1 HOMOSEKSUAL, GAY, DAN LESBIAN DALAM PERSPEKTIF AL

advertisement
HOMOSEKSUAL, GAY, DAN LESBIAN
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN.1
Oleh: Dr. Faizah Ali Syobromalisi, MA.
A. Pendahuluan
Orientasi seks menyimpang yang terjadi akhir-akhir ini menyedot perhatian masyarakat.
Bermacam kasus bermunculan disebabkan karena perilaku seks yang menyimpang dan
dampaknya. Misalnya kasus pembunuhan yang menjerat seorang laki-laki dari jombang jawa
timur, Ryan, beberapa waktu lalu yang terang-terangan tanpa malu menyatakan bahwa
dirinya adalah seorang homoseks.. Penyimpangan seksual yang kian marak di masyarakat
adalah fenomena sosial yang tidak hanya berdampak buruk terhadap anak-anak dan para
remaja yang sedang menginjak usia pubertas, tetapi juga bagi orang dewasa. Gaya hidup dan
seks bebas menjadi salah satu alasan mengapa tingkat penyimpangan seks di masyarakat kian
bertambah
B. Pengertian Homoseks
Dalam kamus Bahasa Indonesia ada empat pengertian yang terkait homoseks yaitu:
Homoseks adalah hubungan seks dengan pasangan sejenis, homoseksual adalah keadaan
tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama. homoseksualisme adalah paham
homoseksual, dan homoseksualitas adalah kecenderungan untuk tertarik kepada orang lain
yang sejenis. ( Anton Mulyono, 2007),
Istilah lain yang digunakan untuk mengartikan perilaku homoseks adalah sodomi,yang
dalam istilah kedokteran berarti hubungan seks melalui anus, yakni hubungan seks yang
sering dihubungkan dengan orang-orang yang homoseks, gay dan waria. Menurut sejarah
kaum yang pertama kali melakukan perbuatan homoseks di dunia ini adalah kaum Nabi Luth
as. yang menempati wilayah di sekitar laut mati yaitu Sadum dan Amurah (Gamurrah).
Pengertian lainnya dari homoseksual secara istilah, seperti dalam Wikipedia Ensiklopedi
Bebas dikatakan bahwa Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis
antara pribadi yang berjenis kelamin sama secara situasional atau berkelanjutan. Pada
penggunaan mutakhir, kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim dan/atau
hubungan seksual diantara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak
mengidentifikasi diri mereka sebagai gay dan lesbian. Homoseksualitas, sebagai suatu
1
Makalah ini diterbitkan dalam majalah BEM Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
pengenal, pada umumnya dibandingkan dengan heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah
gay adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk kepada pria pelaku homoseks.
Sedangkan lesbian adalah istilah yang digunakan untu merujuk kepada wanita yang
melakukan hubungan sex dengan jenis kelamin yang sama.
Istilah homoseksual sendiri untuk pertama kali diciptakan pada tahun 1868 bersamaan
dengan istilah heteroseksual (kebalikan dari homoseksual ~ yaitu hubungan seks antara orang
yang berbeda jenis kelamin) dan pertama kali dicetak pada tahun 1869 oleh penulis Hungaria
Karoly Maria Kertbeny (1824-1882).
Istilah lain yang digunakan untuk mengartikan perilaku homoseks adalah sodomi, sodomi
sendiri dalam istilah kedokteran berarti hubungan seks melalui anus, yakni hubungan seks
yang sering dilakukan oleh orang-orang yang homoseks yaitu hubungan dengan jenis kelamin
yang sama.
C. Sejarah muncul dan berkembangnya homoseks dan lesbian
Perbuatan homoseksual dan akibatnya disebutkan dalam al-Qur’an diantara kisah-kisah
umat nabi-nabi yang durhaka dan dijatuhi hukuman oleh Allah, yaitu kisah umat nabi Luth.
Informasi al-Qur’an tentang homoseks, liwath atau sodomi dalam Islam diungkap dalam alQur’an
              
             
 
Artinya: Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?". Sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah
kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. al-‘Araf [7] 80-81).
Ayat ini menjelaskan bagaimana Nabi Luth menegur kaumnya yang melakukan tindakan
yang sangat buruk yang perlu diluruskan yaitu melampiaskan nafsu syahwat kepada sesama
jenis, sehingga perbuatan tersebut disifati sebagai al-fahisyah.
2
Quraish Shihab memaknai kata ( ‫ الفحشة‬al-fahisyah ) yakni melakukan pekerjaan yang
sangat buruk yaitu homoseksual. Sementara Az-Zulfi mengatakan, bahwa penyebutan alfahisyah merupakan penyebutan puncak dari suatu keburukan. Tidak diragukan lagi bahwa
perbuatan ini merupakan perbuatan yang sangat buruk. Tambahan kata “al” dalam firman
Allah “al-fahisyah” adalah untuk memperkuat informasi yang ada sebelumnya. Seolah-olah
aktivitas ini merupakan sebuah perbuatan keji yang sudah diketahui keburukannya oleh setiap
orang.
Apa yang dilakukan oleh penduduk Sadum (kaum nabi Luth as.) tidak hanya
penyimpangan aqidah (syirik) tetapi menurut Quraish Shihab juga penyimpangan orientasi
sex mereka yaitu kebiasaan buruk mereka dalam berhubungan sex dengan sesama jenis.
Bahkan Quraish Shihab kembali menegaskan, bahwa keburukan yang paling besar dan yang
tiada taranya dari kaum nabi Luth as. Setelah kemusyrikan adalah homoseksual.
Di ayat ini, dijelaskan bunyi teguran Nabi Luth as. kepada mereka, bahwa perbuatan
mereka yang keji, buruk dan busuk itu belum pernah dikerjakan oleh seorangpun seisi alam
yang ada waktu itu. Sehingga bisa dikatakan bahwa kaum yang pertama kali melakukan
perbuatan homoseks di dunia ini adalah kaum Nabi Luth as. yang menempati wilayah di
sekitar laut mati yaitu Sadum (sodom) dan Amurah (Gamurrah).
Inilah yang mempertegas pendapat banyak ahli bahwa kaum Nabi Luth as. adalah
golongan manusia pertama sepanjang sejarah kemanusiaan yang melakukan perilaku
menyimpang yaitu homoseksual. Perilaku lebih menyenangi sesama jenis, bukan lawan jenis.
Perbuatan mana tidak pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, karena perbuatan itu
melanggar fitrah manusia dan tujuan penciptaannya, yaitu memiliki kecendrungan kepada
lawan jenisnya untuk memelihara kesinambungan jenis manusia di dunia. Allah berfirman
dalam persoalan ini:
       
    
       
 
Artinya: “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, (165). “Dan kamu
tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orangorang yang melampaui batas". (166). (QS. Asy-Syu’ara [26] 165-166)
Disebutkan dalam ayat ini bahwa kaum Luth telah meninggalkan wanita pasangannya
yang secara naluriah seharusnya kepada merekalah laki-laki menyalurkan naluri seksualnya
3
Hubungan seks antar manusia berlainan jenis adalah fitrah dan Sunnatullah, apabila
dilakukan di atas koridor-koridor akhlak dan etika yang baik yaitu hubungan seks dalam
payung pernikahan yang suci, tetapi apa yang dilakukan oleh penduduk Sadum, yaitu
hubungan seks sesama jenis atau homoseks tidak ditemukan dalil apapun yang membenarkan
perbuatan tersebut.
Penyakit yang menjangkiti kaum Sadum saat itu, memang perilaku seks yang
menyimpang dari para laki-laki kepada laki-laki. Namun Hamka mengatakan, oleh karena
laki-laki lebih menyenangi laki-laki, sehingga perempuan tidak diberi kepuasaan setubuh
oleh laki-laki, maka penyakit kecendrungan sex sesama jenis
semacam ini bisa pula
berjangkit di kalangan sesama perempuan yaitu perempuan lebih menyenangi perempuan
yang belakangan dikenal dengan istilah lesbian. Sungguh dapat dibayangkan kehancuran
akhlak penduduk Sadum saat itu, mereka telah memberikan contoh terburuk untuk semua
manusia sepanjang zaman.2
Pada perkembangan selanjutnya (dimasa modern ini) perbuatan pengikut kaum Luth ini
semakin menggila, bahkan dengan dalih Hak Asasi Manusia banyak orang yang kemudian
mencoba melegalkan perilaku ini sebagai sebuah pilihan hak asasi atas dasar hak hidup yang
merata bagi setiap orang. Sikap mereka itu persis seperti sikap dan pandangan sementara
orang didunia ini. Bahkan beberap negara, di Barat dewasa ini telah membenarkan secara
hukum hubungan seks pria dengan pria atau pernikahan pria dengan pria, dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang normal serta bagian dari Hak Asasi Manusia.3
. Namun Islam tidak membenarkannya baik secara fitrah maupun sunnatullah. Karena
manusia secara fitrah diciptakan berpasang-pasangan, bukan mahluk yang berjenis kelamin
sama. Firman Allah:
         
Artinya:”. dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah.”(QS. Adz-Dzariat [51]: 49).
D.Pencetus Perilaku Homoseks Dan Pencegahannya
Menurut pakar Andrologi dan seksologi, Wimpie Pangkahila, seseorang berpotensi
menjadi homoseks karena beberapa faktor, diantaranya gangguan psikoseksual pada masa
2
3
Hamka, Tafsir al-Azhar Juz VIII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), hal. 288
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Vol. 6, hal. 313.
4
kanak-kanak, faktor biologis (kelainan otak dan genetik), faktor sosio kultural dan faktor
lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapat yang mengatakan homoseks
terbentuk karena faktor biologis masih merupakan pendapat yang kontroversi. Psikolog
Dadang Hawari bahkan mengatakan bahwa faktor utama penyebab homoseksualitas adalah
lingkungan. Keberadaan faktor-faktor di atas yang membuat seseorang bisa melakukan
penyimpangan seks, tidak serta merta membenarkan perbuatan homoseksual itu sendiri, atau
mengatakan bahwa menjadi gay atau lesbi adalah kodrat atau takdir, atau melegalkannya atas
nama hak asasi manusia. Karena manusia adalah mahluk yang memiliki kebebasan untuk
menentukan pilihannya. Dengan akalnya seharusnya manusia dapat mengendalikan
dorongan-dorongan hasratnya, mengatasi tuntutan-tuntutan biologisnya sesuai dengan
tuntunan agamanya, bukan dengan perbuatan yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah
swt. Allah telah menurunkan kitab suci yang telah menjelaskan hukum-hukumnya secara
jelas, tentang perbuatan baik dan buruk tentang pahala dan dosa yang akan diperhitungkan
dan dimintakan pertanggung jawabannya kelak di akhirat.
Melakukan tindakan homoseks tentu lahir dari gejolak dan dorongan yang bersifat
instingtif atau gharizah. Gejolak ini timbul karena ada rangsangan. Untuk itu cara mencegah
aktivitas seksual
menyimpang tersebut adalah dengan menjauhi dan menghilangkan
rangsanga-rangsangan terkait dengannya. Dalam masalah ini Rasulullah bersabda:”
Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki,jangan pula perempuan melihat aurat
perempuan. Janganlah seorang laki-laki tidur dengan seorang laki-laki dalam satu selimut,
begitu juga perempuan jangan tidur dengan perempuan lainnya dalam satu selimut”. (HR
Muslim).
Laki-laki yang melihat aurat laki-laki atau perempuan melihat aurat sesama
perempuan bisa terangsang. Ini adalah bibit dari penyimpangan seksual, apalagi kalau tidur
dalam satu selimut. Islam sangat menjaga hal ini terbukti dengan perintah memisahkan kamar
tidur anak baik dengan orang tua maupun dengan saudara kandungnya yang perempuan sejak
anak berumur tujuh tahun atau sebelum baligh. Islam juga melarang penampilan laki-laki
yang meniru perempuan dan perempuan yang meniru laki-laki (HR. Bukhari).Rasulullah juga
menganjurkan berpuasa bagi orang yang menghadapi rangsangan seksual tapi belum mampu
berumah tangga.
Cara lain mencegah penyimpangan seksual adalah dengan melarang dan menghentikan
pornografi dan pornoaksi baik di TV maupun dunia maya apalagi terkait dengan film-film
yang memamerkan dan mempromosikan penyimpangan seksual. Sesuai perintah Allah swt.
yang melarang penyebaran al-fahisyah dikalangan orang mukmin, Allah berfirman:
5
              
       
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu
tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di
akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak Mengetahui. (QS. An-Nur [24] 19).
C. Akibat Homoseksual dalam Al-Qur’an
Perbuatan homoseksual dan akibatnya disebutkan dalam al-Qur’an diantara kisah-kisah
umat nabi-nabi yang durhaka dan dijatuhi hukuman oleh Allah, yaitu kisah umat nabi Luth.
Informasi al-Qur’an tentang homoseks, liwath atau sodomi dalam Islam diungkap dalam alQur’an. Misalnya firman Allah berikut ini:
               
               
Artinya: “Dan (Kami juga Telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala
dia Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"(80). “Sesungguhnya
kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,
malah kamu Ini adalah kaum yang melampaui batas”. (81). (QS al-‘Araf [7] 80-81).
Ayat ini menegur kaum nabi Luth yang melakukan tindakan yang sangat buruk yang
perlu diluruskan yaitu melampiaskan nafsu syahwat kepada sesama jenis, sehingga perbuatan
tersebut disifati sebagai
al-fahisyah. yang tidak pernah dilakukan oleh umat-umat
sebelumnya, karena perbuatan itu melanggar fitrah manusia dan tujuan penciptaannya, yaitu
memiliki kecendrungan kepada lawan jenisnya untuk memelihara kesinambungan jenis
manusia di dunia. Bukan melampiaskannya pada sesama jenis dan meninggalkan lawan jenis
yang seharusnya menjadi pasangannya. Sebagaimana yang dilakukan kaum Luth bahwa
mereka telah meninggalkan wanita pasangannya yang secara naluriah seharusnya kepada
merekalah laki-laki menyalurkan naluri seksualnya
6
              
    
 
     
Artinya:. Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang
beriman. ( QS. al-Baqarah [2] 223).
Hubungan antara dua jenis kelamin dalam koridor perkawinan, selain bernilai ibadah
juga
memberi kenikmatan jasmani, kenikmatan rohani berupa ketenangan
jiwa dan
dilandasi oleh tanggung jawab memelihara keturunan sebagai hasil dari hubungan tersebut.
Tetapi orang yang melakukan homoseksual ia hanya merasakan kenikmatan nafsu jasmaniah
saja, namun mereka tidak mendapatkan ketenangan jiwa dan lepas dari tanggung jawab
sebagai akibat dari perbuatannya. Oleh sebab itu, potongan ayat berikutnya menyebutkan
orang-orang yang melakukan homoseksual sebagai orang-orang yang melampaui batas, yaitu
melampaui batas fitrah manusia, karena hubungan seks yang merupakan fitrah manusia
hanyalah kepada lawan jenisnya yang sudah dinikahi.
Dari sini bisa dikatakan bahwa apapun istilah yang digunakan untuk menyebut perilaku
homoseksual, tetaplah merupakan perbuatan keji. Perbuatan homoseksual lebih keji dari
perbuatan seks binatang, karena binatang tidak melakukannya dengan sesama jenis
Meskipun di era modern ini penyimpangan seksual semakin marak, bahkan dengan dalih
Hak Asasi Manusia sehingga banyak orang yang kemudian mencoba melegalkan perilaku ini
sebagai pilihan atas dasar hak asasi yang merata bagi setiap orang, Namun Islam tidak
membenarkannya baik secara fitrah maupun sunnatullah. Karena manusia secara fitrah
diciptakan berpasang-pasangan. ) bukan mahluk yang berjenis kelamin sama.
Perbuatan homoseksual dianggap lebih keji dari perbuatan binatang, karena binatang
tidak melakukan penyimpangan seks dengan sesama jenis. Manusia yang diciptakan sebagai
mahluk termulia dimuka bumi ini (QS al-Isra’[17]70), menghinakan diri dengan
perbuatannya sendiri sehingga Allah menghinakan mereka. Firman Allah swt.
  
          
 
7
yang artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. (4 “Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka) (5).(QS. At-Tin [95] 4-5).
Kaum Luth yang melakukan
penyimpangan seksual dihukum Allah swt.
sebagaimana QS. Al-‘Araf [7] 84:
      
     
Artinya:“Dan kami turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu
Untuk menghindari semakin maraknya penyimpangan seksual di masyarakat karena
dampaknya yang berbahaya seperti merebaknya penyakit HIV dan Aids, maka pemerintah
dihimbau untuk memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang menyebar luaskan
penyimpangan seksual secara kasat mata tanpa memperhatikan etika dan moral, Sejalan
dengan perintah Allah swt. dalam QS. An-Nisaa [4] 16:
     
    
         
  
artinya “Dan terhadap dua orang (laki-laki) yang melakukan perbuatan keji di antara
kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya, Kemudian jika keduanya bertaubat dan
memperbaiki diri, Maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang.
Permasalahan penyimpangan seksual harus ditangani secara terpadu, baik oleh
pemerintah, psykolog, pemuka agama dan pendidik, tidak cukup hanya dengan menggelar
pekan kondom saja. Alih-alih menjauhkan masyarakat dari penyakit Aids, seks bebas akan
semakin merebak dikalangan remaja
Sebab bila tidak dicegah, Allah akan menimpakan
hukumannya kepadsa kita semua. Mungkin Aids itu adalah hukuman nyata didunia bagi
pengikut kaum Luth, Disisi lain apabila perbuatan kaum Nabi Luth itu tumbuh subur di
masyarakat tentu akan mengganggu regenerasi kehidupan, karena hikmah fitrah alami dari
aktivitas seks manusia terhadap lawan jenis adalah untuk perkembangbiakan manusia
selanjutnya dibumi ini.
8
Download