ARTIKEL PENGELOLAAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA An. H DENGAN TYPHOID DI RUANG ANGGREK RSUD KOTA SALATIGA Oleh: LEONISIA MARIA BELO DE ARAUJO 0131811 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 Pengelolaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada An. H Dengan Typhoid di RSUD Kota Salatiga Leonisia Maria Belo de Araujo*, Siti Haryani**, Eka Adimayanti*** Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Demam thypoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypi, penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypi. Demam tifoid merupakan suatu infeksi bakterial pada manusia yang disebabkan oleh salmonella thypi gangguan ditandai dengan demam berkepanjangan, nyeri perut, diare, delirium, spenomegali, serta kadang-kadang disertai komplikasi perdarahan dan perforasi usus. Munculnya penyakit demam tifoid yaitu kurangnya perhatian orang tua mengenai kebiasaan buruk yaitu jajan sembarangan pada anak. Di Indonesia typhoid bersifat endemis yang banyak dijumpai di kota besar. Demam typhoid sering dikaitkan dengan kebiasaan jajan anak. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dimana klien mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik. Pendidikan kesehatan diet typhoid merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dinamis untuk memenuhi kebutuhan makan penderita typhoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan penulis ini ialah dapat menggambarkan pengelolaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. H dengan typhoid di Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pengelolaan klien dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh selama 2 hari. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan memahami diet typhoidserta cara pencegahan typhoiddan tidak menyebabkan masalah komplikasi lain akibatnya terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Saran bagi perawat di rumah sakit agar lebih menguasai mengenai konsep-konsep keperawatan anak khususnya dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan mampu menerapkan di lapangan kerja. Kata kunci: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, pendidikan kesehatan diet typhoid. Pendahuluan Kesehatan merupakan kondisi umum dari pikiran dan tubuh seseorang, yang berarti bebas dari segala gangguan penyakit dan berbagai kelainan. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang mendefinisikannya sesuai dengan nilai yang ada pada dirinya. Sakit adalah suatu keadaan dimana fungsifisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila disbanding kan dengan kondisi sebelumnya (Rampengan, 2013). Begitu juga kesehatan seorang anak dimulai dari pola hidup yang sehat, menjaga kebersihan diri, lingkungan dan pola makan yang sehat, pelayanan kesehatan dan dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat berbeda bisa dengan cepat dan juga lambat (Riyadi, 2013) Anak usia dini adalah masa-masa yang butuh perhatian dan kasih sayang total dari kedua orangtua. Apabila anak diasuh dengan pola hidup yang sehat maka tumbuh kembang anak akan lebih baik. Sebaliknya jika pola asuh orang tua kepada anaknya otoriter maka anak akan cenderung takut untuk melakukan sesuatu untuk perkembangannya yang lebih baik karena apapun aktivitas anak selalu ditekan dan orang tua terlalu takut membebaskan anaknya beraktivitas dan anak akan penakut, tidak percaya diri, tergantung kepada orang tua, pemurung tidak mudah tersenyum. Begitupula akan terjadi penyebab kurang sehat atau kegagalan dalam tumbuh kembang antara lain: kekurangan makanan tidak bergizi bagi anak, gangguan metabolisme tubuh, gangguan organ-organ tubuh salah satunya system pencernaan, psikologi pada orang tua yang mengasuh anak itu sendiri (Riyadi, 2010). Pertumbuhan merupakan perubahan bentuk dan fungsi organisme. Perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang biasa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2011).Sedangkan, Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ–organ dan sistem organ yang perkembangan sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Adriana, 2011). Menurut Nursalam (2008) demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella typhoid. Menurut Lestari (2016) bahwa penyebab utama dalam penyakit ini (demam thypoid) adalah bakteri salmonella thypi, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu (rambut) getar, tidak menyebar. Dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen VI. Demam tifoid (Typhoid fever) adalah jenis penyakit yang berkaitan dengan demam karena adanya infeksi bakteri yang menyebar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi banyak organ. Tanpa pengobatan yang tepat maka penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius dan bisa berakibat fatal. Anak yang paling rentang terkena demam tifoid, walaupun gejala yang di alami anak lebih ringan dari dewasa. Demam ini lebih sering terserang pada anak laki-laki, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 6 tahun. Masalah yang terjadi pada pasien demam thypoid diantaranya yaitu hipertermi dan dapat terjadi penurunan kesadaran, nyeri pada usus halus yang disebabkan karena proses inflamasi pada usus, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan dan dapat terjadi resiko infeksi (Suriadi, 2006). Sejarah tifoid dimulai saat ilmuan Perancis bernama Piere Lois memperkenalkan istilah typoid ppada tahun 1829. Typhoid atau Typhus berasal dari bahasa Yunani Typhos yang berarti penderita demam dengan gangguan kesadaran. Kemudian Gaffky menyatakan bahwa penularan penyakit ini melalui air dan bukan udara, Gaffky juga berhasil membiakkan SalmonellaThypi dalam media kultur pada tahun 1884. Pada tahun 1896 Widal akhirnya menemui pemeriksaan tifoid yang masih digunakan sampai saat ini. Selanjutnya, pada tahun 1948 Woodward dkk, melaporkan untuk pertama kalinyabahwa obat yang efektif untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol (Widoyono, 2008). Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid, Diseluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian setiap tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang yang higiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Angka insidensi di Amerika Serikat tahun 1990 adalah 300-500 kasus pertahun dan terus menurun, sedangkan prevalensi di Asia jauh lebih banyak yaitu sekitar 900/10.000 penduduk pertahun. Meskipun demam tifoid menyeran semua umur, namun golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun (Widoyono, 2008). Daerah endemik demam tifoid tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, hingga Oceania. Sebagian besar kasus (80%) ditemukan di negara-negara berkembang, seperti Bangladesh, Laos, Nepal, India, Pakistan, Vietnam dan termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu wilaya endemis demam tifoid dengan mayoritas angka kejadian terjadi pada kelompok umur 3-9 tahun(90%) (Ridha,2014). Angka kejadian demam tifoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tidak heran jika demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan di negara kita. Di indonesia sendiri, demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam tifoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan. Metode Pengelolaan Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pengelolaan klien dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh selama 2 hari. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil Hasil pengelolaan didapatkan bahwa klien mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Kozier, 2011). Oleh karena itu tidak akan terjadi ketidakseimbangan nutrisi setelah diberikan cara mengontrol demam tifoid dengan pendidikan kesehatan tentang demam tifoid dan diet tifoid serta diberikan obat. Diskusi Pengkajian ini dilakukan pada hari senin, 04 Abril 2016 pukul 08.00 WIB di ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga denganauto danallow anamnesa yaitu: An. H 4 tahun, alamat Semowo 5/1 Pabelan, agama Islam, diagnosa media dengan Demam Tifoid.Dari hasil pengkajianAn. H mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehingga penulis melakukan pengkajian nutrisi. Hasil yang didapatkan ada 2 data yaitu :data subyektif:ibu klien mengatakan, klien sulit untuk makan, baik saat sakit maupun waktu klien masih sehat. Ibu pasien mengatakan berat badan pasien tidak pernah bertambah selama satu tahun terakhir. Data obyektif: klien tampak lemas, Lidah kotor, mukosa bibir kering, berat badan awal: 13,8 Kg (1 tahun terakhir), berat badan saat ini: 12 Kg, berat badan turun: 1,8 Kg, tinggi badan: 102 cm, diet bubur/lunak, leukosit:2,99×10^3/Ul, hematokrit:32,8 %, MCV: 69,6 fL, MCH: 23, 4 pg, hemoglobin:11,0 g/Dl. Pengkajian antropometri; TB :102 cm, BB=12 Kg, LILA= 13 cm, LP= 54 cm, LK= 53 cm. Penurunan berat badan menurut penulis dimana berat badan tidak sesuai umur, dimana beresiko pertumbuhan sedikit lambat. Dari hasil pengkajian yang didapatkan, penulis mengangkat masalah keperawatan “ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh” sebagai diagnosa utama. Pada An. H terjadinya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kemungkinan disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya adalah inflamasi kuman pada usus halus sehingga sebabkan mual,muntah, anoreksia. Mual (nausea) adalah sensasi subyiektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah.Anoreksia adalah hilangnya selera atau nafsu makan (Mansjoer 2009). Penulis memprioritaskan diagnosa ini pada prioritas pertama karena Menurut Hirarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia yaitu tingkatan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis, tubuh memiliki kebutuhan esensial terhadap nutrisi, walaupun tubuh dapat bertahan tanpa makanan lebih lama daripada tanpa cairan.Dalam teori Maslow bahwa mencerna dan menyimpan zat makanan adalah hal yang penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, (Potter Perry 2005). Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengatasi masalahmasalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan.Tujuannya adalah mengidentifikasi fokus keperawatan, membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan yang lain, merupakan petunjuk dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Rohman, 2009). Rencana keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah yang dialami An. H yaitu dengan melakukan timbang berat badan klien dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan berat badan klien sebab berat badan naik dapat membantu kesehatan klien dalam penyembuhan. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit demam tifoid dan diet tifoid. Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar seseorang tetap sehat. Diet yang tepat bagi penderita demam thypoid adalah diet makanan saring.Tujuan diet makan saring adalah memberikan makanan dalam bentuk semipadat sejumlah yang mendekati kebutuhan gizi pasien untuk jangka waktu pendek sebagai proses adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih padat, (Hartono, 2006).Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan komponen dari program kesehatan.Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada diri individu. Sedangkan tujuan pendidikan kesehatan menurut WHO adalah untuk meningkatkan status kesehatan serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesikinjeksi ceftriaxone dan ranitidin, alasan dari tindakan tersebut untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan nyeri. Analgesik tersebut akan menggangu atau memblok transmisi stimulus rangsangan pada sentral dan perifer, kemungkinan menghambat prostaglandin sehingga terjadi perubahan persepsi terhadap nyeri (Hidayat, 2012). Menurut peneliti Lina W. (2011) untuk mengurangi dan menghilangkan nyeri maupun peradangan masyarakat telah biasa menggunakan obat analgetik. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang An. H mengalami dilakukan langsung, pada hari pertama implementasi yang dilakukan pada hari senin tanggal 05 April 2016, pukul 11.40 WIB adalah mengukur TTV dan mengobservasi keadaan umum.Pada pukul 11.55 WIB mengkaji adanya alergi makanan.Implementasi selanjutnya menimbang berat badan pada pukul 12.20 WIB.Dilakukan penimbangan berat badan karena dari pengkajian riwayat An. H 1 tahun terakhir berat badan tidak meningkat. Pada pertemuan pertama penulis mengevaluasi terlebih dahulu yaitu menimbang berat badan dan mengkaji TTV, setelah itu penulis menggali pengetahuan keluarga tentang demam tifoid. Pada pertemuan kedua penulis mengevaluasi klien dengan menimbang berat badan klien, mengetahui makanan kesukaan klien, dan memberikan pertanyaan pada keluarga seputar penyakit demam tifoid, kemudian memberikan penyuluhan pada keluarga tentang penyakit demam tifoid dan diet tifoid. Dalam pendidikan penulis membahas tentang pengertian dari penyakit demam tifoid, penyebab tifoid, tanda dan gejala tifoid, tujuan dari demam tifoid, makanan yang dianjurkan, minuman yang dianjurkan, makanan yang dapat dihindari dan minuman yang dapat dihindari, dan bahaya jika tidak melakukan diet ini dengan benar.Setelah itu penulis mengevaluasi keluarga klien dengan memberikan pertanyaan seputar penyuluhan. Aplikasi pemecahan masalah berikan pendidikan kesehatan tentang typhoid disertai pemberian obat antibiotik dan ranitidin untuk menangani gejala dan penyakit akibat produksi asam lambung yang berlebihan agar dapat memperlihatkan hasil yang positif yaitu mampu menangani penyakit thypoid jika kambuh lagi. Kesimpulan dan Saran Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menyusun tindakan keperawatan yaitu, melakukan tanda-tanda vital, mengkaji adanya alergi makanan, mengetahui makanan kesukaan klien, menimbang berat badan pasien, menjelaskan pada keluarga tentang manfaat makanan dan nutrisi, mengajarkan keluarga tentang kebutuhan nutrisi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari didapatkan hasil pada klien yaitu keluarga klien mau mendengar pendidikan kesehatan yang diberikan oleh penulis. Keluarga klien mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Ibu klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit demam tifoid dan diet tifoid. Saran bagi penulis yaitu untuk lebih mengoptimalkan dalam pengkajian dan bisa meningkatkan ketelitian serta diharapkan untuk sabar dalam melakukan Asuahn keperawatan yang optimal dan dapat diharapkan pula untuk lebih giat dalam belajar, pantang menyerah, dalam menghadapi suatu masalah agar dapat menjadi generasi penerus yang profesional, disiplin, kreatif, dinamis, serta bermatabat tinggi dalam bidang keperawatan. Bagi Pasien, Keluarga dan Masyarakat diharapkan klien dan keluarga dapat menjaga kebersihan supaya terhindar dari bakteri, kuman dan virus yang dapat mengakibatkan demam thypoid. Serta mengenali tanda dan gejala thypoid secara dini, serta keluarga hendaknya lebih memahami tentang pencegahan dan penanganan demam thypoid. DaftarPustaka Adriana Dian (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hartono Andry, (2006). Terapi Gizi Diet & Rumah Sakit.Edisi 2. Jakarta:EGC Hidayat Alimul Aziz A (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Buku 1, 2. Jakarta: Salemba Medika. Lestari Titik, (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika. Lina Winarti, Wantiyah, (2011). Majalah Obat Tradisional.(Accesed on Saturday Juni 4th 2016 at 09.45) Mansjoer, Arief. (2012). Kapita Selekta Kedokteran, jilid 4.jakarta : Media Aesculapius. Nursalam, dkk, (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Potter & Perry (2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC. Rampengan, (2008). Penyakit Infeksi Tropis Anak. Ed 2 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Ridha Nabiel H. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Penerbit Pustaka Pelajar, Jogyakarta. Riyadi, S & Suharsono (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit, Gosyen Publishing, Yogyakarta. Riyadi, S & Sukarmin (2013). Asuhan Keperwatan Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta. Suriadi & Yulianni Rita (2006).Buku Pengangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan pada anak, Edisi 2. Jakarta. Widoyono, (2008). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Penerbit Erlanga.