LAPORAN KASUS PENGELOLAAN NYERI AKUT PADA Tn. A DENGAN HEPATITIS DI RUANG FLAMBOYAN IV RSUD SALATIGA Achmad Nurul Aziz*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo*** Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis, alkohol dan toksinasi terhadap obat-obatan. Adapun tanda dan gejala dari penyakit hepatitis antara lain seperti mual, muntah, anoreksia, ikterus dan nyeri pada perut bagian kanan atas. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala dan tingkatnya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Tekhnik relaksasi dan kompres dalam buli-buli hangat merupakan tekhnik manajemen nyeri yang banyak digunakan untuk meredakan nyeri pada pasien Hepatitis. Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran pengelolaan nyeri pada Tn. A dengan Hepatitis di ruang Flamboyan RSUD Salatiga secara optimal. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam memenuhi kebutuhan penanganan nyeri. Pengelolaan nyeri dilakukan selama 2 hari pada Tn. A. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan nyeri masih terasa tetapi sudah berkurang dari saat pertama kali nyeri dirasakan. Saran bagi perawat di rumah sakit untuk menerapkan tekhnik non farmakologi dalam perawatan pasien dengan nyeri sehingga dapat membantu mengontrol nyeri pada pasien dengan Hepatitis. Kata kunci Kepustakaan : Nyeri, tekhnik relaksasi, kompres buli-buli hangat : 21 (2002-2015) PENDAHULUAN Hepatitis merupakan penyakit pada organ hati yang mengalami peradangan, hepa yang berarti hepar atau liver dan itis yang berarti radang yaitu peradangan pada hati yang disebabkan oleh infeksi (virus hepatitis, bakteri, parasit), obat-obatan, dan alkohol. Timbulnya gejala ikterus atau kekuningan pada hampir diseluruh tubuh membuat penyakit ini sering disebut sebagai penyakit kuning di kalangan masyarakat (Abata, 2014). Penyebab terjadinya penyakit Hepatitis yaitu disebabkan oleh beberapa virus yaitu virus hepatitis A, B, C, D dan E. Selain disebabkan oleh virus ada penyebab lainnya yaitu reaksi toksis dari obat-obatan yang dikonsumsi secara terus menerus dan Alkohol (Sudoyo Aru, 2006). Adapun tanda dan gejala yang timbul pada pasien hepatitis diantaranya yaitu adanya kekuningan atau ikterus pada seluruh tubuh dan gejala yang muncul bersamaan yaitu diantaranya malaise umum, badan terasa mudah lelah, mual, muntah, dan nyeri pada bagian abdomen yang sifatnya ringan dan menetap (Sudoyo Aru dkk, 2006). Nyeri yang terjadi pada pasien Hepatitis biasanya adalah nyeri akut dan terjadi pada perut sebelah kanan terutama bagian bawah tulang rusuk. Adapun penyebab nyeri ini yaitu adanya bakteri atau virus yang menyebabkan infeksi. Menurut Suriadi (2006), Virus Hepatitis menyerang hati menyebabkan infeksi dan akhirnya terjadi peradangan dan infiltrat pada hypatocytes oleh sel mononukleus. Invasi virus inilah yang nantinya akan menyebabkan peregangan kapsula hati karena peradangan yang memicu timbulnya nyeri dan perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hingga saat ini sekitar 2 milyar penduduk dunia mengidap penyakit hepatitis B, dan 360 juta diantaranya sudah kronis dan berpotensi menjadi sirosis. Diperkirakan 600.000 orang mati setiap tahunnya dikarenakan sirosis hati dan kanker hati yang merupakan komplikasi dari penyakit tersebut. Sedangkan 170 juta penduduk dunia pengidap virus Hepatitis C dan 350.000 orang meninggal akibat komplikasi dari Hepatitis C (WHO, 2010). Indonesia merupakan negara dengan endemitas tinggi Hepatitis B (prevalensi VHB mencapai 10%), Kedua setelah Myanmar di Region Asia Tenggara. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, melalui studi dan uji saring donor darah PMI, 10 dari 100 orang terinfeksi Hepatitis B dan C. Sehingga saat ini diperkirakan 28 juta penduduk Indonesia terinfeksi virus Hepatitis B dan C, 14 juta diantaranya berpotensi menjadi kronis, dan dari yang kronis 1,4 juta orang berpotensi untuk menderita kanker hati. Dari penelitian yang ada, frekuensi pengidap hepatitis berkisar 320 % tergantung pada tingkat endemitas hepatitis di tiap-tiap daerah di Indonesia. Besarnya angka kejadian tersebut berdampak sekali terhadap masalah kesehatan masyarakat, produktifitas, umur harapan hidup dan dampak sosial ekonomi lainnya (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014). Data Profil Jawa Tengah tahun 2014 dimana angka kejadian Hepatitis disebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Jawa Tengah sendiri tercatat sebanyak 451 kasus dalam kurun waktu waktu 5 tahun (tercatat tahun 2010-2014). Pada tahun 2014 sendiri kasus hepatitis B terdapat sebanyak 66 kasus, jauh meningkat dibanding tahun 2013 yaitu 0 kasus. Pada tahun 2015 terdapat 54 kasus penyakit Hepatitis di RSUD Salatiga. Dari 54 kasus yang didapat angka kejadian hepatitis paling banyak terjadi pada golongan umur 25-44 tahun yaitu sebanyak 22 kasus, kemudian diikuti golongan umur 45-65 tahun sebanyak 17 kasus dan yang paling sedikit pada golongan umur >65 tahun yaitu sebanyak 11 kasus. Hepatitis di RSUD Salatiga adalah salah satu penyakit yang memerlukan perhatian dan penanganan secara lebih maksimal guna menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Hepatitis. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik melakukan pengelolaan kasus dengan judul “Pengelolaan Nyeri Akut pada Tn. A dengan Hepatitis di RSUD Salatiga”. METODE PENGELOLAAN Pengkajian Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya. Dalam pengkajian nyeri, yang dapat dilakukan yaitu: melakukan pengkajian nyeri menggunakan metode PQRST, P atau provoking incident mengacu pada penyebab nyeri biasanya dinyatakan oleh pasien, Q atau Quality of Pain menjelaskan kualitas nyeri, R atau Region mengacu pada daerah nyeri, S atau Scale menjelaskan tingkat keparahan nyeri yang dialami pasien. Diagnosa Keperawatan diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual dan potensial) dari individu atau kelompok. Dari hasil pengkajian yang didapatkan, penulis mengangkat masalah keperawatan “Nyeri Akut Berhubungan Dengan Proses Infeksi” sebagai diagnosa utama. Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012), nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. Menurut Potter & Perry (2006), mengatakan bahwa infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikro organisme yang mampu menyebabkan sakit. Adapun menurut Wijaya & Putri (2006), virus hepatitis menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hypatocytes oleh sel mononukleus. Rencana Keperawatan Rencana keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengurangi nyeri yang dialami pada Tn. A yaitu dengan intervensi pertama lakukan pengkajian nyeri. Intervensi kedua mengukur tanda-tanda vital. Intervensi ketiga ajarkan tekhik penanganan nyeri yaitu dengan tekhnik relaksasi nafas dalam dan kompres buli-buli hangat. Intervensi keempat kolaborasi pemberian analgetik. Dan intervensi kelima tingkatkan istirahat. Pembahasan Tn. A mengalami nyeri sehingga penulis melakukan tindakan mengkaji nyeri. Mengkaji nyeri ditujukan untuk mencari karakteristik umum nyeri yang membantu perawat membentuk pengertian pola nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Laporan tunggal klien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indikator tunggal yang paling dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun yang berhubungan dengan ketidaknyamanan (Potter & Perry, 2006). Tindakan inilah yang digunakan penulis untuk pengawasan skala nyeri dan keefektifan pemberian terapi pada pasien. Tindakan yang kedua yaitu memonitor tanda-tanda vital. Pengukuran tanda-tanda vital digunakan sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Pengukuran tanda vital memberikan data untuk menentukan status kesehatan klien yang lazim (data dasar), seperti respon terhadap stres fisik dan psikologis, terapi medis dan keperawatan, perubahan tanda vital yang menandakan perubahan fungsi fisiologis dan kebutuhan dilakukannya intervensi keperawatan dan medis. Pengukuran tanda vital dapat memonitor rentang normal keadaan tandatanda vital pasien dan melihat adanya perubahan atau tidak (Potter & Perry, 2006). Tindakan yang ketiga yaitu mengajarkan tekhnik penangan nyeri yaitu tekhnik relaksasi dan kompres hangat. Dalam Poter & Perry (2006), relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Tekhnik relaksasi mengajarkan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik atau emosi pada nyeri. Tekhnik relaksasi sangat berguna untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan relaksasi, dengan membantu pasien dalam merespon nyeri sehingga mengurangi ketegagan otot dan meningkatkan kenyamanan serta meningkatkan koping. Tekhnik penangan nyeri yang kedua yaitu kompres hangat pada daerah nyeri dengan menggunakan buli-buli, menurut Prabowo, (2014) kompres hangat dapat membantu pasien mendapatkan kontrol perasaan tidak nyaman secara konstan yang di sebabkan oleh parestesia, memperlebar pembulu darah pada daerah nyeri sehingga suplai O² ke daerah nyeri adekuat, dan menurunkan kekakuan atau nyeri pada otot. Tindakan keempat yaitu memberikan injeksi analgetik untuk mengurangi nyeri. Dalam Potter & Perry, (2006) pemberian analgetik digolongkan sebagai terapi nyeri farmakologis yaitu penggunaan beberapa agen farmakologis yang ditujukan untuk menangani nyeri. Pemberian analgetik merupakan suatu penanganan agresif pada pasien dengan nyeri akut. Pemberian analgetik digunakan sebagai sarana penanganan guna menurunkan rasa nyeri. Tindakan yang kelima yaitu meningkatkan istirahat tidur pasien. Dalam Potter & Perry, (2006) istirahat dan tidur sering memberikan perasaan terlepas sementara dari tekanan. Pola istirahat sering mengalami perubahan karena penyakit atau rasa nyeri. Jadi meningkatkan istirahat berguna untuk meningkatkan status kesehatan klien atau memberikan perasaan terlepas dari nyeri yang dialami. Kesimpulan Hasil pengelolaan yang penulis lakukan selama 2 hari didapatkan hasil yaitu S: pasien mengatakan nyeri berkurang, O: pengkajian nyeri P: pasien mengatakan nyeri saat bergerak, Q: nyeri seperti ditekantekan, R: nyeri diperut sebelah kanan kanan, S: skala nyeri 3, T: nyeri hilang timbul. Kesimpulan yang didapatkan masalah belum teratasi. Sehubungan dengan hal tersebut diharapkan bagi RSUD Salatiga untuk terus meningkatkan mutu dan melakukan pengelolaan nyeri pada pasien dengan Hepatitis untuk meningkatkan peran dan fungsi sebagai perawat. Daftar Pustaka Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2. Jakarta: EGC. Carpenito, L. J. & Monyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Judul Asli: Handbook Of Nursing Diagnosis, 10th Ed. Alih Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC. Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2013). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 13, Terjemahan Fruriolina Ariani. Jakarta: EGC. Corwin, J. E, (2009). Buku Saku Patofisiologi Judul Asli: Handbook Of Pathophysiology. Edisi 3. Alih Bahasa Subekti B. Nike. Jakarta: EGC Depkes RI, (2014). Hepatitis. from http//www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 26 April 2016 Jam 00:20 WIB. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2014 www.dinkesjatengprov.go.id/profil/ profil-2014.pdf diakses diakses tanggal 20 april 2016 jam 20.30 Diyono & Mulyanti, Sri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jakarta: KENCANA Prenada Media Group. Doenges, Marylin, E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jidil Pertama,Jakarta: Media Aesculapius. Padilla, (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, Yogyakarta: Nuha Medika. Potter & Perry (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, Dan Praktik, Edisi 4, volume 1, Terjemahan Asih Yasmin, dkk, Jakarta: EGC. (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, Dan Praktik, Edisi 4, volume 2, Terjemahan Asih Yasmin, dkk, Jakarta: EGC. (2010), Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik Judul Asli: Fundamentals Of Nursing: Concepts, Process And Practice. Alih Bahasa: Yasmin. Jakarta: EGC. Prasetyo, Nian, Sigit. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:Graha Ilmu. Price, S & Wilson, L, (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC, Jakarta. Qorry, A. (2014). Buku Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Lengkap. Jawa Timur: Yayasan PP Al-Furqon. Rekam Medik RSUD Salatiga (2015). Angka Kejadian Hepatitis Tahun 201. diambil pada tanggal 11 April 2016. Sudoyo, A. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4 – jilid 1. Jakarta: FKUI. Suriadi, (2006). Asuhan Keperawatan pada Anak ( Edisi V ). Jakarta : CV. Agung Seto. WHO, (2010). Hepatitis. http://www.who.int/. Diakses tanggal 20 April 2016 jam 23.00 WIB Wijaya & Putri, (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.