Penanganan Kekerasan pada Anak MTS Darmawan Satgas Perlindungan Anak IDAI Departemen Anak FK UII Latar Belakang TUMBUH KEMBANG & SIKLUS KEHIDUPAN ANAK Bertambahnya ukuran & jumlah sel serta jaringan Interseluler: Bertambahnya ukuran fisik & struktur tubuh sebagian / keseluruhan, sehingga dpt diukur dgn satuan panjang & berat. Bertambahnya kemampuan dalam struktur & fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yg teratur, termasuk aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan Pertumbuhan Tumbuh Kembang Perkembangan FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK Tempat anak hidup, penyedia kebutuhan dasar anak Kualitas Genetik/ Heredokonstitusional Lingkungan/ Ekosistem Tumbuh Kembang Faktor bawaan, yaitu potensi anak yg akan menjadi ciri khasnya LINGKUNGAN/ EKOSISTEM ANAK MENURUT KOBAYASHI MIKRO Ibu, pengganti ibu MINI Ayah, adik, kakak, pengasuh, Mainan, norma, aturan, stimulasi MESO Tetangga, teman, Sarana pendidikan, Sarana kesehatan MAKRO Kebijakan pemerintah, Profesi, WHO, ekonomi, Politik, sosial budaya KEBUTUHAN DASAR ANAK Asih Emosi, Kasih Sayang Ikatan yg erat, serasi & selaras antara ortu (ibu) dan anak. Mutlak perlu pada tahun2 pertama kehidupan anak mantapnya Tumbuh kembang anak Asuh Asah Tumbuh Kembang Anak yang Optimal Kebutuhan Fisis Biomedis: Pangan/gizi; perawatan kes dasar (ASI, imunisasi, penimbangan teratur); sandang; papan; higienis sanitasi; kes jasmani; rekreasi Stimulasi Mental Proses pembelajaran, pendidikan, Pelatihan. Sangat penting pada 4 tahun pertama kehidupan perkemb mental emosional, kecerdasan, moral, etika, kepribadian dll PRINSIP -PRINSIP TUMBUH KEMBANG ANAK 1 2 3 4 5 6 • Perkembangan menimbulkan perubahan • Perkembangan tahap awal lebih kritis dibandingkan tahap selanjutnya • Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar • Pola perkembangan dapat diramalkan • Setiap tahap perkembangan memiliki ciri yg membedakan dgn tahap lain • Setiap tahap perkembangan memiliki harapan sosial TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK Masa dalam kandungan (prenatal) Masa Neonatal (0 – 28 hari) Masa Bayi (< 1 tahun) Masa Balita (< 5 tahun) Masa Prasekolah (5-6 tahun) Masa Remaja (10-18 tahun) ASPEK TUMBUH KEMBANG PERTUMBUHAN FISIK PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR & HALUS PERKEMBANGAN BAHASA PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL, KOGNITIF & MORAL Kekerasan terhadap Anak (KtA) Masalah Global Menyangkut Kemanusiaan Mengupayakan : hak hidup, nilai keadilan & kasih sayang. SpA : posisi strategis memberikan intervensi Tujuan Manajemen Korban pada KtA 1. Diagnosis telah terjadi kekerasan fisik dan atau seksual yang dialami 2. Mengumpulkan bukti untuk kepentingan medikolegal Dilakukan bersamaan Pengumpulan bukti untuk kepentingan hukum harus < 72 jam sejak kejadian Prinsip : RADAR Recognize Ask & Listen Discuss options Assess danger Refer to other groups that could provide Assistance Prinsip Langkah penanganan kasus KtA : “RADAR” Recognize : kenali kemungkinan kekerasan Ask & Listen : tanyakan secara langsung dan dengarkan dengan empati Discuss options : bicarakan berbagai pilihannya Assess danger : nilailah kemungkinan bahaya Refer to other groups that could provide assistance : rujuk ke pihak terkait yang dapat membantu Sikap yang Diperlukan dalam Pelayanan Pendekatan hangat & terbuka Tenang, percaya diri & penuh kendali Berbagi pengetahuan & pengalaman Memahami & Menenteramkan Menjernihkan situasi Sikap Petugas Medis Simpatik, sabar & cross check Suasana ruang pemeriksaan aman & nyaman, tidak menakutkan korban. Menjaga privasi pasien. Sikap empati : sikap penerimaan yg tinggi. Menjalin hubungan bersahabat, setara Menjadi pendengar yg baik. Pemeriksaan disaksikan keluarga & perawat Kebebasan pribadi : anamnesis tanpa dihadiri pengantar Rekam medis ~ form registri Peran Petugas Kesehatan Memberi perlindungan sementara (bersama polisi) : berperan sbg Shelter Pelayanan kesehatan Merehabilitasi kesehatan korban Membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan & VeR / surat keterangan medis yang sama sebagai alat bukti Peran Petugas Kesehatan Sebagai saksi dipengadilan Menjadi pendamping dalam rehabilitasi korban Pemeliharaan kesehatan Pelayanan terpadu membangun jejaring engan pihak terkait Semua layanan kesehatan (Puskesmas, RS) dapat memberi pelayanan kepada korban PROSES PENANGANAN KASUS KTA Identifikasi - indikator - tingkat risiko - dampak - nakes, keswa - penegak hukum - pendidik - agamawan - pengasuh - masyarakat anak Laporan Masukan Initial assessment Family assessment Perencanaan kasus Penanganan & penatalaksanaan Evaluasi kemajuan keluarga Kasus ditutup UU no 23/2002 Pasal 108 KUHP Masukan ALUR PELAYANAN TERPADU DI RS Pasien datang Registrasi Triage Krisis Semi Krisis Non Krisis PPT/UPP /Pasosmed: • Konseling • Pemeriksaan Fisik • Pendampingan • Pelayanan Polisi LSM / LBH Shelter OK, ICU Perawatan IGD Spesialis (sesuai kebutuhan) Dalam satu wilayah kabupaten/kota minimal ada 2 Puskesmas PPKtP MasaLah SpA : sering menjadi orang pertama yang berhadapan dg korban KtA. Sebagian masih belum memasukkan dampak medikolegal & psikososial : penanganan masih sebatas fokus pada gangguan fisik (medis) Observasi Afek pengasuh/ OT inappropriate. Tidak memperlihatkan kepedulian yang sesuai dengan berat trauma Interaksi pengasuh / OT - anak yang kurang wajar, cenderung cuek Anamnesis Ruangan tersendiri, tidak bercampur pasien lain. Bila korban diantar petugas, dipersilakan keluar. Informed consent pada tiap tahap : Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pengumpulan bukti untuk membantu kejiwaan pasien (membangun kepercayaan diri) Fokus pada bukti medis yang ditemukan. Sebagian besar kasus + 30 – 60 menit Prinsip : Mendengarkan dengan hati-hati Tidak mendesak pasien Tidak menyalahkan pasien Anamnesis Biasanya Berciri Riwayat penganiayaan anak lain di keluarga Kecelakaan berulang : fraktur/memar/jaringan yang berbeda waktu sembuhnya Lambat mencari pertolongan medis OT berpindah dari satu dokter ke dokter yang lain OT mengabaikan jejas utama dan hanya membicarakan masalah kecil yang terus-menerus Anamnesis Biasanya Berciri OT mengaku tidak mengetahui bagaimana jejas terjadi Riwayat keterangan OT berbeda atau berubah-ubah Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas, atau stadium perkembangan anak Penyakit anak yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Anak yang gagal tumbuh tanpa alasan yang jelas Informasi yang harus didapat dari anamnesis Usia & data korban dan pelaku 2. Waktu & tempat kejadian 3. Kondisi yang berhubungan dengan kejadian 4. Bila kasus asusila, detail kasus yang terjadi : 1. Penetrasi penis, jari atau benda, Rute kontak seksual : vagina, oral atau anal, Apakah terjadi ejakulasi atau keluarnya urin pelaku Informasi yang harus didapat dari anamnesis Tipe ancaman fisik yang digunakan : senjata, obat atau alkohol 6. Aktivitas korban setelah kejadian seperti mengganti baju, mandi, douching, berkumur / sikat gigi, BAK/BAB 7. Riwayat kebidanan : HPM, kehamilan, kapan hubungan seksual terakhir, infeksi alat reproduksi 5. Perilaku pasien / keluarga yang perlu diwaspadai : Keluhan kronis (pusing, badan sakit semua) OT terus mengawasi & tdk mau meninggalkan korban pada waktu pelayanan Riwayat percobaan bunuh diri Pasien tampak gelisah, sedih, putus asa tanpa penyebab jelas Anak Menyatakan telah dianiaya. Membalik atau menyangkal cerita yang telah diungkap sebelumnya. Takut yang berlebihan terhadap OT atau orang dewasa lainnya Tidak lari ke OT untuk meminta perlindungan. Perilaku agresif atau menarik diri yang ekstrim. SASARAN KEKERASAN FISIK BAYI 0-1 thn KEKERASANEMOSIONAL BALITA 1-5 thn KEKERASAN – SEKSUAL ANAK KORBAN KEKERASAN USEK 6-18 thn REMAJA 10-18 thn PENELANTARAN ANAK EKSPLOITASI ANAK (ESKA) TRAFIKING (Perdagangan anak/bayi) PERSENTASE KASUS KTA MENURUT JENIS KEKERASAN (N = 600) Presentase terbanyak adalah jenis Kekerasan Seksual Sumber : KPP, 2008 JUMLAH KORBAN TRAFIKING BERDASARKAN PROVINSI ASAL 1027 723 490476 270264 210198 93 76 IOM Maret 2005 – Juni 2012 Penularan IMS pada Anak Korban Trafiking 31,82% 19,72% 2,25% 2,57% 3,57% 1,11% 3,57% 1,11% 4,25% 4,03% 0% 0% 1,14%1,38% Laki-laki Perempuan Sumber IOM Maret 2005 – Juni 2012 PERSENTASE KEKERASAN DI LINGKUNGAN KELUARGA Ibu merupakan pelaku Paling Dominan yg melakukan tindak KtA dg tindakan paling banyak 51.1% Mencubit, 45.5% Membentak dg suara keras/kasar dan 43.5% membandingkan dg saudara/anak lainnya. 3000 2500 2000 Ayah Ibu Saudara 1500 1000 500 0 Dominasi Tindakan Kekerasan yg terjadi dilingkungan keluarga Hasil Monev KPAI di 9 Prop PERSENTASE TINDAKAN KEKERASAN TERBANYAK Ibu 43.5% 51.1% Mencubit Saudara Membentak 45.5% Membandingkan 22% 28.7% Ayah 48.1% 37.3% 35.3% 31.7% Membentak Mencubit Menyebut Bodoh Membandingkan dengan saudara Menyebut Bodoh, Pemalas Membentak Hasil Monev KPAI di 9 Prop Teman Sekelas merupakan Pelaku Paling Dominan yg melakukan tindak kekerasan di lingkungan Sekolah. Tindakan paling banyak 49.1% mencubit, 29% menghina dihadapan teman dan 28.9% memukul dengan tangan. 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Guru Teman Sekelas Teman lain kelas Pelaku yg mendominasi Tindak Kekerasan Di Lingkungan Sekolah Hasil Monev KPAI di 9 Prop PERSENTASE TINDAKAN KEKERASAN TERBANYAK DI LINGKUNGAN SEKOLAH 380 360 36.9% 34.8% 31.8% 340 320 Mencubit Membentak Menjewer 300 350 280 300 Guru 250 30.8% 24.8% 20.7% 200 600 500 400 150 49.1% Mencubit 29% 28.9% 300 200 Menhina depan teman Memukul dng tangan 100 Mencubit 100 Membentak 50 0 Teman Lain Kelas Menghina depan teman 0 Teman Sekelas Hasil Monev KPAI di 9 Prop FAKTOR RISIKO & DAMPAK KtP/A Faktor Anak (Individu) - Faktor Keluarga/Orang tua Faktor Lingkungan/Masyarkat contoh : Kemiskinan •Dampak KTA secara langsung menyebabkan kematian 5% dan 25% terjadi komplikasi serius seperti : patah tulang, luka bakar dan cacat menetap. (WHO) •Dampak Jangka pendek : Lebam, lecet, luka bakar, patah tulang, kerusakan organ tubuh, robekan selaput dara, gangguan susunan syaraf •Dampak Jangka panjang : Gangguan fungsi/anggota tubuh/cacat menetap, IMS, HIV/AIDS, kerusakan/gangguan organ reproduksi, gangguan mental emosional PENURUNAN KUALITAS SDM Arah Kebijakan ANAK SEHAT DAN BERKUALITAS Life Cycle Approached Right Based Approached -Meningkatkan kualitas hidup anak - Terpenuhinya hak anak terhadap kebutuhan tumbuh kembang PENANGANAN KASUS KtA Aspek Medik Aspek Medikolegal Aspek Psikososial RS Pendidikan, RSUD RS : Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) RUJUKAN KESEHAT AN Puskesmas Mampu Tatalaksana Kasus KtA 67,40% INDIKATOR : Minimal 2 Pusk/Kab-Kota Cakupan : - 335 Kab/Kota - 1382 Pusk Rumah Aman (Shelter) MULTI DISIPLIN APPROACH Penangaan Gawat Darurat, Tatalaksana Medis, Rujukan (medis dan non medis) LINTAS SEKTOR TERKAIT KEMENEG.PP-PA, KEMENSOS, POLRI, KEMENKUM-HAM, KEMENDIKNAS KEMENDAGRI FAKTOR RISIKO KtA -Tingkat kriminalitas tinggi -Layanan sosial rendah -Kemiskinan tinggi -Tingkat pengangguran tinggi -Adat istiadat /Kebiasaan Faktor masyarakat/ sosial -Pergeseran budaya -Stress pada pengasuh anak -Budaya hukuman badan -Pengaruh media massa Risiko KtA Faktor Anak -Prematuritas -BBLR -Anak Penyandang Cacat/ Anak Berkebutuhan Khusus -Anak dengan masalah perilaku Faktor ortu/ situasi keluarga -Riwayat ortu dengan KtA -Ortu remaja -Kurang kemampuan merawat anak -Dukungan sosial rendah -Keterasingan dari masyarakat -Kemiskinan -Kepadatan hunian -Masalah interaksi dengan lingkungan -KDRT -Riwayat depresi & masalah kesehatan mental -Banyak anak balita -Kehamilan tidak diinginkan -Kehamilan disangkal -Riwayat penggunaan NAPZA -Kurang dukungan sosial -Kurang persiapan kelahiran -Orangtua tunggal -Riwayat bunuh diri keluarga -Pola asuh -Nilai yang dianut -Kurang pengertian perkembangan anak FAKTOR RISIKO KtA Faktor Sosiokultural Stress pada anak Stress keluarga Situasi pencetus Sikap/ perbuatan keliru 1. Nilai/ norma yang ada di masyarakat 2. hubungan antar manusia 3. Kemajuan zaman: pendidikan, hiburan, olahraga, kesehatan, hukum, dsb Stress pada orangtua -Disiplin -Konflik keluarga/ pertengkaran -Masalah lingkungan yang mendadak -Penganiayaan -ketidakmampuan merawat -Peracunan -teror mental DAMPAK KtA PADA TUMBUH KEMBANG ANAK 1 Dampak langsung: 5% kematian; 25 % komplikasi serius seperti patah tulang, luka bakar, cacat menetap dsb 2 Terjadi kerusakan menetap pd ssn saraf retardasi mental, masalah belajar/kesulitan belajar, buta, tuli, mslh perkembangan motorik 3 Pertumbuhan fisik anak kurang dibandingkan anak2 sebayanya 4 Gangguan perkembangan kejiwaan: emosi, kecerdasan, konsep diri, agresif, hub sosial Dampak Jangka Panjang KtA Adanya distorsi kognitif, seperti merasa salah, malu, menyalahkan diri sendiri Gangguan perasaan (mood disturbance), seperti ansietas/kecemasan atau depresi Kehilangan minat untuk bersekolah Stres pasca trauma Masalah / problem diri sendiri (interpersonal) Perilaku membahayakan atau menyakiti diri sendiri Perilaku regresif (terjadi kemunduran perkembangan seperti menghisap jempol, ngompol, mengamuk dll) Menggunakan narkotik dan zat adiktif lainnya Dampak Jangka Panjang KtA Gangguan personalitas/ kepribadian (mis :paranoid, obsesif kompulsif, gangguan antisosial dll) Gangguan tidur dan mimpi buruk Masalah psikosomatik seperti sakit perut/pusing/ sesak napas tanpa sebab Problem / gangguan makan (makan berlebihan/tidak mau makan/dimuntahkan) Lebih lanjut korban dapat menjadi psikosis/gangguan kejiwaan berat Adanya gangguan personalitas multipel Dampak kecacatan pada fisik yang dapat mengganggu fungsi tubuh atau anggota tubuh tersebut Anak yang mengalami KtA berpotensi menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari Dampak Kasus Kekerasan Seksual Kehamilan Stress Traumatic Disorder (STD), infeksi HIV dan AIDS Prostitusi Dampak Jangka Panjang KtA Dampak KtA pada keluarga Dampak KtA pada masyarakat • Stigmasitisasi/labeling keluarga • Peran dan tanggung jawab dalam keluarga berubah secara drastis • Orangtua yang anaknya mengalami KtA seringkali merasa bersalah sehingga kehilangan kepercayaan diri untuk mengasuh dan melindungi anaknya • Orang tua mengalami gangguan psikologis (susah tidur, depresi) akibat tindak kekerasan terhadap anaknya. • Kesulitan keuangan, konflik keluarga, dan menambah beban bagi semua anggota keluarga • Orangtua mengajari anak untuk tidak percaya siapapun • Produktivitas masyarakat menurun sehingga kesejahteraan masyarakat menurun, contoh ekploitasi anak • Berpotensi timbulnya pengangguran sehingga dapat menyebabkan terjadinya masalah sosial baru seperti pencurian, perampokan dll Pemeriksaan Fisik Korban Kekerasan Fokus : ◦ Adanya luka lama & baru yang sesuai urutan kejadian peristiwa ◦ Amati adanya tanda perlawanan atau kekerasan : gigitan, cakaran, ekimosis, hematom ◦ Kesesuaian tanda kekerasan dengan riwayat kejadian. Robekan baru di fossa navicularis Robekan hymen yang sudah menyembuh • Robekan lama hymen pada pukul 06.00 sampai 08.00 • Lakukan swab vagina forniks posterior bila kejadiannya kurang dari 72 jam. Beberapa Pedoman Atasi infeksi, cegah kehamilan Terapi psikologi Terapi Keluarga Bila kasusnya perkosaan : hymen akan tumbuh sesuai dengan bertambahnya usia. Vaksinasi HB diberikan & dilakukan tes antibodi terhadap VHB Harus ditawarkan untuk tes HIV dan korban dengan HIV negatif yang datang dalam waktu 72 jam harus ditawari terapi PEP Beberapa Pedoman Korban dengan HIV negatif yang datang dalam waktu 72 jam setelah kejadian harus diberitahu kemungkinan risiko infeksi walaupun rendah dan ditawarkan untuk dilakukan tes ulang 6 minggu dan 3 bulan setelah kejadian Pemeriksaan medikolegal lengkap harus ditawarkan & didokumentasikan. Dokumentasi tidak diperbolehkan untuk membuat simpulan apakah korban diperkosa atau tidak (Hanya menyebutkan kekerasan benda tumpul saja) Pengambilan Sampel Laboratorium ◦ Dilakukan pada kunjungan pertama ◦ Mencakup sampel untuk kepentingan medis : - tes kehamilan, tes PMS, hepatitis & HIV - serta medikolegal Tatalaksana Emergensi : ◦ Tata laksana sesuai standar pelayanan medis ◦ Dokumentasi lapor Stabil: ◦ Anamnesis anak & OT terpisah ◦ Hati-hati : trauma kedua, patient oriented ◦ Opname : ◦ Berat ringannya luka tidak menjadi satu-satunya alasan ◦ Kasus sulit/ meragukan : u/ menegakkan diagnosis ◦ Melindungi korban Follow up : multidisiplin (SpA, psikolog, SpB, sosial worker, LPA, hukum) Cakupan Tata Laksana 1. 2. 3. 4. Aspek Medis Aspek Mediko Legal Aspek Psikososial Pendampingan Rujukan dilakukan pada pemeriksaan pertama : ◦ ◦ ◦ kebutuhan dukungan psikologis, shelter, dan informasi mengenai hak mengajukan tuntutan hukum TATA LAKSANA 1. Aspek Medis ◦ Profesional & manusiawi sesuai kebutuhan korban & sesuai standar TATA LAKSANA 2. Aspek Mediko Legal ◦ Anamnesis untuk identifikasi tindak kekerasan & masalah ◦ Pemeriksaan fisik & pengambilan sample (sesuai kasus/kondisi korban). ◦ Analisis untuk membuat simpulan & tatalaksana ◦ Pembuatan VeR bila diperlukan. TATA LAKSANA 3. Aspek Psikososial : ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ Pendampingan Konseling Penanganan krisis Kunjungan rumah Shelter & rumah aman Pencegahan Kepedulian semua Identifikasi & menghilangkan faktor risiko: ◦ Atasi kemiskinan, cegah alkohol, narkoba ◦ Keluarga, perkawinan & kehamilan terencana ◦ Pendekatan pada keluarga dengan risiko tinggi cara mendidik anak, menerima / menyadari anak berbeda, disiplin disediakan hotline dan “crisis centre” untuk OT yang membutuhkan (keadaan darurat). Pencegahan SCA Cegah peluang dan kesempatan ajari anak : ◦ ◦ ◦ ◦ bagian mana yang boleh disentuh Siapa saja Hindari “telanjang’, pakaian mini “hati-hati”, berani bilang tidak Penanganan di RS yang ada Pusat Krisis Terpadu • • • • • “One Stop Service” (medis dan psikososial) TATA LAKSANA kasus secara komprehensif (tersedia dokter spesialis dan tenaga non medis seperti psikolog atau petugas sosial on call) Rujukan psikososial Rekam Medis, VER/Visum et repertum (Jika dimintai polisi) Pelaporan SIMPULAN KtA harus dihentikan, karena tidak sesuai dengan martabat manusia Dampak KtA mengenai seluruh aspek hidup manusia (Bio, Psiko, Sosio, Spiritual) penanganan memerlukan multidisiplin Kerjasama dengan sistem rujukan antara layanan, hukum, kesehatan, LSM, pemberdayaan sosial ekonomi, tokoh-tokoh masyarakat mutlak diperlukan dalam penanganan korban Terima Kasih Manajemen KORBAN yang DATANG DALAM WAKTU 72 JAM SETELAH KEJADIAN Manajemen Penyakit Menular Seksual (PMS) ◦ Pencegahan kehamilan ◦ Korban dengan risiko tertular PMS harus diterapi tanpa dilakukan tes. ◦ Korban yang belum aktif secara seksual harus dites untuk PMS karena adanya PMS merupakan bukti kekerasan seksual. Manajemen KORBAN yang DATANG DALAM WAKTU 72 JAM SETELAH KEJADIAN Pencegahan tetanus ◦ Tetanus dapat terjadi selama kekerasan seksual. ◦ Suntikan booster antitetanus toxoid 0.5 mL secara i.m. dapat diberikan pada korban dengan luka terbuka yang belum mendapatkan vaksinasi dalam 10 tahun. Manajemen KORBAN yang DATANG DALAM WAKTU 72 JAM SETELAH KEJADIAN Perawatan kejiwaan korban ◦ Sangat membantu korban dan hal ini didapatkan dari orang-orang yang dipercayai korban, konselor dan mengikuti kelompok yang memberikan dukungan untuk korban kekerasan seksual rujukan interprofesi