono, H., Susanto, P. 2005. Ekologi
Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Fajarwati, M., Atmowidi, T., Dorly. 2009. Keanekaragaman Serangga pada Bunga
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di Lahan Pertanian Organik. Jurnal
Entomologi Indonesia, (Online), 6 (2):77-85, (http:// jurnal.ipb.ac.id),
diakses pada tanggal 1 Desember 2013.
Masruroh, H., Fauzi, A.F., Anggryani, D., Paramita, V. 2013. Pengaruh
Penambahan Xhantan Gum Dalam Aplikasi Teknologi Edible Coating Aloe
Vera untuk Mempertahankan Mutu Tomat (Solanum Lycopersicum)
Menggunakan Metode Spray. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim Semarang, (Online), 4 (2) : 12-16,
(http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/
PROSIDING_SNST_FT/article/viewFile/708/821),diakses 15 Desember
2013.
Odum, P.1979. Fundamentals of Ecology. Terjemahan Samingan, T. (1993).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Yogyakarta: Kanisius.
7
Pribadi, Avry & Aggraeni, Illa.2010. Pengaruh Temperatur dan Kelembaban
Terhadap Tingkat Kerusakan Daun Jabon (Anthocephalus calamba) Oleh
Arthrochista hilaralis. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, (Online), 8 (1): 17, (http://forplan.or.id/images/File/Jurnal/2011/Jurnal%20V8_1_2011.pdf),
diakses pada tanggal 15 Mei 2014.
Radiyanto, I., Sodiq, M., Nurcahyani, N. 2010. Keanekaragaman Serangga Hama
dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong,
Ponorogo. Jurnal Entomologi Indonesia, (Online), 7 (2): 116-121,
(http://journal.ipb.ac.id/index.php/entomologi/article/view/6083), diakses
pada tanggal 11 Desember 2013.
Suwono, H. 2010. Dasar-dasar Limnologi. Surabaya : ITS Press.
Wardani, F.S., Leksono, A.S., Yanuwiadi, B. 2013.Ketertarikan Arthropoda pada
Blok Refugia (Ageratum conyzoides,Ageratum houstonianum,Commelina
diffusa) di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo. Jurnal Biotropika,
(Online), 1 (2):70-74,
(http://biotropika.ub.ac.id/index.php/biotropika/article/view/181), diakses
pada tanggal 15 April 2014.
8
Download