Bila Perempuan Mengalami Pelecehan Seksual Written by Daniel Ronda Sunday, 30 March 2014 12:57 - Last Updated Wednesday, 29 October 2014 00:18 Oleh Daniel Ronda Ternyata begitu banyak kasus pelecehan seksual yang mulai muncul ke permukaan hari-hari ini di Indonesia. Pelakunya dari berbagai kalangan dan semua level, termasuk para pemimpin di perusahaan, pemuka agama, bahkan olahragawan. Bahkan pelecehan seks seringkali menjurus kepada percabulan dan kekerasan seks. Korban yang utama masih didiminasi oleh perempuan. Banyak pria tidak mengerti cara berelasi dengan perempuan serta semena-mena melakukan petualangan seks yang bertentangan dengan norma. Bahkan media termasuk aparat seringkali tidak ada simpati dengan korban dan masih ada anggapan bahwa pelecehan seks terjadi karena pihak perempuan yang menggoda baik secara verbal maupun dengan penampilan. Ini menyebabkan banyak perempuan menyimpan masalahnya dan menjadi trauma dalam dirinya. Apa definisi dan pengertian pelecehan seks itu? Pelecehan seks adalah segala bentuk perlakuan seksual yang tidak dikehendaki oleh pihak korban. Bentuknya berupa: semua sentuhan fisik yang tidak dikehendaki termasuk memeluk dan semua sentuhan dengan pemaksaan; juga bisa berupa kata-kata, cerita, humor yang menjurus ke arah seks; bisa juga meminta dan menggoda untuk melakukan hubungan seks yang tidak dikehendaki; serta mempertunjukkan alat kelamin diri, memperlihatkan materi seks seperti gambar, film, dan cerita-cerita seks. Lalu bagaimana tips kaum perempuan menghadapi kasus pelecehan seks yang menimpa dirinya? 1/2 Bila Perempuan Mengalami Pelecehan Seksual Written by Daniel Ronda Sunday, 30 March 2014 12:57 - Last Updated Wednesday, 29 October 2014 00:18 1. Penting bagi korban untuk menegur dan bersikap tegas memberitahu bahwa tindakannya adalah tidak menyenangkan dan merendahkan martabat perempuan. Minta dengan tegas untuk menghentikannya dan tidak memberi kesempatan melakukan lebih jauh dalam bentuk apapun. Misalnya, senyum pun harus berhenti dan bisa menaikkan suara untuk menghentikan sekalipun itu seorang atasan. Jika perlu katakan dengan ancaman akan berteriak atau melaporkannya. 2. Bila si pelaku tidak bisa dihentikan dan terus berbuat hal tidak menyenangkan, maka harus mulai membuat jurnal. Tulis kronologis kejadiannya secara runtut agar ada konsistensi cerita pada waktu melaporkan kepada fihak berwajib atau atasan. Kalau tidak menulis, biasanya korban akan lupa lalu ceritanya, sehingga kadangkala korban tidak konsisten dalam runtutan ceritanya. Ini bisa menjadi bumerang bagi korban, apalagi harus berhadapan dengan pengacara dan hukum yang keras. 3. Jangan lupa juga untuk cerita kepada sahabat. Ini penting agar bisa memberikan bantuan dan nasehat tentang cara penyelesaian menghadapinya. Ini dapat memberi tekanan kepada pelaku untuk menghentikannya bila mereka dalam satu komunitas kerja. Ini sekaligus dapat menjadi alat kesaksian bila harus memasuki ranah hukum. 4. Simpan bukti-bukti yang bisa dijadikan alat bukti, misalnya sms, bbm, dan berbagai alat bukti lainnya. Biasanya kalau marah dan disertai malu, maka ada korban yang menghapus serta membuang bukti-bukti dan bukan menyimpannya. Jangan dihapus bukti dan semuanya harus disimpan. 5. Akhirnya jika sudah tidak dapat lagi dihentikan, harus melaporkan kepada fihak berwajib untuk mendapatkan perlindungan hukum . Apalagi aparat keamanan memang belum ramah terhadap korban seks perempuan. Jangankan pelecehan, hal pemerkosaan pun ada oknum yang masih berpikir bahwa si perempuanlah yang menggoda sehingga terjadi perkosaan. Mudah-mudahan perilaku aparat ini akan berubah. Tapi perlu mencari perlindungan hukum lewat Komnas Perempuan atau pengacara yang bersimpati terhadap hak-hak perempuan. Kaum perempuan tidak boleh malu memperjuangkan haknya sambil bertanggung jawab menjaga perilaku dan tindakan yang bernorma sambil mengedukasi kaum pria menghargai kehormatan perempuan. 2/2