PERBEDAAN BERSIHAN JALAN NAPAS SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI INHALASI UAP AIR PADA PENDERITA INFLUENSA USIA PRASEKOLAH DI DESA NYATNYONO Lisa Yuliastuti* Eko Susilo S. Kep., Ns., M. Kep**) Priyanto,S.Kep.,Ns.M.Kep.,Sp.KMB**) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran Email : [email protected] ABSTRAK LatarBelakang : Anak penderita influenza yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas ditandai dengan hidung tersumbat dan suara tambahan. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap air pada anak usia pra sekolah dengan influenza Metode : Rancangan penelitian ini adalah one group pretest-posttest design dengan jumlah sampel 15 responden menggunakan metode accidental sampling. Responden menghirup uap air panas ke dalam saluran pernapasan selama ± 15 menit pagi dan sore hari. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji wilcoxon. Hasil : Bersihan jalan napas sebelum diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa anak usia pra sekolah semuanya tidak efektif yaitu sebanyak 15 orang (100,0%). Bersihan jalan napas sesudah diberikan terapi inhalasi uap air sebagian besar tidak efektif yaitu sebanyak 11 orang (73,3%). Ada perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia prasekolah, dengan p value sebesar 0,046 < α (0,05). Simpulan :Ada perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap air pada usia pra sekolah dengan influensa di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Saran : sebaiknya masyarakat memanfaatkan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia prasekolah yang dapat dilakukan di rumah sebagai terapi komplementer sebagai upaya membersihkan jalan napas. Kata Kunci Kepustakaan : bersihan jalan napas, terapi inhalasi uap air, anak usia pra influensa : 35 (2006-2015) Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono sekolah, 1 ABSTRACT Background: Children with influenza who suffered ineffective Airway clearance characterized by nasal congestion and additional sound. Objective: This study aims to determine the differences in airway clearance before and after therapy of inhalation using water vapor in pre-school age children with influenza. Methods: The study design was one group pretest-posttest design with the samples of 15 respondents using accidental sampling method. Respondents inhaling steam into the respiratory tract during ± 15 minutes morning and evening. Data collecting tool used a questionnaire. The bivariate analysis used the Wilcoxon test. Results: Airway clearance before being given water vapor inhalation therapy in pre-school age children with influenza was all ineffective as many as 15 people (100.0%). Airway clearance after the therapy of inhalation using water vapor in pre-school age children with influenza was mostly ineffective as many as 11 people (73.3%). There were differences in airway clearance before and after water vapor inhalation therapy in pre-school age children, with p value of 0.046 <α (0.05). Conclusion: There are differences in airway clearance before and after the therapy of inhalation using water vapor in pre-school age children with influenza in Nyatnyono village District of West Ungaran Semarang Regency Suggestion: People should use water vapor inhalation therapy in pre-school age children with influenza at home as a complementary therapy as an effort to clear the airway. Keywords : airway clearance, water vapor inhalation therapy, preschool, age children a influenza Bibliographies: 35 (2006-2015) PENDAHULUAN Anak-anak dibawah lima tahun mudah sekali terkena penyakit karena kekebalan tubuh yang dimiliki masih rendah atau imunitas yang dimiliki belum terbentuk sempurna terutama penyakit infeksi (Meadow & Simon, 2006). Anak dibawah lima tahun atau anak masa prasekolah adalah dimana anak sedang aktif-aktifnya, ingin mengetahui segala bentuk dan segala rupa yang dilihat olehnya, senang bermain air, bermain diluar rumah dan banyak sekali yang ingin dilakukannya, selain itu anak dengan usia prasekolah memiliki kecenderungan nafsu makan yang menurun. Anak pada masa usia prasekolah ini juga sudah mengenal berbagai macam permainan dan ingin bermain dengan teman-teman seumurannya diluar rumah, sehingga dengan berbagai aktifitas yang ingin dilakukannya dan napsu makan menurun atau asupan nutrisi tidak terpenuhi membuat usia anak prasekolah lebih rentan terhadap suatu penyakit terutama penyakit infeksi (Hidayat, 2008). Influensa merupakan sinonim dari flue atau influensa. Influenza merupakan infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh virus yang menyerang pasien pada semua tingkat usia. Istilah “common cold” lebih menjelaskan suatu kompleks gejala daripada suatu penyakit tertentu, yang memilki ciri seperti hidung tersumbat (nasal congestan), suara serak (sore throat) dan batuk. Influensa menunjukkan rhinitis akut yang disebabkan oleh virus “selesma”. Rhinitis berarti “iritasi hidung” dan adalah derivative dari Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono 2 rhino, berarti “hidung”. Selaput lendir pada hidung yang terkena iritasi atau radang akan memproduksi lebih banyak lendir dan mengembang, sehingga hidung menjadi tersumbat dan pernafasan jadi sulit (Somantri, 2007). Penumpukan sekret merupakan suatu hasil produksi dari bronkus yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan tenggorokan. Penumpukan sekret menunjukkan adanya bendabenda asing yang terdapat pada saluran pernapasan sehingga dapat mengganggu keluar dan masuknya aliran udara. Sekret atau sputum adalah lendir yang dihasilkan karena adanya rangsangan pada membrane mukosa secara fisik, kimiawi maupun karena infeksi hal ini menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara adekuat, sehingga mukus banyak tertimbun (Djojodibroto, 2009). Ketika seseorang mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan dengan ketidak mampuan untuk batuk secara efektif maka dikatakan bersihan jalan nafas tidak efektif (Juall & Carpenito 2006). Bersihan jalan napas menunjukkan saluran pernapasan yang bebas dari sekresi maupun obstruksi dan bersihan jalan napas tidak efektif adalah terdapatnya benda asing seperti sekret pada saluran pernapasan sehingga menghambat saluran pernapasan. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Juall & Carpenito, 2006). Salah satu upaya untuk mengatasi hidung tersumbat dapat dilakukan dengan pemberian obat secara dihirup, obat dapat dihirup untuk menghasilkan efek lokal atau sistemik melalui saluran pernapasan dengan menghirup menggunakan uap, nebulizer, atau aerosol semprot (Gabrielle, 2013). Terapi inhalasi uap adalah pengobatan efektif untuk mengatasi hidung tersumbat, metode alami yang baik dengan uap dan panas. (Ashley, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Nyatnyono, Kab. Semarang didapatkan 7 anak yang mengalami influensa (batuk pilek), terdapat 5 anak mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu hidung tersumbat, untuk mengatasi hidung tersumbat penderita influensa orang tua membelikan obat di apotik, apabila tidak kunjung sembuh, anak dibawa ke bidan desa untuk diperiksa. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan praeksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah 50 anak usia prasekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, dengan minimal sample 15 anak usia prasekolah. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-20 September 2016 di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Alat pengumpulan data adalah dengan menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi. HASIL Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Bersihan Jalan Napas Sebelum Diberikan Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Pra Sekolah Bersihan jalan napas Tidak efektif Frekuensi (f) 15 Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono Persentase (%) 100,0 3 Efektif Jumlah 0 15 0,0 100,0 Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa bersihan jalan napas sebelum diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia pra sekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang semuanya tidak efektif yaitu sebanyak 15 orang (100,0%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Bersihan Jalan Napas Sesudah Diberikan Terapi Inhalasi Uap Air pada Penderita Influensa Usia Pra sekolah Bersihan jalan napas Tidak efektif Efektif Jumlah Frekuensi Persentase (f) (%) 11 73,3 4 26,7 15 100,0 Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa skor rata-rata bersihan jalan napas sebelum diberikan terapi inhalasi uap air pada anak usia prasekolah penderita influenza di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebesar 1,0000, sedangkan skor rata-rata bersihan jalan napas sesudah terapi inhalasi uap air pada anak usia prasekolah penderita influenza di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebesar 1,2667, sehingga terlihat ada perbedaan ratarata sebesar 0,2667. Diperoleh pula nilai Z hitung sebesar 2,0000 dan p value sebesar 0,046 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia prasekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN A. Bersihan Jalan Napas Sebelum Diberikan Terapi Inhalasi Uap Air Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui pada Penderita Influensa Usia Pra bahwa bersihan jalan napas sesudah sekolah di Desa Nyatnyono diberikan terapi inhalasi uap air pada Kecamatan Ungaran Barat penderita influensa usia pra sekolah di Kabupaten Semarang Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Hasil penelitian menunjukkan Barat Kabupaten Semarang sebagian bahwa bersihan jalan napas sebelum besar tidak efektif yaitu sebanyak 11 diberikan terapi inhalasi uap air pada orang (73,3%). penderita influensa usia pra sekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang semuanya tidak efektif yaitu sebanyak 15 orang (100,0%). Responden dalam penelitian Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi ini mengalami sumbatan napas Inhalasi Uap Air pada Anak (diperiksa, adanya sputum yang keluar Usia Prasekolah Penderita dari jalan napas). Influensa Alergen (virus) yang masuk Bersihan tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, Z pJalan n Mean SD value hitung saluran pencernaan dan lain-lain akan Napas ditangkap oleh makrofag yang bekerja Sebelum 15 2,000 0,046 1,0000 0,00000 sebagai Antigen Presenting Cells Sesudah 15 (APC). Setelah alergen diproses dalam 1,2667 0,45774 sel APC, kemudian oleh sel tersebut, alergen dipresentasikan ke sel Th. Sel Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono 4 APC melalui penglepasan interleukin I (II-1) mengaktifkan sel Th. Melalui penglepasan Interleukin 2 (II-2) oleh sel Th yang diaktifkan, kepada sel B diberikan signal untuk berproliferasi menjadi sel plasthma dan membentuk IgE. IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil, makrofag dan trombosit juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastofit dan basofil. Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP. Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel (Muttaqin, 2008). Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator yang sudah terkandung dalam granul-granul (preformed) di dalam sitoplasma yang mempunyai sifat biologik, yaitu histamin, Eosinophil Chemotactic Factor-A (ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi oleh histamin. Histamin menyebabkan Vasodilatasi, penurunan tekanan kapiler dan permeabilitas, sekresi mucus. Sekresi mukus yang berlebih itulah yang menghasilkan pilek (Muttaqin, 2008). Influensa atau selesma merupakan infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan atas (hidung sampai tenggorokan) dan menimbulkan gejala ingus meler atau hidung mampet dan batuk, sering disertai demam, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri telan. Virus yang paling sering pada selesma adalah rhinovirus (terdapat 100 jenis rhinovirus berbeda yang dapat menginfeksi manusia), diikuti dengan respiratory sincytial virus (RSV), dan adenovirus. Virus yang masuk ke tubuh dan menginfiltrasi saluran napas di hidung sampai tenggorokan akan memicu rangkaian reaksi sistem imun (pertahanan tubuh) dan bermanifestasi sebagai gejala-gejala yang dialami (batuk, pilek, demam, dan lainnya) (Arifianto, 2012). Responden juga menunjukkan adanya suara napas tambahan (diperiksa dengan menggunakan stetoskop).Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas dengan batasan karakteristik meliputi: tidak ada batuk, suara nafas tambahan, perubahan frekuensi nafas, sianosis, kesulitan mengeluarkan suara, penurunan bunyi nafas, dyspnea, sputum dalam jumlah yang berlebih, batuk yang tidak efektif,ortopnea, gelisah, serta mata terbuka lebar (Herdman, 2011). Masalah keperawatan bersihan jalan nafas harus diatasi apabila tidak segera ditangani akan terjadi resiko aspirasi atau sufokasi (bekuan darah yang tidak dapat dikeluarkan dengan batuk) yang berlanjut pada tersumbatnya jalan nafas, asfiksia dan kematian (Muttaqin, 2008). Hidung tersumbat (rhinitis) adalah peradangan pada saluran hidung dengan produksi mukus yang berlebihan. Penyebab paling umum adalah rhinovirus yang dikenal sebagai common cold atau flu biasa, penyebab lain dapat berupa rhinitis alergi atau Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono 5 pengaruh musim (Bajaj, 2011). Hidung tersumbat terjadi karena pelebaran pembuluh darah hidung yang merupakan gejala Influensa yang meningkatkan keparahan selama minggu pertama. Hidung tersumbat disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah kapasitansi besar yang terkadang disebut sebagai “jaringan ereksi” karena dapat membengkak dan menghalangi hidung. Jaringan ereksi vena sangat baik dikembangkan di akhir anterior konka inferior dan septum hidung. Bengkak ini terjadi pada (katup hidung) bagian untuk mengatur resistensi saluran napas hidung untuk aliran udara. Ostia sinus paranasal juga dikelilingi oleh jaringan ereksi vena, dan pembengkakan pembuluh darah ini dalam hubungan hidung tersumbat dapat menyebabkan sinusitis (Bajaj, 2011). B. Bersihan Jalan Napas Sesudah Diberikan Terapi Inhalasi Uap Air pada Penderita Influensa Usia Pra Sekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa bersihan jalan napas sesudah diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia pra sekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebagian besar tidak efektif yaitu sebanyak 11 orang (73,3%). Rhinorrea atau pilek mengacu pada hidung berair yang berkaitan dengan influensa, ini merupakan gejala awal yang berhubungan dengan bersin dan aktivasi reflek saraf parasimpatis dari yang merangsang sekresi pada kelenjar hidung. Terkait dengan hidung yang terkena infeksi saluran pernapasan atas adalah terdapat campuran kompleks unsur-unsur yang berasal dari hidung dan kelenjar lakrimal, sel goblet, sel plasma, dan eksudat plasma dari kapiler serta kontribusi relatif dari sumber yang bervariasi dengan waktu infeksi dan keparahan respon inflamasi (Bajaj, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bersihan jalan napas sesudah diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia pra sekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebagian efektif yaitu sebanyak 4 orang (26,7%). Ibu responden mengatakan mengalami kesulitan bernapas dimana hal tersebut merupakan gejala nyata adanya gangguan trakeobronkial, parenkim paru dan rongga pleura. Saat terjadi sesak napas, ada peningkatan kerja pernapasan akibat bertambahnya resistensi elastik paru (seperti pada pneumonia, atelatasis dan penyakit pleura), dinding dada (obesitas, kifoskoliosis) atau meningkatnya resistensi non elastisitas (emfisema, asma dan bronchitis) (Muttaqin, 2014). Responden juga terlihat mengalami batuk ada ronchi diposterior sinistra. Batuk adalah refleks protektif yang disebabkan oleh iritasi pada percabangan trakheobronkhial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme penting dalam membersihkan jalan napas bagian bawah ronchi merupakan bunyi gaduh yang dalam yang terdengar selama ekspirasi. Penyebabnya diantaranya gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi merupakan sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor (Asih dan Effendy, 2014). Ronchi merupakan suara napas tambahan yang terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus (Somantri, 2007). Terapi inhalasi merupakan pemberian obat secara langsung ke Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono 6 dalam saluran napas melalui penghisapan (Potter & Perry, 2007). Inhalasi sederhana berarti memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran pernapasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat dilakukan dalam lingkungan masyarakat. Steam inhalation (inhalasi uap) adalah menghirup uap hangat dari air mendidih (Akhavani, 2005). Penguapan tersebut menggunakan air panas dengan suhu 42 C-44 C (Hendley, Abbott, Beasley & Gwaltney, 2004). Tindakan ini memiliki sejumlah efek terapeutik, di antaranya berguna untuk mengencerkan lendir di saluran hidung dan sinus serta dibawah saluran pernapasan. Penguapan ini juga berguna sebagai ekspektoran alami dan penekan batuk. Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi yang paling sederhana dan cepat. Cara kerja dari inhalasi ini adalah uap masuk dari luar tubuh kedalam tubuh, dengan mudah akan melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli (Buckle, 2015). Uap dari air panas tersebut dapat bermanfaat sebagai terapi. Selain itu juga uap air panas juga dapat membantu tubuh menghilangkan produk metabolisme yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Uap air panas dapat membuka pori-pori, merangsang keluarnya keringat, membuat pembuluh darah melebar dan mengendurkan otot-otot (Horay, Harp, & Soetrisno, 2006). Adapun efek terapi uap adalah dapat meningkatkan konsumsi oksigen, denyut jantung meningkat dan dapat terjadi pengeluaran cairan yang tidak diperlukan tubuh seperti mengencerkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan (Crinion, 2007). Terapi inhalasi uap sangat membantu untuk menghilangkan sumbatan seperti pilek, bronkitis, pnemonia dan berbagai kondisi pernapasan lainnya, inhalasi uap membuka hidung tersumbat dan bagian paru-paru yang memungkinkan untuk melepaskan atau mengencerkan lendir, bernapas lebih mudah dan lebih cepat sembuh. Untuk membuat uap, dapat menggunakan air saja atau dapat menambahkan minyak herbal untuk meningkatkan efek dari pengobatan (Phylis, 2006). C. Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Inhalasi Uap Air pada Penderita Influensa Usia Prasekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata bersihan jalan napas sebelum diberikan terapi inhalasi uap air pada anak usia prasekolah penderita influenza di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebesar 1,0000, sedangkan skor rata-rata bersihan jalan napas sesudah terapi inhalasi uap air pada anak usia prasekolah penderita influenza di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebesar 1,2667. Diperoleh pula nilai Z hitung sebesar 2,0000 dan p value sebesar 0,046 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia prasekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Pada dasarnya terapi inhalasi merupakan bagian dari fisioterapi dada/paru (chest physioteraphy). Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono 7 memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paruparu sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi merupakan cara pengobatan dengan memberi obat dalam bentuk uap secara langsung pada alat pernapasan menuju paruparu. Tujuan terapi inhalasi adalah menormalkan kembali pernapasan yang terganggu akibat adanya lender atau karena sesak napas. Terapi inhalasi lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ lain pun lebih sedikit. Sebanyak 20-30% obat akan masuk disaluran napas dan paru-paru. Sedangkan 2-5% mungkin akan mengendap di mulut dan tenggorokan. Ilustrasinya, obat akan jaln-jalan dulu kelambung, ginjal atau jantung yakni paru-paru sehingga ketika sampai paru-paru obat relatif tinggal sedikit. Terapi inhalasi dapat digunakan pada proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun yang kronik, misalnya asma. Penyakit asma paling sering dijumpai pada anak-anak. Saat bayi/anak terserang batuk berlendir. Pada asma penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurang efek samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau peroral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis lainnya. Terapi inhalasi aman bagi segala usia termasuk bayi. Dengan terapi ini bayi cukup bersikap pasif ( bernapas saja ) kalaupun menangis tak perlu khawatir karena efeknya malah semakin bagus karena obatnya akan terhirup. Bersihan jalan napas merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi/obstruksi dan saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas . Kebersihan saluran nafas yang terhindar dari sekret yang dinilai dari kemudahan bernapas, frekuensi dan irama pernapasan, pergerakan sputum keluar dari jalan napas, pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas (Nanda, 20122014). Diagnosis keperawatan berikut merupakan kondisi yang berupa masalah-masalah aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association) 20122014. Salah satu diagnosis keperawatannya yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Batasan karakteristik terdiri dari subyektif yaitu dispnea dan obyektif yaitu tidak ada batuk, suara napas tambahan (misalnya role, crackle, ronchi dan mengi), perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, batuk yang tidak ada atau tidak efektif, sianosis, kesulitan untuk berbicara, penurunan suara napas, ortopnea, sputum berlebihan, gelisah dan mata terbelalak. Faktor yang berhubungan terdiri dari lingkungan yaitu merokok, menghirup asap rokok dan perokok pasif. Obstruksi jalan napas yaitu spasme jalan napas, retensi sekret, mukus berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dijalan napas, sekret di bronki dan eksudat di alveoli. Fisiologis yaitu disfungsi muskular, hiperplasia dinding bronkial, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis), infeksi, asma, jalan napas alergik (trauma). Salah satu upaya untuk mengatasi hidung tersumbat dapat dilakukan dengan pemberian obat secara dihirup, obat dapat dihirup untuk menghasilkan efek lokal atau sistemik melalui saluran pernapasan dengan menghirup menggunakan uap, nebulizer, atau aerosol semprot (Gabrielle, 2013). Terapi inhalasi uap adalah pengobatan efektif untuk Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono 8 mengatasi hidung tersumbat, metode alami yang baik dengan uap dan panas. (Ashley, 2013). Terapi inhalasi uap sangat membantu untuk menghilangkan sumbatan seperti pilek, bronkitis, pnemonia dan berbagai kondisi pernapasan lainnya, inhalasi uap membuka hidung tersumbat dan bagian paru-paru yang memungkinkan untuk melepaskan atau mengencerkan lendir, bernapas lebih mudah dan lebih cepat sembuh. Untuk membuat uap, dapat menggunakan air saja atau dapat menambahkan minyak herbal untuk meningkatkan efek dari pengobatan (Phylis, 2006). Setelah bayi/anak diinhalasi, lendir yang ada di paru-parunya akan mencair. Lendirnya terkadang tak bisa keluar dengan sendirinya karena lemahnya reflek/kemampuan batuk anak / bayi, sehingga biasanya diperlukan tahapan fisioterapi selanjutnya. Perkusi, vibrasi atau dadanya dihangatkan dengan sinar infra merah bila dianggap perlu. Setelah melanjutkan proses ini biasanya anak akan muntah. Jangan panik karena muntah merupakan efek yang wajar dari terapi inhalasi. Setelah muntah biasanya anak akan merasa lega. Sebaliknya kalau tidak muntah orang tua tidak perlu risau, yang penting lendir yang mengganggu napasnya sudah keluar dan paru-paru dan pemeriksaan dengan stetoskop akan diketahui masih ada tidaknya lendir di paruparu. Bila sudah tidak ada berarti inhalasi berjalan efektif (Phylis, 2006). Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian ini tidak lepas dari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. Beberapa keterbatasan yang dialami peneliti diantaranya peneliti kesulitan untuk menjaga suhu air yang digunakan untuk penelitian dimana karena proses merebus air yang tidak berada di rumah responden sehingga dimungkinkan ada panas yang terbuang di saat perjalanan. Guna mengantisipasi hal tersebut peneliti membawa air mendidih tersebut dalam tremos untuk air panas. Peneliti juga tidak menyamakan jarak antara air dengan wajah anak dimana hal tersebut juga mempengaruhi optimalisasi dalam penyerapan uap air. Guna mengatasi hal tersebut peneliti memberikan handuk diatas kepala dari anak sehingga diharapkan penyerapan uap air menjadi optimal. PENUTUP Kesimpulan 1. Bersihan jalan napas sebelum diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia pra sekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Semuanya Tidak efektif yaitu sebanyak 15 orang (100,0%). 2. Bersihan jalan napas sesudah diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia pra sekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebagian besar Tidak efektif yaitu sebanyak 11 orang (73,3%). 3. Ada perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap air pada penderita influensa usia prasekolah di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,046 < α (0,05). Saran 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini memberikan hasil sehingga diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan terapi ini sebagai komplementer dari pemberian obat bagi anak yang mengalami influenza Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono 9 sehingga mempercepat proses penyembuhan. 2. Bagi Keperawatan Tenaga kesehatan hendaknya dapat merekomendasikan terapi ini sebagai penunjang pengobatan secara medis sehingga dapat membantu mempercepat membersihkan jalan napas pada penderita influensa usia prasekolah. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengingat masih adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini sebaiknya peneliti selanjutnya melakukan atau mendidihkan air dilokasi penelitian dan menentukan jarak yang sama ketika responden menghirup uap air sehingga diperoleh hasil yang optimnal. DAFTAR PUSTAKA Akhavani, M. A. (2005). Steam Inhalation treatment for children. British Journal General Practice Arifianto (2012). Hasil Penelitian Tentang Manfaat Hijamah atau ODT (Oxidant Drainage Therapy). Diunggah pada tanggal 23 Maret 2016. http://4171472146widget_css_bundel.css. Crinion (2007). Clean, Green and Lean, John Wiley and Sons Inc, New. Jersey, Djojodibroto (2009). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC. Gabrielle (2013). Fisika Jakarta: EGC Kedokteran. Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta Salemba Medika Horay, Harp, & Soetrisno, (2006). Buku Pintar Terapi Pasan Panduan Lengkap Perwatan dan Pengobatan dengan Air Panas. Jakarta : Restu Agung & Tara Media Juall & Carpenito (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa. Yasmi Asih, Edisi ke -10. Jakarta : EGC. Meadow, Roy & Simon J. (2006). Lecture Notes : Pediatrika Edisi Tujuh. Jakarta : Erlangga Medical Sience (EMS) Nanda, (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC : Jakarta. Perry & Grifin (2005). Nursing Skills & Procedures. Seventh Edition. USA : Elsevier Ashley K. Willington. 2013. Natural Cure for Sinus without Drugs : Permanent Sinus Relief. Lulu : Noah Publishing Phyllis A. Balch, CNC. (2006). Prescription for Nutritional Healing. New York : A member of Penguin Group (USA) Bajaj, Somantri, (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika Hambidge, Kerby, Nyquist. (2011). Berman’s Pediatric Decision Making. Fifth Edition. USA : Elsevier Perbedaan Bersihan Jalan Napas Sebelum Dan Sesudah Terapi Inhalasi Uap Air Pada Penderita Influensa Usia Prasekolah Di Desa Nyatnyono 10