Laporan Praktikum 3 Isolasi Protoplas Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok :4 Tanggal Praktikum : 22 Oktober 2001 Tanggal Laporan : 29 Oktober 2001 Asisten : Luluk Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung 2001 Laporan Praktikum 3 Isolasi Protoplas I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Melakukan isolasi protoplas dari jaringan mesofil daun dengan menggunakan enzim. 2. Menguji viabilitas dan kemampuan regenerasi protoplas. II. Cara Kerja dan Pengamatan III. Pembahasan Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan protoplas dari dinding sel mesofil. Protoplast ialah bagian sel yang aktif bermetabolisme dan jelas terpisah dari dinding sel. Bagian ini merupakan isi sel termasuk membran sel, tetapi biasanya tidak mencakup massa sekresi atau bahan yang ditelan (Abercombie :1993). Protoplast ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu sitoplasma, nukleus, dan vakuola. Sitoplasma merupakan matriks berair yang kompleks yang mengandung banyak molekul, sebagian dalam suspensi koloid. Di dalam sitoplasma terdapat organel-organel sel yang masing-masing memiliki fungsi yang spesifik serta plasmalema yang mengatur zat untuk ditransportasikan masuk-keluar sel. Nukleus merupakan pusat organisasi sel, di sinilah terjadi transkripsi mRNA yang nantinya akan mentranslasikan protein yang mengatur metabolisme sel. Vakuola adalah volume air dan bahan terlarut yang terbungkus membran, biasanya mencakup 80-90% atau lebih bagian sel tumbuhan dewasa. (Salisbury : 1995) Di sebelah luar protoplast terdapat dinding sel. Dinding sel terdiri dari dinding sel primer, lamela tengah dan dinding sel sekunder. Dinding sel primer memiliki ketebalan yang kecil, tebalnya antara 1-3 m. Dinding sel primer ini terdiri dari 9-25% selulosa. Molekul selulosa yang panjang dan tidak bercabang membentuk serat silindris panjang yang disebut mikrofibril. Karena susunan selulosanya searah, maka mikrofibril bersifat seperti kristal dan memiliki daya regang yang besar. Selain selulosa, pada dinding sel primer terdapat pula hemiselulosa yang bercabang-cabang dan senyawa pektat yang terhidrasi. Dinding sel sekunder terdapat pada beberapa jenis sel yang telah berhenti membesar, contohnya pada xilem dewasa. Pada hampir semua sel kayu, setelah dinding sel sekundernya disekresikan, protoplast mati dan isinya hilang dari sel tersebut sehingga hanya dindingnya yang tertinggal. Dinding sel sekunder umumya lebih tebal dari dinding sel primer. Dinding sel sekunder terdiri dari +/- 41-45% selulosa, 30% hemiselulosa, dan kadang-kadang 22-28% lignin yang menyebabkan dinding sel sekunder ini tidak mudah dimampatkan dan diubah bentuknya. Senyawa pektat yang berupa gel merekatkan sel-sel yang berdampingan, membentuk lamela tengah. (Salisbury : 1995) Pada percobaan tahapan kerja yang dilakukan ialah isolasi protoplas dan pengamatan viabilitas protoplas, sedangkan penkulturan dan regenerasi protoplas serta pembentukan dinding sel baru tidak dilakukan karena keterbatasan waktu. Isolasi protoplas dilakukan dengan metode Ochatt dan Power yang dimodifikasi. Pada metode ini, potongan daun yang telah dihilangkan lapisan epidermisnya dengan cara dikerik direndam dalam larutan enzim dan diinkubasi dengan cara dikocok pada shaker (50 rpm) dalam keadaan gelap selama 2 jam. Pada percobaan ini digunakan mesofil dengan alasan antara lain : Aktif menghasilkan gula yang merupakan monomer dari selulosa sehingga lebih mudah untuk membentuk dinding sel kembali. Mudah diisolasi dari tumbuhan Penghilangan lapisan epidermis dengan cara pengerikan ini memiliki latar belakang bahwa : pada sel epidermis terdapat jaringan kompleks yang mrnghalangi pengisolasian protoplast mesofil. beberapa sel-sel epidermis memiliki deferensiasi yang menghasilkan metabolit sekunder yang dapat menyulitkan percobaan, seperti contohnya pada rambut kelenjar. Setelah didapatkan sel mesofil, daun direndam dalam larutan enzim yang mengandung Cellulase RS, Hemicellulase, Macerozyme R-10 dan sorbitol sambil di-shaker 50 rpm pada kondisi gelap. Enzim Cellulase RS merupakan salah satu enzim selulase yang akan menghidrolisis selulase yang merupakan polimer dari glukosa yang terpolimerisasi pada ikatan (1-4). Enzim Hemicellulase memiliki aktivitas menghidrolisis hemiselulosa sedangkan Maceroenzim R-10 berfungsi dalam maserasi sel, yaitu penguraian lamela tengah sehingga dipisahkan sel yang bertumpuk-tumpuk menjadi satuan-satuan sel. Sedangkan sorbitol berfungsi sebagai buffer pH yang akan menentukan efisiensi kerja enzim. Tujuan penshaker-an adalah agar terdapat energi mekanis yang ikut membantu proses enzimatis terjadi dan lama penginkubasian, yaitu selama 2 jam bertujuan agar produk yang dihasilkan optimum. Tujuan penginkubasian di tempat gelap adalah : agar tidak terjadi fotosintesis yang akan mengganggu reaksi agar enzim dapat bekerja optimum. Setelah dua jam inkubasi, larutan disaring untuk memisahkan potongan daun dan dinding sel yang telah terdegradasi yang terdapat pada saringan dari protoplas yang terdapat pada filtrat. Filtrat yang didapat dari hasil penyaringan diberi pewarnaan dengan evans blue. Tujuan pewarnaan ini adalah untuk membedakan mana yang merupakan protoplast yang viabel, mana yang tidak. Hal ini dapat ditandai dengan terwarna birunya sel yang tidak viabel, sedangkan yang masih viabel tidak. Penyebab terjadinya hal ini ialah bahwa pada sel yang tidak viabel karena rusaknya sistem membran sehingga yang seharusnya membran ini permeabel selektif terhadap lingkungan, membran ini menjadi rusak dan melalukan zat warna sehingga sel ikut terwarna menjadi biru. IV. Kesimpulan 1. Enzim selulase dan hemiselulase berfungsi dalam proses penguraian dinding sel, sedangkan macerozyme berfungsi dalam proses maserasi sel. 2. Protoplas yang masih viabel dapat ditandai dengan membran sel yang masih bersifat permeabel selektif pada percobaan ini ditandai dengan tidak terserapnya warna biru oleh protoplas. 3. Sebaliknya, protoplas yang sudah tidak viabel ditandai dengan membrab sel yang sudah hilang sifat permeabel selektifnya, pada percobaan ini ditandai dengan terwarna birunya protoplas. V. Daftar Pustaka 1. Abercombe, M. et al. 1993. Dictionary of Biology : 8th ed. Penguin. England. 2. Albert, B. et al. 1994. Biologi Molekuler Sel, 2nd ed. Gramedia. Jakarta. 3. Campbell, Neil A. 1996. Biology 4th ed. Addison Wesley Longman. Singapore. 4. Karp, Gerald. 1996. Cell and Molecular Biology: Concepts and Experiment. John Willey and Sons, Inc. New York. 5. Salisbury, F. and Ross, C.W. Fisiologi Tumbuhan jilid 1. Penerbit ITB. Bandung.