1.4. Kegunaan Penelitian

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Ferdi Tri Wahyudi / I34100100
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Adrian Soemantadiredja / I34100158
Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA / 19590506 198703 001
Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat
Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal
25 Maret 2014, 11.00-12.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum pariwisata telah menjadi industri sipil yang terpenting di dunia. Menurut
Dewan perjalanan dan pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council-WTTC). Saat ini
pariwisata merupakan industri terbesar di dunia dengan menghasilkan pendapatan dunia lebih dari
$3,5 trillun pada tahun 1993 atau 6% dari pendapatan kotor dunia. Pariwisata merupakan industri
yang lebih besar dari industry kendaraan, baja, elektronik maupun pertanian. Industri pariwisata
memperkerjakan 127 juta pekerja (satu dalam 15 pekerja di dunia). Secara keseluruhan industri
pariwisata diharapkan meningkat dua kali pada tahun 2005 (WTTC, 1992). Berperannya pariwisata
sebagai salah satu industri penting ini juga terjadi di wilayah Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah penduduk terbanyak di
dunia yang dikelilingi oleh garis pantai sepanjang 81.290 km. Dengan luas hutan sebesar 99,6 juta
hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia1 membuat negara ini secara otomatis memiliki
keanekaragaman fauna yang begitu besar. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara nomor dua
setelah Brazil yang memiliki keanekaragaman fauna terbesar di dunia. Keanekaragaman ini yang
kemudian dibedakan lewat adanya Garis Wallace yang menjelaskan bahwa Indonesia memiliki
fauna kawasan Asiatis, Australis dan Peralihan. Sehingga keanekaragaman fauna ini kemudian
menjadi daya tarik pariwisata negara ini.
Daya tarik Indonesia sebagai target pariwisata bagi dunia mendatangkan banyak sekali
wisatawan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah wisatawan mancanegara
yang mencapai 1,29 juta orang pada Januari-Februari 2013, naik 3,82% dibanding periode yang
sama tahun lalu. Berdasar catatan BPS (Badan Pusat Statistik), pertumbuhan ekonomi Indonesia
meningkat 6,02% di triwulan pertama tahun 2013. Diharapkan secara keseluruhan perekonomian
Indonesia akan naik sekitar 6,2% dibanding tahun 2012, yaitu sebesar Rp671,3 triliun. Sektor
pariwisata yang menempati urutan kelima sebagai penyumbang devisa negara tahun 2012 juga
mengalami peningkatan progresif pada triwulan pertama 2013. Bagi Indonesia, industri pariwisata
dapat menjadi salah satu ujung tombak bagi perkembangan perekonomian. Melihat keindahan
alam yang luar biasa membuat banyak sekali daerah yang cocok dijadikan tempat pariwisata di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah wisatawan mancanegara yang mencapai 1,29
juta orang pada Januari-Februari 2013, naik 3,82% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pada tahun 2004, pariwisata telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) sebesar 113,78 trilyun rupiah atau sebesar 5 persen dari total PDB nasional. Pada
tahun 2005 kontribusi sektor pariwisata meningkat sebesar 33,02 trilyun rupiah sehingga menjadi
146,8 trilyun rupiah atau sebesar 5,27 persen dari total PDB nasional. Kontribusi pariwisata
sempat mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 143,62 trilyun rupiah atau sebesar 4,30
persen dari total PDB nasional. Pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2007 kontribusi pariwisata
kembali mengalami peningkatan menjadi 169,67 trilyun rupiah atau sebesar 4,29 persen dari total
keseluruhan PDB nasional. Data tersebut menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata
Menurut Buku Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan Juli
2012
1
2
merupakan suatu langkah yang positif karena dapat memberikan kontribusi terhadap PDB
nasional. Manfaat ini yang membuat pemerintah gencar melakukan pengembangan khususnya di
bidang pariwisata.
Menurut Purwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengembangan
adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna.
Moeliono (1990: 414) mengungkapkan, yang dimaksud dengan pengembangan adalah proses,
cara, pembuatan mengembangkan. Pengembangan pariwisata memiliki karakter aktivitas yang
bersifat multisectoral, dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata harus terencana secara
terpadu dengan pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan
fisik dan politik. Jadi pengembangan dapat diartikan sebagai perbuatan menjadikan sesuatu baik
yang ada maupun yang belum ada menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Berkembangnya pariwisata akan memberikan banyak pengaruh bagi masyarakat yang
tinggal di lokasi pariwisata itu sendiri. Retnowati (2004) menjelaskan bahwa pariwisata juga
berpotensi memicu terjadinya perubahan perilaku masyarakat, memudarnya nilai dan norma
sosial, kehilangan identitas, konflik sosial, pergeseran mata pencaharian dan pencemaran
lingkungan. Berbagai hal tersebut rentan terjadi di masyarakat sebagai akibat dari perkembangan
pariwisata.
Selain memiliki dampak negatif, pengembangan pariwisata juga dapat meningkatkan
pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat. Adapun pengembangan pariwisata di Indonesia
memiliki delapan keuntungan, yaitu meningkatkan kesempatan berusaha, meningkatkan
kesempatan kerja, meningkatkan penerimaan pajak, meningkatkan pendapatan nasional,
mempercepat proses pemerataan pendapatan, meningkatkan nilai tambah produk hasil
kebudayaan, memperluas pasar produk dalam negeri, dan memberikan dampak multiplier effect
dalam perekonomian sebagai akibat pengeluaran wisatawan, para investor maupun perdagangan
luar negeri (Bappenas 2008).
Dampak-dampak inilah yang kemudian akan dirasakan baik langsung ataupun secara
tidak langsung oleh masyarakat yang tinggal di Desa Cibereum Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor dikarenakan di wilayah ini terdapat Taman Safari Indonesia (TSI) yang merupakan salah
satu lokasi pariwisata yang berfungsi sebagai lembaga konservasi eks-situ yang banyak dikunjungi
wisatawan baik lokal maupun asing.
Taman Safari Indonesia yang dibangun sejak tahun 1986 adalah “Taman Margasatwa
Terbuka” satu-satunya di Indonesia yang memperagakan satwa-satwa langka dari seluruh dunia di
dalam suasana yang mendekati habitat alaminya (Divisi Humas TSI, 2005). Taman Safari
Indonesia Cisarua adalah Taman Safari yang pertama kali didirikan di Indonesia selain Taman
Safari di Pasuruan dan Taman Safari di Bali. Taman Safari Indonesia I dibangun pada
tahun 1980 pada sebuah perkebunan teh yang sudah tidak produktif. Taman Safari Indonesia
Cisarua menjadi penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Taman Safari Indonesia I
ini terletak di ketinggian 900-1800 meter di atas permukaan laut (dpl) dan mempunyai suhu ratarata 16 – 24 derajat Celsius. TSI telah ditetapkan sebagai Obyek Wisata Nasional oleh Soesilo
Soedarman, Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada masa itu. kemudian TSI juga telah
diresmikan menjadi Pusat Penangkaran Satwa Langka di Indonesia oleh Hasyrul Harahap, Menteri
Kehutanan pada masa itu, pada tanggal 16 Maret 1990. Keberadaan TSI yang terletak di Desa
Cibereum membuat Desa Cibereum menjadi salah satu tujuan wisata para wisatawan baik
wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Wilayah Desa Cibereum memiliki luas mencapai 1.128,62 hektar dan juga merupakan
salah satu dari 9 desa yang terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor memiliki jumlah
penduduk mencapai angka 14.613 jiwa pada tahun 2010, terdiri dari 7.617 laki – laki dan
6.996 perempuan. Sedangkan jumlah rumah tangga mencapai total 3.261 kepala keluarga
(BPS, 2010). Sebagian besar dari wilayah ini digunakan untuk lahan pertanian dalam arti luas,
dimana artinya digunakan untuk perkebunan, persawahan dan perikanan.
Selain dari segi pertanian, Desa Cibereum tergolong daerah yang memiliki suasana sejuk
dengan bernuansa kebudayaan Sunda, karena seperti daerah-daerah lain di Jawa Barat yang
pada umumnya memiliki kebudayaan Sunda. Aspek barusan menjadi aspek pendukung
kedatangan wisatawan ke Desa Cibereum meskipun tujuan utamanya menuju Taman Safari
Indonesia. Keberadaan TSI di Desa Cibereum yang juga mendorong banyak warga desa
3
membuka usaha dalam bidang perdagangan, baik dalam bentuk konsumsi, oleh – oleh atau
cinderamata. Serta, beberapa warga juga membuka jasa penyewaan rumah sebagai tempat
singgah sementara. Selain memberikan peluang usaha, Taman Safari Indonesia seperti pada
umumnya pariwisata lain pasti akan memberikan dampak bagi Desa Cibereum. Sehingga
menjadi menarik untuk dianalisis dampak keberadaan Taman Safari Indonesia terhadap
tingkat kesejahteraan dan sosial budaya masyarakat di Desa Cibereum.
1.2. MASALAH PENELITIAN
Pengembangan pariwisata di Desa Cibereum akibat adanya Taman Safari Indonesia memberikan
dampak baik itu negatif ataupun positif bagi masyarakat sekitar. Dampak ini kemudian akan
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik apabila dampak positif akibat
pengembangan pariwisata dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sekitar. Terjadinya
kenaikan tingkat kesejahteraan merupakan salah satu dampak positif yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat apabila peningkatan tersebut terdistribusi dengan baik. Hal ini terjadi karena
dengan adanya pengembangan pariwisata maka terbuka lapangan pekerjaan baru yakni di sektor
pariwisata itu sendiri. Oleh karena itu menjadi menarik untuk melihat apa dampak
pengembangan pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar?
Sedangkan dampak lain akibat pengembangan pariwisata dapat mendorong terjadinya
perubahan sikap dan budaya pada masyarakat lokal. Perubahan budaya yang terbentuk akan
tergantung pada manfaat yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Doxey (dalam Ryan, 1991:
136) menyimpulkan, bahwa terjadi perilaku spesifik pada masyarakat lokal atas pengaruh
pariwisata dari waktu ke waktu yang disebutnya Tingkat iritasi masyarakat (level of host irritation).
Adapun tingkatan yang dimaksud ialah tingkatan euphoria, apathy, annoyance dan
antagonism/xenophobia. Adanya berbagai tingkatan ini membuktikan terjadi perubahan aspek
sosial akibat adanya pengembangan pariwisata. Sehingga penting untuk dianalisis bagaimana
pengaruh pengembangan pariwisata terhadap perubahan sosial budaya masyarakat
sekitar?
Keberadaan Taman Safari Indonesia yang memberikan dampak bagi masyarakat lokal juga
akan membentuk sikap pada masyarakat terhadap keberadaan TSI itu sendiri. Baik positif atau
negatif dampak yang ada akibat TSI akan mempengaruhi sikap masyarakat itu sendiri. Sehingga
menarik untuk dianalisis bagaimana sikap masyarakat yang terbentuk terhadap keberadaan
Taman Safari Indonesia?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Pada umumnya perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat akibat adanya
pengembangan pariwisata terjadi di berbagai komponen kehidupan salah satunya adalah pada
tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain itu, adanya perubahan sosial budaya juga dapat
digolongkan menjadi salah satu dampak pengembangan pariwisata terlepas dari baik atau
buruknya perubahan yang terjadi, hal ini akan sangat tergantung dari seberapa jauh terjadinya
pertukaran budaya antara wisatawan dengan penduduk lokal. Untuk itu, tujuan dari penulisan studi
pustaka ini adalah:
1. Menganalisis dampak pengembangan pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan
2. Menganalisis dampak pengembangan pariwisata terhadap sosial budaya masyarakat.
3. Menganalisis sikap masyarakat lokal terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat
maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :
1. Peneliti dan mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai
perubahan sosial akibat pengembangan pariwisata dan mampu memaknai secara
ilmiah fenomena yang terlihat.
4
2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan untuk menjadi bahan pertimbangan
dan data untuk merencanakan keterlibatannya dalam kegiatan pariwisata. Selain itu
perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat digunakan untuk
meningkatkan efektifitas .
3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai beberapa
dampak yang disebabkan oleh pengembangan pariwisata bagi masyarakat sekitar.
4. Pemerintah dan pengembang pariwisata, diharapkan dapat menentukan arah
kebijakan dan peraturan serta pola pikir yang berkaitan tentang pariwisata dan
dampaknya terhadap masyarakat
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Lokal
Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri
atas dua suku kata, yaitu pari dan wisatawan. Pari berarti seluruh, semua dan penuh. Wisata
berarti perjalanan. Dengan demikian pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu
berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah, di suatu di beberapa tempat, dan kembali ke
tempat asal semula Istilah “pariwisata” konon untuk pertama kalinya digunakan oleh Presiden
Soekarno dalam suatu percakapan padanan dari istilah asing tourism. Menurut Soekadijo
pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
Semua kegiatan pembangunan hotel, pemugaran cagar budaya, pembuatan pusat rekreasi,
penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan angkutan dan sebagainya semua itu dapat
disebut kegiatan pariwisata sepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan para
wisatawan akan datang (Soekadijo, 1997: 2).
Undang-Undang No.10 Tahun 2009 menyatakan bahwa usaha pariwisata meliputi daya
tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan
dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, jasa
informasi wisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta, spa dan
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran. Sedangkan beberapa
komponen fasilitas pariwisata adalah : (1) fasilitas pelayanan, antara lain akomodasi, rumah
makan, dan hotel, (2) fasilitas pendukung, antara lain perbelanjaan dan hiburan, (3) fasilitas umum
dan infrastruktur, antara lain air bersih, jalan, dan tempat parkir, (4) fasilitas rekreasi yakni rekreasi
obyek wisata dalam dan luar kawasan ( Fadil, 2013)
Nyoman S. Pendit (1999: 42-48) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa
jenis yaitu :
1. Wisata Budaya Merupakan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas
pandangan seseorang dengan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain
atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka.
2. Wisata Kesehatan Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan
tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi
kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi
tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat
menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara menyehatkan atau tempat yang memiliki
fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
3. Wisata Olah Raga Wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau.
memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam peserta olahraga disuatu
tempat atau Negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lainlain. Bisa saja olahraga memancing, berburu, berenang
4. Wisata Komersial Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi
pameranpameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri,
pameran dagang dan sebagainya.
5. Wisata Industri Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau
orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-
5
pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan
atau penelitian. Misalnya, rombongan pelajar yang mengunjungi industri tekstil.
6. Wisata Politik Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif
dalam peristiwa kegiatan politik. Misalnya, ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, Perayaan 10
Oktober di Moskow, Penobatan Ratu Inggris, Perayaan Kemerdekaan, Kongres atau
konvensi politik yang disertai dengan darmawisata.
7. Wisata Konvensi Perjalanan yang dilakukan untuk melakukan konvensi atau konferensi.
Misalnya APEC, KTT non Blok.
8. Wisata Sosial Merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk
memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan
perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.
9. Wisata Pertanian Merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyekproyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimananwisatawan
rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun
melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka ragam warna dan
suburnya pembibitan di tempat yang dikunjunginya.
10. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari Wisata yang dikaitkan dengan kegiatan olah raga di
air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk atau laut. Seperti memancing, berlayar, menyelam,
berselancar, balapan mendayung dan lainnya.
11. Wisata Cagar Alam Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan
yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah
cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya.
12. Wisata Buru Wisata untuk buru, ditempat atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah
Negara yang bersangkutan sebagai daerah perburuan, seperti di Baluran, Jawa Timur
untuk menembak babi hutan atau banteng.
13. Wisata Pilgrim Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat Ini banyak dilakukan oleh rombongan
atau perorangan ketempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar, bukit atau gunung
yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pimpinan yang dianggap legenda.
Contoh makam Bung Karno di Blitar, Makam Wali Songo, tempat ibadah seperti di Candi
Borobudur, Pura Besakih di Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah dan sebagainya.
14. Wisata Bulan Madu Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan,
pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan
tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.
Peran penting yang dipegang oleh sektor pariwisata membuat sektor ini gencar
mangalami pengembangan dari pemerintah. Banyak para ahli berpendapat bahwa sektor
pariwisata kini menjadi salah satu sektor industri terbesar di dunia setelah minyak dan
perdagangan senjata. Selain dapat meningkatkan pendapatan negara, sektor pariwisata dianggap
perlu untuk dikembangkan karena akan membuat beberapa sektor lainnya ikut berkembang
seperti disebutkan dalam GBHN 1999 bahwa pengembangan pariwisata akan ikut mendorong
pemerataan kesempatan kerja, peningkatan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, memperkaya kebudayaan nasional, dan tetap mempertahankan kepribadian
bangsa demi terpilihnya nilai-nilai agama, mempererat persahabatan antar bangsa, memupuk
cinta tanah air, serta mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.
Indikator pengembangan pariwisata dalam Afrianto (2013) terdiri dari peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan, lama kunjungan wisatawan, peningkatan sarana dan prasarana pariwisata,
aktivitas wisatawan serta jenis dan macam usaha berkaitan dengan pariwisata. Dalam hal
pengembangan pariwisata dibutuhkan pengembangan secara menyeluruh dalam artian berjalan
selaras dengan komponen pariwisata lainnya.
Kegiatan pariwisata secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak
kepada aktor-aktor di dalamnya terutama bagi masyarakat. Dampak ini yang kemudian akan
mempengaruhi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari entah itu menjadi semakin baik atau
bahkan semakin buruk. Hal ini dikarenakan kegiatan pariwisata tidak hanya memberikan dampak
positif tetapi juga memberikan dampak negatif, yang paling mudah dilihat adalah rusaknya
lingkungan akibat penumpukan sampah atau pemanfaatan lahan yang tidak bersahabat dengan
6
ekologi. Pembangunan jalan raya, pembebasan tanah dan perubahan fungsi lahan merupakan
beberapa contoh dampak pariwisata yang berpotensi untuk merusak ekologi.
John M.Bryden (1973) dalam soekadijo (1997) membedakan dampak positif pariwisata
menjadi empat yaitu :
1. Menyumbang neraca pembayaran
Neraca pembayaran merupakan perbandingan antara semua mata anggaran yang diterima
oleh negara dari negara-negara asing sebagai pemasukan dan semua anggaran yang
harus dibayar kepada negara asing sebagai pengeluaran.
2. Menyebarkan pembangunan ke daerah-daerah non industri
Daerah yang memiliki potensi pantai yang indah dan sejuk apabila daerah tersebut
dikembangkan menjadi kawasan wisata, dibangunlah hotel-hotel, dibuat jalan yang bagus,
muncuk tempat makan, dan sarana prasarana yang menunjang pariwisata sehingga
terjadilah pembangunan.
3. Menciptakan kesempatan kerja
Sarana pariwisata seperti hotel dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang padat
karya. Untuk perbandingan yang sering diterapkan di hotel-hotel di Indonesia untuk setiap
kamar hotel dibutuhkan kira-kira 2 orang tenaga kerja.
4. Dampak pada pembangunan ekonomi pada umumnya melalui dampak penggandaan
(multiplier effect)
Sejumlah uang yang diterima dalam masyarakat akan menimbulkan beberapa transaksi
yang jumlahnya tergantung pada kondisi ekonomi, misalnya uang Rp. 500.000,- yang akan
beredar selama 10 kali, sehingga akibatnya didalam ekonomi masyarakat akan terjadi
pertambahan uang beranda, proses seperti inilah yang disebut dampak penggandaan.
Dilihat secara umum, dampak positif pengembangan pariwisata yang terjadi di beberapa
daerah di Indonesia sama yaitu bergesernya pola mata pencaharian dari sektor pertanian ke
sektor nonpertanian atau pariwisata sehingga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan.
Kesempatan kerja yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sebagai karyawan hotel,
losmen/wisma, penginapan sederhana dan yang lainnya. Sedangkan dalam bidang usaha yang
memberikan kesempatan kerja adalah kios cinderamata, warung, bar/restoran, café, toko dan
swalayan. Sisanya adalah di bidang jasa seperti jasa perahu tradisional, penyewaan speedboat,
penyewaan kano dan penyewaan berbagai alat wisata lainnya. Namun melihat kesempatan kerja
dan usaha yang terbuka jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan adalah pekerjaan yang memang
tidak membutuhkan kualifikasi pendidikan yang tinggi. Berkorelasi dengan tingkat pendidikan,
Hilyana (2001) menyatakan lewat tesisnya di wilayah Lombok bahwa adanya peningkatan
persepsi masyarakat terhadap pendidikan karena masyarakat sadar akan konsekuensi dari
tuntutan pekerjaan sektor pariwisata yang membutuhkan keahlian dan pendidikan tinggi.
Beberapa hasil penelitian tentang pariwisata memberikan gambaran bahwa sektor
pariwisata tidak saja memberi dampak pada sektor sosial ekonomi masyarakat, tetapi juga
memberi dampak pada sektor-sektor lain. Mantra (1993) menyebutkan bahhwa industri pariwisata
akan mempercepat arus perubahan, karena wisatawan yang datang dengan berbagai budaya
yang berbeda dan lebih lanjut akan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Perubahan sosial
yang muncul bisa berupa diversifikasi pekerjaan dan pola pembagian kerja.
Perubahan secara umum terjadi pada runtuhnya nilai-nilai lokal yang selama ini
dipertahankan dan menjadi landasan hidup sebagian masyarakat adat akibat pariwisata. Misalnya
pada Komunitas Kampung Adat Cireundeu berdasarkan tesis Tishaeni (2010) dimana dimensi
kearifan lokal pada komunitas adat Cirendeu yang ditandai dengan dipeliharanya etika solidaritas
yang dibangun oleh tata karma adat, berubah menjadi etika persaingan sebagai akibat perubahan
sosial yang ikut menyertainya; orang saling beradu kekuasaan untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya ketimbang menjunjung nilai-nilai solidaritas yang lebih mengutamakan kepentingan
umum/orang lain.
Pariwisata sendiri kemudian berdampak terhadap kependudukan dengan masuknya
imigran-imigran dari luar negeri hingga bahkan memicu terjadinya urbanisasi. Urbanisasi adalah
bagian dari kompleksitas perubahan-perubahan sosial seperti yang dikemukakan oleh Ogburn
(Marius 2006). Bertambahnya jumlah penduduk berpotensi untuk menimbulkan konflik antara
masyarakat lokal dan pendatang. Seperti yang diungkapkan Byczek (2011) dalam jurnalnya bahwa
7
sudah sering muncul ketegangan antara penduduk lokal di Bali dengan penduduk pendatang baik
dari dalam maupun luar negeri.
Adanya urbanisasi dapat menyebabkan terjadinya akulturasi budaya dan juga proses
peniruan budaya dimana seseorang beradaptasi, mengalami dan mempelajari cara hidup di kota.
Akhirnya semua aspek kota yang terinternalisasi dalam dirinya melalui suatu proses yang oleh
Tarde dalam Marius (2006) dinamakan “imitation process” (proses peniruan). Perubahan struktur,
sistem sosial, nilai, sikap dari bergaya lama (gaya desa) menjadi gaya baru (gaya kota) ini
merupakan elemen-elemen perubahan sosial kemasyarakatan baik yang dianut secara individual
maupun secara bersama-sama dalam suatu sistem sosial.
Konsep Kesejahteraan
Permasalahan yang ada dalam konsep kesejahteraan pada keluarga bukan hanya
menyangkut permasalahan pada satu bidang saja melainkan terdapat berbagai bidang dalam
kehidupan di dalamnya. Hal ini yang membuat indikator kesejahteraan serta cara pengukurannya
menjadi hal yang sulit untuk ditetapkan. Karena banyak yang dipertimbangkan seperti keadaan
demografis, geografis dan sebagainya.
Konsep kesejahteraan menurut Sukirno (1985) adalah sesuatu yag bersifat subyektif
dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda, sehingga
memberikan nilai-nilai yang berbeda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat
kesejahteraan. Sajogyo (1984) dalam Gohong (1993) mengemukakan bahwa konsepsi
kesejahteraan masyarakat atau keluarga didefinisikan sebagai penjabaran “Delapan Jalur
Pemerataan” dalam Trilogi Pembangunan sejak Repelita III, yang meliputi peluang berusaha dan
peluang bekerja sebagai jalur pembuka yang kemudian menentukan jalur tingkat pendapatan,
tingkat pendidikan dan layanan kesehatan yang dapat dijangkau.
BPS (2003) menentukan tingkat kesejahteraan menyangkut segi-segi yang dapat diukur
(measurable well-fare). Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah :
 Pendapatan rumah tangga
 Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga
 Keadaan tempat tinggal
 Fasilitas tempat tinggal
 Kesehatan anggota rumah tangga
 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis
 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
 Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan
 Kehidupan beragama
 Rasa aman dari gangguan kejahatan
 Kemudahan dalam melakukan kegiatan olah raga
Tingkat kesejahteraan sosial kemudian dapat diukur dengan melihat pengeluaran rumah
tangga yang didasarkan pada pola pengeluaran untuk pangan, barang dan jasa, rekreasi, bahan
bakar dan perlengkapan atau aset rumah tangga lainnya. Sedangkan penilaian terhadap tempat
tinggalnya sendiri berdasarkan jenis dinding, jenis lantai, jenis atap serta kepemilikan rumah.
Untuk menilai kondisi kesehatan dapat dilihat dari kondisi sanitasi serta kondisi air minum, mandi,
cuci dan kakus (BPS, 2003).
Menurut Cahyat A (2004) mengemukakan bahwa indikator yang digunakan BKKBN
dalam pentahapan keluarga sejahtera antara lain :
1) Pra sejahtera (sangat miskin) yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi satu atau lebih
indikator yang meliputi :
 Indikator ekonomi : makan 2 kali sehari atau lebih sehari, memiliki pakaian yang
berbeda untuk setiap aktivitas yang berbeda misalnya untuk bekerja, bersekolah dan
lain-lain.
 Indikator non ekonomi antara lain melaksanakan ibadah, kemampuan berobat ke
sarana kesehatan dan lain-lain.
2) Keluarga sejahtera I (miskin) adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tiidak dapat
memenuh salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
8

Indikator ekonomi antara lain minimal seminggu sekali keluarga makan daging atau
ikan atau telur, setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang
satu pasang pakaian baru serta luas lantai rumah paling kurang 8m² untuk tiap
penghuni.
 Indikator non ekonomi antara lain ibadah yang teratur, sehat tiga bulan terakhir,
memiliki penghasilan tetap, usia 10 - 60 tahun dapat baca tulis huruf latin, usia 6 – 15
tahun bersekolah, keluarga memiliki anak lebih dari 2 orang.
3) Keluarga sejahtera II adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi
salah satu atau lebih indikator yang meliputi : memiliki tabungan keluarga, makan bersama
sambil komunikasi, mengikuti kegiatan masyarakat, rekreasi bersama (6 bulan sekali),
meningkatkan pengetahuan agama, memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV dan
majalah; serta menggunakan sarana transportasi.
4) Keluarga sejahtera III adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa indikator
dalam tahapan keluarga sejahtera II, tetapi belum dapat memenuhi beberapa indikator lain,
yakni aktif memberikan sumbangan material secara teratur, serta aktif sebagai pengurus
organisasi kemasyarakatan.
5) Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa
indikator yang meliputi antara lain aktif memberikan sumbangan material secara teratur,
serta aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.
Pentingnya melihat pendidikan dan kesehatan juga menjadi unsur penting dalam
kesejahteraan terutama kesejahteraan masyarakat. Unsur pendidikan sebagai salah satu indikator
kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai segi salah satunya adalah banyaknya jumlah
penduduk yang dapat mengenyam pendidikan. Semakin banyak penduduk yang dapat
mengenyam pendidikan maka semakin sejahtera atau semakin tinggi tingkat pendidikan yang
telah dicapainya juga dapat dikatakan semakin sejahtera masyarakat disana. Untuk keadaan
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sehat atau tidaknya setiap anggota masyarakat secara
medis serta melihat segi kemudahan masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan yang
ditunjukan dengan jumlah relatif pusat kesehatan dengan jumlah penduduk yang harus mendapat
pelayanan kesehatan.
Perubahan Sosial Budaya
Dinamika dan perkembangan manusia selalu terjadi sejalan dengan perubahanperubahan yang terjadi pada sekitarnya. Karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk
yang terus mencari kepuasan dan selalu berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena
tuntutan ini, manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan rasional selalu berpikir untuk
menghadapi tuntutan-tuntutan ini. Dengan begitu maka perubahan sosial akan terjadi.
Pada dasarnya perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin adalah suatu variasi dari caracara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat (Soekanto, 1990). Pengertian ini menunjuk pada dinamika masyarakat dan
reaksinya terhadap lingkungan sosialnya baik menyangkut tentang cara ia hidup, kondisi alam,
cara ia berkebudayaan, dinamika kependudukan maupun filsafat hidup yang dianutnya setelah ia
menemukan hal-hal baru dalam kehidupannya.
Menurut Prof. Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya. Pengertian perubahan sosial menurut Soemardjan ini tidak berbeda jauh dengan
Kingsley Davis yang mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat (Soekanto, 1990). Ketika struktur masyarakat berubah,
maka fungsi dan peran, pola pikir dan pola sikap masyarakat pun berubah. Pengertian perubahan
sosial menurut Soemardjan dan Davis ini erat sekali kaitannya dengan pandangan klasik Durkheim
(Kamanto, 2000) tentang perkembangan masyarakat dari sistem yang berkarakteristik mekanik
(yang penuh kekeluargaan, keintiman, masing-masing orang dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri tanpa memerlukan bantuan orang, belum adanya spesialisasi pekerjaan, adanya
kesadaran kolektif bersama) ke sistem masyarakat yang berkarakteristik organik. Perubahan
sosial sebagai modifikasi pola-pola kehidupan manusia seperti yang dikatakan oleh Koenig di atas
9
terjadi pada struktur kelembagaan dan sistem sosial desa. Kehidupan manusia desa tidak lagi
statis, melainkan dinamis, bertumbuh, dan berkembang sebagai sebuah organisme sosial.
Dieter Evers (1980) dalam Salim (1990) berhasil merekonstruksi berbagai temuan empiris
di Asia Tenggara mengenai perubahan sosial. Secara garis besar ada lima konsep utama
mengenai teori dasar dinamika perubahan sosial di Asia Tenggara : Teori Ganda Masyarakat,
Teori Kemajemukan Masyarakat, Teori Longgarnya Struktur Masyarakat, Teori Involusi dan Teori
Industrialisasi atau Modernisasi. Evers memahami perubahan sosial di Asia Tenggara dengan
penilaian yang diambil akibat adanya pengaruh dari faktor eksternal atau “pengaruh luar” terhadap
sendi-sendi kehidupan internal (unsur produktivitas masyarakat tradisional, sikap mental,
kemampuan organisasi, ragam etnik, munurnya sektor ekonomi dan pengaruh modernisasi).
Sektor pariwisata secara cepat atau lambat juga mendorong terjadinya pembangunan
hingga industrialisasi atau modernisasi. Pembangunan dapat merubah berbagai aspek kehidupan
dalam masyarakat diantaranya dapat merubah alokasi sumber-sumber ekonomi, proses distribusi
manfaat dan proses akumulasi sumberdaya yang pada gilirannya mennyebabkan peningkatan
produksi, pendapatan dan kesejahteraan (Sumodiningrat, 1996). Dalam hal ini pembangungan
menjadi fenomena yang kompleks karena membutuhkan interaksi yang baik antara alam, sosial,
ekonomi, dan faktor politik. Menurut Kasiyanto (1984) pembangunan merupakan proses
perubahan sosial budaya. Baik berdampak positif ataupun negatif, pembangunan mendorong
terjadinya perubahan sosial budaya lewat adanya modernisasi atau industrialisasi.
Proses modernisasi tidak hanya berarti pembangunan infrastruktur, keterbukaan
komunikasi dan informasi, tapi berdampak lebih dari itu. Dengan adanya modernisasi juga akan
mendorong terjadinya transformasi struktural (dari segi ekonomi) juga transformasi kultural (
perubahan perilaku baik sikap, keterampilan dan pengetahuan). Perilaku diartikan sebagai pola
tindakan sebagai bentu respon terhadap obyek yang ada disekitar lingkungannya. Perilaku terdiri
dari tiga komponen yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).
Sikap memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dalam
menentukan perilaku manusia terhadap sesama dan lingkungan sosialnya. Hal-hal yang berasal
dari sikap pada masyarakat yang sudah dilakukan secara terus-menerus bahkan turun-temurun
kemudian tumbuh menjadi budaya.
Koentjaraningrat (1977) mengemukakan bahwa orientasi nilai budaya masyarakat yang
ditunjukan oleh persepsinya terhadap masalah kebutuhan dasar dalam hidupnya, sesungguhnya
mempengaruhi perilaku seseorang terjadap berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupannya.
Redfield (1976) mengemukakan bahwa pada masyarakat yang tertutup cenderung menyerahkan
hidupnya oada nasib, sehingga terlalu pasrah. Pendapat Redfield merupakan salah satu aspek
budaya pada masyarakat dan berpotensi untuk mengalami perubahan sosial budaya.
Perubahan sosial budaya yang terjadi akibat pembangunan, modernisasi ataupun
pengembangan pariwisata pada umumnya adalah mulai memudarnya nilai sosial masyarakat,
berkurangnya kekuatan berbagai norma-norma sosial sebagai pengikat dan pengatur masyarakat,
sehingga mennimbulkan perilaku menyimpang serta ketergantungan masyarakat terhadap pihak
lain sebagai sistem intervensi pembangunan yang kurang proporsional (Soetomo, 1995).
Menurut Hadi (1995) dalam Yuginta (2009) perubahan yang terjadi dapat meliputi
beberapa aspek, antara lain :
1. Cara Hidup (way of life), bagaimana manusia itu hidup, bekerja dan berinteraksi satu
dengan yang lainnya
2. Aspek budaya, termasuk di dalamnya sistem nilai, norma dan kepercayaan
3. Komunitas, termasuk di dalamnya struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas mayarakat,
estetika, sarana dan prasarana yang diakui sebagai publik fasilitas oleh masyarakat yang
bersangkutan
Dampak sosial budaya akan selalu terjadi seiring dengan adanya pembangunan terlebih
dalam pengembangan pariwisata karena dampak sosial dan budaya pada umumnya disebabkan
adanya interaksi antara dua atau lebih masyarakat dari sistem sosial yang berbeda sehingga
berpotensi terjadinya pertukaran budaya atau akulturasi. Dalam hal ini individu dengan sistem
sosial yang lebih kompleks akan mempengaruhi individu dengan sistem sosial yang sederhana
ataupun sebaliknya (Rachman 1986).
10
Sikap
Sikap akan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang melalui caranya berperilaku
sehari-hari terhadap sesama atau lingkungan. Rakhmat (2001) menjabarkan sikap sebagai
kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi,
atau nilai. Selain mempengaruhi perilaku, sikap juga dapat mempengaruhi pandangan atau
persepsi individu terhadap suatu masalah yang ada dalam ruang lingkup sosialnya.
Azwar (2005) memandang bahwa sikap merupakan korelasi antara ketiga komponen
sikap yang saling bertautan pada ranah kognitif, afektif dan konatif pada suatu objek dan kemudian
membantu menentukan sikap terhadap objek tersebut.Namun disisi lain, adanya ketidakpuasan
terhadap atas penjelasan mengenai inkonsistensi antara ketiga komponen yang membentuk sikap,
maka beberapa ilmuan seperti La Piere dan Calhoun dalam Azwar (2005), mengatakan bahwa
dalam menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek perlu untuk adanya pembatasan konsep
sikap hanya pada aspek afektif saja. Karena pada akhirnya sikap hanya dilihat sebagai tindakan
yang bukan merupakan aspek inti pada individu.
Sikap tidak terbentuk dengan sendirinya karena dipengaruhi karakteristik yang ada dalam
individu itu sendiri. Azwar (2005) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,
media massa, serta faktor emosi dalam diri individu. Soebiyanto (1998) menyatakan bahwa
karakteristik sosial-ekonomi seperti tingkat pendidikan, umur, kekosmopolitanan dan tingkat
kemampuan ekonomi mempengaruhi masyarakat desa dalam menanggapi ide atau informasi
terhadap suatu hal.
2.2.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kegiatan pariwisata sangat besar memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan
negara sehingga menjadi salah satu sektor industri yang gencar dikembangkan. Sebagai salah
satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di dunia membuat Indonesia juga memiliki banyak
sekali ragam fauna di dalamnya. Hal ini mendorong terbentuknya Taman Safari Indonesia sebagai
perpaduan antara wisata alam dengan kebun wisata modern dan kemudian tumbuh menjadi salah
satu Objek Daerah Tujuan Wisata di Indonesia khususnya di Desa Cibereum Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor. Namun dengan berkembangnya pariwisata Taman Safari Indonesia kemudian
banyak memberikan dampak bagi masyarakat sekitar baik itu dampak positif maupun negatif.
Berkembangnya TSI di Desa Cibereum membuat banyak wisatawan datang untuk
menikmati keanekaragaman fauna yang terdapat di dalamnya. Hal ini membuat peluang terjadinya
interaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan semakin tinggi sehingga kemudian dapat
memicu perubahan-perubahan sosial budaya dalam aspek-aspek tertentu.
Terjadinya peningkatan kesejahteraan dan perubahan sosial budaya sebagai dampak dari
keberadaan TSI juga akan membentuk sikap individu terhadap keberadaan TSI itu sendiri. Sikap
yang terbentuk ini dipengaruhi beberapa faktor dari karakteristik individu, antara lain usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Yang kemudian secara ringkas kerangka
pemikiran disajikan pada gambar di bawah ini.
11
Keberadaan Taman Safari Indonesia
Masyarakat Lokal
Sosial Budaya




Pergeseran Nilai
Budaya
Perubahan Gaya
Hidup
Kekuasaan dan
Kewenangan
Pemimpin Informal
Kohesi Sosial
Sikap Individu
Tingkat
Kesejahteraan
Karakteristik
individu
 Pendapatan
 Akses Kesehatan
 Akses
Pendidikan
 Hak
Kepemilikan
-
Usia
Jenis Kelamin
Tingkat
pendidikan
Tingkat
pendapatan
Keterangan :
:
:
:
Dianalisis dengan pendekatan kualitatif
Menyebabkan
Terdiri dari
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.3.
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang didapatkan
ialah:
1. Ada perbedaan yang nyata pada tingkat kesejahteraan sebelum dan setelah
berkembangnya Taman Safari Indonesia pada masyarakat Desa Cibereum.
2. Terjadi perubahan sosial budaya akibat pengembangan Taman Safari
Indonesia.
3. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan sikap terhadap
keberadaan Taman Safari Indonesia
2.4.
DEFINISI KONSEPTUAL
Hak kepemilikan merupakan aset, tanah, rumah atau kendaraan yang dimiliki
sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia.
Kekuasaan dan kewenangan pemimpin informal adalah bagaimana peran dan status
pemimpin adat dalam suatu daerah dipandang oleh masyarakatnya.
12
Nilai-nilai budaya adalah nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat
dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan
terjadi atau sedang terjadi.
Gaya hidup (Lifestyle) adalah cara khas kehidupan seseorang, kelompok, atau
budaya. Gaya hidup biasanya mencerminkan sikap individu, nilai-nilai atau pandangan
dunia.
Kohesi sosial merupakan kemampuan suatu kelompok untuk menyatu, dan
merupakan hasil dari hubungan individu dan lembaga.
2.5.
DEFINISI OPERASIONAL
Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan dengan tahun pada saat penelitian
dilaksanakan. Berdasarkan data yang diperoleh usia maksimal responden adalah 59 tahun dan
usia minimal 18 tahun, Digolongkan menjadi tiga berdasarkan data emik pada saat penelitian.
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skala ordinal dengan penilaian sebagai berikut :
a. Tua
: usia responden 47-60 tahun
b. Dewasa
: usia responden 33-46 tahun
c. Muda
: usia responden 18-32 tahun
Pendapatan menurut Badan Pusat Statistik adalah pendapatan / penghasilan yang diterima oleh
rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun
pendapatan anggota-anggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas
jasa faktor produksi tenaga kerja / pekerja (upah dan gaji, keuntungan / untung, bonus, dan lain
lain), balas jasa kapital (bunga, bagi hasil, dan lain lain), dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer).
Jadi, diketahui sejahtera bila pendapatan kepala keluarga lebih dari Rp.900.000 per bulan dan
diketahui tidak atau kurang sejahtera bila pendapatan kurang dari Rp.100.000, sebagai mana
dikemukakan oleh Komarudin (1997:62-63) adalah:
1) Kurang dari Rp.150,000 = Penghasilan sangat rendah
2) Rp.150,000-Rp.300,000 = Penghasilan rendah
3) Rp.300,000-Rp.450,000 = Penghasilan menengah 1
4) Rp.450,000-Rp.600,000 = Penghasilan menengah 2
5) Rp.600,000-Rp.750,000 = Penghasilan menengah 3
6) Rp.750,000-Rp.900,000 = Penghasilan tinggi 1
7) Rp.900,000-Rp.3,000,000 = Penghasilan tinggi 2
8) Lebih dari Rp.3,000,000 = Penghasilan tinggi 3
Kemudian dikelompokan kembali menjadi :
a. Kurang dari Rp.300,000
= Penghasilan rendah
b. Diatas Rp.300,000 – Rp.750,000 = Penghasilan Menengah
c. Lebih dari Rp.750,000
= Penghasilan Tinggi
Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden,
dikategorikan menjadi SD, SMP, SMA. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skala
ordinal dengan penilaian sebagai berikut:
a) Rendah untuk tingkat SD
b) Menengah rendah untuk tingkat SMP/Sederajat
c) Menengah untuk tingkat SMA/Sederajat
d) Tinggi untuk tingkat D3/S1/S2/S3
13
Sikap adalah kecenderungan individu dalam menanggapi sesuatu yang terjadi. Sikap terhadap
pengembangan pariwisata adalah kecenderungan individu dalam menanggapi keberadaan Taman
Safari Indonesia. Pengukuran ini akan dilakukan dengan menggunakan Skala Likert; Sangat
Setuju (5), Setuju (4), ragu-ragu (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Yang kemudian
digolongkan secara ordinal menjadi :
a) Sikap positif, total skor 80 – 100
b) Sikap netral, total skor 50 – 79
c) Sikap negatif, total skor 20 - 49
Akses terhadap layanan kesehatan merupakan kemampuan masyarakat dalam menjangkau dan
memperoleh layanan kesehatan. Pengukuran ini dilakukan menggunakan skala ordinal 1-10
dimana 1 merupakan penggambaran akses kesehatan yang sulit dan 10 adalah mudah
mengakses layanan kesehatan.
Akses terhadap pendidikan adalah kemampuan masyarakat dalam menjangkau layanan
pendidikan atau menyekolahkan anaknya setelah berkembangnya TSI yang dibandingkan dengan
sebelum berkembangnya TSI di Desa Cibereum. Pengukuran ini dilakukan menggunakan skala
ordinal 1 - 10 dimana 1 merupakan penggambaran akses pendidikan yang sangat sulit dan 10
adalah kemudahan mengakses pendidikan.
3. PENDEKATAN LAPANGAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif yang
akan dilakukan merupakan penelitian survei. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian
kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana pengaruh
pengembangan pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan dan pembentukan sikap terhadap
keberadaan Taman Safari Indonesia di Desa Cibereum. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan yang dipilih sesuai dengan
kebutuhan dan observasi yang bertujuan untuk memperkuat data penelitian kuantitatif.
3.1.
LOKASI DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di Desa Cibereum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan
lokasi dilakukan secara purposive karena beberapa pertimbangan, diantaranya ialah:
1. Di Desa Cibereum terdapat lokasi wisata Taman Safari Indonesia yang merupakan taman
safari pertama dan terbesar di Indonesia
2. Adanya Taman Safari Indonesia yang tidak hanya dikunjungi turis lokal tapi juga dari
mancanegara berpotensi untuk memicu adanya akulturasi pada masyarakat lokal sehingga
memungkinkan terjadi perubahan sosial budaya.
Febuari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Skripsi
Kolokium
Perbaikan
Proposal
Skripsi
14
Pengambila
n Data
Lapang
Pengolahan
dan Analisis
Data
Penulisan
Draft Skripsi
Uji Petik
Sidang
Skripsi
Perbaikan
Laporan
Skripsi
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
3.2.
TEKNIK PENGAMBILAN INFORMAN DAN RESPONDEN
Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Unit analisa dalam
penelitian ini adalah masyarakat lokal yang tinggal di wilayah Desa Cibereum. Responden akan
diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat karena jawabannya dianggap dapat
mewakili masyarakat secara umumnya dimana responden hanya memberikan informasi terkait
dengan dirinya. Alasan pemilihan unit analisa ini dikarenakan untuk mengetahui keadaan sosial
budaya maupun peningkatan kesejahteraan pada masyarakat setempat serta melihat sikap
terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia. Pemilihan responden menggunakan teknik
stratified random sampling yang dikarenakan keadaan masyarakat yang heterogen dan dibedakan
berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan serta tingkat pendapatan.
3.3.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
didapatkan langsung di lapangan dengan cara observasi, kuesioner, serta wawancara mendalam
yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan. Wawancara mendalam diberikan
kepada informan berdasarkan panduan pertanyaan yang telah disiapkan dan diikuti dengan
pemikiran responden yang berhubungan dengan pertanyaan. Data sekunder diperoleh baik dari
dokumen-dokumen tertulis di kantor desa, kantor kecamatan maupun dari instansi-instansi lainnya.
Data sekunder juga diperoleh melalui berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan dibahas pada penelitian ini, yaitu buku, laporan hasil penelitian, artikel, dan sebagainya
3.4.
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2010 dan
SPSS. for windows 20.0. Data mengenai tingkat kesejahteraan akan diolah menggunakan metode
uji beda dengan membandingkan kesejahteraan sebelum dan setelah berdirinya Taman Safari
Indonesia. Sedangkan data sikap akan diolah menggunakan tabulasi silang. Hubungan antara
15
baris dan kolom dianalisis menggunakan uji Rank Spearman dan menggunakan uji beda Chi
square untuk membandingkan kesejahteraan sebelum dan sesudah berkembangnya Taman Safari
Indonesia. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan yang nyata antara
variabel dengan data berbentuk ordinal, seperti untuk menentukan hubungan antara kedua
variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada pada penelitian ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S. 2005. Sikap manusia : Teori dan pengukurannya. Yogyakarta [ID] : Pustaka Belajar
Byczek C. 2011. Blessings for All? Community-Based Ecotourism in Bali Between Global,
National, and Local Interests – A Case Study. [internet]. 4(1):81-106.
Dritasto A, Anggraeni AA. 2013. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan
Masyarakat di Pulau Tidung. [internet]. [diunduh tanggal 30 Desember 2013]. 20(10):1-8.
Dapat diunduh dari http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaloka/article/download/102/64.
Faidillah E. 1994. Perubahan Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Nanggewer Mekar,
Kecamatan Cibinong Akibat Kegiatan Industri. [Tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
[Internet]. [diunduh tanggal 30 Desember 2013]. Dapat diunduh dari :
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/21437/1994efa.pdf?sequence=1.
Hilyana S. 2001. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik Kultural dan
Struktural Masyarakat Lokal ( Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari Lombok Barat
Propinsi NTB ). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [internet]. [diunduh tanggal
23
Oktober
2013].
Dapat
diunduh
dari
:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16052/A03dim.pdf?sequence=2
Koentjaraningrat, 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. PT. Gramedia, Jakarta.
Kushendrawati SM. 2006. Masyarakat Konsumen Sebagai Ciptaan Kapitalisme Global: Fenomena
Budaya Dalam Realitas Sosial. [internet]. [diunduh tanggal 7 Desember 2013]. 10(2):4957.
Dapat
diunduh
dari
:
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/4540fb7822a695f9debee4568fde90ea27de401
8.pdf.
Marius JA. 2006. Perubahan Sosial. [internet]. [diunduh tanggal 7 Desember 2013]. 2(2):125-132.
Dapat diunduh dari : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/2190/1219.
Prayogi PA. 2011. Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran. [internet].
[diunduh tanggal 7 Desember 2013]. 1(1):64-79. Dapat diunduh dari :
http://www.triatmajaya.triatma-mapindo.ac.id/files/journals/2/articles/19/public/19-62-1PB.pdf.
Rakhmat J. 2001. Psikologi komunikasi. Cetakan ke 16. Bandung [ID] : Renja Kesdakarya.
Setiawan IK. 2011. Dampak Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Pemanfaatan Pura Tirta Empul
Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya. [ulasan]. [internet]. [Diunduh tanggal 7 Desember
2013]. Dapat diunduh dari : http://lppm.unud.ac.id/wp-content/uploads/Dampak-SosialEkonomi-dan-Sosial-Budaya-...-oleh-I-Kt.-Setiawan.pdf.
Sidarta IWT. 2002. Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi lingkungan, Sosial dan
Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Kawasan Pariwisata Sanur, Denpasar-Bali). [Tesis].
Semarang(ID): Universitas Diponegoro. [internet]. [diunduh tanggal 7 Desember 2013].
Dapat diunduh dari : http://eprints.undip.ac.id/10986/1/2002MIL1729.pdf.
Singarimbun M, Efendi S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta [ID]: LP3S
17
Soebiyanto FX. 1998. Peranan kelompok dalam mengembangkan kemandirian petani dan
ketanguhan berusaha tani. [disertasi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.
Soekanto S. 2006. Sosiologi : suatu pengantar. Jakarta [ID] : Raja Grafindo
Tishaeni H. 2010. Keberlanjutan Komunitas Adat Kampung Cireundeu Kelurahan Leuwigajah
Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. [Tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
[internet]. [diunduh tanggal 30 Desember 2013]. Dapat diunduh dari :
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/41066.
Yuginta D. 2009. Dampak Pengembangan Kawasan Tambak Udang Terhadap Sosial, Ekonomi,
Budaya dan Lingkungan Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Kawasan Tambak Udang PIR
PT. CP Bahari Lampung)
18
Lampiran 1. Kuesioner
KUISIONER
Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Sosial Budaya
Masyarakat Lokal
Peneliti bernama Ferdi Tri Wahyudi, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang menyelesaikan skripsi sebagai syarat
kelulusan studi. Peneliti berharap Bapak/Ibu dan Saudara/i menjawab kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas
dan jawaban dijamin kerahasiannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi.
Terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu dan Saudara/i untuk menjawab kuesioner ini.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama
Jenis Kelamin*
Usia
Alamat
Pendidikan Terakhir
No. HP/Telp.
: ……………………………………………...……
:L/P
: …………tahun
: …………………………………………………...
: …………………………………………………...
: …………………………………………………...
* Lingkari salah satu jawaban yang sesuai!
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Isilah sesuai dengan pertanyaan yang diajukan
2. Berikan angka 1 – 10 dimana angka 1 adalah paling buruk dan angka 10 adalah
paling bagus
3. Jika ada tanda *) lihat keterangan di bawah tabel
1. Tingkat Kesejahteraan
A. Pendapatan
Aspek
Nilai
Sebelum ada TSI
Setelah ada TSI
Besarnya pendapatan perbulan
B. Akses Kesehatan
Aspek
Nilai
Sebelum ada TSI
Setelah ada TSI
Pergi ke dokter umum ketika
sakit
Pergi ke rumah sakit ketika sakit
Pergi ke pengobatan alternatif
ketika sakit
C. Akses Pendidikan
Aspek
Menyekolahkan anak hingga
tingkat SMP/sederajat
Menyekolahkan anak hingga
tingkat SMA/sederajat
Menyekolahkan anak hingga
tingkat perguruan tinggi
S1/Diploma
D. Hak Kepemilikan*
Nilai
Sebelum ada TSI
Setelah ada TSI
19
Aspek
Nilai
Sebelum ada TSI
Setelah ada TSI
Memiliki sepeda motor
Memiliki mobil
Memiliki tanah
Memiliki televisi
Memiliki kompor gas
Memiliki kipas angin
Keterangan : kolom nilai diisi dengan jumlah barang yang dimiliki
2.
Sikap terhadap Keberadaan Taman Safari
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Isilah sesuai dengan pertanyaan yang diajukan
2. Beri tanda (X) pada kolom yang disediakan dengan keterangan sebagai berikut :
a. SS = Sangat Setuju
b. S = Setuju
c. R = Ragu-ragu
d. TS = Tidak Setuju
e. STS = Sangat Tidak Setuju
No.
Pernyataan
1.
2.
3.
4.
TSI membawa banyak dampak baik bagi saya
Semenjak ada TSI, saya bisa membuka usaha baru
Saya mendukung keberadaan TSI di Desa Cibereum
Pihak TSI memperhatikan kesejahteraan masyarakat
desa
Saya merasa terbantu dengan adanya TSI
TSI meningkatkan pendapatan saya
Adanya TSI membuat saya bisa menyekolahkan anak
saya
Adanya TSI memberi pekerjaan baru untuk saya
TSI memperhatikan kelestarian lingkungan
Keberadaan TSI mendukung usaha yang saya jalankan
TSI tidak membawa dampak yang baik bagi saya
TSI membuat masyarakat meninggalkan adat setempat
TSI merusak lingkungan sekitar
Semenjak adanya TSI, banyak warga pindah dari Desa
Cibereum
Banyak lahan pertanian rusak semenjak adanya TSI
Semenjak ada TSI, tingkat kriminalitas meningkat
TSI mengganggu masyarakat saat malam hari
TSI menghambat usaha milik saya
Saya harus menjual tanah saya untuk pembangunan
TSI
Pihak TSI tidak ramah terhadap warga sekitar
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
SS S
R TS
STS
Download