Tugas 1 Survei Tanah dan Evaluasi Lahan Disusun Oleh: 1. DEWI FATMOSARI 115040213111001 2. EDINA KUSUMA WARDANI 115040200111161 3. DODDY KURNIAWAN 115040201111117 KELAS F PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 1. Peta Skala Besar dan Peta Skala Kecil a. Contoh: Peta skala kecil: Peta Benua Asia, Benua Eropa, Benua Afrika, Negara Indonesia. Misalnya: Skala 1:250.000, skala 1:500.000 Peta skala Besar: peta Kota Probolinggo, peta Kecamatan Mayangan di Kota Probolinggo, peta Kabupaten Probolinggo. Misalnya: Skala 1:1000, Skala 1: 1500 b. Perbedaan: Peta skala kecil: a. Mencakup area yang luas b. Namun informasi yang terekam semakin sedikit c. Angka atau nominal skalanya semakin besar Peta skala besar: a. Mencangkup area yang semakin sempit atau kecil b. Informasi yang terekam semakin lengkap atau detail c. Angka atau nominal skalanya semakin kecil 2. Survei Tanah Bertujuan Umum dan Khusus a. Contoh: Survei Tanah untuk Tujuan Umum: Peta yang menyajikan informasi kenampakan permukaan bumi seperti adanya gunung, sungai, danau, lintasan jalan raya dan lainnya. Pembuatan peta pedologi yang menyajikan sebaran satuan-satuan tanah yang ditentukan menurut morfologi serta data sifat fisik, kimia dan biologi yang dikumpulkan di lapangan dan laboratorium. Survei Tanah untuk Tujuan Khusus: Untuk membudidayakan suatu tanaman, untuk pengembangan Irigasi. b. Kelebihan dan Kekurangan masing-masing adalah: Kelebihan: a. Survei Tanah untuk Tujuan Umum Sangat bermanfaat untuk diterapkan di wilayah-wilayah yang masih belum berkembang, yang faktor fisik lingkungannya(potensi penggunaan lahan) belum banyak diketahui,sehingga dapat diketahui untuk apa lahan tersebut dimanfaatkan untuk kedepannya yang paling potensial. Dan mampu memenuhi untuk semua tujuan dan keperluan. b. Survei Tanah untuk Tujuan Khusus Sangat bermanfaat diterapkan di wilayah berkembang atau wilayah berpenduduk padat dengan syarat mencantumkan informasi daerah dan penggunaan lahan tersebut, yang berpotensi untuk dikembangkan telah diketahui dan dapat direncanakan penggunaan khususnya. Kekurangan: a. Survei Tanah untuk Tujuan Umum Satuan peta harus didasarkan pada morfologi tanah, sehingga tidak boleh salah dalam menentukan morfologi, selain itu beberapa dari pengguunaan lahan tersebut belum diketahui. b. Survei Tanah untuk Tujuan Khusus Tidak mampu memenuhi semua tujuan atau keperluan. 3. Pengguna Survei Tanah Menurut Rossiter (2000), mencoba memerinci beberapa pengguna survei tanah, seperti yang diuraikan berikut ini: a. Pengelola Lahan Yaitu petani, peternak, pengelola hutan, dan pengelola perkebunan. Kelompok ini akan memutuskan apa yang sebaiknya dilakukan atas lahannya, misalnya untuk apa dan bagaimana sistem pengelolaan yang tepat. Pengambilan keputusan ini berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan menyesuaikan dengan kondisi lahan. b. Penyuluh Lapang Kelompok ini bertugas memberikan penyuluhan kepada pengelola lahan, bagaimana lahan tersebut dimanfaatkan sesuai dengan kesesuaian lahan supaya lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal yang berpedoman pada hasil survei. c. Industri Jasa yang Berhubungan dengan Penggunaan Lahan Misalnya lembaga pemberi kredit, bank dan kelompok investor. Kelompok ini memfasilitasi penggunaan lahan dan membutuhkan informasi apakah lahan tersebut akan menghasilkan dan mengunrungkan secara ekonomi. d. Perencana Penggunaan Lahan Pedesaan dan Perkotaan Kelompok pengguna ini merekomendasikan atau memfasilitasi jenis-jenis penggunaan lahan tertentu didaerah yang berbeda. e. Lembaga Pengendali Penggunaan Lahan Merupakan kelompok perencana penggunaan lahan dengan kewenangan khusus untuk mengatur penggunaan lahan,. Sebagai contoh, sebagai contoh, di Belanda jumlah pupuk kandang yang boleh diberikan setiap hektar lahan ditentukan oleh jenis tanah untuk menghindari populasi air tanah. f. Badan Otoritas Pajak Di beberapa negara, pajak atas lahan didasarkan pada produksi potensial lahan. Semakin subur tanahnya semakin tinggi pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik lahan tersebut. g. Pakar dalam Bidang Rekayasa Ahli-ahli rekayasa (keteknikan) sangat memerlukan hasil survei tanah untuk menentukan apa yang harus diperhatikan dalam membangun gedung, jalan maupun pipa-pipa saluran minyak dan gas bumi agar tidak mudah mengalami korosi. h. Pengelola Lingkungan yang Menggunakan Tanah Sebagai Unsur Ekologi Landsekap Hasil survei tanah dapat menunjukkan lokasi-lokasi dalam suatu daerah yang memiliki resiko tinggi jika digunakan untuk kepentingan tertentu. i. Peneliti Mengkaji tanggapan lahan terhdap berbagai penggunaan lahan dan strategi pengelolaannya. Termasuk dalam kelompok ini adalah peneliti pada plot percobaan, yang berharap bahwa satuan tanah yang berbeda akan memberikan tanggapan (respons) yang berbeda pula terhadap macam pengelolaan yang diterapkan. 4. Menurut Rossiter (2000), pertanyaan yang bisa dijawab dari hasil survei tanah adalah: a. Menyimpulkan keseluruhan daerah kajian. Apa kelas (taksa) tanah yang dijumpai di daerah yang dikaji? Bagaimana proporsi masing-masing kelas yang ada di daerah tersebut? Berapa persen dari daerah tersebut yang diduduki oleh tanah dengan sifat-sifat tertentu? (misalnya tanah yang berbatu pada kedalaman kurang dari 50 cm.) b. Pada lokasi tertentu (pada suatu daerah yang dipilih). Apa kelas (taksa) tanah pada lokasi tersebut? Bagaimana sifat tanah pada lokasi tersebut? Bagaimana pola spasial dari kelas tanah pada dan di sekitar lokasi tersebut? Bagimana pola spesial dari sifat-sifat tanah pada atau di sekitar lokasi tersebut? c. Memilih lokasi daerah yang diinginkan. Dimana lokasi kelas-kelas (taksa) tanah tertentu (misalnya Mollisol) di daerah tersebut dapat dijumpai? Dimana lokasi tanah-tanah yang memiliki sifat-sifat tertentu (misalnya berdrainase baik, KTK tinggi, pH netral, KB> 50% dll) dapat dijumpai? Dimana sifat-sifat tanah dengan pola spasial tertentu (misalnya yang berdrainase baik, KB>50%, tidak berkerikil dan lain-lain, yang berdekatan dengan tanah yang memiliki drainase buruk, KB>50%, dekat sumber air dan lain-lain) dapat dijumpai? 5. Kategori dalam Soil Taxonomy dan Kaitannya dengan Peta Tanah Kategori dalam soil taxonomy ada 6, yaitu: a) Ordo (12 taksa) b) Subordo (63 taksa) c) Great group (>250 taksa) d) Subgroup (> 1400 taksa) e) Family (>8000 taksa) f) Seri (di AS>19.000) Kaitan soil taxonomy dengan peta tanah Dalam pembuatan peta tanah perlu diketahui kategori-kategori dalm soil taxonomy dengan tujuan mengelompokkan tanah tersebut dan memberikan warna yang berbeda dalam pembuatan peta tanah tersebut. Dan untuk mengambarkan garisgaris batas tanah yang dijumpai di lapang. 6. Contoh Peta tanah Contoh Peta Evaluasi Lahan Perbedaan Antara Peta Tanah dan Peta Evaluasi Lahan Peta tanah dibuat untuk memperlihatkan sebaran taksa tanah dalam hubungannya dengan kenampakan fisik dan budaya dari permukaan bumi. Peta evaluasi lahan dibuat untuk pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan, meliputi klasifikasi kesesuaian lahan dan kemampuan lahan. Diantara keduanya mana yang lebih penting bagi: a. Petani Bagi petani, peta evaluasi lahan lebih penting daripada peta tanah karena petani dapat langsung menerapkan atau mengaplikasikan tanaman yang akan dibudidayakan apabila sudah mengetahui kesesuaian dan kesuburan tanah tersebut dengan komoditas yang sesuai. b. Peneliti Bagi peneliti, peta tanah lebih penting karena sebelum melakukan penelitian selanjutnya seorang peneliti lebih baik mengetahui jenis tanahnya serta batasbatas serta ciri fisik tanah tanah terlebih dahulu agar lebih detail dan jelas terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi. c. Konsultan Perkebunan Bagi konsultan perkebunan, peta evaluasi lahan lebih penting karena dapat menentukan daerah mana yang sesuai untuk perkebunan dan tanah mana yang tidak sesuai dan dapat memudahkan dan mengaplikasikan secara langsung komoditas yang akan ditanam pada lahan tersebut sehingga para konsultan dapat secara cepat menginformasikan kepada petani atau pekerja lainnya. d. Mahasiswa Bagi mahasiswa, lebih penting mengetahui peta tanah karena dengan mengetahui peta tanah sebagai informasi awal mahasiswa dapat menentukan apa saja yang akan dilakukan pada pekerjaan selanjutnya sehingga lebih terperinci dan spesifik lagi dalam mempelajarinya ataupun dalam pekerjaan lainnya. 7. Deskripsi Profil Tanah Spodosol a. Pembentukan Profil dan Karakter Tanah Spodosol Spodosol merupakan tanah mineral yang memiliki horizon spodik dengan akumulasi bahan organic dan oksidasi aluminium (Al) dengan atau tanpa oksidasi besi (Fe). Horizon iluvial ini dijumpai dibawah horizon eluviasi, biasanya suatu horizon albik (berwarna merah muda, memadai bila disebut abu kayu). Terbentuk di wilayah iklim humid, di bawah vegetasi hutan basah dan berkembang dari bahan endapan dan batuan sediment kaya kuarsa yang dipercepat oleh adanya vegetasi yang menghasilkan serasah asam. Senyawa – senyawa organic tercuci ke bawah bersama air perkolasi sehingga tanah di permukaan menjadi berwarna terang, sedangkan horizon bawah menjadi berwarna gelap karena terjadinya selaput organic pada butir-butir tanah. Species tumbuhan yang memiliki kadar ion logam rendah, seperti pinus, kelihatannya merangsang pertumbuhan spodosol. Dengan membusuknya daun-daun yang rendah kadar ion logamnya, kemasaman tinggi akan terbentuk. Air perkolasi membawa asam-asam itu kebagian profil tanah yang lebih dalam. Horizon atas hancur karena pencucian intensif oleh asam. Sebagian besar mineral, dipindahkan kebagian lebih dalam. Oksida aluminium dan besi serta bahan organic akan diendapkan di horizon bagian bawah, sehingga menghasilkan profil spodosol yang menarik. b. Profil Tanah Spodosol Mengikuti definisi kuantitatif taksonomi tanah, tanah diklasifikasi sebagai spodosol, apabila memiliki horizon dengan semua sifat berikut : i. Tersementasi dengan kelembaban minimum 10 cm; ii. Terletak langsung dibawah horizon albik, pada 50 % atau lebih dari setiap pedonnya; iii. Batas atas berada dalam kedalaman <50 cm, apabila kelas besar butirnya berlempung kasar, skeletal berlempung, atau lebih halus atau <200 cm. Apabila kelas besar butirnya berpasir, dan; iv. Batas bawah pada kedalaman 25 cm atau lebih, dari permukaan tanah. c. Dalam hal ini Spodosol mencakup Tanah-tanah yang disebut : Podzol dan Podzol Air Tanah. Ciri – ciri morfologi tanah spodosol tersusun atas : Horizon A2, merupakan lapisan yang mencirikan berupa abu berwarna pucat dengan tekstur liat berlempung, berminyak jika dipijat, kadang-kadang ada konkresi. Horizon B dibedakan dengan jelas dari horizon diatasnya oleh warnanya yang coklat kelam sampai coklat biasa, tekstur lebih halus, struktur tiang akibat saling koagulasi Al dan Fe yang bermuatan positif dengan bahan organik yang bermuatan negatif, sering kali horizon ini mengandung padas. Horizon BC dan C, makin bawah warnyanya makin mendekati warna bahan induk dan tekstur makin kasar. d. Penyebaran Spodosol Spodosol adalah Tanah – tanah yang secara unik berkembang dari endapan pasir kuarsa, dan/atau batu sedimen berupa batu pasir kuarsa. Vegetasi alami yang tumbuh biasanya spesifik jenisnya. Yaitu vegetasi yang mampu berkembang subur di Tanah masam, seperti kantung Semar dan Pakupakuan. Banyak tanah dari timur laut amerika serikat, termsuk bagian utara michigan dan winconsin yang dulunya digolongkan sebagai podsol, podsolik coklat dan podsol air tanah termasuk dalam spodosol. Sebagian dari mereka adalah orthod, suatu spodosol umum. Akan tetapi beberapa adalah aquod, karena tanah ini selama musim tertentu jenuh dengan air dan mempunyai ciriciri yang berasosiasi dengan kebasahan, seperti akumulasi bahan organik yang tinggi, becak-becak pada horizon albik dan terbentuknya semacam lapisan keras (duripan) pada horizon albik. Daerah-daerah dari aquod adalah Florida. Daerah spodosol dibagian timur laut membentang ke kanada. Daerah luas lainnya dari golongan ini dijumpai dibagian utara eropa dan siberia. Daerah yang kurang luas tetapi penting ditemuakan di amerika selatan dan dipegunungan daerah beriklim sedang. Di Indonesia sendiri penyebaran endapan pasir dan batu pasir kuarsa yang secara geologis sangat luas, terdapat di kalimantan tengah, serta setempat-setempat di kalimantan barat dan kalimantan timur. Di pulau lain nampaknya tidak luas penyebaranya dan setempat – setempat terdapat disulawesi dan sumatra. Landform – nya dimasukkan sebagai dataran tektonik. Lanscape luas tanah spodosol seluruhnya diperkirakan 2,16 juta ha atau 1,1 % wilayah dataran indonesia. Penyebaranya paling luas terdapat di kalimantan tengah sekitar 1,51 juta ha, kemudian dikalimantan barat 0,42 juta dan kalimantan Timur 0,15 juta ha. Di silawesi tengah, tengah, selatan dan tenggara dipearkirakan terdapat antara 11-25 ribu ha. e. Pengaruh Spodosol dalam Pertanian Dari empat sub-ordo dalam kelompok spodosol, yang sering kali dibuka untuk pertanian adalah Haplorthods yaitu spodosol yang terbentuk diwilayah beriklim basah, dengan curah hujan tunggi dan rezim kelembaban tanah udik dan aquods yaitu spodosol basah atau jenuh air dengan drainase sangat terhambat dan sering kali mempunyai permukaan air tanah berada dekat dengan permukaan tanah. Data dari analisis tanah dari beberapa pedon Spodosol dari kalimantan tengah dan kalimantan barat menunjukkan bahwa, Spodosol termasuk tanah dengan kelas besar butir berpasir, dengan kandungan fraksi pasir tinggi (65-96 %). Reaksi tanah menunjukkan masam ekstrem sampai sangat masam (pH 3,3 – 4,9) di seluruh lapisan tanah, cenderung menaik kelapisan bawah. Pada permukaan tanah, bisasanya terdapat lapisan bahan organik (Oi dan Oe) tipis (5-10) cm dan dibawahnya terdapat Horizon Al dengan kandungan bahan organik termasuk sedang sampai tinggi (3,1 – 9,5)%. Langsung dibawah horizon ini terdapat horizon E, berwarna putih dan putih kekelabuan, dengan kandungan bahan organik dangat rendah (0,2 – 0,95) %. Rasio C/N tergolong tinggi (16-35). Kandungan P dan K-potensial di lapisan atas dan dilapisan bawah, sangat rendah sampai rendah. Jumlah basa-basa dapat ditukar termasuk sangat rendah (0,2-1,2 cmol (+)/kg tanah). Kandungan kedua unsur hara ini dilapisan serasah, selalu lebih tinggi dari pada lapisan bawah yang berpasir. KTK tanah sebagian besar sangat rendah dilapisan pasir, dan agak tinggi sampai tinggi pada lapisan serasah dan di horizon Bs (sesquioksida). KB semuanya sangat rendah sampai. Potensi Kesuburan alami Spodosol dengan demikian disimpulkan sangat rendah sampai rendah penggunaan tanah. Oleh karena bahan induknya berupa endapan pasir atau batu pasir kuarsa (SiO2), Spodosol umumnya sangat miskin atau sangat rendah kesuburan alaminya. Spodosol yang paling sering ditemukan dan dimanfaatkan untk pertanian adalah Hoplorthods dan Aquods. Di beberapa daerah pemukiman transmigrasi dikalimantan tengah, kalimantan barat dan kalimantan timur yang dimanfaat untuk pertanian tanaman pangan umumnya adalah Aquods yang dibuka untuk sawah rawa, dan Hoplorthods sebagai lahan pertanian kering dan tegalan. Namun kesuburan alami yang sangat rendah sesudah 1-2 tahun tidak menghasilkan panen sehingga ditinggalkan atau tidak ditanam lagi. Untuk tanaman perkebunan, khusunya kelapa sawit yang relatif masih sesuai adalah Hoplorthods yang mempunyai tekstur agak halus (lempung berpasir sampai pasir berlempung), tetapi tentunya memerlukan pemupukan yang tinggi. Daftar Pustaka Anonymous. 2013. Gambar Peta Tanah. http://geospasial.bnpb.go.id/2009/10/13/petaadministrasi-kabupaten-tanah-datar/. Diakses tanggal 7 Maret 2013. Pukul 10.10 Anonymous.2013. Gambar Peta Evaluasi Lahan. http://partosohadi.staff.fkip. uns.ac.id/2012/12/27/satuan-lahan/ . Diakses 6 Maret 2013. Pukul 10.31 Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah.Akademika Pressindo. Jakarta. Himatan. 2009. Tanah Spodosol. http://himatan06.wordpress.com/2009/04/30/tanahspodosol/. Diakses tanggal 7 Maret 2013. Pukul 10.02 Miller, R.W. and R.L. Donahue. 1990. Soils: an introduction to soils and plant growth. Prantice Hall. Englewood Cliffs. New Jersey. Tan, K.H. 2000. Environmental soil science. Marcel Dekker, New York. Wirjodihardjo,M.W. 1963. Ilmu tanah. Jilid III. Yasaguna. Jakarta.