STATUS GIZI PADA PENDERITA TB PARU DI PRIGEN KABUPATEN PASURUAN Emyk Windartik, Ana Zakiyah, Herfida Lutfiyanti AKPER Bina Sehat PPNI Mojokerto Abstract Nutritional status is one of the most important functions in the body's defense against infection. Malnutrition in the circumstances, the immune response will be weakened so that the ability to defend it self against infection is lowered. This studed aims described the nutritional status of patients with pulmonary TB in Prigen Pasuruan. The method used is descriptive. The population was all patients with active pulmonary TB were 26 people that taken using the total sampling. This studed uses BMI calculation with the observed weight and height to determine the nutritional status of the patient. The results showed that the majority of patients with pulmonary TB have less nutritional status of as many as 17 people (65.4%). A person affected by pulmonary tuberculosis immune reaction will conduct an inflammatory reaction that disrupted the body's metabolism which will result in weight is lowered, it is characterized by malaise because of the pain. In a state of malnutrition, weakened immune reaction so that the ability to maintain the infection is lowered, the presence of infectious disease can provide absorption barriers and obstacles intake of nutrients which the onset of malnutrition. Keywords: nutritional status, pulmonary TB patients 1 juta), PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan dan peringkat Indonesia keempat menempati diantara negara- penyakit infeksi kronis yang disebabkan negara TB di dunia. Jumlah kejadian TB oleh di Indonesia infeksi mycobactrerium diperkirakan 450.000 tuberculosis dan dapat menyebar dari (antara 300.000-600.000) kasus baru satu orang ke orang lain melalui pertahun (WHO, 2012). Pada tingkat transmisi udara (droplet dahak pasien nasional, propinsi tuberkulosis) (Depkes RI, 2007). Status merupakan salah nutrisi merupakan salah satu faktor jumlah penemuan penderita TB Paru terpenting Jawa satu Timur penyumbang dalam pertahanan tubuh terbanyak kedua di bawah Provinsi Jawa infeksi. Defisiensi nutrisi Barat. Angka penemuan kasus baru terganggunya BTA Positif (Case Detection Rate) fungsi imun. Pada keadaan gizi yang merupakan proporsi penemuan kasus TB buruk reaksi BTA Positif dibanding dengan perkiraan melemah sehingga kasus dalam persen. Pada tahun 2012, kemampuan dalam mempertahankan diri angka CDR sebesar 63.03% dengan terhadap infeksi menjadi menurun, hal jumlah kasus baru (positif dan negatif) tersebut sebanyak 41.472 terhadap dihubungkan dengan dapat menyebabkan kekebalan tubuh meningkatkan kerentanan penderita dan BTA seseorang terhadap infeksi tuberkulosis. positif baru sebanyak 25.618 Malnutrisi tersebut akan mempercepat Dilihat perkembangan TB menjadi aktif dan TB mendominasi penderita TB Paru adalah aktif menyebabkan terjadinya malnutrisi kelompok usia produktif yaitu usia 35- yang lebih buruk (Gibney, 2008). 54 tahun dan usia 15-34 tahun (Dinkes Data WHO pada tahun 2012 berdasarkan kasus. usia, yang Jatim, 2012). diperkirakan 8,6 juta orang menderita Hasil studi pendahuluan yang TB dan 1,3 juta meninggal akibat dilakukan pada tanggal penyakit tersebut (terhitung 320.000 2013 di Puskesmas Prigen Kecamatan meninggal akibat HIV positif). Pada Prigen Kabupaten Pasuruan di dapatkan tahun data 2012 WHO memperkirakan bahwa jumlah 21 Oktober penderita 170.000 orang meninggal karena TB tuberkulosis paru aktif yang baru pada (antara Indonesia tahun 2013 sebanyak 25 orang dan 3 merupakan salah satu negara dengan orang dengan kekambuhan TB. Hasil jumlah insiden terbanyak yaitu (0,4-0,5 wawancara pada tanggal 30-31 Oktober 100.000-240.000). 2 2013 dengan 6 penderita TB aktif baru di berperan dapatkan 4 orang dengan TB paru aktif humoral), demikian pula limfosit t memiliki (limposit standart berat badan IMT. kurang Mereka dari mengatakan dalam proses yang kekebalan berperan dalam kekebalan selular) menjadi inaktif, hal mengalami penurunan nafsu makan dan tersebut mual. sangat luas dan menjadi sangat ganas Penderita dengan TB paru aktif badan yang Pada penelitian yang dilakukan dan oleh Panjaitan tahun 2010, orang dengan juga TB paru aktif lebih cenderung memiliki tanda-tanda tubuh yang sangat kurus (wasted) atau kekurangan vitamin dan mineral. Hal ini memiliki skor IMT yang lebih rendah lebih disebabkan karena kombinasi dari dibandingkan dengan kontrol yang sehat. beberapa faktor, termasuk penurunan Selama TB aktif, proses katabolik yang nafsu makan dan intake makanan serta menyebabkan penurunan berat badan peningkatan kehilangan serta perubahan biasanya metabolisme yang dihubungkan dengan penderita didiagnosis. beberapa mencolok tuberkulosis (Somantri, 2007). pada umumnya mengalami penurunan berat mengakibatkan diantaranya memperlihatkan adanya sudah dimulai sebelum respons inflamasi dan respons imun. Dampak akibat kekurangan gizi Malnutrisi yang terjadi pada penderita pada penderita TB akan mengakibatkan dengan tuberkulosis semakin luas, secara umum tuberkulosis dapat mempengaruhi daya tahan tubuh serta kekurangan hasil terhadap kekuatan, daya tahan, dan pengobatan dari penyakit tuberkulosis tersebut. Malnutrisi gizi akan berpengaruh respon imunologis terhadap penyakit dan (Somantri, 2007). Keadaan malnutrisi dapat atau kekurangan gizi akan menurunkan menyebabkan imunodefisiensi sekunder daya tahan atau resistensi terhadap yang penyakit tuberkulosis. Sementara itu, defisiensi protein-energi mikronutrien meningkatkan kerentanan seseorang terhadap infeksi tuberkulosis keadaan (Gibney, 2008). Pada malnutrisi berat, mempersulit infeksi bakteri akan selalu mengintai. memudahkan kambuhnya kembali TB Fungsi yang sudah reda (Entjang, 2000). Tujuan leukosit menurun dan gizi yang jelek dapat penyembuhan dan immunoglobulin tidak cukup lagi dibuat dalam penelitian ini adalah untuk oleh sel-sel limfosit B (leukosit yang mengetahui status gizi pada penderita 3 TB Paru Di Prigen Kabupaten rendah, yaitu sebanyak Mojokerto. (72,2%). METODE PENELITIAN Keteraturan Berobat 19 orang Desain penelitian yang digunakan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden adalah deskriptif. Populasinya adalah Berdasarkan Keteraturan Berobat di semua Prigen Kabupaten Pasuruan pada tanggal penderita TB 26 responden sebanyak menggunakan paru total aktif dengan sampling. Pegumpulan data dengan melakukan perhitungan IMT melalui observasi berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui status gizi penderita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita TB paru sebagian besar memiliki status gizi kurang yaitu sebanyak 17 orang (65,4%). Penelitian ini dilakukan di Prigen Kabupaten Pasuruan pada tanggal 26 Januari – 11 Februari 2014. 26 Januari - 11 Februari 2014 Keteraturan Frekuensi % Berobat Teratur 10 38,5 Tidak teratur 16 61,5 Jumlah 26 100 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak teratur dalam berobat, yaitu sebanyak 16 orang (61,5%). Data Khusus Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden TB Paru Berdasarkan Status Gizi di Prigen Kabupaten Pasuruan pada tanggal 26 Januari-11 Februari 2014 HASIL PENELITIAN Data Umum Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Prigen Kabupaten Pasuruan pada tanggal 26 Januari-11 Februari 2014 Penghasilan Frekuensi 19 < Rp. 1.000.000 5 ≥ Rp. 1.000.000 2 Tidak berpenghasilan Jumlah 26 Berdasarkan tabel di % 72.2 19 7,7 No Status gizi Frekuensi 1. Status gizi 17 kurang 2. Status gizi 9 normal 3. Status gizi 0 lebih Total 26 34.6 0 100 Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa memiliki 100 atas, (%) 65.4 sebagian status besar gizi responden kurang yaitu sebanyak 17 orang (65,4%). sebagian besar responden berpenghasilan 4 dibandingkan dengan penderita yang PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan status gizinya kurang. bahwa penderita TB Paru memiliki status gizi kurang, hal tersebut Hasil preliminary Bandung pada study tahun di 2007, disebabkan oleh perjalanan penyakit. menunjukkan Gejala-gejala yang dialami penderita TB penderita paru pada umumnya adalah mual dan dewasa hanya mencapai 36 gram/hari penurunan sehingga atau 65 persen dari angka kecukupan nafsu mempengaruhi makan asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Gizi adalah salah satu faktor terpenting terhadap untuk infeksi penyembuhan. dihubungkan pertahanan dan tuberkulosis paru orang (AKG: 55/gram/hari). Hasil ini sama dengan penelitian Mulyadi, dkk (2011) di Aceh, yang menunjukkan bahwa tubuh penderita proses umumnya mengalami asupan nutrisi gizi lebih rendah dari AKG. Penderita TB terganggunya paru dengan berat badan rendah sering untuk Defisiensi dengan asupan protein pada tuberkulosis paru fungsi imun karena dilihat dari fungsi timbul gizi, gizi berperan dalam mekanisme menyebabkan status gizi buruk dan pertahanan tubuh terhadap berbagai sebaliknya penyakit. mempengaruhi timbulnya TB paru. Pada keadaan gizi menyebabkan kurang, reaksi kekebalan tubuh bersamaan, gizi Gizi TB 87% buruk juga paru juga berperan dapat sebagai akan melemah sehingga kemampuan mengatur dalam mempertahankan diri terhadap keseimbangan air, mineral serta cairan infeksi menjadi menurun. Hal tersebut tubuh akan menghambat absorpsi zat-zat gizi yang meningkatkan kerentanan metabolisme lain. seseorang terhadap infeksi tuberkulosis. masuk Malnutrisi tersebut akan mempercepat mengganggu perkembangan TB menjadi aktif dan TB (Salmah, 2013). aktif menyebabkan terjadinya malnutrisi yang lebih buruk (Gibney, 2008). Gizikurang dalam tubuh yang metabolisme Beberapa mempengaruhi Hasil penelitian Firdous (2006) dan status akan akan tubuh faktor yang gizi pada penderita TB paru diantaranya adalah menunjukkan penderita TB paru yang sosial mempunyai status gizi baik mempunyai menunjukkan sebagian besar responden kesempatan berpenghasilan sembuh 9,5 kali ekonomi. Hasil < Rp. penelitian 1.000.000, 5 penghasilan tersebut termasuk kategori Penderita TB paru kurang/ rendah. Faktor ekonomi sangat besar erat kaitannnya dengan daya beli untuk Penderita akan mengalami memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai asupan salah satu kebutuhan dasar manusia perubahan metabolisme sehingga akan sesuai dengan syarat-syarat kesehatan, mempengaruhi berat badan dan imunitas termasuk dalam mendapatkan pelayanan tubuh kesehatan yang memadai. Pendapatan mempengaruhi status gizi pada penderita yang TB paru diantaranya rendah menimbulkan memenuhi atau kurang akan permasalahan dalam kebutuhan gizi (Salmah, memiliki nutrisi status sebagian yang masyarakat faktor keteraturan menyatakan bahwa rendahnya status SARAN ekonomi 1. Tenaga Kesehatan adalah terkait dengan Memberikan Faktor lain yang juga berperan proses informasi bagii penderita dan keluarga pada saat kontrol atau survei lapangan tentang penelitian menunjukkan sebagian besar pentingnya diit/ nutrisi yang tepat responden tidak teratur dalam berobat. untuk Penderita yang tidak teratur berobat penyembuhan membuat infeksi semakin menyebar dan keteraturan obat. tubuh mengakibatkan berobat. beli Hasil kekebalan keteraturan adalah sosial dan penyembuhan. prevalensi TB Paru. yang daya penelitian Tungdim (2010) di India yang dengan Faktor dengan berobat erat penurunan terkait 2013). Hal tersebut sejalan dengan berkaitan kurang. mengakibatkan penderita. ekonomi gizi berkurang mendukung selain proses dari faktor yang timbulnya resistensi obat dan menyulitkan penyembuhan 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat penderita. Selain itu juga menimbulkan mengembangkan dampak pada metabolisme tubuh yang keperawatan khususnya pada TB paru menghambat absorbsi zat-zat gizi yang dengan ikut berperan serta dalam masuk dalam tubuh yang pada akhirnya memberikan informasi tetntang gizi dapat menyebabkan malnutrisi. melalui program intervensi pengabdian masyarakat. SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA 6 Dinkes RI. (2007). Data Profil Kesehatan Indonesia. Tersedia dari (http://www.dinaskesehatanindone sia.go.id ). Diakses pada tanggal 23 Oktober 2013. Dinkes Jatim. (2012). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. http://www.dinkes.jatimprov.go.id (www.who.int). Diakses tanggal 17 Oktober 2013. pada WHO. (2012). Global Tuberculosis Report 2012. Tersedia dari (www.who.int). Diakses pada tanggal 2 November 2013. Entjang, I. (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Firdous, dkk. (2006). Faktor-Faktor Penderita TB Paru Putus Obat. Media Litbang Kesehatan XVI No 4 Gibney, Michael J. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Mulyadi, dkk. (2011). Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Pesisir Pantai Aceh Barat daya (Kajian di Puskesmas Blangpidie). J. Respir Vol 31 No 2 April 2011 Salmah, Sjarifah. (2013). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : CV. Trans Info Media. Somantri, Irman. (2007). Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika. Tungdim MG, Satwanti K. (2010). Gender Differentials in Tuberculosis : Impact of SocioEconomic and Cultural Factors Among the Tribals of Northeast India. The Open Social Science Journal 2010 ; 3 : 68-74 WHO. (2012). World Health Reports of 2012. Tersedia dari 7