5284

advertisement
LAPORAN KASUS PENGELOLAAN NYERI AKUT PADA Tn. A DENGAN HEPATITIS
DI RUANG FLAMBOYAN IV RSUD SALATIGA
Achmad Nurul Aziz*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo***
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis,
alkohol dan toksinasi terhadap obat-obatan. Adapun tanda dan gejala dari penyakit hepatitis
antara lain seperti mual, muntah, anoreksia, ikterus dan nyeri pada perut bagian kanan atas.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala dan tingkatnya dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami.
Tekhnik relaksasi dan kompres dalam buli-buli hangat merupakan tekhnik manajemen nyeri yang
banyak digunakan untuk meredakan nyeri pada pasien Hepatitis. Tujuan penulisan ini untuk
memberikan gambaran pengelolaan nyeri pada Tn. A dengan Hepatitis di ruang Flamboyan RSUD
Salatiga secara optimal.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien
dalam memenuhi kebutuhan penanganan nyeri. Pengelolaan nyeri dilakukan selama 2 hari pada
Tn. A. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan
pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan nyeri masih terasa tetapi sudah berkurang
dari saat pertama kali nyeri dirasakan.
Saran bagi perawat di rumah sakit untuk menerapkan tekhnik non farmakologi dalam
perawatan pasien dengan nyeri sehingga dapat membantu mengontrol nyeri pada pasien dengan
Hepatitis.
Kata kunci
Kepustakaan
: Nyeri, tekhnik relaksasi, kompres buli-buli hangat
: 21 (2002-2015)
PENDAHULUAN
Hepatitis merupakan penyakit pada
organ hati yang mengalami peradangan,
hepa yang berarti hepar atau liver dan itis
yang berarti radang yaitu peradangan pada
hati yang disebabkan oleh infeksi (virus
hepatitis, bakteri, parasit), obat-obatan, dan
alkohol. Timbulnya gejala ikterus atau
kekuningan pada hampir diseluruh tubuh
membuat penyakit ini sering disebut sebagai
penyakit kuning di kalangan masyarakat
(Abata, 2014).
Penyebab
terjadinya
penyakit
Hepatitis yaitu disebabkan oleh beberapa
virus yaitu virus hepatitis A, B, C, D dan E.
Selain disebabkan oleh virus ada penyebab
lainnya yaitu reaksi toksis dari obat-obatan
yang dikonsumsi secara terus menerus dan
Alkohol (Sudoyo Aru, 2006).
Adapun tanda dan gejala yang
timbul pada pasien hepatitis diantaranya
yaitu adanya kekuningan atau ikterus pada
seluruh tubuh dan gejala yang muncul
bersamaan yaitu diantaranya malaise umum,
badan terasa mudah lelah, mual, muntah,
dan nyeri pada bagian abdomen yang
sifatnya ringan dan menetap (Sudoyo Aru
dkk, 2006).
Nyeri yang terjadi pada pasien
Hepatitis biasanya adalah nyeri akut dan
terjadi pada perut sebelah kanan terutama
bagian bawah tulang rusuk. Adapun
penyebab nyeri ini yaitu adanya bakteri atau
virus yang menyebabkan infeksi. Menurut
Suriadi (2006), Virus Hepatitis menyerang
hati menyebabkan infeksi dan akhirnya
terjadi peradangan dan infiltrat pada
hypatocytes oleh sel mononukleus. Invasi
virus
inilah
yang
nantinya
akan
menyebabkan peregangan kapsula hati
karena peradangan yang memicu timbulnya
nyeri dan perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas.
Hingga saat ini sekitar 2 milyar
penduduk dunia mengidap penyakit
hepatitis B, dan 360 juta diantaranya sudah
kronis dan berpotensi menjadi sirosis.
Diperkirakan 600.000 orang mati setiap
tahunnya dikarenakan sirosis hati dan kanker
hati yang merupakan komplikasi dari
penyakit tersebut. Sedangkan 170 juta
penduduk dunia pengidap virus Hepatitis C
dan 350.000 orang meninggal akibat
komplikasi dari Hepatitis C (WHO, 2010).
Indonesia merupakan negara dengan
endemitas tinggi Hepatitis B (prevalensi VHB
mencapai 10%), Kedua setelah Myanmar di
Region Asia Tenggara. Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, melalui
studi dan uji saring donor darah PMI, 10 dari
100 orang terinfeksi Hepatitis B dan C.
Sehingga saat ini diperkirakan 28 juta
penduduk
Indonesia terinfeksi virus
Hepatitis B dan C, 14 juta diantaranya
berpotensi menjadi kronis, dan dari yang
kronis 1,4 juta orang berpotensi untuk
menderita kanker hati. Dari penelitian yang
ada, frekuensi pengidap hepatitis berkisar 320 % tergantung pada tingkat endemitas
hepatitis di tiap-tiap daerah di Indonesia.
Besarnya
angka
kejadian
tersebut
berdampak sekali terhadap masalah
kesehatan masyarakat, produktifitas, umur
harapan hidup dan dampak sosial ekonomi
lainnya (Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Data Profil Jawa Tengah tahun 2014
dimana angka kejadian Hepatitis disebagian
besar wilayah Indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Di Jawa Tengah sendiri tercatat
sebanyak 451 kasus dalam kurun waktu
waktu 5 tahun (tercatat tahun 2010-2014).
Pada tahun 2014 sendiri kasus hepatitis B
terdapat sebanyak 66 kasus, jauh meningkat
dibanding tahun 2013 yaitu 0 kasus.
Pada tahun 2015 terdapat 54 kasus
penyakit Hepatitis di RSUD Salatiga. Dari 54
kasus yang didapat angka kejadian hepatitis
paling banyak terjadi pada golongan umur
25-44 tahun yaitu sebanyak 22 kasus,
kemudian diikuti golongan umur 45-65
tahun sebanyak 17 kasus dan yang paling
sedikit pada golongan umur >65 tahun yaitu
sebanyak 11 kasus.
Hepatitis di RSUD Salatiga adalah
salah satu penyakit yang memerlukan
perhatian dan penanganan secara lebih
maksimal guna menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat Hepatitis. Berdasarkan
fenomena tersebut maka penulis tertarik
melakukan pengelolaan kasus dengan judul
“Pengelolaan Nyeri Akut pada Tn. A dengan
Hepatitis di RSUD Salatiga”.
METODE PENGELOLAAN
Pengkajian
Pengkajian
adalah
proses
pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status
kesehatan dan fungsional klien pada saat ini
dan waktu sebelumnya, serta untuk
menentukan pola respon klien saat ini dan
waktu sebelumnya. Dalam pengkajian nyeri,
yang dapat dilakukan yaitu: melakukan
pengkajian nyeri menggunakan metode
PQRST, P atau provoking incident mengacu
pada penyebab nyeri biasanya dinyatakan
oleh pasien, Q atau Quality of Pain
menjelaskan kualitas nyeri, R atau Region
mengacu pada daerah nyeri, S atau Scale
menjelaskan tingkat keparahan nyeri yang
dialami pasien.
Diagnosa Keperawatan
diagnosa keperawatan merupakan
pernyataan yang menggambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan
pola interaksi aktual dan potensial) dari
individu atau kelompok. Dari hasil
pengkajian yang didapatkan, penulis
mengangkat masalah keperawatan “Nyeri
Akut Berhubungan Dengan Proses Infeksi”
sebagai
diagnosa
utama.
Menurut
Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012), nyeri
adalah pengalaman sensori serta emosi yang
tidak menyenangkan dan meningkat akibat
adanya kerusakan jaringan aktual atau
potensial, digambarkan dalam istilah seperti
kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau
perlahan dari intensitas ringan sampai berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
dapat diramalkan dan durasinya kurang dari
enam bulan.
Menurut Potter & Perry (2006),
mengatakan bahwa infeksi adalah invasi
tubuh oleh patogen atau mikro organisme
yang mampu menyebabkan sakit. Adapun
menurut Wijaya & Putri (2006), virus
hepatitis menyerang hati menyebabkan
peradangan dan infiltrat pada hypatocytes
oleh sel mononukleus.
Rencana Keperawatan
Rencana
keperawatan
yang
dilakukan penulis untuk mengurangi nyeri
yang dialami pada Tn. A yaitu dengan
intervensi pertama lakukan pengkajian nyeri.
Intervensi kedua mengukur tanda-tanda
vital. Intervensi ketiga ajarkan tekhik
penanganan nyeri yaitu dengan tekhnik
relaksasi nafas dalam dan kompres buli-buli
hangat. Intervensi keempat kolaborasi
pemberian analgetik. Dan intervensi kelima
tingkatkan istirahat.
Pembahasan
Tn. A mengalami nyeri sehingga penulis
melakukan tindakan mengkaji nyeri.
Mengkaji nyeri ditujukan untuk mencari
karakteristik umum nyeri yang membantu
perawat membentuk pengertian pola nyeri
dan tipe terapi yang digunakan untuk
mengatasi nyeri. Laporan tunggal klien
tentang nyeri yang dirasakan merupakan
indikator tunggal yang paling dapat
dipercaya tentang keberadaan dan intensitas
nyeri dan apapun yang berhubungan dengan
ketidaknyamanan (Potter & Perry, 2006).
Tindakan inilah yang digunakan penulis
untuk pengawasan skala nyeri dan
keefektifan pemberian terapi pada pasien.
Tindakan yang kedua yaitu memonitor
tanda-tanda vital. Pengukuran tanda-tanda
vital digunakan sebagai indikator dari status
kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan
keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural
dan endokrin tubuh. Pengukuran tanda vital
memberikan data untuk menentukan status
kesehatan klien yang lazim (data dasar),
seperti respon terhadap stres fisik dan
psikologis, terapi medis dan keperawatan,
perubahan tanda vital yang menandakan
perubahan fungsi fisiologis dan kebutuhan
dilakukannya intervensi keperawatan dan
medis. Pengukuran tanda vital dapat
memonitor rentang normal keadaan tandatanda vital pasien dan melihat adanya
perubahan atau tidak (Potter & Perry, 2006).
Tindakan yang ketiga yaitu mengajarkan
tekhnik penangan nyeri yaitu tekhnik
relaksasi dan kompres hangat. Dalam Poter
& Perry
(2006), relaksasi merupakan
kebebasan mental dan fisik dari ketegangan
dan stress. Tekhnik relaksasi mengajarkan
individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stress fisik atau emosi
pada nyeri. Tekhnik relaksasi sangat berguna
untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan
relaksasi, dengan membantu pasien dalam
merespon nyeri sehingga mengurangi
ketegagan
otot
dan
meningkatkan
kenyamanan serta meningkatkan koping.
Tekhnik penangan nyeri yang kedua yaitu
kompres hangat pada daerah nyeri dengan
menggunakan buli-buli, menurut Prabowo,
(2014) kompres hangat dapat membantu
pasien mendapatkan kontrol perasaan tidak
nyaman secara konstan yang di sebabkan
oleh parestesia, memperlebar pembulu
darah pada daerah nyeri sehingga suplai O²
ke daerah nyeri adekuat, dan menurunkan
kekakuan atau nyeri pada otot.
Tindakan keempat yaitu memberikan
injeksi analgetik untuk mengurangi nyeri.
Dalam Potter & Perry, (2006) pemberian
analgetik digolongkan sebagai terapi nyeri
farmakologis yaitu penggunaan beberapa
agen farmakologis yang ditujukan untuk
menangani nyeri. Pemberian analgetik
merupakan suatu penanganan agresif pada
pasien dengan nyeri akut. Pemberian
analgetik
digunakan
sebagai
sarana
penanganan guna menurunkan rasa nyeri.
Tindakan
yang
kelima
yaitu
meningkatkan istirahat tidur pasien. Dalam
Potter & Perry, (2006) istirahat dan tidur
sering memberikan perasaan terlepas
sementara dari tekanan. Pola istirahat sering
mengalami perubahan karena penyakit atau
rasa nyeri. Jadi meningkatkan istirahat
berguna untuk meningkatkan status
kesehatan klien atau memberikan perasaan
terlepas dari nyeri yang dialami.
Kesimpulan
Hasil pengelolaan yang penulis
lakukan selama 2 hari didapatkan hasil yaitu
S: pasien mengatakan nyeri berkurang, O:
pengkajian nyeri P: pasien mengatakan
nyeri saat bergerak, Q: nyeri seperti ditekantekan, R: nyeri diperut sebelah kanan kanan,
S: skala nyeri 3, T: nyeri hilang timbul.
Kesimpulan yang didapatkan masalah belum
teratasi. Sehubungan dengan hal tersebut
diharapkan bagi RSUD Salatiga untuk terus
meningkatkan mutu dan melakukan
pengelolaan nyeri pada pasien dengan
Hepatitis untuk meningkatkan peran dan
fungsi sebagai perawat.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 2. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. & Monyet. (2007). Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Judul Asli:
Handbook Of Nursing Diagnosis, 10th
Ed. Alih Bahasa: Yasmin Asih.
Jakarta: EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2013). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
13, Terjemahan Fruriolina Ariani.
Jakarta: EGC.
Corwin, J. E, (2009). Buku Saku Patofisiologi
Judul
Asli:
Handbook
Of
Pathophysiology. Edisi 3. Alih Bahasa
Subekti B. Nike. Jakarta: EGC
Depkes RI, (2014). Hepatitis. from
http//www.depkes.go.id.
Diakses
pada tanggal 26 April 2016 Jam
00:20 WIB.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2014
www.dinkesjatengprov.go.id/profil/
profil-2014.pdf
diakses
diakses
tanggal 20 april 2016 jam 20.30
Diyono & Mulyanti, Sri. (2013). Keperawatan
Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jakarta: KENCANA Prenada Media
Group.
Doenges, Marylin, E. (2010). Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk
Perencanaan
dan
Pendokumentasian
Perawatan
Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga, Jidil
Pertama,Jakarta: Media Aesculapius.
Padilla, (2013). Asuhan Keperawatan
Penyakit Dalam, Yogyakarta: Nuha
Medika.
Potter & Perry (2006), Buku Ajar
Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses, Dan Praktik, Edisi 4, volume
1, Terjemahan Asih Yasmin, dkk,
Jakarta: EGC.
(2006),
Buku
Ajar
Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses, Dan Praktik, Edisi 4, volume
2, Terjemahan Asih Yasmin, dkk,
Jakarta: EGC.
(2010),
Buku
Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses Dan Praktik Judul Asli:
Fundamentals Of Nursing: Concepts,
Process And Practice. Alih Bahasa:
Yasmin. Jakarta: EGC.
Prasetyo, Nian, Sigit. (2010). Konsep Dan
Proses
Keperawatan
Nyeri.
Yogyakarta:Graha Ilmu.
Price, S & Wilson, L, (2006). Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. EGC, Jakarta.
Qorry, A. (2014). Buku Ilmu Penyakit Dalam,
Edisi Lengkap. Jawa Timur: Yayasan
PP Al-Furqon.
Rekam Medik RSUD Salatiga (2015). Angka
Kejadian Hepatitis Tahun 201.
diambil pada tanggal 11 April 2016.
Sudoyo, A. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi 4 – jilid 1. Jakarta: FKUI.
Suriadi, (2006). Asuhan Keperawatan pada
Anak ( Edisi V ). Jakarta : CV. Agung
Seto.
WHO,
(2010).
Hepatitis.
http://www.who.int/.
Diakses
tanggal 20 April 2016 jam 23.00 WIB
Wijaya & Putri, (2013). Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Download