Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan dokumen ketiga setelah Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab. Indragiri Hilir yang telah disusun sebelumnya pada tahun 2014, sedangkan Penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) ini merupakan tahapan keempat dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Dokumen Memorandum Program Sanitasi ini disusun oleh Kelompok Kerja (POKJA) Sanitasi Kabupaten Indragiri Hilir secara partisipatif dan terintegrasi melalui proses pelatihan, lokalatih, diskusi, konsultasi internal dan eksternal, dan pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Teknis POKJA Sanitasi Kabupaten Indragiri Hilir sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi dari Fasilitator Kabupaten (CF) Indragiri Hilir serta POKJA Sanitasi Provinsi Riau dan Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Riau. Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau maupun Kementerian/Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal Tahunan. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan Memorandum Program Sanitasi ini antara lain : Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, APBD Pemerintah Provinsi Riau dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli sanitasi. Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 1 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Indragiri Hilir merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten Indragiri Hilir dari aspek teknis, biaya dan waktu. Memorandum Program Sanitasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati Indragiri Hilir dan Gubernur Riau selaku kepala daerah. Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan Kabupaten Indragiri Hilir untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan sanitasi Kabupaten Indragiri Hilir. Proses penyusunan rencana program investasi ini telah melalui aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup : Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan sanitasi. Memorandum Program Sanitasi merupakan terminal seluruh program dan kegiatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Indragiri Hilir yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, Pemerintah Provinsi Riau, Pemerintah Pusat dan masyarakat setempat dalam kurun waktu 5 Tahun, yang pendanaannya berasal dari berbagai sumber : APBN, APBD Provinsi Riau, APBD Kabupaten Indragiri Hilir, Bantuan Luar Negeri (pinjaman maupun hibah), CSR/swasta maupun masyarakat, dan sebagainya. Sebagai suatu terminal, Memorandum Program Sanitasi merangkum masukan dari Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), Rencana Program Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD), RTRW, RPJMD, Renstra/Renja SKPD, RKA SKPD, dan lain-lain. Memorandum Program Sanitasi merupakan justifikasi serta komitmen pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, Pemerintah Provinsi Riau, Pemerintah Pusat, atau lembaga lainnya. Memorandum Program Sanitasi merupakan landasan bagi Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir untuk melaksanakan strategi pembangunan sektor sanitasi dalam jangka menengah (5 Tahun) ke depan. Memorandum Program Sanitasi ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program, rencana pelaksanaan periode sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, dan peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah pengembangan dan struktur ruang perkotaannya. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 2 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Acuan Matrik Memorandum Program Sanitasi dan Proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi dapat dilihat secara berurutan pada gambar 1.1. dan gambar 1.2. sebagai berikut : Gambar 1.1. : Acuan Matrik Memorandum Program Sanitasi Sumber : Pedoman Penyusunan MPS, Tahun 2015. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 3 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Gambar 1.2. : Proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi Sumber : Pedoman Penyusunan MPS, Tahun 2015. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 4 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 1.2. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) ini adalah sebagai berikut : Maksud : Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir dengan pihak terkait untuk implementasi pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif Jangka Menengah. Secara umum Dokumen MPS ini bersifat sebagai “Expenditure Plan” atau Rencana Pengeluaran – khususnya untuk program pembangunan sektor sanitasi. Mendorong para stakeholders melaksanakan kebijakan pengembangan sanitasi yang lebih efektif, partisipatif, dan berkelanjutan. Tujuan : MPS diharapkan sebagai pedoman penganggaran pendanaan untuk implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi 2015 -2019 seperti tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab. Indragiri Hilir. Dapat memberikan gambaran kebijakan pendanaan untuk implementasi pembangunan Sanitasi Kabupaten Indragiri Hilir selama 5 tahun yaitu 2015 - 2019, baik pendanaan yang dialokasikan dari APBD Kabupaten Indragiri Hilir, APBD Propinsi Riau, APBN Pemerintah Pusat maupun sumber pendanaan lain non-pemerintah. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta/CSR) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Indragiri Hilir. Sebagai dasar masukan bagi umpan balik (feed-back) RPJMD Kabupaten Indragiri Hilir pada periode berikutnya POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 5 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Gambar 1.3. : Skema Proses Perencanaan PPSP Sumber : Pedoman Penyusunan MPS, Tahun 2015. 1.3. Wilayah Perencanaan 1.3.1. Gambaran Umum Kabupaten Indragiri Hilir 1.3.1.1. Geografis & Topografi 1. Geografis Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian Timur pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai dengan tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak posisi Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten ini dapat dikategorikan sebagai daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir adalah 339.5 Km dan luas perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari luas wilayah. Kabupaten Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau, memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha, dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau. Secara geografis terletak pada posisi 00 36’ LU – 10 07’ LS dan 1040 10’ – 1020 32’ BT. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu; dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. 2. Topografi POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 6 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau (mangrove). Selain itu, wilayahnya juga terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0 – 3 Meter di atas permukaan laut.Daerah yang landai ini sebagian besar terletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya 6.69 % berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6 - 35 meter dari permukaan laut yang terdapat dibagian selatan Sungai Reteh, Kecamatan Keritang. Daerah ini termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Secara fisiografinya, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terbelah-belah oleh beberapa sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kemiringan lereng wilayah Kabupaten Indragiri Hilir di dominasi oleh kemiringan 0 – 2 %, seluas 1.298.763 Ha (94.97 %), kemiringan 3 - 5 % seluas 9.710 Ha (0.71 %), kemiringan 16 - 40% seluas 21.197 Ha (1.55 %) dan kemiringan di atas 40 % seluas 37.744 Ha (2.76 %). Tabel 1.1. Ketinggian masing-masing kecamatan dari permukaan laut (mdpl) No Kecamatan 1 Keritang 2 Kemuning 3 Reteh 4 Sungai Batang 5 Enok 6 Tanah Merah 7 Kuala Indragiri 8 Concong 9 Tembilahan 10 Tembilahan Hulu 11 Tempuling 12 Kempas 13 Batang Tuaka 14 Gaung Anak Serka 15 Gaung 16 Mandah 17 Kateman 18 Pelangiran 19 Teluk belengkong 20 Pulau Burung Sumber : Kab. Indragiri Hilir Dalam Angka Tahun 2013 Ketinggian dari Permukaan Laut (mdpl) 6 s/d 35 6 s/d 35 1 s/d 4 1 s/d 5,5 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 10 1 s/d 4 POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 7 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Wilayah topografi Kabupaten Indragiri Hilir antara berada pada ketinggian 0-150 mdpl. Apabila dilihat dari ketinggian tersebut wilayah kecamatan di-kabupaten Indragiri Hilir yang berada : Daratan yang berada pada ketinggian sampai dengan 5,5 Meter dari permukaan laut seperti daerah: Reteh, Sungai Batang, Enok, Tanah Merah, Kuala Indragiri, Concong, Tembilahan, Tembilahan Hulu, Tempuling, Kempas, Batang Tuaka, Gaung Anak Serka, Gaung, Mandah, Kateman, Pelangiran, Teluk Belengkong, Pulau Burung Daratan yang berada pada ketinggian sampai dengan 35 meter seperti daerah: Keritang dan Kemuning POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 8 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Peta 1.1. Peta Topografi Kab.Indragiri Hilir POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 9 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 1.3.1.2. KONDISI FISIK 1. Hidrologi Pada umumnya keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir ditentukan oleh perbedaan topografi terutama antara perbukitan, dataran maupun perairan. Keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir pada dasarnya mempunyai potensi perairan yang cukup luas serta daratan yang dapat dikembangkan usaha budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk menanamkan investasi baik di bidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan dibidang budidaya perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang Anadara dan kolam). Disamping sungai-sungai dan selat, di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat parit-parit baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia, sehingga Kabupaten Indragiri Hilir disamping terkenal dengan julukan Negeri Sri Gemilang, juga di kenal sebagai Negeri Seribu Parit. Untuk sumberdaya air di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan meliputi air rawa, air sungai dan parit. Air tanah terdiri dari air tanah bebas/unconfined ground water dan air tanah agak tertekan/semiconfined groundwater. Penentuan potensi ditentukan berdasarkan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas sumberdaya air terutama ditentukan berdasarkan pengamatan lapangan di samping dari data yang terhimpun dari penelitian terdahulu. Di Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) dari pesisir Selatan ke arah Utara, yaitu DAS Reteh Gangsal, DAS Indragiri Tuaka, DAS Gaung Anak Serka, DAS Batangtumu, dan DAS Guntung Kateman. A. DAS Reteh Gangsal Sungai utama terdiri dari Sungai Reteh (panjang 30 km, kedalaman 5-8 m, dan lebar 100-150 m). Cabang sungai terdiri dari S. Ujan dan anak sungai meliputi S. Gangsal (panjang 30 km, kedalaman 2-15 m, dan lebar 25-150 m), S. Sempi, S. Batang, S. Keritang, S. Benuang, S. Latang, S. Sekaru, S. Lemah Besar, S. Banyakikan, S. Akar, S. Apai, S. Herang Besar, S. Pebatuan, S. Lakat, S. Tekunan, S. Ringin, S. Lemang. Bagian ujung Selatan DAS Reteh yang ditempati oleh S. Reteh berada pada bagian paling Selatan wilayah kabupaten Indragiri Hilir. Mempunyai arti penting karena dipergunakan sebagai sarana transpotasi sungai untuk menghubungkan antara kota Reteh dengan kota Kuala Enok. Secara keseluruhan panjang S. Reteh beserta cabang-cabangnya adalah kurang-lebih 45 km. Anak-anak sungai di bagian Barat yang berasal dari perbukitan membentuk pola aliran sungai dendritik. Sungai Gangsal dan sungai Reteh telah membentuk sungai tahapan dewasa hingga tua dan bersifat meander. Pada DAS Reteh ini terdapat delta yang membentuk pulau-pulau Ruku, Kijang dan Pucung bersama beting-beting pasir berlumpur. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 10 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 B. DAS Batang Indragiri Sungai utama adalah Batang Indragiri (panjang 550 km, kedalaman 2-16 m, dan lebar 100-600 m). Sungai Indragiri berhulu di Pegunungan Bukit Barisan (Danau Singkarak) dan mempunyai tiga muara ke Selat Berhala, yaitu di Desa Sungai Belu, Desa Perigi Raja dan Kuala Enok. Anak Sungai Indragiri terdiri dari : S. Tekulai, S. Simpangkiri, S. Pengajian Besar, S. Bayas, S. Raya Besar, S. Beting, S. Atang Batang, S. Ulakair, dan S. Masiro. Cabang sungainya antara lain : S. Batang Terbung, S. Batang Perigi, S. Concong, S. Lajau, S. Merusi, S. Beta, S. Batang Tuaka (panjang 40 km, kedalaman 2-8 m, dan lebar 75-300 m), S. Ular, S. Buluh, S. Laut dan S. Enok (panjang 35 km, kedalaman 6-8 m, dan lebar 75-100 m). Sedangkan parit sungai antara lain parit Misan, parit sungai Sawah, parit Jawa, parit sungai Gendah, parit Haji Saleh, parit Majid, parit Tusin, parit Tulu, parit Mupakecil, parit Reteh, dan lain-lain. Kawasan industri Kuala Enok memanfaatkan S. Pinang Besar, S. Pinang Kecil dan S. Perigi sebagai daerah tangkapan air (cacthment area) dan mendapatkan bahan baku air guna mensuplai kebutuhan air bersih. Sungai Sepat Dalam juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya bagi Kabupaten Indragiri Hilir karena digunakan sebagai prasarana transportasi untuk menghubungkan antara kota Kuala Enok dengan kota-kota lainnya di wilayah kabupaten Indragiri Hilir. Panjang Sungai Sepat Dalam beserta cabang-cabangnya berkisar kurang lebih 85 km. Selama musim hujan di daerah tangkapan (catchment area) sungai Indragiri, banyak air sungai mengalir dan terserap oleh rawa-rawa yang letaknya berbatasan dengan sungai.. Dataran rendah dari pelabuhan sungai Indragiri dicirikan oleh daerah rawa dengan luasan kira-kira 6.000 km² dan sebagian besar terdiri dari tanah gambut. Dalam istilah hidrologi daerah rawa ini dapat digambarkan sebagai penyangga air yang berfungsi sebagai penyimpan air pada musim hujan dan banjir serta secara perlahanlahan melepaskannya pada musim kemarau. Sungai Indragiri merupakan sungai terbesar yang mengalir melewati wilayah ini, dataran rendah pesisir didominasi oleh air sungai yang berwarna hitam sebagai akibat dari rawa gambut yang menempati kira-kira 70% dari luas wilayah. Sungai Indragiri merupakan sumber air tawar yang penting di dataran rendah lahan basah Riau, khususnya selama musim kemarau untuk mengontrol intrusi air pasang-surut yang berlebihan. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengelola sumberdaya air dan sungai secara bijaksana di mana semuanya tergantung pada perlindungan daerah aliran sungai (DAS). C. DAS Gaung Anak Serka Sungai utama adalah sungai Gaung (panjang 90 km, kedalaman 6 - 9 m, dan lebar 50 - 100 m). Anak sungai Gaung terdiri dari S. Anak Serka (panjang 40 km, kedalaman 6 - 8 m dan lebar 75 - 100 m), S. Simpangkanan, S. Rawa, S. Soren Besar, S. Lahang Besar. Parit-parit yang ada di sungai ini antara lain Parit Durian, Parit Lanang-Kecil, Parit Haji Manan dan Parit POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 11 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Jalan Gaung. Anak-anak sungai di bagian barat mempunyai pola aliran dendritik dan bersifat meander, sedangkan anak-anak sungai di bagian hilir telah banyak yang berpola paralel. Sungai-sungai ini bermuara di Teluk Tembilahan yang disertai beting-beting. D. DAS Batang Tumu Sungai utama adalah S. Batangtumu (panjang 30 km). Anak sungai antara lain S. Terusan Ladang, S. Alai, S. Pelanduk, S. Igat, S. Mandah. Parit sungai antara lain Parit Haji Jari, Parit Udang, Parit Tali, Parit Bonek, Parit Ibrahim, Parit Pengulu, dan lain-lain. Sungaisungai di atas membentuk pola aliran paralel, sedangkan diantaranya dihubungkan oleh parit-parit. Sungai-sungai tersebut mengalir ke arah Tenggara dan bermuara di Teluk Tembilahan. Pulau-pulau yang sudah terbentuk selama jutaan tahun lalu adalah Pulau Kurau, Sangkar Ayam, Busung dan Pulau Cawan. E. DAS Guntung Kateman Sungai utama adalah S. Kateman (panjang 100 km, kedalaman 6-9 m, dan lebar 75100 m), dan S. Danai. Anak sungai antara lain S. Guntung (panjang 30 km, kedalaman 4-10 m, dan lebar 100-350 m), S. Air Tawar, S. Pulai Tumbang, S. Simpang Kiri, S. Simpang Kanan, dan S. Olak. Parit sungai, kanal-kanal utama, primer dan sekunder. Sungai Danai dengan panjang ± 35 km terdapat di paling Utara pesisir kabupaten Indragiri Hilir. Sungai ini mengalir secara tersendiri ke arah Timur Laut dan bermuara di sekitar Tanjung Ungko Luar. Di dalam DAS ini terdapat kawasan perkebunan PT Riau Sakti United Plantations (RSUP) yang banyak dibangun parit-parit atau kanal-kanal. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur drainase dan sarana transportasi yang terletak di antara 2 DAS besar, yaitu DAS Kampar di luar daerah penelitian dan DAS Kuantan-Indragiri. Kanal utama terletak di posisi tengah. Mulut kanal utama adalah di laut dan sungai Guntung. Pada kanal utama ini diselipi kanal bantuan untuk mencegah bila adanya dorongan pasang surut air laut dan banjir. Kanal cabang dibuat memotong kanal utama. Begitu pula kanal tersier dibuat pola memotong kanal cabang. Di antara dua sungai besar tersebut, terdapat beberapa sungai yang mengalir dan bermuara di pantai Timur Provinsi Riau, yaitu sungai Kateman, sungai Guntung, sungai Air Tawar dan sungai Danai. Sungai-sungai tersebut mempunyai lebar dan kedalaman dapat dilihat pada tabel berikut ini. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 12 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Tabel 1.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir No Nama DAS 1 4 Guntung Kateman Batang Tumu Gaung Anak Serka Indragiri Tuaka 5 Reteh Gangsal 2 3 Luas (Ha) 347.537 Panjang (Km) ± 30 Debit (M3/dt) Maks Min 1.400 15,24 123.522 219.294 ± 100 ± 40 - 386.737 ± 40 7.659 265.516 ± 48 - - - 591 - Pemanfaatan Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Pelayaran Pertanian dan Perikanan Pertanian, Perikanan dan Pelayaran Pertanian, Perikanan dan Pelayaran Pertanian, Perkebunan dan Perikanan Sumber : PKSPL-IPB, 2002, data olahan SLHD 2013 Tabel 1.3 Sungai-sungai yang melintasi kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir Nama Sungai Sungai Indragiri Sungai Gaung Sungai Anak Serka Sungai Guntung Sungai Danai Sungai Kateman Sungai Batang Tuaka Sungai Enok Sungai Gangsal Sungai Keritang Sungai Reteh Sungai Terab Sumber : Kab.Indragiri Hilir Dalam Angka 2013 Melintasi Kecamatan Tempuling Tembilahan Kuala Indragiri Gaung Gaung Anak Serka Gaung Anak Serka Batang Tuaka Kateman Teluk Belengkong Pulau Burung Kateman Pelangiran Batang Tuaka Enok Reteh Keritang Kemuning Keritang Reteh Reteh POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 13 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Peta 1.2. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kab. Indragiri Hilir POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 14 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 2. Geologi Berdasarkan sejarah geologi, wilayah kabupaten Indragiri Hilir merupakan jalur cekungan sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan tektonik bumi yang menyebar luas dan berbentuk morfologi pendataran. Morfologi pendataran ini biasanya memiliki bentuk sungai berbelok-belok dan membawa pasokan material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimensedimen tersebut akhirnya terperangkap bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut ditumbuhi oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan hutan dataran rendah. Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati di atasnya tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya gayagaya tektonik dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang terus memasoknya dan kejadian ini berulang terus hingga sekarang. Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda akhirnya membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini terus berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut sebagai batubara muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan batubara. Endapan batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala geologi sampai suatu saat berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai sumber minyak bumi yang mengalami pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut akhirnya terjebak dalam suatu batuan perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi tersebut disebut sebagai bahan bakar energi fosil karena asalnya berasal dari sumberdaya hayati yang telah terjebak menjadi fosil-fosil. Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan dalam geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika, batuan, tanah, struktur, bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan tersebut sangat mempengaruhi sistem sungai-sungai besar dan kecil, yang selanjutnya berdampak terhadap bentuk formasi pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air sungai dan laut, penyebaran kenekaragaman hayati, dan pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh manusia. Wilayah kabupaten Indragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium Sumatera Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang terbentuk sebagai akibat kenaikan muka air laut pada zaman es. Perubahan ini merupakan awal proses pembentukan gambut di dataran alluvium Sumatera Timur. Ketika zaman es berakhir, air laut kembali surut, tetapi proses pembentukan gambut dan akumulasi sedimen di daerah rawa dan sepanjang pantai wilayah kabupaten Indragiri Hilir tetap berlangsung terus. Batuan yang tersingkap di permukaan kawasan pesisir kabupaten Indragiri Hilir berdasarkan peneliti terdahulu (Suwarna.dkk,1991) terdiri dari jenis alluvium, endapan pantai (Qac) dan endapan rawa (Qs) yang keduanya mempunyai umur Kuarter. Tanah dan batuan yang tampak dipermukaan terdiri dari gambut, lumpur, lempung dan pasir. Gambut terletak POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 15 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 di atas lumpur dan lempung, serta pasir didapatkan sebagai sisipan pada lumpur dan lempung. Sedangkan kedalaman batuan dasar sangat beragam, dimana ke arah pantai semakin dalam. Tanah dan batuan di kawasan dataran pantai merupakan alluvium dan endapan pantai (Qac) yang disusun oleh pasir, lanau, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal, sisa tumbuhan setempat dan lapisan gambut dengan tebal mencapai 5 meter. Tanah di dataran pantai terdiri dari lumpur berwarna abu-abu (terdapat dalam keadaan cair, sangat lunak, sangat plastik, memiliki rekah kerut tinggi, kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10% dan nilai unconfined strength kurang dari 0.5 kg/cm²). Dalam keadaan kering sifat lumpur sulit dibedakan dengan lempung. Lumpur abuabu memiliki sifat keteknikan buruk, kurang teguh dan stabil. Batuan dasar, diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Karena batuan dasar, diperkirakan satusatunya batuan keras di wilayah kabupaten Indragiri Hilir dapat ditafsirkan sebagai lapisan keras yang mampu menahan bangunan berat dan berada pada kedalaman lebih dari 60 meter. Tanah dan batuan di dataran limbah banjir dan rawa tepian sungai merupakan endapan rawa (Qs) yang disusun oleh lempung, lanau, pasir dan gambut. Tanah di kawasan ini terutama terdiri dari lempung abu-abu atau abu-abu dengan bercak kuning. Di beberapa lokasi kadang-kadang di atas lempung ditemukan gambut dengan ketebalan beragam, berkisar antara 50-300 cm. Lempung abu-abu, terdapat dalam keadaan liat, bersifat plastis, mengotori tangan/sticky, dan kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10%, rekah kerutnya tinggi, mudah mencair dan memiliki nilai unconfined strength kurang dari 2 kg/cm².Selain itu, dalam keadaan kering dapat mencapai 4 kg/cm² dan menjadi bersifat rapuh/brittle (Rajiyowiryono, 1986). Pasir, terdapat sebagai sisipan tipis pada lempung dan lumpur. Komposisi utamanya berupa kuarsa yang belum terikat kuat dan masih bersifat lepas. Batuan dasar, diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 40 meter. Gambut, bersifat sangat higroskopis, mampu menghisap dan melepas air dengan cepat, butirannya tidak terlalu kuat karena hanya terikat oleh tegangan pori dari air yang mengisi rongga antar butiran. Dalam keadaan kering akan kehilangan tegangan pori hingga mudah lepas, tetapi dalam kondisi kelewat jenuh air, gambut bersifat cair dan daya dukungnya bertambah lemah, sehingga gambut memiliki sifat keteknikan yang buruk. Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir (90 %) merupakan lahan dengan karakteristik tanah gambut ini. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 16 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Peta 1.3. Peta Geologi Kab. Indragiri Hilir POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 17 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 3. Klimatologi Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada dataran rendah atau daerah pesisir timur dengan ketinggian < 500 meter dari permukaan laut. Hal ini mengakibatkan daerah ini menjadi rawa-rawa yang beriklim tropis basah. Akan tetapi, terdapat beberapa desa yang merupakan dataran tinggi. Desa-desa tersebut terdapat di Kecamatan Keritang dan Kemuning. Hal ini menyebabkan lahan pertanian pada daerah tersebut tidak terpengaruh pada air laut. Pada tahun 2010, rata-rata curah hujan di Kabupaten Indragiri Hilir adalah 158,16 mm dengan rata-rata hari hujan adalah 11 hari. Rata-rata curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret yaitu 223,2 mm dengan rata-rata hari hujan adalah 12 hari. Pada musim kemarau kadang-kadang hujan tidak turun beberapa bulan lamanya (1-2 bulan). Akibatnya air tawar terdesak oleh air asin laut menuju hulu sungai. Hal ini menimbulkan sedikit kesulitan terhadap persediaan air bersih, pengairan persawahan, dan sebagainya. Rata-rata curah hujan dan curah hujan menurut bulan di kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel 1.4. Rata-rata hari hujan dan curah hujan menurut bulan di Kabupaten Indragiri Hilir, 2012 Bulan Hari Hujan (hari) Januari 6 Februari 12 Maret 13 April 13 Mei 11 Juni 6 Juli 7 Agustus 5 September 6 Oktober 12 November 14 Desember 15 Rata-rata 10 Sumber : Kab.Indragiri Hilir dalam Angka 2013 Curah Hujan (mm) 77,0 170,8 197,8 196,6 130,0 55,9 92,8 58,1 90,1 177,0 229,8 157,9 136,15 Sebagian besar wilayah di Kabupaten Indragiri Hilir (80%) memiliki struktur tanah berupa tanah Organosol (Histosol), yaitu tanah gambut yang banyak mengandung bahan organik. Lapisan tanah gambut mencapai ketebalan lebih dari 100 cm. Tanah ini dominan di daratan rendah diantara aliran sungai. Jenis tanah ini berasal dari akumulasi humus atas permukaan hutan yang melapuk pada permukaan tanah. Di Kabupaten Indragiri Hilir, jenis tanah ini hampir menyebar di semua kecamatan. Di sepanjang aliran sungai pada umumnya terdapat formasi tanggul alam Natural River Leves yang terdiri dari tanah-tanah Aluvial POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 18 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 (Entisol) dan Gley Humus (Inceptisol). Selain itu, juga terdapat jenis tanah Podsolik merahkuning dan bahan induk batuan endapan dengan fisiografi dataran. Jenis ini hanya terdapat dibagian barat ke arah selatan (Kecamatan Kerintang). Di samping itu, sebagian wilayah di Kabupaten Indragiri Hilir juga merupakan daerah muara sungai. Lapisan atas batuan permukaannya terdiri dari endapan alluvial lunak yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa oleh sungai, sehingga sebagian besar lapisan permukaan tanah yang dilewati oleh aliran sungai adalah deposit sabuk meander. Secara teknis lapisan permukaan alluvial lunak (lapisan sabuk meander, organik dan gambut) mempunyai sifat kompresitasnya yang tinggi, sehingga menyebabkan mudahnya penurunan lapisan tanah. Penurunan lapisan tanah diakibatkan oleh adanya aliran air pori menuju ke butir tanah karena pembebanan struktur yang bersifat konstan baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan demikian akan diperlukan biaya yang lebih besar terutama dari material dan teknik pembangunan untuk mendapatkan struktur bangunan yang baik di atas tanah tersebut. Berdasarkan Peta Zonasi Kerentanan Tanah Provinsi Riau dan Kepulauan Riau yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Zona Kerentanan yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir adalah Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah (ZKGTSR) dan Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah (ZKGTR). ZKGTSR adalah daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terkena gerakan tanah. Pada zona ini jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru, kecuali pada daerah tidak luas pada tebing sungai. ZKGTR adalah daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terkena gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng, dan jika terdapat gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai. Untuk daerah Indragiri Hilir bagian Selatan disekitar Kecamatan Keritang terdapat tanah Podsolik merah kuning (Ultisol). Potensi tanah Orgasol ditentukan oleh tebalnya lapisan gambut atau bahan organiknya. Daerah-daerah yang mempunyai ketebalan gambut lebih dari 1 (satu) meter pada umumnya tidak sesuai untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian. Kesuburan tanah-tanah gleihumus dan organosol termasuk sedang sampai tinggi, sehingga tanah-tanah di daerah ini cukup baik untuk pengembangan komoditi pertanian dalam arti luas. Nilai ekonomis tanah gambut untuk lahan pertanian ditentukan oleh tebalnya lapisan gambut. Semakin tebal lapisan gambut, maka semakin kurang baik tanah itu untuk pertanian. PH tanah gambut sangat rendah, yaitu antara 3,5 – 6, sehingga bersifat asam. Di daerah Reteh lapisan mineral di bawah gambut berwarna kelabu. Ditempattempat dengan tebal bahan organik 100 - 200 cm, pada umumnya telah ditanami dengan POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 19 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 tanaman keras seperti kelapa, karet, kopi, buah-buahan dan tanaman-tanaman tahunan lainnya. Tanah gambut yang tebal diidentifikasi memiliki bahan organiknya lebih dari 200 cm. Sampai dengan saat ini praktis belum terolah dan kalaupun ada masih sangat terbatas luasnya. Karena masalah yang dihadapi dari tanah gambut, maka diperlukan adanya usaha reklamasi tanah dengan pembuatan drainase, akan tetapi berakibat bahwa akan terjadi aksinasi yang cepat dari bahan organik. Oleh sebab itu, pembuatan parit harus memperhatikan agar pengaturan kedalaman air tanah sampai pada batas yang dikehendaki sehingga tidak mempercepat terjadinya pengerutan tanah. Sebagaimana halnya dengan gleihumus tanah organosol yang peka terhadap peristiwa penurunan atau pengerutan tanah, sehingga juga perlu usaha reklamasi. 1.3.1.3. ADMINISTRATIF Pembentukan Pemerintahan Kabupaten Indragiri Hilir dikukuhkan dengan Undangundang No.6 Tahun 1965 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49 tanggal 14 Juni 1965 dengan ibukotanya Tembilahan. Secara administrasi Kabupaten Indragiri Hilir dikepalai oleh seorang Bupati dan seorang Wakil Bupati. Didalam melaksanakan tugasnya, ada 3 (tiga) organisasi perangkat staf pemerintahan daerah yaitu : Sekretariat Daerah (Setda), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dan Badan Pengawas. Sekretaris Daerah membawahi 3 (tiga) asisten yaitu : Asisten Pemerintahan (I), Asisten Perekonomian dan Pembangunan (II) Asisten Administrasi Umum (III) Secara administratif, Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari 20 Kecamatan, 33 Kelurahan dan 203 desa dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau Sebelah Selatan : Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi Sebelah Barat : Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau Sebelah Timur : Kabupaten Tanjung Balai Karimun Provinsi Kepri Kecamatan terluas di-kab. Indragiri Hilir adalah Kecamatan Gaung dengan luas 1.479,24 km2 (12,75 %) dan Kecamatan Sungai Batang merupakan wilayah yang relatif kecil yakni 145,99 Km2 (1,26 %). POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 20 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Tabel 1.5.Luas wilayah Kab. Indragiri Hilir menurut kecamatan, dan jumlah kelurahan per kecamatan 2012 No. Jumlah Kelurahan/Desa per Kecamatan 17 12 Nama Kecamatan 1 2 Keritang Kemuning 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Reteh Sungai Batang Enok Tanah Merah Kuala Indragiri Concong Tembilahan Tembilahan Hulu Tempuling Kempas Batang Tuaka Gaung Anak Serka Gaung Mandah Kateman Pelangiran Teluk Belengkong Pulau Burung 15 16 17 18 19 20 Luas Wilayah Area (%) thd (Km) total 79,847 4,68 56,227 4,53 Daerah Terbangun (%) thd (Ha) total 543 4,60 524 8,87 14 8 14 10 8 6 8 6 9 12 13 12 81,663 22,590 88,086 79,317 51,361 16,029 19,737 22,576 69,119 36,450 104,458 61,275 3,51 1,26 7,59 6,22 4,41 1,38 1,70 1,56 5,96 3,14 9,05 5,28 407 147 881 726 512 161 197 181 684 365 1,054 618 3,77 1,75 22,58 16,87 13,48 1,94 0,54 0,73 15,19 3,93 40,55 17,16 16 17 11 16 13 14 102,974 147,924 62,109 56,967 49,901 52,000 12,75 8,80 4,83 4,58 4,30 4,48 1,488 1,030 563 528 494 523 55,09 26,42 6,95 6,36 14,53 12,15 Indragiri Hilir 236 1.261,610 100 11,624 Sumber : Kab.Indragiri Hilir Dalam Angka 2013,BPS dan data olahan Pokja Sanitasi 42,51 Tabel 1.6 Banyaknya desa, kelurahan, RW, dan RT menurut kecamatan di kabupaten Indragiri Hilir, 2012 Kecamatan (1) Keritang Kemuning Reteh Sungai Batang Enok Tanah Merah Desa (2) 17 12 11 7 10 9 Kelurahan (3) 0 0 3 1 4 1 RW (4) 110 55 184 41 82 50 RT (5) 491 153 325 112 296 163 POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 21 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Kuala Indragiri 7 1 51 146 Concong 6 0 35 113 Tembilahan 0 8 64 251 Tembilahan 4 2 54 161 Hulu Tempuling 5 4 51 182 Kempas 11 1 94 252 Batang Tuaka 12 1 66 253 Gaung Anak 10 2 59 215 Serka Gaung 16 0 91 354 Mandah 16 1 107 325 Kateman 8 3 61 314 Pelangiran 15 1 91 310 Teluk 13 0 63 193 Belengkong Pulau Burung 14 0 83 210 Jumlah 203 33 1492 4819 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Indragiri Hilir Tabel 1.7. Nama kecamatan dan ibukota kecamatan di kabupaten Indragiri Hilir, 2012 Kecamatan Keritang Kemuning Reteh Sungai Batang Enok Tanah Merah Kuala Indragiri Concong Tembilahan Tembilahan Hulu Tempuling Kempas Batang Tuaka Gaung Anak Serka Gaung Mandah Kateman Pelangiran Teluk Belengkong Ibukota Kecamatan Kota baru Selensen Pulau Kijang Benteng Enok Kuala Enok Sapat Concong Luar Tembilahan Hilir Tembilahan Hulu Sungai Salak Harapan Tani Sungai Piring Teluk Pinang Kuala Lahang Khairiah Mandah Sungai Guntung Pelangiran Saka Rotan POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 22 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Pulau Burung Pulau Burung Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Indragiri Hilir Tabel 1.8. Jarak dari Ibu kota kabupaten ke Ibu kota kecamatan di kabupaten Indragiri Hilir, 2012 Kecamatan Ibu kota Kecamatan Keritang Kotabaru Reteh Kemuning Selensen Reteh Pulau Kijang Sungai Batang Benteng Enok Enok Tanah Merah Kuala Enok Kuala Indragiri Sapat Concong Concong Luar Tembilahan Tembilahan Hilir Tembilahan Hulu Tembilahan Hulu Tempuling Sungai Salak Kempas Harapan Tani Batang Tuaka Sungai Piring Gaung Anak Serka Teluk Pinang Gaung Kuala Lahang Mandah Khairiah Mandah Kateman Tagaraja Pelangiran Pelangiran Teluk Belengkong Saka Rotan Pulau Burung Pulau Burung Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Indragiri Hilir Jarak (km) 53,8 85 41,7 37,4 21,4 34 17,5 54,3 0,9 2,6 29,7 45,3 15,4 26,8 34 49,6 83,9 60 90 92 POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 23 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Peta 1.4. Peta Administrasi Kab. Indragiri Hilir POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 24 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 1.3.2. Arah Pengembangan Kota Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten. Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2014 – 2018 dengan visi “SPIRIT BARU INHIL MENUJU KABUPATEN YANG MAJU, BERMARWAH DAN BERMARTABAT”. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan enam Misi daerah Indragiri Hilir. Sesuai dengan harapan terwujudnya visi “ Spirit Baru Inhil Menuju Kabupaten Yang Maju, Bermarwah Dan Bermartabat ”, maka ditetapkan “ Misi Pembangunan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2014-2018 ” sebagai upaya dalam mewujudkan visi tersebut. MISI 1. Meningkatkan tatakelola pemerintahan yang bersih dan baik (Good Governance) dengan menerapkan kepemerintahan daerah yang amanah dan akuntabel dengan dukungan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan 2. Mengoptimalkan pengelolaan potensi sumberdaya alam (SDA) lebih produktif yang mengarah pada kemajuan daerah yang bertumpu pada pengembangan pemanfaatan ruang yang berwawasan ingkungan dan berkelanjutan. 3. Meningkatkan pelaksanaan demokrasi yang didukung penyetaraan gender dan perlindungan anak, semangat kegotong-royongan, kerukunan, ketentraman dan ketertiban, serta mendukung supremasi hukum 4. Meningkatkan pembangunan sarana prasarana infrastruktur daerah secara lebih merata dan berkeadilan, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indragiri Hilir POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 25 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 5. Meningkatkan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia (SDM) yang tawakal, berakhlak mulia, profesional, unggul, berbudaya dan sehat melalui inovasi ketenagakerjaan, pelayanan pendidikan dan pelayanan kesejahteraan sosial 6. Memajukan daya saing perekonomian daerah yang bertumpu pada peningkatan pengelolaan ekonomi pertanian, perdagangan, industri dan pariwisata dengan mendorong peran ekonomi masyarakat serta manfaatkan kemajuan IPTEK dan iklim investasi dunia usaha yang kondusif 1.3.2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah 1.3.2.1.a. Rencana Struktur Ruang Sruktur ruang adalah susunan pusat – pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Rencana struktur yang dikembangkan akan mengoptimalkan masing – masing wilayah sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya. Secara spesifik, perumusan struktur ruang di Kabupaten Indragiri Hilir dimaksudkan untuk : 1. Mengarahkan sistem pusat-pusat permukiman (kota-desa) sesuai dengan hirarki dan fungsinya, sehingga memacu pertumbuhan kota-kota kecamatan dan ibukota kabupaten; 2. Menciptakan fungsi-fungsi baru di kawasan yang potensial yang dikembangkan untuk mengalihkan pemusatan kegiatan dikota inti atau pusat pengembangan; 3. Memantapkan kawasan yang berfungsi lindung dalam kaitannya dengan upaya pengendalian keseimbangan tata kecil; 4. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang mendukung keterkaitan spasial dan fungsional antara kota kabupaten, kota pengembangan dan kota – kota kecil dan juga antar kota kecil. Secara garis besar rencana struktur ruang diwilayah kabupaten Indragiri Hilir dibagi menjadi: A. Sistem Pusat Kegiatan Rencana struktur ruang memberikan gambaran tentang susunan, sistem pusat kegiatan, hirarki pelayanan, dan pembagian fungsi kota serta kawasan perkotaan dalam memberikan layanan bagi kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten, serta perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada. Untuk kepentingan pembangunan ruang dalam wilayah kabupaten dapat dibangun sistem struktur internal kabupaten yang POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 26 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 terdiri dari sistem perkotaan/pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten dan sistem prasarana skala kabupaten. B. Sistem Perkotaan Kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kabupaten Tebo secara alamiah sudah mulai mempunyai beberapa wilayah sebagai pusat-pusat pertumbuhan dimana masing-masing memiliki tingkat pelayanan tersendiri yang didukung dengan keberadaan kawasan hinterland. Perbedaan perbedaan tingkat pelayanan tersebut dilihat dari aspek jumlah penduduk, ketersediaan fasilitas, aktifitas ekonomi, serta aspek lainnya. Sistem perkotaan di dalam wilayah kabupaten harus mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah kabupaten dan pengembangan sistem perkotaan yang berada di atasnya (RTRWN, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTR Metropolitan). Sistem perkotaan adalah suatu sistem yang menggambarkan sebaran perkotaan, fungsi perkotaan dan hirarki fungsional perkotaan yang terkait dengan pola transportasi dan prasarana wilayah lainnya dalam ruang wilayah. Pada intinya penentuan sistem perkotaan ini guna mendukung aksesibilitas global wilayah Kabupaten Indragiri Hilir ke jaringan perkotaan poros perekonomian regional, nasional bahkan dunia dalam rangka menyongsong era pasar bebas. Oleh karena itu untuk 20 tahun ke depan sistem perkotaan di Kabupaten Indragiri Hilir direncanakan sebagai berikut : 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berada di perkotaan Tembilahan, mengemban fungsi dan tingkat pelayanan sebagai berikut : a. Pusat pemerintahan kabupaten dan kecamatan; b. Permukiman perkotaan; c. Pusat pendidikan regional; d. Pusat pelayanan kesehatan; e. Perdagangan dan jasa regional; dan f. Pusat pengembangan agrobisnis. 2. Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) berada di : a. Perkotaan Kuala Enok, mengemban fungsi dan tingkat pelayanan sebagai berikut : Pusat pengembangan cluster industri; Pelabuhan laut; Pemerintahan kecamatan; POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 27 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Permukiman perkotaan; dan Perdagangan dan jasa nasional. b. Perkotaan Pulau Burung, mengemban fungsi dan tingkat pelayanan sebagai berikut : Pusat pengolahan agro industri; Pelabuhan laut; Pemerintahan kecamatan; Permukiman perkotaan; dan Perdagangan dan jasa. 3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di : a. Perkotaan Sungai Guntung, mengemban fungsi dan tingkat pelayanan sebagai berikut : Industri pengolahan agro industri; Permukiman perkotaan; dan Perdagangan dan jasa. b. Perkotaan Pulau Kijang, mengemban fungsi dan tingkat pelayanan sebagai berikut : Permukiman perkotaan; Pendidikan; dan Perdagangan dan jasa. 4. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) berada di Perkotaan Khairiah Mandah, mengemban fungsi dan tingkat pelayanan sebagai berikut : a. Permukiman perkotaan; b. Pendidikan; dan c. Perdagangan dan jasa. 5. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berada di perkotaan Kota Baru, perkotaan Selensen, perkotaan Teluk Pinang, perkotaan Sungai Salak dan perkotaan Bagan Jaya, mengemban fungsi dan tingkat pelayanan sebagai berikut : a. Permukiman perkotaan; b. Perdagangan dan jasa, dan; c. Perhubungan udara POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 28 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 C. Sistem Perdesaan Permukiman perdesaan dalam hal ini pada dasarnya dapat dianalogikan dengan terminologi wilayah belakang (hinterland) pada konsep pusat-wilayah belakang (centerhinterland). Pusat adalah kawasan perkotaan yang dicirikan oleh dominasi kegiatan nonpertanian, baik dalam aktivitas ekonomi maupun sosial. Sedangkan hinterland adalah kawasan “di luar” kawasan perkotaan. Kawasan yang berada di luar kawasan perkotaan tersebut, tentunya adalah kawasan perdesaan, di mana kegiatan pertanian sangat dominan. Sesuai dengan arahan yang tertuang di dalam RTRWN, sistem permukiman perdesaan dikembangkan sebagai pusat kegiatan kawasan perdesaan atau hinterland. Selain itu pengembangan kawasan perdesaan diarahkan untuk pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan, pengembangan permukiman transmigrasi lokal, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas sektor primer dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan serta meningkatkan perkembangan sektor sekunder sebagai proses penambahan nilai tambah, meningkatkan penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai untuk kebutuhan masa mendatang, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia penduduk perdesaan, mengembangkan kawasan permukiman perdesaan dengan dilengkapi oleh fasilitas permukiman perdesaan, mengembangkan kawasan perdesaan di Kabupaten Indragiri Hilir dan untuk kawasan perdesaan lainnya menjadi desa pertanian, melakukan perbaikan tingkat aksesibilitas ke wilayah perdesaan, untuk mendukung pemasaran produksi perdesaan baik di sektor primer maupun sekunder, penyediaan sarana dan prasarana di perdesaan untuk menampung kegiatan masyarakat di perdesaan, pembangunan industri berskala lokal yang menggunakan hasil produksi setempat sebagai bahan baku dan pasar desa sebagai pusat perdagangan hasil produksi hasil pertanian dan industri. Kawasan permukiman perdesaan pada dasarnya adalah tempat tinggal yang tidak dapat dipisahkan (atau letaknya tidak boleh terlalu jauh) dengan tempat usaha. Oleh karenanya, pengembangan permukiman atau rumah tempat tinggal di desa yang bersangkutan, diperkenankan di daerah yang berdekatan dengan desa yang bersangkutan, dengan jarak maksimum dari pusat desa 250 meter. Kawasan permukiman yang saat ini belum terbangun, diutamakan peruntukannya bagi perluasan permukiman penduduk yang tinggal di perkampungan terdekat. Pola kawasan permukiman perdesaan terdiri dari beberapa dusun yang kemudian disebut desa sebagai wilayah hiterland yang memiliki kerterkaitan dengan wilayah pusat perkotaan. Keterkaitan desa - kota sering hanya menghasilkan derasnya proses migrasi penduduk secara berlebihan dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan atau pusat kota. Keterkaitan pedesaan dan perkotaan tersebut menghasilkan perkembangan yang berpengaruh terhadap perkotaan-kota. Kawasan perdesaan sebagai kawasan permukiman diarahkan memiliki dan dilengkapi dengan pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Selanjutnya untuk mendorong pengembangan perdesaan dilakukan pembentukan potensipotensi kawasan seperti agropolitan dan agroindustri yang dilakukan melalui keterkaitan POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 29 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 kawasan perkotaan – perdesaan. Sistem perdesaan disusun berdasarkan pelayanan perdesaan secara berhierarki, meliputi : Pusat pelayanan antar desa; Pusat pelayanan setiap desa; dan Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman. Secara hirarki nantinya Pusat pelayanan perdesaan berhubungan dengan Pusat pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat; Perkotaan sebagai pusat pelayanan; dan Ibukota kecamatan masing-masing. Rencana sistem perdesaan di Kabupaten Indragiri Hilir berupa penetapan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), meliputi Sungai Piring Kecamatan Batang Tuaka, Sapat Kecamatan Kuala Indragiri, Enok Kecamatan Enok, Teluk Belengkong Kecamatan Teluk Belengkong, Pelangiran Kecamatan Pelangiran dan Kuala Lahang Kecamatan Gaung, mengemban fungsi dan tingkat pelayanan sebagai berikut : a. Pusat pemerintah kecamatan dan desa; b. Pusat pengembangan sentra pertanian dan perikanan; dan c. Prasarana dan sarana produksi pertanian dan perikanan. D. Sistem Prasarana Wilayah Sistem prasarana wilayah dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air dan sisten jaringan prasarana wilayah lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; pengertian dari Rencana pola ruang wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah Kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW Kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang. Substansi dari rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi dan budaya dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. 1.3.2.1.b. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir Berfungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; pengertian dari Rencana POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 30 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 pola ruang wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah Kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW Kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang. Substansi dari rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi dan budaya dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hilir berfungsi : 1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hilir; 2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hilir; 3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan 4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten Indragiri Hilir. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hilir dirumuskan berdasarkan : 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hilir; 2. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah Kabupaten Indragiri Hilir; 3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan 4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hilir dirumuskan dengan kriteria : 1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya; 2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya; 3. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir; 4. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah Kabupaten/kota yang berbatasan; dan 5. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah 1.3.2.1.c. Kawasan Lindung Sesuai batasan Pasal 1, butir 21 Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam sumberdaya POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 31 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 buatan. Sedangkan Pengelolaan Kawasan Lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. Kawasan lindung di Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana serta kawasan lindung geologi. Rencana distribusi peruntukan ruang wilayah Kabupaten Indragiri hilir untuk kawasan yang berfungsi lindung memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun sebesar 84.991 Ha (6,21 %) yang meliputi rencana pemanfaatan ruang kawasan hutan lindung dengan luas 6.973 Ha (0,51 %), kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya dengan luas 7.206 Ha (0,53 %), kawasan perlindungan setempat dengan luas 41.747 Ha (3,05 %) dan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya dengan luas 29.065 (2,13 %). A. Kawasan Hutan Lindung Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan mendefinisikan hutan lindung sebagai kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Mengingat fungsi tersebut keberadaan hutan lindung mempunyai peranan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem sekitarnya. Kriteria penetapan kawasan hutan lindung di Kabupaten Indragiri Hiilir tidak hanya didasarkan pada kriteria lahan dengan kelerengan di atas 40 %. Kriteria penetapan fungsi kawasan lebih bersifat lokasional disesuaikan dengan kondisi wilayah yang ada, yaitu : a. Telah memiliki registrasi sebagai kawasan hutan lindung; b. Memiliki kemiringan lereng berkisar 30 - 40 %; c. Dalam kawasan hutan lindung terdapat lokasi tasik (danau) dan area bergambut yang harus dilindungi fungsinya sebagai area tangkapan (cachment area) dan resapan air; d. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175; e. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter atau lebih; dan f. Kawasan dengan kerawanan gerakan tanah tinggi. Kriteria-kriteria itu dengan nilai tertentu mengharuskan suatu untuk dijadikan kawasan hutan lindung. Dengan kondisi alamiah sesuai kriteria kawasan hutan lindung, diharapkan wilayah tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap tanah dan tata air POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 32 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 dan sebagai sistem penyangga kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di bagian hilir (Senoaji, 2006). Berdasarkan kriteria tersebut, kawasan hutan lindung di Kabupaten Indragiri Hilir berada di Kecamatan Kuala Indragiri berupa kawasan hutan lindung bakau dengan luas kurang lebih sekitar 6.973 ha. Tujuan pemantapan/pengembangan kawasan hutan lindung ini adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrolik tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. Oleh karena itu arah pengelolaannya adalah sebagai berikut : a. Pemantapan kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990 melalui pengukuhan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya; b. Pengendalian kegiatan yang telah ada (penggunaan lahan yang telah berlangsung lama); c. Pengembalian fungsi hidro-orologis kawasan hutan lindung yang mengalami kerusakan (rehabilitasi dan konservasi); d. Pencegahan kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung; e. Pemantauan dan pengendalian terhadap kegiatan yang diperbolehkan beralokasi di hutan lindung; dan f. Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung. B. Kawasan Yang memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya merupakan kawasan hutan yang memiliki sifat khas dan mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir berupa kawasan resapan air, kawasan bergambut dan kawasan penyangga Taman Nasional. Dengan ditetapkannya lokasi kawasan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya erosi tanah, bencana alam banjir, sedimentasi serta untuk menjaga fungsi hidrologi tanah dan menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. Kawasan ini dibagi menjadi kawasan : Kawasan Resapan Air POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 33 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Lokasi kawasan resapan air yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir berada di Kecamatan Kemuning dengan luas sekitar kurang lebih 2.516 ha. Kawasan Bergambut Kawasan bergambut merupakan kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama, kawasan bergambut di tetapkan dengan kirteria ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih terletak di hulu sungai atau rawa. Kawasan bergambut berada di Kecamatan Gaung. Kawasan Penyangga Taman Nasional Kawasan penyangga Taman Nasional berfungsi untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan di suatu kawasan untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah, baik bagi kawasan itu sendiri maupun kawasan bawahannya. Lokasi kawasan penyangga Taman Nasional yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir berada di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Kecamatan Kemuning dengan luas sekitar kurang lebih 4.690 ha. C. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat juga dimanfaatkan sebagai kawasan lindung yang melindungi daerah setempat dimana kawasan tersebut berada. Pada kawasan ini tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya dan apabila telah terdapat kegiatan budidaya diupayakan untuk diadakan pemindahan lokasi kegiatan budidaya. Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari : Kawasan Sempadan Pantai Berfungsi melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang menggangu kelestarian pantai. Kawasan ini terletak di sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai yaitu 50 – 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan sempadan pantai ditetapkan di sepanjang pantai yang ada, kecuali daerah pantai yang digunakan untuk kepentingan umum, seperti pelabuhan/dermaga, ruang terbuka, ruang publik, wisata, dan permukiman nelayan yang sudah ada, serta pertambakan yang telah mendapatkan ijin dari pemerintah. Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Indragiri Hilir tersebar di sepanjang Pantai Timur dan di Pulau-pulau Kecil yang memiliki luas kurang lebih 5.770 ha. Adapun rencana pemantapan kawasan sempadan pantai diatas antara lain : a. Pengembalian fungsi sempadan pantai dengan melakukan penertiban kegiatan budidaya yang ada dengan tetap memperhatikan kondisi sosial ekonomi penduduk yang terkena kebijaksanaan; dan POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 34 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 b. Pencegahan pengembangan kegiatan budidaya di kawasan sempadan pantai yang dapat mengganggu fungsi utamanya. Kawasan Sempadan Sungai Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan sempadan sungai berfungsi untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu atau merusak fungsi pengaliran air sungai. Mengacu pada Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Pengaturan Garis Sempadan Sungai. Kawasan sempadan sungai di Kabupaten Indragiri Hilir memiliki luas kurang lebih 35.792 ha berada di seluruh kecamatan yang dilewati sungai : a. Sub DAS Guntung Kateman b. Sub DAS Batang Tumu c. Sub DAS Gaung Anak Serka d. Sub DAS Reteh Gangsal Kawasan Sekitar Danau atau Waduk Kawasan sekitar danau atau waduk merupakan kawasan hijau yang perlu dipertahankan dan difungsikan untuk melindungi area danau atau waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau. Penetapan kawasan ini berguna untuk menjaga badan air, kualitas air dan kondisi fisik danau atau waduk. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan). Rencana luas RTH kawasan perkotaan di Kabupaten Indragiri Hilir kurang lebih seluas 17.768 ha atau 30 % dari luas kawasan perkotaan Kabupaten, meliputi : a. RTH Perkotaan Tembilahan; b. RTH Perkotaan Kuala Enok; c. RTH Perkotaan Pulau Burung; d. RTH Perkotaan Sungai Guntung; e. RTH Perkotaan Pulau Kijang; f. RTH Perkotaan Kairiah Mandah; g. RTH Perkotaan Kota Baru; h. RTH Perkotaan Selensen; i. RTH Perkotaan Teluk Pinang; POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 35 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 j. RTH Perkotaan Sungai Salak; dan k. RTH Perkotaan Bagan Jaya. D. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya di Kabupaten Indragiri Hilir berupa kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, dan kawasan cagar budaya. Kawasan pantai berhutan bakau di kabupaten Indragiri Hilir memiliki luas kurang lebih sekitar 3.414 ha yang berada di Kecamatan Concong. Taman Nasional (TN) Taman nasional berfungsi untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem gejala dan keunikan alam bagi kepentingan pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, rekreasi dan pariwisata, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitar dan perlindungan pencemaran. Taman nasional yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir yaitu Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) di Kecamatan Kemuning dengan luas kawasan kurang lebih 25.651 ha. Adapun rencana pemantapan kawasan taman nasional antara lain berupa pelarangan pengembangan kegiatan budidaya baru di kawasan ini, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung. Kawasan Cagar Budaya Kawasan Cagar Budaya adalah kawasan yang di dalamnya terdapat lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Kawasan cagar budaya di Kabupaten Indragiri Hilir berada di : a. Kecamatan Tembilahan; b. Kecamatan Mandah; c. Kecamatan Kemuning; d. Kecamatan Concong; e. Kecamatan Sungai Batang; f. Kecamatan Kuala Indragiri; dan g. Kecamatan Pulau Burung. Adapun rencana pemantapan kawasan cagar buadaya antara lain : Menghindari kemungkinan terjadinya benturan budaya dengan masyarakat pendatang; POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 36 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Melakukan pengelolaan yang dapat memadukan kepentingan antara pelestarian budaya tradisional dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan rekreasi (wisata budaya); dan Pengembangan fasilitas di kawasan ini dalam mendukung pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, rekreasi dan pariwisata, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitar dan perlindungan dari pencemaran. E. Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kriteria kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti banjir dan tanah longsor dan lainnya. Di Kabupaten Indragiri Hilir kawasan rawan bencana alam yang sering terjadi adalah banjir, longsor dan kebakaran. Kawasan rawan bencana dikategorikan sebagai berikut : Kawasan Rawan Banjir Bencana banjir dapat dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dipicu oleh beberapa faktor penyebab seperti curah hujan, iklim, geomorfologi wilayah, dan aktivitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dipengaruhi oleh musim penghujan yang terjadi setiap tahun. Banjir yang terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir pada umumnya hanya bersifat temporer. Tinggi maksimal banjir hanya sekitar 50 cm (tinggi lutut orang dewasa) dan hanya bersifat sementara sekitar 1-2 jam. Kawasan rawan Banjir di Kabupaten Indragiri Hilir berada di Kecamatan Kemuning dan Kecamatan Keritang. Pengaturan kawasan rawan banjir dilakukan dengan cara : a. Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management); dan b. Penataan daerah lingkungan sungai seperti, penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan dikiri kanan sungai, penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai. Kawasan Rawan Longsor Kawasan rawan longsor adalah Kawasan yang berdasarkan kondisi geologi dan geografi dinyatakan rawan longsor atau kawasan yang mengalami kejadian longsor dengan frekuensi cukup tinggi. Kriteria lokasi kawasan rawan longsor adalah kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran. Kawasan rawan longsor yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir merupakan kawasan sempadan daerah aliran Sungai (DAS). Lokasi rawan longsor di berada pada POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 37 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 sempadan sungai yang tersebar di seluruh kecamatan. Adapun rencana penataan kawasan rawan longsor antara lain : a. Pengembangan escape road; b. Studi rinci kawasan rawan longsor; dan c. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang, program penanganan mitigasi bencana. Kawasan Rawan Kebakaran Kawasan rawan kebakaran di kabupaten indragiri Hilir pada umumnya terjadi di area perkebunan. Menurut jenisnya, perkebunan di kabupaten Indragiri Hiir ini terdiri dari perkebunan swasta dan perkebunan rakyat. Lokasi rawan kebakaran di Kabupaten Indragiri Hilir berada di Kecamatan Enok, Kecamatan Kempas, Kecamatan Gaung, Kecamatan Tempuling, Kecamatan Batang Tuaka, Kecamatan Pelangiran, Kecamatan Teluk Belengkong, Kecamatan Keritang, Kecamatan Kateman, Kecamatan Mandah, Kecamatan Kemuning, Kecamatan Pulau Burung, Kecamatan Gaung Anak Serka. Adapun rencana pemantapan kawasan rawan bencana diatas antara lain : a. Pengendalian kegiatan di sekitar kawasan yang rawan bencana; b. Rehabilitasi dan konservasi tanah pada kawasan yang rawan bencana longsor/tanah tererosi sangat tinggi; dan c. Pengendalian kegiatan sekitar alur sungai yang berbelok arah berbentuk palung. F. Kawasan Pariwisata Pada masa yang akan datang diharapkan daya tarik objek-objek wisata di Kabupaten Indragiri Hilir dapat mendatangkan pemasukan bagi keuangan daerah. Berdasarkan kriteria tentang kawasan wisata tersebut diatas, maka kedepan perlu dipertimbangkan untuk pengembangan potensi pariwisata yang ada seperti : Pariwisata Alam Kawasan pariwisata alam yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dibedakan menjadi : a. Wisata pantai berada di Kecamatan Mandah, Kecamatan Kateman, dan Kecamatan Concong. b. Wisata mangrove berada di Kecamatan Mandah, Kecamatan Kuala Indragiri, Kecamatan Concong, Kecamatan Tanah Merah dan Kecamatan Reteh. c. Wisata perbukitan dan air terjun berada di Kecamatan Kemuning. d. Wisata danau atau waduk berada di Kecamatan Kuala Indragiri, Kecamatan Concong, Kecamatan Sungai Guntung dan Kecamatan Tempuling. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 38 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Pariwisata Buatan Kawasan pariwisata buatan yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dibedakan menjadi : a. Wisata taman pemancingan berada di Kecamatan Tembilahan, Kecamatan Tanah Merah, Kecamatan Kempas, Kecamatan Tempuling dan Kecamatan Tembilahan Hulu. b. Wisata permainan dan pertunjukan berada di Kecamatan Tempuling, Kecamatan Tembilahan, Kecamatan Tembilahan Hulu, Kecamatan Concong dan Kecamatan Tanah Merah. c. Agrowisata berada di Kecamatan Tembilahan Hulu dan Kecamatan Kemuning. Pariwisata Budaya Kawasan pariwisata budaya yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dibedakan menjadi : a. Wisata peninggalan sejarah berada di Kecamatan Kuala Indragiri, Kecamatan Mandah, Kecamatan Reteh dan Kecamatan Kemuning. b. Wisata agama dan budaya berada di Kecamatan Tembilahan, Kecamatan Concong dan Kecamatan Mandah. 1.3.2.1.d. Penetapan Rencana Kawasan Strategis Kawasan strategis yang telah ditetapkan secara nasional harus dijabarkan penetapannya pada tingkat kedetailan Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten. Penetapan kawasan strategis kabupaten Indragiri Hilir meliputi : 1. Kawasan Strategis Kabupaten Dengan Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, meliputi : a. Kawasan minapolitan darat yang berada di Kecamatan Tanah Merah dan Kecamatan Reteh; b. Kawasan minapolitan laut berada di Kecamatan Concong Luar. Kawasan minapolitan ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan sektor perikanan di Kabupaten Indragiri Hilir sehingga pembangunannya akan menjadi program prioritas di Kabupaten Indragiri Hilir; c. Kawasan agropolitan tanaman pangan berada di Kecamatan Tembilahan Hulu, Kecamatan Tempuling, Kecamatan Kempas, Kecamatan Reteh, dan Kecamatan Keritang; d. Kawasan agropolitan tanaman holtikultura berada di Kecamatan Tembilahan Hulu, Kecamatan Keritang, dan Kecamatan Kemuning; dan POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 39 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 e. Kawasan agropolitan perkebunan berada di Kecamatan Pulau Burung, Kecamatan Kateman, Kecamatan Teluk Belengkong, Kecamatan Pelangiran, Kecamatan Mandah, Kecamatan Tanah Merah, Kecamatan Enok, Kecamatan Concong, Kecamatan Kuala Indragiri, Kecamatan Kempas, dan Kecamatan Sungai Batang. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 40 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Peta 1.5. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Indragiri Hilir POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 41 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Peta 1.6. Rencana Pola Ruang Kabupaten Indragiri Hilir POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 42 Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 – 2019 Peta 1.7. Peta Kawasan Strategis POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 43 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 - 2019 1.4 Metodologi 1.4.1 Metodologi Penyusunan Dokumen Metode dan proses penyusunan Memorandum Program Sanitasi terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut : 1. Melakukan Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Indragiri Hilir, khususnya untuk Kerangka Kerja Logis (KKL), Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritas Program dan Kegiatan. 2. Melakukan Internalisasi dengan cara konsultasi kepada SKPD terkait di Kabupaten Indragiri Hilir. 3. Melakukan Eksternalisasi dengan cara konsultasi teknis kepada Pokja Sanitasi dan Air Minum Provinsi Riau dan Satker PPLP di Provinsi Riau. 4. Melakukan pertemuan dengan akses sumber-sumber pendanaan alternatif NonPemerintah (Negara Donor, Swasta/CSR dan Masyarakat) di tingkat Kabupaten Indragiri Hilir. 5. Melakukan pengawalan Program dan Kegiatan kepada mekanisme penganggaran mulai tingkat Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, Pemerintah Provinsi Riau sampai Pemerintah Pusat. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi, yaitu : 1. Data Primer. Data yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan interview dengan narasumber. 2. Data Sekunder. Data yang diperoleh dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen strategis daerah antara lain : Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment), BPS (Buku Putih Sanitasi), SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten), APBD, RTRW, RPJMD, RPIJMD, Renstra & Renja SKPD, Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka, BPS, Data Statistik, data dokumen pendukung lainnya seperti aturan baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Riau maupun Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir. Pengumpulan data dengan beberapa teknik dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi, diantaranya : 1. Desk Study (data sekunder, kajian literatur). 2. Field Research (observasi, wawancara responden). 3. FGD (Focus Group Discussion) dan indept interview. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 44 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2015 - 2019 1.4.2 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian dokumen Memorandum Program Sanitasi terdiri dari 5 bab yaitu : Bab Pertama : Pendahuluan, menggambarkan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan Penyusunan Memorandum Program Sanitasi, Metodologi Penyusunan dan Sistematika Dokumen. Bab Kedua : Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Indragiri Hilir yang menyangkut Kondisi Eksisting Sanitasi, Prioritas Program dan Kegiatan, Kerangka Kerja Logis (KKL). Bab Ketiga : Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi yang menjabarkan Implementasi Program dan Kegiatan, Perhitungan Volume Kebutuhan Infrastruktur dan Non Infrastruktur. Bab Keempat : Rencana Anggaran Pembangunan Sanitasi, yang menggambarkan kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan sanitasi. Bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap. Bab Kelima : Rencana Implementasi, yang menggambarkan tentang inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan sanitasi, langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana monitoring dan evaluasi. POKJA SANITASI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 45