i Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS SEKTOR INFORMAL REZA PATNI ARIANTO DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwaStudi Pustaka yang berjudul “PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS SEKTOR INFORMAL” merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan tinggi ataupun lembaga, serta tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian, pernyataan ini saya tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan saya bersedia untuk bertanggung jawab atas pernyataan ini. Bogor, Mei 2015 Reza Patni Arianto NIM. I34120018 ABSTRAK REZA PATNI ARIANTO. Peran Modal Sosial Terhadap Ekonomi Masyarakat Berbasis Sektor Informal. Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA. Modal sosial sebagai salah salah satu faktor pendukung dalam perekonomian masyarakat berbasis sektor informal. Adanya modal sosial, membantu usaha sektor informal tetap bertahan dan pengembangan usahanya. Modal sosial kepercayaan, jaringan sosial, struktur sosial dan norma merupakan modal sosial utama yang digunakan dalam pengembangan usaha berbasis sektor informal, disamping modal finansial dan fisik sebagai faktor pendukung pengembangan usaha sektor informal. Modal sosial mampu meringankan biaya transakasi dalam usaha. Selain itu, pengembangan usaha sektor informal berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang dapat diukur melalui pemenuhan pada tingkat kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, kebutuhan pengembangan, kesehatan dan berelasi baik dengan lingkungan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah membuktikan kontribusi modal sosial sebagai modal yang dimamfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat berbasis sektor informal serta pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat pekerja sektor informal. Kata Kunci: Modal sosial, pengembangan usaha sektor informal, kesejahteraan ABSTRACT REZA PATNI ARIANTO. The Role Of Social Capital To Community-Based Informal Sector Economy. Under the guidance of IVANOVICH AGUSTA. Social capital as one of the supporting factors in community-based informal sector of the economy. The presence of social capital, helping informal sector enterprises survive and develop its business. Social capital trust, social networks, social structures and norms is a major social capital used in the informal sector-based business development, in addition to the financial and physical capital as factors supporting the development of the informal sector. Social capital is able to offset the cost of transactioni in the effort. In addition, the informal sector enterprise development impact on the welfare of society that can be measured through the fulfillment of the basic needs level, psychological social needs, the need for health and development, closely related with the environment. Goals to be achieved in this research is proving the contribution of social capital as capital using to increase community-based informal sector of the economy as well as its influence on the level of social welfare workers in the informal sector. Key words: social capital, informal sector enterprise development, welfare v PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS SEKTOR INFORMAL Oleh REZA PATNI ARIANTO I34120018 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan KPM 403 Pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Reza Patni Arianto NIM : I34120018 Judul : Peran Modal Sosial Terhadap Ekonomi Masyarakat Berbasis Sektor Informal dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Petanian Bogor. Disetujui oleh Dr Ivanovich Agusta SP, MSi Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : PRAKATA Untaian puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga Studi Pustaka dengan judul “Peran Modal Sosial Terhadap Ekonomi Masyarakat Berbasis Sektor Informal “ dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ivanovich Agusta SP, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Dafrimanto dan Ibu Yarneti orang tua tercinta, kakak dan adik tersayang serta semua keluarga yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat terdekat yang selalu memberikan dukungan dan semangat layaknya keluarga. Dan juga ucapan terimakasih untuk temen-temen seperjuangan SKPM 49 atas semangat dan kebersamaan selama ini serta semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya Studi Pustaka ini. Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Mei 2015 Reza Patni Arianto DAFTAR ISI PRAKATA....................................................................................................................... vi DAFTAR ISI................................................................................................................... vii DAFTAR TABEL.......................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 Tujuan ........................................................................................................................... 2 Metode Penulisan .......................................................................................................... 2 RINGKASANPUSTAKA ................................................................................................ 3 Modal Sosial Para Pedagang Kaki Lima Etnis Jawa Studi di Daerah Nagoya Kota Batam....................................................................................................................... 3 Pedagang Pasar Tiban dan Modal Sosial: Membangun Tatanan Sosial-Ekonomi Lokal ................................................................................................................................. 6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Keluarga Petani Melalui Sektor Informal Di Desa Kabupaten, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Bengkalis ............................................................................................... 9 Modal Sosial dalam Strategi Industri Kecil ................................................................ 12 Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha (Studi Kasus: Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang) ........................................................................... 15 Strategi Bertahan Pelaku Sektor Informal: Peranan Modal Sosial Migran Pedagang Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor ............................................................. 18 Analisis Variabel yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Kaki Lima di Alon-Alon Kota Madiun .......................... 21 Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil ........................................................ 24 Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Kepala Rumah Tangga Miskin pada Sektor Informal di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung .... 26 Identifikasi dan Analisis Modal Sosial dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Gangga Dua Kabupaten Minahasa Utara ................................................ 29 ANALISIS DAN SINTESIS .......................................................................................... 32 Konsep dan Definisi Sektor Informal ......................................................................... 32 Konsep dan Definisi Modal Sosial .............................................................................. 35 SIMPULAN .................................................................................................................... 39 Hasil Analisis dan Sintesis .......................................................................................... 39 Kerangka Analisis ....................................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 45 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ 47 DAFTAR TABEL Tabel 1. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 1 .................................................................................................................................... 4 Tabel 2. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 2 .................................................................................................................................... 7 Tabel 3. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 3 .................................................................................................................................. 11 Tabel 4. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 4 .................................................................................................................................. 13 Tabel 5. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 5 .................................................................................................................................. 17 Tabel 6. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 6 .................................................................................................................................. 20 Tabel 7. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 7 .................................................................................................................................. 22 Tabel 8. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 8 .................................................................................................................................. 25 Tabel 9. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 9 .................................................................................................................................. 28 Tabel 10. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka 10 ................................................................................................................................ 31 Tabel 11. Perbandingan untuk menentukan definisi modal sosial.................................. 35 Tabel 12. Perbandingan untuk menentukan definisi modal sosial dalam ekonomi sektor informal ...................................................................................................................... 32 Tabel 13 perbandingan untuk menentukan definisi kesejahteraan ................................. 37 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1 ....................................................................... 4 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2 ....................................................................... 7 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pustaka 3 ..................................................................... 10 Gambar 4.Kerangka Pemikiran Pustaka 4 ...................................................................... 13 Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5 ..................................................................... 16 Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6 ..................................................................... 19 Gambar 7.Kerangka Pemikiran Pustaka 7 ...................................................................... 22 Gambar 8. Kerangka Pemikiran Pustaka 8 ..................................................................... 25 Gambar 9Kerangka Pemikiran Pustaka 9 ....................................................................... 27 Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10 ................................................................. 30 Gambar 12 Kerangka Definisi Sektor Informal .............................................................. 34 Gambar 11. Kerangka Definisi Modal Sosial ................................................................. 36 Gambar 13. Kerangka Definisi Kesejateraan ................................................................. 38 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor informal telah dikenal sebagai fenomena alami di banyak negara berkembang termasuk negara Indonesia. Di Indonesia sendiri pekerja sektor informal merupakan angkatan kerja dominan dalam pemenuhan perekonomian masyarakat. Sektor informal menjadi alternatif lapangan usaha bagi masyarakat. Berdasarkan data BPS (2014), jumlah angkatan kerja diperkirakan sebesar 125,3 juta jiwa dengan komposisi pekerja formal 46,6 persen danpekerja sektor informal 53,6 persen. Dengan tingginya komposisi pekerja sektor informal, menjadikan sektor informal sebagai katup pengaman dalam mengahadapi masalah angkatan kerja masyarakat Indonesia. Adapun penyebab tingginya pertumbuhan ekonomi sektor informal di Indonesia karena karakteristik usaha sektor informal itu sendiri yaitu suatu kegiatan yang usahanya tidak terorganisir secara baik karena unit usaha muncul tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal, unit usaha tidak mempunyai ijin usaha, memiliki pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja, unit usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor yang lain, memiliki teknologi yang masih tradisional, modal usaha yang relatif kecil, menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal karena sebagian besar keterampilan usaha diperoleh dari pengalaman sambil bekerja, menggunakan pekerja yang berasal dari keluarga sendiri serta hasil produksi atau jasa dalam usaha sektor informal terutama dikonsumsi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah ( Magdalena (1991) dalam Kholis (2006) ). Sektor informal menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat terutama masyarakat miskin karena dapat menjadi sumber pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga perlu bagi pemerintah untuk memperhatikan keberlangsungan ekonomi sektor informal sebagai pembangunan ekonomi bangsa. Selain dukungan dari pemerintah, untuk mempertahankan dan mencapai keberhasilan usaha, strategi menjadi penting dalam sektor informal. Salah satu strategi yang digunakan para pekerja sektor informal adalah pemanfaatan modal sosial yang dimiliki oleh pekerja sektor informal itu sendiri. Sebagiamana yang diungkapkan oleh seorang sosiolog penting Amerika yaitu James Coleman, yang telah menunjukkan bahwa modal sosial tidak terbatas pada mereka yang kuat, namun juga mencakup mamfaat rill bagi orang miskin dan komunitas terpinggirkan. Hal tersebut dapat terjadi karena, modal sosial dianggap dapat mempersentasikan sumberdaya yang melibatkan akan harapan resiprositas dan melampaui individu manapun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas yang diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama. Oleh karena itu, modal sosial dipadang mampu memberikan pemecahan atas masalah yang dihadapi individu, yang kemudian mereka memilih untuk bekerjasama. Coleman memdefinisiskan modal sosial secara keseluruhan terdiri dari aspek struktural sosial, dimana terbangunannya modal sosial hanya dapat dicapai bila orang – orang terlibat didalamnya tergabung dalam struktur sosial, yang dapat memfasilitasi tindakan tertentu para aktor atau orang yang bekerjasama dalam struktur tersebut. Berbeda halnya yang dijelaskan oleh Putman, dimana Putnam mendefinisikan modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial yang yang terdiri dari jaringan, norma dan kepercayaan yang mampu mendorong partisispan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama. 2 Modal sosial juga dipandang dapat menjembatani dan menyatukan orang dari berbagai ranah sosial (Field (2010)). Dalam penelitian penelitian Abidin (2010) juga dijelaskan bahwa modal sosial mempunyai kontribusi lebih besar dibandingkan modal fisik dalam mempengaruhi indeks keuntungan. Hal ini terjadi karena hubungan modal sosial mampu memberikan kemudahan bagi pekerja sektor informal dalam mengembangkan usahanya. Namun menurut Field (2010), modal sosial juga dapat mendorong ketimpangan terutama karena akses terhadap tipe jaringan yang berbeda terdistribusi secara tidak merata. Mereka yang memiliki hubungan terbanyak cenderung menggunakannya untuk mengejar kepentingan mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait sejauhmana peran modal sosial terhadap ekonomi masyarakat berbasis sektor informal. Tujuan 1. Menganalisis bentuk – bentuk modal sosial yang digunakan masyarakat dalam perekonomian berbasis sektor informal ? 2. Menganalisis peran modal sosial dalam kegiatan ekonomi masyarakat berbasis sektor informal ? 3. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan ekonomi masyarakat berbasis sektor informal ? Metode Penulisan Penulisan laporan studi pustaka ini dilakukan melalui pengajian berbagai kepustakaan. Kepustakaan yang dimaksud antara lain jurnal ilmiah, laporan hasil penelitian, hasil seminar yang diterbitkan dalam prosiding, tesis, disertasi, dan dokumen resmi lainnya serta tulisan atau artikel dalam media dan buku-buku yang membahas atau mempublikasikan masalah-masalah terkait. Pengajian pustaka dilakukan melalui proses membaca, meringkas, dan mengkritisi setiap judul pustaka yang relevan dengan topik kajian untuk kemudian dianalisis dengan teori-teori yang relevan dan disusun menjadi sebuah tulisan yang utuh. RINGKASANPUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Modal Sosial Para Pedagang Kaki Lima Etnis Jawa Studi di Daerah Nagoya Kota Batam : Maret 2011 : Jurnal : Elektronik : Padang Rihim Siregar : : : : Fisip UMRAH : Vol. I, No. 1, 2011 : 93-106 : http://riset.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/2013/10/ MODAL-SOSIAL-PARA-PEDAGANG-KAKILIMA.pdf : 13 Maret 2015, Pukul : 17.06 WIB Kota Batam dipandang sebagai Kota industri, sehingga menjadi daya tarik bagi kaum migran untuk mencari kerja atau mengisi formasi lapangan kerja. Salah satu masyarakat yang melakukan migrasi ke Kota Batam adalah masyarakat etnis Jawa yang berasal dari Pulau Jawa. Akan tetapi tidak semuanya memiliki keterampilan dan berpendidikan tinggi sehingga banyak diantara mereka memilih alternatif untuk bekerja di sektor informal, seperti menjadi pedagang kaki lima (PKL) di daerah Nagoya Kota Batam. Para PKL etnis Jawa di daerah tersebut menjalankan usahanya dalam suasana kekompakan dan kebersamaan. Mereka membentuk paguyuban yang khusus beranggotakan para PKL etnis Jawa yang melakukan aktivitas usahanya di daerah Nagoya Kota Batam. Kekompakan atau kebersamaan tersebut merupakan modal sosial yang dapat mempersatukan para PKL etnis Jawa di daerah Nagoya Kota Batam dalam menghadapi persoalan-persoalan yang mereka hadapi pada kehidupan sehari-hari di Kota Batam. Seperti, dalam menghadapi kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang seringkali tidak berpihak pada PKL. Dimana PKL dipandang memperburuk citra kota, sehingga pemerintah selalu mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang merugikan PKL. Penelitian ini mengklasifikasikan analisis modal sosial para PKL etnis Jawa dalam tiga aspek, yakni struktural, relasional, dan kognitif. Modal sosial pada hubungan struktural dalam kultur masyarakat Jawa mereka memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap orang yang dianggap di atasnya, sehingga ini menjadi modal sosial yang sangat potensial. Penelitian ini menemukan hubungan struktural antar anggota dengan paguyubanternyata merupakan kekuatan yang penting sebagai basis kehidupan seharihari para PKL etnis Jawa. Selain itu, setiap PKL etnis Jawa juga terhubung secara struktural dengan pemerintahdan organisasi lain. Hubungan ini memberi manfaat secara sosial dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari maupun kegiatan usaha. Pada hubungan modal sosial relasional, adanya hubungan antar PKL etnis Jawa dalam lingkungan tempat usaha dan tempat tinggal, adanya kemitraan, ikatan kekeluargaan dan jaringan sosial dengan daerah asal yang membuat semangat hidup dan gairah bisnis mereka terus terjaga. Modal sosial kognitif, berhubungan dengan kepercayaan yang 4 merupakan faktor kunci sebagai modal sosial dalam hubungan keseimbangan jasmani rohani dan kehidupan individu. Dengan adanya rasa saling percaya antar warga masyarakat dan kemauan untuk bekerjasama menyebabkan “biaya transaksi”dan “biaya kontrol” menjadi rendah, dan hasilnya adalah kehidupan yang lebih efisien dan produktif. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dioptimalkan untuk melakukan kegiatan yang membangun nilai tambah bagi kehidupan masyarakatnya. Analisis Temuan penelitaian ini dapat membuktikan bahwa modal sosial merupakan jaringan interaksi sosial yang muncul atas dasar norma-norma keikhlasan timbal balik dan saling percaya, yang memungkinkan orang-orang mau bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Penulis menemukan bahwa adanya hubungan erat antara modal sosial dengan kegiatan usaha PKL etnis Jawa di daerah Nagoya Kota Batam. Modal sosial yang mereka miliki mendukung kegiatan usaha terutama dalam hal bertahan terhadap berbagai goncangan krisis. Struktural Relasional Pengembangan Usaha Sektor Informal Kognitif Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1 Tabel 1. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 1 Sub Variabel VaribVariabel Fakta Pendukung Tingkat Hubungan Hubungan struktural antara “atasan” struktural struktural dan“bawahan” merupakan modal sosial yangsangat potensial. Hubungan Paguyuban PKL Solidaritas dan kekompakan antar anggota PKL etnis Jawa merupakan modal sosialyang mempermudah pemahaman dalam rangka mencari kesamaan visi dan membela kepentingan bersama. 5 Tingkat relasi Tingkat kognitif Sub Variabel VaribVariabel Fakta Pendukung Lingkungan Pedagang baru tidak mengambil Tempat Usaha. lokasi yang berdekatan dengan pedagang lain yang menjual produk Lingkungan yang sama padalokasi berdekatan. tempat tinggal Anggota PKL etnis Jawa didaerah Pola –pola Nagoya Kota Batam yang sakit, akan kemitraan dikunjungi dan mendapat bantuan Ikatan dana sosial dari mekanisme kekeluargaan kelompok itu yang telah diatur dan Jaringan sosial disepakati bersama. dengan daerah Mitra kerja dalam menertibkan asal preman, kebersihan kota, keindahan lokasi, maupun dalam peningkatan penerimaan retribusi atau pendapatan asli daerah (PAD). Ikatan keluarga sebagai rekrutmen tenaga kerja yang jelas asal-usulnya dan akan lebih menjamin keyakinan dan kelangsungan usahanya. Dengan adanya hubungan simbiosis mutualisme antara tempat asal usul keluarga dengan tempat berusaha mendorong semangat untuk bekerja keras Kepercayaan Rasa saling percaya antar warga masyarakat dan kemauan untuk bekerjasama menyebabkan “biaya transaksi” dan “biaya kontrol” menjadi rendah, dan hasilnya adalah kehidupan yang lebih efisien dan produktif. 6 2. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota danNama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal : : : : : : : Pedagang Pasar Tiban dan Modal Sosial: Membangun Tatanan Sosial-Ekonomi Lokal November 2010 Jurnal Elektronik Shinta Dewi Rismawati - : : Jurnal Penelitian Vol 7, No.2 : 1- 14 Alamat URL/doi : http://e-journal.stain pekalongan.ac. id/index.php/Penelitian/article/view/104/84 Tanggal diunduh : 15 Maret 2015, pukul 17:41 WIB Keberadaan pasar tiban menjadi bagian ekonomi dalam kehidupan perkotaan, termasuk Kota Pekalongan. Dimana pasar tiban memberikan alternatif lapangan kerja bagi rakyat kecil yang kehilangan sumber mata pencaharian atau bahkan yang tidak mempunyai pekerjaan karena arus global yang semakin pro terhadap kelas sosial tertentu. Akan tetapi beradaan pasar tiban sering dianggap sebagai “ sampah kota” yang harus dihilangkan dari struktur tata kota demi tatanan masyarakat modern, karena adanya pasar tiban dapat menganggu lalu lintas, kebersihan, keserasian dan tata kota. Hal tersebut tentu akan mengacam keberlanjutan usaha para pedagang pasar tiban, terutama di wilayah perkotaan. Di Kota Pekalongan, para pedagang pasar tiban mempunyai strategi tertentu agar tidak terjadi benturan dengan Pemkot Pekalongan, mereka sebelum membuka pasar tiban di lokasi baru, para pedagang membuat kesepatan – kesepatan tentang beberapa hal yang diperlukan, baik penentuan lokasi, waktu, pembagian tugas, dan persiapan yang akan dilakukan. Semua itu dilakukan dengan adanya pengkoordinasikan dan pembentukan paguyuban pasar tiban. Pengkordinasian tersebut dilengkapi dengan adanya kerjasama antara komunitas pedagang pasar tiban dengan pemangku kepentingn lainnya (Stakeholder). Kerjasama tersebut dapat berjalan dengan baik, karena dilandasi oleh adanya rasa saling percaya (Trust) dan seperangkat nilai dan norma yang disepakati bersama sebagai energi pendukung melancarkan hubungan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Selain itu, para pedagang juga didasarkan pada semangat kekeluargaan untuk menjaga ketentraman, kerukunan dan saling membantu diantara mereka. Fenomena tersebut menandakan unsur-unsur modal sosial yang terdiri dari trust, values, norm, participation, serta struktur otoritas yang dihargai berfungsi dengan baik dalam komunitas pasar tiban di wilayah Pekalongan, sehingga hal tersebut membuat pasar tiban tidak saja menggerakan roda perekonomian masyarakat setempat tetapi juga sekaligus membangun tatanan sosial yang lebih efektif dan efisien karena melibatkan semua subjek yang ada dalam sistem tersebut. Modal sosial yang tercipta dan hidup dikalangan pedagang pasar tiban bersumber dari anasir-anasir nilai yang dimiliki oleh setiap pedagang yang mendapat penerimaan oleh kesemuanya sehingga menjadi tradisi dan acuan bertindak dalam kehidupan lingkungan di pasar tiban. Nilai –nilai tersebut berkembang menjadi norma 7 sebagai pedoman bagi pedagang pasar tiban dalam mengatur perilaku sehingga mereka dapat hidup bersama yang saling menguntungkan. Nilai dan norma tersebut ada karena adanya rasa saling percaya diantara anggota komunitas pasar tiban. Kepercayaan menjadi unsur penting yang merekatkan serta mealancarkan hubungan kerja sama antara sesama anggota komunitas maupun dengan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya. Analisis Penelitaian ini menemukan bahwa nilai atau unsur modal sosial bersumber dari ajaran islam yang dianut oleh mayoritas pedagang di pasar tiban seperti rasa saling percaya, nilai-norma, pasrtisipasi yang berdimensi hubungan timbal balik serta adanya sruktur otoritas yang dihormati yang ternyata dapat membuat keberadaan pasar tiban dapat membangun perekonomian masyarakat bawah. Modal sosial juga akan mempengaruhi dalam menerapkan strategi-strategi seperti yang diungkapkan dalam penelitian ini yaitu keberdayaan dalam meningkatkan omset, jumlah konsumen dan lainnya. Dimana hal tersebut menjadi faktor penentu untuk keberlanjutan usaha para pedagang pasar tiban tersebut. Penelitian ini, berdasarkan hasilnya telah menjawab tujuan dan masalah yang diangkat sebelumnya secara rinci dan sesuai dengan metodologi yang di pakai. Sehingga pentingnya membangun modal sosial agar dapat menjaga keberlanjutan usaha para pedagang pasar tiban untuk membantu ekonomi masyarakat bawah. Modal sosial Strategi Pedagang Pasar Tiban Keberlanjutan usaha pedagang pasar tiban Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2 Tabel 2Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 2 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Modal sosial Trust Kepercayaan berkaitan dengan hubungan dua Nilai dan Norma pihak atau lebih yang Partisipasi membuat harapan yang Struktur yang menguntungkan bagi salah dihormati satu pihak ataupun lebih melalui interaksi sosial. Melalui interaksi sosial diantara pedagang pasar tiban dalam waktu yang panjang dan membentuk nilai dan norma yangmemberi mamfaat 8 Variabel Sub Variabel Strategi Pedagang Pasar Tiban Keberdayaan meningkatkan omset penjualan Keberdayaan dalam memperoleh konsumen Keberdayaan dalam modal Fakta Pendukung satu sama lain. Partisipasi pada kegiatan rutin paguyuban sebagai sarana menjaga kerukunan dan menjalin silahturahmi serta untuk membahas persoalan dan solusi masalah yang mereka hadapi saat bedagang. Melancarkan hubungan relasional antara pedagang pasar tiban, dan para pemangku kepentingan lainnya yaitu konsumen, masyarakat, dan aparat pemerintah. Menentuan lokasi tempat usaha, waktu usaha, dan jenis barang dagangan Menyediakan area bermain bagi anak-anak, menarik konsumen dengan belalu-lalang dengan menyapanya, serta hubungan personal dengan konsumen Melalui dana pribadi, meminjam ke BTM atau bank 9 3. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku Kota danNama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi : : : Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Keluarga Petani Melalui Sektor Informal Di Desa Kabupaten, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Bengkalis 2010 Jurnal Elektronik Rahmita Budiartinmgsih, Yusni Maulida, dan Taryono - : : Jurnal Ekonomi Vol. 18 , No. 1 : 1- 15 : Tanggal diunduh : http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc= s&source=web&cd=14&cad=rja&uact=8&ved=0C DMQFjADOAo&url=http%3A%2F%2Fejournal. unri.ac.id%2Findex.php%2FJE%2Farticle%2Fdo wnload%2F748%2F741&ei=VFn2VIPSN4a1mA WNjYCYBg&usg=AFQjCNFhzh4PfY40nvi_g3su Mn8iPCH_ew&sig2=EH6Vey9CNsdO7vkE9UCww&bvm=bv.87269000,d.dGc 12 April 2015, pukul 10:35WIB Jurnal ini menjelaskan bahwa sektor pertanian merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja, namun pada awal tahun 2006 hingga pertengahan tahun 2007 penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian mengalami penurunan sekitar 2,7%, keadaan ini menunjukkan gejala penurunan pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian seiring dengan semakin meningkatnya peranan pekerjaan diluar sektor pertanian, yakni sektor jasa dan industri kecil rumah tangga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tenaga kerja pedesaan yang terlibat dalam berbagai pekerjaan di sektor informal semakin banyak keterlibatan tenaga kerja pedesaan di sektor informal ini antara lain disebabkan oleh ketidak mampuan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja yang kian bertambah, jumlah luaslahan garapan yang tidak merata serta intensifikasi di bidang pertanian yang tidak menguntungkan dalam meningkatkan pendapatan. Sedangkan di lain pihak, tenaga kerja di sektor pertanian tersebut harus tetap bisa mempertahankan kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan keadaan tersebut, menuntut para petani khususnya petani di Desa Kedaburapat untuk bekerja sampingan diluar sektor pertanian yakni bekerja disektor informal untuk memperoleh tambahan pendapatan. Hasil penelitian penulis, sektor informal yang banyak didominasi oleh keluarga petani di desa Keduburapat adalah sektor jasa sekitar 41% dan kemudan diikuti sektor industri kecil rumah tangga 31,02 % serta sektor perdagangan 27,59%.Banyak petani yang bekerja di sektor informal untuk menutupi penghasilan mereka yang rendah di sektor pertanian, selain itu mereka bekerja di sektor informal karena sempitnya lahan garapan serta bekerja disektor informal tidak banyak saingan dalam usaha yang dibangun. Adapun faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha informal terhadap 10 pendapatan keluarga petani adalah usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas lahan, dan pendapatan dari sektor pertanian. Selain itu, jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap petani dimana semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi pendapatan yang harus diperoleh keluarga petani. Pada faktor luas lahan, semakin sempit lahan maka pendapatan keluarga petani semakin sedikit. Hal inilah yang mengharuskan petani meningkatkan pendapatannya melalui sektorinformal. Untuk pengaruh pendapatan petani sektor pertanian memberikan penga uhyang positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan petani. Dengan pendapatan petani dari sektor pertanian semakin rendah maka semakin meningkat para petani untuk bekerja disektor informal dalam meningkatkan pendapatan mereka. Analisis Dalam penelitian penulis dapat menjawab dengan baik hipotesis penilitiannya, yang ternyata peningkatan pendapatan keluarga petani melalui sektor informal dipengaruhi oleh faktor usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,luas lahan garapan dan rendahnya pendapatan dari usahatani. Serta diduga bahwa bekerja di sektor informal memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan pendapatan keluarga petani di Desa Kedaburapat yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Usia Tingkat pendidikan Jumlah Tanggungan Keluarga Tingkat Pendapatan Peatni Luas lahan Pedapatan petani dari sektor pertanian Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pustaka 3 11 Tabel 3 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 3 Variabel Fakta Pendukung Usia Semakin tua usia tenaga kerja keluarga petani kemungkinan untuk bekerja disektor informal dalam arti untuk menmgkatkan pendapatan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil analisis deskriptif responden yaitu sebesar 63,80% usia responden diatas 35 tahun tergolong usia produktif. Tingkat pendidikan Semakin rendah tingkat pendidikan petani besar kemungkinan untuk memilih bekerja di informal. Jumlah tanggungan keluarga Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga semakin banyak pula pendapatan yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan Luas lahan Semakin sempit lahan maka pendapatan keluarga petani semakin sedikit. Hal inilah yang mengharuskan petani meningkatkan pendapatannya melalui sektor informal Pendapatan petani dari sektor pertanian Semakin rendah pendapatan petani dari sektor pertanian semakin tinggi kemumgkinan para petani imtuk bekerja disektor informal untuk meningkatkan pendapatan. 12 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota danNama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi : : : : : : : : Modal Sosial dalam Strategi Industri Kecil Maret 2010 Jurnal Elektronik Eni Fitriawati - : : DIMENSIA Vol. 4, No. 1 : 23 - 40 : Tanggal diunduh : http://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article /view/3426/2910 12 April 2015, pukul 17:32 WIB Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa industri kecil merupakan salah satu sektor yang mampu menyediakan penciptaan lapangan kerja, selain itu penyebaran dan keterkaitan erat dengan sektor pertanian, industri kecil sangat potensial untuk mendorong perekonomian pedesaan. Salah satu industri kecil yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah industri kecil slondok di Desa Sumurarum, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang yang merupakan industri kecil yang dikerjakan secara turuntemurun dengan bahan baku dari daerah setempat, dan sekarang menjadi desa Sumurarum menjadi sentra industri kecil slondok. Namun, untuk menghasilkan slondok tersebut harus melewati beberapa proses dan dalam beberapa proses tersebut menyerap beberapa komponen produksi. Komponen-komponen tersebut kemudian membentuk suatu relasi yang mulai dari pemasok bahan baku, pengrajin, pembumbu dan para buruh yang saling mendukung satu sama lain. Industri kecil slondok memanfaatkan modal sosial untuk mengakses sumbersumber keuangan, mendapatkan informasi, merintis industri dengan menggunakan bentuk-bentuk dari modal sosial yaitu: memiliki dan menjaga kepercayaan, menjalin hubungan baik untuk membentuk jaringan dan menjaga dengan norma -norma yang telah disepakati bersama. Pada modal sosial kepercayaan berperan dalam strategi pengembangan industri slondok yang meliputi perolehan modal, akses bahan baku dan akses tenaga kerja. Kepercayaan adalah efek samping yang sangat penting dari normanorma sosial yang kooperatif yang memunculkan social capital.Selain itu, modal sosial kepercayaan juga dapat mendorong komponen indusrti untuk bertindak sehingga akan menambah eratnya ikatan atau relasi bisnis yang terjalin didalamnya. Kepercayaan juga menjadi aset penting dalam menumbuhkan modal sosial, dimana kepercayaan ini menjadi dasar terbentuknya jaringan. Semakin tinggi tingkat kepercayaan dalam sebuah interaksi maka akan semkin kuat pula jaringan yang mengikatnya. Jaringan merupakan modal sosial yang cukup tinggi dalam strategi industri kecil slondok dimana dapat meliputi, membatu akses informasi, mendapatkan rekan bisnis dan memudahkan mengakses sumberdaya. Pada norma dalam industri kecil slondok yaitu sebuah kesepakatan bersama yang berfungsi menjaga hubungan antar komponen industri yang satu dengan yang lain. Selanjuntanya peran norma dalam industri kecil slondok tersebut adalah sebagai penstabilisasian harga dalam berbagai transaksi yang terbentuk dalam industri kecil slondok, baik dalam penentuan harga bahan baku maupun 13 harga pada pemasaran hasil produksi dalam industri kecil slondok (slondok putihan) yang ditentukan juga oleh jauh dekatnya tempat distributor atau pemesan. Analisis Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Industri kecil slondok yang terdapat di Desa Sumurarum, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang merupakan industri kecil yang berkembang mulai dari satu unit industri dan kini menjadi sentra industri kecil, 2) Modal sosial berperan sangat penting dalam strategi industri kecil slondok. Kepercayaan mempunyai peran penting dalam proses produksi, norma atau aturan mempunyai peran penting dalam pembentukan harga bahan baku dan harga slondok tawar serta dalam kesepakatan kerja. Jaringan mempunyai peran penting dalam jalinan usaha untuk pemasaran hasil industri kecil slondok. Kepercayaan Jaringan Sosial Strategi Pengembangan Industri Kecil slondok Norma Gambar 4.Kerangka Pemikiran Pustaka 4 Tabel 4 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 4 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Kepercayaan Dalam perolehan Rasa saling percaya modal antar komponen industri memudahkan Dalam akses bagi aktor industri bahan baku (pengrajin,pembumbu, Dalam akses pemasok bahan baku tenaga kerja dan para buruh) dalam berbagai akses. Jaringan Membantu akses Informasi kesediaan informasi dan harga bahan baku, harga jual putihan, Membantu dan juga mengenai mendapatkan inovasi-inovasi dalam rekan bisinis pembuatan slondok, Membantu serta informasi mengakses mengenai daerah sumber daya pemasaran bagi penadah (pembumbu). Penadah lebih mudah dalam mengakses pengrajin, pengrajin 14 Variabel Norma Sub Variabel Meminimalkan penyimpangan dalam produksi slondok Mengatur dan menstabilkan harga Fakta Pendukung juga lebih mudah untuk mengakses bahan baku dan tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan pengaksesan bahan baku, jaringan sangat membantu pemasok dalam mendapatkan bahan baku dari petani langsung. Jika terjadi penyimpangan dengan adanya norma maka akan terdapat sanksi didalamnya yang mencegah terjadinya penyimpangan tersebut Ketika keadaan perekonomian sedang kalut (semua harga naik) maka pengrajin bisa memberi kebijakan kenaikan upah atas pekerjaan yang dikerjakan oleh buruh. 15 5. Judul : Tahun : Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha (Studi Kasus: Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang) 2013 Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota danNama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi : : : : : : Jurnal Elektronik Mohammad Fajar Mustofa - : : : Jurnal Ilmiah http://download.portalgaruda.org/article.php?art icle=189060&val=6467&title=Peran%20Modal% 20Sosial%20pada%20Proses%20Pengembangan %20Usaha%20%28Studi%20Kasus:%20%20Ko munitas%20PKL%20SMAN%208%20Jalan%20 Veteran%20Malang%29 : 15 Maret 2015, Pukul 16:51 WIB Tanggal diunduh Dalam penelitian ini dijelaskan mengkaji mengenai peran modal sosial (jaringan, norma, dan kepercayaan) pada proses pengembangan usaha komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang. Modal sosial jaringan, norma, dan bentuk kepercayaan yang paling berperan dalam penelitian ini adalah jaringan teman, norma penguasaan lokasi, serta bentuk kepercayaan kepada karyawan.Dalam proses pengembangan usaha, PKL secara tidak langsung menerapkan konsep modalsosial sebagai salah satu sumber daya sosial untuk merangsang memperoleh sumber dayabaru dalam masyarakat. Modal sosial juga diyakini sebagai salah satu komponen utama dalammenggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan, dan saling menguntungkan untukmencapai kemajuan bersama. Pada peran modal sosial jaringan pada komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Kota Malang yang mempengaruhi pengembangan usaha diantaranya adalah jaringan peluang pemasaran (jaringan dengan konsumen), dimana jaringan ini memberi keuntungan bagi komunitas PKL untuk memperluas pasarnya. Peluang lapangan kerja (jaringan kekerabatan), jaringan kekerabatan dimanfaatkan PKL sebagai metode penyerapan tenaga kerja, terutama bagi anggota keluarganya sendiri yang membutuhkan pekerjaan. Peluang usaha baru dan perluasan usaha melalui cabang usaha dapat membuka jaringan dengan teman, kekerabatan, dan konsumen, dimana kerabat dan teman menjadi referensi untuk penambahan tenaga kerja untuk membuka cabang usaha. Sedangkan jaringan konsumen sebagai penentuan lokasi strategis untuk pembuakaan cabang usaha baru. Peran jaringan dengan pemasok (mitra usaha), yang dapat memudahkan pemilik usaha untuk membeli bahan – bahan usaha. Pada peran jaringan antar PKL dapat melakukan penghematan biaya produksi dengan adanya jalinan komunitas antar PKL, karena aktivitas pertukaran-pertukaran yang berlangsung dalam suatu jaringan membentuk kepercayaan dan norma yang tidak perlu mengikuti prosedur dan mekanisme formal. Peranan modal sosial norma yang diteliti dalam penelitiaan ini adalah bentuk norma antara pemilik usaha dengan karyawan dalam hal kesopanan, pembagian waktu 16 kerja, pembagian kerja, setoran penjualan, pengelolaan produk, paguyuban, dan penguasaan lokasi. Pana norma kesopanan bertujuan unutuk meminalisis terjadinya anggapan negatif terutama pemilik usaha dengan karyawan. Pembagian kerja dan waktu kerja, selain menciptakan ketertiban juga dapat melihat peluang untuk mengembangankan usaha baru. Setoran penjualan secara tidak langsung dapat menggambarkan kinerja karyawan danmemiliki nilai tersendiri bagi para pemilik usaha untuk mempercayakan usahanya kepadapara karyawannya. Norma yang terbentuk berdasarkan kepercayaan akan memudahkanpencapaian tujuan usaha bersama sehingga memperoleh keuntungan untukpengembangan usaha yang positif. Paguyuban maupun bentuk norma antar PKL merupakan norma yang bertujuan untuk menciptakan keteraturan dalam komunitas sehingga dapat meminimalisis hal yang tidak diinginkan seperti kesalahpahaman antar sesama PKL. Peran modal sosial kepercayaan pada prosespengembangan usaha, antara lain kepercayaan atas perekrutan dankinerja tenaga kerja, permodalan awal, hubungan kekerabatan, pembayaran rutin,pembayaran mundur, pemasok langganan, pengenalan merk usaha, langganan tetap, danpenitipan barang dagangan.Dari beragam bentuk kepercayaantersebut, yang paling mendominasi komunitas PKL adalah bentuk kepercayaan kepadakaryawan berupa perekrutan dan kinerja tenaga kerja. Bentuk kepercayaan tersebutpaling banyak dirasakan oleh anggota komunitas PKL. Pemilik usaha yang sudahmempercayakan usahanya kepada karyawaannya dapat memberikan efek positif padatumbuhnya kepercayaan diri karyawan untuk semakin masksimal dalam bekerja,sehingga dapat memperbesar peluang keuntungan dan memperpanjang kelangsungan usaha. Analisis Penulis dapat menjelaskan keterhubungan dalam menjelaskan peran modal sosial dalam pengembangan usaha. Terutama modal sosial kepercayaan, dimana dengan adanya kepercayaan akan membuat relasi kerja sama antar PKL dapat terwujud dengan dengam baik. Modal sosial norma yang terbangun antara pemilik usaha dan karyawan mencipatakan keteraturan dalam usaha mereka. Oleh sebab itu, modal sosial sangat berpengaruh dalam pengembangan usaha baik sektor usaha formal maupun sektor usaha informal. Selain itu, penulis juga menggunakan data primer dan sekunder sehingga dapat menjelaskan pengaruh modal sosial terkait dalam pengembangan usaha yang ada di lokasi penelitian. Jaringan Norma Pengembangan usaha sektor informal Kepercayaan Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5 17 Tabel 5 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 5 Variabel Sub Variabel Variabel Fakta Variabel Pendukung Jaringan Konsumen Memanfaatkan aspek jaringan konsumen sebagai jalurpemasaran atas usahanya. Kekerabatan Jaringan kekerabatan dimanfaatkan sebagai Teman metode penyerapan tenaga kerja. Mitra usaha Memanfaatkan aspek jaringan teman sebagai sesama PKL peluang untuk membuka usaha baru atas Pemasok usahanya. Antar PKL Jaringan pemasokini memudahkan pemilik usaha untuk membeli bahan-bahan untuk usaha. Memanfaatkan adanya komunitas untuk menutupi kebutuhan akan proses produksinya sehingga dapat menekan biayaproduksi, baik secara waktu maupun materil. Norma Kesopanan Menerapkan norma kesopanan untuk meminimalisir terjadinya anggapan negatif dan Pembagian sabagai sikap toleran terhadap PKL lain di satu kerja dan komunitas. waktu kerja Banyaknya waktu kerja yang dibagi Setoran menunjukkansemakin terbukanya potensi suatu penjualan usaha untuk berkembang dan menarik lebih Pengolaan banyaktenaga kerja. produk Setoran penjualan secara tidak langsung dapat Penguasaan menggambarkan kinerja karyawan lokasi danmemiliki nilai tersendiri bagi para pemilik usaha untuk mempercayakan usahanya kepadapara karyawannya. Pemilik usaha tidak selalu dapat mengawasi para karyawannya di lokasiusaha. Oleh karena itu, para pemilik usaha menerapkan normanorma kepadakaryawannya, salah satunya adalah dalam proses pengelolaan produk. Lokasi memiliki nilaistrategis dan berpengaruh terhadap pengembangan suatu usaha. Kepercayaan Kepercayaan Diberikan pemilik usaha kepada para kepada karyawannya dan sebaliknya, dapat menjadi karyawan perekat kedua belah pihak. Kepercayaan Kepercayaan pemilik usaha kepada pemasok kepada menjadikannya sebagai pemasok langganan. pemasok Memperkenalkan dan mempertahankan merk usaha dapat menghasilkan kepercayaan dari Kepercayaan kepada konsumen. Konsumen Saling membantu untuk menjaga barang dagangannya saat keperluan jauh dari Kepercayaan antar PKL dagangannya. 18 6. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota danNama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi : : : : : : : Strategi Bertahan Pelaku Sektor Informal: Peranan Modal Sosial Migran Pedagang Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor 2013 Skripsi Elektronik Mona Lusia BR Manihuruk - : : - : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345 6789/63155/I13mlb.pdf?sequence=1 Tanggal diunduh : 27 Maret 2015, Pukul 15:14 WIB Skripsi ini menjelaskan PKL sering dianggap sebagai pekerjaan lapisan bawah yang menggangguketentraman pejalan kaki dan pengguna jalan raya. PKL hampir selalu menjadisorotan masyarakat apabila terjadi kemacetan di sekitar pedagang kaki lima yangmembuka usaha. Akan tetapi PKL kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih murah, bahkan sangatmurah daripada membeli di toko. Hal ini merupakan salah satu kelebihan dariPKL dan membuat keberadaan PKL tetap berlangsung dalam masyarakat.Menjadi PKL seringdianggap pekerjaan yang mudah untuk dimasuki dan mudah untuk dilaksanakan.Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang yang memasuki duniasektor informal dengan menjadi pedagang kaki lima namun tidak dapat bertahandan melanjutkan usahanya, bahkan sering sekali tidak mampu mengembalikanmodal awal.Modal sosial merupakan salah satu strategi yang dimamfaatkan PKL mempertahankan dan keberlanjutan usaha para PKL migran. Dengan semakin tinggi modal sosial yang dimiliki olehpara migran PKL maka akan semakin tinggi strategi bertahan yang merekamiliki.Pada penelitian ini modal sosial dibagi kedalam tiga aspek yaitu jaringan, kepercayaan, dan norma. Pada modal sosial jaringan, diukur melalui dua indikator yaitu keragaman tipe dan lama usaha. Keberagaman tipe dilihat dari hubungan persaudaraan, sedaerah asal , dan jenis dagnagan yang dijalankan. Kemudian lama usaha, semakin lama PKL tersebut di kota Bogor, semakin lama pula usahanya dan semakin banyak jaringan yang dia miliki. Lama migrasi berpengaruh terhadap lama usaha dan berpengaruh terhadap orang yang dikenal (jaringan) terkait pelanggan, pemasok barang, dan rekan sesama pedagang lainnya. Pada modal sosial kepercayaan dalam penelitian ini adalah modal sosial kepercayan yang dianalis yaitu kepercayaan terhadap sesama migran dan sesama migran sedaerah. Migran PKL mempunyai tingkat kepercayaan tinggi antar sesama migran, rasa kepercayaan ini ditunjukkan dengan adanya organisasi berupa kumpulan para pedagang yang menjual barang dagangan sejenis. Selain itu dapat ditunjukan dengan mengenal semua para PKL disekitar KRB, hal tersebut karena adanya rasa saling percaya dan saling membutuhkan. Dalam tingkat kepercayaan lebih tinggi diberikan kepada migran se-daerah asal, karena para migran lebih mempunyai rasa tanggung 19 jawab untuk meningkatkan taraf kehidupannya sehingga ketika ada keluarga, saudara atau teman sedaerah asal yang meminta bantuan mereka dipercaya dan bisa memberikan bantuan. Norma merupakan salah satu komponen yang penting untuk membangun modal sosial yang kuat. Penulis menjelaskan hubungan norma terkait aturan sesama PKL dan aturan dengan jenis usaha PKL. Aturan diperlukan untuk ketertiban dan kelacaran dalam berdagang. Aturan sesama PKL dapat dibentuk berdasarkan kesepakatan antar sesama PKL yang ada di KRB seperti dalam penggusuran, para PKL saling membantu dalam penyebaran informasi apabila ada penggusuran atau petugas keamanan setempat yang melakukan penggusuran .Ini merupakan kerjasama yang penting antar para PKL, dan apabila ada PKL yang tidak saling membantu dalam penggusuran akan dikucilkan oleh pedagang lainnya dan bahkan tidak akan diberikan kesempatan jualan ditempat itu lagi. Selanjutnya, aturan sesama PKL dengan jenis usaha PKL adalah aturan mengenai posisi satu penjual dengan penjualan lainnya. Aturan-aturan yang dimiliki oleh para PKL menjadi ciri khas mereka masing-masing dan menjadi modal para PKL untuk menjalankan usaha mereka dan tetap menjalin interaksi yang baik antar sesama PKL itu sendiri. Analisis Dengan adanya penelitian ini menjelaskan bahwa migran yang menjadi pendatang didaerah perkotaan kebayakan diantara mereka memilih untuk membangun usaha di sektor informal karena keterbatasan mereka dalam modal dan pendidikan sehingga sektor informal menjadi alternatif pilihan mereka. Dalam skripsi ini rumusan masalah relevan dengan hasil penelitian yang dicapai, yaitu modal sosial sangat berperan terhadap strategi bertahan sektor informal pada PKL.Modal sosial sebagai strategi bertahan para migran PKL berhubungan dengankeberlanjutan usaha kaki lima para migran PKL. Para migran PKL akanmeminta bantuan kepada jaringan terdekat yang dia miliki dan mewariskanteknik-teknik berjualan kepada orang yang dipercayainya selama mempunyaiusaha kaki lima. Modal sosial PKL Migran odal Sosial Jaringan : Keragaman tipe Lama usaha Kepercayaan Terhadap sesama migran Terhadap sesama migran sedaerah asal Startegi Bertahan Pelaku Sektor Informal dan keberlanjutan usaha (PKL) Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6 Norma : Aturan antar sesama PKL 20 Tabel 6 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 6 Variabel Variabel Fakta Variabel Sub Variabel Pendukung Jaringan Keragaman tipe Penelitian ini mempunyai tiga keragaman tipe yaitu persaudaraan, Lama usaha sedaerah asal dan jenis dagangan Lama usaha akan berpengaruh terhadap orang yang dikenal (jaringan) terkait pelanggan, pemasok barang, dan rekan sesama pedagang lainnya. Kepercayaan Terhadap sesama Rasa kepercayaan ini ditunjukkan migran dengan adanyaorganisasi berupa kumpulan para pedagang yang Terhadap sesama menjual barang dagangan sejenis. migran sedaerah asal Migran PKL yang berasal dari daerah yang sama memiliki tingkat kepercayaanyang tinggi satu sama lain. Norma Aturan antar Untung-rugi bisa terjadi kapan saja, sesama PKL penggusuran bisa terjadi kapansaja, pembeli yang terkadang sepi dan Aturan Sesama terkadang ramai, para PKL yang PKL dengan salingserobot tempat dan pembeli Jenis Usaha PKL satu sama lain sehingga perlu adanya aturan antarsesama PKL. Aturanberdasarkan jenis usaha adalah aturan mengenai posisi satu penjual denganpenjual lainnya. 21 7. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota danNama Penerbit Nama Jurnal : : : : : : : Analisis Variabel yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Kaki Lima di Alon-Alon Kota Madiun Maret 2009 Jurnal Elektronik Mintarti Indartini - : Jurnal Sosial Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi : Tanggal diunduh : : Vol. 10, No 1 : 66-76 http://www.unmermadiun.ac.id/repository_jurnal _penelitian/Jurnal%20Sosial/Jurnal%20Sosial%2 02009/Maret/MINTARTI%20INDARINI.pdf 30 Maret 2015, Pukul 21:51 WIB Salah satu sektor informal perdagangan yang banyak menyerap tenaga kerja di daerah perkotaan adalah unit usaha yang dikembangkan oleh pedagang kaki lima (PKL) (Sethurman, 1988). Keberadaan PKL sangat memegang peranan yang penting terutama dalam penciptaan kesempatan kerja seperti yang diungkapkan oleh Hidayat (1988) bahwa sektor ini mempunyai daya serap tenaga kerja terutama bagi pekerja yang tidak memiliki skill yang relatif besar serta dapat memberi kontribusi terhadap pendapatan rehgional kota bahkan juga pendapatan nasional.Dari pendapat tersebut membuat keberadaan sektor informal PKL mempunyai andil yang cukup berarti dalam memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kota, salah satunya di Kota Madiun merupakan kota di Jawa Timur yang mempunyai tingkat termasuk pedagang makanan dan minuman kaki lima, yang secara kuantitatif jumlahnya semakin hari semakin banyak, meskipun menghadapi era perdagangan modern. Akan tetapi, banyaknya kendala tidak hanya dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari internal PKL maupun faktor eksternal PKL dalam tingkat pendapatan para PKL. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha pedagang makan dan minum kaki lima yang ada di Alon-alon Kota Madiun diantaranya faktor usia, pengalaman kerja, jam kerja dan tingkat pendidikan. Pada faktor usia mempunyai hubungan dimana semakin bertambahnya usia maka semakin menurunnya pendapatan PKL. Hal ini dapat disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah PKL dari golongan muda (usia 20-45), sementara bertambahnya usia mempengaruhi kondisi fisik pedagang dalam berjualan terutama PKL yang berusia lanjut sehingga pendapatan semakin berkurang. Pada faktor pengalam kerja, secara individual berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman kaki lima di Alon-Alon Kota Madiun. Dengan semakin bertambahnya pengalaman kerja PKL maka pendapatan yang diterima PKL akan semakin bertambah. 22 Kenaikan pendapatan PKL akibat dari lamanya pengalaman kerja yang telah ditempuh PKL, bagi PKL yangsudah mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya tentu lebih mempunyai talenta yang baik dalam hal kesiapan mental dan dapat mempergunakan peluang yang ada untuk mengembangkan usahanya agar pendapatan yang lebih baik dapat diperoleh.Sedangkan faktor jam kerja dan tingkat pendidikan dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan pedagang makanan dan minuman kaki lima di Alon-Alon kota Madiun. Akan tetapi penulis menjelaskan, kedua faktor tersebut bertanda positif dimana meningkatnya jam kerja maka akan meningkatakan pendapatan PKL dan dengan makin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka pengetahuan, ketrampilan dan wawasan pedagang dalam menjual barang dagangan semakin baik sehingga perolehan pendapatan semakin bertambah. Analisis Dengan adanya penelitian ini, mengungkapakan bahwa ada faktor dari individu pekerja pedagang sektor informal yang mempengaruhi tingkat pendapatan. Secara signifikan dijelaskan faktor pengalaman kerja dan usia mempunyai pengaruh kuat dibandingakan dengan tingkat pendidikan dan jam kerja dalam meningkatkan pendapatan pedagangmakanan dan minuman kaki lima di Alon-Alon kota Madiun. Akan tetapi faktor pendidikan dan jam kerja berperan positif untuk meningkatkan pendapatan usaha. Dalam jurnal peneliti menjelaskan metodologi secara jelas mulai dari ruang lingkup penelitian hingga perumusan definisi operasional. Usia Tingkat Pendidikan Pengalaman Kerja Tingkat Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Kaki Lima Jam kerja Gambar 7.Kerangka Pemikiran Pustaka 7 Tabel 7 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 7 Variabel Variabel Fakta Pendukung Variabel Usia Peneliti menemukan bahwa variabel usia berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang.Dengan semakin bertambahnya usia maka akan mempengaruhi kondisi fisik pedagang dalam berjualan terutama bagi PKL yang berusia lanjut sehingga pendapatan yang diperoleh akan ikut berkurang 23 Tingkat pendidikan Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PKL dalam menjual barang dagangannya akansemakin baik apabila ditunjang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pengalaman kerja Variabel pengalaman kerja berpengaruhi secara signifikan terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman kaki lima di Alon-Alon Kota Madiun. Bahwa semakin banyak pengalaman kerja seseorang maka akan semakin meningkatkan pendapatannya. Jam kerja Variabel jam kerja tidak berpengaruhi secara signifikan terhadap pendapatan pedagang. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya biaya- biaya yang harus dikeluarkan PKL ditambah dengan kondisi musim yang tidak menguntungkan sehingga hal ini mengurangi pendapatan PKL. 24 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota danNama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi : : : : : : : : Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil Januari 2010 Jurnal Elektronik Djainal Abidin - : : Jurnal Sosiologi Masyarakat Vol. 15,No 1 ISSN: 0852-8489 : Tanggal diunduh : http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/viewFi le/3708/2950 01April 2015, Pukul 08:45 WIB Penulis menjelaskan bahwa modal sosial bukan segala-galanya dalam meningkatkan pendapatan sehingga modal sosial tidak hanya berdiri sendiri dalam mendorong keuntungan, tetapi juga ada modal lain yang mempunyai kontribusi terhadap usaha kecil menengah (UKM), yaitu modal fisik dan modal manusia, dalam kontribusi terhadap pendapatan UKM. Penelitian ini dilakukan pada UKM di PIK Pulogadung Jakarta, dimana hasil penelitan menujukkan bahwa modal sosial, modal manusia, serta modal fisik mempunyai pengaruh dalam tingkat keuntungan UKM. Akan tetapi modal sosial adalah aspek penting dalam kegiatan proses produksi barang dan jasa. Aspek modal manusia dan modal fisik bisa lebih optimal apabila pengusaha memiliki modal sosial. Modal sosial lebih memiliki keeratan hubungan terhadap keuntungan dibandingkan modal fisik dan modal manusia. Sebagaimana penulis mengungkapakan hasil kesimpulan dari studi ini adalah kontribusi pada keuntungan UKM yaitu 23% dari modal sosial, 11% dari modal fisik dan sisanya 66% dari aspek lain. Hasil kesimpulan ini sejalan dengan pendapat Lawang yang menyebutkan bahwa sinergi kontribusi modal sosial tidak dapat dipukul rata dan hanya penelitian lapangan yang bisa menentukan tinggi rendahya kontribusi modal sosial dalam proses produksi. Selanjutnya menurut Lawang seandainya modal manusia dan modal fisik kurang tersedia dalam komunitas maka modal sosial akan memegang perenan penting dalam kontribusi tingkat pendapatan. Secara statistik hubungan modal sosial dengan tingkat keuntungan signifikan dan secara kualitatif teridentif ikasi bahwa para pengusaha UKM mendapatkan keuntungan atau kemudahan berusaha karena hubungan yang baik dengan keluarga, dengan sesama pengusaha dan dengan pemilik order atau pemesan produk dan jasa. Sedangkan modal manusia berdasarkan Hasil regresi secara bersama-sama nampak modal manusia signifikan dengan nilai negatif, yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman usaha UKM di PIK menunjukkan semakin rendah tingkat keuntungan yang didapat. Hubungan ini dapat dilihat bahwa usaha mikro dan kecil di PIK adalah usaha kaki lima yang hampir tidak memerlukan pendidikan formal dan pengalaman dalam menjalankan usahanya. Kemudian pada hubungan modal fisik yang dikaitkan dengan keuangan mempunyai hubungan terhadap tingkat keuntungan dilihat dari hasil regresi linear berganda, dimana hasil pengolahan data menunjukkan semakin tinggi modal fisik dimilki maka semakin besar indeks tingkat keuntungan yang didapat oleh UKM. 25 Analisis Peneliti dalam jurnal ini kurang menjelaskan secara baik dan sulit memahami isi tulisan yang disampaikan terkait seberapa kuatnya hubungan modal sosial, modal manusia dan modal fisik dalam kontribusi meningkatkan keuntungan UKM. Dengan penggunaan regresi linear ganda dimana metode ini merupakan metode kuntitatif yang menghubungkan variabel dependen dan independen serta melihat kontruksi masingmasing variabel. Sehingga peneliti berhasil mengungkapkan bahwa ternyata kontribusi pada keuntungan UKM yaitu 23% dari modal sosial, 11% dari modal fisik dan sisanya 66% dari aspek lain. Akan tetapi penulis tidak menjelaskan secara statistik variabel – variabel apa saja diluar modal sosial dan fisik yang berkontribusi terhadap keuntungan yang nilai statistiknya mencapai 66% serta adanya ketidaksingkronan kesimpulan dengan penjelasanyang disampaikan. Modal Sosial Modal Manusia Tingkat Pendapatan Modal Fisik Gambar 8. Kerangka Pemikiran Pustaka 8 Tabel 8 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 8 Variabel Variabel Fakta Pendukung Variabel Modal Sosial Terbukti adanya hubungan modal sosial terhadap keuntunganUKM di PIK Pulogadung. Secara statistik hubungan modalsosial dengan tingkat keuntungan signifikan dan secara kualitatif teridentifikasi bahwa para pengusaha UKM mendapatkankeuntungan atau kemudahan berusaha karena hubungan yang baikdengan keluarga, dengan sesama pengusaha dan dengan pemilik order atau pemesan produk dan jasa. Modal Manusia Penelitian ini menunjukkan modal manusia yaitu (pendidikan) pendidikanbernilai negatif, yang artinya pendidikan dalam usaha UKM di PIK menunjukkan tidak berhubungan terghadap tingkat keuntungan yang didapat, usaha mikro dan kecil di PIK Pulogadungyaitu usaha kaki lima yang hampir tidak memerlukan pendidikan formal dalam menjalankan usahanya. Modal Fisik Hubungan modal fisik yang dikaitkan dengan keuangan dan barang mempunyai hubungan terhadap tingkat keuntungan dilihat dari hasil regresi linear berganda, dimana hasil pengolahan data menunjukkan semakin tinggi modal fisik dimiliki maka semakin besar indeks tingkat keuntungan yang didapat oleh UKM 26 9. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota danNama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi : : : : : : : Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Kepala Rumah Tangga Miskin pada Sektor Informal di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung 2014 Jurnal Elektronik I Gede Didiek RW dan I Ketut Djayastra - : : E-jurnal EP Unud Vol.3, No 4: 134-144 ISSN:2303-0178 : Tanggal diunduh : http://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/81 44/6480 01 April 2015, Pukul 08:14 WIB Kondisi rumah tangga miskin di Kecamatan Abiansemal merupakan gambaran tentang rumah tangga miskin di Kabupeten Badung yang sebagian besar mata pencaharian kepala rumah tangga miskin di Kecamatan Abiansemal adalah sebagai petani dan buruh bangunan dimana mata pencaharian tersebut dapat membantu dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga. Menurut Kirana (1995:25), sektor informal ditandai oleh beberapa karakteristik dimensi–dimensi kemiskinan tersebut saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidaklangsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan dan kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek lainya. Oleh karena itu, masalah kemiskinan ini masih tetap relevan dan penting untuk dikaji dan diupayakan penanggulangannya, kalau tujuan pembangunan nasional yang adil dan merata serta terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya yang ingin dicapai pembangunan di negara-negara dunia termasuk Indonesia. Pada tahun 2005, pembangunan di bidang kesejahteraan rakyat di daerah Bali masih menjadi prioritaskhususnya upaya penanggulangan kemiskinan, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Penulis menjelaskan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan kepala rumah tangga miskin di sektor informal berkaitan umur kepala rumah tangga, tingkat pendidikan, jam kerja, dan jumlah tanggungan keluarga. Larasty (2003) menyebutkan bahwa faktor umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu kerja kepala rumah tangga. Dimana faktor umur berpengaruh positif terhadap pendapatan, sampai kekuatan dan daya pekerja kepalarumah tangga akan menurun tingkat pendapatan yang diterima.Sebagaimana yang ditemukan oleh penulis dalam penelitian ini yang menemukan dalam bekerja produktifitas seseorang sangat dipengaruhi oleh umur. Secara umum rata – rata umur responden kepala rumah tangga miskin masih berada pada usia kelompok tidak produktif untuk bekerja. Umumnya orang yang berada pada usia kerja akan mampumenghasilkan pendapatan yang lebih banyak dari pada yang ada diluar usia kerja. Strukturumur ini akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk yang bersangkutan. 27 Faktor yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk salah satunya adalah pendidikan. Karena dengan tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akan dapat menentukan bagaimana seseorang memperoleh pekerjaan dengan imbalan yang tinggi.Pendidikan biasanya berkaitan erat dengan lapangan pekerjaan dan akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan kepala rumah tangga. Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi tinggi rendahnya beban pekerjaanresponden, baik dalam mencari nafkah. Sedangkan pada faktor jam kerja responden pada Kecamatan Abiansemal tidak berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh responden karena pada pekerja informal, jam kerja tidak konsisten (tidak tetap dalam satu hari) yang menyebabkan pendapatan responden tidak tetap. Analisis Peneliti ini telah dilakukan secara baik melibatkan atau mengambil sample 81 rumah tangga miskin untuk mewakili terkumpulnya informasi yang didapat dari cakupan wilayah yang ada di seluruh Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung. Peneliti juga dapat menjawab rumusan masalahn penelitian dengan penggunaan teknik analisis data regresi linear berganda. Berdasarkan penelitian hasil yang diperoleh oleh peneliti dapat dikatakan faktor umur, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan kepala rummah tangga miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung. Sedangkan faktor jam kerja tidak berpengaruh terhdapa pendapatan yang diterima oleh responden karena mereka bekerja sektor informal, jam kerja yang tidak konsisten sehingga ini lah yang menyebabkan pendapata responden tidak tetap. Umur Tingkat Pendidikan Jam Kerja Jumlah Tanggunagan Keluarga Tingkat Pendapatan Gambar 9. Kerangka Pemikiran Pustaka 9 28 Tabel 9 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9 Variabel Fakta Variabel Pendukung Variabel Umur Struktur umur akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk yang bersangkutan. Artinya, secara fisik kepala rumah tangga masih memiliki potensi yang masihbesar untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akandapat menentukan bagaimana seseorang memperoleh pekerjaan dengan imbalan yang tinggi. Pendidikan biasanya berkaitan erat dengan lapangan pekerjaan dan akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan kepala rumah tangga. Jam Kerja Jam kerja responden pada Kecamatan Abiansemal tidak berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh responden karena pada pekerja informal, jam kerja tidak konsisten (tidak tetap dalam satu hari) yang menyebabkan pendapatan responden tidak tetap. Jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi tinggi rendahnya beban pekerjaan responden, baik dalam mencari nafkah. 29 10. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota danNama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi : : : : : : : Identifikasi dan Analisis Modal Sosial dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Gangga Dua Kabupaten Minahasa Utara Desember 2010 Jurnal Elektronik Otniel Pontoh - : : Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. 6, No. 3 : 125 - 133 : Tanggal diunduh : http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/artic le/view/156/122 13 April 2015, pukul 22:21 WIB Dalam jurnal ini menjelaskan masyarakat wilayah pesisir yang berprofesi sebagai nelayan hingga kini masih merupakan salah satu pelaku usaha perikanan yang berkontribusi besar terhadap tingginya tingkat kemiskinan masyarakat di wilayah pesisir. Dari 8090 desa pesisir yang sebagian besar dihuni masyara-kat nelayan, tercatat 16,42 juta jiwa hidup dengan indeks kemiskinan sebesar 0,32. Artinya lebih kurang 32% individu di wilayah pesisir masih belum mampu memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar. (Yayasan Smeru dan BPS, 2002 dalam Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006).Berdasarkan konsep pembangunan (berbasis masyarakat) yang dikemukakan oleh Hasbullah (2006) diketahui bahwa keberhasilan pembangunan masyarakat perlu dilihat dari beberapa modal komunitas (community capital) yang terdiri dari modal manusia (a) Modal Manusia (human capital) berupa kemampuan personal seperti pendidikan, pengetahuan, kesehatan, keahlian dan keadilan terkait lainnya; (b) Modal Sumberdaya Alam (natural capital) seperti perairan laut; (c) Modal Ekonomi Produktif (produced economic capital) berupa aset ekonomi dan finansial serta aset lainnya; dan (d) Modal Sosial (sosial capital) berupa norma/nilai (trust, reciprocity, norma sosial lainnya), partisipasi dalam jaringan, pro-activity. Akan tetapi keberhasilan kinerja pembangunan hingga kini masih rendah dikarenakan pemerintah seringkali mengabaikan sistem sosial masyarakat yang menjadi objek pembangunan. Oleh sebab itu, pemanfaatan modal sosial yang dimamfaatkan oleh masyarakat nelayan di Desa Gangga Dua, Kabupaten Minahasa Utara sebagai alternatif dalam rangka pemberdayaan masyarakat nelayan. Penulis menjelaskan bahwa kajian sosial budaya terhadap nilai dan norma, kepercayaan lokal, sistem produksi dan reproduksi serta politik lokal diketahui bahwa masyarakat nelayan di Desa Gangga Dua, Kabupaten Minahasa Utara masih merupakan masyarakat dengan karakter modal sosial terikat (social capital bonding). Tipologi modal sosial ini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma dari aspek ekonomi yang dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini berdampak pada struktur sosial yang terbentuk dalam kehidupan ekonomi masyarakat nelayan yang ada pada saat ini menjadi lebih berorientasi pada hubungan antar anggota dalam satu kelompok lebih banyak terfokus pada hal-hal yang terkait dengan aspek ekonomi. Hubungan antar kelompok di sisi lain sangat lemah, baik di dalam masyarakat maupun dengan pihak luar. 30 Karakter sosial budaya masyarakat nelayan terdiri dari faktor nilai dan norma dikaji berdasarkan pendekatan persepsi dan perilaku dan tindakan. Persepsi yang dikaji terkait dengan pengolahan sumberdaya yaitu tentang hak kepemilikan sumberdaya laut, batas wilayah penangkapan, dan perlunya konservasi sumberdaya perikanan. Pada faktor kepercayaan dan organisasi lokal dilihat dari kepercayaan lokal dikaji melalui nilai-nilai dan norma agama atau kepercayaan yang dianut dan tercermin dalam kehidupan sosial masyarakat nelayan desa Gangga Dua. Faktor pola dan sistem produksi dan reproduksi dengan menggunakan alat tangkap khas yang mereka miliki seperti menggunakan soma giop (pukat cincin kecil). soma pajeko (pukat cincin), funae, pancing dan rompon. Kemudian faktor politik lokal juga berperan dimana suatu masyarakat terkait dengan aspek kepemimpinan dan proses pengambilan keputusan yang terjadi dikaitkan dengan potensinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan. Analisis Jurnal ini menjelaskan dengan baik sesuai dengan tujuan penulisan yaitu mengidentifikasi dan analisis modal sosial dalam rangka pemberdayaan masyarakat nelayan. Penggambaran modal sosial dilakukan melalui kajian sosial budaya masyarakat nelayan di Desa Gangga Dua, Kabupaten Minahasa Utara. Selain itu, pengendalian kajian modal sosial dengan sosial budaya masyarakat nelayan merupakan langkah efektif untuk analisis modal sosial yang dapat digunakan sebagai pemberdayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena karakter sosial budaya merupakan hal yang menjadi kebiasaan maupun cara pandang masyarakat baik dalam ekonomi, sosial, ekonomi, politik masyarakat. Sebagaimana diungkapkan penulis,semakin banyak karakter sosial budaya masyarakat yang mengarah kepada modal sosial yang menjembatani dapat diartikan kondisi sosial budaya masyarakat dimaksud semakin mendukung keberhasilan suatu pembangunan dan sebaliknya. Karakter Sosial Budaya Masyarakat Faktor Nilai dan Norma Masyarakat Faktor Kepercayaan dan organisasi lokal Faktor Pola dan Sistem Produksi dan Reproduksi Faktor Politik lokal Pemberdayaan masyarakat nelayan Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10 31 Tabel 10 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10 Variabel Variabel Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Faktor Nilai Persepsi hak Hak kepemilikan sumberdaya laut dan Norma kepemilikan diketahui bahwa masyarakat Masyarakat sumberdaya laut nelayan beranggapan bahwa laut tidak ada yang memiliki. Laut hanya Pesepsi batas dimiliki oleh Sang Pencipta (Allah). wilayah penangkapan Masyarakat nelayan tidak mengenal adanya pembatasan atau batas Pesepsi tentang wilayah operasional. perlunya konservasi Bagi nelayan, upaya mencari nafkah sumberdaya lebih penting daripada upaya perikanan melaksanakan konservasi sumberdaya laut di sekitar mereka. Faktor Kepercayaan dan organisasi lokal Nilai – nilai dan norma agama Syukuran laut sebagai simbol budaya bahwa masyarakat nelayan mensyukuri segala hasil tangkapan sebagai pemberian dari Sang Pencipta tidak lagi dilakukan Faktor Pola dan Sistem Produksi dan Reproduksi Penggunaan alat tanggap tradisional Homogenitas mereka yang tinggi, yaitu sebagian besar berprofesi nelayan maupun pekerjaan lain yang terkait, juga membuat mereka dan sistem produksinya (kegiatan perikanan) Faktor Politik lokal Kepemimpinan Kuatnya pengaruh tokoh informal yang tidak disertai dengan kuatnya hubungan tokoh-tokoh tersebut dengan pihak luar yang sangat berpotensi untuk menggerakkan perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat nelayan ANALISIS DAN SINTESIS Konsep dan Definisi Sektor Informal Dalam kajian awal oleh ILO (2010), karakter kunci sektor informal, relevan dengan desain strategi pembangunan yang ramah pekerjaan, diidentifikasi sektor informal sebagai berikut : operasi skala kecil, kepemilikan keluarga, ketergantungan pada sumberdaya lokal, kegiatan padat karya dan berbasis teknologi lokal, keahlian didapatkan melalui pendidikan non-formal, entri yang mudah ke dalam kegiatankegiatan ekonomi terkait, serta operasi berlangsung dalam pasar kompetitif yang tidak diatur regulasi. Pemahaman mengenai karakteristik usaha sektor informal menurut Magdalena (1991)dalam Kholis (2006) antara lain : kegiatan usahanya tidak terorganisir secara baik, karena unit usaha muncultanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal, umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha, pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik dalam arti lokasi maupun jam kerja, kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomilemah tidak sampai di sektor ini, unit usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor yang lain, teknologi yang digunakan masih tradisional, modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga kecil, untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal, sebagianbesar keterampilan usaha diperoleh dari pengalaman sambil bekerja, unit usaha termasuk ‘one man enterprise’ dan kalaupunpekerja biasanya berasal dari keluarga sendiri, hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Dibawah ini merupakan tabel perbandingan dari kedua definisi uraian diatas mengenai definisi sektor informal yang telah ditemukan penulis dalam pustaka yang telah dibaca: Tabel 11 Perbandingan untuk Menentukan Definisi Modal Sosial dalam Ekonomi Sektor Informal No Pengarang Definisi Kata Kunci 1. ILO 2010 Dalam kajian awal oleh ILO, Variabel: karakteristik sektor informal dapat di Operasi skala kecil (X1), indentifikasi sebagai berikut: operasi Kepemilikan keluarga skala kecil, kepemilikan keluarga, (X2), ketergantungan pada sumberdaya Ketergantungan pada lokal, kegiatan padat karya, berbasis sumberdaya lokal (X3), teknologi lokal, keahlian didapatkan Kegiatan padat karya, melalui pendidikan non-formal, entri berbasis teknologi lokal yang mudah ke dalam kegiatan- (X4), kegiatan ekonomi terkait, operasi Keahlian didapatkan berlangsung dalam pasar kompetitif melalui pendidikan nonyang tidak diatur regulasi. formal (X5), Entri yang mudah ke dalam kegiatankegiatan ekonomi terkait (X6), Operasi berlangsung tidak diatur regulasi (X7) Sektor Informal (Y) 33 No Pengarang 2. Magdalena (1991) dalam Kholis (2006) Definisi Karakteristik usaha sektor informal diantaranya adalah : kegiatan usahanya tidak terorganisir secara baik, karena unit usaha muncultanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal, umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha, pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik dalam arti lokasi maupun jam kerja, kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomilemah tidak sampai di sektor ini, unit usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor yang lain, teknologi yang digunakan masih tradisional, modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga Kecil, untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal, sebagianbesar keterampilan usaha diperoleh dari pengalaman sambil bekerja, unit usaha termasuk ‘one man enterprise’ dan kalaupunpekerja biasanya berasal dari keluarga sendiri dan hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Kata Kunci Variabel: Kegiatan usahanya tidak terorganisir (X1), Tidak mempunyai ijin usaha (X2), Tidak teratur dalam lokasi kerja Tidak teratur dalam jam kerja (X3), Unit usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor yang lain (X4), Teknologi yang digunakan masih tradisional (X5), Modal dan perputaran usaha relatif kecil (X6), Tidak memerlukan pendidikan formal (X7), umumnya unit usaha termasuk ‘one man enterprise’ (X8), Hasil produksi atau jasa dikonsumsi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah (X9), Kebijakan pemerintah tidak sampai di sektor ini (X10). Sektor Informal (Y) 34 ILO (2010) Magdalena (1991) dalam Kholis (2006) XI: Operasi skala kecil X8: Kegiatan usahanya tidak terorganisir X2: Kepemilikan keluarga X9: Tidak mempunyai ijin usaha X3: Ketergantungan pada sumberdaya lokal X4: Kegiatan padat karya, berbasis teknologi lokal X5: Keahlian didapatkan melalui pendidikan nonformal X10: Pola kegiatan usaha tidak teratur Sektor Informal (Y) X11: Unit usaha bergantiganti dari satu sub sektor ke sub sektor yang lain X12: Teknologi yang digunakan tradisional X6:Entri yang mudah ke dalam kegiatan- kegiatan ekonomi terkait X13: Modal dan perputaran usaha relatif kecil X7: Operasi berlangsung dalam pasar tidak diatur regulasi X14:Untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal X15:Unit usaha termasuk ‘one man enterprise X16: Hasil produksi dikonsumsi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah X17:kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai di sektor ini Gambar 11 Kerangka Definisi Sektor Informal 35 Konsep dan Definisi Modal Sosial Menurut Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran (2008) ,modal sosial berkaitan dengan nilai-nilai dari suatu jaringan kerja(network) yang mengikat orangorang tertentu (seperti kesamaan pekerjaan, kesamaan tempat tinggal, kesamaan suku, agama, dansebagainya), serta bersifat menjembatani (bridging) antar orang-orang yang berbeda,dengan suatu norma pertukaran timbal balik (reciprocity). Selain itu, modal sosial lebih menekankanpada potensi kelompok dan pola hubungan antarindividu dalam kelompok danantarkelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaankepada sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok. Oleh karena itu, inti darimodal sosial yang dijelaskan adalah bagaimana kemampuan masyarakat dalam suatu entitas atau kelompokuntuk bekerjasama membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Dibawah ini merupakan tabel perbandingan dari beberapa ahli mengenai definisi modal sosial yang telah ditemukan penulis dalam pustaka yang telah dibaca. Menurut Putnam (1993) dalam Field (2003), modal sosial dijelakan bahwa merujuk pada bagian dari oragnisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan – tindakan yang terkoordinasi. Putman juga menjelaskan bahwa bentuk modal sosial dapat menjebatani (inklusif) dan mengikat (eklusif) , maksudnya adalah modal sosial yang menjebatani cenderung menyatukan orang dari beragam ranah sosial. Sedangkang modal sosial yang mengikat mendorong identitas eksklusif dan mempertahankan homogenitas. Oleh karena itu, masing – masing bentuk tersebut membantu menyatukan kebutuhan yang berbeda. Menurut Coleman (1994) dalam Field (2003), modal sosial didefinisikan berdasarkan fungsinya, bukanlah sebuah entitas tunggal, namun variasi dari entitas berlainan yang memiliki kesamaan karakteristik : mereka semua terdiri dari beberapa aspek struktural sosial dimana dapat memfasilatasi tidakan-tindakan yang berada didalam struktur tersebut. Oleh karena itu, Coleman menekankan bahwa tipe – tipe struktur sosial lebih memfasilitasi pilihan tindakan individu ketimbang tipe struktur yang lain. Tabel 12 Perbandingan untuk Menentukan Definisi Modal Sosial No Pengarang 1. Lembaga Penelitian UNPAD (2008) 2. Putman (1993 ) dalam Field (2003) Definisi Modal sosial adalah sebagai jaringan dannilai-nilai sosial yang dapat memfasilitasi individu dan komunitas untuk mencapai tujuanbersama secara efektif dan efisien. Modal sosial dijelakan bahwa merujuk pada bagian dari oragnisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan – tindakan yang terkoordinasi. Kata Kunci Variabel : Nilai sosial (X1), Jaringan (X2) Modal Sosial (Y) Variabel : Kepercayaan (X1), Norma (X2), Jaringan (X3) Modal Sosial(Y) 36 No Pengarang Definisi 3. Menurut Coleman (1994) dalam Field (2003) Modal sosial didefinisikan berdasarkan fungsinya, bukanlah sebuah entitas tunggal, namun variasi dari entitas berlainan yang memiliki kesamaan karakteristik : mereka semua terdiri dari beberapa aspek struktural sosial dimana dapat memfasilatasi tidakan-tindakan yang berada didalam struktur tersebut. Kata Kunci Variabel: Struktural Sosial (X1), Modal sosial (Y) X1 : Nilai Sosial (Lembaga Penelitian UNPAD) X2: Jaringan Sosial (Lembaga Penelitian UNPAD, Putman) X3: Kepercayaan (Putman) Modal Sosial (Y) X4: Norma (Putman) X5: Struktur Sosial (Coleman) Gambar 12. Kerangka Definisi Modal Sosial Konsep dan Definisi Kesejahteraan Menurut Fahrudin (2012), kesejahteraan sosial diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhannya baik dalam kebutuhan sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik untuk meningkatkan taraf hidup yang memuaskan. Dalam pengertian Suharto (2005), kesejahteraan sosial mencakup tiga konsepsi, yaitu: pertama, kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera yaitu terpenuhinya kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.Kedua institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial. Dan ketiga aktivitas, yakni kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera. Menurut BKKBN dalam Suandi (2007), dimana BKKBN membagi kesejahteraan kedalam tiga kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan dasar (basuc needs) terdiri dari pangan, sandang, papan, kesehatan, (2) kebutuhan sosial psikologis (social psychological needs) yang terdiri dari pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal dan eksternal, (3) kebutuhan pengembangan (developmental needs) yang terdiri dari tabungan , pendidikan/kejuruan, dan akses terhadap informasi. 37 Dibawah ini merupakan tabel perbandingan dari beberapa ahli mengenai definisi kesejahteraan yang telah ditemukan penulis dalam pustaka yang telah dibaca: Tabel 11 Perbandingan untuk Menentukan Definisi Kesejahteraan No Pengarang Definisi Kata Kunci 1. Fahrudin Kesejahteraan sosial diartikan sebagai Variabel : (2012) suatu kondisi dimana orang dapat Kebutuhan sandang memenuhi kebutuhannya baik dalam (X1), Kebutuhan kebutuhan sandang, perumahan, perumahan (X2), pangan, kesehatan, dan dapat berelasi Kebutuhan dengan lingkungannya secara baik pagang(X3), untuk meningkatkan taraf hidup yang kesehatan (X4), dan memuaskan. berelasi baik dengan lingkungan (X5) Kesejahteraan (Y) 2. 3. BKKBN dalam Suandi (2007) Suharto, (2005) BKKBN membagi kesejahteraan kedalam tiga kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan dasar (basic needs) terdiri dari pangan, sandang, papan, kesehatan, (2) kebutuhan sosial psikologis (social psychological needs) yang terdiri dari pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal dan eksternal, (3) kebutuhan pengembangan (developmental needs ) yang terdiri dari tabungan , pendidikan/kejuruan, dan akses terhadap informasi Variabel : Kebutuhan dasar (X1), Kebutuhan sosial psikologis (X2), Kebutuhan Pengembangan (X3) Kesejahteraan sosial sebagai kegiatankegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat, yang intinya mencakup tiga konsepsi yaitu,: kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, institusi dan aktivitas. Variabel: Kepentingan keluarga (X1), Kepentingan masyarakat (X2) Kesejahteraan (Y) Kesejahteraan (Y) 38 X1:Kebutuhan Dasar (Fahrudin, BKKBN) X2: Kesehatan (Fahrudin) X3: Berelasi baik dengan lingkungan (Fahrudin) X4: Kebutuhan sosial psikologis (BKKBN) X5: Kebutuhan Pengembangan (BKKBN) X6: Kepentingan Keluarga (Suharto) X7: Kepentingan masyarakat (Suharto) Gambar 13. Kerangka Definisi Kesejateraan Kesejahteraan (Y) SIMPULAN Hasil Analisis dan Sintesis Munculnya pembahasan tentang konsep modal sosial karena melihat kondisi masyarakat di era-globalisasi yang semakin kompleks. Peningkatan penggunaan teknologi dan modernisasi menjadi fenomena dalam era ini yang membuat hubungan antar manusia semakin renggang dan melemahnya ketidakpedulian terhadap sesama. Dalam upaya membangun bangsa yang kompetitif peran modal sosial semakin penting yang mampu berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat baik ekonomi, sosial, dan budaya.Modal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dimiliki oleh setiap individu maupun kelompok yang dapat digunakan secara bersama-sama dalam mencapai tujuan. Adapun bentuk modal sosial yang disimpulkan,diantaranya modal sosial kepercayaan, jaringan sosial, struktur sosial, nilai-nilai dan norma sosial Pada modal sosial kepercayaan merupakan modal sosial yang tumbuh di dalam masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan adanya perilaku kerjasama antar sesama dan terciptanya hubungan harmonis satu sama lainnya. Dimana modal kepercayaan (trust)ini secara tidal langsung dapat menjadi alternatif dalam mencegah terjadinya masalah, baik dalam pengembangan usaha maupun dalam bidang lainnya.Dengan adanya rasa saling percaya antar warga masyarakat dan kemauan untuk bekerjasama menyebabkan “biaya transaksi”dan “biaya kontrol” menjadi rendah, dan hasilnya adalah kehidupan yang lebih efisien dan produktif dan dapat dioptimalkan untuk melakukan kegiatan yang membangun nilai tambah bagi kehidupan masyarakat. Modal sosial jaringan yang muncul akibat adanya interaksi sosial atas dasar norma-norma keikhlasan timbal balik dan saling percaya, yang memungkinkan orangorang mau bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini ditunjukkan dengan kerjasama dimanaadanya pola interrelasi yang timbal balik yang saling menguntungkan. Selain itu, jaringan sosial merupakan bentuk modal sosial membatu memfasilitasi terjadinaya komunikasi dan interaksi tersebut. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, jaringan antara manusia adalah bagian terpenting dari sebuah komunitas yang mampu mengembangkan kerjasama yang kuat untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas tindakan bersama. Modal struktur sosial hanya dapat dibangun bila orang – orang terlibat didalamnya tergabung dalam struktur sosial, yang dapat memfasilitasi tindakan tertentu para aktor atau orang yang bekerjasama dalam struktur tersebut. Dengan adanya struktur sosial memberikan koordinasi untuk kelancaran usaha. Karena struktur sosial tertentu dapat memfasilitasi pilihan tindakan individu dalam berusaha. Seperti, paguyuban PKL migran Jawa, dengan adanya paguyuban akan memfasilitasi anggotanya mencapai sesuatu yang menjadi tujuan bersama dalam paguyuban tersebut. Nilai dan norma sosial merupakan modal sosial yang berkembang dalam kelompok atau komunitas berdasarkan kesepakatan bersama. Dengan adanya norma baik formal, nonformal, tertulis maupun tidak tertulis dimana setiap orang memiliki norma tersebut harus menyadari keberadaan isi kebijakan mereka. Sehingga nilai dan norma yang dimiliki suatu kelompok maupun komunitas tertentu dapat berjalan lancar dan dapat mengatur kerjasama yang dibentuk dalam mewujudkan tujuan bersama. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang telah di analisis, membuktikan bahwa modal sosial dapat dimamfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat terutama ekonomi berbasis sektor informal. Usaha sektor informal 40 merupakan kegiatan usaha skala kecil yang mana usaha mereka pada umumnya tidak memiliki kelembagaan formal dan unit usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor yang lain membutuhkan modal sosial sebagai modal untuk mempertahankan usaha dan kesejahteraan hidup masyarakat, tidak hanya dalam perekonomian, tapi juga sosial, dan budaya. Namun tanpa adanya keinginan untuk bekerjasama antar sesama, mamfaat modal sosial tidak dapat digunakan secara optimal. Oleh karena itu untuk menunjang pencapaian tujuan bersama dalam mencapai kesejehateraan hidup perlu memperkuat dan mengoptimalkan modal sosial yang ada secara efektif. Kerangka Analisis Kerangka analisis yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis dari semua pustaka yang digabungkan. Kerangka ini menunjukan keterkaitan antar variabel yang dijelaskan para penulis dalam pustakanya. Berdasarkan kerangka analisis tersebut, variabel modal sosial yang akan diteliti penulis yaitumodal sosial kepercayaan, jaringan sosial, struktur sosial , nilai dan norma sosial, dimana dalam pemamfaatannya mampu berperan untuk pengembangan usaha sektor informal. Modal sosial kepercayaan berkaitan dengan hubungan dua pihak atau lebih yang membuat harapan yang menguntungkan bagi salah satu pihak ataupun lebih melalui interaksi sosial. Modal kepercayaan ini dapat dimamfaatkan dalam perolehan modal usaha, bentuk kepercayaan kepada karyawan, kepercayaan pembeli dan antar sesama usahawan lainnya baik pekerja migran maupun tidak dengan tujuan harmonisasi keberlangsungan usaha yang terbentuk. Modal jaringan sosial dapat dikembangkan dengan lingkungan tempat usaha,tempat tinggal, hubungan kekeluargaan, dengan antar sesama pekerja sektor informal, dengan pembeli, dan mitra usaha lainnya. Dalam hal ini, peran modal jaringan sosial dapat membantu dalam akses informasi, mendapatkan rekan bisnis, dapat membantu mengakses sumberdaya yang bertujuan untuk memperluas pengembangan usaha. Modal struktur sosial merupakan rangkaian dari relasi-relasi sosial yang terwujud dalam masyarakat dan dapat mengatur tingkah laku indivdu. Seperti pemamfaatan paguyuban, dengan adanya paguyuban yang disertai dengan struktur sosial yang terbentuk dapat dijadikan sebagai pengkordiran kelompok dan juga dapat sebagai pembatas agar setiap anggota berprilaku sesuai dengan norma dan nilai – nilai yang dianut dalam paguyuban tersebut, sehingga memberikan kemudahan untuk keberlangsungan usaha. Selanjutnya, nilai dan norma sosial terbentuk berdasarkan kesepakatan bersama, baik berupa aturan atau kententuan – ketentuan yang dibentuk berdasarkan nilai-nilai sosial yang dimiliki kelompok atau komunitas tersebut. Modal nilai dan norma sosial dapat diterapkan baik dalam pembagian kerja dan waktu kerja, proses usaha, dan lainnya. Seperti, ketika terjadi penyimpangan dengan adanya norma maka akan terdapat sanksi didalamnya yang mencegah terjadinya penyimpangan tersebut. Dalam pustaka juga dijelaskan bahwa tidak hanya modal sosial yang mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang. Melainkan ada beberapa variabel lain yang mempengaruhi diantaranya: usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman kerja, dan lama usaha. Usia berkaitan dengan produktivitas kerja, sedangkan pada tingkat pendidikandalam usaha sektor informal berdasarkan analisis pustaka yang telah dibaca tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan. Pada jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pengeluaran dan tanggungan yang 41 dikeluarkan seseorang. Semakin banyak jumlah tanggungan maka pengeluaran semakin banyak. Lokasi usaha berkaiatan dengan seberapa strategis tempat usaha. Semakin strategis maka akan semakin mendapatkan banyak keuntungan. Pengalaman kerja berkaitan dengan keterampilan bekerja. Dan lama usaha berkaiatan dengan seberapa usaha yang dijalankan oleh seseorang. Kemudian dari hubungan variabel yang ditemukan dalam pustaka yang telah dianalisis, modal sosial secara tidak langsung juga berdampak pada kesejahteraan. Oleh karena itu, penulis menghubungkan peran modal sosial terhadap ekonomi masyarakat berbasis sektor informal yang juga mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. 42 Kepercayaan Modal Sosial Jaringan Sosial Nilai dan norma sosial Struktur sosial Strategi Pengembangan Usaha Sektor Informal Keberlanjutan Usaha Sektor Informal Usia Kesejahteraan Tingkat Pendapatan Tingkat Pendidikan Jumlah Tanggungan Keluarga Lokasi Usaha Pengalaman Kerja Jam Kerja Gambar 14. Usulan Kerangka Pemikiran 43 40 Usulan Kerangka Pemikiran Modal Sosial Kepercayaan Jaringan sosial Struktur sosial Norma Strategi Pengembangan Usaha Sektor Informal Keberlanjutan Usaha Sektor Informal Akses modal usaha Akses informasi Akes mendapatkan rekan bisnis Akses sumber daya Kesejahteraan Keterangan Hubungan Pengaruh : Kebutuhan dasar Kebutuhan sosial psikologis Kebutuhan pengembangan Kesehatan Berelasi baik dengan lingkungan 44 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka bepikir diatas dapat beberapa pertanyaan analisis diantaranya adalah : 1. Sejauhmana hubungan peran modal sosial terhadap strategi pengembangan usaha sektor informal ? 2. Sejauhmanakah hubungan strategi pengembangan usaha sektor informal terhadap keberlanjutan usaha sektor informal ? 3. Sejauhmanakah hubungan keberlanjutan usaha sektor informal terhadap kesejahteraan masyarakat pekerja sektor informal ? DAFTAR PUSTAKA Fahrudin, A. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Atif N, editor. Bandung (ID): PT Refika Aditama. Field J. 2003. Modal Sosial. Nurhadi, penerjemah; Muzir I; editor. Yogyakarta (ID): Penerbit Kreasi Wacana. Terjemahan dari : Social Capital. Routledge. Indonesia :Tren Sosial dan Ketenagakerjaan Agustus 2014.[Internet]. [diunduh tanggal 27 Maret 2015, Pukul 15:31 WIB]. Dapat diunduh pada :http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo jakarta/documents/publication/wcms_329870.pdf Abidin D. 2010. Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil. Jurnal Sosiologi Masyarakat. [Internet]. [diunduh tanggal 01April 2015, Pukul 08:45 WIB]. Vol. 15,No 1 ISSN: 0852-8489. Dapat diunduh pada : http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/viewFile/3708/2950 Djayastra dan Russicaria.2014. Analisis Faktor – Fakator yang Mempengaruhi Pendapatan Kepala Rumah Tangga Miskin pada Sektor Informal di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung. E-Jurnal EP Unud. [Internet].[diunduh tanggal 01 April 2015, Pukul 08:14 WIB]. Vol.3, No 4: 134-144 ISSN:2303-0178. Dapat diunduh pada : http://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/8144/6480 Indartini M. 2009. Analisis Variabel yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Kaki Lima di Alon-Alon Kota Madiun. [Internet]. [diunduh tanggal 30 Maret 2015 pukul 21:51 WIB]. Vol. 10, No 1 : 6676. Dapat diunduh pada : http://www.unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal%20Sosial/Jur nal%20Sosial%202009/Maret/MINTARTI%20INDARINI.pdf Kholis MR. 2006. Pemberdayaan Usaha Sektor Informal di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. [Thesis]. [Internet]. [diunduh tanggal 15 Maret 2015 Pukul 15:06 WIB]. Dapat diunduh pada : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9743/2006mrk.pdf?sequen ce=2 Lembaga Penelitian UNPAD. 2008. Pemetaan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Barat. [Internet]. [diunudh pada tanggal 24 April 2015 pukul 10:00 WIB]. Dapat diunduh pada :http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/pemetaan_dan_pemanfaat an_modal_sosial.pdf Manihuruk ML. 2013. Strategi Bertahan Pelaku Sektor Informal: Peranan Modal Sosial Migran Pedagang Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor. [Internet]. [diunduh tanggal 27 Maret 2015, Pukul 15:14 WIB]. Dapat diunduh pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63155/I13mlb.pdf?sequenc e=1 Maziyah . 2014. Peran Modal Sosial terhadap Eksistensi Pasar Tradsional (Studi Kasus di Pasar Besar Malang ). Jurnal Ilmiah. [Internet]. [ diunduh tanggal 15 Maret 2015 pukul 18:00 WIB ]. Dapat diunduh pada : http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/980 Mishra . Keterbatasan Pembuatan Kebijakan Ekonomi Informal di Indonesia : Pelajaran Dekade Ini, ILO, Jakarta 2010. [Internet]. [diunduh tanggal 25 Maret 2015, pukul 15:00 WIB]. Dapat diunduh pada : http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/--asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_145401.pdf 46 Mustofa MF. 2013. Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha (Studi Kasus: Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang). Jurnal Ilmiah. [Internet]. [dapat diunduh tanggal 15 Maret 2015, pukul 16:51 WIB]. Dapat Diunduh Pada : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=189060&val=6467&title=Per an%20Modal%20Sosial%20pada%20Proses%20Pengembangan%20Usaha%20% 28Studi%20Kasus:%20%20Komunitas%20PKL%20SMAN%208%20Jalan%20V eteran%20Malang%29 Pontoh O. 2010.Identifikasi dan Analisis Modal Sosial dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Gangga Dua Kabupaten Minahasa Utara. [Internet]. [diunduh tanggal 13 April 2015, pukul 22:21 WIB]. Vol. 6, No. 3 : 125 – 133. Dapat diunduh pada : http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/article/view/156/122 Rismawati SD. 2010. Pedagang Pasar Tiban dan Modal Sosial: Membangun Tatanan Sosial-Ekonomi Lokal. Jurnal Penelitian. [Internet]. [diunduh tanggal15 Maret 2015, pukul 17:41 WIB].Vol 7, No.2 : 1 – 14. Dapat diunduh pada : http://ejournal.stain pekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/104/84 Santoso S. 2006. Kemampuan Bertahan Pedagang Warung HIK di Kota Ponorogo The Survival of HIK In Ponorogo. Jurnal Penelitian Humaniora. [Internet]. [ diunduh tanggal 15 Maret 2015 pukul 17:15 WIB]. Vol. 7, No. 2: 188- 201. Dapat diunduh pada : http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/514/6.%20SLAMET %20SANTOSA.pdf?sequence=1 Siregar PR. 2011. Modal Sosial Para Pedagang Kaki Lima Etnis Jawa Studi di Daerah Nagoya Kota Batam . Jurnal Fisip Umrah. [Internet]. [diunduh 13 Maret 2015, pukul 17;06 WIB]. Vol.1 , No. 1 : 93 – 106. Dapat diuduh pada : http://riset.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/2013/10/MODAL-SOSIAL-PARAPEDAGANG-KAKI-LIMA.pdf Suandi. 2014. Hubungan Modal Sosial dengan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di Daerah Perdesaan Jambi. [Internet]. [diunduh pada tanggal 25 April 2015 pukul 14:25 WIB]. Dapat diunduh pada: journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2940 Suharto ,E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial). Bandung (ID): PT Refika Aditama. RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Reza Patni Arianto dilahirkan di Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, 05 Desember 1993 dari pasangan Dafrimanto dan Yarneti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal dijalani penulis mulai dari TK. Baitul Makmur Minangkabau (1999-2000), SDN 21 Kelarsan Tanjung (2000-2006), SMP Negeri 1 Sungayang (2006-2009), SMA Negeri 1 Sungayang, Sumatera Barat (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis diterima menjadi mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, sejak pertama kali masuk dunia perkulian, penulis sudah aktif mengikuti berbagai organisasi, yaitu bergabung dalam Ikatan Pelajar Mahasiwa Minang Bogor (IPMM Bogor) dan mengikuti organisasi HIMASIERA (Himpunan mahasiswa peminat ilmu-ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat), serta ikut dalam kepanitian Jurnalistc Fair dan organisasiorganisasi diluar kampus lainnya. Hingga kini penulis masih menjadi mahasiswa aktif di IPB.