PANDANGAN IMMANUEL KANT TENTANG NEGARA A. Konsep Negara dan Hukum Imnmanuel Kant adalah seorang guru besar dari Prusia. Beliau hidup pada tahun 1724-1804. Beliau adalah seorang nasionalis. Beliau termasuk seorang ahli pemikir besar tentang negara dan hukum, ajaran fisafatnya bersifat kritis di mana beliau menguraikan ajarannya tentang negara dan hukum. Pemikirannya tentang negara dan hukum ditulis dalam bukunya Metaphysische An-fangsgrinde der Rehchtslehre (azas-azas metafysis dari ilmu hukum). Dalam pandangan pemikirannya Immanuel Kant berpendapat bahwa negara itu adalah suatu keharusan adanya, karena negara harus menjamin terlaksanya kepentingan umum di dalam hukum. Artinya negara harus menjamin setiap warganegara bebas di dalam lingkungan hukum. Jadi bebas bukanlah berarti dapat berbuat semau-maunya, atau sewenang-wenang. Tetapi segala perbuatannya itu meskipun bebas harus sesuai dengan, atau menurut apa yang telah diatur dalam undang-undang, jadi harus menurut kemauan rakyat, karena undang-undang itu adalah merupakan penjelmaan dari pada kemauan umum. Berbicara mengenai negara dan hukum kita tidak boleh melupakan adanya ahli pemikir tentang negara dan hukum yang hidup pada abad ke XIX, akan tetapi pandangannya atau sifat ajarannya adalah teokratis-sosiologis. Beliau adalah Friedrich Julius Stahl. Bukunya tentang ini diberi nama Die Philosophie des Rechts. Ajarannya yang bersifat teokratis-sosiologis itu terlihat dalam uraiannya tentang terjadinya negara. Stahl berpendapat bahwa negara itu terjadi karena perkembangan dari suatu keluarga yang bersifat patriakal, yang menempati suatu daerah. Karena kejadian-kejadian sejarah dan persamaan nasib, kebutuhan dan sebagainya, dan yang telah melewati beberapa phase, maka kemudian lahirlah bangsa, yang kemudian membentuk negara. Pandangan diatas menjelaskan bahwa negara itu didasarkan pada hukum keluarga (patriachal). Dalam pandangan tersebut dijelaskan masyarakat itu hidup dalam kesatuan-kesatuan keluarga besar yang dipimpin oleh seorang kepala kluarga. Tentunya yang diangkat sebagai kepala keluarga adalah orang yang kuat, yang berjasa, dan bijaksana dalam sikap bagi keluarganya. Dengan demikian Immanuel Kant tetap memperhatiakan adanya hukum keluarga karena salah satu pandangannya beliau mengatakan bahwa negara harus membentuk dan mempertahankan hukum supaya hak dan kemerdekaan masyarakat terpelihara dilain pihak juga beliau berpendapat bahwa adanya negara, manusia itu dapat tunduk pada hukum-hukum yang dikeluarkan. Dimana beliau berpendapat negara itu adalah ikatan-ikatan manusia yang tunduk pada hukum akibatnya tindakan negara tadi dibenarkan. Dengan demikian pandangan Immanual Khant mengenai konsep negara dan hukum memiki keterkaitan satu sama lain. Dimana Ia berpendapat bahawa dengan adanya negara masyarakat akan tunduk pada hukum yang dibuat oleh negara. B. Perjanjian Masyarakat Sebagaimana Immanuel Kant sebagai seorang sarjana hukum alam, maka ia menerima pendapat bahwa negara itu terjadi karena perjanjian masyarakat, jadi sama dengan pendapat Rousseau, dan menyatakan pendapatnya bahwa kedaulatan itu berada pada rakyat, dan kemauan umum itu menjelma dalam perundang-undangan negara. Tetapi meskipun demikian ada perbedaanya, dan perbedaan itu bersifat prinsipil. Kalau sarjana-sarjana hukum alam sebelumya, sepertinya Thomas Hobbes, Jhon Locke, Montesquieu, Rousseau, mereka itu berpendapat bahwa perjanjian. Masyarakat itu sungguh-sungguh terjadi, adanya itu merupakan suatu peristiwa di dalam sejarah, jadi apa yang disebut perjanjian masyarakat itu memang ada. Sedangkan menurut Immanuel Kant, bahwa apa yang disebut perjanjian masyarakat itu tidak pernah ada, tidak pernah terjadi, tidak pernah merupakan kenyataan peristiwa di dalam sejarah. Bahwa kontruksi terjadinya negara yang demikian itu, maksudnya negara itu terjadinya karena perjanjian masyarakat, perjanjian masyarakat itu sesungguhnya hanyalah merupakan suatu kontruksi yuridis yang dapat menolong orang dalam menerangkan bagaimana negara itu terjadinya, bagaimana negara itu ada, bagaimana adanya kekuasaan dalam negara itu, dan ada pada siapa kekuasaan itu, serta bagaimana sifatnya. Berkaitan dengan pandangan diatas dalam hal ini Immanuel Kant berpendapat bahwa konsepsi asal mula negara dan hukum (positif) berdasarkan perjanjian masyarakat adalah sebagai berikut : Mula-mula manusia hidup dengan manusia lain dalam suatu pergaulan yang sama sekali tidak mengenal peraturan apapun juga. Dalam pergaulan manusia semacam ini dengan sendirinya berlakulah kehendak dari yang paling kuat. khendak manusia dipimpin oleh keinginannya untuk mempertahankan dirinya, manusia dalam kehidupannya dipimpin oleh perasaan egoismenya dan apabila perasaan egoisme itu tidak dibatasi, maka timbullah suatu keadaan peperangan antara orang satu melawan yang lain (sesuai dengan pendapat Hobbes). Dalam suatu masyarakat yang tidak mngenal peraturan apapun juga, maka anggotanya menjadi binatang buas yang saling membunuh, apabila yang satu berani masuk kedalam lingkungan kepentingan lain. Agar dapat membatasi akibat perasaan egoisme, dan agar dapat melahirkan suatu masyarakat yang damai dan tentram, maka manusia yang mempunyai rasio bersama-sama mengadakan suatu perjanjian, di mana perjanjian ini menjadi dasar suatu organisasi sosial, yaitu negara. Melihat paparan diatas dapat dijadikan kesimpulan yang mendasar bahwa Immanuel Kant beranggapan bahwa ada yang disebut perjanjian masyarakat itu tidak pernah ada, tidak pernah terjadi, tidak pernah merupakan kenyataan atau peristiwa dalam sejarah. Berbeda dengan pendapat Thomas Hobebes, John Locke, J.J.Rousseau, yang berpendapat bahwa perjanjian masyarakat itu sungguh-sungguh terjadi, adanya itu merupakan suatu peristiwa dalam sejarah jadi apa yang disebut perjanjian masyarakat itu memang ada. Dalam hal ini dapat kita kemukakan bahwa Immanuel Kant beranggapan bahwa manusia itu berkumpul dalam suatu lingkungan yang sama sekali tidak mengenal aturan. Kondisi itu tentunya membawa situsi kearah yang kuat itu yang berkuasa sehingga disanalah berlaku hukum rimba, sehingga akhirnya yang lemah menjadi tersiksa oleh yang kuat. Dalam kondisi tersebut tentunya tidak bisa dibiarkan begitu saja maka disanalah timbul apa yang dinamakan dengan perjanjian masyarakat yang menjadi dasar suatu organisasi sosial yaitu negara. Namun dalam hal ini merupakan atas kesepakatan manusia yang mempunyai rasio. Pemahaman yang perlu digaris bawahi disini ialah pandangan Immanuel Kant dimana Ia beranggapan tanpa adanya negara, manusia itu tidak dapat tunduk pada hukum-hukum yang dikeluarkan dan negara itu adalah ikatan-ikatan manusia yang tunduk pada hukum akibatnya tindak negara tadi dibenarkan. Jelas disini dapat ditarik kesimpulan bahwa Immanuel Kant tatap mengakui bahwa dalam masyarakat itu diperlukan adanya aturan atau yang lebih dikenal dengan sebutan hukum, dan dalam melaksanakan hukum tersebut masyarakat harus dibawah naungan suatu organisasi sosial yaitu negara. C. Negara Hukum Murni Teori tentang berdirinya negara berdasarkan atas hukum, sudah dikenal sejak abad V SM (Yunani Kuno). Gagasan mengenai negara hukum pada hakekatnya bertujuan untuk melindungi hak-hak asasi manusia. Secara teori maupun praktek, gagasan tentang negara hukum mengalami kemajuan pesat sejak abad XV sampai abad XVIII. Dalam selang waktu ini, peristiwa Renaissance dan reformasi di Eropa sangat berpengaruh terutama di bidang kehidupan politik dan hukum. Dalam hal ini Immanuel Kant dianggap sebagai pelopor yang paling berjasa dalam meletakkan gagasan tentang “negara hukum murni” atau “formal”. Menurut Immanuel Kant, ada empat prinsip yang menjadi ciri negara hukum yaitu : 1. Pengakuan dan jaminan atas hak-hak asasi manusia. 2. Pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi manusia. 3. pemerintahan berdasarkan hukum 4. pengadilan untuk menyelesaikan masalah yang timbul sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia. Teori Immanuel Kant tentang negara hukum formal menjadikan negara bersifat pasif. Artinya, tugas negara hanya sebagai “penjaga malam, sedangkan dalam urusan sosial maupun ekonomi, negara tidak boleh mencampurinya. Pendapat ini pula yang kemudian melahirkan suatu semboyan “Laissez Faire, Laissez Passer”, yaitu adanya persaingan bebas dalam bidang ekonomi sehingga muncul istilah kapitalisme, dan liberalisme dalam bidang politik. Dalam prakteknya pada abad XIX, teori Kant banyak diterapkan di belahan Eropa, Amerika dan Australia. Namun, perlu diketahui bahwa ajaran Kant yang dipraktekkan tersebut, banyak melahirkan eksploitasi manusia maupun alam, monopoli dan free fight liberalism, serta kesenjangan sosial yang terus melebar. Dari pandangan diatas negara hukum murni, negara tidak memiliki kebebasan yang mendasar dimana hanya sebagai alat dalam mempertahankan ketertiban dan keamanan saja, sedangkan seperti kita ketahui dalam rangka tujuan negara, negara tidak hanya mengurusi salah satu bidang saja tetapi meliputi bidang yang lain, seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya. Dalam hal ini terlihat adanya kepincangan dalam peranan negara, dapat kita analisa ketika negara itu hanya mengurusi salah satu bidang saja, ketika hal ini dibirkan saja negara akan besifat pasif dan kemunduran, bahkan kehancuran negara telah didepan mata karena negara tidak bisa mengontrol apa yang telah terjadi dalam sutu negara dari berbagai aspek. Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan dalam negara hukum, kekuasaan negara dapat dilaksanakan menurut prinsisp-prinsip dasar keadilan, sehingga terikat secara konstitusional pada konstitusi. Hukum menjadi batas penentu dalam negara hukum sebagai penyelanggara apa yang menjadi tujuan negara. Dan tidaklah masuk akal jika negara hukum diwujudkan dengan cara yang melawan hukum. Gagasan negara hukum merupakan suatu puncak luhur dalam sejarah kebudayaan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pandangan Immanuel Kant tentang negara dikatagorikan kedalam pemahaman konsep negara dan hukum. Hal ini dikerenakan Immanuel Kant berpandangan bahwa negara itu adalah ikatan-ikatan manusia yang tunduk pada hukum akibatnya tindakan negara tadi dibenarkan. Dari pemamaparan diatas dapat disimpulakan bahawa dalam kajiannya Immanuel Kant memiliki berbagai pandangan, adupun pandangan Immanuel Kant tentang negara adalah sebagai berikut : a. Negara harus membentuk dan mempertahankan hukum supaya hak dan kemerdekaan warga negara terpelihara. b. Adanya hukum yang dirumuskan dalam perundang-undangan sebagai penjelmaan kehendak umum, dan perlunya pemisahan kekuasaan eksekutif dan legislatif c. Peranan negara hanya sebagai penjaga ketertiban hukum dan pelindung hak serta kebebasan warganya. d. Negara tidak boleh turut campur dalam urusan pribadi dan ekonomi warganya. B. Saran Dalam kesempatan ini ada beberapa hal hal mendasar dalam mengkaji pandangan Immanuel Kant tentang negara, diantaranya dalam mengkaji permasalahan negara tersebut harus diimbangi dengan kelengkapan sumber yang ada, apalagi kalau dikaitkan dengan pandangan para ahli. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Kepada para penulis buku, diharapkan untuk kedepannya dapat menulis buku secara khusus membahas tentang negara menurut Immanuel Kant. 2. Kepada para pemerhati Ilmu negara, agar pandangan Immanuel Kant menjadi kajian tersendiri sebagai langkah awal dalam mengetahui konsep-konsep negara dan dapat dikaitkan kedalam realialita kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Kepada Para pembaca tentang pandangan Immnuel Kant ini, harus diimbangi dengan pendapat para ahli yang lain agar lebih jelas dalam memahaminya. DAFTAR PUSTAKA Samidjo (1986). Ilmu Negara. Bandung : CV. Armico. Busroh A Daud (1990). Ilmu Negara. Jakarta : Bumi Aksara. Budiyanto (2000). Dasar-Dasar Tata Negara untuk SMU. Jakarta : Erlangga. Soehino (1998). Ilmu Negara. Yogyakrta : Liberty Yogyakarta.