PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMANFAATKAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DENGAN MENGGUNAKAN GOOGLE EARTH PADA MATAPELAJARAN GEOGRAFI KELAS XII DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SURABAYA Shinta Prima Rosdiana¹, Mustaji² Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan [email protected]¹ [email protected]² Abstrak: Berdasarkan hasil tes awal pada siswa kelas XII IPS di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya pada materi pokok mengenai penginderaan jauh diperoleh hasil bahwa nilai siswa belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Salah satu penyebabnya adalah cara mengajar yang masih konvensional. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan Google Earth pada pembelajaran geografi materi pokok penginderaan jauh dan bagaimana pengaruh penggunaan Google Earth terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam memanfaatkan citra penginderaan jauh pada siswa kelas XII IPS di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi experimental design) dengan menggunakan design 2 yaitu one group pretest and postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri Surabaya yang berjumlah 70 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik observasi dan pemberian tes. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh t hitung 18,42 dengan t tabel 2,75 pada taraf signifikasi 99%. Berarti terjadi perbedaan dari hasil tes akhir yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan dengan menggunakan Google Earth memperoleh peningkatan hasil belajar yang signifikan dibanding kelompok yang tidak diberi perlakuan dengan menggunakan Google Earth. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan Google Earth dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memanfaatkan citra penginderaan jauh dalam matapelajarangeografi materi pokok penginderaan jauh di kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri Surabaya. Kata kunci : penggunaan Google Earth, kemampuan siswa, penginderaan jauh 1. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapat informasi, tidak hanya terbatas pada informasi surat kabar, audiovisual dan eletronik, namun juga sumber informasi lainnya, salah satunya internet, hal dibuktikan dari data pengguna internet pada tahun 2010 mencapai 75,8% (Noor, 2008). Salah satu bidang yang mendapat pengaruh signifikan adalah bidang pendidikan, karena pada dasarnya pendidikan adalah proses komunikasi dan informasi dari pendidik pada peserta didik mengenai informasi pendidikan dengan menggunakan sarana dan prasarana sebagai alat penyaji ide, gagasan, dan materi pendidikan itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo, 2004). Sejak diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Indonesia setiap sekolah diharapkan mampu mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan segala sumber daya yang tersedia (Mulyasa, 2006:22). Guru sebagai salah satu pelaksana di lapangan diharapkan dapat memenuhi tanggungjawab atas kualitas pembelajaran di kelasnya, oleh karena itu keberhasilan pembelajaran menjadi tanggungjawab guru secara professional. Madrasah Aliyah Negeri Surabaya sebagai salah satu sekolah negeri berbasis islami memiliki visi dan misi ke depan untuk mencetak masyarakat belajar yang cerdas, trampil dan berprestasi dengan mendorong dan membantu siswa dalam menguasai teknologi informasi dan bahasa internasional, maka untuk mencapai proses pembelajaran seperti yang diharapkan, sekolah berusaha menyediakan berbagai fasilitas yang dapat menunjang belajar siswa, seperti laboratorium komputer, laboratorium bahasa, laboratorium ilmu pengetahuan alam, dan beberapa fasilitas lainnya. Meskipun dengan adanya berbagai fasilitas tersebut, pembelajaran di kelas masih perlu banyak peningkatan. Selama ini dalam pandangan siswa mengenai pelajaran ilmu pengetahuan sosial adalah matapelajaran yang membosankan dengan aktivitas hanya berkutat pada hafalan dan teori-teori minus kegiatan praktikum atau aplikasi langsung dengan ilmu yang dipelajari, hal ini berlaku pula pada matapelajaran geografi, padahal berbagai teknologi telah berkembang seiring kemajuan zaman. Tampaknya guru dalam hal ini cenderung enggan untuk menggunakannya dengan berbagai alasan tertentu. Penginderaan jauh merupakan salah satu materi pokok kategori baru, dibanding materi pokok lainnya pada bidang geografi, berdasarkan informasi silabus pada kurikulum 1994 dan silabus berikutnya tahun 2004. Kompetensi dasar yang perlu dikuasai oleh siswa pada materi pokok penginderaan jauh adalah siswa dapat menjelaskan pemanfaatan citra penginderaan jauh, karena sifatnya merupakan ilmu baru yang dipelajari bagi guru maupun siswa maka hal ini berpengaruh pada proses belajar mengajar di kelas selama ini, guru cenderung menyampaikan terbatas pada isi bahan ajar saja, dengan bersumber dari bahan ajar saja siswa hanya dapat mengamati objek yang dikaji secara dua dimensi saja dengan kondisi warna gambar yang tidak jelas pada bahan ajar tersebut. Kenyataannya materi penginderaan jauh adalah materi yang membutuhkan keterbacaan visual yang tinggi dan proses aplikasi langsung kegiatan pemanfaatan citra penginderaan jauh yang perlu dilakukan oleh siswa. Hal ini tentu merugikan siswa secara keseluruhan karena diharapkan dengan bersekolah wawasan dan ilmunya menjadi berkembang, apalagi dengan kenyataan bahwa kedudukan dan fungsi geografi tidak lagi sampai pada tataran konsep dan teori saja melainkan sampai mampu mengkaji dan menganalisis peristiwa-peristiwa geografis di muka bumi. Proses pembelajaran yang selama ini telah berlangsung di sekolah adalah siswa mencari informasi dari sumber bacaan untuk menjawab pertanyaan guru di kelas, dengan kondisi ini siswa menjadi cenderung pasif dan kurang termotivasi, harapan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat memacu belajar dan kompetensi siswa agar mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) menjadi lebih berat. Kondisi ini tentu tidak sesuai bagi siswa dengan jenjang pendidikan tingkat menengah atas yang cara berfikirnya tidak hanya sebatas pada melihat, mendengar dan menghafal semua informasi yang diperolehnya di sekolah, namun dengan karakter siswa selevel menengah atas sampai lebih mendalam lagi, sampai pada bagaimana pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya di sekolah untuk diterapkan pada kondisi riil kehidupannya. Mewujudkan itu semua dibutuhkan sarana teknologi yang dapat mengembangkan potensi serta kompetensi yang dimiliki siswa. Seiring dengan berjalannya waktu telah banyak dilakukan usaha-usaha untuk memanfaatkan teknologi komputer untuk menggambarkan objek fisik dan objek sosial untuk dapat diolah menjadi informasi digital yang dapat diidentifikasi dan didefinisikan sesuai kebutuhan. Hal ini sejalan dengan materi pokok penginderaan jauh yang membutuhkan sarana teknologi digital dengan kemudahan akses informasi yang relatif lebih cepat tanpa harus hadir langsung pada objek yang ingin dituju. Dengan demikian tepat kiranya jika penginderaan jauh dapat menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan objek yang ingin dituju dengan sarana informasi digital yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimana penggunaan Google Earth pada matapelajaran geografi materi pokok penginderaan jauh pada siswa kelas XII IPS di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya? b. Bagaimana pengaruh penggunaan Google Earth terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam pemanfaatan citra penginderaan jauh pada siswa kelas XII IPS di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya? Menurut Seels dan Richey (1994:2) teknologi pembelajaran telah berkembang dari suatu gerakan menjadi suatu bidang dan profesi. Karena profesi menyangkut pengetahuan yang menjadi landasannya, definisi tahun 1994 harus mengidentifikasi serta menekankan Teknologi Pembelajaran sebagai suatu “bidang studi” maupun “praktek”. Teknologi pembelajaran adalah domain yang integral, hal inilah yang membuktikan bahwa setiap domain tidak dapat dilepaskan dengan domain pembelajaran lainnya. Karena di setiap domain terdapat teori dan praktik dalam proses pembelajaran jadi tidak mungkin dapat berdiri sendiri-sendiri masing-masing domainnya. Berdasarkan domain kawasan teknologi pembelajaran diatas maka penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Memanfaatkan Citra Penginderaan Jauh Dengan Menggunakan Google Earth Pada Matapelajaran Geografi Kelas XII Di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya” ini termasuk dalam kawasan desain, pemanfaatan dan evaluasi. Pada kawasan desain masuk pada aspek strategi pembelajaran, pada kawasan pemanfaatan masuk pada aspek pemanfaatan media, dan pada kawasan evaluasi masuk pada aspek evaluasi formatif. 2. Kajian Pustaka Pada kajian pustaka ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai penggunaan Google Earth dalam pembelajaran, karakteristik mata pelajaran geografi, dan kemampuan siswa. 2.1 Penggunaan Google Earth Dalam Pembelajaran Seiring dengan kemajuan jaman dan peningkatan dari kecerdasan manusia, teknologi yang digunakan untuk proses pembelajaran pun semakin beragam dan menarik. Suatu teknologi yang diciptakan untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan manusia selalu diimbangai dengan kompleksitas teknologi itu sendiri, namun hal itu sebanding dengan kerumitan dan tingkat kemanfaatannya dalam proses pembelajaran. Dengan adanya hasil citra dari Google Earth yang dapat lebih mudah untuk diakses dan lebih cepat, sangat membantu dalam proses penyampaian informasi pada audience. Berikut ini penjelasan singkat mengenai definisi operasional dari kajian ini. Peningkatan kemampuan siswa, peningkatan berasal dari kata tingkat, makna dari peningkatan adalah suatu proses, cara, perbuatan untuk meningkatkan (usaha atau kegiatan). Kemampuan berasal dari kata mampu, kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan ataupun kekuatan. Jadi peningkatan kemampuan siswa pada peneltian ini adalah suatu proses atau cara untuk meningkatkan kecakapan siswa setelah memperoleh pengalaman belajar mengenai konsep dan teori mengenai penginderaan jauh dan pengalaman belajar mengidentifikasi objek dengan memanfaatkan citra penginderaan jauh Google Earth. Penggunaan Google Earth, penggunaan berasal dari kata guna, makna dari kata penggunaan adalah proses, perbuatan, cara mempergunakan sesuatu, ataupun pemakaian. Google Earth adalah aplikasi pemetaan interaktif yang dikeluarkan oleh Google, hasil yang ditampilkan dari aplikasi ini berupa citra foto yang dapat menampilkan kondisi dunia, keadaan topografi, terrain yang dapat dioverlay dengan jalan, bangunan, lokasi, ataupun informasi geografis lainnya. Jadi penggunaan Google Earth pada penelitian ini adalah proses, perbuatan, atau cara menggunakan citra foto dari Google Earth untuk mengidentifikasi objek tanpa perlu hadir secara langsung pada objek yang ingin dituju. Penginderaan Jauh menurut Lillesand dan Kiefer, ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek daerah atau gejala di permukaan bumi dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa harus harus kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji. Commision on Instructional Technology dalam Danim (1972) mengungkapkan keuntungan pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran sebagai berikut (1) teknologi membuat pendidikan menjadi lebih produktif; (2) teknologi menunjang pembelajaran individual; (3) teknologi membuat pendidikan lebih ilmiah; (4) teknologi membuat pembelajaran lebih powerful; (5) teknologi membuat hubungan antara dunia luar dengan dunia dalam (sekolah) dapat saling terhubung. Dalam menggunakan Google Earth pengguna harus mengunduh terlebih dahulu aplikasi Google Earth secara online, setelah itu untuk memanfaatkan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara online maupun dengan cara offline. Untuk penggunaan secara offline maka pengguna harus mengunduh dahulu wilayah yang akan dijadikan objek kajian sehingga dapat memudahkan saat menjelaskan dalam proses belajar mengajar. Keunggulan penggunaan Google Earth antara lain:(1) dapat menyaksikan objek alam secara 3 dimensi, (2) dapat mengidentifikasi daerah yang sulit dijelajahi, (3) objek bersifat dinamis, (4) citra penginderaan jauh dibuat dengan periode ulang yang pendek, (5) Google Earth dapat digunakan secara online maupun offline, (6) memiliki tingkat keterbacaan gambar dengan resolusi tinggi. Kelemahan dari penggunaan Google Earth adalah membutuhkan koneksi internet dengan kecepatan tinggi saat pembelajaran dilakukan secara online. 2.2 Karakteristik Mata Pelajaran Geografi Dalam mata pelajaran geografi terdapat dua kategori bahasan yang dikaji yaitu geografi fisik dan geografi sosial. Masing-masing memiliki keunikan dan kekhasan masingmasing. a. Geografi fisik, merupakan cabang ilmu yang fokusnya adalah geografi sebagai bumi dan menggunakan biologi untuk mengetahui pola flora, fauna, matematika dan fisika untuk memahami pergerakan bumi dan hubungan dengan tata surya, ekologi muka bumi, serta geografi lingkungan. Cabang-cabang Ilmu Geografi Fisik antara lain : (1) Astronomi, ilmu tentang segala hal mengenai benda-benda luar angkasa; (2) Meteorologi, ilmu tentang cuaca; (3) Klimatologi, ilmu tentang iklim; (4) Geomorfologi, ilmu tentang bentukbentuk muka bumi; (5) Geologi, ilmu tentang keadaan batuan-batuan dan tubuh bumi; (6) Hidrologi, ilmu tentang bentang perairan baik darat dan laut; (7) Geofisika, ilmu mengenai sifat fisik bumi dengan metode fisika; (8) Biogeografi, ilmu persebaran makhluk hidup di permukaan bumi; (9) Kartografi, ilmu tentang peta; (10) Penginderaan jauh, teknik yang digunakan untuk mendapatkan data analisis informasi dari hal-hal yang diamati tanpa berhubungan langsung dengan objek. b. Geografi sosial, merupakan cabang ilmu yang fokusnya adalah geografi sebagai ilmu sosial, sebuah aspek nonfisik yang menyebabkan fenomena dunia. Cabangcabang Ilmu Geografi Sosial antara lain : (1) Antropologi, mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia lainnya serta bagaimana manusia berperan di dunia; (2) Geografi Ekonomi, ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia mengolah kekayaan alam bagi kesejahteraannya; (3) Ekologi Budaya dan Politik, ekologi budaya muncul sebagai hasil dari pemikiran Carl Sauer tentang geografi dan antropologi. Mempelajari tentang cara manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Ekologi politik ditekankan pada aspek geografi kritis digunakan untuk melihat hubungan kekuatan alam dan pengaruhnya terhadap manusia; (4) Geografi Regional, ilmu tentang semua cabang geografi yang diterapkan di suatu daerah atau kawasan tertentu. Jadi materi pokok penginderaan jauh termasuk dalam bahasan dari geografi fisik. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemanfaatan citra penginderaan jauh, perlu diketahui terlebih dahulu unsur yang berperan dalam terjadinya proses pencitraan tersebut. Unsur tersebut meliputi : a. Sumber tenaga; tenaga adalah kapasitas untuk melakukan suatu pekerjaan untuk memindahkan barang, memanasi barang, dan mengubah keadaan suatu barang. Tenaga dalam penginderaan jauh dapat dibedakan menjadi tenaga alam (sinar matahari, emisi atau pancaran suhu bendabenda di permukaan bumi) untuk penginderaan jauh sistem pasif. Ada pula berupa tenaga buatan (pulsa radar, sinar lampu) untuk penginderaan jauh sistem aktif. Tenaga matahari yang sampai di permukaan bumi mengenai objek dan dipantulkan disebut tenaga pantulan. Sedangkan bila ada objek yang yang dapat memunculkan tenaga di permukaan bumi disebut tenaga pancaran atau tenaga radiasi, misal terjadinya kebakaran yang parah di hutan atau terjadinya badai salju yang sangat parah. b. Atmosfer; merupakan lapisan udara yang menyelubungi bumi.letaknya yang berada diantara matahari (tenaga pokok penginderaan jauh) dengan objek dipermukaan bumi menjadikan atmosfer memiliki pengaruh besar terutama dalam memantulkan dan memancarkan tenaga elektromagnetik. Spektrum elektormagnetik hanya sebagaian kecil yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh. Sinar kosmik, sinar gamma, sinar X, dan sebagian sinar inframerah sulit untuk menembus atmosfer. Spektrum yang dapat menembus atmosfer dan mencapai permukaan bumi disebut jendela atmosfer. c. Sensor; manusia memiliki lima pancaindera yang berbeda bentuk dan fungsinya, seiring dengan perkembangan teknologi manusia dapat menciptakan alat-alat indera atau sensor buatan, misalnya kamera, thermometer dan seismometer. Salah satu sensor buatan adalah kamera, kamera dapat digunakan dalam penginderaan jauh. Kamera dapat digunakan langsung dengan tangan atau dipasang di pesawat udara, pesawat ulang alik, maupun pada satelit penginderaan bumi. Dalam penginderaan jauh yang diukur adalah suhu radiasi permukaan bumi. Sensor dibedakan menjadi dua berdasarkan proses perekamannya antara lain sensor fotografik yaitu sensor berupa kamera yang bekerja pada spektrum tampak dan menghasilkan foto atau citra; dan sensor elektromagnetik yaitu sensor yang bertenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi pada spektrum yang lebih luas, yaitu sinar X sampai gelombang radio dan menghasilkan foto atau citra. d. Objek; merupakan tempat atau media yang akan memantulkan tenaga elektromagnetik. Bila tenaga tersebut mengenai suatu benda maka ada tiga kemungkinan yaitu dipantulkan, diserap, ditransmisikan. Setiap objek mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Pengenalan objek pada dasarnya dengan menyidik (tracing) karakteristik spektral objek yang tergambar pada citra. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga akan tampak gelap pada citra (Sutanto, 1986). Objek penginderaan jauh dapat berupa benda seperti air, tanah, bangunan, dan vegetasi, atau fenomena di atmosfer di permukaan bumi seperti suhu udara, kecepatan angin, dan erosi. e. Perekaman objek; perekaman dapat dilakukan dengan fotografik maupun secara elektronik. Sistem fotografik menggunakan reaksi kimia pada suatu film yang peka terhadap cahaya untuk mendeteksi variasi tenaga di dalam suatu daerah kajian. Keunggulannya antara lain relatif murah, sederhana, dan memberikan tingkat kerincian spasial yang tinggi. Sedangkan pada sistem elektronik membangkitkan sinyal elektrik yang sesuai dengan dengan variasi yang terdapat pada objek yang dikaji. Contohnya kamera televisi, walaupun lebih mahal dan lebih rumit daripada sistem fotografik, sensor elektronik memberikan keunggulan kepekaan yang lebih luas. f. Keluaran; produk teknologi dari penginderaan jauh adalah berbentuk data dan citra. Data penginderaan jauh dapat berupa data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer. Data analog penginderaan jauh adalah datadata penginderaan jauh yang direkam dalam bentuk gambar. Data analog atau visual ini dibedakan atas data visual satu dimensional (garis dan grafik) dan data visual dua dimensional (citra). Selain dapat berupa visual yang ada pada umumnya dianalisis secara manual, data visual dibedakan lagi menjadi data citra dan data noncitra. Data citra merupakan gambaran planimetrik. Data noncitra ialah grafik yang mencerminkan beda suku yang direkam di sepanjang daerah penginderaan. Di dalam penginderaan jauh yang tidak menggunakan tenaga elektromagnetik, contoh data noncitra antara lain berupa grafik yang menggambarkan grafitasi ataupun daya magnetik di sepanjang daerah penginderaan. Jadi citra dapat dibedakan menjadi citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra nonfoto (nonphotographic image). g. Jenis-jenis citra penginderaan jauh; secara garis besar penginderaan jauh dapat dibedakan menjadi dua yaitu citra foto dan citra nonfoto. Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto dibedakan berdasar atas spektrum elektromagnetik, sumber sensor, dan sistem wahana yang digunakan. Berdasarkan sistem wahana dibagi menjadi: 1) Foto udara, yaitu foto yang dibuat dari pesawat udara atau balon. Jadi maksudnya foto tersebut diambil dari pesawat dengan ketinggian tertentu kemudian memotret kondisi objek atau wilayah yang hendak dikaji. 2) Foto satelit, atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit. Foto satelit berbeda dengan foto udara, foto dengan bentuk ini diambil menggunakan satelit di luar angkasa yang bisa menjangkau beberapa daerah atau negara, satelit tidak hanya berfungsi untuk melihat kondisi alam suatu daerah tapi bisa digunakan untuk melacak seseorang. Pada kondisi tersebut hanya terjadi dengan tingkat satelit yang memiliki kualitas tinggi seperti yang digunakan oleh Amerika melalui lembaga keamanannya CIA. Sebelum siswa mempelajari tentang penginderaan jauh sebelumnya tentu diharapkan telah memiliki kemampuan awal yang perlu dikuasai sebelum mencapai tahap ini, yaitu pengetahuan tentang bentang alam dan kondisi geografis wilayah-wilayah di muka bumi, memiliki pengetahuan dalam menggunakan komputer atau laptop, kemampuan untuk menunjukkan kondisi alam baik di darat, laut, maupun di udara sehingga dapat mengklasifikasikan simbol-simbol yang muncul dalam Google Earth. Selain ditinjau dari kemampuan awal dari siswa, perlu diketahui pula dari sisi minat belajar siswa. Informasi mengenai minat belajar pada siswa peneliti peroleh dari wawancara dengan guru bidang studi maupun dari hasil observasi awal di sekolah mengenai tingkat perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Karena kondisi proses pembelajaran yang dominan konvensional maka dapat diketahui bahwa penggunaan perangkat teknologi berperan penting dalam membangun motivasi belajar siswa. 2.3 Kemampuan Siswa Menurut Gagne dalam Purwoko pada tulisan mengenai Pengembangan Pembelajaran Matematika Unit 3, Teori Belajar Gagne, sasaran pembelajaran adalah kemampuan. Yang dimaksudkan kemampuan di sini adalah hasil belajar berupa perilaku yang bisa dianalisis. Menurut Gagne tingkah laku manusia yang sangat bervariasi dihasilkan dari belajar. Kita dapat mengklasifikasikan tingkah laku sehingga dapat diambil implikasinya yang bermanfaat dalam proses belajar. Gagne mengemukakan keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan atau disebut juga kapabilitas. Kapabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki manusia karena ia belajar. Kapabilitas dapat diibaratkan sebagai tingkah laku akhir dan ditempatkan pada puncak membentu piramida. Misalnya seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya apabila tidak terlebih dahulu mengerjakan tugas a dan b. Mengikuti taksonomi yang disampaikan oleh Bloom mengenai kemampuan yang perlu menjadi ukuran dalam mengevaluasi belajar siswa maka penelitian ini fokus pada aspek kognitif dan psikomotor siswa. Berdasarkan taksonomi Bloom (2001) pada aspek kognitif terbagi menjadi 6 antara lain : (a) pengetahuan; (b) pemahaman; (c) mengaplikasikan; (d) menganalisis; (e) sintesis; (f) evaluasi. Pada aspek psikomotor terbagi menjadi 5 antara lain : (a) gerak refleks; (b) gerak dasar fundamen; (c) keterampilan perseptual; (d) kemampuan fisik; (e) keterampilan motoris; (f) komunikasi nonverbal. Kemampuan atau hasil belajar siswa mengenai memanfaatkan citra penginderaan jauh dengan menggunakan Google Earth pada materi pokok penginderaan jauh bila diuraikan sesuai dengan taksonomi Bloom pada aspek kognitif siswa sampai pada tahap analisis, sedangkan pada aspek psikomotor sampai pada tahap keterampilan motoris. Berikut ini uraiannya Aspek kognisi siswa meliputi : a. Pengetahuan; adalah kemampuan atau hasil belajar yang diperoleh dari menampilkan kembali memori yang terekam dalam otak untuk merespon stimulus yang hadir. Contoh aktivitas siswa mengingat adalah saat siswa diminta menyebutkan definisi dari penginderaan jauh atau jenis-jenis foto citra yang dapat digunakan. b. Pemahaman; adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hapalan. Contoh aktivitas siswa pada aspek pemahaman adalah saat siswa diminta menjelaskan mengenai unsur sensor pada penginderaan jauh, siswa tidak hanya dapat menjelaskan teorinya tapi beserta contoh yang sesuai dengan apa yang disampaikannya. c. Mengaplikasikan; adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya. Contoh aktivitas siswa dalam mengaplikasikan adalah saat siswa mempraktikkan cara memanfaatkan citra penginderaan jauh Google Earth untuk mengidentifikasi objek yang dikaji. d. Menganalisis; adalah kemampuan seseorang untuk merincikan atau menguraikan suatu bahan atau data yang diolah untuk menjawab stimulus yang diterima. Contoh aktivitas siswa mengenai analisis adalah saat di pertemuan ketiga siswa diminta untuk dapat menguraikan pemanfaatan citra penginderaan jauh pada berbagai bidang kehidupan seperti untuk pertanian, oceanografi, dan lain sebagainya. Aspek psikomotor siswa meliputi : a. Gerakan refleks; berarti kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan yang terjadi secara tak sengaja dalam merespon stimulus yang datang. Contoh aktivitas siswa adalah saat siswa memasuki laboratorium komputer tanpa diberi tahu terlebih dahulu siswa secara sadar melepaskan sepatunya, karena di depan pintu ada informasi untuk melepaskan alas kaki saat akan masuk ke dalam ruangan laboratorium komputer. b. Gerakan fundamen atau disebut juga gerak dasar; merupakan kemampuan melakukan pola-pola gerakan yang bersifat pembawaan dan terbentuk dari kombinasi gerakangerakan refleks. Contoh aktivitas siswa adalah saat siswa masuk ke dalam laboratorium adalah duduk kemudian menyalakan komputer kemudian setelah mendengarkan informasi dari guru siswa mencari aplikasi Google Earth pada komputernya masing-masing. c. Kemampuan perseptual; merupakan kemampuan menerjemahkan perangsang yang diterima melalui alat indera menjadi gerakan yang tepat. Dikenal pula dengan kemampuan tubuh untuk berinteraksi dengan sekitar. Termasuk di sini adalah kemampuan mendengar, melihat dan sebagainya Contoh aktivitas siswa adalah saat setelah diberi tugas LKS untuk mengidentifikasi objekobjek yang akan diteliti, setiap siswa langsung mencoba mencari sendiri-sendiri data yang dibutuhkan dengan menggunakan citra penginderaan jauh Google Earth. d. Kemampuan fisik; seperti kekuatan, fleksibilitas, dan ketangkasan. Contoh aktifitas siswa pada aspek ini adalah saat siswa di kelas diinformasikan untuk segera ke laboratorium, maka dengan cepat segera merapikan alat tulisnya dan dibawa ke ruangan laboratorium komputer. e. Keterampilan motoris; kemampuan tubuh untuk mengadaptasi gerakan-gerakan dalam pola yang kompleks. Contoh aktivitas siswa adalah setelah diberi informasi penggunaan Google Earth oleh guru pada pertemuan sebelumnya kemudian saat di depan komputer siswa tanpa diperintahkan dapat melakukan aktivitas menekan icon Google Earth kemudian menulis kota yang akan di observasi pada kotak yang telah disediakan pada aplikasi Google Earth, dan selanjutnya mengidentifikasi objek yang tampak dari hasil citra penginderaan jauh tersebut. Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran yaitu dengan skor atau angka yang menunjukkan nilai-nilai dari hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan kemampuan dan keterampilan siswa, cara untuk memperoleh nilai maka harus diadakan serangkaian tes yang ditentukan oleh guru kemudian dikumpulkan. Hasil tes inilah yang dijadikan tolak ukur tinggi rendahnya kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. 3. Metode Penelitian Metodologi Penelitian adalah suatu ilmu tentang kerangka kerja melaksanakan penelitian bersistem. Bersistem berarti penelitian dikerjakan secara kontekstual (Notohadiprawiro, 1991). Ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan kegiatan penelitian antara lain : (1) Sistematis, berarti dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai yang kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien. (2) Berencana, berarti dilaksanakan dengan adanya langkah-langkah pelaksanaanya. (3) Mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti caracara yang sudah ditentukan yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Memanfaatkan Citra Penginderaan Jauh Dengan Menggunakan Google Earth Pada Matapelajaran Geografi Kelas XII Di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya” ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi experimental design) dengan menggunakan design 2 yaitu one group pretest and postest design. Pada penelitian ini kelompok eksperimen akan diberi perlakuan berupa penggunaan Google Earth pada materi penginderaan jauh, sedangkan pada kelompok kontrol adalah pengajaran konvensional dengan menggunakan buku paket yang dimiliki masingmasing siswa. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah O1xO2. Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pretest, dan observasi sesudah eksperimen (O2) disebut postest. (Arikunto, 2006:85) Dalam penelitian ini pretest diadakan sebelum materi mengenai pemanfaatan citra penginderaan jauh berlangsung, hal ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dalam memahami materi yang hendak diajarkan. Setelah itu kelompok eksperimen akan akan diberi perlakuan dengan menggunakan Google Earth sedangkan kelompok kontrol akan diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional. Kemudian setelah materi pembelajaran disampaikan, peneliti memberikan postest untuk mengetahui hasil dari perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok. Jadi peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan Google Earth. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu memanfaatan citra penginderaan jauh dengan menggunakan Google Earth pada matapelajaran geografi materi pokok penginderaan jauh kelas XII IPS di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya. Variabel terikatnya yaitu segala bentuk peristiwa atau gejala yang muncul sehubungan dengan pelaksanaan variabel bebas yaitu peningkatan kemampuan siswa dalam memanfaatkan citra penginderaan jauh materi pokok penginderaan jauh. 3.2 Metode Dan Teknik Analisis Data Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang memilih program IPS kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Surabaya. Total keseluruhan populasinya berjumlah 70 siswa yaitu kelas XII IPS 1 dan XII IPS 2. Sampel menurut Arikunto (2006:131) adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila sampel penelitian kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Kelas XII IPS 2 akan menjadi kelompok eksperimen yang belajar menggunakan Google Earth dan kelas XII IPS 1 akan menjadi kelompok kontrol yang belajar tanpa menggunakan Google Earth yaitu dengan model pembelajaran konvensional yaitu buku paket yang dimiliki masing-masing siswa. Dalam menentukan keduanya peneliti melakukannya secara acak setelah meminta izin pada guru bidang studi yang mengajar pada masing-masing kelas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes tertulis dan observasi langsung di sekolah. Penelitian ini menggunakan rumus uji-t (t-test) yang digunakan untuk menguji perbedaan kemampuan siswa sebelum mendapat perlakuan dan sesudah mendapat perlakuan dengan Google Earth. 4. Hasil Penelitian Setelah pengumpulan data yang diperoleh melalui instrument tes dan kegiatan observasi data-data yang telah terkumpul dalam penelitian adalah dari tabel hasil pretest dan postest dari dua kelas. Dari tabel hasil pretest dan postest dapat diketahui dari uji signifikasi 99% dari ttabel yaitu 18,42 > 2,75 sehingga dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan setelah menggunakan Google Earth dalam matapelajaran geografi materi pokok penginderaan jauh. Berdasarkan hasil t-hitung yang diperoleh mengindikasikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah menggunakan Google Earth hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan. 5. Kesimpulan Dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut: 5.1 Kesimpulan Dari seluruh proses yang telah dilakukan oleh peneliti pada matapelajaran geografi tentang penginderaan jauh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Berdasarkan analisis penelitian mengenai penggunaan Google Earth untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memanfaatkan citra penginderaan jauh pada bab IV melalui uji pretest dan postest dapat diketahui ada kenaikan yang signifikan antara hasil pretest dan postest hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan antara nilai X1 dan X2 dari n1 dan n2 dapat diketahui adanya perbedaan nilai t-hitung n1 > n2 dari ttabel yaitu 18,42 > 2,75. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa terjadi peningkatan setelah menggunakan Google Earth pada materi pokok penginderaan jauh di kelas XII IPS 2 Madrasah Aliyah Negeri Surabaya. b. Dengan mempelajari mengenai penggunaan Google Earth dalam memanfaatkan citra penginderaan jauh, siswa tidak hanya mendapat pengalaman belajar bagaimana menggunakan citra penginderaan jauh namun juga dapat menguasai bagaimana mengoperasikan Google Earth dan juga mengenal icon-icon beserta fungsinya. 5.2 Saran Adapun beberapa rekomendasi dan saran dalam penelitian ini antara lain: a. Penyusunan tes kognitif atau dikenal pula dengan tes performansi maksimal yang digunakan untuk penelitian sebaiknya antara pretest dan postest berbeda sehingga hasil yang diperoleh bukan karena siswa hafal dengan soal maupun jawaban yang diajukan tapi murni dari hasil pengetahuan siswa yang meningkat karena diberi perlakuan oleh peneliti, dengan demikian dapat diperoleh data tinggi korelasi hasil dari tes pertama dengan tes berikutnya. b. Penelitian yang baik, sebaiknya saat menentukan sampel untuk diteliti dengan menggunakan cara random assignment, sehingga diperoleh hasil penelitian yang objektif tanpa dipengaruhi oleh faktor nilai belajar sebelumnya ataupun dari pengaruh guru bidang studi yang mengajar. c. Penelitian pada mata pelajaran geografi materi pokok penginderaan jauh dengan menggunakan Google Earth ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi pihak sekolah khususnya bagi pengajar untuk digunakan dalam proses belajar mengajar dalam usaha mengoptimalkan proses belajar mengajarnya dengan menggunakan perangkat Google Earth. Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi peneliti lain bahwa penggunaan Google Earth dapat digunakan pula pada materi pokok sistem informasi geografi (SIG), hal ini dikarenakan materi pokok penginderaan jauh dan sistem informasi geografi saling terkait. Daftar Pustaka AECT. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta:CV. Rajawali Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta:Rajawali Press Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka cipta Danim, Sudarwan. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta:Bumiaksara Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta. AV Publisher Djamarah, Syaiful B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta. Gunawan, Totok dkk. 2005. Fakta dan Konsep Geografi Untuk SMA Kelas XII. Jakarta:Ganeca Exact Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:Kencana Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Nana, Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan ketujuh. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor:Ghalia Indonesia Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1991. Metodologi Penelitian dan Beberapa Implikasinya Dalam Penelitian Geografi. Makalah Seminar Aplikasi Penelitian Geografi Untuk Perencanaan pengembangan Wilayah. Fakultas Geografi UGM Yogyakarta pada 29-31 Agustus 1991 Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot. 2004. Kajian Terhadap Model e-Media dalam Pembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional Informatika 2004 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada 21 Februari 2004. Purwoko. Pengembangan Pembelajaran Matematika Unit 3 Teori Belajar Gagne. http://edywihardjo.blog.unej.ac.id/wpcontent/uploads/PengembanganPembel ajaranMatematika_UNIT_3.pdf Diakses 13 Januari 2011 Pukul 5:40 Richey, Rita C dan Barbara B. Seels. 1994. Teknologi Pembelajaran Definisi Dan Kawasannya. Jakarta:Unit Percetakan UNJ Rusijono dan Mustaji. 2008. Penelitian Teknologi Pembelajaran. Surabaya:Unesa Unverity Press Sadiman, Arief S. 2005. Media Pendidikan. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada Sudjana, Nana dan A.Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung:Sinar Baru Algesindo Offset Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Rosdakarya Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta Sutrisno Hadi. 2000. Statistik 2. Yogyakarta:Andi Offset. Udayanti, Atik; Johan Effendi. 2008. Seri Pendalaman Materi Geografi SMA dan MA Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional. Jakarta:Esis Yousman, Yeyep. 2008. Google Earth. Jogjakarta:Andi Publisher