IV. PENGINDERAAN JAUH

advertisement
IV. PENGINDERAAN JAUH
1. PENGERTIAN PENGINDERAAN
JAUH
Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004)
Penginderaan jauh adalah ilmu untuk
memperoleh, mengolah dan
menginterpretasi citra yang telah direkam
yang berasal dari interaksi antara
gelombang elektromagnetik dengan sutau
objek.
Richards and Jia (2006),
Data penginderaan jauh diperoleh dari
suatu satelit, pesawat udara balon udara
atau wahana lainnya.
Data-data tersebut berasal dari rekaman
sensor yang memiliki karakteristik
berbeda-beda pada masing-masing tingkat
ketinggian yang akhirnya menentukan
perbedaan dari data penginderaan jauh
yang di hasilkan.
Lillesand and Kiefer (1993),
Penginderaan jauh adalah ilmu dan
seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah atau
fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan objek, daerah
atau fenomena yang dikaji.
2. MENGAPA PENGINDERAAN JAUH
SEKARANG BANYAK DIGUNAKAN
macam-macam alasan, antara lain :
1.
Citra menggambarkan obyek, daerah, atau gejala
fenomena alam di permukaan dengan :
2.
meliput daerah luas,
3.
Citra dapat menggambaran gambaran tiga
dimensional, sangat menguntungkan, antara lain :
4.
Karakteristik obyek yang tak nampak dapat
diujudkan dalam bentuk citra.
5.
Citra dapat dibuat secara cepat.
6.
Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan
dearah bencana.
7.
Memantau (monitoring) perubahan dengan cepat



obyek yang tergambar pada citra sesuai dengan
ujud dan letak di permukaan bumi. Karena
sesuai dengan aslinya, maka citra merupakan
alat yang baik untuk pembuatan peta, baik
sebagai sumber data maupun sebagai kerangka
letak.
Citra akan menyajikan gambar secara lengkap,
hal ini memungkinkan untuk penggunaan
berbagai bidang, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama.
Citra dapat digunakan secara bersama-sama
untuk berbagai bidang keahlian (seperti geologi,
hidrologi, geografi, biologi, kehutanan, dan
pertanian dan lain-lain )
 foto
udara berskala 1:50.000
ukuran standar 23cm x 23cm, meliputi
daerah seluas 132 km2
 foto
udara berskala 1:100.000 meliputi
daerah seluas 529 km2
 Satu
lembar citra satelit Landsat IV yang
dibuat dari ketinggian 700 km diatas
permukaan bumi meliputi daerah seluas
34.000 km2
 menyajikan
model medan dengan jelas,
 relief
lebih jelas karena adanya
pembesaran vertikal,
 memungkinkan
pengukuran beda tinggi
yang dapat digunakan untuk membuat
peta kontur, perencanaan lintas jalan,
saluran irigasi, dll
 memungkinkan
pengukuran volume seperti
pengukuran volume tanah yang harus
digali atau diurug pada perencanaan jalan,
 memungkinkan
pengukuran lereng untuk
menentukan kelas lahan, konservasi lahan,
dan keperluan lain.
Obyek dapat dikendali antara lain :
berdasarkan beda suhunya, dapat direkam
pada citra inframerah termal. Seperti pada :
 Kota
yang tampak pada malam hari, dengan
spektrum inframerah termal dapat
diujudkan dalam bentuk citra yang cukup
jelas.
 Kebocoran
pipa gas bawah tanah atau
kebakaran tambang batu-bara bawah tanah
mudah dikendali pada citra inframerah
termal.
 Meskipun
terlihat langsung oleh mata,
seperti :
Air panas yang keluar dari indrustri
tidak dapat dibedakan terhadap air
lainnya.
Air panas dapat dikenali dengan baik
pada citra inframerah termal,
termasuk jaraknya dari indruti
asalnya.
Hal ini penting dalam rangka menjaga
kelestarian kehidupan pada ekologi
perairan.
 Mata
manusia tidak dapat melihat
tanaman yang diserang penyakit.
Dengan menggunakan saluran sempit
tertentu pada spektrum tampak,
tanaman yang mulai diserang
penyakit dapat diujudkan dalam citra
sehingga ia dapat dikenali sebelum
mata mengenalinya.
Dengan menggunakan spektrum
inframerah dekat, dapat diujudkan
dalam citra dan dapat dikenali dengan
baik.



Untuk pemetaan atau penelitian pada daerah
rawa, hutan, dan pegunungan, akan
membutuhkan waktu yang lama, serta biaya
tinggi.
Dalam keadaan cuaca yang memungkinkan,
daerah-daerah tersebut dapat dipotret dengan
cepat.
Perekaman satu lembar foto udara yang meliput
daerah seluas 132 km2 dilakukan dalam waktu
kurang dari satu detik,
 sedang
perekaman catr Landsat yang
meliputi daerah seluas 34.000 km2
dilakukan dalam waktu 25 detik.
 Interpretasi
citra dapat dilaksanakan
dalam ruang (laboratorium) pada siang
atau malam hari, dalam keadaan hujan
sekalipun.
Tidak ada cara lain yang mampu memetakan daerah
bencana secara cepat pada saat terjadi bencana,
Misalnya pemetaan pada daerah yang terkena
bencana :
 banjir,
 gempa bumi,
 angin ribut,
 serangan gelombang sunami,
 letusan gunung berapi, seperti letusan gunung
Galunggung pada tahun 1982 yang terekam
pada citra satelit cuaca GMS dan NOAA.
 dll
untuk mematau (monitoring) perubahan seperti
pada pembukaan daerah hutan, pemekaran kota,
perubahan kualitas lingkungan, perluasan lahan
garapan dll, citra sering dibuat dengan peride
ulang yang pendek,
misalnya :
 16 hari bagi Landsat,
 4 dan 2 kali tiap hari bagi citra NOAA.

3. PROSES PENGINDERAAN JAUH
(Purwadhi, 2001).
Pengumpulan data penginderaan jauh
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
sesuai dengan tenaga yang digunakan.
Tenaga yang digunakan dapat berupa
 variasi distribusi daya,
 distribusi gelombang bunyi atau
 distribusi energi elektromagnetik
Analisa data penginderaan jauh memerlukan data
rujukan seperti :
 peta tematik,
 data statistik
 data lapangan.
Hasil analisa dapat berupa informasi mengenai :
 bentang lahan,
 jenis penutup lahan,
 kondisi lokasi
 kondisi sumberdaya lokasi.
 dll
Informasi tersebut bagi para pengguna dimanfaatkan
untuk membantu dalam proses pengambilan
keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut.
Keseluruhan proses mulai dari pengambilan data,
analisis data hingga penggunaan data tersebut
disebut Sistem Penginderaan Jauh
Kerle, et al., 2004
Penginderaan jauh sangat tergantung dari energi
gelombang elektromagnetik.
Gelombang elektromagnetik dapat berasal dari
banyak hal, yang terpenting pada penginderaan
jauh adalah sinar matahari.
Banyak sensor menggunakan energi pantulan
sinar matahari sebagai sumber gelombang
elektromagnetik,
Beberapa sensor penginderaan jauh yang
menggunakan energi yang dipancarkan oleh bumi
dan yang dipancarkan oleh sensor itu sendiri.
Sensor yang memanfaatkan :


energi dari pantulan cahaya matahari atau
energi bumi dinamakan sensor pasif,
energi dari sensor itu sendiri dinamakan
sensor aktif
Fotogrametri /Pemotretan Udara
adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk
memperoleh data-data tentang objek fisik dan
keadaan di permukaan bumi melalui proses
perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra
fotografik.
Citra fotografik
adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan
dari udara yang menggunakan pesawat terbang
atau wahana terbang lainnya.
Hasil dari proses fotogrametri berupa :
 peta foto
 peta garis.
.
Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai
kegiatan perencanaan dan desain seperti :
 jalan raya,
 jalan kereta api,
 jembatan,
 jalur pipa,
 tanggul,
 jaringan listrik,
 jaringan telepon,
 bendungan,
 pelabuhan,
 pembangunan perkotaan,
 dsb.
4. Sistim Penginderaan Jauh
Sistem penginderaan jauh ialah :
serangkaian komponen-komponen yang
digunakan untuk penginderaan jauh,
yang saling berkaitan satu dengan
lainnya dan bekerja sama secara
terkoordinasi untuk mencapai tujuan
tertentu.
SISTIM PENGINDERAAB JAUH
Konponen-komponen Sistim
Penginderaan Jauh :
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber tenaga
Interaksi antara tenaga dan obyek
Sensor
Data
Analisis data
1. Sumber tenaga




Dalam penginderaan jauh harus ada komponen
sumber tenaga, baik berupa sumber tenaga
alamiah maupun buatan.
Sumber tenaga yang mencapai obyek di
permukaan bumi akan dipantulkan ke sensor
atau tenaga dari obyek yang akan dipancarkan
ke sensor.
Jumlah tenaga yang mencapai bumi
dipengaruhi oleh waktu, lokasi, cuaca
Misal, jumlah tenaga yang diterima pada siang
hari lebih banyak bila dibandingkan dengan
pagi atau sore hari
2. Interaksi antara tenaga dan obyek



Tenaga yang sampai di obyek sama dengan jumlah
tenaga yang di pantulkan dan di serap oleh obyek.
Tiap obyek mempunyai karakteristik tertentu dalam
memantulkan dan memancarkan tenaga ke sensor.
Obyek yang banyak memantulkan / memancarkan
sinar akan terlihat lebih cerah pada citra, sedangkan
obyek yang pantulannya / pancarannya sedikit akan
terlihat gelap pada citra.
Misal :
 air di laut dalam, menyerap tenaga banyak dan
menantulkan sedikit tenaga sehingga akan tampak
gelap pada citra,
 Batuan kapur, banyak memantulkan tenaga dan
sedikit penyerap tenaga sehingga akan tampak cerah
pada citra.
3. Sensor
Tenaga yang datang dari obyek di permukaan
bumi akan diterima dan direkam oleh sensor.
Tiap sensor mempunyai kepekaan berbeda
dalam merekam obyek.
Berdasarkan proses perekaman, sensor
dibedakan :


sensor fotografik,
sensor elektronik
Sensor fotografik,



Proses perekamannya dengan cara kimia.
Tenaga elektromagnetik diterima dan direkam
pada film yang bila dipeoses dengan cara
kimiawi akan menghasilkan foto.
Apabila pemotretan dilakukan di atas pesawat
terbang atau wahana lain, maka hasil fotonya
disebut foto udara ( visual)
Sensor elektronik
Kelebihan sistem sensor elektronik yaitu :
 dalam hal penggunaan spektrum elektromagnetik
lebih lebih luas,
 kemampuannya lebih besar dan lebih pasti dalam
membedakan karakteristik spektral obyek, dan
 proses analisisnya lebih cepat karena
menggunakan komputer.
Kemampuan dalam mengenalani obyek
dengan membedakan karakteristik spektral
obyek bersangkutan,
interpretasi elektronik lebih besar dan pasti
dibanding dengan interpretasi secara visual,
 karena keterbatasan dan kekurangmampuan
manusia dalam membedakan karakteristik
spektral obyek dalam mengevaluasi pola
spasial.
 kedua cara ini sebaiknya digunakan dengan
saling mengisi dan sebaiknya cara mana yang
dipilih,
 kesemuanya harus disesuaikan terhadap tujuan
aplikasi pengindraan jauhnya.

4. Data
Di dalam penginderaan jauh sensor merekam
tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh
obyek di permukaan bumi.
Rekaman diproses menjadi data penginderaan
jauh, kemudian dianalisia
Data penginderaan jauh dapat berupa :
 digital,
 numerik atau
 visual.
Data visual dibedakan menjadi :

data citra berupa gambaran yang mirip
dengan gambar aslinya atau lebih dikenal
dengan citra foto (photographic imaage) atau
foto udara.

Data non-citra (non-photographic image).
berupa garis atau grafik contoh : grafik yang
menggambarkan beda suhu
Perbedaan pokok antara keduanya, sebagai
berikut
Jenis citra
Citra foto
Citra non-foto
Variabel
perbedaan
Sensor
Kamera
Non kamera, Kamera dengan
detekteornya bukan film.
Detektor
Film
Proses
perekaman
Fotografi
Pita magnetik, foto konduktif,
dsb.
Elektronik
Mekanisme
perekaman
Serentak
Parsial
CITRA FOTO
Citra foto dibedakan berdasarkan atas :
a). Spektrum elektromagnetik ,
b). Sumbu kamera.
c). Sudut liputan kamera,
d). Jenis kamera,
e). Warna yang digunakan,
f). Sistem wahana dan penginderaan
Berdasarkan Spektrum elektromagnetik yang
digunakan, citra dapat dibedakan menjadi :




Foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum ultraviolet
Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum tampak dari saluran biru sampai
sebagian hijau
Foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan seluruh spektrum tampak atau sinar.Foto
inframerah asli, yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum inframerah dekat.
Foto inframerah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan
spektrum inframerah dekat dan sebagian spektrum
tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.
Dari jenis-jenis foto tersebut diatas, yang paling banyak
digunakan untuk penginderaan jauh saat ini adalah foto
pankromatik ( karena harganya murah, dikembangkan
paling lama sehingga orang terbiasa dengan jenis foto
tersebut).
Berdasarkan Sumbu kamera, Citra dapat
dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke
permukaan bumi :
Foto vertikal, yaitu foto yang dibuat dengan
sumbu kamera tegak lurus permukaan bumi,
 Foto condong dan foto sangat condong, yaitu foto
yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut
permukaan bumi. Sudutnya lebih besar dari 100

Foto vertikal
Foto agak condong
Foto condong
Berdasarkan Sudut liputan kamera, Paine (1981)
sebagai :
Jenis
kamera
Sudut kecil
Panjang fokus
(mm)
304.8
Sudut liputan
Sudut
normal
Sudut lebar
209.5
60o – 75o
152.4
75o – 100o
< 60o
Jenis foto
Sudut kecil
Sudut normal/
Sudut standar
Sudut lebar
Berdasarkan Jenis kamera yang digunakan,
citra dapat dibedakan menjadi :


Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan
kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto
hanya tergambar oleh satu lembar foto.
Foto jamak, yaitu beberapa foto dibuat pada
saat yang sama dengan penggambaran daerah
liputan yang sama.
Berdasarkan Warna yang digunakan, citra
dapat dibedakan menjadi:
Foto berwarna semu atau foto ultramerah warna
obyek tidak sama dengan warna foto. Misalnya
obyek vegetasi yang berwarna hijau dan banyak
memantulkan spektrum inframerah, tampak
merah pada foto.
 Foto berwarna asli, yaitu foto pankromatik
berwarna.

Berdasarkan Sistem wahana dan
penginderaannya yang digunakan, citra
dapat dibedakan menjadi :
Foto udara : yaitu foto hasil penginderaan dari
pesawat udara, balon udara.
 Foto satelit, yaitu foto hasil penginderaan dari
satelit

5. Analisis data
Interpretasi citra adalah mengenali obyek yang
tergambar pada citra.
Tanpa mengenali identitas dan jenis obyek pada
citra tidak mungkin melakukan analisis.
Untuk mengenali obyek pada citra diperlukan
unsur-unsur interpretasi citra yang terdiri dari
sembilan unsur, yaitu :
UNSUR - UNSUR INTERPRETASI CITRA
 rona
atau warna,
 bentuk,
 ukuran,
 tekstur,
 pola,
 banyangan,
 situs dan
 Asosiasi
Unsur Dasar
Susunan
Keruangan
rona
Tingkat Kerumitam
Rona
Primer
Ukuran
Pola
Bentuk
Tinggi
Tekstur
Bayangan
Sekunder
Situs
CONTOH
Asosiasi
RONA / WARNA
Rona /wana ialah tingkat kegelapan atau tingkat
kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto
pancromatik merupakan obyek yang berinteraksi
dengan seluruh spektur tampak yang sering
disebut sinar putih.
 Jadi rona merupakan tingkat dari hitam ke
putih atau sebaliknya.
 misalkan obyek menyerap sinar biru maka ia
akan memantulkan warna hijau dan merah,
sehingga obyak akan tampak dengan warna
kuning.

Rona pada foto hitam putih : warna menunjukan
tingkat kegelapan yang lebih beranaka ragam.
Ada tingkat kegelapan didalam warna biru, hijau
dan sebagainya.Oleh karena itu, membedaan
obyek pada foto berwarna lebih mudah dibanding
pada foto hitam putih.
Obyek pertama kali tampak pada citra
berdasarkan pada unsur rona dan warnanya.
Setelah rona dan warna yang sama
dikelompokan dan diberitanda, kemudian
barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran
dan banyangan.
BENTUK


Bentuk merupakan atribut yang jelas untuk
mengenali suatu obyek pada citra, sehingga banyak
obyek yang yang dikenali berdasarkan pada unsur
bentuknya saja
Bentuk, ukuran dan tekstur dikelompakkan sebagai
susunan ruang sekunder dalam hal tingkat
kerumitan menginterpretasikan citra.
contoh :
 Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf U,
L, I atau berbentuk empat persegi panjang.
 Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon
pinus berbentuk kerucut, tajuk pohon bambu
berbentuk bulu-bul, dan lain sebagainya.
 Gunung berapi berbentuk kerucut,
UKURAN

Unsur ukuran merupakan atribut obyek yang antara
lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.
Karena ukuran obyek pada cirta merupakan fungsi
skala, maka di dalam memenfaatkan ukuran sebagai
unsur interpretasi citra harus selalu dingat skalanya.
Contoh :
 Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu
rumah mukim, kantor atau industri. Rumah mukim
pada umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan
kantor atau industri.
 Lapangan olah raga, disamping dicirikan oleh bentuk
segi empat, lebih dicirikan oleh ukuran sekitar 80m x
100m bagi lapangan sepak bola dan 8m x 15m bagi
lapangan tenis,
TEKSTUR

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada
citra atau pengulangan rona kelompok obyek
yang terlalu kecil untuk dibedakan secara
individual. Tektsur sering dinyatakan dengan
kasar, sedang dan halus atau belang-belang.
Contoh :
 Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur
sedang, semak bertektur halus
 Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu
bertekstur halus
 Permukaan air yang tenang bertestur halus.
POLA


Pola, tinggi, dan banyangan dikelompokan pada
tingkat kerumitan tersier. Tingkat kerumitan nya
setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk,
ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra.
Pola atau susunan merupakan ciri yang menandai
bagi banyak obyek bentukan manusia dan beberapa
obyek alamiah.
Contoh :
 Pemukiman trasmigrasi dikenali dengan pola yang
teratur, yaitu rumah yang ukuran dan jaraknya
seragam dan masing-masing menghadap jalan.
 Kebun karet, kebun kelapa, kebut kopi dan lain
sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau
vegetasi lainnya dengan pola yang teratur, yaitu dari
pola serta jarak tanamnya.
BAYANGAN

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau
obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau gejala
yang terletak di daerah banyangan pada umumnya
tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang
tampak samar-samar. Meskipun demikian,
banyangan sering menjadi kunci pengenal yang
penting bagi beberapa obyek yang justru lebih
tampak dari bayangannya.
Contoh :
 Cerobong asap, menara, tangki minyak dan bak air
yang dipasang tinggi lebih tampak dari
banyangannya.
 Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya
banyangan.
SITUS
 Bersama-sama dengan asosiasi, situs
dikelompokan kedalam kerumitan yang lebih
tinggi. Situs bukan merupakan ciri obyek secara
langsung, melainkan berkaitan dengan
lingkungan sekitarnya.
Contoh :
 Situs pohon kopi terletak di tanah yang miring,
hal ini disebabkan tanaman kopi memerlukan
pengaturan air yang baik.
ASOSIASI
 Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara
obyek yang satu dengan obyek yang lainnya. Karena
ada keterkaitannya ini maka terlihatnya suatu obyek
pada citra sering menjadi petunjuk bagi adanya
obyek lain.
Contoh :
 Stasiun kereta api, yang berasosiasi dengan jalan
kereta api lebih dari satu jalur atau bercabangcabang.
Didalam mengenali obyek pada foto udara atau pada
citra yang lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya
menggunakan satu unsur interpretasi citra, semakin
banyak unsur interpretasi yang digunakan semakin
menciut lingkupnya kearah titik simpul.
Contoh :
 pada foto udara terlihat tetumbuhan yang bertajuk
berbentuk bintang.
 Pohon tersebut jelas berupa pohon palma, akan tetapi
kemungkinannya masih cukup luas, mungkin palma
tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, nipah,
enau, atau sagu.
 Bila ditambah satu unsur interpretasi citra lagi
misalnya unsur pola, maka kemungkinannya akan
menciut . misalnya tetumbuhan tersebut mempunyai
pola yang tidak teratur, maka tumbuhan tersebut
kemungkinanya berupa pohon sagu atau enau, dan
nipah.
 Bila ditambah satu unsur interpretasi lagi misalnya
unsur ukuran, misalnya pohon tersebut tumbuh
dengan tinggi > 10 m, maka kemungkinanya pohon
enau atau sagu.
 Bila ditambah satu unsur lagi, yaitu unsur situs,
misalnya pohon tersebut tumbuh didaerah yang
becek dan berair, maka kemungkinan besar pohon
tersebut adalah pohon sagu.
BENTUK
POLA
UKURAN
SITUS
Tajuk
berbentuk
bintang
Tidak
teratur
Tinggi >10 m
Air payau
POHON
KELAPA
POHON
KELAPA
SAWIT
POHON
POHON
NIPAH
POHON
ENAU
NIPAH
POHON
ENAU
SAGU
POHON
SAGU
POHON ENAU
POHON SAGU
POHON
SAGU
ALAT – ALAT
INTERPRETASI CITRA
1. Alat pengamat
2. Alat ukur
3. Alat pemindahan data hasil interpretasi
4. Alat analisis digital
ALAT PENGAMAT
Memungkinkan menafsir/mengkaji citra secara
visual, dengan pembesaran ( skala ) tertentu.
1. alat pengamat nonstereoskopik



dapat digunakan untuk pengamatan dua dimensional
alat ini paling sederhana
seperti : lensa pembesar dan Meja sinar
2. stereoskopik
dapat digunakan untuk pengamatan tiga dimensional
 dari citra yang bertampalan.
 terdiri dari : Lensa, cermin dan prisma.

Macam – macam alat stereoskopik :
 Stereoskop lensa,
 Stereoskop cermin dan
 Stereoskop mikroskopik
Alat pengukur obyek pada Citra
1.
2.
3.
4.
5.
alat Pengukur arah
alat pengukur jarak
alat pengukur luas
alat pengukur tinggi
alat pengukur lereng
1. Alat Pengukur Arah
Alat pengukur arah berupa busur derajat
 Pengukuran
bearing maupun asimut, pada
foto dilakukan dari salah satu arah sebagai
pangkalnya ( arah 00-nya ).
 Arah pangkal ini ditentukan di medan dengan
cara :
1.
arah kompas
arah utara peta
3. arah suatu perwujutan yang telah
diketahui, misalnya masjid mengarah ke
Barat, maka utaranya diambil 900 searah
jarum jam.
2.
Alat pengukur Jarak
 Alat pengukur jarak tanpa pembesaran adalah
penggaris dengan skala milimeter dan metal
microruler
 alat pengukur jarak dengan pembesara adalah
berupa lensa pembesar yang diberi skala
mikrometer didalamnya.

Download