MODEL AGROPOLITAN BUMIAJI BERBASIS APEL DI KOTA BATU, JAWA TIMUR Diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno MS Bahan kajian MK. Perencanaan Lingkungan dan Pengembangan Wilayah September 2011 I. PENDAHULUAN Perencanaan dan penataaan kawasan sentra pembangunan yang komprehensif untuk pengembangan sektor-sektor strategis dan wilayah potensial sangat diperlukan dalam pencapaian hasil pembangunan daerah dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang optimal di wilayah Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Permasalahan yang dihadapi dewasa ini adalah alokasi pemanfaatan ruang dan sumberdayanya yang ada belum mampu mewadahi dan mengimbangi perkembangan dan potensi sektor pembangunan strategis dan wilayah potensial yang pengembangannya tidak terlepas dari sektor dan wilayah lain. Oleh karena itu tujuan dari kegiatan rancang-bangun dan perekayasaan Model Agropolitan Bumiaji berbasis Apel yang berorientasi kepada pembangunan daerah dan pemberdayaan ekonomi masyarakyat di Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur ini, adalah memadukan penggunaan ruang dan segenap sumberdayanya secara fungsional antar berbagai sektor untuk mendorong sektor ekonomi strategis-potensial (agribisnis apel) agar tercapai pertumbuhan wilayah yang seimbang, lestari dan berkelanjutan. Konsep AGROPOLITAN BERBASIS APEL ini merupakan salah satu bentuk model perencanaan dan penataan pemanfaatan ruang untuk sektor strategis dan potensial yang diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan nilai tambah yang diikuti peningkatan produktivitas wilayah dan ekonomi masyarakat pada sentra-sentra produksi APEL yang didukung oleh fasilitas, sarana dan prasarana fisik, termasuk sistem informasi teknologi dan informasi pasar yang dapat diandalkan. Untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan AGROPOLITAN APEL ini disyaratkan tersedianya informasi pewilayahan komoditas unggulan apel dan komoditi penunjangnya, yaitu tanaman hias, dan sayuran, yang didukung oleh ketersediaan sumber energi listrik dan air bersih yang memadai, serta fasilitas transportasi dan komunikasi yang tangguh. Kajian tentang pengembangan AGROPOLITAN berbasis apel di wilayah Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur ini, mempunyai peran penting sebagai arahan 1 dan peluang lokasi investasi bagi pemerintah dan masyarakat dalam mencapai efisiensi, efektifitas dan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan sentrasentra produksi dari sektor agrokompleks berbasis apel. 1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan Umum Memberdayakan ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat di wilayah Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur yang bertumpu kepada keunggulan komoditi hortikultura melalui Model AGROPOLITAN APEL. 1.2.2. Tujuan Khusus Merancang Kawasan AGROPOLITAN APEL di wilayah Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, dengan komponen-komponennya adalah: 1. Kawasan Industri Milik Masyarakat (KIMMAS), yaitu: (1). (2). (3). Kawasan Industri Masyarakat Wisata (KIMSATA), yang terdiri atas: a. Wisata Pedesaan Pegunungan, b. Wana-Wisata, dan c. Agro-Wisata berbasis hortikultura-apel. Kawasan Agroforestri Milik Masyarakat (KAGROMAS), komoditi unggulannya SAPI PERAH dengan sistem empat cluster: 1. Cluster Agroforestri sistem empat strata: a. Strata 1: Tanaman Tegakan hutan (Petai, Trembesi, Mahoni, dll) b. Strata 2: Tanaman pakan (rumput jenis unggul) c. Strata 3: Tanaman Sayuran umur pendek d. Strata 4: Sapi perah 2. Cluster Industri Pengolahan Awal Susu (IPAS) 3. Cluster Pengolahan dan pemanfaatan limbah 4. Cluster Pusat Informasi genetik dan Pembibitan. Kawasan Pertanian Terpadu (KAPET) Apel, dengan sistem empat cluster: 1. Cluster kebun apel dengan sistem empat strata: Strata 1: Tanaman Apel Strata 2: Tanaman penutup tanah / Sayuran umur pendek Strata 3: Tanaman Tegakan pagar (Jati Super, Petai) Strata 4: Cacing tanah - cashcing 2. Cluster Pasca panen dan Pengolahan Hasil buah dan sayuran 3. Cluster Pelayanan Inovasi Teknologi dan Informasi Pasar 2 (4). (5). 4. Cluster Pengembangan Lembaga Pemasaran dan permodalan. Kawasan Pertanian Terpadu (KAPET) Sayuran, dengan sistem empat cluster: 1. Cluster kebun sayur dengan sistem pola tanam terpadu: a. Strata 1: Tanaman Sayuran b. Strata 2: Tanaman rumput penutup tanah c. Strata 3: Tanaman Tegakan pagar (Jati Super, Petai) d. Strata 4: Cacing tanah - cashcing 2. Cluster Pasca panen dan Pengolahan Hasil sayuran 3. Cluster Pelayanan Inovasi Teknologi dan Networking Pasar 4. Cluster Pengembangan Lembaga Pemasaran dan permodalan. Kawasan Pertanian Terpadu (KAPET) Tanaman Hias, dengan sistem empat cluster: 1. Cluster kebun tanaman hias dengan sistem pola tanam terpadu: a. Strata 1: Tanaman Induk b. Strata 2: Tanaman Bunga Potong c. Strata 3: Tanaman Bunga Pot d. Strata 4: Media tumbuh - Cacing tanah - cashcing 2. Cluster Pasca panen dan Pengolahan Hasil Bunga 3. Cluster Pelayanan Inovasi Teknologi dan Informasi Pasar 4. Cluster Pengembangan Lembaga Pemasaran dan permodalan. 2. Kawasan Kota Bumiaji dengan prasarana pelayanan dasar meliputi: (1). Fasilitas perkotaan: Air bersih dan energi listrik, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan peribadatan, pelayanan publik perkantoran, pusat perdagangan, dan lainnya . (2). Pusat Informasi Bisnis / Terminal Agribisnis yang mendukung pengembangan dan pemberdayaan Kawasan Industri milik Masyarakat. (3). Pusat Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis yang mempunyai networking sinergis dengan pusat-pusat inovasi dan informasi agribisnis regional, nasional dan global. (4). Taman Teknologi Tepat Guna, sebagai pendukung pengembangan Kawasan industri milik masyarakat berbasis agrokomplek – hortikultura, utamanya: a. Eksploitasi sumberdaya hutan yang berkelanjutan b. Pengelolaan lingkungan hutan yang dapat diakses masyarakat c. Eco-labelling 3 d. Teknologi produksi yang berorientasi nilai-tambah e. Teknologi yang berbasis sumberdaya lokal dan ramah lingkungan. (5). Pusat Pengembangan Investasi Publik dan Modal Ventura: a. Pusat Informasi b. Forum komunikasi c. Asosiasi. 1.2.2. Sasaran Sasaran kegiatan Pengembangan AGROPOLITAN APEL ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Tertatanya Kawasan Industri Masyarakat dengan Komoditi unggulannya hortikultura melalui pendekatan ruang dan pengisian ruang melalui skenario pengembangan prioritas kawasan (berjenjang) maupun jenis komoditas yang dikembangkan dalam masing-masing kawasan industri tersebut. Pemanfaatan ruang kawasan hutan dan sekitarnya dengan segenap sumberdayanya sesuai dengan pengembangan agroforestri Tertatanya sarana jasa pelayanan investasi / permodalan dan sistem informasinya mengenai kendala dan persoalan dalam upaya pemberdayaan kegiatan usaha produktif masyarakat. Tertatanya fasilitas-sarana-prasarana penunjang Kawasan Industri , seperti tersedianya jaringan irigasi, listrik, air bersih, transportasi dan telekomunikasi di setiap Kawasan Sentra Produksi dalam upaya pengembangan komoditi unggulan wilayah. Tertatanya sistem transportasi dan pola aliran barang dari sentra produksi ke penyimpanan sementara/gudang, ke tempat distribusi barang hingga sampai ke tempat tujuan tujuan (pengolahan, pedagang) maupun pasar eksternal. 1.3. Ruang Lingkup 1.3.1. Ruang Lingkup Kawasan Penentuan Model Kawasan Industri Milik Masyarakat (KIMMAS), beserta Kawasan Sentra Produksi pendukungnya dalam lingkup AGROPOLITAN BUMIAJI, kota Batu, Jawa Timur, diarahkan pada wilayah-wilayah yang memiliki potensi pengembangan hortikultura, yaitu tanaman Apel, sayuran dataran tinggi dan tanaman hias, wisata-alam dan agrowisata; serta harus ditunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana di wilayah itu termasuk pasar dan informasi pasar. Lingkup kawasan tidak dibatasi dengan batas administratif, tetapi ditentukan oleh fungsinya. Dengan demikian, maka lingkup kawaan bisa relatif luas dapat terdiri dari bagian-bagian wilayah kecamatan, bisa juga relatif kecil 4 dapat terdiri dari satu atau lebih dari dua bagian wilayah DESA, atau antar desa di Kecamatan Bumiaji. Besar kecilnya Kawasan Industri Masyarakat sebagai Sentra Produksi komoditi unggulan di dalam lingkup AGROPOLITAN tidak terlepas dari pada faktor potensi dan fungsi kawasan jarak geografis. Adanya perbedaan jarak yang panjang memungkinkan perlunya pemisahan kawasan, sedangkan jarak terpendek antar kawasan potensial cenderung membentuk satu kesatuan Kawasan Sentra Produksi. Dalam kaitannya antara batas administratif dengan faktor jarak geografis terhadap kemungkinan terbentuknya kawasan, ada kemungkinan ditemukannya pemisahan dari suatu kawasan dengan kawasan baru. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1 berikut. 5 Wilayah Kecamatan Bumiaji, Kota Batu AGROPOLITAN APEL KIMMAS: Horticultural community farming KAPET Kawasan Pertanian Terpadu MARKET AREA I KIMSATA OUTLETOUTLET di Jawa Timur KAGROMAS EXPORT (MARKET AREA ll) Gambar 1. Konsep ruang pengembangan AGROPOLITAN APEL 6 1.3.2. Lingkup Materi Ruang lingkup materi pekerjaan ini disusun sebagai berikut: 1. Kebijakan pengembangan tata ruang. Kebijaksanaan ketata-ruangan berkaitan dengan struktur pengembangan wilayah dan pengem-bangan sektoral yang dijabarkan dalam pokok-pokok reformasi. 2. Identifikasi Sumberdaya wilayah dan sumberdaya agrokompleks komoditi unggulan wilayah 3. Kondisi kawasan dan kecenderungan perkembangannya, dapat diidentifikasi potensi yang meliputi a.l.: a. Potensi yang terkandung, baik yang sudah dimanfaatkan, belum dimanfaatkan dan diperkirakan ada, termasuk di dalamnya identifikasi komoditas unggulan kawasan. b. Prospek dan kemungkinan pengembangan komoditas pertanian di masa mendatang, baik menyangkut produksi peningkatan nilai tambah maupun pemasarannya, menuntut perlunya kawasan pengembangan sentra produksi. Karena peluang di masa mendatang menghadapi era globalisasi paling tidak dapat meng-antisipasi kemampuan daya saing produksi , pemasaran dan pangsa pasar yang dapat diraih. 4. Penyusunan Skenario Pengembangan Kawasan Industri Milik Masyarakat berbasis agrokompleks-hortikultura di Kota Batu, Jawa Timur. Skenario pengembangan kawasan ditempuh melalui skala prioritas pemanfaatan ruang dan segenap sumberdaya wilayahnya dnegan skala priontas kegiatan pengembangan komoditas unggulan. Skenario pengembangan berisi pola pemanfaatan ruang dan struktur ruang, yaitu pengembangan komoditas tanaman pangan dan perikanan serta sistem prasarana penunjangnya dan merupakan acuan pengembangan kawasan. 5. Perumusan program pengembangan sektor, komoditas unggulan dan sistem prasarana. Rumusan program pengembangan berisi program-program pengembangan sektor, komoditas dan sistem sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan dan perikanan. Program-program dirumuskan dalam mendukung pencapaian skenario-skenario tersebut. 6. Perumusan program-program pengembangan yang terpilih. program ini merupakan interaktif antara kondisi, kemampuan pembiayaan dan kelembagaan dengan pengembangan kawasan serta kebutuhan sarana dan prasarana pendukungnya, dimana proses ini dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan suatu tatanan program yang terarah. Rumusan program ini berisi rencana program pengembangan kawasan yang meliputi: besaran penyediaan, lokasi spesifiknya, aspek pembiayaan dan pelaksanaannya serta tahapan pengembangan. Dalam perumusan program tersebut diharapkan dapat tercapai suatu komitmen pelaksanaan dari pelaku pembangunan. 7 7. Perumusan strategi peningkatan sistem pemasaran hasil produksi yang terintegrasi dengan Jalan Lintas Kalimantan Timur. Sebagai upaya untuk menarik minat dunia usaha dan dapat melakukan investasi di kawasan sentra produksi, informasi mengenai peluang pengembangannya perlu disebarluaskan. Media informasi yang digunakan berupa peta dan leaflet yang berisi potensi pengembangan kawasan, dukungan yang ada dan rencana-rencana investasi. 1.3.3. Rentang Waktu Perencanaan Rentang waktu pelaksanaan Master Plan Kawasan Sentra Produksi (KSP), rencana tindak (Action Plan), dan rencana implementasi (Implementation Plan) adalah 3-5 tahun, setelah mempertimbangkan bahwa: a. Rentang waktu pelaksanaan Master Plan KIMMAS harus lebih kecil dari RTRW (Undang-Undang Republik Indonesia No 24 tahun 1992 Tentang Penataan Ruang), karena RTRW ini merupakan induk dari segala perencanaan yang ada. b. Rentang waktu rencana penyusunan dan pelaksanaan Rencana Tindak (Action Plan) dan rencana implementasi (Implementation Plan) berkaitan dengan pelaksanaan rencana tahunan dan rencana program lima tahunan dan program tahunan dari Pemerintah Kota Batu. 8 II. KERANGKA KONSEP Skenario master plan AGROPOLITAN APEL disusun melalui penyusunan program-program secara terarah dan benar ke dalam tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilalui (identifikasi, skenario, program pengembangan dan program terpilih). Setiap tahapan program / kegiatan harus dapat mencerminkan alur proses input dan output yang dapat dikendalikan dari acuan dan atau parameter kinerja sehingga program yang dikembangkan sebagai program terpilih mengikuti kerangka pemikiran Master Plan. Skenario rencana tindak dan rencana implementasi yang merupakan pengembangan lanjutan dari program Master Plan yaitu berupa program terpilih, selanjutnya disusun secara sistematis untuk memahami muatan-muatan apa saja yang dapat dijabarkan / diimplementasikan (dalam satuan; volume, biaya, waktu, sumber pembiayaan dan pengelolaannya) dalam setiap program berdasarkan sasaran. Dalam hal ini, program-program yang dimaksud adalah programprogram yang memiliki kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Setiap program dilengkapi dengan pola-pola pengembangan pelaksanaan yang mengacu dan memperhatikan seberapa besar dukungan yang ada untuk mengetahui kemudahan-kemudahan maupun kendala-kendala pengembangan usaha di suatu kawasan pengembangan. Kepentingan tersebut di atas dimaksudkan untuk memberikan informasi awal bagi masyarakat dan investor, misalnya adanya aspek pembiayaan dan mekanisme insentif dan dis-insentif. Di dalam program-program terpilih dari satuan program, ada program yang dapat langsung dilaksanakan (action) tanpa melalui tahapan profil investasi, misalnya program peningkatan sumberdaya manusia melalui sistem pelatihan. Profil investasi dalam hal ini adalah suatu tahapan program yang masih perlu diperkenalkan kepada para pengusaha / investor melalui kegiatan promosi yang dapat diadakan oleh Sekertariat Kawasan Sentra Produksi untuk disosialisasikan kepada segenap lapisan masyarakat. 9 KAWASAN KEC BUMIAJI, KOTA BATU TATA RUANG DAN PERUNTUKAN KAWASAN KAWASAN TERBANGUN, KAWASAN KONSERVASI DAN KAWASAN BUDIDAYA Kawasan potensi dan strategis untuk dikembangkan SECARA INTENSIF. PROSES IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI PENETAPAN KAWASAN KIMMAS DAN KAPET MASTER PLAN KIMMAS DAN KAPET ACTION PLAN Komoditi Unggulan IMPLEMENTATION PLAN KIMMAS DAN KAPET Gambar 2. Diagram alir penyusunan rencana induk, rencana aksi dan rencana implementasi AGROPOLITAN APEL di Bumiaji 10 RANCANGAN KIMMAS dan KAPET MANAJEMEN PENDANAAN DAN TEKNOLOGI DANA INVESTASI LITBANG Koperasi KIMMAS dan KAPET Teknol dana Industri Pengolahan/ Mini-Plant Kebun sistem Empat Strata Inovasi Teknologi & Informasi pasar Lembaga Pemasaran, Investasi & permodalan 11 KETERKAITAN ANTAR CLUSTER DALAM KIMMAS dan KAPET Cluster ALSINTAN KSP Komoditi INDUSTRI Komoditi Unggulan Hasil PRIMER Cluster produk Unggulan Primer PASAR GLOBAL Limbah Produksi - Pupuk - Pestisida - Agrokimia Bahan kimia penolong Cluster Pupuk & Pakan Cluster Pemasaran & Transportasi Cluster Agrokimia Industri Olahan Pangan Agroindustri Industri Pupuk Organik Cluster Kemas & Packaging SISTEM PERBANKAN DAN ASURANSI Pasar Nasional 12 DASAR PERTIMBANGAN 1. Pemberdayaan ekonomi daerah dan masyarakat, khususnya masyarakat Bumiaji, Kota Batu, melalui Model AGROPOLITAN dengan Kawasan Industri Milik Masyarakat yang mengelola Komoditi Unggulan, yang diintegrasikan dengan sistem ekonomi yang telah ada 2. Antisipasi pasar hasil-hasil agrokompleks, akibat melimpahnya permintaan hasil-hasil agrokompleks di pasar lokal, regional dan nasional 3. Sistem Produksi dan Distribusi produk-produk hortikultura: - lemahnya posisi tawar petani /masyarakat produsen - Industri agrokompleks menghadapi kendala aksesibilitas pasar global - Produksi agrokompleks mengalami tekanan berat dari komoditi daerah lain - Sistem kemitraan petani - industri “kurang adil” - Potensi wisata bahari yang didukung oleh wana wisata dan agrowisata belum dapat dioptimalkan - Biaya produksi terbebani oleh biaya transportasi yang relatif tinggi, akibat keterbatasan akses transportasi 4. Industri hilir masih terbatas pada produksi olahan sederhana TUJUAN: Memberdayakan ekonomi daerah dan masyarakat melalui pengembangan Model AGROPOLITAN berbasis apel guna peningkatan daya saing produk-produk unggulan: 1. Menginisiasi berkembangnya KIMMAS dan KAPET dalam lingkup AGROPOLITAN Bumiaji, Kota Batu 2. Menginisiasi berkembangnya KIMMAS dan KAPET Komoditi Unggulan yang didukung oleh techno-industrial cluster yang efektif dan relevan 3. Pengembangan teknologi Produksi, Konservasi dan pengolahan diversivikasi produk-agrokompleks, termasuk jasa Wisata-alam dan agrowisata. 4. Pengembangan kelembagaan pengelola kawasan industri. 13 Kelayakan Pengembangan AGROPOLITAN: 1. KEKUATAN: a. Ketersediaan bahan baku potensial yang didukung oleh keunggulan komparatif kondisi sumberdaya alam dan agroekologi b. Sifat unggul agrokompleks hortikultura untuk pasar regional dan nasional c. Ketersediaan sumberdaya alam wilayah yang unggul d. Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi terhadap pengembangan agrokompleks e. Potensi pasar yang sangat besar 2. a. b. c. KELEMAHAN Kesenjangan hasil-hasil LITBANG ke aplikasi komersial Industri Pengolahan Agroindustri bertindak juga sebagai “lembaga pemasaran” Belum terbentuknya keterkaitan-kemitraan yang adil antar pelaku (cluster) produksi - industri & distribusi Agrokompleks-hortikultura d. Produk hilir masih terbatas pada olahan sederhana e. Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi, dan belum adanya transportasi darat yang memadai 3. PELUANG a. Pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka, demikian juga pasar global b. Diversifikasi produk-produk agroindustri sangat potensial c. Kebutuhan pengembangan keterkaitan antar cluster agribisnis dalam kelembagaan KIMMAS dan KAPET d. Kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan agrokompleks e. Pembangunan prasarana jalan dan jaringan transportasinya 5. ANCAMAN a. b. c. d. Hambatan-hambatan sistem distribusi komoditi domestik dan ekspor Persaingan dengan produk-produk hortikultura negara lain Persaingan dalam penggunaan SDM yang masih terbatas Hambatan-hambatan sistem industri agrokompleks, pola kemitraan dan partisipasi masyarakat lokal. 14 PROGRAM KEGIATAN 1. Pemberdayaan Masyarakat Pengelola KIMMAS dan KAPET 2. Pengembangan KIMMAS dan KAPET dengan komponen utamanya: a. Kawasan sentra produksi primer b. Kawasan industri pengolahan (Mini Plant) c. Sistem Inovasi Teknologi dan Informasi Pasar d. Penguatan Kelembagaan Pemasraan dan permodalan 3. Kajian Keunggulan produk-produk hilir agroindustri hortikultura 4. Sosialisasi dan Komersialisasi hasil-hasil kajian 5. Implementasi sistem Quality Assurance (QA) OUTCOME 1. Berkembangnya KIMMAS dan KAPET dengan keterkaitan yang adil di antara cluster-cluster yang ada 2. Terbentuknya pengelola KIMMAS dan KAPET yang mampu mengkoordinasikan sistem produksi dan sistem distribusi produk-produknya 3. Berkembangnya industri pengolahan sekala mikro / mini 4. Meningkatnya citra dan keunggulan produk domestik DAMPAK 1. Sinergi kelembagaan dan industri dalam “CLUSTER” 2. Sinergi antar pelaku agribisnis/agroindustri dalam KIMMAS dan KAPET 3. Tumbuh-kembangnya semangat masyarakat untuk memproduksi produk unggulan hortikultura 4. Tumbuh-kembangnya pasar produk-produk olahan agrokompleks - hortikultura 15 III. RENCANA STRATEGIS Pendekatan KIMMAS dan KAPET memandang kawasan sebagai suatu sistem produksi, yakni input , proses dan output. Dari sudut pandang ini KIMMAS harus mempertimbangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi bidang pertanian tanaman pangan dan perikanan. Dengan demikian kajian yang berkaitan dengan penyediaan input di dalam KIMMAS, pengolahan sumberdaya dan jenis produk yang dihasilkan perlu dilakukan, sehingga dapat ditentukan besaran komoditas yang akan dikembangkan. Mengenali permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan komoditas tersebut. Kawasan sentra produksi di Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur lebih difokuskan kepada kegiatan dan komoditas hortikultura agroforestri yang telah ditetapkan sebagai sektor unggulan, termasuk Wisata-alam dan Agrowisata. Sektor unggulan ini selanjutnya dikembangkan sebagai sektor penggerak utama dalam KIMMAS dan KAPET. Dalam kaitannya dengan rencana ruang yang ada, kegiatan ini merupakan upaya untuk mengisi dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang yang mengacu pada rencana tersebut, sekaligus secara interaktif memberikan umpan balik bagi penyempurnaan rencana itu sendiri. Sedangkan dari sisi output, dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, serta sekaligus meng-optimalkan pemerataan pembangunan ekonomi wilayah. Keberadaan KIMMAS dan KAPET ini menjadi penting sebagai acuan lokasi investasi bagi pemerintah dan swasta, khususnya dalam upaya untuk mencapai efisiensi, efektifitas dan nilai tambah. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemberdayaan tata ruang dan sumberdaya wilayah yang ada dan dapat mempermudah perumusan dukungan pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pertanian dalam arti luas. 3.1. Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Potensi Wilayah Survei lapangan dilakukan di wilayah Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, antara lain dimaksudkan untuk memantapkan kondisi eksisting dan potensi pengembangan kawasan komoditi unggulan yang berada pada wilayah tersebut. Hasil kajian data eksisting, baik dari hasil survei instansional maupun survei lapangan, dianalisis menurut kritena-kriteria berdasarkan tingkat kebutuhan dalam pembuatan master plan pengembangan Kawasan Industri Milik Masyarakat (KIMMAS). Sementara itu, metoda analisis yang dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis adalah untuk menetapkan secara kewilayahan hasil analisis data struktural (dengan menggunakan cluster analysis), sehingga secara 16 terintegrasi dapat disajikan deskripsi menyeluruh tentang rencana pengembangan Kawasan yang diunggulkan. Kontribusi Sistem Informasi Geografis pada tahap pembuatan master plan dalam hal ini berfungsi sebagai alat bantu (tools) analisis terhadap aspek keterkaitan spasial dengan data non-spasial . Sistem Informasi Geografis juga merupakan alat bantu untuk menghasilkan output (master plan). Metoda pendekatan Sistem Informasi Geografis ini diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat analisa terhadap aspek keruangan dan non keruangan dibandingkan dengan cara manual. Adapun sasaran yang ingin dicapai dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis adalah: a. Kemudahan dalam penyajian Informasi peta-peta b. Efisiensi analisa spasial dan Sinkronisasi data spasial dan non spasial c. Validasi dan keakuratan data d. Kemudahan dalam menentukan letak (posisi geografis), jarak dan luasan. 3.2. Kegiatan Pengembangan AGROPOLITAN Penentuan Kawasan Sentra Produksi dikembangkan dari pengertian fungsi pertanian dalam arti luas. Semua wilayah di kecamatan Bumiaji memiliki peluang untuk dikembangkan berdasarkan potensi pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan berikut sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di setiap wilayah desa. Skenario pengembangan KSP terpilih ditempuh melalui skala pengembangan kawasan. Pertama, pemilihan KSP prioritas, ditujukan untuk memudahkan pengarahan pemanfaatan ruang yang bergulir / bertahap, terarah guna mengantisipasi kemampuan pembangunan terbatas. Ke dua, pengisian ruang sejalan dengan kemampuan pembangunan yang terbatas, sehingga diperlukan adanya sekala prioritas. Dengan skenario tersebut, maka program sektor prioritas pengembangan AGROPOLITAN melalui pengisian ruang kawasan terbangun tersebut dapat disajikan secara terintegrasi dan menyeluruh. PENUTUP Pembangunan daerah dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilaksanakan selama ini masih bertumpu kepada Trilogi Pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitas nasional. Sejalan dengan semangat otonomi daerah, dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat harus bertumpu kepada keunggulan komparatif dan kompetitif sumberdaya alam wilayah yang dikelola secara TERPADU, optimal dan lestari. 17 Pemanfaatan potensi daerah secara tidak efisien dan berorientasi kepada tantangan-kepentingan jangka pendek, dapat mengakibatkan terjadinya pengurasan sumberdaya alam secara tidak terkendali dan pada akhirnya dikhawatirkan akan mendatangkan bencana yang destruktif. Pengalaman menunjukkan bahwa pemanfaatan potensi sumberdaya alam daerah dan pengelolaan tantangan yang ada pada masa lalu masih lebih mengutamakan kepada upaya mengejar perolehan manfaat ekonomi sematamata, sehingga dalam mengekploitasi sumberdaya alam dan lingkungan kurang memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan kurang menghargai jasa-jasa lingkungan. Masalah Iain yang dihadapi adalah pola pemanfataan sumberdaya alam yang cenderung terpusat pada beberapa kelompok masyarakat tertentu, sehingga hal ini mengurangi kesempatan dan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam secara berkeadilan. Konstitusi mengamanatkan bahwa pengelolaan sumberdaya alam dalam proses pembangunan diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat luas melalui berbagai bentuk tindakan konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan sumberdaya alam dengan menerapkan teknologi tepat-guna yang bersahabat dan ramah lingkungan. 18