isi laporan fisiologi tumbuhan dormansi biji

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1
Tujuan Praktikum
 Meneliti waktu tidur (dormasi) biji padi.
1. 2
Dasar Teori
Biji dikatakan dorman apabila dalam keadaan viabel idak mau berkecambah
walaupun
diletakkan
pada
lingkungan
yang
memenuhi
syarat
bagi
perkecambahannya. Dormasi biji dapt disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal
berupa kondisi biji itu sendiri maupun eksternal pada masa pembentukannya seperti
suhu dan cahaya. Periode dormasi biji dpat berlangsung musiman atau dapat juga
bertahun-tahun, bergantung kepada jenis biiji dan tipe dormansinya. (Tim Mata
Kuliah Fisiologi Tumbuhan;2011)
Dormasi
biji
sebenarnya
merupakan
suatu
mekanisme
untuk
mempertahankan diri teradap berbagai kondisi lingkungan yang tidak ramah seperti
ketersediaan air yang terbatas, suhu yang tidak terlalu dingin, atau intensitas cahaya
yang terlalu rendah. Mekanisme internal ini antara lain dapt berupa impermeabilitas
kulit biji terhadap air dan gas, embrio yang rudimenter, adanya inhibitor, rendahnya
kandungan zat perangsang tumbuhan. (Tim Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. 2011)
“Dorman” artinya “tidur” atau “beristirahat”. Para ahli biologi menggunakan
istilah itu untuk tahapan siklus hidup, seperti buji dorman, yang memiliki laju
metabolisme yang sangat lambat an sedangkan tidak tumbuh an berkembang.
(Campbell,dkk. 364-365. 2003)
Dormasi pada biji menigkatkan peluang bahwa perkembangan akan terjadi
pada waktu dan tempat yang paling mengntungkan bagi pertumbuhan biji.
1
Pengakhiran periode dormansi umunya memerlukan kondisi lingkungan yang
tertentu. Biji tumbuhan gurun, mialnya, hanya berkecambah setelah curah hujan yang
memadai. Jika mereka harus berkecambah setelah hujan rintik-rintik yang sedang,
tanah mungkin akan terlalu cepat kering sehingga tidak dapt mendukung
pertumbuhan biji. Di tempat di mana kebakaran alamiah biasa terjadi banyak biji
memerlukan panas yang sangat tinggi untuk mengakhri dormasi; dengan demikian
pertumbuhan biji menjadi paling berlimpah setelah api menghanguskan vegetasi yang
menjadi saingannya tersebut. Di tempat dimana musim dinginsangat parah, biji
mungkin memerlukan pemaparan terhadap cuaca dingin yang lebih lama, biji yang
disemaikan selama musim panas atau musim gugur tidak akan berkecambah sampai
musim semi berikutnya. Hal ini akan memastikan musim tumbuhan yang panjang
sebelum musim dingin berikutnya. Biji yang sangat kecil, seperti beberapa biji dari
varietas lettuce, memrlukan cahaya untuk perkecambahan dan akan mengakhiti
dormansinya hanya jika ditanam cukup dangkal sehingga kecambah benih bisa
muncul menembus permukaan tanah. Beberapa biji memiliki kulit pembungkus yang
harus dilemahkan dengan senyawa-senyawa kimia ketika biji-biji tersebut melewti
saluran pencernaan hewan dan akibatnya cenderung akan terbawa hingga jarak yang
cukup jauh sebelum berkecambah. (Campbell,dkk;365. 2003)
Lama waktu di mana biji dorman masih hidup dan mampu berkeambah
bervarisi dari beberapa hari hingga beberapa dekade ataubahkan lebih lama lagi,
bergantung pada spesies da kondisi lingkungan. Sebagian besr biji sangat tahan lama
sehingga bisa bertahan selama satu atau dua tahun sapai kondisi memungkinkan untk
berkecambah. Dengan demikian, tanah memiliki kumpilen biji yang belum
berkecambah yang mungkin telah menumpuk selama beberqapa tahun. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa vegetasi bisa kmuncul kembali sedemikian
cepatnya setelah kejadian kebakaran, kekeringan, banjir, tau beberapa bencana alam
lainnya. (Campbell, dkk; 365. 2003)
2
Klasifikasi Dormansi Biji
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada
embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embryo.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor
penyebab, mekanisme dan bentuknya.
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau
kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji
itu sendiri; terbagi menjadi:
- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
- fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
- kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses
fisiologis; terbagi menjadi:
3
- photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
- immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio
yang tidak/belum matang
- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi
Kulit biji impermeabel terhadap air/O2





Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp,
endocarp
Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi
(misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun
lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan
skarifikasi mekanik.
Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji,
raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji.
Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat
dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)



Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih
belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon
(melinjo)
Embrio belum terdiferensiasi
Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu
untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur
rendah dan zat kimia.
Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering
Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit.
4
Biji membutuhkan suhu rendah
Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae.
Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur,
melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya.
Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
- jika kulit dikupas, embrio tumbuh
- embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
- embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji
masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
- perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh
kerdil
- akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi
berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
Biji bersifat light sensitive
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas
(kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas
(panjang hari).
Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada
biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya);
jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal
ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya
dihambat oleh cahaya).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap
untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan
hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic
5
menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan
dengan temperatur rendah.
Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari
spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat
perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic
(sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek yang terjadi
kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji
mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif):
di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi P730.
P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya
perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730 nm),
maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses
perkecambahan.
Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:
- Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
- Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah
- Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau
terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang
diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat
digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea dan asam giberelin.
Dormansi karena zat penghambat
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses
metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi
6
yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh
rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah
berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi
penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di
mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm,
kulit biji maupun daging buah.
Teknik Pematahan Dormansi Biji
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embryo.
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal
pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat
terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat berupa
pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis. Hartmann (1997)
mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk
mematahkannya.
Tipe
Karakteristik
dormansi
Immature Benih secara fisiologis
embryo
belum mampu
berkecambah, karena
embryo belum masak
walaupun biji sudah
masak
Contoh
spesies
Fraxinus
excelcior,
Ginkgo
biloba,
Gnetum
gnemon
Dormansi
mekanis
Pterocarpus,
Terminalia
spp, Melia
volkensii
Beberapa
Legum &
Dormansi
fisis
Perkembangan embryo
secara fisis terhambat
karena adanya kulit
biji/buah yang keras
Imbibisi/penyerapan air
terhalang oleh lapisan
7
Metode pematahan dormansi
Alami
Buatan
Pematangan
Melanjutkan proses
secara alami
fisiologis
setelah biji
pemasakan embryo
disebarkan
setelah biji
mencapai masa
lewat-masak (afterripening)
Dekomposisi
Peretakan mekanis
bertahap pada
struktur yang
keras
Fluktuasi suhu
Skarifikasi
mekanis,
Dormansi
chemis
kulit biji/buah yang
impermeabel
Myrtaceae
Buah atau biji
mengandung zat
penghambat (chemical
inhibitory compound)
yang menghambat
perkecambahan
Buah fleshy
(berdaging)
Pencucian
(leaching) oleh
air,
dekomposisi
bertahap pada
jaringan buah
pemberian air
panas atau bahan
kimia
Menghilangkan
jaringan buah dan
mencuci bijinya
dengan air
Dormansi merupakan suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda yaitu keadaan
yang istirahat.
Dormansi merupakan kondisi yang belangsung selam satu periode tertentu yang tidak
terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan untuk
perkecambahan (Sutopo, 1988).
Menurut Justice (1978), dormansi pada beberapa jenis benih yang disebabkan oleh :
1. Struktur benih, misalnya kulit beih, braktea, gulma, perikarp dan membrane,
yang mempersulit keluar masuknya air dan udara.
2. Kelainan fisiologis pada embrio.
3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya, dan
4. Gabungan dari factor–factor diatas.
Tipe-Tipe Dormansi
Menurut Sutopo ( 1988 ), tipe – tipe dormansi terbagi atas 4 bagian yaitu :
1.
2.
3.
4.
Impermeabilitas kulit biji terhadap air,
Mekanisme kulit biji terhadap pertumbuhan,
Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas – gas, dan
Immaturity embrio.
Terdapat 3 macam dormansi secara luas :
1. Bawaan ( innate ),
2. Rangsangan ( inducet ),
3. Paksaan ( anvorced ).
Dormansi bawaan atau kandang pula disebut sebagai dormansi primer, biasanya
dijumpai pada biji–bijian atau perbanyakanvegetatif sementara. Dormansi rangsangan
8
atau perbanyakan merupakan pengaruh lingkungan sekitar biji atau organ
perbanyakan vegetatif setelah terlepas dari nduknya. Domansi paksaan disebabkan
oleh adanya factor lingkungan yang menguntungkan untuk dimulainya pertumbuhan,
akibat kekurangan suhu yang tidak menguntungkan (Sutopo, 1988).
Cara Mengatasi Dormansi
Menurut Sutopo (1988), cara –cara mematahkan dormansi yaitu sebagai berikut :
- Perlakuan mekanis
Perlakuan mekanis umum digunakan untuk memecahkan dormansi benih yang
disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas, resistensi
mekanis kulit perkecambah yang terdapat pada kulit biji
- Perlakuan kimia
Perlakuan dengan menggunakan bahan–bahan kimia sering pula dilakukan untuk
memecahkan dormansi pada benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih
mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi.
- Perlakuan perendaman dengan air
Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas
dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perendaman yang baik pada
biji lamtoro adalah pada suhu 180o – 200oF yang bertujuan untuk meningkatkan suatu
perkecambahan dan memudahkan penyerapan air oleh benih.
Dormansi pada Benih yang Disimpan
Hubungan antara dormansi dengan penyimpanan yaitu pada beberapa keadaan,
penyimpanan dapat mempengaruhi dormansi. Dormansi pada beberapa spesies dapat
menghilang. Bila disimpan selama beberapa bulan pada kondisi suhu dan kelembaban
nisbi lingkungan terkendali, asal dan suhunya berada di atas suhu titik beku. Ahli
fisiologi benih faham benar akan metode metode terbaik untuk mempertahankan
dormansi pada benih yaitu dengan jalan menyimpan pada suhu di sekitar titik beku (
Jumin, 2002 ).
Factor–factor yang meyebabkan hilangnya dorminasi pada benih sangat bervariasi
tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain: karena
temperature yang siliha berganti menipis kulit biji, hilangnya kemampuan untuk
menghasilkan zat – zat penghambat perkecambahan, dan adanya kegiatan dari
mikroorganisme ( Sutopo, 1988 ).
9
Hilangnya sifat dormansi tergantung pada waktu penyimpanan dimana ada beberapa
jenis spesies yang dorminansinya hilang pada minggu ketujuh hingga ke sebelas
setelah panen, suhu dimana dormansi akan hilang bila diletakkan pada suhu di atas
titik beku (Jumin, 2002 ) dalam http://www.ojimori.com/2011/06/29/hubunganantara-dormansi-dan-penyimpanan/
10
BAB II
METODOLOGI
2. 1.
Alat dan Bahan
1.1.1.
Alat
a) 2 cawan petri
b) Kertas Merang
c) Label
1.1.2.
Bahan
a) Biji padi yang masih baru (setelah dipanen)
b) Biji lpadi lama (telah disimpan)
c) Air
2. 2.
Cara Kerja
a) Menyiapkan 100 biji padi baru dan 100 biji padi lama
Biji padi lama
Biji padi baru
11
b) Masing-masing cawan petri dialasi dengan kertas merang dan dibasahi
air,
Kertas merang
c) Meletakkan ke-100 biji pada cawan petri dengan menandai yang lama
dan yang baru,
Biji padi lama
Biji padi baru
d) Melakukan pengamatan selama 7 hari, tiap hari dihitung biji yang
berkecambah dan dicantumkan dalam tabel.
12
BAB III
HASIL PENGAMATAN
hari ke-1
hari ke-2
hari ke-3
hari ke-3 kelompok 2
hari ke-4
hari ke-4 kelompok 2
13
Kelompok
Hari
Biji padi lama
Biji padi baru
ke1
1
Tidak
2
ada Tidak
perubahan
2
Tidak
ada Tidak
perubahan
ada Tidak
perubahan
3
4
ada Tidak
3
6
ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
perubahan
perubahan
5
perubahan
perubahan
perubahan
ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
perubahan
perubahan
perubahan
perubahan
49
3
Terdapat 7 2
kecambah
kecambah
kecambah
13 kecambah 12 kecambah
4
60
kecambah,
58
90
kecambah, 5 kecambah,
yang 7
akarnya
yang
akarnya
berukuran
akarnya
4
7 kecamah,
kecambah
2 akarnya
21
berukuran
1,5cm
25
berukuran
1,5cm,
5 berukuran
kecambah
0,5cm
berukuran
1,5 cm, dan
1cm dan 1 yang
40
berukuran
berukuran 1
o,5cm
cm.
14
kecambah
BAB IV
PEMBAHASAN
4. 1
Pembahasan
Dalam praktikum pada acara dormansi biji ini kami menggunakan biji padi
yang masih baru dan yang sudah lama dipanen.kami dibagi beberapa kelompok
kelompok 1-3 menggunakan biji padi yang sudah lama dan kelompok 4-6
menggunakan biji padi yang baru dipanen. Kami memilih biji padi yang bagus baik
itu yang baru maupun yang lama sebanyak 100 biji dari masing-masing biji padi yang
baru maupun yang lama. Pemilihan ini agar biji yang kami gunakan benar-benar biji
yang bagus.
Setelah itu kami menyiapkan cawan perti (namun saat praktikum
menggunakan tutup toples, karena persediaan cawan petri telah habis) dan kertas
merang untuk di letakkan 100 bii padi baik kategori lama maupun kategori
baru.Untuk biji lama perlakuan oleh kelompok 1-3 selama 2 hari belum ada
perubahan. Hal ini terjadi karena enzim yang menggerakkan biji untuk aktif masih
belum bereaksi.Namun setelah hari ke ketiga untuk perlakuan 1 terjadi perubahan
yaitu muncul kecambah sebanyak 13 kecambah.Hal ini terjadi karena pada biji padi
tersebut telah mulai aktif enzim pengatur tumbuh kecambah tersebut.Kemudian
pengamatan hari keempat pada perlakuan 1 sudah bertambah menjadi 60 biji yang
berkecambah dengan panjang yang 7 akarnya berukuran 0,5 cm sedang sisanya
belum berakar.
Pada perlakuan 2 juga identik sama untuk pengamatan selama 2 hari masih
belum ada kecambah yang muncul alasan serupa seperti perlakuan 1 terjadi juga
pada perlakuan 2.Namun pada hari ketiga telah terdapat perubahan yaitu terdapat 12
biji yang sudah mulai berkecambah.Hal ini terjadi karena ke 12 biji tersebut lebih
reaktif untuk tumbuh kecambah dibandingkan dengan 88 biji lainnya .Pengamatan
15
hari ke empat terjaadi perubahan 58 kecambah, 5 akarnya berukuran 1,5cm, 5
berukuran 1cm dan 1 berukuran 0,5 cm.Hal ini terjadi karena enzim-enzim pada biji
padi tersebut telah aktif.
Perlakuan 3 juga identik sama yaitu selama 2 hari tidak ada perubahan yang
disebabkan karena enzim pada biji padi tersebut belum aktif.Pada hari ketiga terjadi
perubahan 49 kecambah.terjadi dikarenakan enzim pada biji padi tersebut telah
aktif.Pada hari ke empat 90 kecambah, yang 21 akarnya berukuran 1,5 cm, dan yang
40 berukuran 1 cm.
Perlakuan 4 selama 2 hari pengamatan juga belum terdapat perubahan.Hal
ini
terjadi
karena
enzim-enzim
pengatur
tumbuh
kecambah
belum
ikut
aktif.Pengamatan hari ketiga sudah mulai muncul 3 kecambah, namun untuk panjang
akar belum dapat teridentifikasi karena 3 biji tesebut hanya mulai merekah kulit
bijinya saja petanda akan muncul kecambah.
Perlakuan 5 selama 2 hari tidak didapati kecambah yang muncul hal ini
terjadi karena terjadi dormansi yang cukup panjang padahal biji yang digunakan
adalah biji baru biasanya secara logika biji baru tersebut masa tidurnya tidak selama
biji lama.Hal ini mungkin terjadi penyimpangan yang disebutkan pada literature
dibagian dasar teori (factor lamanya dormansi bisa terjadi karena lingkungan dan
kondisi di dalam biji itu sendiri).Namun pada hari ke 3 di dapat 7 kecambah,
kemudian pada hari ke 4 didapati 25 kecambah.Hal ini, terjadi karena pada biji
tersebut telah aktif enzim pada biji tersebut.
Pada perlakuan 6 ini juga identik sama yaitu selama 2 hari tidak ditemui
perubahan yang dikarenakan juga serupa dengan perlakuan sebelumnya.Namun pada
hari ketiga sudah mulai muncul 2 kecambah yang untuk ukuran panjang akar belum
teridentifikasi .Untuk pengamatan hari keempat terdapat 7 kecamah, 2 akarnya
berukuran 1,5 cm.Hal ini terjadi dormansi telah dapat dipatahkan.
16
Perlakuan yang dilakukan saat praktikum kurang mengena karena untuk
mematahkan dormansi biji diperlukan perlakuan mekanik, dan perendaman air
sedang pada perlakuan kelompok saat praktikum hanya ditetesi air untuk saat
praktikum namun untuk pengamatan hari 1-4 tidak diberi perlakuan.
17
BAB V
KESIMPULAN
5. 1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa biji
lama yaitu yang disimpan lama memiliki masa tidur yang lebih panjang dibandingkan
dengan biji yang baru dipanen terbukti dengan pengamatan yang telah
dilakukan.Perlakuan 1-3 lebih banyak kecambah yang muncul mulai hari ketiga
dibandinkan dengan perlakuan 4-6.
18
Daftar Pustaka
Tim Penyusun Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan, 2011. Petunjuk Praktikum
Fisiologi Tumbuhan. Jember; Universitas Muhammadiyah Jember.
Campbell, dkk. 2003. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid II. Jakarta; Erlangga.
http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/dormansi-biji/ diacces tanggal 15
Januari 2012
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/Vol%2062/Pematahan%20Dormansi%20Benih%20Aren%20Secara%20Fisik%20Pada
%20Berbagai%20Lama%20Ekstraksi%20%20Buah.pdf diacces tanggal 15
Januari 2012
http://www.ojimori.com/2011/06/29/hubungan-antara-dormansi-danpenyimpanan/ diacces tanggal 15 Januari 2012
19
Download