Perpustakaan Unika AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR GENERATOR SINKRON 3 FASA MENGGUNAKAN METODE HYSTERESIS TUGAS AKHIR OLEH : ADITYA REVIYANTO 02.50.0100 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2007 i Perpustakaan Unika PENGESAHAN Laporan Tugas Akhir dengan judul : “Automatic Voltage Regulator Dengan Kendali Hysteresis Untuk Generator Sinkron 3 Fasa” diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana teknik elektro pada Program Studi Teknik Elektro di Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Laporan tugas akhir ini disetujui pada tanggal …………….2007 dan siap untuk diajukan ke ujian sarjana. Semarang,…………….2007 Menyetujui / Mengetahui Pembimbing, Dekan Fakultas Teknoilogi Industri, Leonardus Heru P, ST, MT Leonardus Heru P, ST, MT N.P.P 058.1.2000.234 N.P.P 058.1.2000.234 ii Perpustakaan Unika ABSTRAK Automatic Voltage Regulator adalah sebuah devais pengatur tegangan yang digunakan pada generator sinkron untuk menyetabilkan tegangan keluaran yang dihasilkan. Prinsip kerja yang digunakan pada sistem penyetabilan tegangan ini adalah dengan mengatur tegangan keluaran DC dari exciter untuk kemudian diinjeksikan ke lilitan medan generator atau yang biasa disebut dengan eksitasi atau penguatan. Karena pengaturan sistem tegangan dari AVR ini maka tegangan keluaran dari exciter ini akan berubah-ubah tergantung dengan tegangan keluaran dari generator yang dibebani. Kata kunci : AVR, Exciter, Eksitasi, Lilitan medan, tegangan DC iii Perpustakaan Unika KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kepada Allah S.W.T yang masih memberikan kesehatan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Penulis juga berterimakasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam membantu penulis secara moral, pengetahuan dan juga materiil dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Secara khusus penulis berterimakasih kepada : 1. Kedua orang tua penulis Supriyono Hadi, BBM, SE dan Sussy Suzanna, Bsc yang telah membesarkan penulis, memberikan kasih sayang yang tulus, memberikan dorongan moril dan materil yang sangat besar dan mengajarkan kepada penulis arti hidup sesungguhnya. 2. Ketiga adik penulis yaitu Cindy Dwianti, Rizky Adrianto, Riko Prianto. Yang telah memberikan dukungan moril yang teramat sangat kepada penulis. 3. Bpk Leonardus Heru Pratomo, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri dan dosen pembimbing penulis yang telah memberikan banyak masukan dan arahan agar laporan tugas akhir ini terselesaikan dengan baik. 4. Ananda Widya Rachmasari yang telah memberikan dukungan moril yang memotivasi dan memacu penulis untuk segera menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Love you forever and ever babe. 5. Seluruh keluarga besar penulis dari ayah dan ibu terutama kakek penulis drh. Halil Winitasasmita yang mengharapkan penulis untuk cepat menyelesaikan tugas akhir ini dan ingin sekali melihat penulis menjadi seorang insinyur. 6. Bpk Agung dan Bpk Amat yang telah membantu penulis untuk lebih memahami tentang elektronika karena sebelumnya penulis benar-benar buta dalam elektronika. iv Perpustakaan Unika 7. Dr. Slamet Riyadi ST, MT; Dr. F. Budi ST, MT; Bpk Yulianto Tedjo P,ST, MT; Bpk Budi Harnadi ST, MT; Ibu Brenda C, ST, MT; Bpk F Hendra ST, MT; Bpk Erdhi ST, MT; Ibu Rissa Farid C, ST, MT; Bpk Haryono; Bpk Chondro, ST, Ibu Sintarsih; Bpk Djoko Suwarno; selaku dosen yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan dan telah banyak memberikan ilmu kepada penulis. 8. Ibu Win, Ibu Susi, Bpk Mar selaku Tata usaha Fakultas Teknologi Industri yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan masalah administrasi dan selalu mendukung penulis agar segera menyelesaikan kuliah. 9. Bpk Yatno selaku teman serta pemberi dukungan moril kepada penulis yang membuat penulis senantiasa menjadi lebih bersemangat. 10. Tommy Subagja, Kornelius Budi Utomo, Satrio Pinandito, Setiawan, Dwi Setiarko, Bayu Murti, Jemmy Haris Setianto, Yoseph, Farid, Pita, Rachmad, Ambon 1, Ambon 2, Teddy, Brima, Rissa, Kirun, Emanuel, Rudi, Chandra, Adiansyah, Anton Subiakto, Aswin Budi, Hendi, Freddy, Yoel, Eko dan teman-teman penulis lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah bersama-sama berjuang untuk survive di Fakultas Teknologi Industri ini. Love u all guys….. 11. Kakak-kakak angkatan 2001 yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis. 12. Anak-anak angkatan 2003, 2004, 2005, dan 2006 yang mengenal dan tidak mengenal penulis. Cepat diselesaikan ya………….. 13. Seluruh karyawan Universitas Katolik Soegijapranata. v Perpustakaan Unika Daftar Isi Halaman Judul ………………………………………………………………………...... i Halaman Pengesahan …………...………………………………………………………. ii Abstrak …………………………………………………………………………………. iii Kata Pengantar …………………………………….……………………………………. iv Daftar Isi ……………………………………………..…………………………………. vi Daftar Gambar ………………………………….………………………………………. viii Daftar Tabel ………………………………………………….…………………………. ix Bab 1 Pendahuluan …………………………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1 1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………… 2 1.3 Pembatasan Masalah ………………………………………………………….. 2 1.4 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………… 2 1.5 Metode Penulisan ……………………………………………………………… 2 1.6 Sistematika Penulisan ………………………………………………………… 3 Bab 2 Dasar Teori …………………………………………………………………... 4 2.1 Rangkaian Daya………………………………………………………………... 4 2.2 Sensor Tegangan……………………………………………………………….. 9 2.3 Sistem Kendali Hysteresis…………………………………………………….. 11 2.4 Generator Sinkron……………………………………………………………… 13 Bab 3 Implementasi AVR Dengan Kendali Hysteresis………….…………………. 17 3.1 Pendahuluan …………………………………………………………………. 17 3.2 Rangkaian Sensor Tegangan ………………………………………………….. 17 3.3 Rangkaian Referensi dan Differential Amplifier……………………………… 18 vi Perpustakaan Unika 3.4 Rangkaian Kontrol Hysteresis…………………………………………………. 23 3.5 Rangkaian Sinkronisasi………………………………………………………… 25 3.6 Rangkaian Driver………………………………………………………………. 26 3.7 Rangkaian Daya………………………………………………………………... 27 Bab 4 Hasil Pengujian dan Analisa AVR Dengan Kendali Hysteresis …………. 4.1 29 Pengujian AVR Dengan AFG …………………………………………………. 29 4.1.1 Gelombang Keluaran di Hysteresis …………………..………………….. 29 4.1.2 Gelombang Keluaran di Rangkaian Sinkronisasi ………………………... 30 4.1.3 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Driver …………………………… 31 4.1.4 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Daya (Tanpa Switching) ………... 32 4.1.5 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Daya (Dengan Switching) …….... 32 Pengujian AVR Dengan Perubahan RPM Motor DC …………………………. 33 4.2.1 Gelombang Keluaran di Rangkaian Hysteresis ………..…………..…….. 36 4.2.2 Gelombang Keluaran Mosfet (VDS) ……..…………………..………….. 37 4.2.3 Gelombang Keluaran Rangkaian Daya …………………..…………….... 38 Pengujian AVR Dengan Perubahan Beban ……………………………………. 38 Bab 5 Saran dan Kesimpulan……………………………………………………….. 40 Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….. 41 4.2 4.3 vii Perpustakaan Unika DAFTAR GAMBAR 1. Gb 2.1 Rangkaian Daya ……………………………………………………………. 4 2. Gb 2-2 Rangkaian Daya Mode 1…………………………………………………… 5 3. Gb 2-3 Rangkaian Daya Mode 2…………………………………………………… 5 4. Gb 2.4 Mode 1 Pada Filter (t = closed)…………………………………………….. 6 5. Gb 2.5 Mode 2 Pada Filter (t = open)………………………………………………. 6 6. Gb 2.6 Sensor Tegangan……………………………………………………………. 9 7. Gb 2.7 Grafik Hysteresis……………………………………………………………. 11 8. Gb 2.8 Rangkaian Hysteresis……………………………………………………….. 12 9. Gb 3-1 Diagram Blok AVR………………………………………………………… 17 10. Gb 3-2 Rangkaian Sensor Tegangan………………………………………………... 18 11. Gb 3-3 Rangkaian Referensi Differential Amplifier………………………………... 19 12. Gb 3-4 Rangkaian Referensi Batas Atas……………………………………………. 20 13. Gb 3-5 Rangkaian Referensi Batas Bawah…………………………………………. 21 14. Gb 3-6 Rangkaian Differential Amplifier…………………………………………... 21 15. Gb 3-7 Rangkaian Hysteresis……………………………………………………….. 23 16. Gb 3-8 Rangkaian Sinkronisasi……………………………………………………... 26 17. Gb 3-9 Rangkaian Driver…………………………………………………………… 27 18. Gb 3-10 Rangkaian Daya…………………………………………………………… 28 19. Gb 4-1 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Hysteresis…………………………. 29 20. Gb 4-2 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Sinkronisasi……………………….. 30 21. Gb 4-3 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Driver……………………………… 31 22. Gb 4-4 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Driver (2 Switching)………………. 31 23. Gb 4-5 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Daya Tanpa Kapasitor dan Switching…………………………………………………………………………… 32 24. Gb 4-6 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Daya Tanpa Kapasitor (Sudah Switching)………………………………………………………………………….. 32 25. Gb 4-7 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Hysteresis………………………….. 36 26. Gb 4-8 Gelombang Keluaran Mosfet (VDS 1)……………………………………... 37 27. Gb 4-9Gelombang Keluaran Mosfet (VDS 2)……………………………………… 37 28. Gb 4-10 Gelombang Keluaran Rangkaian Daya (Pada Saat 12 VDC)……………... 38 viii Perpustakaan Unika DAFTAR TABEL Tabel 4-1 Hasil Pengujian Alat……………………………………………………………... 33 Tabel 4-2 Hasil Pengujian AVR dengan beban (sensor tegangan) …………..……..……... 38 ix Perpustakaan Unika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Generator sinkron merupakan alat pembangkit tenaga listrik utama yang dipakai untuk mengkonversikan tenaga mekanis menjadi tenaga listrik. Masalah utama dari generator ini adalah tegangan keluaran yang berubah-ubah dikarenakan pembebanan pada terminal keluaran generator. Semakin banyak pembebanan yang diberikan maka tegangan keluaran generator akan semakin kecil. Karena hal tersebut berpengaruh secara langsung terhadap sistem kelistrikan maka perlu untuk dibuat suatu alat penyetabil tegangan generator yang bertujuan agar tegangan keluaran generator dapat lebih stabil dan konstan. Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai pengatur tegangan generator otomatis (automatic Voltage Regulator/ AVR) dengan kendali hysteresis yang bereferensi pada sistem satu fasa untuk mengatur tegangan eksitasi yang akan diinjeksikan pada lilitan medan yang bertujuan untuk menaik turunkan tegangan keluaran generator berdasarkan dari banyaknya pembebanan. Jika beban pada terminal keluaran ditambah, tegangan terminal keluaran generator akan berkurang maka AVR ini akan menaikkan tegangan eksitasi yang bertujuan untuk menaikkan tegangan terminal keluaran menyetabilkan tegangan keluarannya. 1 generator dengan maksud untuk Perpustakaan Unika 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang akan dibahas adalah cara untuk mengatur tegangan keluaran generator akibat efek pembebanan. Pengaturan tegangan keluaran ini yaitu dengan cara mengatur tegangan eksitasi yang diberikan pada lilitan medan. 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ini yaitu pengendalian tegangan keluaran dengan penggunaan metode hysteresis dan AC-DC Converter tipe asimetris. 1.4 Tujuan Penelitian Tugas Akhir Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengatur tegangan eksitasi generator yang berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran generator. Sedangkan manfaat bagi dunia akademis adalah agar dunia akademis dapat mengembangkan sistem kontrol eksitasi generator yang lebih stabil dan akurat jika dibandingkan dengan tugas akhir ini. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai adalah: a.) Studi literatur: dengan membaca buku-buku yang berhubungan erat dengan bidang daya dan kontrol. b.) Bimbingan: dengan diskusi maupun tanya jawab kepada dosen pembimbing, laboran maupun dosen-dosen lain. 2 Perpustakaan Unika c.) Eksperimental : dengan cara penggabungan antara studi literatur dengan bimbingan yang kemudian diimplementasikan ke dalam suatu alat. 1.6 Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari 5 bab: A. BAB 1: Pendahuluan : yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, serta sistematika penelitian. B. BAB 2 : Dasar Teori : yang berisi tentang dasar teori dari rangkaian daya, rangkaian hysteresis, sensor tegangan, generator dan sistem eksitasi. C. BAB 3 : Implementasi AVR Dengan Kendali Hysteresis : yang berisi tentang pendahuluan, rangkaian sensor tegangan, rangkaian referensi tegangan dan error amplifier, rangkaian kontrol hysteresis, rangkaian driver dan daya. D. BAB 4 : Hasil Pengujian dan Analisa AVR Dengan Kendali Hysteresis : yang berisi tentang pengujian AVR tanpa beban (gelombang segitiga AFG) dan AVR dengan beban. E. BAB 5 : Penutup : yang berisi tentang kesimpulan dari tugas akhir yang dibuat oleh penulis serta saran-saran penulis untuk pengembangan alat ini selanjutnya. 3 Perpustakaan Unika BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Rangkaian Daya Rangkaian daya digunakan untuk mengubah dari tegangan AC menjadi tegangan DC. Gambar rangkaian daya yang dipakai tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini: L1 D1 D2 V1 D3 D4 Q1 C1 Q2 from_driver_1 from_driver_2 Gb 2.1 Rangkaian Daya 4 R1 Perpustakaan Unika Mode 1 pada saat sakelar 2 tertutup: L1 D1 MUR1560 4 V1 220 V 50 Hz 0Deg D3 MUR1560 C1 470uF-POL R1 8.2kΩ from_driver_2 Gb 2-2 Rangkaian Daya Mode 1 Mode 2 saat saklar 2 tertutup: L1 D2 MUR1560 4 V1 220 V 50 Hz 0Deg D4 MUR1560 C1 470uF-POL 1 from_driver_1 Gb 2-3 Rangkaian Daya Mode 2 5 R1 8.2kΩ Perpustakaan Unika atau rangkaian ekivalennya (sumber sudah disearahkan / sumber DC beriak) dengan nilai: Vdc = 2Vm π ………………………………………………………………………(1) Untuk Rangkaian lanjutan dengan sumber DC beriak dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gb 2.4 Mode 1 Pada Filter (t = closed) Keterangan gambar: pada saat saklar tertutup maka akan ada tegangan pada sisi beban L-C-R nya sehingga akan beroperasi seperti rangkaian biasa. Gb 2.5 Mode 2 Pada Filter (t = open) 6 Perpustakaan Unika Keterangan gambar: pada saat saklar terbuka dioda freewheeling akan mengalirkan arus yang dibuang dari inductor. Tegangan diantara inductor L adalah: EL = L di ………………………………………………………………………(2) dt Dianggap arus inductor meningkat secara linear dari I1 ke I2 pada waktu t1 Vs – Va = L I 2 − I1 ΔI = L …………………………………………………….(3) t1 t1 Atau t1 = ΔIL …………………………………………………………………….(4) VS − Va dan arus inductor turun secara linear dari I2 ke I1 pada waktu t2 -Va = -L ΔI ……………………………………………………………………(5) t2 Atau t2 = ΔIL ………………………………………………………………………..(6) Va Dimana ∆I = I2 – I1 adalah arus ripple puncak ke puncak dari inductor L. Jika kita menghitung nilai dari ∆I pada persamaan di atas memberikan perhitungan : ∆I = (VS − Va )t1 Vat2 = …………………….……………………………………(7) L L Jika kita mensubtitusikan t1 = kT dan t2 = (1-k)T menghasilkan tegangan keluaran rata-rata yaitu: Va = Vs t1 = kVs…………………………………………………………………(8) T 7 Perpustakaan Unika Anggaplah rangkaian VsIs = VaIa = kVsIa dan arus masukan rata-rata adalah: Is = kIa…………………………………………………………….……………..(9) Dan periode switching T dapat dikatakan sebagai berikut : T= 1 ΔIL ΔILVS ΔIL = t1 + t2 = + = ………………………..……….(10) f VS − Va Va Va (VS − Va ) Yang memberikan arus ripple puncak ke puncak sebesar: ∆I = Va (VS − Va ) ………………………………………………………………(11) fLVS atau ∆I = VS k (1 − k ) …………………………………………..……………………(12) fL menggunakan hukum arus kirchoff, dapat ditulis sebagai berikut: iL = ic + io……………………………………………………………………….(13) jika dianggap ∆io (arus ripple) adalah sangat kecil dan dapat diabaikan, ∆iL = ∆iC. arus rata-rata kapasitor, yang mengalir ke dalam untuk t1/2 + t2/2 = T/2 adalah : IC = ΔI ………………………..………………………………………...……..(14) 4 Maka tegangan kapasitor adalah: Vc = i icdt + vC (t = 0)………………………………………………………(15) C∫ Dan tegangan ripple puncak ke puncak dari kapasitor adalah 1 ∆VC = vC – vC (t = 0) = C T /2 ∫ 0 ΔIT ΔI ΔI dt = = …………..………………(16) 8C 8 fC 4 jika nilai dari ∆I dari persamaan di atas disubtitusikan akan menghasilkan: 8 Perpustakaan Unika ∆VC = Va (VS − Va ) ………………………………………….…………………(17) 8LCf 2VS atau ∆VC = Vs k (1 − k ) ……………………………………………………………….(18) 8LCf 2 2.2 Sensor Tegangan Sensor tegangan adalah devais untuk mendeteksi perubahan tegangan pada terminal keluaran. Sensor tegangan ini terdiri dari rangkaian buffer op-amp, multiplier, penguat membalik dan summer amplifier. Sensor ini dirancang untuk mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC yang berubah terhadap perubahan beban secara cepat dan akurat. Gb 2.6 Sensor Tegangan Sensor tegangan yang diperlihatkan di atas merupakan peng-konversi tegangan AC ke tegangan DC dengan perhitungan sebagai berikut : 9 Perpustakaan Unika jika sebuah tegangan AC masuk ke sebuah multiplier dengan 2 inputan yang kemudian tegangan tersebut dimasukkan pada 2 inputan tersebut (dikuadratkan) maka hasilnya adalah : contoh : Vi = 5 sin 2π50t maka keluaran dari multiplier (AD 633 JN) tersebut adalah : 52 Vi 2 = (sin 2π50t)2 Vo = 10 10 Dengan mengubah bilangan (sin 2π50t)2 menjadi 1 [cos(A-B) – cos(A+B)] maka 2 dapat dituliskan sebagai berikut: Vo = 25 1 cos 2π 50t ] [ − 10 2 2 Yang kemudian dapat dikatakan menjadi seperti berikut: Vo = 1.25 – 1.25 cos 2π50t hal ini dapat dikatakan bahwa tegangan DC dari fungsi tegangan tersebut adalah 1.25 Vdc (seperti terlihat pada nilai angka yang ditebalkan). Penjelasan sensor tegangan : Setelah mendapatkan hasil diatas kemudian tegangan DC yang didapat dari tegangan AC tersebut dikuatkan membalik sebesar 10 kali, hal ini dikarenakan perkalian yang dilakukan dibagi 10 (karakteristik AD 633 JN). Setelah dikuatkan membalik sebesar 10 kali lalu hasil perkalian tersebut dijumlahkan dengan pengali lainnya (seperti diperlihatkan pada gambar). Setelah semua tegangan tersebut dijumlahkan lalu diberi buffer yang selanjutnya tegangan ini akan digunakan sebagai tegangan masukan actual. 10 Perpustakaan Unika 2.3 Sistem Kendali Hysteresis Pengertian dari sistem kendali hysteresis adalah sistem kendali on-off dengan menempatkan 2 posisi sebagai batas atas (VUT) dan batas bawah (VLT). karakteristik dari sistem kendali hysteresis ini yaitu jika tegangan masukan (Vin) lebih kecil dari tegangan batas bawah (VLT) maka tegangan keluaran (Vo) dari sistem kendali ini adalah +Vsaturasi dan jika tegangan input (Vin) lebih besar daripada batas atas (VUT) maka tegangan keluaran dari sistem kendali ini adalah –Vsaturasi yang jika digambarkan dalam satu grafik adalah sebagai berikut : +Vo +Vsat Hysteresis band +Vin -Vin VLT VUT -Vsat -Vo Gb 2.7 Grafik Hysteresis Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa V.hysteresis (Hysteresis band / pita hysteresis) adalah: VH = VUT - VLT………………………………………………………………..(19) 11 Perpustakaan Unika Sebagai contohnya: Jika VUT = 14 mV dan VLT = -13 mV maka VH nya adalah 14 mV – (-13 mV) = 27 mV. Karena sistem ini memiliki batas atas (VUT) dan batas bawah (VLT) maka tegangan masukannya (Vin) harus memotong batas atas dan bawah agar sistem kendali ini bekerja. Jika tegangan hysteresisnya lebih besar daripada tegangan riak puncak ke puncak masukannya maka tidak akan ada perpotongan batas atas dan batas bawah sehingga akan menghasilkan suatu nilai kesalahan. Batas_atas 50% 0 from_reference 12 R6 10kΩ 8 R5 9 10kΩ R1 R2 10 10kΩ R3 10kΩ to_synchronous_circuit 4 TL082CD 8 U2A NAND2 U4 3 Qnot 3 1 NAND2 8 2 4 TL082CD 13 from_reference2 0 Batas_baw ah U3 1 2 6 10kΩ R4 2 1 10kΩ Differential_Amplifier U1A 7 3 50% Gb 2.8 Rangkaian Hysteresis 12 Perpustakaan Unika 2.4 Generator Sinkron Generator AC atau arus bolak-balik (juga disebut generator sinkron atau altenator) adalah sumber energi utama dari semua energi listrik yang kita pakai. Generator merupakan devais yang menggunakan magnet untuk mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik. Prinsip generator dengan sederhana dikatakan bahwa tegangan diinduksikan pada konduktor apabila konduktor digerakkan pada medan magnet sehingga memotong garis gaya. Secara khusus dapat dijelaskan bahwa prinsip kerja generator adalah dengan memotong garis gaya magnet dalam waktu tertentu secara berkesinambungan untuk menghasilkan fluks magnet yang akan menghasilkan gaya gerak listrik induksi (GGL induksi). Pada waktu memotong garis gaya magnet timbul GGL induksi tetapi tegangan yang dikeluarkan pada lilitan jangkar akan sangat kecil sehingga diperlukan suatu eksitasi atau penguatan untuk diinjeksikan pada lilitan medan yang berguna untuk memperkuat garis gaya magnet (menimbulkan medan magnet) tersebut. Untuk masalah eksitasi akan dijelaskan pada bagian berikutnya. Hukum yang mendasari prinsip kerja generator adalah hukum faraday yang berbunyi: “sebuah konduktor yang digerakkan secara berkala, memotong garis gaya magnet akan menimbulkan fluks magnet dan akan menimbulkan tegangan induksi (GGL induksi). Hukum tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: e=- dλ dΦ = -N ……………………………………………………………..(20) dt dt dengan : e = tegangan induksi 13 Perpustakaan Unika Generator digerakkan oleh beberapa jenis mesin mekanis (uap atau turbin air, mesin bensin, atau motor listrik). Hukum tangan kiri untuk generator menunjukkan hubungan arah arus bergerak, arah medan magnet, dan arah resuktan dari aliran arus yang terinduksi. Apabila ibu jari ditunjukkan pada arah gerakan penghantar, dan telunjuk ditunjukkan kearah fluks, jari tengah akan menunjuk ke arah aliran electron yang terinduksi. Hukum ini juga dapat dipakai apabila magnet sebagai pengganti penghantar, digerakkan. Meskipun demikian, dalam hal ini ibu jari harus ditunjukkan ke arah gerakan penghantar relative. Jumlah tegangan yang diinduksikan pada penghantar pada saat penghantar bergerak pada medan magnet tergantung pada: a.) Kekuatan medan magnet. Makin kuat medan makin besar tegangan yang diinduksikan. b.) Kecepatan penghantar yang memotong fluks. Bertambahnya kecepatan penghantar menambah besarnya tegangan yang diinduksikan. c.) Sudut pada tempat penghantar memotong fluks. Tegangan maksimum diinduksikan apabila konduktor memotong pada 900, dan tegangan yang lebih rendah diinduksikan apabila sudut itu kurang dari 900. d.) Panjang penghantar pada medan magnet. Jika penghantar digulung menjadi kumparan yang terdiri dari beberapa lilitan, panjang efektif bertambah dan tegangan yang diinduksikan akan bertambah. Generator AC dibuat dengan medan magnet diam atau berputar. Jenis medan diam biasanya kapasitas KVAnya relative kecil dan ukuran tegangan rendah. Jenis ini mirip dengan generator DC kecuali jenis ini mempunyai slip ring sebagai 14 Perpustakaan Unika pengganti komutator. Kutub menonjol (salient pole) membangkitkan medan DC, yang dipotong oleh jangkar yang berputar. Jangkar mempunyai lilitan yang mempuyai terminal yang dihubungkan dengan slip ring yang dipasang pada poros. Seperangkat sikat bergeser pada slip ring sehingga kita dapat menghubungkan jangkar dengan beban luar. Generator AC tidak dapat mensuplai arus medan sendiri. Penguat medan harus arus searah, dan karena itu harus disuplai dari sumber luar. Jangkar diputar oleh sumber daya mekanis, misalnya: mesin diesel. Jenis generator AC medan berputar menyederhanakan masalah pengisolasian tegangan yang dibangkitkan, yang umumnya sebesar 18000 sampai dengan 24000 volt. Generator ac medan berputar mempunyai jangkar diam yang disebut stator. Lilitan stator tiga fase langsung dihubungkan pada beban tanpa melalui slip ring dan sikat. Pada prinsipnya, generator memiliki 2 bagian yaitu: - Rotor adalah bagian yang bergerak - Stator adalah bagian yang diam Yang dimaksud dari lilitan medan adalah lilitan tempat generator menerima injeksi eksitasi dari sumber tegangan DC. Sedangkan untuk lilitan jangkar adalah lilitan sebagai terminal keluaran generator. Sedangkan untuk frekuensi keluaran generator dipengaruhi oleh: - Jumlah kutub pada generator. - Kecepatan putaran rotor generator. Yang dirumuskan dengan bentuk: f.tegangan = pn …………………………………………………(21) 120 15 Perpustakaan Unika Dimana: P = Jumlah kutub n = Kecepatan putaran (rpm) Sistem eksitasi merupakan sistem yang digunakan sebagai penguatan generator. Yang dimaksud eksitasi disini adalah penginjeksian arus DC ke lilitan medan generator yang berfungsi untuk menghasilkan tegangan keluaran pada generator. Guna dari penginjeksian arus DC ini adalah untuk memperkuat medan magnet dan garis gaya magnet yang akan dipotong oleh konduktor sehingga tegangan keluaran yang dihasilkan dapat lebih besar. Ada 2 macam sistem eksitasi pada generator sinkron: - Static exciter yaitu eksitasi tegangan yang masih menggunakan brush atau sikat arang sebagai konduktor untuk mengalirkan tegangan DC ke lilitan medan. - Sedangkan yang kedua adalah brushless exciter yaitu sistem yang sudah tidak menggunakan sikat arang sebagai konduktor untuk mengalirkan tegangan DC ke lilitan medan. Karena fungsinya telah digantikan oleh rotating rectifier yang langsung tersambung dengan rotor generator sehingga exciter ini akan ikut berputar dengan rotor. 16 Perpustakaan Unika BAB 3 IMPLEMENTASI AVR DENGAN KENDALI HYSTERESIS 3.1 Pendahuluan Implementasi AVR dengan kendali hysteresis ini akan dilakukan dengan membagi setiap bagian kedalam suatu diagram blok sesuai dengan fungsi rangkaiannya masing-masing. Berikut ini akan digambarkan diagram bloknya: Motor Generator Load Rangkaian Kontrol Rangkaian daya Hysteresis Aktual Rangkaian Driver Rangkaian Sinkronisasi Error Amplifier Referensi Gb 3-1 Diagram Blok AVR 3.2 Rangkaian Sensor Tegangan Rangkaian sensor tegangan ini digunakan untuk mengetahui perubahan tegangan (tegangan aktual) pada terminal keluaran generator yang diakibatkan karena pembebanan atau pemberian beban tambahan pada terminal keluaran 17 Perpustakaan Unika generator. Tegangan keluaran pada generator akan berubah-ubah tergantung dari besarnya beban yang diberikan dan sensor tegangan ini akan mendeteksinya. Gb 3-2 Rangkaian Sensor Tegangan Prinsip kerja dari sensor tegangan ini adalah masukan yang berupa tegangan bolak-balik atau AC diubah menjadi tegangan DC melalui pengkuadratan dari tegangan AC yang operasinya dilakukan oleh IC multiplier atau IC pengali kemudian hasil dari pengkuadratan tersebut dibalik dengan menggunakan penguat membalik (inverting amplifier) setelah dibalik keluaran dari inverting amplifier dijumlah di rangkaian summer amplifier. Dan hasil dari keluaran summer amplifier dibuffer dengan voltage follower. Hasil keluaran dari sensor tegangan ini akan mengikuti tegangan keluaran dari terminal generator apabila diberi pembebanan. 3.3 Rangkaian Referensi dan Differential Amplifier Rangkaian referensi digunakan sebagai acuan atau referensi tegangan yang diinginkan. Rangkaian referensi ini digunakan sebagai pembanding dari masukan 18 Perpustakaan Unika aktualnya. Sehingga rengkaian referensi ini diset tetap dan diusahakan tidak berubah meskipun ada perubahan tapi diusahakan agar perubahan yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Prinsip kerja dari rangkaian referensi ini adalah pengambilan tegangan tetap dari catu daya kontrol yang kemudian dihaluskan lalu kemudian dibuffer dengan op-amp yaitu penguatan 1 kali. Rangkaian referensi yang terdapat pada AVR ini yaitu : a.) Rangkaian referensi 6 volt pada bagian error amplifier : Pada rangkaian referensi yang dipasang sebagai tegangan acuan bagi error amplifier ini dipasang kapasitor sebesar 10 mikro farad dan variable resistor multiturn sebesar 100 kΩ. kapasitor ini berfungsi untuk mengurangi riak tegangan dan variable resistor multiturn ini digunakan untuk mengatur tegangan yang diinginkan. V1 12 V 50% To_differential_amplifier 0 Gb 3-3 Rangkaian Referensi Differential Amplifier b.) Rangkaian referensi batas atas sebesar 0,25 volt Pada rangkaian referensi yang dipasang sebagai tegangan acuan batas atas kendali hysteresis ini dipasang regulator 7805 yang digunakan untuk menurunkan tegangan dari +12 volt ke +5 volt yang kemudian dipertahankan pada level +5 volt. 19 Perpustakaan Unika Regulator ini dihubungkan dengan kapasitor 10 μF (sebelum regulator) dan kapasitor 1 μF (sesudah regulator) yang berfungsi untuk meregulasi riak. Kemudian diparalel dengan variable resistor multiturn 100kΩ yang berfungsi untuk mengatur tegangan referensi yang diinginkan. U1 MC7805CT LINE VOLTAGE VREG R1 COMMON V1 12 V 10µF 1µF 100KΩ_LIN Key = A 50% U2A 4 R2 0 Gb 3-4 Rangkaian Referensi Batas Atas c.) Rangkaian referensi batas bawah -0,25 volt : Pada rangkaian referensi yang dipasang sebagai tegangan acuan batas atas window comparator ini dipasang regulator 7905 yang digunakan untuk menaikkan tegangan dari -12 volt ke -5 volt yang kemudian dipertahankan pada level -5 volt. Regulator ini dihubungkan dengan kapasitor 10 μF (sebelum regulator) dan kapasitor 1 μF (sesudah regulator) yang berfungsi untuk meregulasi riak. Kemudian diparalel dengan variable resistor 100kΩ yang berfungsi untuk mengatur tegangan referensi yang diinginkan. 20 Perpustakaan Unika U1 LM7905CT LINE VOLTAGE VREG 100KΩ_LIN Key = A to_hysteresis(Reference -) COMMON V1 12 V U2A 10µF 1µF 50% R1 0 Gb 3-5 Rangkaian Referensi Batas Bawah Sedangkan untuk rangkaian differential amplifier digunakan untuk membandingkan tegangan aktual dari sensor tegangan dan tegangan referensi dari rangkaian referensi. Keluaran dari error amplifier ini merupakan pengurangan dari tegangan aktual dan tegangan referensi. Atau dengan kata lain dapat juga disebut Vo = Vref – Vakt………………………………………………………...…….(22) R4 4 3 10kΩ U1A 1 2 1 2 Aktual 10kΩ Referensi 3 8 TL082CD 10kΩ R1 10kΩ 0 Gb 3-6 Rangkaian Differential Amplifier Yang didapat dari perhitungan : 21 Perpustakaan Unika Pada differential amplifier menunjukkan bahwa akan terjadi pengurangan tegangan pada differential amplifier antara tegangan referensi (tegangan acuan / tetap) dengan tegangan actual yang berasal dari sensor tegangan. Atau dengan kata lain Vo = Vref – Vaktual. Atau jika kita jabarkan maka yang kita dapat adalah sebagai berikut : a.) Perhitungan pertama jika pada masukan non-inverting digroundkan maka dapat terlihat bahwa pada rangkaian akan menjadi rangkaian penguat membalik dengan gain atau penguatan seharga –Rf / Ri atau –A oleh karena itu maka tegangan keluaran yang mengacu pada masukan inverting akan seharga –AE2 dengan E2 sebagai masukan inverting. b.) Perhitungan kedua jika pada masukan inverting digroundkan maka dapat terlihat bahwa rangkaian akan menjadi rangkaian penguat tak membalik dengan gain sebesar (1+A). yang berasal dari E1 + AE1 dimana E1 yaitu masukan pada gerbang non-inverting. c.) perhitungan berikutnya yaitu perhitungan nilai resistor. Resistor yang terpasang pada gerbang non-inverting bertindak sebagai pembagi tegangan pada input gerbang non-inverting. inputan yang telah dibagi ini kemudian akan digunakan sebagai input non-inverting yang sesungguhnya pada rangkaian differential amplifier ini. Untuk perhitungan rangkaian ini yaitu E1A/(1+A) = Pembagi tegangan dikali dengan (1+A) = penguatan tak membalik yang menghasilkan nilai keluaran AE1. - Perhitungan untuk penguatan masukan actual : Vo = (-Rf / Ri ) E2, dimana E2 adalah masukan aktual 22 Perpustakaan Unika - perhitungan untuk penguatan masukan referensi : Vo = E1(Rf / Ri), dimana E1 adalah masukan referensi - jika kita gabungkan maka akan menjadi tegangan keluaran total (keluaran differensial) : Vo = E1(Rf / Ri)) - E2(Rf / Ri) 3.4 Rangkaian Kontrol Hysteresis Rangkaian kontrol hysteresis pada tugas akhir ini menggunakan komparator dengan menentukan batas atas dan batas bawah tegangan masukan pada sistem kontrol. Prinsip kerja dari rangkaian ini adalah untuk mempertahankan nilai aktual sesuai dengan nilai referensi yang ada, dan besarnya pita hysteresis dapat diset sesuai dengan kehendak kita. Secara teori dapat dikatakan bahwa: Batas_atas 50% 0 from_reference 12 R6 10kΩ 8 R5 9 10kΩ R1 R2 10 10kΩ R3 10kΩ to_synchronous_circuit 4 TL082CD 8 U2A NAND2 U4 3 Qnot 3 1 NAND2 8 2 4 TL082CD 13 from_reference2 0 Batas_baw ah U3 1 2 6 10kΩ R4 2 1 10kΩ Differential_Amplifier U1A 7 3 50% Gb 3-7 Rangkaian Hysteresis 23 Perpustakaan Unika a.) Pada batas atas jika tegangan masukan dari error amplifier lebih positif dari batas atas maka keluaran dari op-amp (U1A) akan bernilai logika 0 (-V saturasi op-amp) dikarenakan masukan pada gerbang inverting lebih besar daripada masukan pada gerbang non-inverting. Kemudian jika masukan lebih negative dari batas atas maka keluaran op-amp (U1A) akan bernilai logika 1 (+V saturasi op-amp) dikarenakan masukan pada gerbang noninverting lebih besar daripada masukan pada gerbang inverting. Keluaran dari opamp ini akan berbentuk kotak dengan batas atas +V saturasi dan batas bawah –V saturasi. b.) Pada batas bawah jika tegangan masukan dari error amplifier lebih positif dari batas bawah maka keluaran dari op-amp (U2A) akan bernilai logika 1 (+V saturasi op-amp) dikarenakan masukan pada gerbang non-inverting lebih besar daripada masukan pada gerbang inverting. Kemudian jika masukan lebih negative dari batas atas maka keluaran op-amp (U2A) akan bernilai logika 0 (-V saturasi op-amp) dikarenakan masukan pada gerbang inverting lebih besar daripada masukan pada gerbang noninverting. Keluaran dari op-amp ini akan berbentuk kotak dengan batas atas +V saturasi dan batas bawah –V saturasi. 24 Perpustakaan Unika c.) Pada Flip-Flop S-R Pada tugas akhir ini akan dipakai IC 4011 CMOS gerbang NAND. Masukan pada flip-flop S-R ini akan berupa logika 1 (+Vsat) dan 0 (-Vsat). Kemudian keluarannya akan berbentuk gelombang kotak dengan referensi +Vsat ke ground karena catu dari gerbang NAND yang dipakai adalah catu + dan ground. Masukan dari hysteresis dapat berupa logika 1 dan 0 karena logika 1 dari CMOS yaitu minimal 2/3 dari Vdd nya. Sedangkan logika 0 dari CMOS adalah maksimal 1/3 Vdd nya. 3.5 Rangkaian Sinkronisasi Rangkaian sinkronisasi ini digunakan untuk mensikronisasikan keluaran rangkaian window detector atau rangkaian kontrol hysteresis dengan tegangan AC dari Trafo daya sehingga akan terbentuk gelombang kotak yang ber-duty cycle dan dapat digunakan untuk memicu MOSFET IRFP 730 pada rangkaian driver dan kemudian akan meng-on kan LED pada optocoupler TLP 250 yang kemudian keluaran dari optocoupler TLP 250 tersebut akan memicu gate MOSFET IRFP 460 pada rangkaian daya. Gambar rangkaian sinkronisasi dapat dilihat dibawah ini: 25 Perpustakaan Unika 8 Zero_Crossing_DetectorA R1 1 3 3 1 TL082CD 1.0kΩ 2 2 AND2 4 To_Driver 0 V1 3V 50 Hz 0Deg 0 From_Hysteresis 0 To_Driver2 AND2 8 Zero_Crossing_Detector2A R2 4 6 3 1 2 TL082CD 1.0kΩ 4 0 Gb 3-8 Rangkaian Sinkronisasi 3.6 Rangkaian Driver Rangkaian driver pada tugas akhir ini digunakan untuk memicu gate MOSFET IRFP 460 yang kemudian akan mentransfer duty cycle dari rangkaian window comparator pada mosfet yang terdapat pada rangkaian daya. Rangkaian driver ini menggunakan TLP 250 sebagai optocouplernya dan Mosfet IRFP 730 sebagai pemicunya. Rangkaian driver ini mendapat masukan dari rangkaian kontrol hysteresis yang akan memicu mosfet IRFP 730 dan akan mengkonduksikan transistor yang ada didalam TLP 250. keluaran dari TLP 250 ini akan mengkonduksikan dan mengatur duty cycle MOSFET IRFP 460 pada rangkaian daya. Fungsi sebenarnya dari TLP 250 ini juga adalah sebagai isolasi antara rangkaian daya dan kontrol. 26 Perpustakaan Unika Gb 3-9 Rangkaian Driver 3.7 Rangkaian Daya Rangkaian daya ini terdiri dari 4 buah dioda cepat (fast recovery diode) MUR 1560 dan juga power mosfet peningkatan tipe-N IRFP 460. Dioda dan mosfet ini digunakan sebagai satu kesatuan rangkaian daya yang digunakan sebagai AC to DC konverter. Yaitu alat yang digunakan untuk mengubah tegangan AC ke DC. Yang kemudian tegangan DC ini akan diinjeksikan ke lilitan medan generator untuk mengatur tegangan keluaran generator. Tegangan DC ini yang dinamakan sebagai tegangan eksitasi yang diinjeksikan ke lilitan medan generator. Tegangan DC ini diatur dengan mengubah duty cycle pada mosfet yang dilakukan dalam sistem closed loop. 27 Perpustakaan Unika L1 D1 D2 V1 D3 D4 Q1 C1 Q2 from_driver_1 from_driver_2 Gb 3-10 Rangkaian Daya 28 R1 Perpustakaan Unika BAB 4 HASIL PENGUJIAN AVR DENGAN KENDALI HYSTERESIS 4.1 Pengujian AVR dengan AFG (segitiga = 1 kHz), VU = 0.25 Volt, VL = -0.25 Volt. Pengujian AVR dengan sinyal segitiga 1 kHz, batas atas 0.25 volt dan batas bawah 0.25 volt menghasilkan gelombang keluaran sebagai berikut : 4.1.1 Gelombang Keluaran di Hysteresis Gb 4-1 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Hysteresis Gelombang keluaran pada rangkaian hysteresis akan tampak berbentuk kotak karena gelombang segitiga yang memotong batas atas dan batas bawah. Terlihat juga bahwa gelombang keluaran memiliki sisi positif dan negative karena ini akibat dari penguatan open loop op-amp yang disebut dengan saturasi yaitu +Vsat dan –Vsat. Tetapi gelombang keluaran pada flip-flop S-R akan berbentuk kotak yang hanya 29 Perpustakaan Unika memiliki siklus positif karena Vcc gerbang NAND yang digunakan hanya + dan ground. Sehingga referensi bawahnya yaitu ground. 4.1.2 Gelombang Keluaran di Rangkaian Sinkronisasi Gb 4-2 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Sinkronisasi Gelombang keluaran pada rangkaian sinkronisasi pada salah satu sisi berbentuk seperti tampak pada gambar karena rangkaian zero crossing detector (50 Hz) dan gerbang AND membuat wadah/lebar pulsa untuk keluaran dari rangkaian hysteresis (1 KHz). 30 Perpustakaan Unika 4.1.3 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Driver Gb 4-3 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Driver Gb 4-4 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Driver (2 Switching) Gelombang keluaran pada rangkaian driver akan sama dengan gelombang keluaran pada rangkaian sinkronisasi karena rangkaian driver ini hanya sebagai penghubung dan pengisolasi antara rangkaian control dengan rangkaian daya. 31 Perpustakaan Unika 4.1.4 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Daya (Tanpa Kapasitor) Belum Switching Gb 4-5 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Daya Tanpa Kapasitor dan Switching Gelombang keluaran pada rangkaian daya sebelum switching adalah tinggi/high karena disebabkan dari keluaran rangkaian hysteresis yang juga tinggi. (keluaran Q dari flip-flop S-R). 4.1.5 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Daya (Tanpa Kapasitor) Sudah Switching Gb 4-6 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Daya Tanpa Kapasitor (Sudah Switching) 32 Perpustakaan Unika Pada gambar di atas terlihat bahwa gelombang keluaran sudah terswitching dan tampak terchopper hal ini menandakan bahwa tegangan dapat diatur dengan duty cycle yang bisa kita atur lewat rangkaian kontrol hysteresis 4.2 Pengujian AVR dengan Perubahan RPM Motor DC (Open Load) Pengujian AVR dengan perubahan RPM menghasilkan data sebagai berikut: Tabel 4-1 Hasil Pengujian Alat No I medan V jangkar Motor DC Motor DC 1 1.5 A 175 V 2 1.5 A 3 V Referensi Vdc Medan V output Generator Generator 6V 8.21 V 110 V 170 V 6V 9.00 V 110 V 1.5 A 165 V 6V 9.48 V 110 V 4 1.5 A 160 V 6V 9.89 V 110 V 5 1.5 A 155 V 6V 10.27 V 110 V 6 1.5 A 150 V 6V 10.60 V 110 V 7 1.5 A 145 V 6V 11.04 V 110 V 8 1.5 A 140 V 6V 11.39 V 110 V 9 1.5 A 135 V 6V 12.18 V 110 V 10 1.5 A 130 V 6V 12.68 V 110 V 11 1.5 A 125 V 6V 13.19 V 110 V 12 1.5 A 120 V 6V 13.72 V 110 V 13 1.5 A 115 V 6V 14.64 V 110 V 14 1.5 A 110 V 6V 15.47 V 110 V 33 Perpustakaan Unika 15 1.5 A 105 V 6V 16.72 V 110 V Seperti tampak pada tabel di atas bahwa seiring dengan perubahan pada RPM (dengan mengubah tegangan jangkar pada motor DC dengan membiarkan arus medan tetap) motor DC / turbin, tegangan keluaran generator diatur pada titik yang tetap yaitu 110 Vac. Hal ini terjadi karena rangkaian kontrol hysteresis mengendalikan tegangan medan generator sehingga perubahan kecepatan yang semakin tinggi akan direspon rangkaian kontrol dengan menurunkan tegangan medan generator sedangkan untuk perubahan kecepatan yang semakin rendah akan direspon rangkaian kontrol dengan menaikkan tegangan medan generator. Pengaruh kecepatan turbin terhadap tegangan keluaran generator : fluksi sebagai fungsi waktu diperoleh melalui putaran rotor. Jika Φ adalah fluksi yang dibangkitkan di rotor dan memasuki celah udara antara rotor dan stator dengan nilai konstan maka, dengan mengabaikan efek pinggir, laju pertaqmbahan fluksi yang ditangkap oleh belitan stator adalah : dΦs dθmagnetik =Φ = Φ ω magnetic dt dt karena ω magnetic = 2πf magnetic = 2π pn , maka 120 dΦs pn =Φπ dt 60 Dari persamaan di atas kita peroleh tegangan pada belitan yaitu : V=-N dΦs pn =-NΦπ dt 60 34 Perpustakaan Unika Jika Φ bernilai konstan, tidaklah berarti persamaan di atas memberikan suatu tegangan konstan karena Φ bernilai konstan positif untuk setengah perioda dan bernilai konstan negative untuk setengah perioda berikutnya. Maka persamaan di atas memberikan tegangan bolak – balik yang tidak sinus. Untuk memperoleh tegangan berbentuk sinus, Φ harus berbentuk sinus juga. Akan tetapi ia tidak dibuat sebagai fungsi sinus terhadap waktu, akan tetapi sebagai fungsi sinus posisi, yaitu terhadap θ magnetic. Jadi jika : Φ = Φm cos θ magnetic Maka laju pertambahan fluksi yang dilingkupi belitan adalah : dΦs dΦ d dΦmagnetik = = ( Φm cos θ magnetic) = - Φm sin θ magnetic dt dt dt dt = - Φm ω magnetic sin θ magnetic = - Φm (2π pn ) sin θ magnetic 120 Sehingga tegangan belitan E=-N pn dΦ s = - N π Φm sin θ magnetic dt 60 = 2πf N Φm sin θ magnetic = ω N Φm sin ωt Persamaan tersebut memberikan nilai sesaat dari tegangan yang dibangkitkan di belitan stator. Nilai maksimum dari tegangan ini adalah : Em = ω N Φm Volt Dan nilai efektifnya adalah : Erms = 2πf Em ωNφm = = N Φm 2 2 2 = 4.44 f N Φm Volt. 35 Perpustakaan Unika 4.2.1 Gelombang Keluaran Rangkaian Hysteresis (VGS) Gb 4-7 Gelombang Keluaran Pada Rangkaian Hysteresis Dapat terlihat bahwa pada gambar keluaran hysteresis terjadi switching yang akan mengkonduksi gerbang gate (VGS) pada Mosfet IRFP 460 untuk mengendalikan switching mosfet. Semakin cepat kecepatan RPM motor DC maka akan semakin sedikit switching dari rangkaian hysteresis (tegangan masukan medan generator akan semakin kecil) dan semakin lambat kecepatan RPM motor DC maka akan semakin banyka switching dari rangkaian hysteresis (tegangan masukan medan generator akan semakin besar). Pada gambar diatas merupakan salah satu contoh dari switching. 36 Perpustakaan Unika 4.2.2 Gelombang Keluaran Mosfet (VDS) Gb 4-8 Gelombang elKuaran Mosfet (VDS 1) Gb 4-9Gelombang Keluaran Mosfet (VDS 2) Pada gambar di atas dapat terlihat bahwa telah terjadi switching pada mosfet seperti terlihat pada gambar meskipun tidak sesempurna masukannya. Jika kita mengubah kecepatan RPM pada motor DC yang digunakan sebagai turbin maka pola switching juga akan berubah. 37 Perpustakaan Unika 4.2.3 Gelombang Keluaran Rangkaian Daya Gb 4-10 Gelombang Keluaran Rangkaian Daya (Pada Saat 15 VDC) 4.3 Pengujian AVR dengan Beban (Pendeteksian Sensor Tegangan) Banyaknya Tegangan AC Tegangan DC Beban Lampu (Keluaran Generator) (Pembacaan Sensor Tegangan) 0 Baris 110 VAC 6 VDC 1 Baris 107 VAC 5.6 VDC 2 Baris 104 VAC 5.3 VDC 3 Baris 100 VAC 5.01 VDC Dari data diatas dapat dilihat bahwa sensor tegangan dapat mendeteksi perubahan tegangan terminal keluaran generator yang diakibatkan dari pertambahan 38 Perpustakaan Unika beban. Seperti diketahui bersama bahwa perubahan beban yang disusun secara parallel akan membuat impedansi keluaran/ beban menjadi semakin kecil. Hal ini akan mengakibatkan pertambahan arus serta penurunan tegangan keluaran generator. 39 Perpustakaan Unika BAB 5 SARAN DAN KESIMPULAN Berdasarkan percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. AVR ini bekerja baik meregulasi perubahan tegangan terminal keluaran generator akibat perubahan kecepatan turbin dan pertambahan beban 2. Sensor tegangan dapat mendeteksi perubahan tegangan pada terminal keluaran generator jika kecepatan turbin variable dan jika pada terminal output dari generator mengalami pertmbahan atau pengurangan beban. 3. Frekuensi tidak dapat diatur secara baik oleh AVR ini karena AVR ini hanya menitikberatkan pada peregulasian tegangan generator buka meregulasi frekuensinya. Untuk peregulasian kecepatan dapat dibuat alat yang sejenis yang digunakan untuk mengatur perubahan kecepatan motor DC yang digunakan sebagai prime mover agar kecepatan motor DC tersebut selalu konstan pada RPM tertentu. Saran – saran penulis yaitu : 1. Peregulasian frekuensi dalam 1 paket dengan peregulasian tegangan. 40 Perpustakaan Unika DAFTAR PUSTAKA - Rashid, Muhammad H. “Power Electronics, Circuits, Devices, and Applications”. 2004. Prentice Hall. - Coughlin, Robert F. “Operational Amplifiers and Linear Integrated Circuit”. 2001. Prentice Hall Electronics. - S, Wasito. “Vademekum Elektronika”. 2001. Gramedia. - Wijaya, Mochtar. “Dasar-Dasar Mesin Listrik”.2001. Djambatan. - Sudirham, Sudaryanto. “Analisis Jaringan Listrik”. 2006. ITB. - Marsudi, Djiteng. “Pembangkitan Energi Listrik”. 2004. 41