EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus SKRIPSI Disusun Oleh: Edi Junaedi Abdilah 106011000083 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 ABSTRAK Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus Media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena media pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat pemaham siswa terhadap materi yang disampaikan di kelas. Media pembelajaran merupakan sarana untuk menyampaikan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan, dengan harapan proses komunikasi pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara utuh oleh siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa dalam menerima dan memahami pelajaran, sehingga hal ini diprediksikan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana efektifitas penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X AP2 SMK Al-Hidayah Lebak Bulus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi atau gambaran dari fenomena yang diselidiki dengan cara membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan teknik penelitian yang penulis gunakan yaitu: observasi, wawancara, uji materi pelajaran berbentuk pilihan ganda serta dokumentasi. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian yang penulis lakukan adalah penggunaan media audio visual mempunyai tingkat efektifitas yang signifikan terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini diketahui dari hasil jawaban siswa kelas X AP2 sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 77,90. Dan hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa menyukai dan termotivasi ketika proses pembelajaran menggunakan media audio visual berbentuk VCD, karena menurut hasil wawancara siswa menyebutkan bahwa media VCD dapat mempermudah mereka dalam memahami pelajaran. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, hidayah, inayah serta kasih sayang yang berlimpah dan tiada batas kepada penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menjadi sinar terang dalam perjalanan hidup umat manusia, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak di hari akhir. Amin. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang “Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ada pihak-pihak yang telah berkontribusi memberikan bantuan, pengarahan, inspirasi serta do’a dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Univevrsitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ii 3. Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan nasehat kepada penulis selama perkuliahan. 5. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan ibu dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah mentransfer ilmu selama masa perkuliahan 7. Segenap staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan bantuan berupa referensi buku-buku dan bahan penelitian bagi penulis 8. Kepala sekolah, para guru dan staf SMK Al-Hidayah Lebak Bulus yang telah memberikan ijin penelitian dan kerjasama yang baik dalam memberikan data-data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini. 9. Kepada almarhum ayahanda tercinta, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, semoga diampuni segala dosanya. Dan kepada ibunda tercinta yang senantiasa mengasuh, membimbing, membiayai, memotivasi serta menjadi sumber semangat bagi penulis dalam menjalani kehidupan ini. iii 10. Ade Nurfajriyah, yang senantiasa memberikan motivasi, dan dukungan kepada penulis baik berupa moril, tenaga, maupun pemikiran. 11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Ahmad Sidrotul Muntaha, Kak Abdilah, Mahfud Fauzi, dan temanteman PAI B Angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas kebersamaan dan persaudaraan selama ini serta motivasi dan semangat untuk segera meyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman kosan, Ridwan, Fauzi, Teguh, Akbar, Mansur dan yang lainnya, yang selalu mengobarkan api semangat dalam keputusasaan penulis, terimakasih telah mengizinkan penulis untuk menjadikan kosannya sebagai tempat singgah yang nyaman bagi penulis. 13. Terimakasih juga kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam kelancaran penyusunan skipsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak didalamnya, penulis hanya mempu mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga kebaikannya mendapatkan balasan yang lebih baik lagi dari Allah SWT. Mudahmudahan skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca skripsi ini. Penulis Edi Junaedi Abdilah 106011000083 iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SURAT PERNYATAAN PENULIS LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... v DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah.................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah ................................................................... 4 D. Rumusan Masalah ...................................................................... 4 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 4 BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam ............................................................ 6 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................... 6 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................... 8 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah ......................... 11 4. Tugas Pendidikan Agama Islam ............................................ 13 5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................. 14 B. Media Audio Visual ................................................................... 19 1. Media Pendidikan dan Pembelajaran .................................... 20 2. Media Audio Visual ............................................................. 24 3. Macam-Macam Media Audio Visual .................................... 25 4. Karakteristik Media Audio Visual ........................................ 25 C. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .......................... 26 1. Prosedur Umum Pelaksanaan Pembelajaran ......................... 26 v 2. Pembelajaran Efektif ............................................................ 30 D. Hasil Belajar ............................................................................. 40 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................. 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 42 B. Metode Penelitian ..................................................................... 42 C. Objek Penelitian ........................................................................ 44 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44 E. Teknik Analisis Data ................................................................. 47 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah ......................................... 49 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Al-Hidayah ...................... 49 B. Kondisi Informan ...................................................................... 54 C. Hubungan Sosial ....................................................................... 55 D. Proses Belajar Mengajar Berbentuk Media Audio Visual .......... 56 1. Tahap Persiapan ................................................................... 56 2. Tahap Pelaksanaan ............................................................... 56 E. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual ........................... 64 1. Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran ........................................ 65 2. Komunikasi Pembelajaran Berbentuk Media Audio Visual .. 73 3. Pengamatan Terhadap Siswa Melalui Rekaman Handycam .. 73 F. Upaya SMK Al-Hidayah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan74 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 76 B. Saran-Saran ............................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80 LAMPIRAN vi DAFTAR TABEL Tabel 1. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 51 Tabel 2. Daftar Pengajar SMK Al-Hidayah Lestari ........................................... 52 Tabel 3. Daftar Jumlah Siswa SMK A-Hidayah Lestari ...................................... 53 Tabel 4. Data Informan ..................................................................................... 55 Tabel 5 Hasil Belajar Siswa .............................................................................. 66 DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. Pembagian Haji ............................................................................... 61 Diagram 2. Rukun Haji ..................................................................................... 61 Diagram 3. Wajib Haji ...................................................................................... 62 Diagram 4. Bentuk Komunikasi Dua Arah ........................................................ 73 vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, social, budaya, maupun pendidikan. Oleh karena itu, agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tersebut perlu adanyan penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkitan dengan faktor-faktor pengajaran di kelas, salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara efektif dan efisien. Hasil penelitian telah memperlihatkan bahwa media telah menunjukkan keunggulannya membantu para guru dan staf pengajar dalam penyampaian pesan pembelajaran dengan lebih cepat dan mudah ditangkap oleh siswa. Dunia pendidikan saat ini tidak luput dari teknologi modern, walaupun masih sangat minim, tapi paling tidak di setiap kelas, sudah mulai menggunakan OHP. Penggunaan alat-alat modern memang seharusnya sudah suatu keniscayaan diterapkan dalam dunia pendidikan, sudah tidak saatnya guru mengajar dikelas hanya dengan bantuan papan tulis, dan spidol (kapur). Dengan perkembangan teknologi pada saat ini, seorang guru harus bisa mempergunakan alat teknologi sebagai media pembelajaran yang efektif, sehingga dengan berkembangnya teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efesien. Khususnya pada usia anak-anak, pendidikan dengan menggunakan media moden, sebut saja media elektronik seperti televisi, vcd, lcd viewer, tentunya akan lebih menarik perhatian daripada didapat dari guru saja. 1 2 Apabila diperhatikan mengapa anak-anak bisa sangat antusias apabila menonton film kartun atau bermain playstation daripada memperhatikan guru mengajar atau membaca buku pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah dalam mengajar guru terlalu klasik atau tidak up date, atau dengan kata lain guru tidak modern baik dalam metode pengajaran, dan juga dalam penggunaan dan pemilihan media belajar. Penggunaan media audio visual seperti VCD atau LCD viewer, tentu dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Selain itu juga, sifat audio visual dari televisi atau monitor mampu memberi daya ingat yang lama pada pemirsanya. Menurut R. Benschofer, pelajaran (suatu program acara) yang bisa diingat lewat media pandang dengar ini, setelah tiga hari, bisa 65%. Sedangkan lewat media dengar saja 10%, dan lewat media pandang saja 20%. Media audio visual memang bukan barang baru dalam pandangan umum, akan tetapi dunia pendidikan khususnya di Indonesia, hal ini masih dirasa asing. Memang benar, bahwa media atau instrumen audio visual dan sejenisnya bukanlah hal yang esensial, karena hanya masalah hardware saja, dan tanpa itupun prosese pembelajaran pun dapat berjalan. Seperti pendapat Prof. Dr. Nasution, M.A bahwa: “Ada yang menafsirkan Teknologi Pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat modern yang sebenarnya dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, film opaque projector, overhad projector, TV, video tape recorder, computer, dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual aids atau Instructioanal aids. Dalam teknologi pendidikan hal ini disebut “Hardware”. Alat-alat tersebut besar manfaatnya, namun bukan inti atau hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu sendiri tidak mengandung arti pendidikan, alat-alat itu bermanfaatkan bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program. Program ini lazim disebut software. Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu. Teknologi pendidikan dapat dilaksanakan tanpa alat-alat teknologi modern seperti dikatakan tersebut diatas.” 1 Namun dalam teknologi pendidikan media audio visual tentu masih dianggap sebagai hal yang penting, dan bukan dianggap hal yang harus 1 Nasution, Teknologi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara, 1994). hal. 2 3 dikesampingkan kelebihan-kelebihan media audio visual juga dijelaskan oleh TB. Wahyudi, “yaitu televisi sebagai media masa mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesan-pesannya di banding media masa lainnya, karena pesanpesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersama-sama (singkron) dan hidup sangat (actual)…”2 Kaitannya dengan hal di atas, sebagai upaya pengembangan dalam proses belajar mengajar yang lebih variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di SMK AL-Hidayah Lebak bulus, sejauh ini proses pembelajaran PAI baru dilakukan sebatas menggunakan metode ceramah. Maka penurut peneliti, perlu diadakan metode baru dalam proses belajar mengajarnya, yaitu dengan menggunakan metode audio visual, agar peserta didik lebih memahami pelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Dari uraian di atas kiranya sangat menarik apabila dilakukan penelitian lebih lanjut di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus untuk mengetahui lebih jauh efektifitas penggunaan media audio visual yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran PAI. Media audio visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media elektronik yang terdapat diruang multimedia yang tersedia di SMK Al-Hidayah berupa VCD sebagai software yang berisi materi pelajaran PAI, dan VCD player, televisi, dan LCD viewer sebagai hardware-nya. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah efektifitas audio visual tersebut sebagai media penunjang proses pembelajaran PAI, yang akan diteliti dengan instrument penelitian yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, dan diteliti pula hasil belajar siswa yang juga termasuk salah satu indikator efektivitas kegiatan pembelajaran, yaitu dengan instrument tes, yang diberikan oleh peneliti kepada subyek peneltian yang utama dalam penelitian ini, yaitu para siswa SMK Al-Hidayah. 2 TB. Wahyudi. Media Komunikasi Massa Television (Bandung: Alumni 1980). hal. 2. 4 B. Identifikasi Masalah 1. Ketidaksiapan sekolah menerima media elektronik 2. Masih banyak guru yang belum paham kegunaan media audio visual dalam mendukung proses pembelajaran. 3. Hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum menunjukkan hasil yang memuaskan C. Pembatasan Masalah Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi dengan tiga aspek yaitu: 1. Kurang efektifnya penggunaan metode pembelajaran PAI 2. Kurang menariknya penggunaan metode ceramah. 3. Setelah menggunakan media audio visual, apakah prestasi siswa meningkat atau menurun? D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah ” bagaimana efektifitas keberhasilan siswa setelah menggunakan media audio visual?” E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui efektifitas pengunaan media audio visual pada aspek proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK AlHidayah Lebak Bulus. b. Untuk mengetahui efektifitas pengunaan media audio visual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada aspek hasil belajar di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus 2. Kegunaan penelitian 5 a. Bagi SMK Al-Hidayah Lebak Bulus penelitian ini kiranya dapat dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi, untuk membantu mengembangkan kualitas pembelajaran, khususnya pada PAI. b. Sebagai sumbangan informasi dan evaluasi yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan percontohan terhadap lembaga pendidikan formal, maupun non formal lainya, baik skala mikro maupun makro dalam hal penggunaan media audio visual sebagai media dalam pembelajaran. c. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk bahan penelitian selanjutnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan menurut Abuddin Nata adalah “upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat”.1 Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata, menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan. Pendidikan berarti memelihara hidup ke arah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yaitu memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan. 2 Menurut Redja Mudyaharjo, pendidikan adalah “segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”.3 Berdasarkan pengertian tentang pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan 1 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet. I, h. 10. 2 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet. I, h. 11. 3 Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3. 6 7 adalah usaha sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk memberi bimbingan kepada yang terdidik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju arah kehidupan yang lebih baik, baik bersifat formal, informal maupun nonformal. Pendidikan agama sendiri adalah “pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran atau kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan”. 4 Dengan kata lain, pendidikan agama merupakan “pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya”.5 Sedangkan Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah “Suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.6 Hasan Langgulung mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai “Proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat”.7 Sedangkan Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai “proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam”.8 Pendidikan Agama Islam juga diartikan sebagai: Pendidikan dengan melalui jaran-ajaran agama Islam, yakni berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak 4 http://www.depdiknas.co.id, 20 Mei 2010. http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010. 6 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130. 7 http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 8 http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 5 8 didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.9 Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membina, menanamkan dan membiasakan peserta didik agar berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam agar kelak mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dimana Pendidikan Agama Islam bukanlah sekedar penambahan pengetahuan, pembinaan mental jasmani dan intelek semata, akan tetapi bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan itu dapat dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Sebelum membahas tentang tujuan Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu penulis akan menjelaskan apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”. 10 Dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan ghayat, ahdaf atau maqasid. Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan goal, purpose, objectives atau aim. Secara terminologi, tujuan adalah “sesuatu yang diharapkan dapat tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”. 11 Para ahli pendidikan (muslim) mencoba merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam, diantaranya, H. M. Arifin seperti yang dikutip oleh Armai Arief menjelaskan bahwa tujuan dari proses pendidikan Agama Islam adalah “idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses 9 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, 2002), Cet. I, h. 37. 10 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2002, Cet. I, h. 15. 11 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2002, Cet. I, h. 16. 9 kependidikan yang berdasarkan kepada ajaran Islam secara bertahap”.12 Terkait dengan hal ini, adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah sendiri adalah: Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan dan pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.13 Menurut al-Syaibani tujuan tertinngi Pendidikan Agama Islam adalah “Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang hendak dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh”.14 Sedangkan Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima sasaran, yakni: “1.) membentuk akhlak mulia, 2.) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, 3.) persiapan untuk mencari rezeki dan memelihara segi kemanfaatannya, 4.) menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan siswa, dan 5.) mempersiapkan tenaga profesional yang terampil”.15 Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Memahami ajaran agama Memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk keperluan Negara, masyarakat dan pribadi. Ajaran ini dinyatakan dalam Qs. At-Taubah (9) ayat 122: 12 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2002, Cet. I, h. 19. 13 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 135. 14 Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 36. 15 Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 39. 10 “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.16 b. Keluhuran budi pekerti Nabi Muhammad Saw telah menunjukkan praktek-praktek budi pekerti dan amal perbuatan serta ucapan-ucapan sehingga menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia. c. Kebahagiaan hidup di Dunia dan Akhirat Mengarahkan pendidikan anak untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dengan melaksanakan ajaran agama Islam seutuhnya. d. Persiapan untuk bekerja Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar giat bekerja dan jangan mengharapkan hujan dari langit. Kebahagiaan hidup ditentukan oleh amal perbuatan seseorang, apabila mengerjakan perbuatan yang baik (amal shaleh) maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Firman Allah SWT dalam Qs. Al-An’am (6) ayat 132: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak pernah lengah dari apa yang mereka kerjakan”.17 16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media), h. 206. 17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media), h. 145. 11 Pada intinya Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yakni aspek iman, ilmu dan amal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan rasa keagamaan pada diri siswa serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sehingga di dalam perilaku kesehariannya selalu mengharap ridha Allah SWT dan menjadikan ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup dan amal perbuatannya, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia. 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Pada dasarnya pendidikan agama berfungsi “membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan intern dan antarumat beragama”.18 Sedangkan tujuan dari pendidikan agama itu sendiri yakni untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Adapun pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. 18 http://www.depdiknas.co.id, 23 Mei 2010. 12 c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan, yakni untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang mempunyai bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.19 Dari penjelasan di atas, fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah yakni untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai ajaran agama Islam yang telah mereka dapatkan dalam lingkungan keluarga serta memperbaiki dan mencegah dari kesalahan-kesalahan pemahaman dan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Feisal (1999) berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah atau madrasah. Pendekatan tersebut diantaranya: 1. Pendekatan nilai universal (makro), yaitu suatu program yang dijabarkan dalam kurikulum. 2. Pendekatan meso, artinya pendekatan program pendidikan yang mempunyai kurikulum, sehingga dapat memberikan informasi dan kompetisi pada anak. 19 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 134135. 13 3. Pendekatan ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk membudidayakan nilai-nilai agama Islam. 4. Pendekatan makro, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.20 4. Tugas Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas yang perlu diemban oleh Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas pendidikan mempunyai sasaran pada siswa yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Secara umum tugas Pendidikan Agama Islam yaitu “membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan siswa dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal”. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tugas PAI setidaknya dapat dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah; Pendidikan Agama Islam sebagai: a. Pengembangan potensi. Sebagai pengembangan potensi, tugas Pendidikan Agama Islam adalah menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupannya sehari-hari. b. Proses pewarisan budaya. Sebagai pewarisan budaya, tugas Pendidikan Agama Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu 20 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 135. 14 generasi ke generasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap terpelihara dan terjamin dalam tantangan zaman. c. Interaksi antara potensi dan budaya. Sebagai interaksi antara potensi dan budaya, tugas Pendidikan Agama Islam adalah sebagai proses interaksi (memberi dan mengadopsi) antara manusia dan lingkungannya. Dengan proses ini, siswa (manusia) akan dapat menciptakan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengubah atau memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.21 Untuk menjamin terlakasananya tugas PAI secara baik, hendaknya terlebih dahulu dipersiapkan situasi-kondisi pendidikan yang bernuansa elastis, dinamis dan kondusif yang memungkinkan bagi pencapaian tugas tersebut. Hal ini berarti bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) dituntut untuk dapat menjalankan fungsinya, baik secara sturktural maupun institusional. Secara struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan. Baik pada dimensi vertikal maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang. Untuk itu diperlukan kerjasama berbagai jalur dan jenis pendidikan mulai dari sistem pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah22 5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) Islam itu adalah suatu agama yang berisi ajaran mengenai tata hidup yang diturunkan Allah SWT kepada umat manusia melalui para RasulNya, sejak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad Saw. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dari Allah SWT ini berisi pedoman pokok yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah SWT), dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan makhluk bernyawa yang lain, dengan benda mati dan alam semesta ini. Ajaran ini diturunkan Allah SWT untuk kesejahteraan hidup 21 Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 33. 22 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 33-34 15 manusia di dunia ini dan di akhirat nanti, maka PAI sebenarnya harus berarti pendidikan tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan dipergunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat. Dengan demikian, berarti ruang lingkup PAI secara umum itu luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan, yakni: a. Keimanan (Ilmu Tauhid) Pengajaran dan pendidikan keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam mata pelajaran keimanan, inti pembahasan adalah tentang ke-Esaan Allah SWT. Oleh karena itu, ilmu tentang keimanan ini disebut juga Tauhid. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun Iman yang enam, yakni percaya kepada Allah SWT, kepada para Rasul Allah SWT, kepada para Malaikat, kepada Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para Rasul Allah SWT, kepada Hari Kiamat, kepada Qadha’ dan Qadar.23 b. Ibadah (Ilmu Fiqih) Dalam pengertian yang luas, ibadah itu adalah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah SWT semata yang diawali oleh niat. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu Fiqih. Selain membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti perdagangan (jual-beli), perkawinan, perceraian, kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik (pemerintahan), makanan, minuman, pakaian dan lain sebagainya. 24 c. Al-Qur’an Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau kitab suci lain. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Membaca Al-Qur’an juga merupakan suatu ilmu yang mengandung seni, yakni seni baca Al-Qur’an. Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya adalah pengenalan huruf hijaiyah, cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan tanda berhenti, 23 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 84. 24 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 86. 16 dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan.25 d. Akhlak Akhlak merupakan bentuk bathin dari seseorang. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk bathin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya (tingkah lakunya). Pembentukan ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik buruk kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran baik buruk, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat. Dasar pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak mulia.26 e. Muamalah Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu Fiqih. Ilmu ini lebih membahas tentang hubungan sosial antar manusia, yakni muamalat madaniyat dan muamalat maliyat. Muamalat madaniyat membahas masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan dan cara menggunakan serta mendapatkannya. Sedangkan muamalat maliyat membahas masalahmasalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil atau besar seperti negara (perbendaharaan negara = baitul mal).27 f. Syari’ah (Ilmu Hukum) Syari’ah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat atau hukum Islam. Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang 25 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 90. 26 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 98. 27 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 102. 17 pertama dalam ajaran agama Islam. Ilmu ini membicarakan mulai dari hukum pertama dalam Islam sampai kepada berbagai hukum dalam kehidupan manusia sehari-hari.28 g. Tarikh (Ilmu Sejarah) Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran tarikh Islam sebenarnya pengajaran sejarah, yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti kerajaan besar yang berkuasa di luar tanah Arab sebelum datangnya Islam, peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melawan orang kafir, pemerintahan pada zaman Nabi Saw dan para sahabat, riwayat hidup Nabi Muhammad Saw dan masih banyak lagi yang lainnya. 29 Ketujuh ruang lingkup di atas dalam pelaksanaannya dapat diintegrasikan sesuai dengan jenis lembaga pendidikan dan tujuan dari ruang lingkup tersebut. Terkait dengan hal tersebut, adapun ruang lingkup PAI di lembaga pendidikan SMK yaitu: 1. Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan), syari’ah, ibadah, muamalah dan akhlak sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Tujuan pengajaran Al-Qur’an di SMK sendiri yaitu menumbuhkan rasa cinta dan keagungan Al-Qur’an dalam jiwa siswa, memupuk kemampuan dalam memahami kitab Allah SWT secara sempurna serta menumbuhkan kesan siswa terhadap makna dalam Al-Qur’an.30 2. Akidah Akidah merupakan sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh serta sukar sekali untuk dirubah. Sasaran pengajaran akidah dalam jenjang SMK adalah untuk menanam dalam jiwa siswa beriman kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab-kitab 28 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 108. 29 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 112. 30 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h. 80. 18 Allah SWT, Rasul-rasulNya dan tentang hari kiamat, menumbuhkan rasa syukur dan taat beribadah dalam diri siswa. membantu siswa agar mereka berusaha memahami berbagai hakikat seperti Allah SWT berkuasa serta mengetahui segala sesuatu dan sebagainya. Adapun contoh subyek dalam pengajaran akidah ini yakni: a. Kaidah-kaidah (rukun) Islam b. Beriman kepada Allah SWT c. Beriman kepada Malaikat, Kitab-kitab Allah SWT dan Rasul-rasulNya d. e. f. g. Beriman kepada hari akhir Beriman kepada takdir Allah SWT Beriman kepada sifat-sifat Allah SWT Taat kepada Allah SWT dan RasulNya h. Cinta kepada Allah SWT dan RasulNya. 31 3. Ibadah Ibadah adalah mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala laranganNya. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT diatur dalam ibadah secara khas yang mencakup thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji. sedangkan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalat secara luas. Tujuan pengajaran ibadah di SMK adalah agar siswa mengetahui hukum-hukum agamanya dalam bidang ibadah, menumbuhkan hubungan erat dengan Allah SWT, menambah kepatuhan padaNya melalui ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya. 32 4. Akhlak Pendidikan akhlak berkisar mengenai persoalan kebaikan dan kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana seharusnya seorang siswa bertingkah laku. Akhlak juga bisa dipahami sebagai sikap hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma 31 Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh 116. 32 Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh 150. Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 19 yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesamanya menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (ekonomi, sosial, pendidikan, iptek, seni dan sebagainya).33 5. Tarikh (Sejarah) Tarikh (sejarah kebudayaan) Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa. Tarikh juga dapat dipahami sebagai studi tentang riwayat hidup Nabi Muhammad Saw, para sahabat dan Imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada siswa sebagai contoh tealadan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Tujuan pengajaran tarikh di SMK yakni mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotisme dan mendorong siswa untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya, melatih siswa mengikuti tingkah laku para Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kesulitan hidup.34 B. Media Audio Visual Media audio visual dapat dibagi menjadi 2 jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual murni, sseperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah medis audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, opaque, OHP, dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam suatu waktu atau suatu proses pembelajaran.35 33 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h. 80. 34 Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 164. 35 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 113-114 20 1. Media Pendidikan dan Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti memiliki perantara atau pengantar. Medòë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Selain pengertian diatas, Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu, Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian berbeda tentang media. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Adapun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan menurut John D Latuheru media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) dari sumber penerima pesan dalam hal ini adalah anak didik. 36 Adapun Yudhi Munadi dalam bukunya menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapay menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.37 36 John D. Latuheru, Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud, 1982. Hal. 5 37 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 7-8 21 Suharsini Arikunto memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai media pembelajaran. Media pembelajaran menurutnya ialah suatu sarana yang digunakan untuk menampilkan pelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas disebut media pendidikan dengan pengertian bahwa pendidikan bukan hanya mencakup proses pembelajaran yang ada tetapi juga dalam arti yang lebih luas38 a. Fungsi Media Pembelajaran Secara umum, tujuan atau fungsi utama media pembelajaran yakni mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang diinginkan (adanya perubahan tingkah laku).39 Pada dasarnya, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciriciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai dan dampak atau efek yang ditimbulkannya. Ciri-ciri (karakteristik) umum media yang dimaksud adalah kemampuannya merekam, menyimpan dan melestarikan, mengkonstruksi dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek. Kemudian yang dimaksud dengan bahasa yang dipakai menyampaikan pesan adalah bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Se3dangkan yang dimaksud dengan efek yang ditimbulkan adalah bentuk konkrit dari efek ini yaitu terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap siswa sebagai akibat interaksi antara dia dengan pesan, baik secara individu maupun kelompok.40 Fungsi media pembelajaran dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar antara lain: 1) Media memungkinkan siswa menyaksikan benda atau peristiwa yang ada pada masa lampau dengan perantara gambar, potret, film dan sebagainya. 2) Media memungkinkan siswa mengamati benda maupun peristiwa yang sukar dikunjungi baik karena tempatnya jauh, karena tempatnya berbahaya atau karena tempatnya terlarang. 38 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materil. Jakarta: Prima Karya, 1987. Hal. 14 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 37 40 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 36 39 22 3) Media memungkinkan siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bebnda atau masalah yang sukar diamati secara langsung. 4) Media memungkinkan siswa dapat menjangkau audience yang besar jumlahnya. 5) Media dapat memperlihatkan secara cepat, proses yang terjadi secara lambat. 6) Media dapat memperlihatkan secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat, jika diperlukan untuk diamati secara teliti.41 Pengetahuan tentang fungsi dan kemampuan media ini amat penting artinya bila merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Karena dasar kebijakan dalam pemilihan, pengembangan maupun pemanfaatan media tidak dapat terlepas dari pengetahuan tentang fungsi dan kemampuan media tersebut. b. Macam-Macam Media Pendidikan Rudy Bretz mengintifikasikan ciri utama media menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok media yang menonjolkan suara, bentuk dan gerakan. Kelompok media yang menggunakan bentuk dibedakan menjaid tiga, yaitu gambar, garis dan simbol-simbol. Secara lengkap Rudy Bretz mengklasifikasikan media pendidikan menjadi 8 kelas, yaitu: 1) Media Audio Visual Gerak Media ini adalah media yang paling lengkap karena segala kemampuan yang dapat diperankan oleh audio dan visual dapat dimanfaatkan melalui media ini. Contohnya televisi, video tape, film dan media audio pada umumnya seperti kaset program dan piringan hitam. 2) Media Audio Visual Diam Media ini dilihat dari segi kelengkapannya merupakan media kedua setelah media audio visual gerak. Perbedaannya hanya pada kemampuan geraknya saja, kemampuan lain ada di media ini. Contohnya film strip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara. 41 18-19 Mahfudz Sholahudidin, Media Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986. Hal. 23 3) Media audio visual semi gerak Media ini adalah media audio yang disertai dengan gerakan secara linear dan terputus-putus. Contohnya adalah: morse dan media board. 4) Media Visual Gerak Media ini menunjukkan kemampuan visual dan gerakannya tetapi tanpa suara. Contohnya: film bisu (Mr. Bean) 5) Media Semi Gerak Media ini adalah media yang mampu menampilkan gerakan titik secara linear (garis dan tulisan) tetapi tanpa suara. Contohnya: Teleautograp. 6) Media audio Media ini adalah yang hanya menonjolkan audio saja tanpa ada gambar atau gerakan apapun. Contohnya: radio, telepon, audio tape (kaset program) dan audio disc. 7) Media Cetak Media cetak yaitu media yang menampilkan informasi melalui kata-kata dan simbol-simbol atau diagram saja. Contohnya: Teletipe, papertape.42 Basyiruddin Utsman menggolongkan media kepada 8 kategori, yaitu: 1) Real Things, dapat berupa manusia (teacher) itu sendiri, benda sesungguhnya, dan peristiwa yang terjadi. Pengajar adalah media yang utama dalam proses belajar mengajar dan merupakan motivator atau fasilitas bagi siswa untuk mengoptimalkan kegiatan belajar. 2) Verbal Representations: berupa media tulis/cetak, buku tulis dan sebagainya. 3) Graft Representation: berupa chart, diagram, gambar, atau lukisan. 4) Still Picture: seperti foto, slide, film strip, OHP dan media visual lainnya. 5) Motion Picture: seperti film, televisi, video tape, dan lain-lain. 6) Audio (Recording): Seperti pita kaset, real tape, piringan hitam dan sound track. 42 Arief S. Sudirman, dkk. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Medyatama Saran Perkasa, 1989. Hal. 174-176 24 7) Simulation: berupa permainan yang menirukan kejadian yang sebenarnya. Contoh: perang-perangan dan mengemudikan mobil. 2. Media Audio Visual Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunya kemampuan yang lebih baik. Teknologi audio visual digunakan untuk menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Pengajaran melalui audio visual jelas dan bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder dan proyektor visual yang lebar. Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa.43 Tujuan pemakaian media audio visual, dalam hal ini yang dimaksud secara umum dalam proses pembelajaran adalah: a. Untuk Tujuan Kognitif Dengan menggunakan video, mitra kognitif dapat dikembangkan, yakni yang menyangkut kemampuan mengenal kembali kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya: pengamatan benda terhadap kecepatan relatif suatu obyek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi antara obyek dan benda. Dengan video dapat pula dipertunjukkan serangkaian gambar diam dapat pula digunakan untuk menunjukkan contoh-contoh bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi menusiawi, sehingga dapat dimungkinkan mengoreksi langsung terhadap penampilan yang tidak memenuhi syarat. 43 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010) cet.keXIII, hal. 30 25 b. Untuk Tujuan Psikomotor Video merupakan media yang paling tepat untuk memperlihatkan contoh ketrampilan yang menyangkut gerak, karena dapat diperjelas dengan cara diperlambat atau dipercepat. c. Untuk Tujuan Afektif Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi.44 3. Macam-Macam Media Audio Visual Media audio visual dibagi kedalam dua jenis, yaitu: a. Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti video kaset. b. Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder. 4. Karakteristik Media Audio Visual Ciri-ciri dan karakteristik utama teknologi media audio visual adalah sebagai berikut: a. Bersifat linear b. Menyajikan visual yang dinamis c. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya d. Merupakan representasi fisik dari gagasan ril atau gagasan abstrak e. Dikembangkan menurut prinsip psikologis, behaviorisme dan kognitif f. Berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.45 44 Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press, 1987. Hal. 104-105 45 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010) cet.keXIII, hal. 31 26 C. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.46 1. Prosedur Umum Pelaksanaan Pembelajaran Dick dan Carey (1996:184) mengemukakan 5 komponen pokok dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut: a. Kegiatan pra-pembelajaran b. Penyajian informasi c. Partisipasi siswa d. Testing (evaluasi) e. Tindak lanjut Dari ke-5 komponen tersebut dapat diringkas menjadi 3 tahap atau prosedur yang secara umum dilakukan dalam setiap pembelajaran. Tahap pra-pembelajaran menurut Dick dan Carey dapat disebut tahap persiapan, sedangkan tahap penyajian dan informasi siswa dapat disingkat menjadi tahap penyajian karena dalam penyajian akan melibatkan partisipasi siswa 47. Tahap ke-4 dan ke-5, evaluasi dan tindak lanjut menjadi satu. a. Kegiatan Persiapan atau Pra-Pembelajaran Kegiatan pra-pembelajaran sebenarnya terdiri dari dua jenis, yaitu persiapan sebelum pembelajaran (pra-pembelajaran) dan kegiatan awal pembelajaran, disebut pembukaan pembelajaran 1) Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru perlu mempersiapkan diri dengan baik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien. Persiapan ini meliputi: 46 Nana Sudjana , Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Mandar Madju 1989), hal. 28 Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.3 47 27 persiapan tertulis, persiapan yang berkaitan dengan media pembelajaran maupun alat-alat pelajaran dan persiapan diri 2) Pembukaan Pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru pada awal pembelajaran. Dick dan Carey (1996) mengemukakan bahwa pada awal kegiatan formal pembelajaran, ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu memotivasi siswa, memberi siswa, memberikan informasi apa yang akan dipelajari siswa, meyakinkan bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal (prasyarat) yang diperlukan untuk mempelajari materi yang akan disajikan.48 b. Penyajian Informasi dan Contoh Pada tahap ini guru menetapkan secara pasti informasi siswa, konsep, aturan dan prinsip-prinsip apa yang perlu disajikan kepada siswa. Disinilah penjelasan pokok tentang semua materi pembelajaran. Kesalahan utama yang sering trejadi dalam tahap ini adalah menyajikan informasi terlalu banyak, terutama jika sebagian dari informasi tersebut tidak relevan dengan tujuan pembelajaran, hal ini sangat penting diperhatikan. Pada saat guru memberikan informasi, hendaknya tidak hanya mendefinisikan konsep-konsep baru, namun menjelaskan kaitankaitannya dengan konsep lain. Guru juga perlu menentukan jenis-jenis dan sejumlah contoh yang akan diberikan untuk setiap konsep. c. Partisipasi Siswa Dalam tahap ini, guru berusaha agar siswa berpartisipasi penuh dalam kegiatan pembelajaran. Disinilah siswa mempelajari, mengerjakan segala sesuatu yang menjadi tugasnya. Namun, salah satu komponen yang sangat kuat yang tidak boleh terlupakan dalam proses belajar ini adalah pemberian umpan balik. Guru dapat meningkatkan proses belajar dengan menyediakan kegiatan-kegiatan yang secara langsung relevan dengan 48 Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.3 – 2.4 28 tujuan pembelajaran. Siswa seharusnya mendapat kesempatan untuk mempraktikkan apa yang guru kehendaki dari siswa untuk dikerjakan d. Penilaian Ada dua jenis penilaian yang biasa dilakukan oleh kebanyakan guru, yaitu pretest dan posttest. Guru harus dapat menentukan secara pasti strategi apa yang akan ditempuh untuk melakukan penilaian. Strategi seorang guru mungkin berbeda secara signifikan dengan strategi yang biasa digunakan oleh para guru dan pelatih yang melaksanakan pembelajaran secara lengkap. Dalam rangka melaksanakan tes formal, perancang pembelajaran dapat mempertimbangkan penggunaan pertanyaan-pertanyaan sikap secara tersembunyi. Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan apakah siswa memikirkan pembelajaran pada saat menghadapi kegiatan belajar. e. Kegiatan-Kegiatan Tindak Lanjut Sebagai bagian dari pembelajaran, anda perlu mempunyai bahan-bahan atau setidak-tidaknya rekomendasi tentang apa yang dapat dikerjakan siswa sebagai hasil dari unjuk kerja pada posttest. Apakah guru akan memisahkan bahan-bahan remediasi yang disediakan untuk para siswa yang kurang tingkat pencapaiannya? Jika demikian, jenis strategi apa yang akan melibatkan para siswa tersebut? Apakah guru akan memberikan bahan-bahan pengayaan tertentu atau dapat juga menyarankan kegiatan-kegiatan pembelajaran kepada para siswa yang sukses berpartisipasi dalam pembelajaran, sedangkakn ada juga siswa yang hanya sampai pada batas pencapaian yang ditetapkan? Keputusan ini mempunyai implikasi tidak hanya sebagai bantuan dalm proses belajar, namun juga diperlukan secara langsung untuk implementasi pembelajaran guru seperti diuraikan dibawah ini: 1) Mereview strategi untuk ingatan dan transfer Setelah guru mempertimbangkan remediasi dan pengayaan, langkah terakhir adalah mereview strategi untuk menentukan apakah ingatan 29 (memmori) siswa dan transfer belajar memerlukan perhatian? Pertanyaan ini dijawab dengan mereview analisis konteks, yang akan menguraikan kondisi-kondisi yang menyebabkan siswa ingin mencapai tujuan pembelajaran. 2) Ketrampilan mengingat Ketika guru mempertimbangkan apa yang akan dilakukan siswa apabila mereka telah mencapai tujuan pembelajaran, apa yang akan diingat oleh siswa? Apakah ada sesuatu yang secara mutlak harus diungkap kembali dari ingatan? Haruskah hal itu dilakukan secara jelas? Jika demikian banyak teknik yang disarankan untuk mengajarkan informasi verbal sebagia salah satu strategi dalam pembelajaran. Jawaban yang sering diperlukan dalam pertanyaan tersebut, yaitu apapkah hal-hal yang dilakukan siswa perlu diingat? Apakah memorisasi itu tidak penting, hanya sebatas siswa berhasil melakukan suatu ketrampilan saja? Jika dengan kasus ini tujuan guru tercapai maka guru dapat mempertimbangkan penggunaan panduan tugas. Panduan tugas adalah suatu alat yang digunankan bagi siswa untuk mengerjakan suatu tugas. Misalnya, dapatkah siswa hanya mengisi daftar cek (checklist), untuk mengerjakan tugas? Jika demikian, akan sangat mengurangi kebutuhan untuk mengingat suatu informasi dan mungkin dapat mengurangi panjangnya waktu pembelajaran. 3) Transfer Belajar Pertanyaan berikutnya dalam tujuan pembelajaran guru adalah apakah hakikat transfer belajar yang akan terjadi? Apakah bedanya konteks unjuk kerja dengan konteks belajar? Misalkan, tujuan pembelajaran adalah menggunakan program aplikasi komputer baru dan ini diajarkan dalam pusat latihan komputer yang identik dengan komputer yang digunakan dalam tempat kerja. Selama pelatihan, siswa menggunakan bentuk-bentuk nyata yang dipakai dalam suatu lembaga (tempat kerja) untuk mengaplikasikan kegiatan 30 belajar. Diharapkan bahwa siswa akan menggunakan aplikasi baru setelah menyelesaikan seluruh pelatihan. Dari contoh tersebut diasumsikan bahwa jika pelatihan dirancang dengan baik, maka akan ditransfer 100% kedalam tempat kerja. Transfer akan terjadi karena system dan aplikasi yang sama serta bentuk-bentuk itu sama dengan bentuk yang digunakan dalam pelatihan. 2. Pembelajaran efektif a. Pengertian Efektifitas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata, efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, manfaatnya, dapat membawa hasil, berhasil guna, mulai berlaku.49 Dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan intruksional khusus yang telah di canangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan intruksional khusus yang di canangkan lebih banyak tercapai. 50 Menurut Steers yang dikutip oleh Ahmad Habibullah, efektifitas adalah konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Adapaun Stoner yang dikutip pula oleh Ahmad Habibullah dkk, memberikan definisi efektifitas sebagai kemampuan menentukan tercapainya tujuan.51 Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, 49 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1996), h: 250 50 http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran 51 Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet: 1, h: 6 31 kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”. 52 Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu segala daya upanya guru untuk membentuk para siswa agar bisa belajar dengan baik.53 Dapat juga dikatakan efektif belajar menurut Makmun yang dikutip oleh Saipul Sagala adalah membawa pengaruh atau makna tertentu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relaitif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (Problem Solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun penyesuaian diri bagi kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Efektif belajar dapat ditunjukan: 1) Tepat waktu atau efisien waktu, 2) Pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap, 3) Cepat menguasai konsep, 4) Metode tepat sesuai dengan kompetensi dasar, standar kompetensi dan indikator dan 5) Irit biaya.54 Dalam proses pembelajaran yang dapat dikatakan efektif apabila seorang guru memiliki kemampuan dalam mengelola materi ajar sehingga siswa dengan mudah menerima materi yang diajarkan dan dapat merangsang siswa untuk mengungkapkan gagasannya, adapun perbedaan siswa menjadi lebih kreatif dan saling menghargai pendapatnya masing-masing. Secara fundamental Dollar and Miller (1970) menegaskan bahwa belajar efektif dipengaruhi oleh: adanya motivasi (drivers) yaitu peserta didik harus menghendaki sesuatu, adanya perhatian dan mengetahui sasaran (Cue) yaitu peserta didik harus memperhatikan sesuatu, adanya usaha (response) yaitu peserta 52 http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengertian efektifitas. Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet: 1, h: 20 54 Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alpabeta: 2009), 174 53 32 didik harus melakukan sesuatu dan adanya evaluasi dan pemanfaatan hasil (reinforcement) peserta didik harus memperoleh sesuatu yang penuh arti dalam belajar. Agar belajar efektif, pelajaran dimulai dari apa yang diketahui peserta didik sedangkan kegiatan belajar berbuat dengan menggunakan bahasa dan istilah yang dapat dipahami peseta didik. 55 Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu: 1) Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 2) Rata-rata prilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa. 3) Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan. 4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung. Guru yang efektif adalah guru menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentase waktu belajar akademik yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. Selain itu guru yang efektif adalah orang-orang yang dapat menjalin hubungan yang simpatik dengan para siswa, menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa cinta belajar, mengusasi sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih. 56 Dengan begitu, upaya untuk melakukan pengajaran, membiasakan, bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensi anak didik akan biasa dilakukan dengan sebaik-baiknya pula dan anak didik tidak hanya memperoleh pengetahuan kognitif, tetapi juga meresapi nilai-nilai materi yang didapat dengan hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Ciri-Ciri Efektifitas 55 Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alpabeta: 2009), 175 56 http://www.uin.suka.ac.id/detail_kabar 33 Menurut Harry Firman (1987), keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan. 2) Memberikan pengalaman belajar yang efektif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan intruksional. 3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar-mengajar. Berdasarkan ciri program pembelajaran aktif seperti yang digambarkan di atas. Keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi, aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, labolatorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.57 1) Kriteria efektifitas pengajaran itu melliputi: a) Prosentase waktu belajar siswa yang tinggi b) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa. c) Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan yang diutamakan) d) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif e) Mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir 2 tanpa mengabaikan butir 4. 57 http://agungprodent.wodpress.com/2009/06/18/efektifitas -pembelajaran 34 Sedjana mengungkapkan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai keefektifan proses belajar mengajar sebagai berikut. 1) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum 2) Keterlaksanaannya oleh guru, dalam hal ini sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan atau kesulitan 3) Keterlaksanaannya oleh siswa, dalam hal ini dimulai sejauhmana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti 4) Motivasi belajar siswa, motivasi belajar siswa sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa saat melaksanakan kegiatan belajar 5) Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar, penilaian proses belajar mengajar terutama adalah sejauhmana keaktifan siswa mengikuti pelajaran 6) Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. 7) Kemampuan atau ketrampilan guru mengajar, merupakan puncak keahlian guru yang profesional dalam hal penguasaan bahan pengajaran bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, penetapan metode mengajar dan lainnya. 8) Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh para siswa58 Sedangkan menurut Mortimore proses belajar mengajar yang efektif itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Aktif, bukannya pasif 2) Konvert, bukannya overt 3) Kompleks, bukannya sederhana 4) Dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual siswa 5) Dipengaruhi oleh berbagai konteks belajar 58 Yayat, Efektifitas Penyetaraan Program S1 Bagi Guru-Guru SMK (Penelitian Pada GuruGuru SMK di Kotamadya Bantul), (Tesis Program Pasca Sarjana UNY, 2001), hal.40 35 c. Aspek-Aspek Efektivitas Berdasarkan pendapat Aswarni Sujud tentang pengantar efektifitas, dapat dijelaskan bahwa efektifitas suatu program dapat dilihat adrai aspek-aspek dibawah ini: 1) Aspek tugas dan fungsi Seseorang atau lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan tugas atau fungsinya. Begitu juga suatu program pengajaran akan efektif jika tugas d an fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik, dan tugas peserta didik belajar dengan baik 2) Aspek rencana atau program Jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau program dikatakan efektif. Yang dimaksud dengan rencana atau program disini adalah rencana pengajaran yang terprogram, yaitu berupa materi yang terwujud dalam sebuah kurikulum, yaitu berupa materi yang terwujud dalam sebuah kurikulum yang telah diterapkan. 3) Aspek ketentuan dan aturan Efektifitas suatu program juga dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses pengajaran. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan dengan peserta didik. Jika aturan ini dilaksanakan berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif. 4) Aspek tujuan atau kondisi ideal Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atua kondisi ideal program tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh siswa. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa segi, yang dimulai dari perencanaan guru. Perencanaan pembelajaran berkenaan dengan keputusan yang 36 diambil guru dalam mengorganisasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi hasil pembelajaran. (Burden & Bird, 1999). Perencanaan merupakan tugas yang sangat penting dilakukan oleh guru. Ketika guru membuat keputusan tentang perencanaan, perlu mempertimbangkan “seseorang melakukan apa, apabila dan urutan peristiwa-peristiwa belajar apa yang akan terjadi, dimana peristiwa belajar itu berlangsung, jumlah waktu yang digunakan, dan sumber-sumber serta bahanbahan yang dimanfafatkan”. 59 Keputusan tentang perencanaan juga berhubungan dengan isu-isu seperti materi yang dipilih, strategi pembelajaran, penyampaian pelajaran, media pembelajaran, pengelolaan kelas, iklim kelas dan evaluasi pembelajaran. Tujuan perencanaan adalah member jaminan pebelajar akan belajar dengan baik. Oleh karena itu, perencanaan mnegorganisasikan membantu peristiwa-peristiwa menciptakan, pembelajaran mengelola yang dan memungkinkan kegiatan belajar terjadi. Perencanaan membantu guru untuk menata alur dna urutan peristiwa-peristiwa pembelajaran yang tepat dan juga mengatur waktu. Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam merencanakan pembelajaran sangat tergantung pada individu guru. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kebutuhan pebelajar, kekomplekan tugas pembelajaran, fasilitas-fasilitas dan peralatan serta pengalaman guru. a) Faktor-faktor yang berkaitan dengan pembelajaran: (1) Konten (isi) Pembelajaran: isi pelajaran berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, aturan, konsep atau proses kreatif yang akan dipelajari pebelajar (2) Bahan: berwujud tulisan, bentuk fisik atau stimuli visual, yang dugunakan dalam pembelajaran. Buku teks, film, film strip, komputer, video tape. (3) Strategi Pembelajaran: pemilihan berbagai strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan isi pembelajaran merupakan perencanaan sentral guru. 59 Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.15 37 (4) Perilaku Guru: guru melakukan sejumlah kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu pebelajar dalam kegiatankegiatan belajar, seperti membimbing kelompok, menyajikan pelajaran secara, membuka pelajaran dan membuat kesimpulan. (5) Menstrukturkan Pelajaran: menyusun pelajaran berkaitan dengan kegiatan yang terjadi pada suatu saat tertentu selama penyajian pelajaran dan guru perlu merencanakan struktur pelajaran. (6) Lingkungan Belajar: ketika kegiatan-kegiatan belajar direncanakan, pertimbangan jenis lingkungan belajar yang ingin diciptakan. Banyak factor yang perlu diperhatikan. System pengelolaan kelas yang efektif perlu direncanakan dan ditetapkan, seperti aturan-aturan kelas, menciptakan iklim kelas yang positif, tanggung jawab pebelajar secara akademik dan penguatan-penguatan perilaku yang dikehendaki. (7) Pebelajar: guru harus mempertimbangkan karakteristik pebelajar, perlu dipertimbangkan pula motivasi belajar, kebutuhan akademik, kebutuhan fisik dan psikologis. Lebih dari itu, pertimbangkan pengelompokan, seperti kelompok kecil, kelompok keseluruhan dan kerja mandiri. (8) Durasi Pembelajaran: guru perlu menjadi manajer waktu untuk menjamin bahwa pebelajar mempunyai kesempatan untuk mencapai tujuan pembelajaran selama kurun waktu tertentu. (9) Lokasi Pembelajaran:guru juga perlu merencanakan tempat dimana pembelajaran akan terjadi. 60 b) Karakteristik Guru Keputusan perencanaan tentang kegiatan-kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik guru itu sendiri (Neely & Hansford, 1985). Pertama, banyaknya pengalaman mengajar guru akan mempengaruhi keputusan perencanaan. Kedua, 60 Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.16 – 2.17 38 filosofi belajar-mengajar akan mempengaruhi keputusan tentang perencanaan guru. Ketiga, pengetahuan guru tentang isi pelajaran. Keempat, gaya guru dalam mengorganisasikan pelajaran. Kelima, harapan-harap menata kelas, baik untuk pebelajar belajar maupun pelaksanaan pembelajaran oleh guru itu sendiri. Keenam, perasaan aman dan control pembelajaran memainkan peranan dalam proses perencanaan. c) Guru yang efektif Rosanshine (1989) mengidentifikasi 6 hal tentang guru yang efektif sebagai berikut: (1) Melakukan review harian (2) Menyiapkan materi baru (3) Melakukan praktik terbimbing (4) Menyediakan balikan dam koreksi (5) Melaksanakan praktik mandiri (6) Review mingguan dan bulanan d) Pendekatan pembelajaran yang efektif Pendekatan pembelajaran yang efektif adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pebelajar. Pada saat ini telah ada perubahan paradigm dalam pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan pebelajar.61 Dalam hal ini terdapat 3 jenis pendekatan yang saat ini banyak diterapkan, yaitu: (1) Belajar Mandiri (independent learning), dkonsep belajar mandiri diartikan sebagai sesuatu yang berbeda. Ada 7 prinsip yang perlu diketahui dalam konsep belajar ini, yaitu: (a) Pebelajar belajar untuk dirinya sendiri (b) Pebelajar mempunyai ukuran untuk mengontrol atas kegiatan belajarnya sendiri. (c) Pebelajar memilki tanggung jawab untuk menentukan konteks belajar, 61 mendiagnosis kebutuhan belajar secara pribadi, Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.20 39 mengidentifikasi sumber-sumber belajar, serta menentukan waktu untuk belajar dan lag\ngkah belajar. (d) Pebelajar mungkin mengembangkan rencana kegiatan belajarnya sendiri (e) Kebutuhan individu yang berbeda dikenal dengan respon yang tepat, dibuat untuk kebutuhan khusus pebelajar secara individual. (f) Kegiatan belajar pebelajar didukung, diperluas atau dikurangi dengan sumber-sumber belajar dan panduan belajar. (g) Peranan mengajar berubah dari guru atau penyampai informasi ke pengelola proses belajar. (2) Pembelajarn Terpadu (integrated learning), merupakan suatu pendekatan pembelajaran untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan belajar sepanjang hayat. keterpaduan merupakan strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pebelajar. (Den & Harden, 2005), contohnya: pengajaran Pendidikan Agama dikaitkan dengan mata pelajaran lainynya seperti PPKN maupun Bahasa Indonesia. Pendekatan pembelajarn terpadu membantu pebelajar melalui: (a) Belajar aktif (b) Menilai diri sendiri (c) Individualisasi, dan (d) Belajar mandiri. Adapun kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya adalah: memberikan gambaran hubungan antar pengetahuan, memungkinkan kesatuan penyajian suatu problem dan mempermudah kerjasama antar disiplin keilmuan. (3) Belajar Berbasis Masalah (Problem-based Learning), yaitu kegiatan belajar yang berpusat pada pebelajar dan juga menggambarkan metode belajar inti atau suplemen pembelajaran. Prinsipnya sama dengan pembelajaran terpadu, namun pembelajaran terpadu mendasarkan pada tema, sedangkan pada konsep ini berdasarkan masalah (Pembelajaran dimulai dengan menampilkan suatu masalah). Masalah tersebut 40 mendorong pebelajar untuk mencari alasan, berpikir kritis dan memprtimbangkan bukti-bukti, serta mencari-cari dan barbagi informasi yang relevan. D. Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuankemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.62 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa 62 Hal.22 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Banndung: Rosda: 2004), 41 dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran63 Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. 63 Hal.39 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Banndung: Rosda: 2004), BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yang di lakukan oleh peneliti di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak bulus Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Feruari 2011. B. Metode Penelitian Menurut Mardalis metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran. 1 Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan kebenaran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Oleh karenanya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang material (fenomena) yang sedang diselidiki. Dengan kata lain, digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa, bagimana keadaan sesuatu (fenomena) dan melaporkannya. 1 Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 3003), cet: VI, h: 24 42 43 Suharsimin Arikunto mengemukakan bahwa metode deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.2 Menurut (Bagdon dan Tayor, 1990), yang dikutip oleh S. Margono bahwa Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.3 Ahli pisikologi pendidikan dari Universitas of Nebraska, Lincoln (Creswell, 1994: 150) metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses investigasi. Penelitain kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak diterapkan pada bergai maslah (Husaein Umar, 1990: 81). Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Studi kasus adalah merupakan setrategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, yang bila peneliti haya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena di dalam kontek kehidupan nyata.4 Menurut Vrendenburg (1987:38) studi kasus adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari obyek, artinya data yang dikumpulakn dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, di mana tujuannya adalah memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif. 2 Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta: 1992), cet: VIII, h: 206 Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta:PT. Rineka Cipta: 2007), h: 3 36 4 Prof. Dr. Robert K. Yin, Studi kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2004), cet ke-4, h:1 44 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:5 1. Studi kepustakaan (library reseach, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan tema skripsi. 2. Studi lapangan (field reseach), yaitu penelitian ini dilakukan dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari SMK Al-Hidayah Lestari Lebakbulus Jakarta Selatan. Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku Panduan Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh Tim Penyususn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008. C. Objek Penelitian Menurut (Bagdon dan Tayor, 1990), yang dikutip oleh S. Margono bahwa Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa SMK Al-Hidayah Lestari kelas X AP2 yang berjumlah 33 siswa. D. Teknik Pengumpulan Data Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari observasi dan wawancara. Informasi yang didapat dari observasi langsung, catatan wawancara, rekaman wawancara, dan fhoto kegiatan. Informasi tersebut dalam bentuk dokumen dan catatan peristiwa yang diolah menjadi data. 1. Jenis dan sumber data Prosedur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data, yang dapat digolongkan sebagai berikut: 5 167 Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h: 45 a. Data Primer, data primer yang dimaksud meliputi data-data yang diperoleh dari pihak SMK Al-Hidayah Lestari Lebakbulus Jakarta Selatan. b. Data Sekunder, data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan. 2. Cara pengumpulan data Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Observasi, yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sitematik terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di temapat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki. 6 Metode ini tanpa diperlukan memberikan pertanyaan kepada responden. Peneliti melakukan pengamatan baik dilingkungan kerja alami maupun laboratorium dan mencatat perilaku penelitian. Pengatan terhadap objek yang akan diteliti, berusaha mengumpulkan data dari fenomena yang telah muncul untuk memberikan penafsiran yang diperoleh melalui data primer dalam pengumpulan data. Observasi dilakukan di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus dengan melakukan pengamatan langsung terhadap proses pelaksanaan kerja dan hasil kerja ysng diperoleh untuk menilai tingkat akurasi data dan informasi yang disampaikan oleh setiap unit kerja yang dianggap perlu dengan pertimbangan: 1) Adanya data atau informasi yang dinilai kurang layak atau meragukan sehingga perlu diobservasi ke lapangan (unit kerja yang bersangkutan), dalam hal ini adalah SMK Al-Hidayah Lebak Bulus. 6 158 Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h: 46 2) Adanya unit organisasi yang spesifik dan cenderung megarah kepada bentuk organisasi fungsional sehingga perlu pendalaman lebih khusus untuk perumusan dan pengkajian. b. Tes. Untuk mendapatkan hasil penelitian maka dilakukan tes. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.7 Peneliti menggunakan tes objektif adalah suatu tes yang disusun dimana sertiap pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih, dengan bentuk tes pilihan ganda (multipel choice items). Tes pilihan ganda diberikan pada kelas yang akan ditelitih dalam bentuk soal yang sama. Tes yang dimaksud adalah guna mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menjawab pertanyaanpertanyaan seputar materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu tentang Ibadah Haji. c. Wawancara, alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancar adalah kontak langsung dengan tatap muka antar pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee).8 Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara yaitu: 1) Wawancara berstruktur, yaitu pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepda interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan pada siswa kelas X AP2 SMK AlHidayah Lebak Bulus. 2) Wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa 7 Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h.170 8 Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h: 165 47 terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersipkan sebelumnya. Biasanya pertanyaan muncul secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika melkukan wawancara. Dengan teknik ini di harapkan terjadi komunikasi langsung lewes dan fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih bayak dan luas. Demikian halnya, wawancara ini juga dilakukan pada siswa kelas X AP2 SMK AL-Hidayah Lebak Bulus. Wawancara yang diajukan kepada informasi semata-mata sebagai bahan kajian mendasar untuk membuat kesimpulan. Bagaimanapun pendapat banyak orang merupakan hal penting meskipun tidak dijamin validitasnya. Semakin banyak informasi, maka diharapkan menghasilkan data yang sudah tersaring dengan akurat. 3) Dokumentasi, merupakan kegiatan penelitian dengan mengamati berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian, teknik ini sering disebut juga observasi historis. Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisi (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk hasil kajian yang sistematis, padu, dan utuh. Metode dokumentasi ini dimaksudkan untuk mencari data-data tentang profil lengkap SMK AlHidayah Lebak Bulus, baik itu tentang sejarah berdirinya SMK ALHidayah Lebak Bulus maupun infrastruktur serta sumber daya manusia yang ada di dalamnya. E. Teknik Analisis Data Beberapa langkah diambil untuk menggambarkan teknik menganalisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan menurut S. Nasution (1996:126) menjelaskan bahwa penyusunan data berarti menggolongkan kedalam pola, tema atau kategori sehingga demikian tidak terjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi data artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola 48 atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep yang mencerminkan pandangan atau persepektif peneliti, dan bukan kebenaran. Kebenaran penelitian masih harus dinilai oleh orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain. Untuk menganalisi data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Pengumpulan informasi, melalui observasi langsung, wawancara dan hasil uji tes. 2. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak dengan masalah penelitian. 3. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk tabel ataupun uraian penjelas. 4. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan.9 9 Mattew.B, Milles. 1992. Analisa Data Kualitatif: (Tjetjeh Rohendi Rohindi Terjemahan). Jakarta: UI Press. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK AL-Hidayah Lestari Berdirinya SMK Al-Hidayah merupakan perwujudan dari keingingan Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa. SMK Al-Hidayah berdiri pada tanggal 19 Juli 1993 dengan nama SMEA pada awalnya, dimana Drs. Salman Tumanggor sebagai Kepala Sekolah pertama di sekolah ini. Ini didasarkan pada musyawarah Yayasan yang dihadiri oleh pengurus Yayasan antara lain: a. H. Machmud, sebagai pendiri YPI Al-Hidayah b. Hj. Siti Sa'diyah, sebagai Ketua YPI Al-Hidayah c. Drs. H. Marzuki, sebagai seksi Pendidikan YPI Al-Hidayah d. Drs. Salman Tumanggor, sebagai Kepala Sekolah e. Parhana, SE yang sekarang menjadi kepala sekolah SMK Adapun status SMK saat ini telah Diakui dengan status gedung milik sendiri. a. Visi dan Misi Untuk mengadapi persaingan dibidang pendidikan, yayasan Al-Hidayah dengan kepengurusan yang baru memiliki visi yaitu : "menciptakan Sumber Daya 49 50 Manusia yang islami. Trampil dan 1handal serta Berwawasan Global. Langkahlangkah yang di tempuh untuk mewujudkan visi yang di maksud antara lain, sebagai berikut: 1) Sumber daya manusia yang Islami a). Semua metode pengajaran bernuansa islam yang dapat memperhalus budi pekerti semua pelajar b).Mengaktifkan kegiatan rohis c). Melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan 2) Trampil dan handal a). Memperbesar jam praktek computer dan mengetik, termasuk bidang studi produktif b). Melaksanakan ujian nasional seperti ; (1) Ujian nasional akuntansi (dasar satu, dasar dua dan terampil) (2) Ujian nasional bahasa inggris (dasarsatu dan dasar dua) (3) Ujian nasional mengetik (dasar, trampil dan mahir) 3) Berwawasan a). Mengikut sertakan siswa dalam pelaksanaan uji kendali b). Ujian kompetensi c). Studi komperhensif d). Ujian nasional produktif Sedangkan Misi SMK Al-Hidayah adalah menciptakan kepribadian Muslim yang berakhlak mulia, yang berguna bagi Bangsa dan Negara, yang dijabarkan dengan: 1) Memotivasi SDM yang religius dan berwawasan 2) Mendidik SDM yang memiliki kualifikasi Unggul 3) Membentuk SDM yang memiliki Keterampilan Standard an 4) Menciptakan SDM yang Akuntabilitas 1 Database SMK AL-Hidayah Lebak Bulus 51 b. Sarana dan Prasarana Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Al- Hidayah Lestari dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 1 Sarana dan Prasarana No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Ruang Kepala Sekolah 1 2 Ruang Tata Usaha 1 3 Ruang Kelas 12 4 Perpustakaan 1 5 UKS 1 6 Laboratorium Komputer 1 7 Laboratorium Bahasa 1 8 Sarana Ibadah 1 9 WC Guru 1 10 WC Siswa 2 11 Sarana Olahraga 1 c. Kurikulum yang Digunakan Perkembangan yang terjadi sekarang ini turut mempengaruhi kurikulum yang digunakan oleh sekolah-sekolah. Hal ini dapat dilihat pada kurikulum di SMK Al- Hidayah Lestari, dimana untuk kelas I menggunakan kurikulum yang baru yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), sedangkan kelas II dan III masih menggunakan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).2 d. Kondisi Guru dan Latar Belakang Pendidikan Siswa 1) Guru Guru atau tenaga pengajar pada SMK Al- Hidayah Lestari berjumlah 27 orang, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari D3 2 Database SMK AL-Hidayah Lebak Bulus 52 sampai dengan S1. untuk guru dengan tingkat pendidikan D3, bejumlah 2 orang, sedangkan untuk guru dengan tingkat pendidikan Strata Satu (S1) berjumlah 25 orang.adapun nama, pendidikan, bidang studi, kelas dari guru-guru SMK AlHidayah Lestari adalah sebagai berikut: Tabel. 2 Daftar Pengajar SMK AL- HIDAYAH LESTARI No Nama Jabatan Bidang Studi 1 Parhanah M. Pd Kepala Sekolah PB Jasa 2 Drs. Fachruddin Wakasek B. Inggris 3 Muhammad Amin S. Ag Kepala TU B. Arab 4 Drs. Basrin Malau Guru Etika Komunikasi 5 Drs. Umum Lingga Guru Siklus Akuntansi 6 Muhyi Chaerudin Guru Agama Islam 7 Dra. Hj. Hazami Guru B. Indonesia 8 Drs. A. Saefudin Guru B. Arab 9 Wardah Hayati S. Pd Guru B. Indonesia 10 Nurlina S. Pd Guru Perbankan/Kewirausahaan 11 Abdul Gafur Guru Administrasi Perkantoran 12 H. Ahmad Syakir, S. Ag Guru Agama Islam 13 Ety P, S. Pd Guru SMI (Indonesia) 14 Tarmudi S. Pd Guru IPS 15 Rini S, S.Pd Guru IPS 16 Anton H, S.Pd Guru Ekonomi & Koperasi 17 Zakiyah Guru Matematika 18 Fadilah S.H Guru BP/BK BK 19 Dadan S.Pd Guru Matematika/Kewirausahaan 20 Dadang S. Kom. Guru TIK 21 Hendiyana S.Kom Guru TIK 20 Faisal SE Bendahara Staf 21 Siti Komariah SE Guru Seni & Budaya 53 21 Lukman Hakim Staf TU Staf 22 Syarifuddin Staf TU Staf 23 Dedi Seksi Staf Kebersihan 2) Siswa Keadaan siswa SMK Al-Hidayah sekarang adalah berjumlah 462 siswa. SMK Al-Hidayah mempunyai tiga jurusan yaitu Akuntansi, Penjualan dan Administrasi Perkantoran. Tabel. 3 Daftar Jumlah Siswa SMK AL-HIDAYAH LESTARI Keadaan Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa X 5 190 siswa XI 4 169 siswa XII 3 103 siswa Total Jumlah Siswa 462 siswa e. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah 1) Visi Mewujudkan SMK Al-hidayah Lestari sebagai sekolah yang mandiri dan profesional dalam menciptakan sumber daya manusia yang islami, religius dan berwawasan sesuai tuntunan dunia usaha 2) Misi a) Menghasilkan siswa-siswi yang sholeh dan sholehah b) Menyiapkan tenaga kerja yang terampil c) Menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional d) Memberi bekal keterampilan produktif, mengubah status manusia konsumen menjadi manusia yang produktif 54 e) Memberikan kemampuan dasar sebagai bekal pengembangan kualitas dirinya.3 B. Kondisi Informan Terlebih dahulu menjelaskan kriteria informan yaitu siswa kelas X AP SMK AL-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Kriteria penentuan informan adalah memilih beberapa siswa yang memiliki nilai tertinggi, sedang dan terendah pada hasil tes pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi ibadah haji. Adapun informasi mengenai informan dengan menggunakan nama asli adalah sebagi berikut: a. Amriyati, adalah informan siswi kelas X AP berasal dari Cinere. Ia bersekolah di SMK Al-Hidayah Lestari angkatan 2010. Ia termasuk siswi yang cukup berprestasi di kelasnya, kepribadiannya yang pendiam, tepat waktu, sebagai ketua kelas dan bertanggung jawab pada tugastugas yang diberikan guru membawa ia menjadi siswi yang disenangi guru. b. Neiza F.M, adalah informan siwa kelas X AP berasal dari Cinere. Ia bersekolah di SMK Al-Hidayah angkatan 2010, ia termasuk siswa yang cukup berprestasi di sekolah, sifatnya yang suka bercanda banyak dikenal oleh para siswa dan guru di sekolah. c. Adam Renaldi, adalah informan siswi kelas X AP berasal dari Lebak Bulus. Ia bersekolah di Al-Hidayah Lestari angkatan 2010. Ia termasuk siswa berprestasi di sekolah, jiwa sosial yang tinggi pada teman-teman menjadikan ia sebagai ketua kelas dan pribadi yang menyenangkan. d. M. Afrizal, ia adalah siswa kelas X AP, berasal dari Lebak Bulus. Ia bersekolah di SMK Al-Hidayah Lestari angkatan 2010. Ia adalah siswa yang pendiam, prestasi di sekolahnya sedang-sedang saja. Berikut ini adalah rangkuman daftar informan pada penelitian efektifitas penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan belajar siswa di SMK AlHidayah Lestari Lebak Bulus. 3 Database SMK AL-Hidayah Lebak Bulus 55 Tabel. 4 Data Informan No. Nama Status Pendidikan Daerah Asal 1. Amriyati Pelajar SMK Kelas X Cinere AP 2. Neiza F.M Pelajar SMK Kelas X Cinere AP 3. Adam Renaldi Pelajar SMK Kelas X Lebak Bulus AP 4. M. Afrizal Pelajar SMK Kelas X Lebak Bulus AP Demikianlah daftar yang menjadi informan penelitian di atas, dalam rangka sebagai melengkap informasi dan data-data dalam penulisan skripsi. C. Hubungan Sosial Yang dimaksud dengan hubungan sosial ini adalah interaksi sosial yang terjalin antara guru dan siswa di SMK Al-Hidayah. Hubungan sosial ini dibagi menjadi tiga bagian: hubungan sosial guru dengan sesama guru, hubungan sosial siswa dengan guru, hubungan sosial siswa dengan siswa atau teman sebaya. Pertama, hubungan sosial guru dengan guru. Hubungan sosial antara sesama guru terjalin dengan baik, ini ditunjukkan dengan adanya saling tegur sapa dan komunikasi antar sesama guru di sisa-sisa waktu mengajar, para guru juga membesuk apabila ada seorang guru yang sakit atau melahirkan. Kedua, hubungan sosial siswa dengan guru. Hubungan sosial antara guru dan siswa terlihat cukup baik, ini terlihat dari sikap hormat siswa terhadap guru seperti bersalaman bila bertemu dengan salah eorang guru atau menyapa. 56 Hubungan sosial antara guru dan siswa terbagi menjadi dua bagian yakni hubungan sosial formal yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran didalam kelas dan hubungan sosial nonformal yakni tegur sapa yang dilakukan guru terhadap siswa diluar jam pembelajaran. Ketiga, hubungan sosial siswa dengan siswa atau teman sebaya. Hubungan sosial terhadap sesama siswa ini trejalin dengan baik, ini ditunjukan dari adanya tegur sapa dan kegembiraan saat bersama dengan teman-temannya. Hubungan sosial ini terlihat lebih erat pada waktu kegiatan seperti olahraga, perlombaan dan study tour. D. Proses Belajar Mengajar Berbentuk Media Audio Visual 1. Tahap Persiapan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan acuan guru sebelum proses kegiatan belajar mengajar dimulai. Dalam penelitian ini peneliti membuat RPP yang disesuiakan dengan materi pembelajaran. RPP yang dipersiapkan sebanyak satu kali pertemuan dikarenakan materi yang akan dibahas cukup sulit dan pembahasannya cukup luas, adapun isi rencana pelaksanaan pembelajaran yang penulis lakukan teridiri dari: alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, Metode, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanaan pembelajaran materi yang disampaikan oleh guru adalah Ibadah Haji sub dari bidang studi fiqh dengan memanafaatkan media audio visual berbentuk VCD (Ibadah Haji). Sebelum menyampikan materi terlebih dahulu guru mempersiapkan VCD yang akan diperlihatkan kepada siswa, serta mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman pada saat pembelajaran. Dengan mempersiapkan kebutuhan pengajaran, pelaksanaan pembelajaran yang disampaikan guru dapat berjalan efektif, inovatif, menyenangkan dan tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Mempelajari media VCD (ibadah haji), kemudian guru melakukan observasi terhadap media VCD, sebelumnya guru melakukan pencatatan : Pertama, 57 mempelajari media pembelajaran VCD (ibadah haji) kemudian disesuaikan dengan bidang studi fiqih pada materi ibadah haji. Kedua, mengintegrasiakan media VCD dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan masingmasing alokasi waktu belajar. Ketiga, proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran VCD (ibadah haji). Adapun hasil dari observasi VCD ini adalah: a. Isi materi dalam VCD Ibadah Haji sebagai berikut: 1) Pengertian dan sejarah ibadah haji 2) Hukum ibadah haji 3) Rukun ibadah haji: a) Ihram b) Wukuf c) Thawaf d) Sa’i 4) Wajib haji: a) Ihram b) Berhenti di muzdalifah c) Melontar jumrotul ‘aqobah d) Melontar tiga jumroh b. Durasi waktu. Media pembelajaran VCD dengan materi ibadah haji memiliki durasi waktu 1:20 menit. Kemudian durasi waktu tersebut di sesuaikan dengan mata pelajaran fiqih yang akan dibahas. Masingmasing pembahasan memerlukan waktu sebagai berikut: 1) Untuk pengertian dan sejarah ibadah haji durasi waktu 3 menit : 12 detik 2) Untuk hukum ibadah haji durasi waktu 1 menit : 48 detik 3) Untuk rukun ibadah haji memerlukan durasi waktu 5 menit : 14 detik. 4) Untuk wajib haji memerlukan durasi waktu 5 menit :10 detik. c. Pesan-pesan yang disampaikan dalam VCD ibadah haji dapat sempurna dan dipahami para siswa, maka guru diharapkan dapat mempraktekkan tata cara ibadah haji kepada siswa. Sisa pembahasan lainnya tetap di 58 pelajari dalam kegiatan ekstra kurikuler untuk melengkapi dari materi ibadah haji yang terdapat dalam media pembelajaran VCD (ibadah haji) sehingga lebih tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Setelah dilakukan observasi pada VCD ibadah haji dan pembuatan RPP maka guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam pelaksanan pembelajaran terlebih dahulu mempersiapkan perlengkapan media yang akan diajarkan kepada siswa, mengkordinir keadaan siswa agar pembelajaran kreatif, inopatif dan menyenangkan setelah itu di sela-sela lagkah-langka pembelajaran guru memanfaatkan media VCD sebagai bahan ajar. Kegiatan proses pembelajaran bidang studi fiqih dengan materi ibadah haji dimulai dari jam 08.00 sampai jam 08.45. kegiatan belajar ini diawali dengan menerangkan materi ibadah haji secara garis besar kemudian menayangkan VCD tentang ibadah haji. Selama dalam proses pembelajaran, siswa sangat antusias dan merespon dengan baik terhadap tayangan VCD yang diperlihatkan, hal ini dikarenakan dengan menayangkan VCD ibadah haji merupakan hal yang baru bagi siswa dan siswa dapat secara langsung melihat proses kegiatan ibadah haji yang benar. Selama ini guru bidang studi fiqih hanya menjelaskan pembahasan tata cara ibadah haji sebatas teori dan ceramah sehingga pemahaman siswa sedikit sekali yang di ingat dan di mengerti, bahkan tidak mampu untuk memperaktekan dengan benar tata cara pelaksanaan ibadah haji. Setelah diperlihatkannya VCD (ibadah haji) kemudian guru melakukan tanya jawab dan diskusi mengenai materi yang suda dipelajari kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam materi ibadah haji dan seberapa efektif pelakasanaan pembelajaran menggunakan media VCD (ibadah haji). Dari hasil tanya jawab dan diskusi yang dilakukan terhadap siswa, mengetahui atau memperoleh pakta bahwasannya terdapat peneliti keefektifan penggunaan media VCD (ibadah haji) terhadap pemahan siswa tentang materi ibadah haji. Durasi VCD ini selama 15 menit. VCD ini menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji yang dimulai dari pengertian dan sejarah tentang ka’bah, 59 hukum ibadah haji, serta rukun dan wajib haji. Secara garis besar materi ibadah haji dalam VCD ini adalah: a. Pengertian dan Sejarah ( 3 menit : 12 detik) Firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 96 yang berbunyi: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” Baitullah tidak pernah sepi dikunjungi jutaan manusia dari seantero bumi sejak permulaan sejarah itu sendiri. Ka’bah berasal dari ka’bun yang artinya segi empat, ka’bah telah beberapa kali mengalami perubahan dan perbaikan untuk diperbesarkan, namun falsafah dan peranannya tidak pernah berubah sejak semula. Kawasan sa’i anatara safa dan marwah menyimpan sejarah tersendiri. Sa’i adalah rukun haji ke-empat setelah thawaf di baitullah. Sa’i adalah manifestasi cinta dari perasaan seorang ibu kepada anaknya. Anak adalah amanah Allah SWT, perasaan Siti Hajar istri nabi Ibrahim A.S resah gelisah melihat anaknya Ismail A.S yang kehausan. Bumi Mekkah yang kering kerontang ditelusuri berulang kali antara safa dan marwah mencari-cari air untuk anakny. Maha suci Allah, tidak disangka-sangka ketukan anak kecil yang menangis kehausan, terbit mata air yang berlimpah-limpah, air itu adalah air zam-zam. Arafah memang bersejarah dan banyak menyaksikan peristiwa penting dalam sejarah islam. Arafah juga tempat wukuf bagi umat islam yang mengerjakan ibadah haji. b. Hukum Ibadah Haji ( 1 menit : 48 detik ) Hukum ibadah haji adalah wajib bagi umat islam yang mampu. Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam firman-Nya yang berbunyi: 60 Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. Dalam firman Allah SWT yang lain yaitu dalam Surat Al-Hajj ayat 27-29 yang berbunyi: 27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. 28. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orangorang yang sengsara dan fakir. 29. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). Dalam ibadah haji terdapat rukun dan wajib haji yang harus dialksanakan oleh seluruh jamaah haji. 61 Diagram 1. Pembagian Haji HAJI Rukun Wajib c. Rukun Ibadah Haji ( 5 menit 14 detik ) Rukun haji adalah ibadah dasar yang harus dilakukan oleh jamaah haji. Rukun haji tersebut adalah: Diagram 2. Rukun Haji Rukun Niat Wukuf Thawaf Sa’i Bercukur/Tahalul 1) Niat Pada tanggal 8 Dzulhijjah sebelum berangkat ke Arafah yaitu sewaktu berada di pusat pemukiman boleh berniat ihram haji. Afdhal niat dilakuka di pintu pusat pemukiman setelah sembahyang sunah ihram. Tertib 62 2) Wukuf di Arafah Wukuf adalah berada di bumi Arafah walau seketika mulai tanggal 9 Dzulhijjah sehingga subuh tanggal 10 Dzulhijjah. Semasa wukuf jamaah disunahkan berdzikir dan berwirid 3) Thawaf di Baitullah Setelah berwukuf di Arafah, jamaah wajiblah melakukan thawaf rukun atau thawaf ifadah setelah kembali dari arafah. 4) Sa’i Sa’I adalah berjalan diantara safa dan marwah sebanyak 7x pulang pergi antara keduanya. Bagi yang tidak mampu, sa’I boleh dilakukan dengan menggunakan kereta dorong. Ketika melaksanakan sa’I jamaah haji tidak wajib bermudhu, hanya sunah dilakujkan 5) Bercukur/tahalul Yaitu menggunting sedikit rambut sekurang-kurangnya 3 helai 6) Tertib. Tertib pada kebanyakan rukun, maksudnya adalah rukun haji harus dilakukan mengikut urutan. d. Wajib Haji ( 5 menit : 10 detik ) Perkara wajib haji ialah: Diagram 3. Wajib Haji Wajib Haji Niat ihram Meninggalkan larangan sewaktu ihram Bermalam di Muzdalifah Melontar jumroh aqobah Bermalam di Mina Melontar Jumroh 63 1) Niat Ihram di Miqat. Yaitu membawa maksud ketentuan tempat dan waktu untuk berniat ihram haji atau umroh 2) Meninggalkan larangan sewaktu ihram, yaitu setelah jamaah memakai ihram 3) Bermalam di Muzdalifah. Muzdalifah adalah kota satu malam dalam setahun, disini jamaah haji diwajibkan menginap walaupun seketika. Ketika ini jamaah masih dalam keadaan ihram. Jamaah haji hendaklah berada di kawasan muzdalifah walaupun seketika, setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah, yaitu ketika kembali dari Arafah. Tidak mermalam di Muzdalifah tanpa unsur syar’I berdosa hukumnya dan wajib membayar dam (denda) sewaktu berada disini jamaah disunahkan memungut anak batu untuk melempar jumroh. 4) Melontar jumrotul aqobah. Yaitu merupakan salah satu dari tiga jumroh yang terletak di Mina. Melontar boleh dilakukan mulai setelah separuh malam tanggal 10 Dzulhijjah hingga jatuh matahari tanggal 13 Dzulhijjah. Waktu afdhal melempar jumrotul aqobah adalah pada hari nahar tanggal 10 Dzulhijjah, dimana kawasan umroh akan menjadi tumpuan berjuta-juta jamaah haji pada ketika ini. 5) Bermalam di Mina. Mina dikenal juga sebagai kota 3 hari dalam setahun. Disini jamaah haji diwajibkan menginap pada tiga malam pada hari-hari tasyrik, yaitu malam tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Di Mina jamaah boleh melakukan aktifitas masing-masing di kemah-kemah mereka, seperti berdzikir dan melaksanakan ibadah sunah lain. 64 6) Melontar jumroh. Pada hari tasyrik diwajibkan pula melempar ketiga jumroh, dimulai dengan jumroh ula, wustha dan diakhiri dengan jumroh aqobah. Dari hasil observasi VCD tentang ibadah haji ini penulis dapat menyimpulkan bahwa mengerjakan ibadah haji memerlukan kekuatan fisik dan mental. Persiapan kedua aspek ini perlu ada sejak mendaftar untuk menunaikan ibadah haji. Setiap tahun berjuta-juta umat islam melaksanakannya tetapi belum tentu semuanya dapat melakukan dengan sempurna dan penuh ketakwaan. Haji adalah ibadah praktikal, semua perkara, semua perkara yang diwajibkan sewaktu sewaktu menyempurnakannya berbentuk perbuatan, umat islam perlu menyelami hakikat dibalik perbuatan tersebut. Jika ada kesempatan sementara menunggu tiba hari wukuf jamaah boleh membuat lawatan (kunjungan) ke Arafah, Mina dan kawasan haji lain untuk melihat suasana dan kawasan tersebut untuk menambah semangat melaksanakan haji dengan sempurna. E. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual Keefektifan media audio visual dalam pembelajaran berhubungan dengan banyak faktor diantaranya : Metode , bila media pembelajaran sudah dianalisis dan dinyatakan baik oleh para prktisi pendidikan namun dalam pemanfaatannyatidak didukung oleh metode pembelajaran yang tepat, maka media tersebut tidak akan banyak memberikan manfaat bahkan akan menjadi tontonan belaka. Media pembelajaran biasanya dapat dijadikan sebuah bahan pembelajaran sebelum siswa melaksanakan diskusi atau praktek. Kondisi siswa, kondisi siswa yang sehat tentu berdeda dengan siswa yang tidak sehat, contoh siswa yang mengalami pusing akan bebeda hasil belajarnya dengan siswa yang tidak mengalami pusing. Sarana dan Prasarana. Yaitu berbagai alat yang mendukung dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sarana dan prasarana di SMK Al-Hidayah Lestari sudah dikatakan cukup memadai karena sudah ada LCD, pengeras suara ( 65 sound ), tempat duduk, ruangan, pencahayaan, dan suhu udara yang baik dan mendukung untuk pemanfaatan media pembelajaran. Waktu. Waktu penayangan media audio visual juga harus diperhatikan, waktu yang terlalu lama atau sebentar akan mempengaruhi tehadap hasil penggunaan media audio visual. Waktu penayangan yang terlalu lama akan menghabiskan banyak waktu, sehingga waktu pembelajaran sudah habis hanya untuk melihat video, selain itu penayangan yang terlalu lama juga akan mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. Tipe mengajar guru. Gaya mengajar guru juga mempengaruhi dalam keberhasilan belajar media pembelajaran, seperti guru yang otoriter, demokratis, apatis. Bila gaya mengajar guru yang otoriter, komunikasi hanya akan terjadi satu arah yaitu hanya dari guru saja. Bila gaya mengajar guru demokrasi maka komunikasi akan menjadi dua arah, baik siswa ataupun guru sama-sama dapat menyampaikan pendapatnya sehingga suasana belajar menjadi menarik. Sedangkan gaya apatis akan menyebabkan siswa menjadi tidak terkontrol Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka efektifitas penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari indikator yang akan disebutkan pada pembahasan dibawah ini. 1. Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran Setelah pembelajaran selesai, kemudian penulis melakukan uji efektifitas bertujuan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari efektifitas penggunaan media audio visual. Uji efektifitas tersebut dilakukan dalam bentuk tes tertulis, soal tersebut berjumlah 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice). Soal ini diberikan setelah pembelajaran selesai, selama mengerjakan soal siswa tampak tenang dan tidak ada yang menyontek. Setelah kurang lebih 25 menit, siswa telah selesai mengerjakan soal yang penulis berikan, kemudian jawaban siswa dimasukkan kedalam komputer untuk dianalisis. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada table dibawah ini: 66 Table 5 Hasil Belajar Siswa No. 1. Nama Siswa Dwi Sabtomo Skor Nilai Pembelajaran Pilihan Ganda Ibadah Haji L 20 67 P 23 77 P 21 70 L/P Hadi 2 Kanah 3 Anisa Sri Madani 4 M. Afrizal L 18 60 5 Riansyah L 22 73 6 Neiza F.M P 25 83 7 Saeful Bahri L 20 67 8 Tajudin L 23 77 9 Setiatin P 26 87 Amalia 10 Pudji Yulianti P 24 80 11 Adam Renaldi L 25 83 12 Rizki L 21 70 Irwansyah 67 13 Ferdyanto L 26 87 14 Rega Hadi L 23 77 15 Apriliani P 22 73 16 M. Iqbal L 27 90 17 Kartika P 24 80 18 Emma Aprilia P 24 80 19 Putri P 24 80 Rahmawati 20 Iksan Safe’i L 29 97 21 Yani Ariska P 23 73 22 Hemaditha I.F P 19 63 23 M. Teguh L 24 80 24 Lulu Lutfiyanti P 24 80 25 Sintia P 24 80 Imam Rahmawati 26 Siti Hafshah P 17 57 27 Lisdiah P 27 90 P 21 70 P 26 87 Anggraini 28 Siti Nurkhasanah 29 Ella Wati 68 30 Lisa Aprilia P 22 73 Nurhayati 31 Amriyati P 29 97 32 Selvira P 27 90 P 22 73 25, 7 77, 90 Anggraini 33 Angger Evita Nilai Rata-Rata Setelah dilakukan tes, penulis mengambil beberapa orang siswa untuk diwawancarai, mereka adalah yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang dan terendah, untuk mengetahui bagaimana efektifitas keberhasilan siswa setelah menggunakan media audio visual. Hal tersebut dapat diketahui dari indikatorindakator yang ada, yaitu: a. Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap kegiatan belajar mengajar Penulis berhasil mewawancarai beberapa siswa kelas X AP2. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan pertama yang bernama Amriyati, siswi kelas X AP2 yang mendapatkan nilai tertinggi pada materi pelajaran ibadah haji yang disampaikan menggunakan media audio visual. “...Sebelum memulai pelajaran saya menyiapkan buku materi dan tidak lupa berdo’a agar dimudahkan dalam menuntut ilmu. Selaian itu sehari sebelumnya saya belajar tentang materi yang akan dibahas, seperti mengulas dan mempelajari materi ibadah haji agar materinya dapat saya kuasai...” Demikian pula halnya dengan hasil wawancara pada informan II yang bernama Neiza F.M yang juga mendapatkan nilai tinggi pada mata materi ibadah haji. “...Seperti biasanya, sebelum pelajaran dimulai saya mempersiapkan diri dengan membaca-baca materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru...” 69 b. Mengembangkan suasana belajar yang akrab, positif dan menyenangkan. Suasana belajar di dalam kelas ditentukan melalui media yang digunakan guru untuk menciptakan suasana yang akrab, positif dan menyenangkan. Guru menggunakan media audio visual sebagai media pengajaran dalam materi Ibadah haji membuat siswa merasa senang dengan kegiatn belajar yang berlangsung. Berikut hasil wawancara dengan informan I kelas X AP2 yang bernama Amriyati: “ Saya sangat menyukai media pembelajaran VCD (Ibadah Haji) dan saya merasa senang ketika guru menggunakan media VCD sebagai sarana belajar...” Suasana belajar mengajar yang akrab sangat membantu siswa untuk meraih keberhasilan dalam belajar. Karena kegiatan belajar yang menyenangkan pasti disukai oleh siapapun. Dan peran guru yaitu mengupayakan agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan. Media audio visual inilah yang gunakan oleh guru untuk menimbulkan rasa senang siswa terhadap kegiatan belajar tersebut. Berikut yang disampaikan oleh informan II, yaitu Neiza F.M: “...Saya menyukai proses belajar dengan menggunakan media, bagi saya guru yang menggunakan media memberikan kebebasan untuk berimajinasi...” Berdasarkan wawancara terhadap para informan, menunjukkan bahwa siswa merasa senang dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan media VCD. c. Ketepatan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan Pemilihan materi ibadah haji dan media VCD yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran sehingga materi mudah dipahami. “...Pelajaran ibadah haji membutuhkan praktek, kalau hanya dengan ceramah saja mungkin saya kurang memahami, dan saya juga berharap materi pelajaran bisa disampaikan menggunakan media yang tepat, seperti VCD. Karena jika tidak tepat maka pelajarannya tidak dapat dimengerti...”. (Wawancara dengan informan III, Adam Renaldi) Media VCD memudahkan transfer pengetahuan kepada para siswa, sehingga hal ini juga berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam pelajarannya. Karena 70 materi yang disampaikan melalui media VCD dirasakan sangat mudah ditangkap oleh siswa. Berikut penuturan informan dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis. “...Dengan menggunakan media VCD penjelasannya dapat diingat dan mudah dipahami...”(Wawancara dengan informan IV, M. Afrijal) Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh para informan, dapat diketahui bahwa pemanfaatan media VCD harus disesuaikan dengan kemampuan para siswa agar lebih memudahkan siswa dalam memahami pelajaran. d. Memberikan pengalaman belajar yang efektif dan melibatkan siswa secara aktif Media VCD sangat tepat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, apalagi materi yang disampaikan adalah ibadah haji, dimana terdapat tuntunan yang sifatnya praktis, membutuhkan contoh riil untuk dipraktekkan oleh siswa. Siswa juga terlibat aktif dalam pembelajaran materi ibadah haji dengan mempraktekkan beberapa hal dalam tuntunan ibadah haji, seperti thawaf, sa’i maupun melempar jumroh. Setelah dilakukan wawancara, ternyata hal ini serupa dengan jawaban yang dilontarkan informan III. “...Saya pribadi senang sekali ketika belajar guru menggunakan media VCD pada materi ibadah haji karena saya dapat melihat langsung bagaimana tata cara ihram, thawaf, sai, tahalul, melempar jumroh dan lain-lain...” (Wawancara dengan informan IV, M. Afrijal) Adapun jawaban dari pertanyaan penulis terhadap informan III Adam Renaldi adalah sebagai berikut. “...Saya memperhatikan dan mencatat materi yang saya anggap penting dan menanyakan hal-hal yang belum saya mengerti...” (Wawancara dengan informan III, Adam Renaldi) Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa media VCD mampu memberikan pengalaman langsung terhadap siswa sehingga memudahkan siswa dalam mempraktekkan pelaksanaan kegiatan ibadah haji serta mampu membuat siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. 71 e. Metode tepat sesuai dengan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan indikator Ketepatan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi disesuaikan dengan standar komptensi (SK) standar kompetensi dalam materi ini adalah memahami rukun islam yanng kelima (Ibadah Haji), oleh karena itu penulis yang dalam penelitian ini menggunakan media VCD sebagai alat penyampaian materi sangat sesuai dengan kompetensi dasar yaitu adanya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. ”...Materi yang guru PAI sampaikan melalui media VCD telah sesuai dengan indikator pembelajaran yang terdapat dalam buku paket pelajaran PAI...” (Wawancara dengan informan III, Adam Renaldi) Sedangkan kompetensi dasar dalam materi ibadah haji ini adalah menjelaskan hukum, rukun dan wajib haji. Dengan demikian penggunaan media VCD dapat memudahkan siswa dalam memahami materi ibadah haji. “...Isi materi ibadah haji yang disampaikanmelalui VCD sama dengan materi yang ada di buku paket, tetapi VCD lebih memudahkan saya dalam belajar ketimbang buku paket...” (Wawancara dengan informan I, Amriyati) Pemanfaatan media VCD harus disesuaikan dengan indikator dan standar kompetensi agar tujuan dari indikator pembelajaran tersebut dapat tercapai. f. Kompetensi Guru dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Efektifitas kegiatan belajar mengajar ditentukan juga oleh kemampuan guru dalam menguasai pelajaran dan pemilihan metode yang tepat untuk menyampaikan materi kepada siswa, sehingga proses belajar berlangsung lancar dan efektif. Pemilihan media VCD adalah langkah tepat yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi ibadah haji, karena ibadah haji membutuhkan contoh praktek yang bisa diikuti oleh para siswa. “...Saya merasakan ada perbedaan ketika saya belajar menggunakan media VCD, Materi yang disampaikan lebih mudah diterima, saya dapat melihat bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah haji dengan sangat jelas dan tidak membosankan...” (wawancara dengan informan I, Amriyati). 72 “…Guru sudah mempersiapkan segala perlengkapan media di kelas sebelum siswa masuk kelas, semua sudah tertata rapi mulai dari VCd, laptop, pengeras suara (sound), dan infocus…”.(Wawancara dengan informan I, Amriyati) Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa pemanfaatan media VCD harus didukung oleh kemampuan guru dalam menggunakan media VCD tersebut dan kesesuaian antara materi pelajaran dan isi dari VCD tersebut. g. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan Salah satu indikator efektivitas pembelajaran melalui media audio visual (VCD) adalah tercapainya tujuan instruksional yang telah ditetapkan, yaitu hasil belajar yang bagus yang tertuang dalam nilai pada hasil tes materi ibadah haji (bisa dilihat di table 5. Hasil Belajar Siswa). Hal ini tidak lepas dari perhatian siswa terhadap materi ibadah haji yang disampaikan melaui media VCD, seperti yang dibincangkan informan dalam wawancara: “...Saya menyimak dan memperhatikan dari awal sampai akhir pelajaran selesai...”(Wawancara dengan informan I, Amriyati). Setelah dilakukan wawancara dengan informan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa media VCD adalah media yang efektif dalam penyampaian materi ibadah haji, sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan “...Kalau belajar dengan media VCD, belajarnya menjadi semangat dan mudah dipahami...” (Wawancara dengan informan II, Neiza F.M) Media audio visual VCD ternyata memiliki peranan penting terhadap hasil belajar siswa, dikarenakan media VCD adalah media yang menarik, sehingga siswa tertarik untuk mengikuti proses belajar sampai selesai, selain itu materi ibadah haji yang disampaikan dengn metode VCD menjadi lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa, sehingga hal ini juga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. 73 2. Komunikasi Pembelajaran Berbentuk Media Audio Visual Komunikasi pembelajaran berbentuk media audio visual ini menggunakan jenis komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah ini adalah apabila para pelajar bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Diagram 4. Bentuk Komunikasi Dua Arah Guru Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Proses pembelajaran tatap muka antara guru dan siswa biasanya dilakukan di dalam kelas (ruangan), guru dalam prose situ lebih berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa penerimanya. Meskipun komunikasi antar guru dan siswa dalam pross pembelajaran termasuk komunikasi publik atau kelompok, guru sewaktuwaktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antar personal; hal ini bisa dilakukan karena proses komunikasi tatap muka di kelas mempunyai kelompok yang relatif kecil. Terjadinya komunikasi dua arah atau dialog dimana siswa menjadi komunikan sekaligus sebagai komunikator, demikian pula guru.4 3. Pengamatan Terhadap Siswa Melalui Rekaman Handycam Setelah penulis mengamati tingkah laku belajar siswa yang direkam melalui handycam, penulis membaginya menjadi empat tahapan yakni fase motivasi, konsentrasi, pengolahan informasi, dan umpan balik. Adapun deskripsi hasil pengamatannya adalah sebagai berikut : Pertama fase motivasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa tampak termotivasi dalam 4 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 10 74 mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini ditunjukan dengan besarnya rasa antusias, rasa ingin tahu, dan ketertarikan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kedua fase konsentrasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa tampak berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini ditunjukan melalui tingkah laku siswa dalam memfokuskan penglihatannya pada tayangan VCD ibadah haji. Ketiga fase pengolahan informasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa tampak melakukan pengolahan informasi. Hal ini ditunjukan oleh tingkahlaku siswa yang memperhatikan penayangan VCD ibadah haji, kemudian mencatatnya, berfikir sebelum menjawab pertanyaan, dan kemampuan siswa dalam menyimpulkan pembelajaran ibadah haji. Keempat fase umpan balik, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa mampu memberikan umpan balik. Hal ini ditunjukkan ketenangan siswa saat mengerjakan soal yang diberikan, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. F. Upaya SMK Al-Hidayah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu pengetahuan, cukup kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan fungsi pendidikan nasional tersebut diharapkan semua sekolah dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa dengan cara meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan. Upaya yang dilakukan oleh SMK Al-Hidayah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekolah dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan 75 dan fasilitas dari tahun ke tahun demi kemajuan sekolah tersebut. Hal ini dapat terlihat dari segi peningkatan pembangunan sarana dan prasarana sekolah seperti penambahan kelas, pelebaran ruang lab, penambahan peralatan media. Dari segi kualitas guru, hampir semua guru memiliki jenjang pendidikan SI. Dalam upaya meningkatkan para guru, sekolah sering mengikutsertakan para guru pada seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan, dengan diikut sertakannya para guru diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan pengetahuan siswa. Untuk mengisi waktu luang siswa, sekolah mengadakan kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan bakat yang dimiliki siswa. Kegiatan ekstrakulikuler yang dimiliki sekolah antara lain paskibra, futsal, follyball, dan band. Kegiatan ini untuk menyalurkan kemampuan yang dimiliki siswa. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan perumusan masalah “Bagaimana Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Ibadah Haji)” dan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan bantuan media audio visual sangat efektif, hal ini terbukti dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah penulis tetapkan dalam rencana program pengajaran dan mencukupinya waktu yang disediakan untuk proses pembelajarn. Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dibuktikan melalui hasil uji berupa soal materi ibadah haji dan wawancara terhadap siswa tersebut. 2. Pemanfaatan media VCD (ibadah haji) dalam proses belajar mengajar merupakan kreatifitas guru dalam rangka meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi ibadah haji secara optimal. 3. Tes materi ibadah haji yang diujikan pada siswa menunjukkan hasil belajar yang memuaskan. Nilai yang diperoleh siswa dalam materi ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar yang dievaluasikan oleh guru mata pelajaran fiqh dengan memanfaatkan media VCD (ibadah haji) menunjukan 76 77 peningkatan yang signifikan. Berikut adalah nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada materi ibadah haji: Jumlah siswa 33 siswa Rata-Rata Ketepatan Menjawab (30 soal) 25,7 Nilai Rata-rata 77,90 Adapun untuk nilai pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelumnya yaitu 6, 20. Jadi, dalam penggunaan media VCD ibadah haji ini, nilai rata-rata siswa kelas X AP2 SMK AL-Hidayah Lebak Bulus meningkat sebanyak 1, 59. 4. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan pelaksanaan pemanfaatan media VCD (ibadah haji) pada saat pembelajaran sangat efektif. Materi ibadah haji merupkan materi yang cukup sulit menjelaskannya karena materi tersebut membutuhkan keterampilan serta dapat memperaktikan, penggunakan media VCD (ibadah haji) yang menampilkan gambar, suara dan gerak secara bersamaan secara langsung dapat berinteraksi bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah haji dengan tertib dan benar. Sifatnya yang praktis atau ringan dan persiapan yang maksimal memudahkan guru menggunakan media VCD (ibadah haji) tanpa mendapatkan kendala, membebankan bahkan menyulitkan guru dalam proses belajar mengajar, hal itu dapat dirasakan siswa dengan pembelajarannya memanfaatkan media tidak membosankan dan menjenuhan, serta persiapan perencanaan pembelajaran yang maksimal membawa pengaruh keberhasilan belajar. 78 B. Saran-Saran Secara garis besar disimpulkan bahwa media audio visual sangat baik digunakan dalam pembelajaran, namun dalam penggunaan media pembelajaran ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu: kesesuaian antara media pembelajaran dengan materi pembelajaran, efisiensi waktu yang dibutuhkan dalam pemutaran media pembelajaran dan persiapan siswa dalam menerima pelajaran. Selanjutnya, untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam penggunaan media pembelajaran di sekolah, penulis juga menyarankan kepada pihak sekolah, guru maupun siswa, diantaranya yaitu: 1. Sekolah Kepada pihak sekolah hendaknya meningkatkan kompetensi para guru khususnya dalam memanfaatkan fungsi media pembelajaran, mengingat dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan media audio visual sangat efektif terhadap keberhasilan belajar siswa. Selain itu, pihak sekolah juga diharapkan dapat menyediakan fasilitas penunjang untuk mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran di sekolah, seperti menyediakan proyektor, LCD (infocus) serta ruangan kelas yang nyaman agar siswa bisa berkonsentrasi dalam proses pembelajaran tersebut. 2. Guru a. Kepada para guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam hendaknya menggunakan berbagai macam metode dan media pembelajaran agar siswa lebih mudah menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan. b. Guru harus meningkatkan pemahamannya tentang pemanfaatan media pembelajaran agar dalam proses pembelajaran pemanfaatan media bisa optimal. 79 c. Guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengkondisikan siswa agar tercita suasana belajar yang efektif. d. Guru harus lebih tanggap terhadap perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan, sehingga kedepannya proses belajar mengajar dapat memanfaatkan media teknologi yang tentunya akan semakin mempermudah proses pembelajaran. 3. Siswa a. Siswa hendaknya lebih kreatif dalam mencari ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada seperti buku bacaan, internet dan VCD pengetahuan, tidak hanya mengandalkan materi yang disampaikan oleh guru saja. b. Siswa harus memiliki motivasi dan keinginan belajar yang tinggi, agar proses menerima materi pelajaran di kelas pun akan terasa mudah. 80 Daftar Pustaka 1. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 2. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Bandung: Angkasa, Cet. I, 2003 3. Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT pena Citasatria, Cet: 1, 2008 4. Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: PT. Ciputat Press, Cet. II, 2005 5. Arief S. Sudirman, dkk. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Medyatama Saran Perkasa, 1989 6. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ciputat Press, Cet. I, 2002, 7. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, cet.ke-XIII, 2010 8. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media 9. Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996 10. Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alpabeta, 2009 11. Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007 12. Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h.170 13. http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran 14. http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengertian efektifitas. 15. 1http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010. 81 16. http://www.depdiknas.co.id, 20 Mei 2010. 17. http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 18. 1http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 19. John D. Latuheru, Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud, 1982 20. Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, Cet. I, 2007 21. Mahfudz Sholahudidin, Media Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986 22. Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, Cet: VI, 3003 23. Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, Jakarta: Rineka Cipta, 1998 24. Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2002. 25. Nana Sudjana , Proses Belajar Mengajar, Bandung: Mandar Madju 1989 26. Nasution, Teknologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 1994 27. Prof. Dr. Robert K. Yin, Studi kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet ke-4, 2004 28. Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 29. Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press, 1987 30. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002. 31. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materil. Jakarta: Prima Karya, 1987. 32. TB. Wahyudi. Media Komunikasi Massa Television, Bandung: Alumni 1980 82 33. Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada KTSP, Jakartaa: Kencana, cet: 1, 2009. 34. Yayat, Efektifitas Penyetaraan Program S1 Bagi Guru-Guru SMK (Penelitian Pada Guru-Guru SMK di Kotamadya Bantul), (Tesis Program Pasca Sarjana UNY, 2001) 35. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Suatu Pendekatan Baru, Ciputat: Gaung Persada Press, 2008 36. Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. I, 1995 37. Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, Cet. I, 2002.