perubahan sosial desa jatiarjo (studi kasus

advertisement
PERUBAHAN SOSIAL DESA JATIARJO
(STUDI KASUS KEHADIRAN TAMAN SAFARI INDONESIA II PRIGEN
BAGI MASYARAKAT DAN MAKNA PENDIDIKANNYA)
Oleh : Indah Puspita Sari 1
Abstrak :
Pariwisata merupakan suatu sektor yang tidak jauh berbeda dengan sektor
ekonomi yang lain yaitu dalam proses perkembangannya juga mempunyai
dampak atau pengaruh di bidang sosial dan ekonomi. Proses pembangunan dan
pengembangan suatu wilayah dapat ditunjang oleh potensi wisata yang dimiliki.
Salah satunya adalah objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen yang berada
di Desa Jatiarjo. Adanya Taman Safari Indonesia II Prigen telah membawa
perubahan pada masyarakat Desa Jatiarjo. Dengan datangnya peluang usaha di
lingkungan mereka, menyebabkan terjadinya perubahan sosial di bidang ekonomi,
pendidikan dan perilaku sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Jatiarjo.
Dampak adanya Taman Safari Indonesia II Prigen ini baik langsung maupun tidak
langsung, juga berpengaruh besar terhadap proses pendidikan dalam peningkatan
sumber daya manusia di Desa Jatiarjo.
Kata Kunci : Desa Jatiarjo, Taman Safari Indonesia II Prigen, Perubahan Sosial,
Makna Pendidikan
Pendahuluan
Pariwisata dianggap sebagai suatu aset yang strategis untuk mendorong
pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek
wisata. Perkembangan pariwisata merupakan aktivitas yang pada akhirnya
memberi pengaruh ekonomi terhadap kehidupan di sekitar lokasi pariwisata,
pengaruh ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar, terutama dari segi
ekonomi yaitu meningkatkan pendapatan. Keuntungan lainnya dalah dengan
dibangunnya sarana-sarana kemudahan menuju lokasi pariwisata, misalnya
transportasi dan kios-kios penjualan sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat.
Pariwisata tidak hanya mempunyai keuntungan akan tetapi juga
mempunyai kekurangan. Menurut Maunati (2004:244) secara ekonomis
pariwisata juga problematik sifatnya. Pekerjaan-pekerjaan di dalam industri
1
Mahasiswa jurusan Sejarah, FIS UM Angkatan 2007
pariwisata misalnya, kerap kali tidak tetap dan paruh waktu. Selain itu, meskipun
benar bahwa industri pariwisata menghasilkan uang, tetapi sebagian besar dari
uang tersebut tidak masuk ke dalam saku orang-orang bangsa sendiri, apalagi ke
tangan penduduk setempat. Sebagian besar pendapatan dari sektor pariwisata
masuk ke saku para pemilik hotel-hotel besar, yang banyak di antaranya tak lain
adalah kalangan elite nasional atau jaringan-jaringan hotel internasional.
Sekalipun masyarakat setempat benar-benar mendapat keuntungan tetapi elite
nasional tetap mendapat keuntungan yang lebih banyak.
Kehadiran industri pariwisata di tengah-tengah kehidupan masyarakat
pedesaan membawa perubahan-perubahan sosial yang cukup berarti. Pola mata
pencaharian penduduk mengalami perubahan yang drastis pula. Perpindahan mata
pencaharian antar generasi muda menunjukkan bahwa golongan generasi muda
cenderung meninggalkan kegiatan pertanian maupun melaut. Hal ini disebabkan
telah adanya peluang kerja pada ekonomi bebas yang meningkat sejalan dengan
adanya industri pariwisata. Jadi dapat dikatakan bahwa kawasan industri
pariwisata telah membuka peluang dan kesempatan berusaha bagi penduduk
setempat meskipun tergolong usaha kecil maupun informal (Effendi, 1995:188189).
Salah satu objek wisata propinsi Jawa Timur terdapat di Pasuruan tepatnya
di Desa Jatiarjo yaitu objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen, keberadaan
objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen ini memiliki daya tarik tersendiri
bagi wisatawan karena merupakan kawasan wisata yang dapat dikatakan baru
yang memaksimalkan potensi alam yang ada di Desa Jatiarjo dan menyuguhkan
berbagai macam satwa serta sarana permainan yang dapat menarik minat para
pengunjung. Taman Safari Indonesia II Prigen adalah lokasi yang sengaja
didirikan untuk konsumsi wisata.
Objek wisata Nasional Taman Safari Indonesia II Prigen merupakan suatu
tempat (wahana) yang mempunyai konsep kebun binatang modern di mana jenis
satwa dikumpulkan menurut daerah tempat asalnya sesuai habitat asli yang
dipelihara dan diperagakan untuk masyarakat umum dalam rangka pengadaan
sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik manusia dalam memelihara
keseimbangan lingkungan hidup. Lokasi yang kini ditempati adalah bekas ladang
penduduk yang tidak produktif. Taman Safari Indonesia II terletak di daerah yang
cukup strategis karena terletak di pertengahan antara daerah Surabaya dan
Malang. Dengan adanya Taman Safari Indonesia II Prigen telah membawa
perubahan pada masyarakat Desa Jatiarjo. Dengan datangnya peluang usaha di
lingkungan mereka menyebabkan terjadinya perubahan sosial di bidang: (1)
Ekonomi (2) Pendidikan dan (3) Perilaku sosial yang terjadi pada masyarakat
Desa Jatiarjo. Menurut Tsartas (dalam Pitana, 2005:134) pada mulanya
pembangunan pariwisata cenderung menguntungkan masyarakat yang memang
memiliki status sosial lebih tinggi. Namun dengan adanya perubahan-perubahan
mata pencaharian, pariwisata mengangkat masyarakat dari status sosial yang
rendah.
Penelitian ini mencoba menganalisis bagaimana perubahan yang terjadi
pada masyarakat Desa Jatiarjo dengan melihat kondisi sebelum maupun setelah
hadirnya objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen serta aspek-aspek apa saja
yang mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat Desa Jatiarjo tersebut.
Peneliti ingin menampilkan tentang permasalahan yang dihadapi masyarakat yang
terimbas dari pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen. Dalam hal ini
fenomena yang diteliti adalah kondisi masyarakat sebelum dibangun objek wisata
Taman Safari Indonesia II Prigen, melihat dampak sosial yang terjadi pada
masyarakat Desa Jatiarjo serta pengaruh pendidikan bagi masyarakat Desa
Jatiarjo.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana kondisi
masyarakat Desa Jatiarjo sebelum adanya pembangunan objek wisata Taman
Safari Indonesia II Prigen (2) Bagaimana dampak sosial pada masyarakat Desa
Jatiarjo setelah pembangunan objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen (3)
Bagaimana hubungan dengan kehadiran Taman Safari Indonesia II Prigen bagi
pendidikan di Desa Jatiarjo.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Jenis
penelitian ini bersifat studi kasus. Kata-kata dan tindakan orang yang
diwawancarai atau diamati merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes,
pengambilan foto atau film (Moleong, 2010:157). Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis data
yang digunakan adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Kemudian pengecekan keabsahan data yang digunakan adalah perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, dan Expert Opinion.
Mengingat pentingnya kehadiran peneliti ke objek penelitian maka
penelitian ini memerlukan waktu yang dibagi menjadi empat tahap. Tahap
pertama yakni tahap pra-lapangan untuk memperoleh data secara umum. Tahap
kedua yakni pekerjaan lapangan untuk memperoleh data secara khusus dalam
rangka menggali dan menganalisis data dengan melakukan wawancara kepada
masyarakat setempat. Tahap ketiga adalah tahap analisis data, dan tahap yang
terakhir adalah tahap penulisan laporan. Penelitian dilakukan di Desa Jatiarjo
karena desa ini letaknya paling dekat dan paling banyak terimbas dampak dari
kehadiran objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen. Masyarakat Desa
Jatiarjo sebagai subjek penelitian akan dimintai keterangan sebanyak-banyaknya
tentang kondisi sosial, ekonomi, dan pendidikan baik sebelum ataupun sesudah
adanya objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen. Selain itu, dilakukan
wawancara kepada perangkat-perangkat desa yang memiliki pengetahuan lebih
banyak tentang Desa Jatiarjo.
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Kondisi Daerah Penelitian
Secara administratis Desa Jatiarjo berada di wilayah Kecamatan Prigen,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kecamatan Prigen di Kabupaten Pasuruan
terletak di antara Kecamatan Gempol, Kecamatan Pandaan, Kecamatan Sukorejo,
Kecamatan Purwosari dan Kabupaten Mojokerto. Desa Jatiarjo Kecamatan
Prigen, Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur jumlah penduduknya terdiri
dari 6.680 jiwa dengan jumlah laki-laki 3.399 jiwa dan perempuan 3.281 jiwa.
Pada tingkat pendidikan, penduduk Desa Jatiarjo tergolong masih rendah. Hal ini
bisa dilihat dari banyaknya penduduk yang hanya berpendidikan jenjang SD. Hal
ini pula mempengaruhi mata pencaharian penduduk Desa Jatiarjo, dimana
sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani dan sebagai
pegawai swasta/industri.
Mayoritas penduduk Desa Jatiarjo merupakan masyarakat suku Jawa asli,
kecuali sebagian masyarakat yang berdomisili di Dusun Tongowa terdapat
masyarakat campuran yakni dari suku Madura dan suku Jawa. Sejak Islam masuk
maka mayoritas penduduk memeluk agama Islam, namun masih ada juga yang
tetap mempertahankan aliran kejawen/aliran ketimuran yang syarat dengan
keturunan etika yang tinggi dan dalam.
Sejarah Desa Jatiarjo
Setiap desa pasti memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri yang
merupakan ciri khas tertentu dari suatu desa tersebut. Sejarah desa atau daerah
seringkali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun
temurun dari mulut ke mulut sehingga sulit untuk dibuktikan secara fakta. Dan
tidak jarang dongeng tersebut dihubungkan dengan mitos tempat-tempat tertentu
yang dianggap keramat. Dalam hal ini Desa Jatiarjo juga memiliki hal tersebut
yang merupakan identitas dari desa ini.
Jatiarjo yang berarti “Jati” adalah pohon jati dan “Arjo” adalah nama
orang yang membabat desa tersebut. Makam Mbah Arjo terdapat di Dusun
Cowek. Setiap dua tahun sekali Desa Jatiarjo mengadakan upacara selamatan desa
yang bertujuan untuk mengirimkan do’a untuk orang yang sudah meninggal
terutama untuk orang yang membabat desa ini. Selain itu upacara Selamatan Desa
ini diadakan juga sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan rizki kepada
Allah SWT. Desa Jatiarjo terdiri dari tiga Dusun yakni Dusun Tegal Kidul,
Cowek, dan Tonggowa.
Berdasarkan wawancara yang diperoleh, disebut Tegal Kidul karena letak
Dusun ini berada di sebelah selatan desa yang artinya dalam bahasa Jawa adalah
Kidul. Selain itu dahulunya merupakan sebuah lahan kosong dan lahan kosong
dalam bahasa Jawa disebut Tegalan. Adapun sejarah dari Dusun Cowek adalah
menurut cerita dahulu Mbah Arjo setiap kali makan selalu memakai piring yang
terbuat dari tanah liat, daerah ini biasa menyebutnya dengan “Cowek”. Beliau
selalu meletakkan cowek tersebut di atas pohon Jati yang telah beliau tebang.
Sampai beliau meninggal pun cowek tersebut tetap berada di atas tebangan pohon
Jati tersebut. Sedangkan sejarah Dusun Tonggowa, awalnya didirikan oleh orang
Madura. Dahulu juga tidak ada rumah kemudian dibabat orang tersebut, di sana
terdapat gentong (tempat air) yang sangat besar dan berlubang (gentong krowak)
oleh sebab itu Dusun ini diberi nama Dusun Tonggowa. Adapun nama pendiri
Dusun Tonggowa adalah Kyai Fatah, Mbah Dahlan, Kyai Samsudin, Bujuk
Randim. Mereka adalah para penerus mbah Arjo.
Sejarah Perusahaan (Taman Safari Indonesia II Prigen)
Taman Safari Indonesia II Prigen dibangun oleh sebuah badan usaha yaitu:
PT. Taman Safari Indonesia. PT. Taman Safari Indonesia ini didirikan oleh tiga
bersaudara penyayang binatang yaitu Jansen Manansang, Frans Manansang, dan
Tony Sumampao yang membangun Taman Safari II Prigen sebagai kelanjutan
dari Taman Safari Indonesia I di Cisarua, Bagor yang tidak mungkin diperluas
lagi.
Lokasi yang kini ditempati merupakan bekas ladang penduduk yang tidak
produktif serta daerah sekitar merupakan daerah kawasan IDT. Taman Safari
Indonesia II Prigen menempati tanah seluas 400 ha dengan perincian 165 ha
diperuntukkan sebagai lokasi satwa, 60 ha sebagai taman rekreasi, sisanya sebagai
tempat penangkaran, penelitian, karantina serta hutan raya. Kemudian
pengembangan sarana seperti water park, caravan, camping ground dan lain-lain.
(Dokumen Humas Taman Safari Indonesia II Prigen, 2005:1).
Taman Safari Indonesia II Prigen, mulai dirintis pembangunannya sejak
akhir tahun 1993, dengan membebaskan lahan milik warga. Pada mulanya PT.
Taman Safari Indonesia selaku badan usaha yang membangun Taman Safari
hanya bisa membebaskan sekitar 36 hektar tanah. (Jawa Pos, Kamis, 18 Desember
1997). Semula pembebasan tanah dilakukan secara diam-diam, dalam hal ini
untuk menghindari spekulan tanah yang suka mengacak-acak harga tanah. Namun
akhirnya tercium juga oleh spekulan sehingga proses pembebasan tanah sempat
alot, akibatnya jadwal pembangunan Taman Safari tertunda beberapa bulan.
(Surya, Sabtu 20 Desember 1997).
Hingga akhir tahun 1995, PT. Taman Safari Indonesia baru bisa
membebaskan lahan sekitar 115 hektar, lantaran mahalnya harga tanah yang
diminta warga. Jika pada awal pembebasan Taman Safari Indonesia bisa
mendapatkan harga sekitar Rp 6.000,- per meter, seiring dengan semakin luasnya
tanah, warga pun lantas menaikkan harga hingga Rp 12.500,- per meter.
Akibatnya pelaksanaan pengerjaan fisik Taman Safari Indonesia II Prigen ikut
terhambat. Pengerjaan fisik baru lancar setelah PT. Taman Safari Indonesia
menjalin kerja sama operasional (KSO) dengan Perum Perhutani. Untuk KSO ini,
PT. Taman Safari Indonesia diperkenankan memakai tanah Perhutani seluas 165
hektar. (Jawa Pos, Kamis, 18 Desember 1997).
Pembahasan
Kondisi masyarakat Desa Jatiarjo sebelum adanya pembangunan objek wisata
Taman Safari Indonesia II Prigen
Desa Jatiarjo adalah salah satu desa yang terkenal dengan hasil produksi
pertaniannya. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Jatiarjo mayoritas bermata
pencaharian sebagai petani. Dalam pertaniannya masyarakat Jatiarjo mayoritas
menanam pisang, ubi kayu, nanas, dan rumput untuk makanan ternak. Hal ini
dikarenakan masyarakat Desa Jatiarjo mayoritas bermata pencaharian sebagai
petani. Keadaan masyarakat Desa Jatiarjo sangat tertinggal jika dibandingkan
dengan desa lain yang ada di Kecamatan Prigen. Kondisi seperti ini juga
berpengaruh terhadap keadaan sumber daya manusia dan juga tingkat
kesejahteraan penduduk. Akan tetapi di sisi lain masyarakat Desa Jatiarjo adalah
masyarakat yang Islami dan berpegang erat terhadap asas kegotong royongan
yaitu kebersamaan untuk lebih mementingkan kepentingan umum dibandingkan
kepentingan pribadi.
Desa Jatiarjo dapat dikatakan sebagai kawasan daerah tertinggal. Sebelum
hadirnya Taman Safari Indonesia II Desa Jatiarjo masih memiliki sumber daya
manusia yang rendah, kondisi masyarakatnya pun masih sederhana. Karena
kondisi masyarakat Desa Jatiarjo yang masih sederhana menjadikan sebuah
pendidikan formal tidak begitu menarik di kalangan masyarakat tersebut.
Masyarakat lebih mementingkan bekerja dari pada harus sekolah yang tidak bisa
menghasilkan uang. Selain itu sedikitnya sarana dan prasarana sekolah di Desa
Jatiarjo menyebabkan minimnya peminat untuk sekolah. Taman Safari Indonesia
II Prigen mulai dirintis di Desa Jatiarjo dari tahun 1993, dengan membebaskan
tanah milik warga setempat. Taman Safari Indonesia II prigen dibangun sebagai
kelanjutan dari Taman Safari I di Cisarua Bogor yang tidak mungkin diperluas
lagi. Taman Safari Indonesia II Prigen diresmikan pada tanggal 29 Desember
1997.
Dampak sosial pada masyarakat Desa Jatiarjo setelah pembangunan objek wisata
Taman Safari Indonesia II Prigen
Pembangunan itu tiada lain adalah suatu usaha perubahan untuk menuju
keadaan yang lebih baik berdasarkan kepada norma-norma tertentu. Perubahan
yang direncanakan dengan pendayagunaan potensi alam, manusia dan sosial
budaya inilah disebut pembangunan (Beratha, 1982:65). Dalam hal ini,
pembangunan juga menimbulkan suatu perubahan sosial. Perubahan sosial adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk nilai-nilai sosial, sikap dan pola tingkah-laku antar kelompok
dalam masyarakat. Perubahan sosial pada umumnya bisa berasal dari berbagai
sumber. Pertambahan jumlah penduduk pasti akan menimbulkan perubahan
ekologis, yang pada gilirannya merangsang terjadinya perubahan tata hubungan
antara kelompok-kelompok sosial. Penemuan-penemuan inovasi teknologis,
apabila diterapkan dalam skala yang cukup besar, mungkin akan menimbulkan
suatu tatanan baru dalam kehidupan ekonomi. Dengan demikian bisa
menimbulkan perubahan menuju apa yang disebut Veblen kebiasaan-kebiasaan
berfikir dan bertindak. Singkatnya, sumber-sumber pokok dari perubahan sosial
terletak di dalam lingkup biologi, teknologi, dan ideologi masyarakat
(Soemardjan, 1981:303).
Pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen memiliki dampak
tersendiri bagi lingkungan sekitar lokasi. Bukan hanya pada kondisi alam sekitar,
tetapi juga meliputi seluruh rangkaian kehidupan sosial masyarakatnya. Dampak
yang ditimbulkan akibat adanya pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen
di antaranya adalah menyempitnya lahan pertanian hal ini dikarenakan sebagaian
lahan pertanian warga digunakan untuk pembangunan Taman Safari Indonesia II
Prigen di mana lahan yang digunakan dulunya adalah bekas perkebunan nanas
warga. Karena tidak adanya lahan untuk menanam buah nanas produksi buah
nanas di desa ini pun menghilang. Hal ini memaksa para petani yang sudah
kehilangan lahannya harus mencari cara lain agar dapat tetap bekerja, salah
satunya adalah dengan bekerja di area Taman Safari Indonesia II Prigen misalnya
dengan berdagang atau menjadi karyawan di Taman Safari Indonesia II Prigen.
Lain halnya dengan para pedagang yang dulunya memang sudah berprofesi
sebagai pedagang. Para pedagang ini menyadari hadirnya objek wisata Taman
Safari Indonesia II Prigen ini telah memperbaiki kondisi perekonomian mereka
karena penghasilan semakin meningkat dari tahun sebelumnya.
Bagi masyarakat Desa Jatiarjo yang bekerja sebagai pegawai swasta,
kehadiran Taman Safari Indonesia Indonesia II Prigen memiliki banyak pengaruh
positif di antaranya adalah mereka memiliki peluang untuk mendapatkan
pekerjaan di Taman Safari Indonesia II Prigen. Tidak sedikit masyarakat Desa
Jatiarjo yang bekerja di Taman Safari Indonesia II Prigen.
Karena tingkat pendidikan yang masih rendah, masyarakat Desa Jatiarjo
hanya dapat menjadi staf dari kalangan menengah ke bawah saja. Hanya sebagian
kecil saja warga yang dapat bekerja di bagian perkantoran. Selain hal positif, ada
pula hal negatif yang dirasakan para warga yakni kurang meratanya pembagian
kerja. Misalnya dalam satu keluarga ada 2-3 orang yang bekerja di Taman Safari
Indonesia II Prigen, sementara itu masih banyak keluarga lain yang tidak bekerja
di Taman Safari Indonesia Indoneisa II Prigen.
Dalam perkembangannya, setelah hadirnya Taman Safari Indonesia II
Prigen banyak pengaruh positif yang masuk ke desa ini salah satunya adalah pola
pikir masyarakat yang semakin luas dan berkembang baik dari segi pendidikan,
ekonomi, dan sosial. Selain dari perubahan pola pikir masyarakat, perubahan juga
terjadi dalam bidang pembangunan. Di mana setelah hadirnya Taman Safari
Indonesia II Prigen banyak pembangunan yang dibuat baik dari sumbangan
Taman Safari Indonesia II Prigen, dari kas desa, maupun dari pemerintah. Adapun
pembangunan-pembangunan tersebut adalah adanya pembangunan jalan yang
mendapat sumbangan dari Taman Safari Indonesia II Prigen serta anggaran dari
pemerintah daerah. Selain pembangunan jalan, masih banyak pembangunanpembangunan lainnya, di antaranya adalah pembangunan masjid, balai desa,
sekolah dan lain-lain. Setelah hadirnya Taman Safari Indonesia II Prigen di Desa
Jatiarjo pembangunan di desa ini semakin meningkat pesat. Hal ini membuktikan
kepedulian pihak Taman Safari Indonesia II Prigen terhadap kesejahteraan desa
cukup besar.
Hubungan dengan kehadiran Taman Safari Indonesia II Prigen bagi pendidikan di
Desa Jatiarjo
Pendidikan sebagaimana diketahui merupakan salah satu aspek
pembangunan yang bertujuan memberikan pengetahuan/kecakapan, keterampilan,
serta pembinaan mental masyarakat. Maju mundurnya peradaban suatu bangsa
dapat diketahui dari taraf pendidikannya. Oleh karena itu tidak bisa dipungkiri
bahwa pendidikan merupakan kunci dari pada kemajuan. Sebelum adanya Taman
Safari Indonesia II Prigen masyarakat Desa Jatiarjo mempunyai kesadaran yang
sangat minim terhadap pentingnya suatu pendidikan. Namun secara perlahan dan
bertahap dengan adanya Taman Safari Indonesia II Prigen ini baik langsung
maupun tidak langsung berpengaruh besar terhadap proses pendidikan dalam
peningkatan sumber daya manusia di Desa Jatiarjo. Berbagai bangunan sekolah
yang terletak di daerah Jatiarjo baik SD, MI, MTs merupakan bagian dari
bantunan yang diberikan oleh Taman Safari Indonesia II Prigen. Taman Safari
Indonesia II Prigen juga memberikan bantuan beasiswa terhadap siswa yang
berprestasi sehingga dapat memompa semangat belajar para siswa agar dapat terus
berprestasi dan dapat melanjutkan sekolah ke taraf yang lebih tinggi.
Masyarakat Desa Jatiarjo dapat menambah pengetahuannya tentang
berbagai macam habitat satwa-satwa yang ada di Taman Safari Indonesia II
Prigen. Karena pihak Taman Safari Indonesia II Prigen juga memberikan
penyuluhan kepada masyarakat jika ada habitat-habitat baru yang ada di Taman
Safari Indonesia II Prigen. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kehadiran Taman
Safari Indonesia II Prigen sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan di
Desa Jatiarjo, Sehingga masyarakat dapat menyadari arti penting dari suatu
pendidikan untuk menunjang kesejahteraan dan mutu sumber daya manusia di
Desa Jatiarjo.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesempulan sebagai
berikut : (1) Masyarakat Desa Jatiarjo mayoritas bermata pencaharian sebagai
petani. Kondisi masyarakat Desa Jatiarjo yang masih sederhana menjadikan
sebuah pendidikan formal tidak begitu menarik di kalangan masyarakat tersebut.
Masyarakat lebih mementingkan bekerja dari pada harus sekolah yang tidak bisa
menghasilkan uang. Desa Jatiarjo merupakan kawasan daerah tertinggal. Sebelum
hadirnya Taman Safari Indonesia II Desa Jatiarjo masih memiliki sumber daya
manusia yang rendah, kondisi masyarakatnya pun masih sederhana. (2)
Pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen memiliki dampak tersendiri bagi
lingkungan sekitar lokasi. Bukan hanya pada kondisi alam sekitar, tetapi juga
meliputi seluruh rangkaian kehidupan sosial masyarakatnya. Dampak yang
ditimbulkan akibat adanya pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen salah
satunya adalah menyempitnya lahan pertanian hal ini dikarenakan sebagaian lahan
pertanian warga digunakan untuk pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen.
(3) Dampak dengan adanya Taman Safari Indonesia II Prigen ini baik langsung
maupun tidak langsung berpengaruh besar terhadap proses pendidikan dalam
peningkatan sumber daya manusia di Desa Jatiarjo.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut : (1) Perkembangan Taman Safari Indonesia II Prigen seharusnya
diimbangi oleh Pemerintah Daerah Pasuruan (Dinas Kepariwisataan) dengan
pembenahan sarana dan prasarana ke arah yang lebih baik serta adanya
pengaturan atau penataan terhadap para pedagang yang ada di area Taman Safari
Indonesia II Prigen agar lebih rapi dan menarik sehingga dapat menarik
wisatawan. (2) Pengelola Taman Safari Indonesia II Prigen seharusnya dapat
mensosialisasikan kebijakan terlebih dahulu kepada masyarakat Desa Jatiarjo agar
terjalin hubungan yang baik untuk bersama-sama memajukan Taman Safari
Indonesia II Prigen. (3) Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Malang diharapkan kajian ini dapat memperkaya wawasan dan menjadi tambahan
referensi bagi Jurusan Sejarah tentang perubahan sosial yang terjadi di suatu
wilayah akibat adanya pembangunan. (4) Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan
tema ini tentunya lebih mengembangkan pada konflik yang terjadi antara
masyarakat Desa Jatiarjo dengan Taman Safari Indonesia II Prigen.
DAFTAR RUJUKAN
Beratha, 1982. Desa Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Effendi, T. N. 1995. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja Dan Kemiskinan.
Yogyakarta:PT. Tiara Wacana Yogya.
Maunati, Y. 2004. Identitas Dayak: Komodifikasi Dan Politik Kebudayaan.
Yogyakarta: LKiS.
Moleong, J. L. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.Remaja
Rosdakarya.
Patilima, H. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA
Pitana, I. G dan Gayatri, P. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Soemarwoto, O. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
Soemarwoto, O. 2003. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadja Mada University Press.
Spillane, J.J. 1987. Ekonomi Pariwisata. Yogyakarta: Kanisius.
Wahyu. 2005. Perubahan Sosial Dan Pembangunan. Jakarta: PT. Hecca Mitra
Utama.
Wiriatmadja, S. 1980. Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan. Jakarta: CV. Yasaguna.
Wisadirana, D. 2004. Sosiologi Pedesaan: Kajian Kultural dan Struktural
Masyarakat Pedesaan. Malang: UMM Press.
Yin, R. K. 2009. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Jawa Pos, Kamis 18-12-1997
Surya Pos, Sabtu 06-12-1997
Download