daftar pustaka

advertisement
i
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT
BERBASIS SEKTOR INFORMAL
REZA PATNI ARIANTO
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwaStudi Pustaka yang berjudul “PERAN
MODAL SOSIAL TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS
SEKTOR INFORMAL” merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah
diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan tinggi ataupun lembaga, serta tidak
mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali
sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian, pernyataan ini saya
tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan saya bersedia untuk bertanggung jawab atas
pernyataan ini.
Bogor, Mei 2015
Reza Patni Arianto
NIM. I34120018
ABSTRAK
REZA PATNI ARIANTO. Peran Modal Sosial Terhadap Ekonomi Masyarakat
Berbasis Sektor Informal. Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA.
Modal sosial sebagai salah salah satu faktor pendukung dalam perekonomian
masyarakat berbasis sektor informal. Adanya modal sosial, membantu usaha sektor
informal tetap bertahan dan pengembangan usahanya. Modal sosial kepercayaan,
jaringan sosial, struktur sosial dan norma merupakan modal sosial utama yang
digunakan dalam pengembangan usaha berbasis sektor informal, disamping modal
finansial dan fisik sebagai faktor pendukung pengembangan usaha sektor informal.
Modal sosial mampu meringankan biaya transakasi dalam usaha. Selain itu,
pengembangan usaha sektor informal berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang
dapat diukur melalui pemenuhan pada tingkat kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologis, kebutuhan pengembangan, kesehatan dan berelasi baik dengan lingkungan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah membuktikan kontribusi modal
sosial sebagai modal yang dimamfaatkan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat berbasis sektor informal serta pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat pekerja sektor informal.
Kata Kunci: Modal sosial, pengembangan usaha sektor informal, kesejahteraan
ABSTRACT
REZA PATNI ARIANTO. The Role Of Social Capital To Community-Based Informal
Sector Economy. Under the guidance of IVANOVICH AGUSTA.
Social capital as one of the supporting factors in community-based informal sector of
the economy. The presence of social capital, helping informal sector enterprises survive
and develop its business. Social capital trust, social networks, social structures and
norms is a major social capital used in the informal sector-based business development,
in addition to the financial and physical capital as factors supporting the development
of the informal sector. Social capital is able to offset the cost of transactioni in the
effort. In addition, the informal sector enterprise development impact on the welfare of
society that can be measured through the fulfillment of the basic needs level,
psychological social needs, the need for health and development, closely
related with the environment. Goals to be achieved in this research is proving the
contribution of social capital as capital using to increase community-based informal
sector of the economy as well as its influence on the level of social welfare workers
in the informal sector.
Key words: social capital, informal sector enterprise development, welfare
v
PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS
SEKTOR INFORMAL
Oleh
REZA PATNI ARIANTO
I34120018
Laporan Studi Pustaka
Sebagai syarat kelulusan KPM 403
Pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh :
Nama Mahasiswa
: Reza Patni Arianto
NIM
: I34120018
Judul
: Peran Modal Sosial Terhadap Ekonomi Masyarakat
Berbasis Sektor Informal
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Petanian Bogor.
Disetujui oleh
Dr Ivanovich Agusta SP, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan :
PRAKATA
Untaian puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta
Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat
bagi penulis sehingga Studi Pustaka dengan judul “Peran Modal Sosial Terhadap
Ekonomi Masyarakat Berbasis Sektor Informal “ dapat diselesaikan tanpa hambatan
dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada
Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya
hingga hari akhir. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan
MK. Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ivanovich Agusta SP, M.Si
sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan
hormat dan terimakasih kepada Bapak Dafrimanto dan Ibu Yarneti orang tua tercinta,
kakak dan adik tersayang serta semua keluarga yang selalu berdoa dan senantiasa
melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis
sampaikan kepada sahabat terdekat yang selalu memberikan dukungan dan semangat
layaknya keluarga. Dan juga ucapan terimakasih untuk temen-temen seperjuangan
SKPM 49 atas semangat dan kebersamaan selama ini serta semua pihak yang telah
memberikan dukungan sehingga terselesaikannya Studi Pustaka ini. Semoga laporan
Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2015
Reza Patni Arianto
DAFTAR ISI
PRAKATA....................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
Latar Belakang .............................................................................................................. 1
Tujuan ........................................................................................................................... 2
Metode Penulisan .......................................................................................................... 2
RINGKASANPUSTAKA ................................................................................................ 3
Modal Sosial Para Pedagang Kaki Lima Etnis Jawa Studi di Daerah Nagoya Kota
Batam....................................................................................................................... 3
Pedagang Pasar Tiban dan Modal Sosial: Membangun Tatanan Sosial-Ekonomi Lokal
................................................................................................................................. 6
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Keluarga Petani
Melalui Sektor Informal Di Desa Kabupaten, Kecamatan Rangsang Barat,
Kabupaten Bengkalis ............................................................................................... 9
Modal Sosial dalam Strategi Industri Kecil ................................................................ 12
Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha (Studi Kasus: Komunitas PKL
SMAN 8 Jalan Veteran Malang) ........................................................................... 15
Strategi Bertahan Pelaku Sektor Informal: Peranan Modal Sosial Migran Pedagang
Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor ............................................................. 18
Analisis Variabel yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang
Makanan dan Minuman Kaki Lima di Alon-Alon Kota Madiun .......................... 21
Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil ........................................................ 24
Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Kepala Rumah Tangga
Miskin pada Sektor Informal di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung .... 26
Identifikasi dan Analisis Modal Sosial dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat
Nelayan Gangga Dua Kabupaten Minahasa Utara ................................................ 29
ANALISIS DAN SINTESIS .......................................................................................... 32
Konsep dan Definisi Sektor Informal ......................................................................... 32
Konsep dan Definisi Modal Sosial .............................................................................. 35
SIMPULAN .................................................................................................................... 39
Hasil Analisis dan Sintesis .......................................................................................... 39
Kerangka Analisis ....................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 45
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ 47
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
1 .................................................................................................................................... 4
Tabel 2. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
2 .................................................................................................................................... 7
Tabel 3. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
3 .................................................................................................................................. 11
Tabel 4. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
4 .................................................................................................................................. 13
Tabel 5. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
5 .................................................................................................................................. 17
Tabel 6. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
6 .................................................................................................................................. 20
Tabel 7. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
7 .................................................................................................................................. 22
Tabel 8. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
8 .................................................................................................................................. 25
Tabel 9. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
9 .................................................................................................................................. 28
Tabel 10. Matriks keterangan variabel, sub variabel dan fakta pendukung dalam pustaka
10 ................................................................................................................................ 31
Tabel 11. Perbandingan untuk menentukan definisi modal sosial.................................. 35
Tabel 12. Perbandingan untuk menentukan definisi modal sosial dalam ekonomi sektor
informal ...................................................................................................................... 32
Tabel 13 perbandingan untuk menentukan definisi kesejahteraan ................................. 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1 ....................................................................... 4
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2 ....................................................................... 7
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pustaka 3 ..................................................................... 10
Gambar 4.Kerangka Pemikiran Pustaka 4 ...................................................................... 13
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5 ..................................................................... 16
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6 ..................................................................... 19
Gambar 7.Kerangka Pemikiran Pustaka 7 ...................................................................... 22
Gambar 8. Kerangka Pemikiran Pustaka 8 ..................................................................... 25
Gambar 9Kerangka Pemikiran Pustaka 9 ....................................................................... 27
Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10 ................................................................. 30
Gambar 12 Kerangka Definisi Sektor Informal .............................................................. 34
Gambar 11. Kerangka Definisi Modal Sosial ................................................................. 36
Gambar 13. Kerangka Definisi Kesejateraan ................................................................. 38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor informal telah dikenal sebagai fenomena alami di banyak negara
berkembang termasuk negara Indonesia. Di Indonesia sendiri pekerja sektor informal
merupakan angkatan kerja dominan dalam pemenuhan perekonomian masyarakat.
Sektor informal menjadi alternatif lapangan usaha bagi masyarakat. Berdasarkan data
BPS (2014), jumlah angkatan kerja diperkirakan sebesar 125,3 juta jiwa dengan
komposisi pekerja formal 46,6 persen danpekerja sektor informal 53,6 persen. Dengan
tingginya komposisi pekerja sektor informal, menjadikan sektor informal sebagai katup
pengaman dalam mengahadapi masalah angkatan kerja masyarakat Indonesia. Adapun
penyebab tingginya pertumbuhan ekonomi sektor informal di Indonesia karena
karakteristik usaha sektor informal itu sendiri yaitu suatu kegiatan yang usahanya tidak
terorganisir secara baik karena unit usaha muncul tanpa menggunakan fasilitas atau
kelembagaan yang tersedia di sektor formal, unit usaha tidak mempunyai ijin usaha,
memiliki pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja, unit
usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor yang lain, memiliki teknologi
yang masih tradisional, modal usaha yang relatif kecil, menjalankan usaha tidak
memerlukan pendidikan formal karena sebagian besar keterampilan usaha diperoleh
dari pengalaman sambil bekerja, menggunakan pekerja yang berasal dari keluarga
sendiri serta hasil produksi atau jasa dalam usaha sektor informal terutama dikonsumsi
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah ( Magdalena (1991) dalam Kholis
(2006) ).
Sektor informal menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi
masyarakat terutama masyarakat miskin karena dapat menjadi sumber pendapatan
untuk pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga perlu bagi pemerintah untuk
memperhatikan keberlangsungan ekonomi sektor informal sebagai pembangunan
ekonomi bangsa. Selain dukungan dari pemerintah, untuk mempertahankan dan
mencapai keberhasilan usaha, strategi menjadi penting dalam sektor informal. Salah
satu strategi yang digunakan para pekerja sektor informal adalah pemanfaatan modal
sosial yang dimiliki oleh pekerja sektor informal itu sendiri.
Sebagiamana yang diungkapkan oleh seorang sosiolog penting Amerika yaitu
James Coleman, yang telah menunjukkan bahwa modal sosial tidak terbatas pada
mereka yang kuat, namun juga mencakup mamfaat rill bagi orang miskin dan
komunitas terpinggirkan. Hal tersebut dapat terjadi karena, modal sosial dianggap dapat
mempersentasikan sumberdaya yang melibatkan akan harapan resiprositas dan
melampaui individu manapun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas yang diatur
oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama. Oleh karena itu, modal
sosial dipadang mampu memberikan pemecahan atas masalah yang dihadapi individu,
yang kemudian mereka memilih untuk bekerjasama. Coleman memdefinisiskan modal
sosial secara keseluruhan terdiri dari aspek struktural sosial, dimana terbangunannya
modal sosial hanya dapat dicapai bila orang – orang terlibat didalamnya tergabung
dalam struktur sosial, yang dapat memfasilitasi tindakan tertentu para aktor atau orang
yang bekerjasama dalam struktur tersebut. Berbeda halnya yang dijelaskan oleh
Putman, dimana Putnam mendefinisikan modal sosial adalah bagian dari kehidupan
sosial yang yang terdiri dari jaringan, norma dan kepercayaan yang mampu mendorong
partisispan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama.
2
Modal sosial juga dipandang dapat menjembatani dan menyatukan orang dari berbagai
ranah sosial (Field (2010)).
Dalam penelitian penelitian Abidin (2010) juga dijelaskan bahwa modal sosial
mempunyai kontribusi lebih besar dibandingkan modal fisik dalam mempengaruhi
indeks keuntungan. Hal ini terjadi karena hubungan modal sosial mampu memberikan
kemudahan bagi pekerja sektor informal dalam mengembangkan usahanya. Namun
menurut Field (2010), modal sosial juga dapat mendorong ketimpangan terutama
karena akses terhadap tipe jaringan yang berbeda terdistribusi secara tidak merata.
Mereka yang memiliki hubungan terbanyak cenderung menggunakannya untuk
mengejar kepentingan mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut
terkait sejauhmana peran modal sosial terhadap ekonomi masyarakat berbasis sektor
informal.
Tujuan
1. Menganalisis bentuk – bentuk modal sosial yang digunakan masyarakat dalam
perekonomian berbasis sektor informal ?
2. Menganalisis peran modal sosial dalam kegiatan ekonomi masyarakat berbasis
sektor informal ?
3. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan ekonomi
masyarakat berbasis sektor informal ?
Metode Penulisan
Penulisan laporan studi pustaka ini dilakukan melalui pengajian berbagai
kepustakaan. Kepustakaan yang dimaksud antara lain jurnal ilmiah, laporan hasil
penelitian, hasil seminar yang diterbitkan dalam prosiding, tesis, disertasi, dan dokumen
resmi lainnya serta tulisan atau artikel dalam media dan buku-buku yang membahas
atau mempublikasikan masalah-masalah terkait. Pengajian pustaka dilakukan melalui
proses membaca, meringkas, dan mengkritisi setiap judul pustaka yang relevan dengan
topik kajian untuk kemudian dianalisis dengan teori-teori yang relevan dan disusun
menjadi sebuah tulisan yang utuh.
RINGKASANPUSTAKA
1.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);
hal
Alamat URL/doi
Tanggal
diunduh
: Modal Sosial Para Pedagang Kaki Lima Etnis Jawa
Studi di Daerah Nagoya Kota Batam
: Maret 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Padang Rihim Siregar
: : : : Fisip UMRAH
: Vol. I, No. 1, 2011 : 93-106
: http://riset.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/2013/10/
MODAL-SOSIAL-PARA-PEDAGANG-KAKILIMA.pdf
: 13 Maret 2015, Pukul : 17.06 WIB
Kota Batam dipandang sebagai Kota industri, sehingga menjadi daya tarik bagi
kaum migran untuk mencari kerja atau mengisi formasi lapangan kerja. Salah satu
masyarakat yang melakukan migrasi ke Kota Batam adalah masyarakat etnis Jawa yang
berasal dari Pulau Jawa. Akan tetapi tidak semuanya memiliki keterampilan dan
berpendidikan tinggi sehingga banyak diantara mereka memilih alternatif untuk bekerja
di sektor informal, seperti menjadi pedagang kaki lima (PKL) di daerah Nagoya Kota
Batam. Para PKL etnis Jawa di daerah tersebut menjalankan usahanya dalam suasana
kekompakan dan kebersamaan. Mereka membentuk paguyuban yang khusus
beranggotakan para PKL etnis Jawa yang melakukan aktivitas usahanya di daerah
Nagoya Kota Batam. Kekompakan atau kebersamaan tersebut merupakan modal sosial
yang dapat mempersatukan para PKL etnis Jawa di daerah Nagoya Kota Batam dalam
menghadapi persoalan-persoalan yang mereka hadapi pada kehidupan sehari-hari di
Kota Batam. Seperti, dalam menghadapi kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang
seringkali tidak berpihak pada PKL. Dimana PKL dipandang memperburuk citra kota,
sehingga pemerintah selalu mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang merugikan PKL.
Penelitian ini mengklasifikasikan analisis modal sosial para PKL etnis Jawa
dalam tiga aspek, yakni struktural, relasional, dan kognitif. Modal sosial pada hubungan
struktural dalam kultur masyarakat Jawa mereka memiliki rasa hormat yang tinggi
terhadap orang yang dianggap di atasnya, sehingga ini menjadi modal sosial yang
sangat potensial. Penelitian ini menemukan hubungan struktural antar anggota dengan
paguyubanternyata merupakan kekuatan yang penting sebagai basis kehidupan seharihari para PKL etnis Jawa. Selain itu, setiap PKL etnis Jawa juga terhubung secara
struktural dengan pemerintahdan organisasi lain. Hubungan ini memberi manfaat secara
sosial dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari maupun kegiatan usaha. Pada
hubungan modal sosial relasional, adanya hubungan antar PKL etnis Jawa dalam
lingkungan tempat usaha dan tempat tinggal, adanya kemitraan, ikatan kekeluargaan
dan jaringan sosial dengan daerah asal yang membuat semangat hidup dan gairah bisnis
mereka terus terjaga. Modal sosial kognitif, berhubungan dengan kepercayaan yang
4
merupakan faktor kunci sebagai modal sosial dalam hubungan keseimbangan jasmani
rohani dan kehidupan individu. Dengan adanya rasa saling percaya antar warga
masyarakat dan kemauan untuk bekerjasama menyebabkan “biaya transaksi”dan “biaya
kontrol” menjadi rendah, dan hasilnya adalah kehidupan yang lebih efisien dan
produktif. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dioptimalkan untuk
melakukan kegiatan yang membangun nilai tambah bagi kehidupan masyarakatnya.
Analisis
Temuan penelitaian ini dapat membuktikan bahwa modal sosial merupakan
jaringan interaksi sosial yang muncul atas dasar norma-norma keikhlasan timbal balik
dan saling percaya, yang memungkinkan orang-orang mau bekerjasama untuk mencapai
tujuan bersama. Penulis menemukan bahwa adanya hubungan erat antara modal sosial
dengan kegiatan usaha PKL etnis Jawa di daerah Nagoya Kota Batam. Modal sosial
yang mereka miliki mendukung kegiatan usaha terutama dalam hal bertahan terhadap
berbagai goncangan krisis.
Struktural
Relasional
Pengembangan Usaha
Sektor Informal
Kognitif
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1
Tabel 1. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 1
Sub Variabel VaribVariabel
Fakta Pendukung
Tingkat
 Hubungan
 Hubungan struktural antara “atasan”
struktural
struktural
dan“bawahan” merupakan modal
sosial yangsangat potensial.
 Hubungan
Paguyuban PKL
 Solidaritas dan kekompakan antar
anggota PKL etnis Jawa merupakan
modal sosialyang mempermudah
pemahaman dalam rangka mencari
kesamaan
visi
dan
membela
kepentingan bersama.
5
Tingkat
relasi
Tingkat
kognitif
Sub Variabel VaribVariabel
Fakta Pendukung
 Lingkungan
 Pedagang baru tidak mengambil
Tempat Usaha.
lokasi yang berdekatan dengan
pedagang lain yang menjual produk
 Lingkungan
yang sama padalokasi berdekatan.
tempat tinggal
 Anggota PKL etnis Jawa didaerah
 Pola –pola
Nagoya Kota Batam yang sakit, akan
kemitraan
dikunjungi dan mendapat bantuan
 Ikatan
dana
sosial
dari
mekanisme
kekeluargaan
kelompok itu yang telah diatur dan
 Jaringan sosial
disepakati bersama.
dengan daerah
 Mitra kerja dalam menertibkan
asal
preman, kebersihan kota, keindahan
lokasi, maupun dalam peningkatan
penerimaan retribusi atau pendapatan
asli daerah (PAD).
 Ikatan keluarga sebagai rekrutmen
tenaga kerja yang jelas asal-usulnya
dan akan lebih menjamin keyakinan
dan kelangsungan usahanya.
 Dengan adanya hubungan simbiosis
mutualisme antara tempat asal usul
keluarga dengan tempat berusaha
mendorong semangat untuk bekerja
keras

Kepercayaan

Rasa saling percaya antar warga
masyarakat dan kemauan untuk
bekerjasama menyebabkan “biaya
transaksi” dan “biaya kontrol”
menjadi rendah, dan hasilnya adalah
kehidupan yang lebih efisien dan
produktif.
6
2.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota danNama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi); hal
:
:
:
:
:
:
:
Pedagang Pasar Tiban dan Modal Sosial:
Membangun Tatanan Sosial-Ekonomi Lokal
November 2010
Jurnal
Elektronik
Shinta Dewi Rismawati
-
:
:
Jurnal Penelitian
Vol 7, No.2 : 1- 14
Alamat URL/doi
:
http://e-journal.stain pekalongan.ac.
id/index.php/Penelitian/article/view/104/84
Tanggal diunduh
:
15 Maret 2015, pukul 17:41 WIB
Keberadaan pasar tiban menjadi bagian ekonomi dalam kehidupan perkotaan,
termasuk Kota Pekalongan. Dimana pasar tiban memberikan alternatif lapangan kerja
bagi rakyat kecil yang kehilangan sumber mata pencaharian atau bahkan yang tidak
mempunyai pekerjaan karena arus global yang semakin pro terhadap kelas sosial
tertentu. Akan tetapi beradaan pasar tiban sering dianggap sebagai “ sampah kota” yang
harus dihilangkan dari struktur tata kota demi tatanan masyarakat modern, karena
adanya pasar tiban dapat menganggu lalu lintas, kebersihan, keserasian dan tata kota.
Hal tersebut tentu akan mengacam keberlanjutan usaha para pedagang pasar tiban,
terutama di wilayah perkotaan.
Di Kota Pekalongan, para pedagang pasar tiban mempunyai strategi tertentu
agar tidak terjadi benturan dengan Pemkot Pekalongan, mereka sebelum membuka
pasar tiban di lokasi baru, para pedagang membuat kesepatan – kesepatan tentang
beberapa hal yang diperlukan, baik penentuan lokasi, waktu, pembagian tugas, dan
persiapan yang akan dilakukan. Semua itu dilakukan dengan adanya pengkoordinasikan
dan pembentukan paguyuban pasar tiban. Pengkordinasian tersebut dilengkapi dengan
adanya kerjasama antara komunitas pedagang pasar tiban dengan pemangku kepentingn
lainnya (Stakeholder). Kerjasama tersebut dapat berjalan dengan baik, karena dilandasi
oleh adanya rasa saling percaya (Trust) dan seperangkat nilai dan norma yang disepakati
bersama sebagai energi pendukung melancarkan hubungan kerjasama dalam mencapai
tujuan bersama. Selain itu, para pedagang juga didasarkan pada semangat kekeluargaan
untuk menjaga ketentraman, kerukunan dan saling membantu diantara mereka.
Fenomena tersebut menandakan unsur-unsur modal sosial yang terdiri dari trust, values,
norm, participation, serta struktur otoritas yang dihargai berfungsi dengan baik dalam
komunitas pasar tiban di wilayah Pekalongan, sehingga hal tersebut membuat pasar
tiban tidak saja menggerakan roda perekonomian masyarakat setempat tetapi juga
sekaligus membangun tatanan sosial yang lebih efektif dan efisien karena melibatkan
semua subjek yang ada dalam sistem tersebut.
Modal sosial yang tercipta dan hidup dikalangan pedagang pasar tiban
bersumber dari anasir-anasir nilai yang dimiliki oleh setiap pedagang yang mendapat
penerimaan oleh kesemuanya sehingga menjadi tradisi dan acuan bertindak dalam
kehidupan lingkungan di pasar tiban. Nilai –nilai tersebut berkembang menjadi norma
7
sebagai pedoman bagi pedagang pasar tiban dalam mengatur perilaku sehingga mereka
dapat hidup bersama yang saling menguntungkan. Nilai dan norma tersebut ada karena
adanya rasa saling percaya diantara anggota komunitas pasar tiban. Kepercayaan
menjadi unsur penting yang merekatkan serta mealancarkan hubungan kerja sama antara
sesama anggota komunitas maupun dengan pemangku kepentingan (stakeholder)
lainnya.
Analisis
Penelitaian ini menemukan bahwa nilai atau unsur modal sosial bersumber dari
ajaran islam yang dianut oleh mayoritas pedagang di pasar tiban seperti rasa saling
percaya, nilai-norma, pasrtisipasi yang berdimensi hubungan timbal balik serta adanya
sruktur otoritas yang dihormati yang ternyata dapat membuat keberadaan pasar tiban
dapat membangun perekonomian masyarakat bawah. Modal sosial juga akan
mempengaruhi dalam menerapkan strategi-strategi seperti yang diungkapkan dalam
penelitian ini yaitu keberdayaan dalam meningkatkan omset, jumlah konsumen dan
lainnya. Dimana hal tersebut menjadi faktor penentu untuk keberlanjutan usaha para
pedagang pasar tiban tersebut. Penelitian ini, berdasarkan hasilnya telah menjawab
tujuan dan masalah yang diangkat sebelumnya secara rinci dan sesuai dengan
metodologi yang di pakai. Sehingga pentingnya membangun modal sosial agar dapat
menjaga keberlanjutan usaha para pedagang pasar tiban untuk membantu ekonomi
masyarakat bawah.
Modal sosial
Strategi
Pedagang Pasar
Tiban
Keberlanjutan
usaha
pedagang
pasar tiban
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2
Tabel 2Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 2
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Modal sosial
 Trust
 Kepercayaan
berkaitan
dengan hubungan dua
 Nilai dan Norma
pihak atau lebih yang
 Partisipasi
membuat harapan yang
 Struktur yang
menguntungkan bagi salah
dihormati
satu pihak ataupun lebih
melalui interaksi sosial.
 Melalui interaksi sosial
diantara pedagang pasar
tiban dalam waktu yang
panjang dan membentuk
nilai
dan
norma
yangmemberi
mamfaat
8
Variabel
Sub Variabel


Strategi Pedagang
Pasar Tiban



Keberdayaan
meningkatkan
omset penjualan
Keberdayaan
dalam memperoleh
konsumen
Keberdayaan
dalam modal



Fakta Pendukung
satu sama lain.
Partisipasi pada kegiatan
rutin paguyuban sebagai
sarana menjaga kerukunan
dan menjalin silahturahmi
serta untuk membahas
persoalan
dan
solusi
masalah yang mereka
hadapi saat bedagang.
Melancarkan
hubungan
relasional antara pedagang
pasar tiban, dan para
pemangku
kepentingan
lainnya yaitu konsumen,
masyarakat, dan aparat
pemerintah.
Menentuan lokasi tempat
usaha, waktu usaha, dan
jenis barang dagangan
Menyediakan
area
bermain bagi anak-anak,
menarik
konsumen
dengan
belalu-lalang
dengan
menyapanya,
serta hubungan personal
dengan konsumen
Melalui dana pribadi,
meminjam ke BTM atau
bank
9
3.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Judul Buku
Kota danNama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);
hal
Alamat URL/doi
:
:
:
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan
Pendapatan Keluarga Petani Melalui Sektor
Informal Di Desa Kabupaten, Kecamatan
Rangsang Barat, Kabupaten Bengkalis
2010
Jurnal
Elektronik
Rahmita Budiartinmgsih, Yusni Maulida, dan
Taryono
-
:
:
Jurnal Ekonomi
Vol. 18 , No. 1 : 1- 15
:
Tanggal diunduh
:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=
s&source=web&cd=14&cad=rja&uact=8&ved=0C
DMQFjADOAo&url=http%3A%2F%2Fejournal.
unri.ac.id%2Findex.php%2FJE%2Farticle%2Fdo
wnload%2F748%2F741&ei=VFn2VIPSN4a1mA
WNjYCYBg&usg=AFQjCNFhzh4PfY40nvi_g3su
Mn8iPCH_ew&sig2=EH6Vey9CNsdO7vkE9UCww&bvm=bv.87269000,d.dGc
12 April 2015, pukul 10:35WIB
Jurnal ini menjelaskan bahwa sektor pertanian merupakan sektor terbesar dalam
menyerap tenaga kerja, namun pada awal tahun 2006 hingga pertengahan tahun 2007
penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian mengalami penurunan sekitar 2,7%,
keadaan ini menunjukkan gejala penurunan pertumbuhan kesempatan kerja di sektor
pertanian seiring dengan semakin meningkatnya peranan pekerjaan diluar sektor
pertanian, yakni sektor jasa dan industri kecil rumah tangga. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa tenaga kerja pedesaan yang terlibat dalam berbagai pekerjaan di
sektor informal semakin banyak keterlibatan tenaga kerja pedesaan di sektor informal
ini antara lain disebabkan oleh ketidak mampuan sektor pertanian dalam menyerap
tenaga kerja yang kian bertambah, jumlah luaslahan garapan yang tidak merata serta
intensifikasi di bidang pertanian yang tidak menguntungkan dalam meningkatkan
pendapatan. Sedangkan di lain pihak, tenaga kerja di sektor pertanian tersebut harus
tetap bisa mempertahankan kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan keadaan
tersebut, menuntut para petani khususnya petani di Desa Kedaburapat untuk bekerja
sampingan diluar sektor pertanian yakni bekerja disektor informal untuk memperoleh
tambahan pendapatan.
Hasil penelitian penulis, sektor informal yang banyak didominasi oleh keluarga
petani di desa Keduburapat adalah sektor jasa sekitar 41% dan kemudan diikuti sektor
industri kecil rumah tangga 31,02 % serta sektor perdagangan 27,59%.Banyak petani
yang bekerja di sektor informal untuk menutupi penghasilan mereka yang rendah di
sektor pertanian, selain itu mereka bekerja di sektor informal karena sempitnya lahan
garapan serta bekerja disektor informal tidak banyak saingan dalam usaha yang
dibangun. Adapun faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha informal terhadap
10
pendapatan keluarga petani adalah usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas
lahan, dan pendapatan dari sektor pertanian. Selain itu, jumlah tanggungan keluarga
memiliki pengaruh positif terhadap petani dimana semakin tinggi jumlah tanggungan
keluarga maka semakin tinggi pendapatan yang harus diperoleh keluarga petani. Pada
faktor luas lahan, semakin sempit lahan maka pendapatan keluarga petani semakin
sedikit. Hal inilah yang mengharuskan petani meningkatkan pendapatannya melalui
sektorinformal. Untuk pengaruh pendapatan petani sektor pertanian memberikan penga
uhyang positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan petani. Dengan
pendapatan petani dari sektor pertanian semakin rendah maka semakin meningkat para
petani untuk bekerja disektor informal dalam meningkatkan pendapatan mereka.
Analisis
Dalam penelitian penulis dapat menjawab dengan baik hipotesis penilitiannya,
yang ternyata peningkatan pendapatan keluarga petani melalui sektor informal
dipengaruhi oleh faktor usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,luas lahan
garapan dan rendahnya pendapatan dari usahatani. Serta diduga bahwa bekerja di sektor
informal memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan pendapatan keluarga
petani di Desa Kedaburapat yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkalis
Provinsi Riau.
Usia
Tingkat pendidikan
Jumlah Tanggungan
Keluarga
Tingkat Pendapatan
Peatni
Luas lahan
Pedapatan petani dari sektor
pertanian
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pustaka 3
11
Tabel 3 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 3
Variabel
Fakta Pendukung
Usia
Semakin tua usia tenaga kerja keluarga petani
kemungkinan untuk bekerja disektor informal dalam
arti untuk menmgkatkan pendapatan semakin
meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil analisis
deskriptif responden yaitu sebesar 63,80% usia
responden diatas 35 tahun tergolong usia produktif.
Tingkat pendidikan
Semakin rendah tingkat pendidikan petani besar
kemungkinan untuk memilih bekerja di informal.
Jumlah tanggungan
keluarga
Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga semakin
banyak pula pendapatan yang dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan
Luas lahan
Semakin sempit lahan maka pendapatan keluarga
petani semakin sedikit. Hal inilah yang mengharuskan
petani meningkatkan pendapatannya melalui sektor
informal
Pendapatan petani dari
sektor pertanian
Semakin rendah pendapatan petani dari sektor
pertanian semakin tinggi kemumgkinan para petani
imtuk bekerja disektor informal untuk meningkatkan
pendapatan.
12
4.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota danNama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);
hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
:
Modal Sosial dalam Strategi Industri Kecil
Maret 2010
Jurnal
Elektronik
Eni Fitriawati
-
:
:
DIMENSIA
Vol. 4, No. 1 : 23 - 40
:
Tanggal diunduh
:
http://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article
/view/3426/2910
12 April 2015, pukul 17:32 WIB
Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa industri kecil merupakan salah satu sektor
yang mampu menyediakan penciptaan lapangan kerja, selain itu penyebaran dan
keterkaitan erat dengan sektor pertanian, industri kecil sangat potensial untuk
mendorong perekonomian pedesaan. Salah satu industri kecil yang dijelaskan dalam
penelitian ini adalah industri kecil slondok di Desa Sumurarum, Kecamatan Grabag,
Kabupaten Magelang yang merupakan industri kecil yang dikerjakan secara
turuntemurun dengan bahan baku dari daerah setempat, dan sekarang menjadi desa
Sumurarum menjadi sentra industri kecil slondok. Namun, untuk menghasilkan slondok
tersebut harus melewati beberapa proses dan dalam beberapa proses tersebut menyerap
beberapa komponen produksi. Komponen-komponen tersebut kemudian membentuk
suatu relasi yang mulai dari pemasok bahan baku, pengrajin, pembumbu dan para buruh
yang saling mendukung satu sama lain.
Industri kecil slondok memanfaatkan modal sosial untuk mengakses sumbersumber keuangan, mendapatkan informasi, merintis industri dengan menggunakan
bentuk-bentuk dari modal sosial yaitu: memiliki dan menjaga kepercayaan, menjalin
hubungan baik untuk membentuk jaringan dan menjaga dengan norma -norma yang
telah disepakati bersama. Pada modal sosial kepercayaan berperan dalam strategi
pengembangan industri slondok yang meliputi perolehan modal, akses bahan baku dan
akses tenaga kerja. Kepercayaan adalah efek samping yang sangat penting dari normanorma sosial yang kooperatif yang memunculkan social capital.Selain itu, modal sosial
kepercayaan juga dapat mendorong komponen indusrti untuk bertindak sehingga akan
menambah eratnya ikatan atau relasi bisnis yang terjalin didalamnya. Kepercayaan juga
menjadi aset penting dalam menumbuhkan modal sosial, dimana kepercayaan ini
menjadi dasar terbentuknya jaringan. Semakin tinggi tingkat kepercayaan dalam sebuah
interaksi maka akan semkin kuat pula jaringan yang mengikatnya.
Jaringan merupakan modal sosial yang cukup tinggi dalam strategi industri kecil
slondok dimana dapat meliputi, membatu akses informasi, mendapatkan rekan bisnis
dan memudahkan mengakses sumberdaya. Pada norma dalam industri kecil slondok
yaitu sebuah kesepakatan bersama yang berfungsi menjaga hubungan antar komponen
industri yang satu dengan yang lain. Selanjuntanya peran norma dalam industri kecil
slondok tersebut adalah sebagai penstabilisasian harga dalam berbagai transaksi yang
terbentuk dalam industri kecil slondok, baik dalam penentuan harga bahan baku maupun
13
harga pada pemasaran hasil produksi dalam industri kecil slondok (slondok putihan)
yang ditentukan juga oleh jauh dekatnya tempat distributor atau pemesan.
Analisis
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Industri kecil slondok yang terdapat
di Desa Sumurarum, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang merupakan industri
kecil yang berkembang mulai dari satu unit industri dan kini menjadi sentra industri
kecil, 2) Modal sosial berperan sangat penting dalam strategi industri kecil slondok.
Kepercayaan mempunyai peran penting dalam proses produksi, norma atau aturan
mempunyai peran penting dalam pembentukan harga bahan baku dan harga slondok
tawar serta dalam kesepakatan kerja. Jaringan mempunyai peran penting dalam jalinan
usaha untuk pemasaran hasil industri kecil slondok.
Kepercayaan
Jaringan Sosial
Strategi
Pengembangan
Industri Kecil slondok
Norma
Gambar 4.Kerangka Pemikiran Pustaka 4
Tabel 4 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 4
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Kepercayaan
 Dalam perolehan
 Rasa saling percaya
modal
antar
komponen
industri memudahkan
 Dalam akses
bagi aktor industri
bahan baku
(pengrajin,pembumbu,
 Dalam akses
pemasok bahan baku
tenaga kerja
dan para buruh) dalam
berbagai akses.
Jaringan
 Membantu akses
 Informasi kesediaan
informasi
dan harga bahan baku,
harga jual putihan,
 Membantu
dan juga mengenai
mendapatkan
inovasi-inovasi dalam
rekan bisinis
pembuatan slondok,
 Membantu
serta
informasi
mengakses
mengenai
daerah
sumber daya
pemasaran
bagi
penadah (pembumbu).
 Penadah lebih mudah
dalam
mengakses
pengrajin, pengrajin
14
Variabel
Norma
Sub Variabel


Meminimalkan
penyimpangan
dalam produksi
slondok
Mengatur
dan
menstabilkan
harga
Fakta Pendukung
juga lebih mudah
untuk
mengakses
bahan
baku
dan
tenaga kerja.
 Dalam
kaitannya
dengan pengaksesan
bahan baku, jaringan
sangat
membantu
pemasok
dalam
mendapatkan bahan
baku
dari
petani
langsung.
 Jika
terjadi
penyimpangan dengan
adanya norma maka
akan terdapat sanksi
didalamnya
yang
mencegah terjadinya
penyimpangan
tersebut
 Ketika
keadaan
perekonomian sedang
kalut (semua harga
naik) maka pengrajin
bisa
memberi
kebijakan
kenaikan
upah atas pekerjaan
yang dikerjakan oleh
buruh.
15
5. Judul
:
Tahun
:
Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan
Usaha (Studi Kasus: Komunitas PKL SMAN 8
Jalan Veteran Malang)
2013
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota danNama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi); hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
Jurnal
Elektronik
Mohammad Fajar Mustofa
-
:
:
:
Jurnal Ilmiah
http://download.portalgaruda.org/article.php?art
icle=189060&val=6467&title=Peran%20Modal%
20Sosial%20pada%20Proses%20Pengembangan
%20Usaha%20%28Studi%20Kasus:%20%20Ko
munitas%20PKL%20SMAN%208%20Jalan%20
Veteran%20Malang%29
: 15 Maret 2015, Pukul 16:51 WIB
Tanggal diunduh
Dalam penelitian ini dijelaskan mengkaji mengenai peran modal sosial (jaringan,
norma, dan kepercayaan) pada proses pengembangan usaha komunitas PKL SMAN 8
Jalan Veteran Malang. Modal sosial jaringan, norma, dan bentuk kepercayaan yang
paling berperan dalam penelitian ini adalah jaringan teman, norma penguasaan lokasi,
serta bentuk kepercayaan kepada karyawan.Dalam proses pengembangan usaha, PKL
secara tidak langsung menerapkan konsep modalsosial sebagai salah satu sumber daya
sosial untuk merangsang memperoleh sumber dayabaru dalam masyarakat. Modal sosial
juga diyakini sebagai salah satu komponen utama dalammenggerakkan kebersamaan,
mobilitas ide, saling kepercayaan, dan saling menguntungkan untukmencapai kemajuan
bersama.
Pada peran modal sosial jaringan pada komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran
Kota Malang yang mempengaruhi pengembangan usaha diantaranya adalah jaringan
peluang pemasaran (jaringan dengan konsumen), dimana jaringan ini memberi
keuntungan bagi komunitas PKL untuk memperluas pasarnya. Peluang lapangan kerja
(jaringan kekerabatan), jaringan kekerabatan dimanfaatkan PKL sebagai metode
penyerapan tenaga kerja, terutama bagi anggota keluarganya sendiri yang membutuhkan
pekerjaan. Peluang usaha baru dan perluasan usaha melalui cabang usaha dapat
membuka jaringan dengan teman, kekerabatan, dan konsumen, dimana kerabat dan
teman menjadi referensi untuk penambahan tenaga kerja untuk membuka cabang usaha.
Sedangkan jaringan konsumen sebagai penentuan lokasi strategis untuk pembuakaan
cabang usaha baru. Peran jaringan dengan pemasok (mitra usaha), yang dapat
memudahkan pemilik usaha untuk membeli bahan – bahan usaha. Pada peran jaringan
antar PKL dapat melakukan penghematan biaya produksi dengan adanya jalinan
komunitas antar PKL, karena aktivitas pertukaran-pertukaran yang berlangsung dalam
suatu jaringan membentuk kepercayaan dan norma yang tidak perlu mengikuti prosedur
dan mekanisme formal.
Peranan modal sosial norma yang diteliti dalam penelitiaan ini adalah bentuk
norma antara pemilik usaha dengan karyawan dalam hal kesopanan, pembagian waktu
16
kerja, pembagian kerja, setoran penjualan, pengelolaan produk, paguyuban, dan
penguasaan lokasi. Pana norma kesopanan bertujuan unutuk meminalisis terjadinya
anggapan negatif terutama pemilik usaha dengan karyawan. Pembagian kerja dan waktu
kerja, selain menciptakan ketertiban juga dapat melihat peluang untuk
mengembangankan usaha baru. Setoran penjualan secara tidak langsung dapat
menggambarkan kinerja karyawan danmemiliki nilai tersendiri bagi para pemilik usaha
untuk mempercayakan usahanya kepadapara karyawannya. Norma yang terbentuk
berdasarkan kepercayaan akan memudahkanpencapaian tujuan usaha bersama sehingga
memperoleh keuntungan untukpengembangan usaha yang positif. Paguyuban maupun
bentuk norma antar PKL merupakan norma yang bertujuan untuk menciptakan
keteraturan dalam komunitas sehingga dapat meminimalisis hal yang tidak diinginkan
seperti kesalahpahaman antar sesama PKL.
Peran modal sosial kepercayaan pada prosespengembangan usaha, antara lain
kepercayaan atas perekrutan dankinerja tenaga kerja, permodalan awal, hubungan
kekerabatan, pembayaran rutin,pembayaran mundur, pemasok langganan, pengenalan
merk usaha, langganan tetap, danpenitipan barang dagangan.Dari beragam bentuk
kepercayaantersebut, yang paling mendominasi komunitas PKL adalah bentuk
kepercayaan kepadakaryawan berupa perekrutan dan kinerja tenaga kerja. Bentuk
kepercayaan tersebutpaling banyak dirasakan oleh anggota komunitas PKL. Pemilik
usaha yang sudahmempercayakan usahanya kepada karyawaannya dapat memberikan
efek positif padatumbuhnya kepercayaan diri karyawan untuk semakin masksimal
dalam bekerja,sehingga dapat memperbesar peluang keuntungan dan memperpanjang
kelangsungan usaha.
Analisis
Penulis dapat menjelaskan keterhubungan dalam menjelaskan peran modal
sosial dalam pengembangan usaha. Terutama modal sosial kepercayaan, dimana dengan
adanya kepercayaan akan membuat relasi kerja sama antar PKL dapat terwujud dengan
dengam baik. Modal sosial norma yang terbangun antara pemilik usaha dan karyawan
mencipatakan keteraturan dalam usaha mereka. Oleh sebab itu, modal sosial sangat
berpengaruh dalam pengembangan usaha baik sektor usaha formal maupun sektor usaha
informal. Selain itu, penulis juga menggunakan data primer dan sekunder sehingga
dapat menjelaskan pengaruh modal sosial terkait dalam pengembangan usaha yang ada
di lokasi penelitian.
Jaringan
Norma
Pengembangan
usaha sektor
informal
Kepercayaan
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5
17
Tabel 5 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 5
Variabel
Sub Variabel
Variabel
Fakta
Variabel
Pendukung
Jaringan
 Konsumen
 Memanfaatkan aspek jaringan konsumen
sebagai jalurpemasaran atas usahanya.
 Kekerabatan
 Jaringan kekerabatan dimanfaatkan sebagai
 Teman
metode penyerapan tenaga kerja.
 Mitra usaha
 Memanfaatkan aspek jaringan teman sebagai
sesama PKL
peluang untuk membuka usaha baru atas
 Pemasok
usahanya.
 Antar PKL
 Jaringan pemasokini memudahkan pemilik
usaha untuk membeli bahan-bahan untuk
usaha.
 Memanfaatkan adanya komunitas untuk
menutupi kebutuhan akan proses produksinya
sehingga dapat menekan biayaproduksi, baik
secara waktu maupun materil.
Norma
 Kesopanan
 Menerapkan
norma
kesopanan
untuk
meminimalisir terjadinya anggapan negatif dan
 Pembagian
sabagai sikap toleran terhadap PKL lain di satu
kerja dan
komunitas.
waktu kerja
 Banyaknya waktu kerja yang dibagi
 Setoran
menunjukkansemakin terbukanya potensi suatu
penjualan
usaha untuk berkembang dan menarik lebih
 Pengolaan
banyaktenaga kerja.
produk
 Setoran penjualan secara tidak langsung dapat
 Penguasaan
menggambarkan
kinerja
karyawan
lokasi
danmemiliki nilai tersendiri bagi para pemilik
usaha untuk mempercayakan usahanya
kepadapara karyawannya.
 Pemilik usaha tidak selalu dapat mengawasi
para karyawannya di lokasiusaha. Oleh karena
itu, para pemilik usaha menerapkan normanorma kepadakaryawannya, salah satunya
adalah dalam proses pengelolaan produk.
 Lokasi memiliki nilaistrategis dan berpengaruh
terhadap pengembangan suatu usaha.
Kepercayaan  Kepercayaan
 Diberikan pemilik usaha kepada para
kepada
karyawannya dan sebaliknya, dapat menjadi
karyawan
perekat kedua belah pihak.
 Kepercayaan
 Kepercayaan pemilik usaha kepada pemasok
kepada
menjadikannya sebagai pemasok langganan.
pemasok
 Memperkenalkan dan mempertahankan merk
usaha dapat menghasilkan kepercayaan dari
 Kepercayaan
kepada
konsumen.
Konsumen
 Saling membantu untuk menjaga barang
dagangannya saat keperluan jauh dari
 Kepercayaan
antar PKL
dagangannya.
18
6.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota danNama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);
hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
Strategi Bertahan Pelaku Sektor Informal:
Peranan Modal Sosial Migran Pedagang Kaki
Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor
2013
Skripsi
Elektronik
Mona Lusia BR Manihuruk
-
:
:
-
:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345
6789/63155/I13mlb.pdf?sequence=1
Tanggal diunduh
:
27 Maret 2015, Pukul 15:14 WIB
Skripsi ini menjelaskan PKL sering dianggap sebagai pekerjaan lapisan bawah
yang menggangguketentraman pejalan kaki dan pengguna jalan raya. PKL hampir
selalu menjadisorotan masyarakat apabila terjadi kemacetan di sekitar pedagang kaki
lima yangmembuka usaha. Akan tetapi PKL kerap menyediakan makanan atau barang
lain dengan harga yang lebih murah, bahkan sangatmurah daripada membeli di toko.
Hal ini merupakan salah satu kelebihan dariPKL dan membuat keberadaan PKL tetap
berlangsung dalam masyarakat.Menjadi PKL seringdianggap pekerjaan yang mudah
untuk dimasuki dan mudah untuk dilaksanakan.Akan tetapi tidak dapat dipungkiri
bahwa banyak orang yang memasuki duniasektor informal dengan menjadi pedagang
kaki lima namun tidak dapat bertahandan melanjutkan usahanya, bahkan sering sekali
tidak mampu mengembalikanmodal awal.Modal sosial merupakan salah satu strategi
yang dimamfaatkan PKL mempertahankan dan keberlanjutan usaha para PKL migran.
Dengan semakin tinggi modal sosial yang dimiliki olehpara migran PKL maka
akan semakin tinggi strategi bertahan yang merekamiliki.Pada penelitian ini modal
sosial dibagi kedalam tiga aspek yaitu jaringan, kepercayaan, dan norma. Pada modal
sosial jaringan, diukur melalui dua indikator yaitu keragaman tipe dan lama usaha.
Keberagaman tipe dilihat dari hubungan persaudaraan, sedaerah asal , dan jenis
dagnagan yang dijalankan. Kemudian lama usaha, semakin lama PKL tersebut di kota
Bogor, semakin lama pula usahanya dan semakin banyak jaringan yang dia miliki.
Lama migrasi berpengaruh terhadap lama usaha dan berpengaruh terhadap orang yang
dikenal (jaringan) terkait pelanggan, pemasok barang, dan rekan sesama pedagang
lainnya.
Pada modal sosial kepercayaan dalam penelitian ini adalah modal sosial
kepercayan yang dianalis yaitu kepercayaan terhadap sesama migran dan sesama migran
sedaerah. Migran PKL mempunyai tingkat kepercayaan tinggi antar sesama migran,
rasa kepercayaan ini ditunjukkan dengan adanya organisasi berupa kumpulan para
pedagang yang menjual barang dagangan sejenis. Selain itu dapat ditunjukan dengan
mengenal semua para PKL disekitar KRB, hal tersebut karena adanya rasa saling
percaya dan saling membutuhkan. Dalam tingkat kepercayaan lebih tinggi diberikan
kepada migran se-daerah asal, karena para migran lebih mempunyai rasa tanggung
19
jawab untuk meningkatkan taraf kehidupannya sehingga ketika ada keluarga, saudara
atau teman sedaerah asal yang meminta bantuan mereka dipercaya dan bisa memberikan
bantuan.
Norma merupakan salah satu komponen yang penting untuk membangun modal
sosial yang kuat. Penulis menjelaskan hubungan norma terkait aturan sesama PKL dan
aturan dengan jenis usaha PKL. Aturan diperlukan untuk ketertiban dan kelacaran
dalam berdagang. Aturan sesama PKL dapat dibentuk berdasarkan kesepakatan antar
sesama PKL yang ada di KRB seperti dalam penggusuran, para PKL saling membantu
dalam penyebaran informasi apabila ada penggusuran atau petugas keamanan setempat
yang melakukan penggusuran .Ini merupakan kerjasama yang penting antar para PKL,
dan apabila ada PKL yang tidak saling membantu dalam penggusuran akan dikucilkan
oleh pedagang lainnya dan bahkan tidak akan diberikan kesempatan jualan ditempat itu
lagi. Selanjutnya, aturan sesama PKL dengan jenis usaha PKL adalah aturan mengenai
posisi satu penjual dengan penjualan lainnya. Aturan-aturan yang dimiliki oleh para
PKL menjadi ciri khas mereka masing-masing dan menjadi modal para PKL untuk
menjalankan usaha mereka dan tetap menjalin interaksi yang baik antar sesama PKL itu
sendiri.
Analisis
Dengan adanya penelitian ini menjelaskan bahwa migran yang menjadi
pendatang didaerah perkotaan kebayakan diantara mereka memilih untuk membangun
usaha di sektor informal karena keterbatasan mereka dalam modal dan pendidikan
sehingga sektor informal menjadi alternatif pilihan mereka. Dalam skripsi ini rumusan
masalah relevan dengan hasil penelitian yang dicapai, yaitu modal sosial sangat
berperan terhadap strategi bertahan sektor informal pada PKL.Modal sosial sebagai
strategi bertahan para migran PKL berhubungan dengankeberlanjutan usaha kaki lima
para migran PKL. Para migran PKL akanmeminta bantuan kepada jaringan terdekat
yang dia miliki dan mewariskanteknik-teknik berjualan kepada orang yang
dipercayainya selama mempunyaiusaha kaki lima.
Modal sosial PKL Migran
odal Sosial
Jaringan :
 Keragaman
tipe
 Lama usaha
Kepercayaan
 Terhadap
sesama migran
 Terhadap
sesama migran
sedaerah asal
Startegi Bertahan Pelaku Sektor
Informal dan keberlanjutan usaha
(PKL)
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6
Norma :
 Aturan antar
sesama PKL
20
Tabel 6 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 6
Variabel
Variabel Fakta
Variabel
Sub Variabel
Pendukung
Jaringan
 Keragaman tipe
 Penelitian ini mempunyai tiga
keragaman tipe yaitu persaudaraan,
 Lama usaha
sedaerah asal dan jenis dagangan
 Lama usaha akan berpengaruh
terhadap
orang
yang
dikenal
(jaringan) terkait
pelanggan,
pemasok barang, dan rekan sesama
pedagang lainnya.
Kepercayaan
 Terhadap sesama
 Rasa kepercayaan ini ditunjukkan
migran
dengan adanyaorganisasi berupa
kumpulan para pedagang yang
 Terhadap sesama
menjual barang dagangan sejenis.
migran sedaerah
asal
 Migran PKL yang berasal dari daerah
yang
sama
memiliki
tingkat
kepercayaanyang tinggi satu sama
lain.
Norma
 Aturan antar
 Untung-rugi bisa terjadi kapan saja,
sesama PKL
penggusuran bisa terjadi kapansaja,
pembeli yang terkadang sepi dan
 Aturan Sesama
terkadang ramai, para PKL yang
PKL dengan
salingserobot tempat dan pembeli
Jenis Usaha PKL
satu sama lain sehingga perlu adanya
aturan antarsesama PKL.
 Aturanberdasarkan jenis usaha adalah
aturan mengenai posisi satu penjual
denganpenjual lainnya.
21
7.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota danNama
Penerbit
Nama Jurnal
:
:
:
:
:
:
:
Analisis Variabel yang Berpengaruh terhadap
Tingkat Pendapatan Pedagang Makanan dan
Minuman Kaki Lima di Alon-Alon Kota Madiun
Maret 2009
Jurnal
Elektronik
Mintarti Indartini
-
:
Jurnal Sosial
Volume (Edisi);
hal
Alamat URL/doi
:
Tanggal diunduh
:
:
Vol. 10, No 1 : 66-76
http://www.unmermadiun.ac.id/repository_jurnal
_penelitian/Jurnal%20Sosial/Jurnal%20Sosial%2
02009/Maret/MINTARTI%20INDARINI.pdf
30 Maret 2015, Pukul 21:51 WIB
Salah satu sektor informal perdagangan yang banyak menyerap tenaga kerja di
daerah perkotaan adalah unit usaha yang dikembangkan oleh pedagang kaki lima
(PKL) (Sethurman, 1988). Keberadaan PKL sangat memegang peranan yang penting
terutama dalam penciptaan kesempatan kerja seperti yang diungkapkan oleh Hidayat
(1988) bahwa sektor ini mempunyai daya serap tenaga kerja terutama bagi pekerja yang
tidak memiliki skill yang relatif besar serta dapat memberi kontribusi terhadap
pendapatan rehgional kota bahkan juga pendapatan nasional.Dari pendapat tersebut
membuat keberadaan sektor informal PKL mempunyai andil yang cukup berarti dalam
memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kota,
salah satunya di Kota Madiun merupakan kota di Jawa Timur yang mempunyai tingkat
termasuk pedagang makanan dan minuman kaki lima, yang secara kuantitatif jumlahnya
semakin hari semakin banyak, meskipun menghadapi era perdagangan modern. Akan
tetapi, banyaknya kendala tidak hanya dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari internal
PKL maupun faktor eksternal PKL dalam tingkat pendapatan para PKL.
Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat pendapatan usaha pedagang makan dan minum kaki lima yang ada di Alon-alon
Kota Madiun diantaranya faktor usia, pengalaman kerja, jam kerja dan tingkat
pendidikan. Pada faktor usia mempunyai hubungan dimana semakin bertambahnya usia
maka semakin menurunnya pendapatan PKL. Hal ini dapat disebabkan oleh semakin
bertambahnya jumlah PKL dari golongan muda (usia 20-45), sementara bertambahnya
usia mempengaruhi kondisi fisik pedagang dalam berjualan terutama PKL yang berusia
lanjut sehingga pendapatan semakin berkurang. Pada faktor pengalam kerja, secara
individual berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang makanan dan
minuman kaki lima di Alon-Alon Kota Madiun. Dengan semakin bertambahnya
pengalaman kerja PKL maka pendapatan yang diterima PKL akan semakin bertambah.
22
Kenaikan pendapatan PKL akibat dari lamanya pengalaman kerja yang telah ditempuh
PKL, bagi PKL yangsudah mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya tentu lebih
mempunyai talenta yang baik dalam hal kesiapan mental dan dapat mempergunakan
peluang yang ada untuk mengembangkan usahanya agar pendapatan yang lebih baik
dapat diperoleh.Sedangkan faktor jam kerja dan tingkat pendidikan dalam penelitian ini
tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan pedagang
makanan dan minuman kaki lima di Alon-Alon kota Madiun. Akan tetapi penulis
menjelaskan, kedua faktor tersebut bertanda positif dimana meningkatnya jam kerja
maka akan meningkatakan pendapatan PKL dan dengan makin tinggi tingkat
pendidikan yang ditempuh maka pengetahuan, ketrampilan dan wawasan pedagang
dalam menjual barang dagangan semakin baik sehingga perolehan pendapatan semakin
bertambah.
Analisis
Dengan adanya penelitian ini, mengungkapakan bahwa ada faktor dari individu
pekerja pedagang sektor informal yang mempengaruhi tingkat pendapatan. Secara
signifikan dijelaskan faktor pengalaman kerja dan usia mempunyai pengaruh kuat
dibandingakan dengan tingkat pendidikan dan jam kerja dalam meningkatkan
pendapatan pedagangmakanan dan minuman kaki lima di Alon-Alon kota Madiun.
Akan tetapi faktor pendidikan dan jam kerja berperan positif untuk meningkatkan
pendapatan usaha. Dalam jurnal peneliti menjelaskan metodologi secara jelas mulai dari
ruang lingkup penelitian hingga perumusan definisi operasional.
Usia
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Kerja
Tingkat Pendapatan
Pedagang Makanan
dan Minuman Kaki
Lima
Jam kerja
Gambar 7.Kerangka Pemikiran Pustaka 7
Tabel 7 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 7
Variabel
Variabel
Fakta Pendukung
Variabel
Usia
Peneliti menemukan bahwa variabel usia berpengaruh
secara signifikan terhadap pendapatan pedagang.Dengan
semakin bertambahnya usia maka akan mempengaruhi
kondisi fisik pedagang dalam berjualan terutama bagi PKL
yang berusia lanjut sehingga pendapatan yang diperoleh
akan ikut berkurang
23
Tingkat pendidikan
Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan pedagang. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan PKL dalam menjual
barang dagangannya akansemakin baik apabila ditunjang
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Pengalaman kerja
Variabel pengalaman kerja berpengaruhi secara signifikan
terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman kaki
lima di Alon-Alon Kota Madiun. Bahwa semakin banyak
pengalaman kerja seseorang maka akan semakin
meningkatkan pendapatannya.
Jam kerja
Variabel jam kerja tidak berpengaruhi secara signifikan
terhadap pendapatan pedagang. Hal ini dapat disebabkan
oleh adanya biaya- biaya yang harus dikeluarkan PKL
ditambah dengan kondisi musim yang tidak menguntungkan
sehingga hal ini mengurangi pendapatan PKL.
24
8.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota danNama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);
hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
:
Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil
Januari 2010
Jurnal
Elektronik
Djainal Abidin
-
:
:
Jurnal Sosiologi Masyarakat
Vol. 15,No 1 ISSN: 0852-8489
:
Tanggal diunduh
:
http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/viewFi
le/3708/2950
01April 2015, Pukul 08:45 WIB
Penulis menjelaskan bahwa modal sosial bukan segala-galanya dalam
meningkatkan pendapatan sehingga modal sosial tidak hanya berdiri sendiri dalam
mendorong keuntungan, tetapi juga ada modal lain yang mempunyai kontribusi
terhadap usaha kecil menengah (UKM), yaitu modal fisik dan modal manusia, dalam
kontribusi terhadap pendapatan UKM. Penelitian ini dilakukan pada UKM di PIK
Pulogadung Jakarta, dimana hasil penelitan menujukkan bahwa modal sosial, modal
manusia, serta modal fisik mempunyai pengaruh dalam tingkat keuntungan UKM. Akan
tetapi modal sosial adalah aspek penting dalam kegiatan proses produksi barang dan
jasa. Aspek modal manusia dan modal fisik bisa lebih optimal apabila pengusaha
memiliki modal sosial. Modal sosial lebih memiliki keeratan hubungan terhadap
keuntungan dibandingkan modal fisik dan modal manusia. Sebagaimana penulis
mengungkapakan hasil kesimpulan dari studi ini adalah kontribusi pada keuntungan
UKM yaitu 23% dari modal sosial, 11% dari modal fisik dan sisanya 66% dari aspek
lain. Hasil kesimpulan ini sejalan dengan pendapat Lawang yang menyebutkan bahwa
sinergi kontribusi modal sosial tidak dapat dipukul rata dan hanya penelitian lapangan
yang bisa menentukan tinggi rendahya kontribusi modal sosial dalam proses produksi.
Selanjutnya menurut Lawang seandainya modal manusia dan modal fisik kurang
tersedia dalam komunitas maka modal sosial akan memegang perenan penting dalam
kontribusi tingkat pendapatan.
Secara statistik hubungan modal sosial dengan tingkat keuntungan signifikan
dan secara kualitatif teridentif ikasi bahwa para pengusaha UKM mendapatkan
keuntungan atau kemudahan berusaha karena hubungan yang baik dengan keluarga,
dengan sesama pengusaha dan dengan pemilik order atau pemesan produk dan jasa.
Sedangkan modal manusia berdasarkan Hasil regresi secara bersama-sama nampak
modal manusia signifikan dengan nilai negatif, yang artinya semakin tinggi tingkat
pendidikan dan pengalaman usaha UKM di PIK menunjukkan semakin rendah tingkat
keuntungan yang didapat. Hubungan ini dapat dilihat bahwa usaha mikro dan kecil di
PIK adalah usaha kaki lima yang hampir tidak memerlukan pendidikan formal dan
pengalaman dalam menjalankan usahanya. Kemudian pada hubungan modal fisik yang
dikaitkan dengan keuangan mempunyai hubungan terhadap tingkat keuntungan dilihat
dari hasil regresi linear berganda, dimana hasil pengolahan data menunjukkan semakin
tinggi modal fisik dimilki maka semakin besar indeks tingkat keuntungan yang didapat
oleh UKM.
25
Analisis
Peneliti dalam jurnal ini kurang menjelaskan secara baik dan sulit memahami isi
tulisan yang disampaikan terkait seberapa kuatnya hubungan modal sosial, modal
manusia dan modal fisik dalam kontribusi meningkatkan keuntungan UKM. Dengan
penggunaan regresi linear ganda dimana metode ini merupakan metode kuntitatif yang
menghubungkan variabel dependen dan independen serta melihat kontruksi masingmasing variabel. Sehingga peneliti berhasil mengungkapkan bahwa ternyata kontribusi
pada keuntungan UKM yaitu 23% dari modal sosial, 11% dari modal fisik dan sisanya
66% dari aspek lain. Akan tetapi penulis tidak menjelaskan secara statistik variabel –
variabel apa saja diluar modal sosial dan fisik yang berkontribusi terhadap keuntungan
yang nilai statistiknya mencapai 66% serta adanya ketidaksingkronan kesimpulan
dengan penjelasanyang disampaikan.
Modal Sosial
Modal Manusia
Tingkat Pendapatan
Modal Fisik
Gambar 8. Kerangka Pemikiran Pustaka 8
Tabel 8 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 8
Variabel
Variabel
Fakta Pendukung
Variabel
Modal Sosial
Terbukti adanya hubungan modal sosial terhadap
keuntunganUKM di PIK Pulogadung. Secara statistik
hubungan modalsosial dengan tingkat keuntungan signifikan
dan secara kualitatif teridentifikasi bahwa para pengusaha
UKM mendapatkankeuntungan atau kemudahan berusaha
karena hubungan yang baikdengan keluarga, dengan sesama
pengusaha dan dengan pemilik order atau pemesan produk
dan jasa.
Modal Manusia
Penelitian ini menunjukkan modal manusia yaitu
(pendidikan)
pendidikanbernilai negatif, yang artinya pendidikan dalam
usaha UKM di PIK menunjukkan tidak berhubungan
terghadap tingkat keuntungan yang didapat, usaha mikro
dan kecil di PIK Pulogadungyaitu usaha kaki lima yang
hampir tidak memerlukan pendidikan formal dalam
menjalankan usahanya.
Modal Fisik
Hubungan modal fisik yang dikaitkan dengan keuangan dan
barang mempunyai hubungan terhadap tingkat keuntungan
dilihat dari hasil regresi linear berganda, dimana hasil
pengolahan data menunjukkan semakin tinggi modal fisik
dimiliki maka semakin besar indeks tingkat keuntungan
yang didapat oleh UKM
26
9.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota danNama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);
hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Kepala Rumah Tangga Miskin pada
Sektor Informal di Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Bandung
2014
Jurnal
Elektronik
I Gede Didiek RW dan I Ketut Djayastra
-
:
:
E-jurnal EP Unud
Vol.3, No 4: 134-144 ISSN:2303-0178
:
Tanggal diunduh
:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/81
44/6480
01 April 2015, Pukul 08:14 WIB
Kondisi rumah tangga miskin di Kecamatan Abiansemal merupakan gambaran
tentang rumah tangga miskin di Kabupeten Badung yang sebagian besar mata
pencaharian kepala rumah tangga miskin di Kecamatan Abiansemal adalah sebagai
petani dan buruh bangunan dimana mata pencaharian tersebut dapat membantu dalam
meningkatkan pendapatan rumah tangga. Menurut Kirana (1995:25), sektor informal
ditandai oleh beberapa karakteristik dimensi–dimensi kemiskinan tersebut saling
berkaitan, baik secara langsung maupun tidaklangsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan
dan kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau
kemunduran pada aspek lainya. Oleh karena itu, masalah kemiskinan ini masih tetap
relevan dan penting untuk dikaji dan diupayakan penanggulangannya, kalau tujuan
pembangunan nasional yang adil dan merata serta terbentuknya manusia Indonesia
seutuhnya yang ingin dicapai pembangunan di negara-negara dunia termasuk Indonesia.
Pada tahun 2005, pembangunan di bidang kesejahteraan rakyat di daerah Bali
masih menjadi prioritaskhususnya upaya penanggulangan kemiskinan, dengan
mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya. Penulis menjelaskan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan
kepala rumah tangga miskin di sektor informal berkaitan umur kepala rumah tangga,
tingkat pendidikan, jam kerja, dan jumlah tanggungan keluarga.
Larasty (2003) menyebutkan bahwa faktor umur merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi waktu kerja kepala rumah tangga. Dimana faktor umur
berpengaruh positif terhadap pendapatan, sampai kekuatan dan daya pekerja
kepalarumah tangga akan menurun tingkat pendapatan yang diterima.Sebagaimana yang
ditemukan oleh penulis dalam penelitian ini yang menemukan dalam bekerja
produktifitas seseorang sangat dipengaruhi oleh umur. Secara umum rata – rata umur
responden kepala rumah tangga miskin masih berada pada usia kelompok tidak
produktif untuk bekerja. Umumnya orang yang berada pada usia kerja akan
mampumenghasilkan pendapatan yang lebih banyak dari pada yang ada diluar usia
kerja. Strukturumur ini akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh penduduk yang bersangkutan.
27
Faktor yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk salah
satunya adalah pendidikan. Karena dengan tingkat pendidikan yang dicapai seseorang
akan dapat menentukan bagaimana seseorang memperoleh pekerjaan dengan imbalan
yang tinggi.Pendidikan biasanya berkaitan erat dengan lapangan pekerjaan dan akhirnya
berpengaruh terhadap pendapatan kepala rumah tangga. Jumlah tanggungan keluarga
akan mempengaruhi tinggi rendahnya beban pekerjaanresponden, baik dalam mencari
nafkah. Sedangkan pada faktor jam kerja responden pada Kecamatan Abiansemal tidak
berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh responden karena pada
pekerja informal, jam kerja tidak konsisten (tidak tetap dalam satu hari) yang
menyebabkan pendapatan responden tidak tetap.
Analisis
Peneliti ini telah dilakukan secara baik melibatkan atau mengambil sample 81
rumah tangga miskin untuk mewakili terkumpulnya informasi yang didapat dari
cakupan wilayah yang ada di seluruh Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung.
Peneliti juga dapat menjawab rumusan masalahn penelitian dengan penggunaan teknik
analisis data regresi linear berganda. Berdasarkan penelitian hasil yang diperoleh oleh
peneliti dapat dikatakan faktor umur, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan
keluarga berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan kepala rummah tangga miskin
di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung. Sedangkan faktor jam kerja tidak
berpengaruh terhdapa pendapatan yang diterima oleh responden karena mereka bekerja
sektor informal, jam kerja yang tidak konsisten sehingga ini lah yang menyebabkan
pendapata responden tidak tetap.
Umur
Tingkat
Pendidikan
Jam Kerja
Jumlah
Tanggunagan
Keluarga
Tingkat
Pendapatan
Gambar 9. Kerangka Pemikiran Pustaka 9
28
Tabel 9 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 9
Variabel
Fakta
Variabel
Pendukung
Variabel
Umur
Struktur umur akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh penduduk yang bersangkutan. Artinya,
secara fisik kepala rumah tangga masih memiliki potensi
yang masihbesar untuk menghasilkan barang dan jasa.
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akandapat
menentukan bagaimana seseorang memperoleh pekerjaan
dengan imbalan yang tinggi. Pendidikan biasanya berkaitan
erat dengan lapangan pekerjaan dan akhirnya berpengaruh
terhadap pendapatan kepala rumah tangga.
Jam Kerja
Jam kerja responden pada Kecamatan Abiansemal tidak
berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh
responden karena pada pekerja informal, jam kerja tidak
konsisten (tidak tetap dalam satu hari) yang menyebabkan
pendapatan responden tidak tetap.
Jumlah tanggungan
keluarga
Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi tinggi
rendahnya beban pekerjaan responden, baik dalam mencari
nafkah.
29
10.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota danNama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);
hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
Identifikasi dan Analisis Modal Sosial dalam
Rangka Pemberdayaan Masyarakat Nelayan
Gangga Dua Kabupaten Minahasa Utara
Desember 2010
Jurnal
Elektronik
Otniel Pontoh
-
:
:
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis
Vol. 6, No. 3 : 125 - 133
:
Tanggal diunduh
:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/artic
le/view/156/122
13 April 2015, pukul 22:21 WIB
Dalam jurnal ini menjelaskan masyarakat wilayah pesisir yang berprofesi
sebagai nelayan hingga kini masih merupakan salah satu pelaku usaha perikanan yang
berkontribusi besar terhadap tingginya tingkat kemiskinan masyarakat di wilayah
pesisir. Dari 8090 desa pesisir yang sebagian besar dihuni masyara-kat nelayan, tercatat
16,42 juta jiwa hidup dengan indeks kemiskinan sebesar 0,32. Artinya lebih kurang
32% individu di wilayah pesisir masih belum mampu memenuhi kebutuhan hidup yang
mendasar. (Yayasan Smeru dan BPS, 2002 dalam Departemen Kelautan dan Perikanan,
2006).Berdasarkan konsep pembangunan (berbasis masyarakat) yang dikemukakan oleh
Hasbullah (2006) diketahui bahwa keberhasilan pembangunan masyarakat perlu dilihat
dari beberapa modal komunitas (community capital) yang terdiri dari modal manusia (a)
Modal Manusia (human capital) berupa kemampuan personal seperti pendidikan,
pengetahuan, kesehatan, keahlian dan keadilan terkait lainnya; (b) Modal Sumberdaya
Alam (natural capital) seperti perairan laut; (c) Modal Ekonomi Produktif (produced
economic capital) berupa aset ekonomi dan finansial serta aset lainnya; dan (d) Modal
Sosial (sosial capital) berupa norma/nilai (trust, reciprocity, norma sosial lainnya),
partisipasi dalam jaringan, pro-activity. Akan tetapi keberhasilan kinerja pembangunan
hingga kini masih rendah dikarenakan pemerintah seringkali mengabaikan sistem sosial
masyarakat yang menjadi objek pembangunan. Oleh sebab itu, pemanfaatan modal
sosial yang dimamfaatkan oleh masyarakat nelayan di Desa Gangga Dua, Kabupaten
Minahasa Utara sebagai alternatif dalam rangka pemberdayaan masyarakat nelayan.
Penulis menjelaskan bahwa kajian sosial budaya terhadap nilai dan norma,
kepercayaan lokal, sistem produksi dan reproduksi serta politik lokal diketahui bahwa
masyarakat nelayan di Desa Gangga Dua, Kabupaten Minahasa Utara masih merupakan
masyarakat dengan karakter modal sosial terikat (social capital bonding). Tipologi
modal sosial ini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma dari aspek ekonomi yang
dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini
berdampak pada struktur sosial yang terbentuk dalam kehidupan ekonomi masyarakat
nelayan yang ada pada saat ini menjadi lebih berorientasi pada hubungan antar anggota
dalam satu kelompok lebih banyak terfokus pada hal-hal yang terkait dengan aspek
ekonomi. Hubungan antar kelompok di sisi lain sangat lemah, baik di dalam masyarakat
maupun dengan pihak luar.
30
Karakter sosial budaya masyarakat nelayan terdiri dari faktor nilai dan norma
dikaji berdasarkan pendekatan persepsi dan perilaku dan tindakan. Persepsi yang dikaji
terkait dengan pengolahan sumberdaya yaitu tentang hak kepemilikan sumberdaya laut,
batas wilayah penangkapan, dan perlunya konservasi sumberdaya perikanan. Pada
faktor kepercayaan dan organisasi lokal dilihat dari kepercayaan lokal dikaji melalui
nilai-nilai dan norma agama atau kepercayaan yang dianut dan tercermin dalam
kehidupan sosial masyarakat nelayan desa Gangga Dua. Faktor pola dan sistem
produksi dan reproduksi dengan menggunakan alat tangkap khas yang mereka miliki
seperti menggunakan soma giop (pukat cincin kecil). soma pajeko (pukat cincin), funae,
pancing dan rompon. Kemudian faktor politik lokal juga berperan dimana suatu
masyarakat terkait dengan aspek kepemimpinan dan proses pengambilan keputusan
yang terjadi dikaitkan dengan potensinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
nelayan.
Analisis
Jurnal ini menjelaskan dengan baik sesuai dengan tujuan penulisan yaitu
mengidentifikasi dan analisis modal sosial dalam rangka pemberdayaan masyarakat
nelayan. Penggambaran modal sosial dilakukan melalui kajian sosial budaya masyarakat
nelayan di Desa Gangga Dua, Kabupaten Minahasa Utara. Selain itu, pengendalian
kajian modal sosial dengan sosial budaya masyarakat nelayan merupakan langkah
efektif untuk analisis modal sosial yang dapat digunakan sebagai pemberdayaan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena karakter sosial budaya merupakan hal
yang menjadi kebiasaan maupun cara pandang masyarakat baik dalam ekonomi, sosial,
ekonomi, politik masyarakat. Sebagaimana diungkapkan penulis,semakin banyak
karakter sosial budaya masyarakat yang mengarah kepada modal sosial yang
menjembatani dapat diartikan kondisi sosial budaya masyarakat dimaksud semakin
mendukung keberhasilan suatu pembangunan dan sebaliknya.
Karakter Sosial Budaya
Masyarakat
Faktor Nilai
dan Norma
Masyarakat
Faktor
Kepercayaan
dan
organisasi
lokal
Faktor Pola
dan Sistem
Produksi dan
Reproduksi
Faktor Politik
lokal
Pemberdayaan masyarakat
nelayan
Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10
31
Tabel 10 Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 10
Variabel
Variabel Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Faktor Nilai
 Persepsi hak
 Hak kepemilikan sumberdaya laut
dan Norma
kepemilikan
diketahui
bahwa
masyarakat
Masyarakat
sumberdaya laut
nelayan beranggapan bahwa laut
tidak ada yang memiliki. Laut hanya
 Pesepsi batas
dimiliki oleh Sang Pencipta (Allah).
wilayah
penangkapan
 Masyarakat nelayan tidak mengenal
adanya pembatasan atau batas
 Pesepsi tentang
wilayah operasional.
perlunya
konservasi
 Bagi nelayan, upaya mencari nafkah
sumberdaya
lebih penting daripada upaya
perikanan
melaksanakan
konservasi
sumberdaya laut di sekitar mereka.
Faktor
Kepercayaan
dan
organisasi
lokal

Nilai – nilai dan
norma agama

Syukuran laut sebagai simbol
budaya bahwa masyarakat nelayan
mensyukuri segala hasil tangkapan
sebagai pemberian dari Sang
Pencipta tidak lagi dilakukan
Faktor Pola
dan Sistem
Produksi dan
Reproduksi

Penggunaan alat
tanggap
tradisional

Homogenitas mereka yang tinggi,
yaitu sebagian besar berprofesi
nelayan maupun pekerjaan lain yang
terkait, juga membuat mereka dan
sistem
produksinya
(kegiatan
perikanan)
Faktor Politik
lokal

Kepemimpinan

Kuatnya pengaruh tokoh informal
yang tidak disertai dengan kuatnya
hubungan tokoh-tokoh tersebut
dengan pihak luar yang sangat
berpotensi untuk menggerakkan
perekonomian dan kehidupan sosial
masyarakat nelayan
ANALISIS DAN SINTESIS
Konsep dan Definisi Sektor Informal
Dalam kajian awal oleh ILO (2010), karakter kunci sektor informal, relevan
dengan desain strategi pembangunan yang ramah pekerjaan, diidentifikasi sektor
informal sebagai berikut : operasi skala kecil, kepemilikan keluarga, ketergantungan
pada sumberdaya lokal, kegiatan padat karya dan berbasis teknologi lokal, keahlian
didapatkan melalui pendidikan non-formal, entri yang mudah ke dalam kegiatankegiatan ekonomi terkait, serta operasi berlangsung dalam pasar kompetitif yang tidak
diatur regulasi.
Pemahaman mengenai karakteristik usaha sektor informal menurut Magdalena
(1991)dalam Kholis (2006) antara lain : kegiatan usahanya tidak terorganisir secara
baik, karena unit usaha muncultanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang
tersedia di sektor formal, umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha, pola
kegiatan usaha tidak teratur dengan baik dalam arti lokasi maupun jam kerja, kebijakan
pemerintah untuk membantu golongan ekonomilemah tidak sampai di sektor ini, unit
usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor yang lain, teknologi yang
digunakan masih tradisional, modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala
operasinya juga kecil, untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal,
sebagianbesar keterampilan usaha diperoleh dari pengalaman sambil bekerja, unit usaha
termasuk ‘one man enterprise’ dan kalaupunpekerja biasanya berasal dari keluarga
sendiri, hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah. Dibawah ini merupakan tabel perbandingan dari kedua definisi
uraian diatas mengenai definisi sektor informal yang telah ditemukan penulis dalam
pustaka yang telah dibaca:
Tabel 11 Perbandingan untuk Menentukan Definisi Modal Sosial dalam Ekonomi
Sektor Informal
No Pengarang
Definisi
Kata Kunci
1. ILO 2010
Dalam kajian awal oleh ILO, Variabel:
karakteristik sektor informal dapat di Operasi skala kecil (X1),
indentifikasi sebagai berikut: operasi Kepemilikan keluarga
skala kecil, kepemilikan keluarga, (X2),
ketergantungan pada sumberdaya Ketergantungan pada
lokal, kegiatan padat karya, berbasis sumberdaya lokal (X3),
teknologi lokal, keahlian didapatkan Kegiatan padat karya,
melalui pendidikan non-formal, entri berbasis teknologi lokal
yang mudah ke dalam kegiatan- (X4),
kegiatan ekonomi terkait, operasi Keahlian didapatkan
berlangsung dalam pasar kompetitif melalui pendidikan nonyang tidak diatur regulasi.
formal (X5),
Entri yang mudah ke
dalam kegiatankegiatan
ekonomi terkait (X6),
Operasi berlangsung
tidak diatur regulasi (X7)
Sektor Informal (Y)
33
No Pengarang
2. Magdalena
(1991)
dalam
Kholis
(2006)
Definisi
Karakteristik usaha sektor informal
diantaranya adalah : kegiatan
usahanya tidak terorganisir secara
baik, karena unit usaha muncultanpa
menggunakan
fasilitas
atau
kelembagaan yang tersedia di sektor
formal, umumnya unit usaha tidak
mempunyai ijin usaha, pola kegiatan
usaha tidak teratur dengan baik
dalam arti lokasi maupun jam kerja,
kebijakan
pemerintah
untuk
membantu golongan ekonomilemah
tidak sampai di sektor ini, unit usaha
berganti-ganti dari satu sub sektor ke
sub sektor yang lain, teknologi yang
digunakan masih tradisional, modal
dan perputaran usaha relatif kecil,
sehingga skala operasinya juga
Kecil, untuk menjalankan usaha
tidak
memerlukan
pendidikan
formal, sebagianbesar keterampilan
usaha diperoleh dari pengalaman
sambil bekerja, unit usaha termasuk
‘one
man
enterprise’
dan
kalaupunpekerja biasanya berasal
dari keluarga sendiri dan hasil
produksi
atau
jasa
terutama
dikonsumsi
masyarakat
berpenghasilan
menengah ke bawah.
Kata Kunci
Variabel:
Kegiatan usahanya tidak
terorganisir (X1),
Tidak mempunyai ijin
usaha (X2),
Tidak teratur dalam
lokasi kerja
Tidak teratur dalam jam
kerja (X3),
Unit usaha berganti-ganti
dari satu sub sektor ke
sub sektor yang lain
(X4),
Teknologi yang
digunakan masih
tradisional (X5),
Modal dan perputaran
usaha relatif kecil (X6),
Tidak memerlukan
pendidikan formal (X7),
umumnya unit usaha
termasuk ‘one man
enterprise’ (X8),
Hasil produksi atau jasa
dikonsumsi masyarakat
berpenghasilan
menengah ke bawah
(X9), Kebijakan
pemerintah tidak sampai
di sektor ini (X10).
Sektor Informal (Y)
34
ILO (2010)
Magdalena (1991) dalam Kholis (2006)
XI: Operasi skala kecil
X8: Kegiatan usahanya
tidak terorganisir
X2: Kepemilikan
keluarga
X9: Tidak mempunyai ijin
usaha
X3: Ketergantungan
pada sumberdaya lokal
X4: Kegiatan padat
karya, berbasis teknologi
lokal
X5: Keahlian didapatkan
melalui pendidikan nonformal
X10: Pola kegiatan usaha
tidak teratur
Sektor
Informal
(Y)
X11: Unit usaha bergantiganti dari satu sub sektor
ke sub sektor yang lain
X12: Teknologi yang
digunakan tradisional
X6:Entri yang mudah ke
dalam kegiatan- kegiatan
ekonomi terkait
X13: Modal dan
perputaran usaha relatif
kecil
X7: Operasi berlangsung
dalam pasar tidak diatur
regulasi
X14:Untuk menjalankan
usaha tidak memerlukan
pendidikan formal
X15:Unit usaha termasuk
‘one man enterprise
X16: Hasil produksi
dikonsumsi masyarakat
berpenghasilan
menengah ke bawah
X17:kebijakan pemerintah
untuk membantu golongan
ekonomi lemah tidak
sampai di sektor ini
Gambar 11 Kerangka Definisi Sektor Informal
35
Konsep dan Definisi Modal Sosial
Menurut Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran (2008) ,modal sosial
berkaitan dengan nilai-nilai dari suatu jaringan kerja(network) yang mengikat orangorang tertentu (seperti kesamaan pekerjaan, kesamaan tempat tinggal, kesamaan suku,
agama, dansebagainya), serta bersifat menjembatani (bridging) antar orang-orang yang
berbeda,dengan suatu norma pertukaran timbal balik (reciprocity). Selain itu, modal
sosial lebih menekankanpada potensi kelompok dan pola hubungan antarindividu dalam
kelompok danantarkelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai,
dan kepercayaankepada sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma
kelompok. Oleh karena itu, inti darimodal sosial yang dijelaskan adalah bagaimana
kemampuan masyarakat dalam suatu entitas atau kelompokuntuk bekerjasama
membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Dibawah ini
merupakan tabel perbandingan dari beberapa ahli mengenai definisi modal sosial yang
telah ditemukan penulis dalam pustaka yang telah dibaca.
Menurut Putnam (1993) dalam Field (2003), modal sosial dijelakan bahwa
merujuk pada bagian dari oragnisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan
yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan –
tindakan yang terkoordinasi. Putman juga menjelaskan bahwa bentuk modal sosial
dapat menjebatani (inklusif) dan mengikat (eklusif) , maksudnya adalah modal sosial
yang menjebatani cenderung menyatukan orang dari beragam ranah sosial. Sedangkang
modal sosial yang mengikat mendorong identitas eksklusif dan mempertahankan
homogenitas. Oleh karena itu, masing – masing bentuk tersebut membantu menyatukan
kebutuhan yang berbeda.
Menurut Coleman (1994) dalam Field (2003), modal sosial didefinisikan
berdasarkan fungsinya, bukanlah sebuah entitas tunggal, namun variasi dari entitas
berlainan yang memiliki kesamaan karakteristik : mereka semua terdiri dari beberapa
aspek struktural sosial dimana dapat memfasilatasi tidakan-tindakan yang berada
didalam struktur tersebut. Oleh karena itu, Coleman menekankan bahwa tipe – tipe
struktur sosial lebih memfasilitasi pilihan tindakan individu ketimbang tipe struktur
yang lain.
Tabel 12 Perbandingan untuk Menentukan Definisi Modal Sosial
No
Pengarang
1.
Lembaga
Penelitian
UNPAD
(2008)
2.
Putman
(1993 )
dalam Field
(2003)
Definisi
Modal sosial adalah sebagai jaringan
dannilai-nilai
sosial
yang
dapat
memfasilitasi individu dan komunitas
untuk mencapai tujuanbersama secara
efektif dan efisien.
Modal sosial dijelakan bahwa merujuk
pada bagian dari oragnisasi sosial, seperti
kepercayaan, norma, dan jaringan yang
dapat meningkatkan efisiensi masyarakat
dengan memfasilitasi tindakan – tindakan
yang terkoordinasi.
Kata Kunci
Variabel :
Nilai sosial (X1),
Jaringan (X2)
Modal Sosial (Y)
Variabel :
Kepercayaan (X1),
Norma (X2),
Jaringan (X3)
Modal Sosial(Y)
36
No
Pengarang
Definisi
3.
Menurut
Coleman
(1994) dalam
Field (2003)
Modal sosial didefinisikan berdasarkan
fungsinya, bukanlah sebuah entitas
tunggal, namun variasi dari entitas
berlainan yang memiliki kesamaan
karakteristik : mereka semua terdiri dari
beberapa aspek struktural sosial dimana
dapat memfasilatasi tidakan-tindakan
yang berada didalam struktur tersebut.
Kata Kunci
Variabel:
Struktural Sosial
(X1),
Modal sosial (Y)
X1 : Nilai Sosial (Lembaga Penelitian UNPAD)
X2: Jaringan Sosial (Lembaga Penelitian UNPAD,
Putman)
X3: Kepercayaan (Putman)
Modal
Sosial (Y)
X4: Norma (Putman)
X5: Struktur Sosial (Coleman)
Gambar 12. Kerangka Definisi Modal Sosial
Konsep dan Definisi Kesejahteraan
Menurut Fahrudin (2012), kesejahteraan sosial diartikan sebagai suatu kondisi
dimana orang dapat memenuhi kebutuhannya baik dalam kebutuhan sandang,
perumahan, pangan, kesehatan, dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik
untuk meningkatkan taraf hidup yang memuaskan. Dalam pengertian Suharto (2005),
kesejahteraan sosial mencakup tiga konsepsi, yaitu: pertama, kondisi kehidupan atau
keadaan sejahtera yaitu terpenuhinya kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.Kedua
institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan
berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan
pelayanan sosial. Dan ketiga aktivitas, yakni kegiatan-kegiatan atau usaha yang
terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera.
Menurut BKKBN dalam Suandi (2007), dimana BKKBN membagi
kesejahteraan kedalam tiga kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan dasar (basuc needs) terdiri
dari pangan, sandang, papan, kesehatan, (2) kebutuhan sosial psikologis (social
psychological needs) yang terdiri dari pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial
internal dan eksternal, (3) kebutuhan pengembangan (developmental needs) yang terdiri
dari tabungan , pendidikan/kejuruan, dan akses terhadap informasi.
37
Dibawah ini merupakan tabel perbandingan dari beberapa ahli mengenai definisi
kesejahteraan yang telah ditemukan penulis dalam pustaka yang telah dibaca:
Tabel 11 Perbandingan untuk Menentukan Definisi Kesejahteraan
No Pengarang
Definisi
Kata Kunci
1. Fahrudin
Kesejahteraan sosial diartikan sebagai Variabel :
(2012)
suatu kondisi dimana orang dapat Kebutuhan sandang
memenuhi kebutuhannya baik dalam (X1), Kebutuhan
kebutuhan
sandang,
perumahan, perumahan (X2),
pangan, kesehatan, dan dapat berelasi Kebutuhan
dengan lingkungannya secara baik pagang(X3),
untuk meningkatkan taraf hidup yang kesehatan (X4), dan
memuaskan.
berelasi baik dengan
lingkungan (X5)
Kesejahteraan (Y)
2.
3.
BKKBN
dalam
Suandi
(2007)
Suharto,
(2005)
BKKBN
membagi
kesejahteraan
kedalam tiga kebutuhan yaitu: (1)
kebutuhan dasar (basic needs) terdiri
dari pangan, sandang, papan, kesehatan,
(2) kebutuhan sosial psikologis (social
psychological needs) yang terdiri dari
pendidikan,
rekreasi,
transportasi,
interaksi sosial internal dan eksternal,
(3)
kebutuhan
pengembangan
(developmental needs ) yang terdiri dari
tabungan , pendidikan/kejuruan, dan
akses terhadap informasi
Variabel :
Kebutuhan dasar (X1),
Kebutuhan sosial
psikologis (X2),
Kebutuhan
Pengembangan (X3)
Kesejahteraan sosial sebagai kegiatankegiatan yang terorganisasi yang
bertujuan untuk membantu individu
atau masyarakat guna memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan
meningkatkan kesejahteraan selaras
dengan kepentingan keluarga dan
masyarakat, yang intinya mencakup tiga
konsepsi yaitu,: kondisi kehidupan atau
keadaan
sejahtera,
institusi
dan
aktivitas.
Variabel:
Kepentingan keluarga
(X1),
Kepentingan
masyarakat (X2)
Kesejahteraan (Y)
Kesejahteraan (Y)
38
X1:Kebutuhan Dasar (Fahrudin, BKKBN)
X2: Kesehatan (Fahrudin)
X3: Berelasi baik dengan lingkungan
(Fahrudin)
X4: Kebutuhan sosial psikologis (BKKBN)
X5: Kebutuhan Pengembangan (BKKBN)
X6: Kepentingan Keluarga (Suharto)
X7: Kepentingan masyarakat (Suharto)
Gambar 13. Kerangka Definisi Kesejateraan
Kesejahteraan
(Y)
SIMPULAN
Hasil Analisis dan Sintesis
Munculnya pembahasan tentang konsep modal sosial karena melihat kondisi
masyarakat di era-globalisasi yang semakin kompleks. Peningkatan penggunaan
teknologi dan modernisasi menjadi fenomena dalam era ini yang membuat hubungan
antar manusia semakin renggang dan melemahnya ketidakpedulian terhadap sesama.
Dalam upaya membangun bangsa yang kompetitif peran modal sosial semakin penting
yang mampu berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat baik
ekonomi, sosial, dan budaya.Modal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dimiliki
oleh setiap individu maupun kelompok yang dapat digunakan secara bersama-sama
dalam mencapai tujuan. Adapun bentuk modal sosial yang disimpulkan,diantaranya
modal sosial kepercayaan, jaringan sosial, struktur sosial, nilai-nilai dan norma sosial
Pada modal sosial kepercayaan merupakan modal sosial yang tumbuh di dalam
masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan adanya perilaku kerjasama antar sesama dan
terciptanya hubungan harmonis satu sama lainnya. Dimana modal kepercayaan (trust)ini
secara tidal langsung dapat menjadi alternatif dalam mencegah terjadinya masalah, baik
dalam pengembangan usaha maupun dalam bidang lainnya.Dengan adanya rasa saling
percaya antar warga masyarakat dan kemauan untuk bekerjasama menyebabkan “biaya
transaksi”dan “biaya kontrol” menjadi rendah, dan hasilnya adalah kehidupan yang
lebih efisien dan produktif dan dapat dioptimalkan untuk melakukan kegiatan yang
membangun nilai tambah bagi kehidupan masyarakat.
Modal sosial jaringan yang muncul akibat adanya interaksi sosial atas dasar
norma-norma keikhlasan timbal balik dan saling percaya, yang memungkinkan orangorang mau bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini ditunjukkan dengan
kerjasama dimanaadanya pola interrelasi yang timbal balik yang saling menguntungkan.
Selain itu, jaringan sosial merupakan bentuk modal sosial membatu memfasilitasi
terjadinaya komunikasi dan interaksi tersebut. Sebagaimana yang telah dibahas
sebelumnya, jaringan antara manusia adalah bagian terpenting dari sebuah komunitas
yang mampu mengembangkan kerjasama yang kuat untuk meningkatkan produktivitas
dan efektivitas tindakan bersama.
Modal struktur sosial hanya dapat dibangun bila orang – orang terlibat
didalamnya tergabung dalam struktur sosial, yang dapat memfasilitasi tindakan tertentu
para aktor atau orang yang bekerjasama dalam struktur tersebut. Dengan adanya struktur
sosial memberikan koordinasi untuk kelancaran usaha. Karena struktur sosial tertentu
dapat memfasilitasi pilihan tindakan individu dalam berusaha. Seperti, paguyuban PKL
migran Jawa, dengan adanya paguyuban akan memfasilitasi anggotanya mencapai
sesuatu yang menjadi tujuan bersama dalam paguyuban tersebut.
Nilai dan norma sosial merupakan modal sosial yang berkembang dalam
kelompok atau komunitas berdasarkan kesepakatan bersama. Dengan adanya norma
baik formal, nonformal, tertulis maupun tidak tertulis dimana setiap orang memiliki
norma tersebut harus menyadari keberadaan isi kebijakan mereka. Sehingga nilai dan
norma yang dimiliki suatu kelompok maupun komunitas tertentu dapat berjalan lancar
dan dapat mengatur kerjasama yang dibentuk dalam mewujudkan tujuan bersama.
Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang telah di analisis, membuktikan
bahwa modal sosial dapat dimamfaatkan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat terutama ekonomi berbasis sektor informal. Usaha sektor informal
40
merupakan kegiatan usaha skala kecil yang mana usaha mereka pada umumnya tidak
memiliki kelembagaan formal dan unit usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub
sektor yang lain membutuhkan modal sosial sebagai modal untuk mempertahankan
usaha dan kesejahteraan hidup masyarakat, tidak hanya dalam perekonomian, tapi juga
sosial, dan budaya. Namun tanpa adanya keinginan untuk bekerjasama antar sesama,
mamfaat modal sosial tidak dapat digunakan secara optimal. Oleh karena itu untuk
menunjang pencapaian tujuan bersama dalam mencapai kesejehateraan hidup perlu
memperkuat dan mengoptimalkan modal sosial yang ada secara efektif.
Kerangka Analisis
Kerangka analisis yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis dari
semua pustaka yang digabungkan. Kerangka ini menunjukan keterkaitan antar variabel
yang dijelaskan para penulis dalam pustakanya.
Berdasarkan kerangka analisis tersebut, variabel modal sosial yang akan diteliti
penulis yaitumodal sosial kepercayaan, jaringan sosial, struktur sosial , nilai dan norma
sosial, dimana dalam pemamfaatannya mampu berperan untuk pengembangan usaha
sektor informal. Modal sosial kepercayaan berkaitan dengan hubungan dua pihak atau
lebih yang membuat harapan yang menguntungkan bagi salah satu pihak ataupun lebih
melalui interaksi sosial. Modal kepercayaan ini dapat dimamfaatkan dalam perolehan
modal usaha, bentuk kepercayaan kepada karyawan, kepercayaan pembeli dan antar
sesama usahawan lainnya baik pekerja migran maupun tidak dengan tujuan harmonisasi
keberlangsungan usaha yang terbentuk. Modal jaringan sosial dapat dikembangkan
dengan lingkungan tempat usaha,tempat tinggal, hubungan kekeluargaan, dengan antar
sesama pekerja sektor informal, dengan pembeli, dan mitra usaha lainnya. Dalam hal
ini, peran modal jaringan sosial dapat membantu dalam akses informasi, mendapatkan
rekan bisnis, dapat membantu mengakses sumberdaya yang bertujuan untuk
memperluas pengembangan usaha.
Modal struktur sosial merupakan rangkaian dari relasi-relasi sosial yang
terwujud dalam masyarakat dan dapat mengatur tingkah laku indivdu. Seperti
pemamfaatan paguyuban, dengan adanya paguyuban yang disertai dengan struktur
sosial yang terbentuk dapat dijadikan sebagai pengkordiran kelompok dan juga dapat
sebagai pembatas agar setiap anggota berprilaku sesuai dengan norma dan nilai – nilai
yang dianut dalam paguyuban tersebut, sehingga memberikan kemudahan untuk
keberlangsungan usaha. Selanjutnya, nilai dan norma sosial terbentuk berdasarkan
kesepakatan bersama, baik berupa aturan atau kententuan – ketentuan yang dibentuk
berdasarkan nilai-nilai sosial yang dimiliki kelompok atau komunitas tersebut. Modal
nilai dan norma sosial dapat diterapkan baik dalam pembagian kerja dan waktu kerja,
proses usaha, dan lainnya. Seperti, ketika terjadi penyimpangan dengan adanya norma
maka akan terdapat sanksi didalamnya yang mencegah terjadinya penyimpangan
tersebut.
Dalam pustaka juga dijelaskan bahwa tidak hanya modal sosial yang
mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang. Melainkan ada beberapa variabel lain
yang mempengaruhi diantaranya: usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
pengalaman kerja, dan lama usaha. Usia berkaitan dengan produktivitas kerja,
sedangkan pada tingkat pendidikandalam usaha sektor informal berdasarkan analisis
pustaka yang telah dibaca tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan.
Pada jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pengeluaran dan tanggungan yang
41
dikeluarkan seseorang. Semakin banyak jumlah tanggungan maka pengeluaran semakin
banyak. Lokasi usaha berkaiatan dengan seberapa strategis tempat usaha. Semakin
strategis maka akan semakin mendapatkan banyak keuntungan. Pengalaman kerja
berkaitan dengan keterampilan bekerja. Dan lama usaha berkaiatan dengan seberapa
usaha yang dijalankan oleh seseorang. Kemudian dari hubungan variabel yang
ditemukan dalam pustaka yang telah dianalisis, modal sosial secara tidak langsung juga
berdampak pada kesejahteraan. Oleh karena itu, penulis menghubungkan peran modal
sosial terhadap ekonomi masyarakat berbasis sektor informal yang juga mempengaruhi
kesejahteraan masyarakat.
42
Kepercayaan
Modal Sosial
Jaringan Sosial
Nilai dan norma
sosial
Struktur sosial
Strategi
Pengembangan Usaha
Sektor Informal
Keberlanjutan
Usaha Sektor
Informal
Usia
Kesejahteraan
Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendidikan
Jumlah Tanggungan
Keluarga
Lokasi Usaha
Pengalaman Kerja
Jam Kerja
Gambar 14. Usulan Kerangka Pemikiran
43
40
Usulan Kerangka Pemikiran
Modal Sosial




Kepercayaan
Jaringan sosial
Struktur sosial
Norma
Strategi Pengembangan
Usaha Sektor Informal




Keberlanjutan Usaha
Sektor Informal
Akses modal usaha
Akses informasi
Akes mendapatkan
rekan bisnis
Akses sumber daya
Kesejahteraan





Keterangan
Hubungan Pengaruh :
Kebutuhan dasar
Kebutuhan sosial psikologis
Kebutuhan pengembangan
Kesehatan
Berelasi baik dengan
lingkungan
44
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka bepikir diatas dapat beberapa pertanyaan analisis
diantaranya adalah :
1. Sejauhmana hubungan peran modal sosial terhadap strategi pengembangan
usaha sektor informal ?
2. Sejauhmanakah hubungan strategi pengembangan usaha sektor informal
terhadap keberlanjutan usaha sektor informal ?
3. Sejauhmanakah hubungan keberlanjutan usaha sektor informal terhadap
kesejahteraan masyarakat pekerja sektor informal ?
DAFTAR PUSTAKA
Fahrudin, A. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Atif N, editor. Bandung (ID): PT
Refika Aditama.
Field J. 2003. Modal Sosial. Nurhadi, penerjemah; Muzir I; editor. Yogyakarta (ID):
Penerbit Kreasi Wacana. Terjemahan dari : Social Capital. Routledge.
Indonesia :Tren Sosial dan Ketenagakerjaan Agustus 2014.[Internet]. [diunduh tanggal
27
Maret
2015,
Pukul
15:31
WIB].
Dapat
diunduh
pada
:http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo
jakarta/documents/publication/wcms_329870.pdf
Abidin D. 2010. Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil. Jurnal Sosiologi
Masyarakat. [Internet]. [diunduh tanggal 01April 2015, Pukul 08:45 WIB]. Vol.
15,No
1
ISSN:
0852-8489.
Dapat
diunduh
pada
:
http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/viewFile/3708/2950
Djayastra dan Russicaria.2014. Analisis Faktor – Fakator yang Mempengaruhi
Pendapatan Kepala Rumah Tangga Miskin pada Sektor Informal di Kecamatan
Abiansemal Kabupaten Bandung. E-Jurnal EP Unud. [Internet].[diunduh tanggal
01 April 2015, Pukul 08:14 WIB]. Vol.3, No 4: 134-144 ISSN:2303-0178. Dapat
diunduh pada : http://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/8144/6480
Indartini M. 2009. Analisis Variabel yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pendapatan
Pedagang Makanan dan Minuman Kaki Lima di Alon-Alon Kota Madiun.
[Internet]. [diunduh tanggal 30 Maret 2015 pukul 21:51 WIB]. Vol. 10, No 1 : 6676.
Dapat
diunduh
pada
:
http://www.unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal%20Sosial/Jur
nal%20Sosial%202009/Maret/MINTARTI%20INDARINI.pdf
Kholis MR. 2006. Pemberdayaan Usaha Sektor Informal di Kelurahan Campaka
Kecamatan Andir Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. [Thesis]. [Internet].
[diunduh tanggal 15 Maret 2015 Pukul 15:06 WIB]. Dapat diunduh pada :
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9743/2006mrk.pdf?sequen
ce=2
Lembaga Penelitian UNPAD. 2008. Pemetaan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam
Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Barat. [Internet]. [diunudh pada tanggal 24
April
2015
pukul
10:00
WIB].
Dapat
diunduh
pada
:http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/pemetaan_dan_pemanfaat
an_modal_sosial.pdf
Manihuruk ML. 2013. Strategi Bertahan Pelaku Sektor Informal: Peranan Modal
Sosial Migran Pedagang Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor. [Internet].
[diunduh tanggal 27 Maret 2015, Pukul 15:14 WIB]. Dapat diunduh pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63155/I13mlb.pdf?sequenc
e=1
Maziyah . 2014. Peran Modal Sosial terhadap Eksistensi Pasar Tradsional (Studi Kasus
di Pasar Besar Malang ). Jurnal Ilmiah. [Internet]. [ diunduh tanggal 15 Maret
2015
pukul
18:00
WIB
].
Dapat
diunduh
pada
:
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/980
Mishra . Keterbatasan Pembuatan Kebijakan Ekonomi Informal di Indonesia : Pelajaran
Dekade Ini, ILO, Jakarta 2010. [Internet]. [diunduh tanggal 25 Maret 2015, pukul
15:00 WIB]. Dapat diunduh pada : http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/--asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_145401.pdf
46
Mustofa MF. 2013. Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha (Studi
Kasus: Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang). Jurnal Ilmiah. [Internet].
[dapat diunduh tanggal 15 Maret 2015, pukul 16:51 WIB]. Dapat Diunduh Pada :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=189060&val=6467&title=Per
an%20Modal%20Sosial%20pada%20Proses%20Pengembangan%20Usaha%20%
28Studi%20Kasus:%20%20Komunitas%20PKL%20SMAN%208%20Jalan%20V
eteran%20Malang%29
Pontoh O. 2010.Identifikasi dan Analisis Modal Sosial dalam Rangka Pemberdayaan
Masyarakat Nelayan Gangga Dua Kabupaten Minahasa Utara. [Internet].
[diunduh tanggal 13 April 2015, pukul 22:21 WIB]. Vol. 6, No. 3 : 125 – 133.
Dapat
diunduh
pada
:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/article/view/156/122
Rismawati SD. 2010. Pedagang Pasar Tiban dan Modal Sosial: Membangun Tatanan
Sosial-Ekonomi Lokal. Jurnal Penelitian. [Internet]. [diunduh tanggal15 Maret
2015, pukul 17:41 WIB].Vol 7, No.2 : 1 – 14. Dapat diunduh pada : http://ejournal.stain pekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/104/84
Santoso S. 2006. Kemampuan Bertahan Pedagang Warung HIK di Kota Ponorogo The
Survival of HIK In Ponorogo. Jurnal Penelitian Humaniora. [Internet]. [ diunduh
tanggal 15 Maret 2015 pukul 17:15 WIB]. Vol. 7, No. 2: 188- 201. Dapat diunduh
pada
:
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/514/6.%20SLAMET
%20SANTOSA.pdf?sequence=1
Siregar PR. 2011. Modal Sosial Para Pedagang Kaki Lima Etnis Jawa Studi di Daerah
Nagoya Kota Batam . Jurnal Fisip Umrah. [Internet]. [diunduh 13 Maret 2015,
pukul 17;06 WIB]. Vol.1 , No. 1 : 93 – 106. Dapat diuduh pada :
http://riset.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/2013/10/MODAL-SOSIAL-PARAPEDAGANG-KAKI-LIMA.pdf
Suandi. 2014. Hubungan Modal Sosial dengan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di
Daerah Perdesaan Jambi. [Internet]. [diunduh pada tanggal 25 April 2015 pukul
14:25
WIB].
Dapat
diunduh
pada:
journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2940
Suharto ,E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial). Bandung (ID): PT
Refika Aditama.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Reza Patni Arianto dilahirkan di Kabupaten Tanah
Datar, Sumatra Barat, 05 Desember 1993 dari pasangan Dafrimanto dan Yarneti.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal dijalani penulis
mulai dari TK. Baitul Makmur Minangkabau (1999-2000), SDN 21 Kelarsan Tanjung
(2000-2006), SMP Negeri 1 Sungayang (2006-2009), SMA Negeri 1 Sungayang,
Sumatera Barat (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis diterima menjadi mahasiswi
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, sejak pertama kali masuk dunia
perkulian, penulis sudah aktif mengikuti berbagai organisasi, yaitu bergabung dalam
Ikatan Pelajar Mahasiwa Minang Bogor (IPMM Bogor) dan mengikuti organisasi
HIMASIERA (Himpunan mahasiswa peminat ilmu-ilmu komunikasi dan
pengembangan masyarakat), serta ikut dalam kepanitian Jurnalistc Fair dan organisasiorganisasi diluar kampus lainnya. Hingga kini penulis masih menjadi mahasiswa aktif di
IPB.
Download