EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID USIA 1-4 TAHUN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Farmasi Oleh : ADILLINA TAUFIKARANI 050112a002 PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN FEBRUARI, 2017 1 HALAMAN PERSETUJUAN Artikel dengan judul “EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID USIA 1-4 TAHUN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2015” Yang disusun oleh : Nama : ADILLINA TAUFIKARANI Nim : 050112a002 Program Studi : FARMASI Telah disetujui oleh pembimbing skripsi Program Studi Farmasi Ungaran, Februari 2017 Pembimbing Utama Richa Yuswantina,S.Farm.,Apt.,M.Si NIDN. 0630038702 2 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID USIA 1-4 TAHUN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2015 Richa Yuswantina, Sikni Retno Karminingtyas, Adillina Taufikarani email:[email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi yang pengobatannya memerlukan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dan pada beberapa kasus yang tidak tepat penggunaannya dapat menyebabkan masalah kekebalan antibiotik. Tujuan : Untuk mengetahui evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid usia 1-4 tahun di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015. Metode : Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental menggunakan pendekatan retrospektif, dengan jumlah sampel sebanyak 74 yang diambil dengan teknik Purposive Sampling. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Hasil : Evaluasi penggunaan antibiotik berdasarkan parameter tepat pemilihan obat sebanyak (100%), tepat dosis sebanyak (62,16%). Keimpulan : Evaluasi pengobatan pada pasien demam tifoid usia 1-4 tahun di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015 berdasarkan parameter tepat pemilihan obat dan tepat dosis sebesar (62,16%). Kata kunci : Evaluasi, Antibiotik, Demam Tifoid, Anak. 3 THE EVALUATION IN USING ANTIBIOTICS IN PATIENTS WITH TYPHOID FAVER AGED 1-4 YEARS OLD IN THE INPATIENT INSTALLATION OF TUGUREJO HOSPITAL IN SEMARANG 2015 Richa Yuswantina, Sikni Retno Karminingtyas, Adillina Taufikarani email:[email protected] ABSTRACT Background: Typhoid fever is a disease of acute systemic infection caused by Salmonella Typhi. Typhoid fever is an infectious disease which in the treatment requires antibiotics. Excessive antibiotic usage and in some cases improper use of antibiotics can cause immune problems. Objective: To determine the evaluation in using antibiotics in patients with typhoid fever at the age of 1-4 years old in inpatient of Tugurejo hospital Semarang in 2015. Method : The study was included in the non-experimental study using a retrospective approach, with total samples of 74 taken by purposive sampling technique. The data were analyzed descriptively. Results: The evaluation in using antibiotics based on parameters of correct drug selection was (100%), correct dose was (62,16%). Conclusion: Evaluation about the treatment in patients with typhoid fever at the age of 1-4 years old in inpatient room of Tugurejo hospital in 2015 based on the parameters of correct drug selection and dosage is (62,16%). Keywords: Evaluation, Antibiotics, Typhoid Fever, Children. 4 A. PENDAHULUAN Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella parathypi. Demam tifoid biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala yang umum yaitu gejala demam yang lebih dari 1 minggu. Penyakit demam tifoid bersifat endemik dan merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di sebagian besar negara berkembang termasuk Indonesia dan menjadi masalah yang sangat penting (Depkes RI, 2006). Demam tifoid merupakan penyakit yang dijumpai secara luas di daerah tropis dan sub tropis terutama di daerah dengan sumber air yang tidak memadahi dengan standar higienis dan sanitasi rendah (Depkes RI, 2006). Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan system surveilans terpadu beberapa penyakit terpilih pada tahun 2010 penderita Demam Tifoid ada 44.422 penderita, termasuk urutan ketiga dibawah diare, TBC dan selaput otak, sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita demam tifoid meningkat menjadi 46.142 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian demam tifoid di Jawa Tengah termasuk tinggi. (Dinkes Jateng, 2011). Kasus demam tifoid rentan terjadi pada anak-anak. Di Indonesia sendiri, kasus demam tifoid paling banyak terjadi pada anak usia 3-19 tahun, meskipun gejala yang dirasakan pada anak lebih ringan daripada dewasa. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi yang pengobatannya memerlukan antibiotik. Antibiotik segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid telah dapat ditegakkan. Antibiotik merupakan suatu kelompok obat yang paling sering digunakan saat ini. Penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan efek samping antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dan pada beberapa kasus yang tidak tepat guna, menyebabkan masalah kekebalan antibiotik (Juwono dan Prayitno, 2003). Berdasarkan uraian di atas dan tingginya angka kejadian demam tifoid di RSUD Tugurejo Semarang yaitu pada tahun 2015 tercatat lebih dari 722 kasus, maka perlu dilakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotik meliputi tepat indikasi dan tepat dosis pada pengobatan demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid usia 1-4 tahun di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid usia 1-4 tahun di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015. b. Mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid usia 14 tahun meliputi tepat pemilihan obat dan tepat dosis di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015. 5 C. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif non eksperimental, yaitu dengan cara pengambilan data secara retrospektif. Data diambil melalui rekam medik pasien demam tifoid usia 1-4 tahun di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015. a) Subyek Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien usia 1-4 tahun yang menderita demam tifoid yang tercatat pada rekam medis di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang pada tahun 2015 sebanyak 314 pasien. 2. Sampel Sampel dari penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 74 sampel. Teknik pengambilan yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian adalah bagian dari populasi pasien usia 1-4 tahun penderita demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang pada tahun 2015. Untuk menentukan sampel yang memenuhi syarat untuk diteliti maka perlu ditentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yaitu sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi : Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Yang termasuk kriteria inklusi adalah : 1) Pasien dengan diagnosa demam tifoid yang tertera pada rekam medis yang dirawat inap di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015 dengan parameter meliputi tepat pemilihan obat dan tepat dosis. 2) Anak usia 1-4 tahun. 3) Pada catatan rekam medis pasien menggunakan antibiotik tunggal untuk pengobatan. 4) Pasien dengan diagnosa demam tifoid yang tertera pada rekam medis yang dirawat inap di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015 yang mendapatkan pengobatan obat tunggal. 5) Pasien yang terdiagnosa pasti demam tifoid atau tanpa penyakit penyerta yang menjalani rawat inap di RSUD Tugurejo Semarang pada tahun 2015. b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Yang termasuk kriteria Eksklusi adalah : 1) Pasien yang meninggal saat pengobatan. 2) Pasien dengan pulang paksa. 3) Pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit lain. 6 4) Pasien demam tifoid dengan diagnosa penyakit atau infeksi lain. b) Pengolahan Data Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau yang di kumpulkan dari rekam medik pasien demam tifoid usia 1-4 tahun di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015 yang meliputi nomer rekam medik, jenis kelamin, usia, BB, status pulang, tanggal masuk, tanggal keluar, lama perawatan, antibiotik dan diagnosis. c) Analisis Data Data yang telah diperoleh dianalisa secara deskriptif dengan menghitung persentase dari jumlah ketepatan dosis dan indikasi pasien. 1) % tepat dosis = x100% 2) % tepat pemilihan obat = x100% D. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Karakteristik Pasien berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki – laki 33 44,59 Perempuan 41 55,41 Total 74 100 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa frekuensi pasien demam tifoid terbanyak adalah pasien perempuan sebanyak 55,41 %. Pada dasarnya jenis kelamin tidak mempengaruhi terjadinya demam tifoid, tetapi insiden demam tifoid cenderung lebih dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh, pola makan, status gizi, keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan (Djatmiko dkk., 2007). Tabel 2 Distribusi Karakteristik Pasien berdasarkan umur Umur Frekuensi Persentase (%) 1 tahun 20 27,03 2 tahun 19 25,67 3 tahun 15 20,27 4 tahun 20 27,03 Total 74 100 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa pasien demam tifoid terbanyak adalah pada kelompok usia 1 tahun dan 4 tahun dengan persentase sama sebanyak 27,03%. Di daerah yang angka kejadian demam typhoid tinggi, anak-anak antara usia 1 dan 5 tahun berada pada resiko tertinggi perkembangan infeksi Salmonella typhi karena memudarnya antibodi pasif yang diperoleh dari ibu dan berkurangnya imunitas yang diperoleh (Pramitasari, 2013). 7 Tabel 3 Penggunaan Antibiotik berdasarkan Jenis Antibiotik Antibiotik Frekuensi Persentase (%) Amoxicillin 33 44,60 Ceftriaxon 41 55,40 Total 50 100 Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa frekuensi penggunaan antibiotik berdasarkan jenis antibiotik pada pasien demam tifoid usia 1-4 tahun terbanyak adalah Ceftriaxon sebesar 55,40 %. Penggunaan antibiotik yang banyak diberikan yaitu ceftriaxon karena antibiotik ini diasumsikan sebagai obat yang poten dan efektif untuk pengobatan demam tifoid dalam jangka waktu pendek. Sifat yang menguntungkan dari obat ini adalah secara selektif dapat merusak struktur kuman dan tidak mengganggu sel tubuh manusia, mempunyai spektrum luas, penetrasi jaringan cukup baik, dan resistensi kuman masih terbatas (Bhutta, 1995; Hadisaputro, 1990). Tabel 4 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Rute Pemberian Obat Rute Frekuensi Persentase (%) Amoxicillin IV 33 44,60 Ceftriaxon IV 41 55,40 Total 74 100 Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa dalam pengobatan pasien demam tifoid menggunakan rute pemberian secara intravena sebanyak 100 %. Tabel 5 Distribusi Ketepatan Pemilihan Antibiotik Jenis Antibiotik Frekuensi Persentase (%) Tidak Tepat Tepat 74 100 Total 74 100 Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa penggunaan antibiotik berdasarkan jenis antibiotik yang sudah tepat ada 100 %. Menurut Pedoman Pengendalian Demam Tifoid Menteri Kesehatan RI (2006), pilihan lini pertama untuk pengobatan demam tifoid yaitu antibiotik kloramfenikol, ampisillin atau amoxicillin dan trimetroprim-Sulfametoksazol. Tabel 6 Distribusi Ketepatan Dosis Antibiotik Keterangan Antibiotik Frekuensi Persentase (%) Amoxicillin Underdose Overdose Tepat dosis 33 44,59 Ceftriaxon Underdose 28 37,84 Overdose Tepat dosis 13 17,57 Total 74 100 8 Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa dalam pengobatan demam tifoid, dosis yang digunakan untuk antibiotik jenis amoxicillin paling banyak tepat dosis yaitu sebanyak 44,59%. Untuk antibiotik jenis ceftriaxone yang tepat dosis sebanyak 17,57%. Dosis antibiotik amoxicillin yang digunakan untuk terapi demam tifoid pada anak yaitu 20-100 mg/KgBB/hari. Dan penggunaan dosis antibiotik ceftriaxone 75-80 mg/KgBB/hari. Dosis antibiotik tersebut sesuai dengan perhitungan dosis berdasarkan berat badan setiap anak dikali dengan dosis yang ditentukan dalam buku pedoman yang diacu. Tabel 7 Distribusi Ketepatan Dosis Antibiotik Jenis Antibiotik Frekuensi Persentase (%) Tidak Tepat 28 37,84 Tepat 46 62,16 Total 74 100 Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa ketepatan dosis antibiotik yang sudah tepat adalah 62,16%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan pengobatan demam tifoid pada pasien usia 1-4 tahun di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015 berdasarkan parameter tepat dosis dan tepat pemilihan obat dikatakan tepat (62,16%) dan pemilihan antibiotik juga sudah tepat (100%) tetapi dosis yang digunakan tidak tepat sebanyak 37,84% underdose (tabel 4.7) berdasarkan tepat pemilihan antibiotik menurut panduan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2006 (KemenkesRI 2006) dan berdasarkan tepat dosis menurut Drug Information Handbook (DIH 2015). E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Usia 1-4 Di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid usia 1-4 tahun di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang adalah Amoxicillin 44,60% dan Ceftriaxon 55,40%. 2. Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid usia 1-4 tahun berdasarkan parameter tepat dosis dan tepat pemilihan obat dengan jumlah responden 74 pasien adalah tepat dosis sebanyak (62,16%) dan tepat pemilihan obat sebanyak 74 (100 %). F. UCAPAN TERIMAKASIH Seluruh civitas akademika UNIVERSITAS Ngudi Waluyo Ungaran, seluruh karyawan RSUD Tugurejo Semarang, Bapak Ibu saya tercinta serta kakakkakak saya. G. Saran 1. Bagi pihak rumah sakit dan tenaga kesehatan a. Diperlukan pembuatan pedoman khusus yang diperbarui secara rutin dalam jangka waktu tertentu untuk pengobatan penyakit demam tifoid pada pasien anak yang dirawat inap. b. Diperlukan perbaikan kelengkapan dan kejelasan dalam pencatatan rekam medis pasien. 9 2. Bagi peneliti selanjutnya Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Usia 1-4 pada tahun yang berbeda sebagai bahan perbandingan dan perbaikan dalam pemberian antibiotik. DAFTAR PUSTAKA 1. Bhutta, Z. 1995. Third Generation Cephalosporin In Multidrug-Resistant Typhoidal Salmonellosis In Childhood: The Karachi Experience. Southeast Asian Journ Of Tropical Medicine And Public Health. 2. Depkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 3. Kesehatan Jawa Tengah. 2011. Demam Typhoid di Jawa Tengah. Diunduh dari http://www. Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil 2011/htn. 4. Djatmiko M, Sugiyanti, Anas Y, Analisis Biaya dan Gambaran Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Rawat Inap di Puskesmas Tlogorsari Kulon Tahun 2007, Semarang, Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang,(online),(http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/ilmuF armasidanklinik/article/view/820 diakses 09 Juli 2014). 5. Hadisaputro, S. 1990. Beberapa Faktor yang Memberi Pengaruh Terhadap Kejadian Perdarahan dan atau Perforasi Usus pada Demam Tifoid. Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian Pada Masyarakat. 6. Juwono R. dan Prayitno A. 2003, Terapi Antibiotik. Dalam: Farmasi Klinik, Ed Aslam: Elex Media Komputindo , hal: 321-323. Jakarta. 7. Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Nomor 364/MENKES/SK/V/2006. 8. Notoatmodjo S., 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku : Rineka Cipta. Jakarta. 9. Pramitasari OP. Faktor risiko kejadian penyakit demam tifoid pada penderita yang dirawat di rumah sakit umum daerah ungaran. J Kes Mas. 2013;2(1):1– 10. 10. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. 10