Penanganan Kekerasan pada Anak

advertisement
Penanganan Kekerasan
pada Anak
MTS Darmawan
Satgas Perlindungan Anak IDAI
Departemen Anak FK UII
Latar Belakang
TUMBUH KEMBANG & SIKLUS KEHIDUPAN ANAK
Bertambahnya ukuran &
jumlah sel serta jaringan
Interseluler: Bertambahnya
ukuran fisik & struktur tubuh
sebagian / keseluruhan,
sehingga dpt diukur dgn
satuan panjang & berat.
Bertambahnya kemampuan
dalam struktur & fungsi
tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yg teratur,
termasuk aspek sosial atau
emosional akibat pengaruh
lingkungan
Pertumbuhan
Tumbuh
Kembang
Perkembangan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TUMBUH KEMBANG ANAK
Tempat anak hidup, penyedia
kebutuhan dasar anak
Kualitas
Genetik/
Heredokonstitusional
Lingkungan/
Ekosistem
Tumbuh
Kembang
Faktor bawaan, yaitu potensi
anak yg akan menjadi ciri
khasnya
LINGKUNGAN/ EKOSISTEM ANAK MENURUT KOBAYASHI
MIKRO
Ibu, pengganti ibu
MINI
Ayah, adik, kakak, pengasuh,
Mainan, norma, aturan,
stimulasi
MESO
Tetangga, teman,
Sarana pendidikan,
Sarana kesehatan
MAKRO
Kebijakan pemerintah,
Profesi, WHO, ekonomi,
Politik, sosial budaya
KEBUTUHAN DASAR ANAK
Asih
Emosi, Kasih Sayang
Ikatan yg erat, serasi & selaras
antara ortu (ibu) dan anak. Mutlak
perlu pada tahun2 pertama
kehidupan anak  mantapnya
Tumbuh kembang anak
Asuh
Asah
Tumbuh Kembang Anak
yang Optimal
Kebutuhan Fisis Biomedis:
Pangan/gizi; perawatan kes
dasar (ASI, imunisasi,
penimbangan teratur);
sandang; papan; higienis
sanitasi; kes jasmani; rekreasi
Stimulasi Mental
Proses pembelajaran, pendidikan,
Pelatihan. Sangat penting pada 4
tahun pertama kehidupan
perkemb mental emosional,
kecerdasan, moral, etika,
kepribadian dll
PRINSIP -PRINSIP TUMBUH KEMBANG ANAK
1
2
3
4
5
6
• Perkembangan menimbulkan perubahan
• Perkembangan tahap awal lebih kritis dibandingkan tahap selanjutnya
• Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
• Pola perkembangan dapat diramalkan
• Setiap tahap perkembangan memiliki ciri yg membedakan dgn tahap
lain
• Setiap tahap perkembangan memiliki harapan sosial
TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK
Masa dalam kandungan (prenatal)
Masa Neonatal (0 – 28 hari)
Masa Bayi (< 1 tahun)
Masa Balita (< 5 tahun)
Masa Prasekolah (5-6 tahun)
Masa Remaja (10-18 tahun)
ASPEK TUMBUH KEMBANG
PERTUMBUHAN
FISIK
PERKEMBANGAN
MOTORIK KASAR
& HALUS
PERKEMBANGAN
BAHASA
PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL,
KOGNITIF &
MORAL
Kekerasan terhadap Anak (KtA)
Masalah Global
Menyangkut
Kemanusiaan
Mengupayakan :
hak hidup,
nilai keadilan &
kasih sayang.
SpA : posisi strategis
memberikan intervensi
Tujuan Manajemen Korban pada KtA
1.
Diagnosis telah terjadi kekerasan fisik dan atau
seksual yang dialami
2.
Mengumpulkan bukti untuk kepentingan
medikolegal
Dilakukan bersamaan
 Pengumpulan bukti untuk kepentingan hukum
harus < 72 jam sejak kejadian

Prinsip : RADAR
Recognize
Ask & Listen
Discuss
options
Assess danger
Refer to other
groups that
could provide
Assistance
Prinsip
Langkah penanganan kasus KtA : “RADAR”


Recognize : kenali kemungkinan kekerasan
Ask & Listen : tanyakan secara langsung dan
dengarkan dengan empati
 Discuss options : bicarakan berbagai pilihannya
 Assess danger : nilailah kemungkinan bahaya

Refer to other groups that could provide
assistance : rujuk ke pihak terkait yang dapat
membantu
Sikap yang Diperlukan dalam Pelayanan
Pendekatan
hangat &
terbuka
Tenang, percaya
diri & penuh
kendali
Berbagi
pengetahuan &
pengalaman
Memahami &
Menenteramkan
Menjernihkan
situasi
Sikap Petugas Medis









Simpatik, sabar & cross check
Suasana ruang pemeriksaan aman & nyaman, tidak
menakutkan korban.
Menjaga privasi pasien.
Sikap empati : sikap penerimaan yg tinggi.
Menjalin hubungan bersahabat, setara
Menjadi pendengar yg baik.
Pemeriksaan disaksikan keluarga & perawat
Kebebasan pribadi : anamnesis tanpa dihadiri
pengantar
Rekam medis ~ form registri
Peran Petugas Kesehatan
Memberi perlindungan sementara (bersama polisi)
: berperan sbg Shelter
 Pelayanan kesehatan
 Merehabilitasi kesehatan korban
 Membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan & VeR
/ surat keterangan medis yang sama sebagai alat
bukti

Peran Petugas Kesehatan





Sebagai saksi dipengadilan
Menjadi pendamping dalam rehabilitasi korban
Pemeliharaan kesehatan
Pelayanan terpadu membangun jejaring engan
pihak terkait
Semua layanan kesehatan (Puskesmas, RS) dapat
memberi pelayanan kepada korban
PROSES PENANGANAN KASUS KTA
Identifikasi
- indikator
- tingkat risiko
- dampak
- nakes, keswa - penegak hukum
- pendidik
- agamawan
- pengasuh
- masyarakat
anak
Laporan
Masukan
Initial assessment
Family assessment
Perencanaan kasus
Penanganan & penatalaksanaan
Evaluasi kemajuan keluarga
Kasus ditutup
UU no 23/2002
Pasal 108 KUHP
Masukan
ALUR PELAYANAN TERPADU DI RS
Pasien datang
Registrasi
Triage
Krisis
Semi Krisis
Non Krisis
PPT/UPP /Pasosmed:
• Konseling
• Pemeriksaan Fisik
• Pendampingan
• Pelayanan
Polisi
LSM / LBH
Shelter
OK, ICU
Perawatan
IGD
Spesialis
(sesuai kebutuhan)
Dalam satu wilayah
kabupaten/kota minimal
ada 2 Puskesmas PPKtP
MasaLah

SpA : sering menjadi orang pertama yang
berhadapan dg korban KtA.

Sebagian masih belum memasukkan dampak
medikolegal & psikososial : penanganan masih
sebatas fokus pada gangguan fisik (medis)
Observasi
Afek pengasuh/ OT inappropriate.
Tidak memperlihatkan kepedulian yang sesuai
dengan berat trauma
 Interaksi pengasuh / OT - anak yang kurang
wajar, cenderung cuek

Anamnesis
Ruangan tersendiri, tidak bercampur pasien lain.
 Bila korban diantar petugas, dipersilakan keluar.
 Informed consent pada tiap tahap :

 Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pengumpulan bukti
untuk membantu kejiwaan pasien (membangun
kepercayaan diri)
Fokus pada bukti medis yang ditemukan.
 Sebagian besar kasus + 30 – 60 menit
 Prinsip :




Mendengarkan dengan hati-hati
Tidak mendesak pasien
Tidak menyalahkan pasien
Anamnesis Biasanya Berciri





Riwayat penganiayaan anak lain di keluarga
Kecelakaan berulang : fraktur/memar/jaringan yang
berbeda waktu sembuhnya
Lambat mencari pertolongan medis
OT berpindah dari satu dokter ke dokter yang lain
OT mengabaikan jejas utama dan hanya
membicarakan masalah kecil yang terus-menerus
Anamnesis Biasanya Berciri





OT mengaku tidak mengetahui bagaimana jejas terjadi
Riwayat keterangan OT berbeda atau berubah-ubah
Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas,
atau stadium perkembangan anak
Penyakit anak yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.
Anak yang gagal tumbuh tanpa alasan yang jelas
Informasi yang harus didapat dari anamnesis
Usia & data korban dan pelaku
2. Waktu & tempat kejadian
3. Kondisi yang berhubungan dengan kejadian
4. Bila kasus asusila, detail kasus yang terjadi :
1.



Penetrasi penis, jari atau benda,
Rute kontak seksual : vagina, oral atau anal,
Apakah terjadi ejakulasi atau keluarnya urin pelaku
Informasi yang harus didapat dari anamnesis
Tipe ancaman fisik yang digunakan : senjata,
obat atau alkohol
6. Aktivitas korban setelah kejadian seperti
mengganti baju, mandi, douching, berkumur /
sikat gigi, BAK/BAB
7. Riwayat kebidanan : HPM, kehamilan, kapan
hubungan seksual terakhir, infeksi alat reproduksi
5.
Perilaku pasien / keluarga yang perlu diwaspadai :


Keluhan kronis (pusing, badan sakit semua)
OT terus mengawasi & tdk mau meninggalkan korban pada
waktu pelayanan


Riwayat percobaan bunuh diri
Pasien tampak gelisah, sedih, putus asa tanpa penyebab
jelas
Anak





Menyatakan telah dianiaya.
Membalik atau menyangkal cerita yang telah
diungkap sebelumnya.
Takut yang berlebihan terhadap OT atau orang
dewasa lainnya
Tidak lari ke OT untuk meminta perlindungan.
Perilaku agresif atau menarik diri yang ekstrim.
SASARAN
KEKERASAN FISIK
BAYI
0-1 thn
KEKERASANEMOSIONAL
BALITA
1-5 thn
KEKERASAN –
SEKSUAL
ANAK KORBAN
KEKERASAN
USEK
6-18 thn
REMAJA
10-18 thn
PENELANTARAN
ANAK
EKSPLOITASI ANAK
(ESKA)
TRAFIKING
(Perdagangan anak/bayi)
PERSENTASE KASUS KTA
MENURUT JENIS KEKERASAN
(N = 600)
Presentase terbanyak adalah jenis Kekerasan Seksual
Sumber : KPP, 2008
JUMLAH KORBAN TRAFIKING BERDASARKAN
PROVINSI ASAL
1027
723
490476
270264
210198
93
76
IOM Maret 2005 – Juni 2012
Penularan IMS pada Anak Korban Trafiking
31,82%
19,72%
2,25% 2,57%
3,57%
1,11%
3,57%
1,11%
4,25%
4,03%
0%
0%
1,14%1,38%
Laki-laki
Perempuan
Sumber IOM Maret 2005 – Juni 2012
PERSENTASE KEKERASAN DI LINGKUNGAN KELUARGA
Ibu merupakan pelaku Paling Dominan yg melakukan tindak KtA dg tindakan paling
banyak 51.1% Mencubit, 45.5% Membentak dg suara keras/kasar dan 43.5%
membandingkan dg saudara/anak lainnya.
3000
2500
2000
Ayah
Ibu
Saudara
1500
1000
500
0
Dominasi Tindakan Kekerasan yg
terjadi dilingkungan keluarga
Hasil Monev KPAI di 9 Prop
PERSENTASE TINDAKAN KEKERASAN TERBANYAK
Ibu
43.5%
51.1%
Mencubit
Saudara
Membentak
45.5%
Membandingkan
22%
28.7%
Ayah
48.1%
37.3%
35.3%
31.7%
Membentak
Mencubit
Menyebut
Bodoh
Membandingkan
dengan saudara
Menyebut Bodoh,
Pemalas
Membentak
Hasil Monev KPAI di 9 Prop

Teman Sekelas merupakan Pelaku Paling Dominan yg
melakukan tindak kekerasan di lingkungan Sekolah. Tindakan
paling banyak 49.1% mencubit, 29% menghina dihadapan
teman dan 28.9% memukul dengan tangan.
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Guru
Teman Sekelas
Teman lain kelas
Pelaku yg mendominasi
Tindak Kekerasan Di
Lingkungan Sekolah
Hasil Monev KPAI di 9 Prop
PERSENTASE TINDAKAN KEKERASAN TERBANYAK
DI LINGKUNGAN SEKOLAH
380
360
36.9%
34.8%
31.8%
340
320
Mencubit
Membentak
Menjewer
300
350
280
300
Guru
250
30.8%
24.8%
20.7%
200
600
500
400
150
49.1%
Mencubit
29% 28.9%
300
200
Menhina
depan teman
Memukul
dng tangan
100
Mencubit
100
Membentak
50
0
Teman Lain
Kelas
Menghina depan
teman
0
Teman Sekelas
Hasil Monev KPAI di 9 Prop
FAKTOR RISIKO & DAMPAK KtP/A
Faktor Anak
(Individu)
- Faktor Keluarga/Orang
tua
Faktor
Lingkungan/Masyarkat
contoh : Kemiskinan
•Dampak KTA secara langsung
menyebabkan kematian 5% dan
25% terjadi komplikasi serius
seperti : patah tulang, luka bakar
dan cacat menetap. (WHO)
•Dampak Jangka pendek :
Lebam, lecet, luka bakar, patah
tulang, kerusakan organ tubuh,
robekan selaput dara, gangguan
susunan syaraf
•Dampak Jangka panjang :
Gangguan fungsi/anggota
tubuh/cacat menetap, IMS,
HIV/AIDS, kerusakan/gangguan
organ reproduksi, gangguan
mental emosional
PENURUNAN
KUALITAS
SDM
Arah Kebijakan
ANAK SEHAT
DAN
BERKUALITAS
Life Cycle
Approached
Right Based
Approached
-Meningkatkan kualitas hidup anak
- Terpenuhinya hak anak terhadap
kebutuhan tumbuh kembang
PENANGANAN KASUS KtA
Aspek
Medik
Aspek
Medikolegal
Aspek
Psikososial
RS Pendidikan, RSUD
RS : Pusat Pelayanan Terpadu
(PPT)
RUJUKAN
KESEHAT
AN
Puskesmas Mampu
Tatalaksana Kasus KtA
67,40%
INDIKATOR :
Minimal 2 Pusk/Kab-Kota
Cakupan : - 335 Kab/Kota
- 1382 Pusk
Rumah Aman
(Shelter)
MULTI DISIPLIN
APPROACH
Penangaan Gawat
Darurat, Tatalaksana
Medis, Rujukan
(medis dan non
medis)
LINTAS
SEKTOR
TERKAIT
KEMENEG.PP-PA,
KEMENSOS,
POLRI,
KEMENKUM-HAM,
KEMENDIKNAS
KEMENDAGRI
FAKTOR RISIKO KtA
-Tingkat kriminalitas tinggi
-Layanan sosial rendah
-Kemiskinan tinggi
-Tingkat pengangguran tinggi
-Adat istiadat /Kebiasaan
Faktor
masyarakat/
sosial
-Pergeseran budaya
-Stress pada pengasuh anak
-Budaya hukuman badan
-Pengaruh media massa
Risiko
KtA
Faktor Anak
-Prematuritas
-BBLR
-Anak Penyandang Cacat/
Anak Berkebutuhan Khusus
-Anak dengan masalah perilaku
Faktor ortu/
situasi
keluarga
-Riwayat ortu dengan KtA
-Ortu remaja
-Kurang kemampuan merawat anak
-Dukungan sosial rendah
-Keterasingan dari masyarakat
-Kemiskinan
-Kepadatan hunian
-Masalah interaksi dengan lingkungan
-KDRT
-Riwayat depresi & masalah kesehatan
mental
-Banyak anak balita
-Kehamilan tidak diinginkan
-Kehamilan disangkal
-Riwayat penggunaan NAPZA
-Kurang dukungan sosial
-Kurang persiapan kelahiran
-Orangtua tunggal
-Riwayat bunuh diri keluarga
-Pola asuh
-Nilai yang dianut
-Kurang pengertian perkembangan anak
FAKTOR RISIKO KtA
Faktor
Sosiokultural
Stress pada
anak
Stress
keluarga
Situasi
pencetus
Sikap/
perbuatan
keliru
1. Nilai/ norma yang ada di masyarakat
2. hubungan antar manusia
3. Kemajuan zaman: pendidikan, hiburan,
olahraga, kesehatan, hukum, dsb
Stress pada
orangtua
-Disiplin
-Konflik keluarga/ pertengkaran
-Masalah lingkungan yang
mendadak
-Penganiayaan
-ketidakmampuan merawat
-Peracunan
-teror mental
DAMPAK KtA PADA
TUMBUH KEMBANG ANAK
1
Dampak langsung: 5% kematian; 25 % komplikasi serius
seperti patah tulang, luka bakar, cacat menetap dsb
2
Terjadi kerusakan menetap pd ssn saraf  retardasi
mental, masalah belajar/kesulitan belajar, buta, tuli, mslh
perkembangan motorik
3
Pertumbuhan fisik anak kurang dibandingkan anak2
sebayanya
4
Gangguan perkembangan kejiwaan: emosi, kecerdasan,
konsep diri, agresif, hub sosial
Dampak Jangka Panjang KtA
Adanya distorsi kognitif, seperti merasa salah, malu, menyalahkan diri sendiri
Gangguan perasaan (mood disturbance), seperti ansietas/kecemasan atau depresi
Kehilangan minat untuk bersekolah
Stres pasca trauma
Masalah / problem diri sendiri (interpersonal)
Perilaku membahayakan atau menyakiti diri sendiri
Perilaku regresif (terjadi kemunduran perkembangan seperti menghisap jempol,
ngompol, mengamuk dll)
Menggunakan narkotik dan zat adiktif lainnya
Dampak Jangka Panjang KtA
Gangguan personalitas/ kepribadian (mis :paranoid, obsesif kompulsif, gangguan
antisosial dll)
Gangguan tidur dan mimpi buruk
Masalah psikosomatik seperti sakit perut/pusing/ sesak napas tanpa sebab
Problem / gangguan makan (makan berlebihan/tidak mau makan/dimuntahkan)
Lebih lanjut korban dapat menjadi psikosis/gangguan kejiwaan berat
Adanya gangguan personalitas multipel
Dampak kecacatan pada fisik yang dapat mengganggu fungsi tubuh atau anggota
tubuh tersebut
Anak yang mengalami KtA berpotensi menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari
Dampak Kasus Kekerasan Seksual
Kehamilan
Stress Traumatic Disorder (STD), infeksi HIV dan
AIDS
Prostitusi
Dampak Jangka Panjang KtA
Dampak KtA pada keluarga
Dampak KtA pada masyarakat
• Stigmasitisasi/labeling keluarga
• Peran dan tanggung jawab dalam
keluarga berubah secara drastis
• Orangtua yang anaknya mengalami
KtA seringkali merasa bersalah
sehingga kehilangan kepercayaan diri
untuk mengasuh dan melindungi
anaknya
• Orang tua mengalami gangguan
psikologis (susah tidur, depresi)
akibat tindak kekerasan terhadap
anaknya.
• Kesulitan keuangan, konflik keluarga,
dan menambah beban bagi semua
anggota keluarga
• Orangtua mengajari anak untuk
tidak percaya siapapun
• Produktivitas masyarakat menurun
sehingga kesejahteraan masyarakat
menurun, contoh ekploitasi anak
• Berpotensi timbulnya pengangguran
sehingga dapat menyebabkan
terjadinya masalah sosial baru
seperti pencurian, perampokan dll
Pemeriksaan Fisik Korban Kekerasan

Fokus :
◦ Adanya luka lama & baru yang sesuai urutan
kejadian peristiwa
◦ Amati adanya tanda perlawanan atau kekerasan
: gigitan, cakaran, ekimosis, hematom
◦ Kesesuaian tanda kekerasan dengan riwayat
kejadian.
Robekan baru di fossa navicularis
Robekan hymen
yang sudah menyembuh
• Robekan lama hymen pada pukul
06.00 sampai 08.00
• Lakukan swab vagina forniks
posterior bila kejadiannya kurang dari
72 jam.
Beberapa Pedoman






Atasi infeksi, cegah kehamilan
Terapi psikologi
Terapi Keluarga
Bila kasusnya perkosaan : hymen akan tumbuh sesuai
dengan bertambahnya usia.
Vaksinasi HB diberikan & dilakukan tes antibodi
terhadap VHB
Harus ditawarkan untuk tes HIV dan korban dengan
HIV negatif yang datang dalam waktu 72 jam harus
ditawari terapi PEP
Beberapa Pedoman



Korban dengan HIV negatif yang datang dalam
waktu 72 jam setelah kejadian harus diberitahu
kemungkinan risiko infeksi walaupun rendah dan
ditawarkan untuk dilakukan tes ulang 6 minggu dan
3 bulan setelah kejadian
Pemeriksaan medikolegal lengkap harus ditawarkan
& didokumentasikan.
Dokumentasi tidak diperbolehkan untuk membuat
simpulan apakah korban diperkosa atau tidak
(Hanya menyebutkan kekerasan benda tumpul saja)
Pengambilan Sampel Laboratorium
◦ Dilakukan pada kunjungan pertama
◦ Mencakup sampel untuk kepentingan medis :
- tes kehamilan, tes PMS, hepatitis & HIV - serta
medikolegal
Tatalaksana

Emergensi :
◦ Tata laksana sesuai standar pelayanan medis
◦ Dokumentasi  lapor

Stabil:
◦ Anamnesis anak & OT terpisah
◦ Hati-hati : trauma kedua, patient oriented
◦
Opname :
◦ Berat ringannya luka tidak menjadi satu-satunya alasan
◦ Kasus sulit/ meragukan : u/ menegakkan diagnosis
◦ Melindungi korban


Follow up : multidisiplin (SpA, psikolog, SpB, sosial
worker, LPA, hukum)
Cakupan Tata Laksana
1.
2.
3.
4.
Aspek Medis
Aspek Mediko Legal
Aspek Psikososial
Pendampingan
 Rujukan dilakukan pada pemeriksaan pertama :
◦
◦
◦
kebutuhan dukungan psikologis,
shelter, dan
informasi mengenai hak mengajukan tuntutan
hukum
TATA LAKSANA
1. Aspek Medis
◦ Profesional & manusiawi sesuai kebutuhan korban
& sesuai standar
TATA LAKSANA
2. Aspek Mediko Legal
◦ Anamnesis untuk identifikasi tindak kekerasan & masalah
◦ Pemeriksaan fisik & pengambilan sample
(sesuai kasus/kondisi korban).
◦ Analisis untuk membuat simpulan & tatalaksana
◦ Pembuatan VeR bila diperlukan.
TATA LAKSANA
3. Aspek Psikososial :
◦
◦
◦
◦
◦
Pendampingan
Konseling
Penanganan krisis
Kunjungan rumah
Shelter & rumah aman
Pencegahan
Kepedulian semua
 Identifikasi & menghilangkan faktor risiko:

◦ Atasi kemiskinan, cegah alkohol, narkoba
◦ Keluarga, perkawinan & kehamilan terencana
◦ Pendekatan pada keluarga dengan risiko tinggi cara
mendidik anak, menerima / menyadari anak berbeda,
disiplin

disediakan hotline dan “crisis centre” untuk OT
yang membutuhkan (keadaan darurat).
Pencegahan SCA
Cegah peluang dan kesempatan
 ajari anak :

◦
◦
◦
◦
bagian mana yang boleh disentuh
Siapa saja
Hindari “telanjang’, pakaian mini
“hati-hati”, berani bilang tidak
Penanganan di RS yang ada Pusat
Krisis Terpadu
•
•
•
•
•
“One Stop Service” (medis dan psikososial)
TATA LAKSANA kasus secara komprehensif (tersedia
dokter spesialis dan tenaga non medis seperti
psikolog atau petugas sosial on call)
Rujukan psikososial
Rekam Medis, VER/Visum et repertum (Jika
dimintai polisi)
Pelaporan
SIMPULAN
KtA harus dihentikan, karena tidak sesuai dengan
martabat manusia
 Dampak KtA mengenai seluruh aspek hidup
manusia (Bio, Psiko, Sosio, Spiritual) penanganan
memerlukan multidisiplin
 Kerjasama dengan sistem rujukan antara layanan,
hukum, kesehatan, LSM, pemberdayaan sosial
ekonomi, tokoh-tokoh masyarakat mutlak
diperlukan dalam penanganan korban

Terima Kasih
Manajemen KORBAN yang DATANG DALAM
WAKTU 72 JAM SETELAH KEJADIAN
Manajemen Penyakit Menular Seksual (PMS)
◦ Pencegahan kehamilan
◦ Korban dengan risiko tertular PMS harus diterapi
tanpa dilakukan tes.
◦ Korban yang belum aktif secara seksual harus
dites untuk PMS karena adanya PMS merupakan
bukti kekerasan seksual.
Manajemen KORBAN yang DATANG DALAM
WAKTU 72 JAM SETELAH KEJADIAN
Pencegahan tetanus
◦ Tetanus dapat terjadi selama kekerasan seksual.
◦ Suntikan booster antitetanus toxoid 0.5 mL secara i.m.
dapat diberikan pada korban dengan luka terbuka yang
belum mendapatkan vaksinasi dalam 10 tahun.
Manajemen KORBAN yang DATANG DALAM
WAKTU 72 JAM SETELAH KEJADIAN
Perawatan kejiwaan korban
◦ Sangat membantu korban dan hal ini didapatkan dari
orang-orang yang dipercayai korban, konselor dan
mengikuti kelompok yang memberikan dukungan
untuk korban kekerasan seksual  rujukan interprofesi
Download