Laporan Studi Pustaka (KPM 403) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI MASYARAKAT PADA PROGRAM KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI WILAYAH PESISIR Oleh: Ike Chandra Novitasari I34120044 Dosen Pembimbing: Dr. Ir Sarwititi S Agung, Ms DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 i PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Pada Program Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Wilayah Pesisir ” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Januari 2016 Ike Chandra Novitasari NIM. I34120028 ii ABSTRAK IKE CHANDRA NOVITASARI. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Pada Program Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Wilayah Pesisir. SARWITI S AGUNG Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati sehingga diperlukan pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Tujuan penulisan untuk menganalisis dan menyintesa definisi pembangunan berkelanjutan, pengelolaan dan pendekatan serta menganalisis dan menyintesa persepsi masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada program konservasi keanekaragaman hayati di wilayah pesisir. Metode penulisan ini dilakukan dengan cara studi literatur yaitu pengumpulan data sekunder dari sumber-sumber yang terkait dengan topik konservasi keanekaragaman hayati di wilayah pesisir. Hasil penulisan ini menunjukkan adanya kaitan faktor internal dan faktor eksternal yang ada dalam masyarakat dengan persepsi masyarakat tentang pengetahuan lokasi zonasi, aturan yang berlaku dan sanksi pelanggaran. Kata kunci: faktor internal, faktor eksternal, persepsi, keanekaragaman hayati ABSTRACT IKE CHANDRA NOVITASARI.Analysis of Factors Affecting Public Perception in Biodiversity Conservation Program in Coastal Areas.SARWITI S AGUNG Indonesia is a country rich in biodiversity that is needed community-based resource management in accordance with the principle of sustainable development. The purpose of writing to analyze and synthesize the definition of sustainable development, management and approaches as well as analyzing and synthesizing public perception and the factors that influence on biodiversity conservation in coastal areas. This writing method is done by means of literature study is the collection of secondary data sources related to the topic of biodiversity conservation in coastal areas. Results of this paper show a link internal factors and external factors that exist in society with the public perception of science location of zoning, the applicable rules and sanctions violations. Keywords: internal factors, external factors, perception, biodiversity iii ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI MASYARAKAT PADA PROGRAM KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI WILAYAH PESISIR Oleh Ike Chandra Novitasari I34120044 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 iv LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Ike Chandra Novitasari Nomor Pokok : I34120044 Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Pada Program Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Wilayah Pesisir dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Dr. Ir Sarwititi S Agung, Ms Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : _______________ v PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah mencurahkan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Pada Program Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Wilayah Pesisir” ini dengan baik. Penulisan Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir Sarwititi S Agung, Ms selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Ibu Sulistyorini selaku orangtua yang selalu memberikan saran, masukan, dukungan dan doa yang sangat bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan Studi Pustaka ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa Departemen SKPM seluruh angkatan, khususnya SKPM 49, yang selalu menemani dalam proses perkuliahan selama beberapa tahun ini dan memberikan pelajaran bermakna kepada penulis. Akhirnya penulis berharap, semoga laporan studi pustaka ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2016 Ike Chandra Novitasari I34120044 vi DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ...................................................................................................................................... vii PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1 Latar belakang .......................................................................................................................................... 1 Tujuan Penulisan ...................................................................................................................................... 1 Metode Penulisan ..................................................................................................................................... 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA .............................................................................................. 3 Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia (Problem of Biodiversity Management in Indonesia) ....................................................................................................................... 3 Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir ......................................................................................... 4 Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati Dalam menunjang Pembangunan Yang Berkelanjutan ....... 5 Sikap dan Persepsi Masyarakat Mengenai Sumberdaya Pesisir dan Laut di Indonesia ........................... 6 Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Terpadu ........................................................................................................... 8 Pemanasan Global dan Keanekaragaman Hayati ................................................................................... 11 Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat pada Pengelolaan KKLD Ujungnegoro Kabupaten Batang ............................................................................................................................................................... 12 Keanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Kota Ambon dan Konsekuensi Untuk Pengembangan Pariwisata Pesisir ................................................................................................................................... 13 Konsep Pengelolaan Ekosistem Pesisir (Studi Kasus Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jateng) .................................................................................................................................................... 14 Relating costs to the user value of farmland biodiversity Measurements .............................................. 16 Creating a biodiversity science community: Experiences from a European Network of Knowledge .... 17 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 19 Konsep Konservasi ................................................................................................................................ 19 Konsep Keanekaragaman Hayati ........................................................................................................... 19 Konsep Wilayah Pesisir ......................................................................................................................... 20 Konsep Pembangunan Berkelanjutan ..................................................................................................... 21 Konsep Pendekatan ................................................................................................................................ 22 Konsep Pengelolaan ............................................................................................................................... 22 Konsep Persepsi ..................................................................................................................................... 24 SIMPULAN ............................................................................................................................................... 26 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ....................................................................................................... 26 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Analisis Baru ............................................................................... 26 Usulan Kerangka Analisis Baru ............................................................................................................. 26 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 28 LAMPIRAN ............................................................................................................................................... 30 RIWAYAT HIDUP.................................................................................................................................... 42 vii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Baru ............................................................................................... 27 DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbandingan Pengertian Konservasi........................................................................................... 19 Tabel 2. Perbandingan Pengertian Keanekaragaman Hayati ..................................................................... 19 Tabel 3. Perbandingan Pengertian Wilayah Pesisir ................................................................................... 20 Tabel 4. Perbandingan Pengertian Pembangunan Berkelanjutan ............................................................... 21 Tabel 5. Perbandingan Pendekatan-Pendekatan ........................................................................................ 22 Tabel 6. Perbandingan Pengertian Pengelolaan ......................................................................................... 23 Tabel 7. Perbandingan Konsep Persepsi .................................................................................................... 25 1 PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Menurut Dahuri (2003), karakteristik geografis Indonesia serta struktur dan tipologi ekosistemnya yang didominasi oleh lautan telah menjadikan bangsa Indonesia sebagai Mega-biodiversity terbesar di dunia, yang merupakan justifikasi bahwa Indonesia merupakan salah satu negara bahari terbesar di dunia. Sementara itu pembangunan yang dilakukan selama ini belum mengacu pada pembangunan yang tidak hanya semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi namun dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan para pelaku pembangunan secara adil dan terpeliharanya daya dukung dan kualitas lingkungan secara seimbang untuk menuju pembangunan yang berkelanjutan untuk anak cucu kita. Untuk itu perlunya suatu sistem pembangunan yang memuat 3 (tiga) dimensi pembangunan ekonomi sosial dan pembangunan lingkungan secara sekaligus menurut Salim (2007). Tiga pilar pembangunan berkelanjutan sejak deklarasi Stokholm 1972 menuju Rio de Jeneiro 1992, sampai dengan Rio+10 di Johanesburg 2002 menekankan perlunya koordinasi dan integrasi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan dalam setiap pembangunan nasional dengan pendekatan kepandudukan, pembangunan dan lingkungan sampai dengan integrasi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang menjadi pertimbangan sekarang adalah bagaimana pelaksanaan untuk menitegrasikan ketiga pilar tersebut. Dalam keterkaitannya dengan pembangunan berkelanjutan jika prinsip-prinsip tersebut tidak terpenuhi maka terjadi kehilangan keanekaragaman hayati yang di sebabkan antara lain : (1) populasi penduduk yang meningkat yang berakibat langsung pada konsumsi sumberdaya alam; (2) penyempitan spektrum produk yang diperdagangkan dalam bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan; (3) sistem dan kebijakan ekonomi yang tidak memberi penghargaan kepada lingkungan dan sumberdayanya, seperti perubahan fungsi lahan pertanian menjadi wilayah pemukiman; (4) ketidakadilan dalam kepemilikan, pengelolaan, dan penyaluran keuntungan dari penggunaan dan pelestarian sumberdaya hayati; (5) kurangnya pengetahuan dan penerapan tentang keanekaragaman hayati; dan (6) sistim hukum dan kelembagaan yang mendorong eksploitasi. Diperlukan upaya konservasi untuk melindungi keanekaragaman hayati tersebut. Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 1997,pengertian konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatan secara bijaksana dan sumberdaya alam terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaanya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai keanekaragamannya. Dengan segala permasalahan yang ada ini keanekaragaman hayati mulai berkurang karena pengelolaan dalam pembangunan kurang berkelanjutan. Disamping itu keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan program konservasi keanekaragaman hayati juga penting. Sejauh mana persepsi masyarakat dengan konservasi keanekaragaman hayati di wilayah pesisir. Serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi persepsi masyarakat terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati di wilayah pesisir. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan studi pustaka ini untuk menganalisis dan menyintesa definisi pembangunan berkelanjutan, pengelolaan dan pendekatan serta menganalisis dan menyintesa persepsi masyarakat terkait konservasi keanekaragaman hayati di wilayah pesisir dan juga faktor-faktor apa yang mempengaruhi persepsi tersebut. 2 Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam studi pustaka ini yaitu meringkas, menganalisis, dan menyimpulkan dengan menggunakan berbagai literature penelitian berupa jurnal penelitian ilmiah nasional maupun internasional, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan judul studi pustaka ini yaitu Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Pada Program Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Wilayah Pesisir. Jurnal penelitian nasional yang digunakan berjumlah 10 jurnal, dan 2 jurnal internasional. Hasil dari penelitian tersebut digunakan sebagai landasan teori studi pustaka dan juga konsep mengenai pembangunan berkelanjutan, pengelolaan, faktor-faktor, pendekatan, dan persepsi dan lain-lain. Studi pustaka ini terdiri dari Bab I yang berisi Pendahuluan; Bab II berisi ikhtisar atau ringkasan dari literatur-literatur jurnal dan thesis yang berkaitan dengan judul dari studi pustaka; Bab III berisi tentang rangkuman dan pembahasan mengenai literatur-literatur yang sudah diringkas dan disesuaikan dengan judul dari studi pustaka, dan Bab IV berisi tentang simpulan beserta kerangka pemikiran dan perumusan masalah dari Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Pada Program Konservasi Keanekaragaman Hayati di Wilayah Pesisir. 3 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL Tanggal akses : : : : : : : Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia (Problem of Biodiversity Management in Indonesia) 2000 Jurnal Digital Okid Parama Astirin http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0101/D010107.pdf 15 September 2015 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi sumberdaya keanekaragaman hayati yang tinggi yang dimiliki oleh Indonesia. Kekayaan sumberdaya ini dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari segi ekonomi keanekaragaman hayati semakin terancam dengan adanya peningkatan pemakaian sumberdaya alam tak terbarukan sehingga mengganggu keanekaragaman hayati yang ada. Dalam penelitian ini dikaji beberapa permasalahan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagian besar sumberdaya alam yang dimanfaatkan secara optimal masih sedikit. Sisanya belum dimanfaatkan secara optimal dapat dilihat dari pemanfaatan yang dilakukan juga masih bersifat langsung. Artinya tidak ada pengolahan terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan kurang diperhatikannya sumberdaya yang ada. Pihak-pihak yang berkepentingan akan mengeksploitasi secara berlebihan sehingga akan berdampak pada ekosistem. Di dalam ekosistem tersebut terdapat keanekaragaman hayati yang tinggi. Karena hal-hal tersebutlah semakin banyak spesies yang rentan. Penyusutan keaekaragaman hayati juga semakin tinggi. Kondisi semakin parah dengan degradasi lahan yang semakin meluas. Upaya untuk mencegah hal-hal tersebut juga belum berhasil dilakukan salah satunya adalah konservasi yang kurang tepat dilakukan. Konservasi kurang mendapatkan respon yang baik dari masyarakat. Kasus lain konservasi gagal dilakukan dan berujung pada konflik. Pemerintah melalui undang-undang masih belum memliki kekuatan dimana implementasi UU masih tergolong lemah. Kebijakan semakin tidak jelas karena tidak mencakup aspek sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat saat ini. Itulah permasalahan-permasalahan pengelolaan yang terjadi di Indonesia. Tentu permasalahan-permasalahan tersebut tidak akan terselesaikan dengan baik bila pengelolaan dalam menjaga keanekaragaman hayati ini tidak tepat. Diperlukan strategi khusus dalam konteks nasional sehingga kebijakan yang diambil juga dapat berjalan dengan tepat. Berikut strategi-strategi pengelolaan yang baik. Ruang lingkup yang dikaji adalah dalam konteks nasional maka diperlukan integrasi berbagai sektor dipemerintahan. Selama ini dalam pemerintahan sering terjadi tumpang tindih kebijakan pemerintah. Untuk mengatasinya berbagai sektor pemerintahan hendaknya terintegrasi dengan baik. Startegi lain adalah penerapan kawasan konservasi secara in situ dan ex situ secara terpadu. Konservasi yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan ekosistem. Selain itu dapat juga menggunakan bioteknologi dan pemuliaan tanaman. Teknologi untuk meningkatkan kualitas tanaman juga sudah semakin berkembang dengan baik. Peluang ini memungkinkan pemuliaan tanaman dapat dilakukan. Masalah yang ditangani cukup luas tentu diperlukan pembagiaan tanggungjawab dengan pihak terkait. Pengelolaan tidak bisa diselesaikan seorang diri saja. Berbagai sektor saling terkait satu dengan yang lainnya. Demikian hal nya dengan pemerintah harus bisa menegakkan UU. Peran masyarakat melakukan kewajiban sebagai warga negara. Semua itu tak akan terlepas dengan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Jika manusia sudah mencapai 4 pemenuhan kebutuhan dasarnya maka manusia tidak akan cenderung merusak alam. Penelitian dari akademisi juga dibutuhkan dalam menyusun setiap kebijakan. Strategi terakhir LSM melihat potensi yang ada dalam masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sudah saatnya Indonesia untuk mawas diri dalam menjaga keanekaragaman hayati yang ada sehingga strategi nasional perlu untuk diterapkan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati. Analisis Dalam penelitian ini dipaparkan berbagai permasalahan tentang pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati secara nasional namun kekurangannya permasalahan ini yang dipaparkan dalam jurnal belum dipetakan atau dikelompokkan secara jelas. Selain itu juga masih terdapat permasalahan yang belum semua dituliskan sekalipun sudah mewakili permasalahan-permasalahan tersebut terjadi di Indonesia. Untuk pengelolaan yang baik diperlukan strategi nasional pengelolaan yang baik melibatkan semua pihak-pihak yang terkait. Antara pemerintah, swasta dan masyarakat berhubungan baik dan saling terintegrasi. Kekurangan penelitian ini tidak dijelaskan secara jelas metode yang dipakai. Sejauh ini metode yang digunakan adalah literatur. Kelebihan penelitiaan ini sudah mencakup semua saran-saran untuk berbagai stakeholder yang ada. 2. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL Tanggal akses : : : : : : : Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir 2002 Jurnal Digital Achmad Djunaedi dan M. Natsir Basuki http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/34 4/576 15 September 2015 Penelitian ini dilatarbekangi oleh berbagai masalah yang muncul dalam pengembangan kawasan pesisir. Permasalahan tersebut seperti menurunnya kualitas lingkungan, overuses, degradasi lingkungan, menurunnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat nelayan, dan konflik kepentingan. Pengembangan kawasan pesisir memperhatikan karakteristik setiap wilayah pesisir karena karakteristiknya sangat berbeda-beda sehingga penanganan permasalahannya pun hendaknya juga berbeda. Selain itu kawasan pesisir juga saling mempengaruhi satu dengan yang lain sehingga perlu pengembangan yang tepat. Kawasan pesisir dapat dibagi dua konsep secara wilayah dibagi menjadi wilayah formal dan wilayah fungsional. Kawasan pesisir dibedakan karena perbedaan karakteristik yaitu kawasan ini terjadi agregrasi berbagai komponen, spesisfik, energy supply, dan buffer. Seperti telah dijelaskan sebelumnya kawasan pesisir ini tidak lepas dari berbagai permasalahan yang ada diantaranya penurunan kualitas lingkungan, overuses (penggunaan sumberdaya alam yang berlebihan). Dari penggunaan yang cenderung melakukan eksploitasi maka akibatnya terjadi degradasi lingkungan. Tentunya menurunnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat nelayan diakibatkan kawasan pesisir sudah tidak mencukupi lagi memenuhi kebutuhan akan sumberdaya yang dibutuhkan masyarakat, dan terakhir adalah berbagai konflik kepentingan. Karena permasalahan-permasalahan tersebut maka diperlukan perencanaan kawasan pesisir yang sesuai dengan konteks wilayah. Perencanaan pengembangan wilayah pesisir yang sesuai akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan pesisir. Untuk mencapai hal tersebut perlu perencanaan wilayah pesisir terpadu. Pendekatan perencanaan yang dilakukan adalah pendekatan ekologis, pendekatan fungsional/ekonomi, pendekatan sosio-politik, dan 5 pendekatan behavioral dan kultural. Selain itu terdapat satu pendekatan tambahan lagi yaitu pendekatan instrumental. Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah dalam proses perencanaan. Ada 6 langkah proses perencanaan yang dapat dilakukan yaitu pertama, definisi permasalahan. Sebelum membuat sebuah program wajib diketahui terlebih dahulu apa dianggap masalah bagi masyarakat tersebut. Kedua, menetapkan kriteria evaluasi. Sebuah program yang baik dapat dievaluasi dengan tepat juga. Ketiga, identifikasi alternatif-alternatif. Keempat adalah evaluasi alternatif-alternatif yang ada. Kelima, melakukan pembandingan alternatif-alternatif. Bila sudah diketahuai dan dan dievaluasi kemungkinan alternatif yang ada supaya dari alternatif tersebut dapat terjadi proses perencanaan yang sesuai. Yang keenam adalah penilaian outcome. Tidak kalah penting lagi adalah mengintregrasikan semua stakeholder dalam perencanaan. Perencanaan tidak akan berjalan dengan baik bila tidak melibatkan orang-orang yang berkepentingan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masing-masing wilayah berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda pula permasalahan yang dimiliki oleh karena itu penanganannya harus berbeda. Kedua perencanaan pengembangan wilayah pesisir wilayah pesisir hendaknya masyarakat dapat dilibatkan mulai dari tahap perencanaan karena ini merupakan tahap yang mutlak. Masyarakat seharusnya sadar terhadap terhadap perencanaan dan permasasalahan-permasalahan serta mengakui rencana-rencana ini. Menyikapi hal tersebut diperlukan suatu rencana yang sifatnya logis, realistis, implementatif, fleksibel dan acceptable bagi masyarakat. Analisis Dalam penelitian ini dijelaskan kawasan pesisir dibedakan karena perbedaan karakteristik yaitu kawasan ini terjadi agregrasi berbagai komponen, spesifik, energy supply, dan buffer. Pemisahan karakteristik ini berdasarkan kandungan sumbedaya yang ada. Pendekatan perencanaan yang dilakukan adalah pendekatan ekologis, pendekatan fungsional/ekonomi, pendekatan sosio-politik, dan pendekatan behavioral dan kultural. Selain itu terdapat satu pendekatan tambahan lagi yaitu pendekatan instrumental. Sedangkan untuk perencanaannya terdapat beberapa langkah yang harus diikuti. Memang tidak semua pendekatan dan perencanaan akan sesuai dengan kondisi lapangan namun cukup mewakili untuk digunakan dan diterapkan dalam masyarakat. Ini merupakan kelebihan dari penelitian ini. Kekurangan penelitian ini tidak dijelaskan secara jelas metode yang dipakai. Sejauh ini metode yang digunakan adalah literatur. 3. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL Tanggal akses : : : : : : : Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati Dalam menunjang Pembangunan Yang Berkelanjutan 2009 Jurnal Digital Suhartini 15 September 2015 Indonesia memiliki sumberdaya keanekaragaman hayti yang tinggi. Keanekaragaman hayati ini penting bagi manusia yang menerima manfaatnya bahkan juga disebut sebagai modal dasar pembangunan negara dan juga paru-paru dunia. Namun Indonesia juga memiliki tingkat keterancaman yang tinggi juga. Hal ini disebabkan oleh pembangunan yang cepat dan menekan penyusutan keanekaragaman hayati yang ada. Ini adalah latar belakang penelitian ini sehingga perlu upaya yang benar dalam mencegah terjadinya kerusakan yang lebih lanjut. Salah satunya dengan cara konservasi 6 keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman hayati memiliki tiga prinsip yaitu save, study dan use. Sedangkan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati menurut UU No. 5 Tahun 1990 memiliki tiga prinsip juga yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Keanekaragaman hayati sendiri ada tiga jenis yaitu spesies, genetik, dan komunitas. Kenyataan di masyarakat konservasi sering tidak sesuai dengan tujuannya. Muncullah permasalahan antara lain perluasan areal pertanian dengan membuka hutan. Hutan yang seharusnya dipelihara dan dijaga kini digunakan sebagai lahan pertaniaan untuk mencukupi kebutuhan manusia sendiri. Hutan yang seharusnya menunjang kehidupan kini menjadi rusak. Masalah selanjutnya adalah rusaknya habitat varietas liar. Kemudian alih fungsi lahan juga turut memperparah kondisi yang ada. Lahan pertanian yang ada juga menjadi lahan penggunaan lain. Pencemaran lingkungan juga terjadi sebagai akibat kerusakan alam yang ada. Varietas unggul yang ada juga semakin meluas dan perkembangan biotipe hama. Selain permasalahan-permasalahan diatas masih ada aspekaspek yang harus diperhatikan yaitu aspek pemanfaatan, aspek pelestarian, aspek pengetahuan dan aspek kebijakan. Berbagai aspek inilah yang sedang di tanamkan dalam pengelolaan konservasi keanekaraman hayati. Hal ini tidak mudah namun dapat diatur strategi yang sesuai dengan hal ini. Untuk melindungi keanekaragaman hayati yang ada maka perlu strategi yang baik. Salah satunya adalah Agenda 21 Indonesia (1997). Tujuan dari agenda tersebut adalah meningkatkan pembentukan sistem kawasan lindung, melestarikan keanekaragaman hayati pada kawasan agrosistem, pelestarian keanekaragaman hayati secara ex-situ, melindungi sistem pengetahuan masyarakat tradisional, mengembangkan dan mempertahankan sistem pengelolaan keanekaragaman hayati berkelanjutan. Agenda 21 ini dibentuk sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang memenuhi kebutuhan mereka. Syarat yang harus dipenuhinya adalah peningkatan potensi produksi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan hidup serta menjamin terciptanya kesempatan yang merata dan adil bagi semua orang. Sedangkan tujuan intinya adalah keberlanjutan. Berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan ada lima karakteristik pembangunan berkelanjutan, memperhatikan tiga komponen utama tujuan sustainable development yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Ada tiga konsep pengelolaan perdesaan dan sembilan subbutir rencana tindak lanjut keanekaragaman hayati. Melalui konsep tersebut kegiatan yang dilakukan harus menunjang pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan yang mencakup tiga komponen utama yaitu pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial. Analisis Dalam penelitian ini dijelaskan juga bagaimana cara pengelolaan sesuai dengan agenda 21. Dimana hal yang ditekankan disini adalah pembangunan berkelanjutan. Peran pengelolaan konvervasi keanekaragaman hayati yang baik dapat menjadi pembangunan berkelanjutan. Ada tiga pilar pembangunan berkelanjutan diantaranya memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Selain itu juga terdapat lima karakteristik yang dapat digunakan sebagai indikator pembangunan berkelanjutan. Namun penelitiaan ini kurang sesuai seiring dengan perkembangan masa yang ada saat ini. Banyak kebijakan yang telah berubah juga. Kekurangan lain penelitian ini tidak dijelaskan secara jelas metode yang dipakai. Sejauh ini metode yang digunakan adalah literatur. Tidak semua jurnal memaparkan metode yang dipakai hal ini tergantung studi yang dilakukan. 4. Judul Tahun : : Sikap dan Persepsi Masyarakat Mengenai Sumberdaya Pesisir dan Laut di Indonesia 2001 7 Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL : : : : Tanggal akses : Jurnal Digital Ian M. Dutton http://www.crc.uri.edu/download/JurnalPLVol3No3O.pdf#page=47 05 Oktober 2015 Penelitian ini tentang sumberdaya pesisir dimana terdapat temuan-temuan penting diantaranya pengetahuan masyarakat. Selama ini masyarakat masyarakat telah memiliki pengetahuan sendiri tentang cara bagaimana mengelola sumber daya pesisir. Hal ini disebut sebagai kearifan lokal masyarakat. Temuan yang lain pemanfaatan sumberdaya. Masyarakat memiliki cara sendiri bagaimana memanfaatkan sumberdaya yang ada. Hal ini tentu juga menuntukan sikap dan persepsi masyarakat terhadap sumberdaya. Persepsi masyarakat juga menentukan temuan-temuan ini. Namun disisi lain masayarakat kurang akan informasi sumberdaya pesisir ini. Hal ini tidak hanya akibat kurangnya pengetahuan namun juga sebagai akibat dari tidak ada sumber yang pasti mengenai aspirasi masyarakat dalam mengelola sumberdaya pesisir yang ada. Dari hal ini dilakukanlah survei sebagai masukan bagi Departemen Kelautan dan Perikanan untuk mengembangkan proyek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survei. Setelah survei mengalami revisi sebanyak tiga kali, uji coba pelaksanaan sebanyak dua kali, dan pelatihan pewawancara, survei dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2000. Dari setiap wilayah, yaitu Jabotabek, Lampung, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur, diambil sampel masing-masing 400 orang responden. Ke 1600 responden di setiap lokasi kemudian distratifikasi dengan mengelompokkan penduduk di wilayah perkotaan (urban), wilayah desa pedalaman, dan wilayah desa pesisir. Rumah tangga dan orang dewasa dalam rumah tangga terpilih yang menjadi target wawancara dipilih secara acak dengan berdasarkan pada informasi Rukun Tetangga. Wawancara terhadap responden dilakukan selama kira-kira satu jam. Diskusi penelitian ini adalah masyarakat pesisir sebenarnya menyadari pentingnya sumberdaya alam pesisir. Namun pengetahuan masyarakat masih tergolong kurang sehingga pemanfaatan sumberdaya alam juga masih kurang. Salah satunya pengetahuan tentang negara kepulauan Indonesia. Masyarakat belum sepenuhnya memahami kondisi geografis negara Indonesia. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat akan dimana letak laut yang ada di Indonesia ini. Kemudian tidak banyak yang tahu bahwa Indonesia memiliki beribu-ribu pulau. Sedangkan sedikit yang tahu juga bahwa keanekaragaman hayati Indonesia sangat besar. Masyarakat juga kurang paham dengan berbagai fenomena yang terjadi di luar tempat tinggal mereka. Bahkan masyarakat juga tidak tahu siapa menteri Kelautan dan Perikanan. Dilain hal pengetahuan tentang sumberdaya lau masih tergolong sempit. Untuk pemanfaatan sumberdaya sendiri secara umum masyarakat menganggap sumberdaya sebagai sumber pangan untuk dikonsumsi pribadi/keluarga, sumber pangan untuk dijual, sarana transportasi laut dan sumber produk-produk laut untuk dijual secara lokal. Sumberdaya juga dimanfaatkan untuk kegiatan melancong yaitu rekreasi yang populer di wilayah pesisir dan laut. Untuk sikap dan persepsinya masyarakat memiliki perhatian pada kelestarian sumberdaya alam dengan pernyataan bahwa masyarakat mengganggap bahwa kondisi laut di Indonesia semakin memburuk. Persepsi masyarakat juga beragam dimana mereka menyatakan bahwa nelayan yang menggunakan teknik ilegal harus dihukum, kura-kura 8 laut dan lumba-lumba yang tertangkap harus dilepaskan kembali, ikan yang belum cukup umur harus dilepaskan kemali ke laut, bersedia untuk ikut serta dalam kegiatan Kesimpulan penelitian adalah pengetahuan formal masyarakat masih kurang. Nilai-nilai sumberdaya alam pesisir masih dimanfaatkan dengan tujuan fungsional. Selanjutnya penentuan kebijakan harus menempatkan kepentingan masyarakat juga. Analisis Persepsi masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam masih cenderung rendah. Dijelaskan juga bagaimana penggunaan secara langsung dapat merusak keakekaragaman hayati yang ada. Hal ini akan mengancam kelestarian keanekaragaman hayati yang ada. Masyarakat belum sepenuhnya memiliki pandangan formal terkait peran mereka juga dalam menjaga keanekaragaman hayati. Agar pengelolaan sumberdaya ini dapat berjalan dengan baik disarankan bahwa pengelolaan juga melibatkan masyarakat. Hasil dari analisis dan data yang diambil belum disajikan secara jelas meskipun sudah cukup terbaca inti dari penelitian tersebut. Metode yang digunakan sudah cukup lengkap. 5. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL : : : : : Tanggal akses : Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Terpadu 2001 Jurnal Digital Victor P.H Nikijuluw http://www.crc.uri.edu/download/Proceeding_ToT_IC M.pdf#page=17 05 Oktober 2015 Latar belakang dari penelitian ini adalah hubungan antara aspek sosial ekonomi, strategi pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan pesisir secara terpadu. Dalam penelitian ini dikaji siapa dan bagaimana pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir tersebut. Dikaji dari aspek sosial dan ekonomi ada paradigman pemberdayaan sosial ekonomi yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumberdaya perkonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Ada juga program pengentasan kemiskinan nelayan diatranya motorisasi armada perikanan, penggunaan es dan rantai dingin, pengadaan prasarana pelabuhan, rehabilitasi lingkungan, protekan 2003, pengembangan koperasi perikanan, pengembangan kelompok usaha bersama, pengembangan kemitraan usaha. Selain itu tanggungjawab stakeholder dan pemberdayaan. Untuk strategi pemberdayaan masyarakatnya menggunakan strategi pendekatan pemberdayaan masyarakat pesisir. Pendekatan tersebut antara lain, pertama mengembangkan mata pencaharian alternatif. Nelayan tidak selamanya bisa melaut. Ketika nelayan sudah tidak mampu melaut mereka harus bisa mencari pekerjaan pengganti. Cara lainnya dengan mengembangkan budidaya tambak ikan. Pekerjaan yang dilakukan harus dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan masing-masing nelayan. Kedua akses terhadap modal. Masyarakat miskin tidak memiliki modal yang cukup untuk memulai usahanya bahakan untuk makan sehari-hari mereka harus mencarinya setiap hari. Ketiga akses terhadap teknologi. Cara-cara tradisional masih sering digunakan nelayan seperti menggunakan alat tangkap yang masih sangat sederhana. Hal ini menyebabkan hasil tangkapannya juga kurang banyak. Keempat adalah akses terhadap pasar. Hasil tangkapan nelayan bila tidak tersalurkan ke psaran tentu akan percuma. Nelayan butuh 9 pasar yang dapat memberikan harga yang sesuai dengan hasil produksinya. Terakhir adalah pengembangan aksi kolektif. Hidup berkelompok tentu akan mengembangkan nelayan lebih peduli terhadap sekitarnya dan selain itu nelayan mempu bertahan untuk menghadapi tantangan yang ada. Strategi pendekatan pemberdayaan tersebut tidak akan berjalan dengan baik bila tidak didukung dengan pengelolaan pesisir yang benar. Ada beberapa kekuatan dari pengembangan kawasan pesisir secara terpadu di antaranya jumlah penduduk pesisir yang cenderung bertambah dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Kelompok sasaran nelayan buruh yang memiliki kemauan dan keinginan untuk mengembangkan usaha nelayan skala kecil (motor tempel). Petani budidaya ikan skala kecil dan buruh tambak pengolah ikan tradisional, pedang ikan setempat dan pelaku ekonomi skala kecil lainnya yang berusaha di daerah pesisir. Diperlukan pengelolaan secara terpadu yaitu suatu cara dimana menginternalisasikan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu. Dibahas dalam penelitian ini program PEMP, tujuan dan spektrum PEMP, proses PEMP, prinsip pengelolaan PEMP dan pengembangan program PEMP. Analisis Masyarakat pesisir ini bergantung pada sumberdaya yang ada di laut. Programprogram yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan masyarakat pesisir juga sudah banyak. Namun program tidak akan berhasil bila tidak melalui pendekatan yang dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri. Pengembangan kawasan pesisir juga kurang bila tidak didukung oleh masyarakat sehingga penting untuk mengajak peran serta masyarakat. Pengelolaan yang terpadu dalam jurnal ini dengan adanya program PEMP. Dari sekian banyak program yang belum berhasil diharapkan ini dapat berhasil. Hasil dari analisis program ini dapat menjadi acuan program-program yang lain sehingga bisa menjadi model yang sesuai. Kekurangan lain penelitian ini tidak dijelaskan secara jelas metode yang dipakai. Sejauh ini metode yang digunakan adalah literatur. 6. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL Tanggal akses : : : : : : : Upaya The Nature Conservancy Dalam Konservasi Terumbu Karang dan Lingkungan Pesisir Di Kawasan Perairan, Nusa Penida, Bali 2015 Jurnal Digital Santi Pradayani Savitri http://ojs.unud.ac.id/index.php/hi/article/view/11510 05 Oktober 2015 Latarbelakang dari penelitian kali ini adalah ancaman hancurnya terumbu karang yang dapat menyebabkan punahnya hutan laut sebagai sumber bagi perikanan, pariwisata maupun garis pantai. Menyikapi hal ini maka NGO internasional bekerjasama dengan pemerintah Indonesia, komunitas lokal maupun stakeholder untuk bersama-sama melestarikan terumbu karang dan lingkungan Bali yang termasuk dalam segitiga pusat terumbu karang . Selanjutnya program ini diberi nama TNC-CTC yang memerankan peran yang penting untuk menyelamatkan lingkungan. Kawasan konservasi perairan menjadi topik utama dalam penelitian ini. Dibahas tentang bagaimana pembangunan ditujukan supaya sustainable development dapat terwujud. Konsep pembangunan berkelanjutan ini dapat diterapkan dalam kawasan konservasi perairan. Dari kajian pustaka yang diambil dapat diambil konsep dan teori Non Governmental Organization berupa lembaga non pemerintahan sering didefinisikan sebagai lembaga non profit, kelompok warga sukarela baik yang diselenggarakan pada 10 tingkat lokal, tingkat nasional maupun internasional. NGO ini didorong oleh orang-orang dengan kepentingan bersama, melakukan berbagai pelayanan dan fungsi kemanusiaan, menyampaikan aspirasi rakyat terhadap pemerintah, mendorong partisiasi politik ditingkat masyarakat. Kemudian ada sustainable development atau konsep pembangunan berkelanjutan yang memiliki lima prinsip utama yaitu prinsip keadilan antar generasi, prinsip keadilan dalam satu generasi, prinsip pencegahan diri, prinsip perlindungan keanekaragaman hayati, dan internalisasi biaya lingkungan dan mekanisme insentif. Ketiga adalah stakeholder yang artinya adalah semua orang yang memiliki saham atau porsi yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai pemegang pengaruh dalam suatu isu tertentu atau sistem. Ada 5 jenis dari stakeholder yaitu stakeholder kunci, stakeholder primer, stakeholder sekunder, stakeholder aktif, dan stakeholder pasif. Penjelasan terakhir adalah development intervention yang artinya kerjasama , kemitraan dan berkelanjutan. Semuanya tentu hal ini tidak terlepas dari peran stakeholder dimana mereka memegang pengaruh dalam sistem pembangunan. LSM atau NGO juga dapat berperan dalam menyalurkan aspirasi masyarakat. Hal ini sangat penting dengan cara development intervention yaitu kerjasama berbagai pihak dalam pembangunan. Bila semua pihak sudah bekerja sama maka pembangunan berkelanjutan tidak akan susah lagi untuk dicapai. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif . Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat digolongkan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh langsung dari objek yang diteliti sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung seperti melalui dokumen atau data tertulis, foto, statistik dan sumber-sumber lainnya dari lembaga atau institusi tertentu. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah organisasi The Nature Conservancy di Indonesia. Unit analisis TNC di Indonesia digunakan untuk melihat serta menganalisa fenomena yang terjadi sehubungan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Dalam menentukan narasumber (sample) penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hal ini TNC melakukan peran penting yaitu pendekatan kepada pemerintah dan masyarakat juga. Pengaruh pendidikan publik untuk meningkatkan kesadaran pentingnya memelihara terumbu karang juga masih terus dilakukan. Hal ini juga sampai dengan advokasi kebijakan yang dilakukan. Advokasi dilakukan juga terhadap pemerintah sebagai payung hukum yang ada. Hasil atau kesimpulan dari penelitian ini terkait peran NGO, strategi dan pendekatan yang dilakukan supaya diterima oleh masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa program ini berhasil karena kesadaran akan cinta lingkungan masyarakat semakin meingkat melalui dibentuknya kebijakan adat. Peraturan yang dimuat dalam kebijakan desa adalah pelarangan untuk penebangan mangrove, pengambilan pasir pantai, dan larangan untuk pengambilan terumbu karang. Melalui pembentukan kawasan konservasi, masyarakat juga dapat merasakan keuntungan dengan tetap terjaganya persediaan ikan untuk di masa depan, sehingga hasil perikanan di Nusa Penida terjadi peningkatan. Selain itu, masyarakat juga dapat menggunakan panorama sumber daya alam yang tersedia sebagai sebuah lapangan kerja dan wisatawan juga datang ke Nusa Penida untuk menyaksikan keindahan panorama bawah laut Perairan Nusa Penida. Analisis Konsep pembanguan berkelanjutan semakin gencar diterapkan dalam berbagai segi pembangunan. Salah satunya adalah dengan kerjasama yang banyak dilakukan oleh NGO, pemerintah maupun masyarakat. Tujuannya lebih banyak untuk melindungi kelestarian sumberdaya alam, keanekaragaman hayati dan lingkungan. Tujuan penelitian ini terlalu fokus pada sumberdaya alam dan lingkungan. Kurang manfaatkan aspek-aspek yang terjadi dalam masyarakat yang ada. Berbagai pendekatan kembali lagi-lagi dilakukan supaya setiap program yang dibawa atau yang akan implementasikan dapat 11 diterima oleh masyarakat. Strategi dan juga advokasi dilakukan oleh berbagai pihak bila kebijakan-kebijakan masih belum mementingkan kondisi masyarakat. Selain itu kelemahan penelitian ini juga peran serta upaya hal-hal yang masih bersifat umum. 7. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL Tanggal akses : : : : : : : Pemanasan Global dan Keanekaragaman Hayati 2007 Jurnal Digital Tuti Suryati, Fadilah Salim dan Titi Resmi https://scholar.google.co.id/scholar?q=Pemanasan+Glo bal+dan+Keanekaragaman+Hayati&btnG=&hl=id&a s_sdt=0%2C5 15 September 2015 Latar belakang daripenelitian ini adalah isu pemanasan global yang menimbulkan dampak terhadap keanekaragaman hayati. Pemanasan global dipahami sebagai meningkatnya temperatur bumi rata-rata penyebabnya adalah perubahan iklim bumi dan mengakitbatkan efek rumah kaca. Maka suhu rata-rata bumi meningkat karena panas dari matahari terperangkap di atmosfer bumi. Pemanasan global ini menimbulkan dampak yang yang mengganggu keanekaragaman hayati. Diantaranya beberapa dampak tersebut adalah es mencair sehingga permukaan air meningkat dan terjadi pergeseran masa dan peyakit injeksi.Selain itu juga terjadi peningkatan konsentrasi CO2 yang menyebabkan tanaman cepat tumbuh namun kondisinya nutrisi kurang. Dan juga mengakibatkan arah angin yang berubah sehingga ekonomi turun. Selain itu juga kenaikan temperatur membuat pertanian terhambat diantaranya adalah air yang sulit didapatkan sehingga produksi turun dan ekonomi juga ikut turun. Kemudian juga hilangnya ekosistem membuat kemampuan ekosistem menjadi turun dan kemampuan ekonomi ikut turun karena sumberdaya yang dapat dikomersilkan menjadi rendah. Dampak-dampak tersebut menyebabkan keanekaragaman hayati jadi hilang. Ada 6 penyebab hilangnya keanekaragaman hayati. Pertama, populasi yang meningkat. Kedua, penyempitan spektrum produk. Ketiga, sistem ekonomi yang tidak ramah lingkungan. Keempat, ketidakadilan. Kelima, kurang pengetahuan dan keenam sistem hukum yang mendorong eksploitas. Dengan hal ini diperlukan suatu upaya untuk mengatasi hal tersebut diantaranya membentuk suatu organisasi mulai dari World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Program (UNEP) yang mendirikan Intergonvernmental Panel on Climate Change (IPCC) yaitu sebuah lembaga yang bertugas meneliti fenomena perubahan iklim serta kemungkinan solusi yang harus dilakukan. Kemudian Majelis Umum PBB membentuk sebuah komite bernama Intergonvernmental Negotiating Committe (INC) dan selanjutnya membentuk beberapa konvensi internasional. Selanjutnya dibentu pertemuan setiap tahun melalui sebuah Conference of the Parties (COP). Pada akhirnya pertemuan COP 3 dihasilkan sebuah kesepakatan yang mengikat secara hukum dengan komitmen yang lebih tegas dan detail. Kesepakatan ini disebut dengan Protokol Kyoto. Namun Amerika Serikat menolak kesepakatan ini karena dianggap kesepakatan ini cacat dan membahayakan perekonomian. Salah satu mekanisme dalam Protokol Kyoto adalah Mekanisme Pembangun Bersih (Clean Development Mechanism) CDM. CDM membantu negaranegara Anex I untuk memenuhi target pengurangan emisi rata-rata mereka sebesar 5,2% dibawah tingkat emisi sesuai dengan ketentuan Protokol Kyoto. Sejak Protokol Kyoto berlaku pada tahun 2005, Uni Eropa, Kanada dan Jepang telah menawarkan dana pembangunan proyek ramah lingkungan. Pada tahun 2007 ini negara-negara di seluruh 12 dunia membuat strategi adaptasi atas dampak besar ditimbulkan pemanasan global, seperti badai, kekeringan dan yang lain. Sedangkan pemerintah Indonesia sendiri telah membuat strategi adaptasi nasional dengan Kementrian Lingkungan Hidup yang diformulasikan dengan melibatkan 6 kelompok kerja : mitigasi, transfer teknologi, mekanisme pembiayaan, post Kyoto Protocol, kehutanan dan energi. Analisis Dampak yang dunia hadapi terhadap perubahan lingkungan ini cukup besar. Dalam konteks tersebut lembaga-lembaga internasional juga mengambil peran untuk segera menyelesaikan masalah yang ada. Meskipun demikian ada banyak keterkaitan yang ada dimana hal tersebut tidak dapat diselesaikan sendiri. Beberapa program dari UNEP, INC dan COP. Sampai saat ini program-program tersebut dijalankan juga sebagai salah satu cara untuk menanggulangi kerugian keanekaragaman hayati. Program yang dianalisis terlalu global sehingga tidak ada data-data yang dapat diterapkan secara lokal. Namun kebijakan yang diambil dapat diturunkan dalam kebijakan pemerintah. Dalam internal pemerintah sendiri sampai dibentuk suatu kelompok kerja untuk benar-benar fokus pada masalah ini. Kekurangan lain penelitian ini tidak dijelaskan secara jelas metode yang dipakai. Sejauh ini metode yang digunakan adalah literatur. 8. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL : : : : : Tanggal akses : Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat pada Pengelolaan KKLD Ujungnegoro Kabupaten Batang 2012 Jurnal Digital Dian Ayunita ANND dan Trisnani Dwi Hapsari http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2013/03/ANALISIS-PERSEPSI-DANPARTISIPASI-MASYARAKAT-PESISIR.pdf 05 Oktober 2015 Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya program pengelolaan wilayah pesisir yang dinamakan “Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)” yang ada di pantai Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang yang menurut salah satu kriteria sosial pemilihan lokasi konservasi laut adalah rekreasi atau wisata yaitu tingkatan yang mana area bisa digunakan oleh masyarakat lokal untuk memanfaatkan, menikmati, dan belajar tentang lingkungan alam daerahnya. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) memiliki kriteria yang dapat dijadikan sebagai wisata. Wisata tersebut berjalan dengan pengelolaan bersama masyarakat. Masyarakat harus memiliki dan bertanggungjawab untuk menjaga kelestarian sumberdaya berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan dukungan kualitas sumberdaya manusia. Peningkatan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan KKLD ditujukan untuk mendukung kegiatan pariwisata. Penelitian ini memiliki tujuan, mengkaji persepsi masyarakat setempat, mengenai KKLD dan manfaatnya, mengkaji partisipasi masyarakat setempat dalam mengelolaKKLD tersebut dan menganalisis hubungan antara persepsi dan partisipasi masyarakat setempat pada kegiatan pengelolaan KKLD. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan baik. Kriteria-kriteria tersebut adalah kriteria amenity, kriteria atraksi dan kriteria aksessabilitas. Untuk metode penelitian menggunakan metode survei. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Responden merupakan komponen masyarakat yang secara langsung memanfaatkan sumberdaya alam di KKLD. Metode analisis dengan analisis deskriptif yang bersifat studi kasus. 13 Mayoritas penduduk Desa Ujungnegoro berprofesi sebagai nelayan menunjukkan bahwa perikanan di desa ini bisa berkembang. Usaha perikanan dilakukan oleh penduduk umumnya adalah perikanan tangkap sebagai nelayan buruh yang bekerja pada armada penangkapan kapal besar dan sedang yang ada di Pekalongan maupun di kota Batang. Sedangkan nelayan yang beroperasi dipantai Ujungngoro menggunakan motor tempel kecil. Zona kawasan konservasi laut daerah dibagi menjadi 3 zona pemanfaatan yaitu zona inti, zona pemanfaatan terbatas dan zona lainnya. Hasil dari penilaian terhadap ketiga zona menunjukkan KKLD Ujungnegoro-Robantelah berubah kondisi dan potensinya. Dengan perubahan tersebut mewajibkan kawasan ini bisa dilakukan rezoning atau zonasi ulang terhadap pemanfaatan kawasan konservasi. Rezoning bertujuan untuk menyediakan alternatif kebijakan dalam pengelolaan KKLD secara lebih komprehensif yaitu pengelolaan yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan stakeholders khususnya kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan konservasi, perikanan dan wisata didasarkan atas prinsip keberlanjutan.Hasil dan pembahasan yang didapatkan berupa persepsi tergolong baik sebesar 81%. Sdangkan untuk bahasan masyarakat yang merasakan manfaat sebesar 77%. Untuk tingkat partisipasi masyarakat sendiri sebesar 73%. Terdapat hubungan antara persepsi dan partisipasi masyarakat tergolong hubungan kuat. Saran untuk pemerintah hendaknya tidak hanya mendengarkan kepentingan penanam modal tetapi juga kepentingan masyarakat. Analisis Program pengelolaan pesisir yang di sebut KKLD adalah salah satu cara untuk memulihkan kondisi lingkungan. Hal ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya partisipasi dari masyarakat. Kondisi di lapang bahwa pemahaman masyarakat akan pentingnya konservasi sudah baik. Masyarakat beranggapan bahwa program ini banyak memberikan manfaat. Sehingga untuk partisipasi masyarakat tergolong tinggi. Setelah dianalisis hubungan partisipasi dan dan persepsi masyarakat sudah cukup kuat. Namun dalam penelitian ini tidak dijelaskan apakah program yang dilakukan sudah termasuk berhasil atau belum. Data-data yang dihasilkan juga belum tersaji dengan baik. Sehingga masih kesulitan untuk menemukan hubungan yang dikaitkan. 9. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL : : : : : Tanggal akses : Keanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Kota Ambon dan Konsekuensi Untuk Pengembangan Pariwisata Pesisir 2013 Jurnal Digital Daniel Anthoni Sihasale http://www.jitode.ub.ac.id/index.php/jitode/article/vie w/101 05 Oktober 2015 Latar belakang penelitian ini adalah masyarakat pesisir yang sepenuhnya menggantungkan pada sumberdaya hayati laut. Keanekaragaman hayati di kawasan Kota Ambon tergolong cukup tinggi. Dimana kawasan ini memiliki 5 wilayah ekologis untuk mendukung keberlanjutan keanekaragaman hayati. Sumberdaya yang ada dikawasan ini juga tinggi terutama terumbu karang yang ada. Hal ini menyebabkan Kota Ambon dapat menjadi tempat wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Kondisi pariwisata di Ambon sendiri saat ini peningkatan pengembangan masih sedikit dan pengembangan sekarang juga masih jauh dari harapan. Akibat dari konflik horizontal yang terjadi. Pembangunan pariwisata belum sepenuhnya menyentuh kepada kebutuhan masyarakat. 14 Keanekaragaman hayati di Pulau Ambon memiliki keragaman yang tinggi dalam biota laut. Ekosistem terumbu karang tumbuh subur. Hal ini menjadi daya tarik bagi wisatawan. Selain keindahan wisatapantai juga dapat dikembangkan kegiatan berenang, menyelam, memancing dan piknik bersama keluarga. Obyek wisata pantai ini turut memberikan peluang terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat lokal. Pengelolaan ini jika menerapkan pariwisata berbasis masyarakat dimana dikuatirkan masyarakat mengelola sendiri dan pemerintah hanya sebagai infrastruktur wisata seharusnya pariwisata yang ada sebagai pariwisata berkelanjutan. Berdasarkan pengamatan dilapangan banyak terjadi permasalahan dan keluhan baik dari wisatawan, investor maupun pemerintah sebagai fasilitator. Indeks menunjukkan bahwa pengelolaan masyarakat masih sangat lemah dan perlu pembenahan. Ada 3 hal yang harus dikembangkan pertama, terpelihara mutu dan keberlanjutan. Kedua meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketiga, tercapainya kepuasan wisatawan. Cara pengelolaan yang dapat diterapkan adalah local variety, local resource, dan local accountabillity. Tolak ukur pembangunan pariwisata berbasis kerakyatan adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara masyarakat lokal, sumberdaya alam/budaya dan wisatawan. Perspektif sumberdaya berkelanjutan dapat dilihat dari pengembangan kegiatan pariwisata yang diarahkan pada sumberdaya yang dapat pulih, sumberdaya yang tidak dapat pulih dan jasa-jasa lingkungan. Semuanya diarahkan juga kepada bagaimana dapat menciptakan saling keterkaitan dan saling menjaga secara harmonis. Penekanan pembangunan berkelanjutan itu sendiri tidak hanya ditekankan pada ekologi dan ekonomi tetapi juga kebudayaan. Kebudayan juga penting dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan merupakan suatu paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat dijadikan konsep dasar pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Namun hal ini perlu kesadaran masyarakat akan pentingnya keanekaragaman hayati sebagai sumberdaya alam yang fungsinya dalam proses-proses ekologis dan perannya dalam hal sosial dan budaya mendorong terciptanya strategi konservasi. Terutama untuk menjamin persediaan sumberdaya hayati dalam konsep pembangunan berkelanjutan. Serta pengelolaan wilayah pesisir harus secara terpadu melalui pendekatan (Integrateted Coastal zone Management) atau ICM ini adalah pendekatan yang layak untuk mengelola masalah yang ada di wilayah pesisir. Analisis Keanekaragaman hayati yang ada di kota tersebut cukup tinggi sehingga ada 3 hal yang harus dikembangkan pertama, terpelihara mutu dan keberlanjutan. Kedua meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketiga, tercapainya kepuasan wisatawan. Cara pengelolaan yang dapat diterapkan adalah local variety, local resource, dan local accountabillity. Cara-cara pengelolaan ini berbasis masyarakat dan mencerminkan keberlanjutan. Variabel-variabel tersebut ternyata dalam penelitiaan ini tidak diturunkan menjadi sebuah acuan untuk penelitian. Namun sudah cukup jelas dipaparkan bagaimana hubungannya dengan keberlanjutan. Kekurangan lain penelitian ini tidak dijelaskan secara jelas metode yang dipakai. Sejauh ini metode yang digunakan adalah literatur. 10. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL Tanggal akses : : : : : : : Konsep Pengelolaan Ekosistem Pesisir (Studi Kasus Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jateng) 2004 Jurnal Digital Adinda Arimbi Saraswati http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/404 15 September 2015 15 Latarbelakang dari penelitian ini adalah tekanan terhadap ekosistem pesisir yang mengalami perubahan akibat pembangunan perkotaan akibat jumlah penduduk yang semakin meningkat. Kesulitan terbesar adalah bagaimana cara mengelola sumberdaya ini dengan baik. Disisi lain juga ada konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang pesisir. Pengelolaan pemanfaatan lahan wilayah pesisir perlu suatu strategi yang benar. Karena dalam wilayah pesisir ini memiliki ekosistem tinggi dan mulai banyak tekanan. Gambaran umum wilayah pesisir ini adalah kondisi topografi, kemiringan lahan dan budidaya tambak. Konsep pengeloaan yang dapat diterapkan dalam wilayah pesisir antara lain, konsep konservasi hutan pantai. Konsep silvofishery di kecamatan Ulujami, konsep tumpangsari dan konsep coastal agrotourism. Konsep-konsep inilah yang diterapkan. Konsep konservasi hutan pantai ini melibatkan keuntungan pada hutan mangrove. Tingginya bahan organik diperairan hutan mangrove memungkinkan sebagai tempat pemijahan, pengasuhan dan pembesaran ikan. Hutan mangrove memiliki banyak keuntungan bagi wilayah pesisir. Hutan mangrove ini membuat produksi perikanan tangkap semakin meningkat. Namun sayangnya konsep kelestarian hutan mangrove ini kurang dipahami oleh masyarakat. Sehingga diperlukan pengembangan dan rehabilitasi hutan mangrove di daerah ini. Konsep silvofishery memiliki bermacam-macam definisi. Silvofishery diartikan sebagai kegiatan budidaya perikanan dalam kawasan hutan manggrove. Silvofishery sebgai bentuk budidaya mangrove dan aquacultur air payau secara terpadu. Silvofishery adalah salah satu usaha yang mempunyai tujuan ganda secara ekologi dan ekonomi yaitu secara ekologi melaksanakan rehabilitasi hutan mangrove dan usaha peningkatan ekonomi dengan menberikan lapangan kerja bagi masyarakat melalui budidaya perikanan. Pada penerapannya hutan mangrove tidak sepenuhnya tumbuh subur untuk kasus di pesisir ini. Konsep tumpang sari ini merupakan usaha pemenuhan lapangan kerja sepanjang tahun dengan basis penghasilan harian atau mingguan bagi masyarakat pesisir. dalam pola tumpang sari ini dapat diwujudkan bila disediakan pula lahan yang dapat diusahakan untuk tanaman yang dapat dipanen setiap harinya dengan cara melebarkan pematang tambak udang/bandeng dengan ukuran yang sesuai untuk budidaya tanaman melati (Tumpangsari Melati-Tambak-Manggrove) misalnya. Konsep terakhir adalah konsep Coastal Agro-Ecotourism. Wisata merupakan aktivitas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan manfaat ekonomi daerah konservasi di daerah pesisir. hutan manggrove yang terpelihara dengan baik juga dapat menjadi salah satu potensi daya tarik wisata. Keberadaan kawasan ekowisata dapat diusahakan agar aktivitas pengadaan dan konservasi hutan lindung pantai di Kabupaten Pemalang (pemenuhan aspek ekologi) dan aktivitas penduduk disepanjang kawasan penyangga hutan lindung di pantai (pemenuhan aspek ekonomi) dapat menimbulkan efek sinergi yang diharapkan selanjutnya terpenuhi pula aspek hukum yang telah diberlakukan. Agar dapat dikembangkan secara berkelanjutan setiap sektor ekonomi memerlukan dukungan paskan bahan baku dan permintaan pasar. Diperlukan juga tersedianya aksestabilitas setiap saat dengan kuantitas maupun kualitas yang sesuai (sektor sarana dan prasarana tranportasi-komunikasi). Analisis Konsep yang ada dalam penelitian ini hanya ada 4 jenis. Konsep pengeloaan yang dapat diterapkan dalam wilayah pesisir antara lain, konsep konservasi hutan pantai. Konsep silvofishery di kecamatan Ulujami, konsep tumpangsari dan konsep coastal agrotourism. Masih ada konsep lain yang dapat dijadikan acuan. Tidak harus terpaku pada konsep yang telah ada namun kembali lagi itu disesuaikan dengan kondisi masyarakat. 16 Kelebihan penelitian ini adalah setiap konsep pengelolaan sudah dijelaskan dengan cukup jelas. Kekurangan lain penelitian ini tidak dijelaskan secara jelas metode yang dipakai. Sejauh ini metode yang digunakan adalah literatur. 11. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Alamat URL : Tanggal akses : Relating costs to the user value of farmland biodiversity Measurements 2015 Jurnal Digital S. Targetti, F. Herzog, I.R. Geijzendorffer, P.Pointereau. D Viaggi http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0301 479715302486 16 November 2015 Latar belakang penelitian ini akibat keanekaragaman hayati dengan cepat menurun dan ada konsensus umum bahwa proses ini akan meningkatkan yang menyebabkan kekuatiran berat bagi masa depan kesejahteraan manusia. Berkaitan dengan pertanian adanya potensi (positif / negatif) dampak dari sistem pertanian terhadap keanekaragaman hayati global diakui secara luas. Keterbatasan anggaran dianggap salah satu keterbatasan utama saat kegiatan pemantauan keanekaragaman hayati. Indikator lahan pertanian keanekaragaman hayati relevan bagi para pembuat kebijakan dan administrator ketika informasi mendukung proses pengambilan keputusan misalnya untuk desain yang efisien dari langkah-langkah agro-lingkungan, dan untuk mendirikan pedoman misalnya dalam konteks pestisida dan regulasi GMO. Dalam penelitian ini diteliti hubungan biaya pengukuran lahan pertanian keanekaragaman hayati untuk penilaian berbasis stakeholder relevansi seperangkat indikator. Tujuan dari penelitiaan ini adalah untuk menilai potensi seperangkat indikator keanekaragaman hayati untuk menanggapi kebutuhan pemantauan yang berdasarkan: a) kemampuan mereka untuk mencocokkan harapan yang berbeda (administrator, petani, konsumen); dan b) biaya mereka. Penelitian ini dibangun berdasarkan: a) satu set indikator keanekaragaman hayati untuk kondisi ilmiah konsistensi dalam 12 studi kasus Eropa, b) evaluasi biaya untuk mengukur bahwa indikator set, dan c) evaluasi kegunaan indikator ini untuk berbagai pengguna akhir berdasarkan pada kriteria yang ditetapkan ditimbulkan oleh sebuah panel stakeholder dan konsep bobot berakar pada Multi-Kriteria Evaluasi (MCE) teori. Metode yang digunakan dengan analisis klaster yang menghasilkan empat kelompok kriteria. fungsional, bersama-sama dengan apropriasi dengan kriteria konsumen. Dalam penelitian ini mengindikasikan bagaimana menyampaikan informasi keanekaragaman hayati kepada konsumen dari produk-produk pertanian mungkin memerlukan lebih spesifik parameter c keanekaragaman hayati dibandingkan dengan pengguna akhir lainnya, mungkin menunjukkan preferensi untuk indikator yang mudah terlihat atau terlihat atau dengan koneksi lebih mudah dengan keanekaragaman hayati. Temuan lain juga menunjukkan kemungkinan merancang program pemantauan yang efisien didasarkan pada pendekatan campuran, seperti keterlibatan petani untuk pengumpulan data lapangan dari "Vegetasi" dan "Kuesioner" parameter dan jaringan relawan untuk parameter fauna sampling. Meskipun relevan, kemungkinan ini mungkin terhalang oleh beberapa kelemahan yang memerlukan evaluasi penuh perhatian. Misalnya, pertukaran informasi mungkin logistik yang kompleks dan pelatihan mungkin diperlukan maka yang melibatkan biaya lebih lanjut yang pada akhirnya dapat melebihi 17 tabungan. Selain itu, pos tambahan pengolahan dan kegiatan pengendalian kualitas dan kepadatan lebih intens sampling kemungkinan diperlukan untuk mengatasi variabilitas diperkenalkan oleh banyak pengamat yang digunakan dalam strategi petani dan relawan. Namun keterbatasan utama dari pendekatan bottom-up kemungkinan terkait dengan perlunya penelitian lebih lanjut yang mampu menilai kesediaan petani dan relawan untuk berpartisipasi dalam program tersebut dan untuk memperhitungkan tambahan manfaat. Analisis Dalam karya ini, dijelaskan berhubungan biaya pengukuran lahan pertanian keanekaragaman hayati untuk penilaian berbasis stakeholder relevansi seperangkat indikator. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menilai seberapa potesial dari serangkaian indikator keanekaragaman hayati untuk menanggapi kebutuhan pemantauan berdasarkan: a) kemampuan mereka untuk mencocokkan harapan yang berbeda akhirpengguna (administrator, petani, konsumen); dan b) biaya mereka. Penelitian ini dibangun berdasarkan berdasarkan pada kriteria yang ditetapkan ditimbulkan oleh sebuah panel stakeholder dan konsep bobot berakar pada Multi-Kriteria Evaluasi (MCE) teori. Namun metode dan penjelasan yang dibagi kedalam 4 cluster ini cukup rumit dijelaskan. Selain itu juga terdapat temuan lain dengan menggunakan metode kuisioner. 12. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Alamat URL : Tanggal akses : Creating a biodiversity science community: Experiences from a European Network of Knowledge 2015 Jurnal Digital E. Carmen, C. Nesshover, H. Saarikoshi, M. Vandewalle, A. Watt, H.Wittmer, J. Young http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1462 901115000635 16 November 2015 Latar belakang penelitian ini tentang penyebab dan konsekuensi hilangnya keanekaragaman hayati sangat meningkat dan keanekaragaman hayati ini terus menurun. Dalam kondisi ini pendekatan baru diperlukan. Banyak dari pendekatan ini telah difokuskan pada ilmu pengetahuan, pengambilan keputusan, dan manajemen yang berkelanjutan, tetapi sering terus mengikuti 'model linier' yang mentransfer fakta untuk memecahkan masalah seperti yang dirasakan oleh para pembuat kebijakan. Dalam pendekatan tersebut terdapat kompleksitas kedua proses ilmu pengetahuan dan kebijakan, dan tantangan yang berkaitan dengan model linear telah menyebabkan meningkatnya fokus pada penguatan antarmuka antara ilmu pengetahuan, kebijakan dan masyarakat yang melibatkan proses berbagi pengetahuan dan co-produksi untuk saling diuntungkan. Konsep untuk Jaringan Pengetahuan (NOK) telah diuraikan dalam lokakarya interaktif Mei 2009 yang melibatkan 80 ahli dari seluruh Eropa, yang menyebabkan pengembangan proposal kepada Komisi Eropa untuk mengeksplorasi mengubah konsep ini ke dalam praktek. NOK bertujuan untuk mengembangkan sebuah komunitas bersama dan memfasilitasi interaksi antara pemegang pengetahuan dan pengguna pengetahuan dengan membentuk prosedur yang transparan dan ketat untuk menyatukan dan mengatur pengetahuan sementara menyeimbangkan kebutuhan untuk kredibilitas, relevansi dan legitimasi (CRELE ). Proses pengembangan dan pengujian NOK didampingi oleh evaluasi formatif dari proses studi kasus dan hasil, serta proses NOK umum. Sebuah evaluasi formatif berbeda dari jenis lain dari evaluasi sejauh melibatkan proses yang berkelanjutan evaluasi selama pengembangan program atau intervensi. Sedangkan 18 evaluasi sumatif memeriksa efektivitas terhadap tujuan yang dinyatakan dan karena itu kesimpulan berorientasi, evaluasi formatif fokus pada perbaikan dan tindakan berorientasi. Pendekatan evaluasi formatif sangat membantu untuk memperjelas tujuan, memahami sifat dari proses implementasi dan bagaimana mereka datang bersama-sama dalam praktek dan mengidentifikasi output dan hasil dari proses tersebut. Tujuan dari evaluasi adalah untuk melaksanakan (i) penilaian terhadap proses mendirikan NOK; (ii) evaluasi proses pelaksanaan studi kasus; (iii) evaluasi keluaran dan hasil dari studi kasus dan (iv) analisis rinci dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan bagaimana mereka mengatasi. Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mendukung pengembangan NOK, tetapi juga untuk lebih menentukan tantangan pada keanekaragaman hayati dan ekosistem. Metode yang digunakan disajikan dengan tema. Bukti empiris ini menyoroti tema kunci untuk menganalisis pengetahuan yang ada ke dalam proses pengambilan keputusan. Tema diidentifikasi dalam proses analisis, bagaimana mereka berhubungan dengan kriteria evaluasi dan hubungan antara mereka yang diuraikan dalam bagian ini. Ada inklusivitas, komunikasi yang efektif, kegunaan kebijakan, dan pembangunan kapasitas. Erat terkait dengan inklusivitas adalah komunikasi yang efektif, idealnya bekerja dengan spesialis komunikasi, untuk membangun legitimasi tidak hanya dengan membawa dan mempertahankan pemegang pengetahuan dengan bersikap terbuka dan transparan, tetapi juga berkomunikasi output dari proses pengumpulan pengetahuan untuk kelompok dengan informasi yang berbeda kebutuhan dan gaya komunikasi. Ini membutuhkan pemahaman dari pemegang relevan pengetahuan 'dan pengguna' kebutuhan informasi dan gaya komunikasi, dan jangka panjang, adaptif, strategi komunikasi. Peran fasilitator diakui oleh responden sebagai penting untuk membantu pengetahuan dan juga diakui sebagai komponen kunci dalam dialog partisipatif lebih luas. Kebutuhan untuk fokus pada kegunaan kebijakan sejak awal dan selama proses ini juga membutuhkan dialog rutin dengan pembuat kebijakan meminta. Oleh karena itu kebijakan kegunaan menghubungkan dengan kebutuhan efektif, ditargetkan komunikasi dua arah dan inklusivitas dan bersama-sama ini adalah faktor penting identifikasi responden dalam menjamin relevansi kebijakan dari pertanyaan, metode yang digunakan dan respon selanjutnya. Keempat tema diidentifikasi sebagai bentuk penting dalam membangun NOK untuk lebih mengintegrasikan berbagai bentuk pengetahuan yang ditemukan saling terkait, dan juga terkait erat dengan kredibilitas, relevansi dan legitimasi (CRELE) atribut diidentifikasi dan yang telah digunakan untuk menguji ilmu pengetahuan. Jaringan terus dan efektif Pengetahuan perlu ditopang oleh pemahaman dan menyadari motivasi dari pengguna pengetahuan dan pemegang dalam komunitas keanekaragaman hayati, dengan memberikan kesempatan nyata (atau permintaan) untuk keterlibatan mereka dengan komunitas kebijakan Analisis Penelitian ini terlalu banyak tujuan. Tujuan program NOK belum susuai dengan tujuan pengetahua. NOK bertujuan untuk mengembangkan sebuah komunitas bersama bunga dan memfasilitasi interaksi antara pemegang pengetahuan dan pengguna pengetahuan dengan membentuk prosedur yang transparan dan ketat untuk menyatukan dan mengatur pengetahuan sementara menyeimbangkan kebutuhan untuk kredibilitas, relevansi dan legitimasi ( CRELE). Kemudian metode yang dilakukan juga hanya bergantung pada 4 tema yang ada. Tema diidentifikasi dalam proses analisis, bagaimana mereka berhubungan dengan kriteria evaluasi dan hubungan antara mereka yang diuraikan dalam bagian ini. Ada inklusivitas, komunikasi yang efektif, kegunaan kebijakan, dan pembangunan kapasitas. Namun, hasilnya komitmen masyarakat kebijakan dan sumber daya, yang belum bisa memutuskan, pada akhirnya akan menentukan keberhasilan berkelanjutan dari jaringan tersebut. 19 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Konsep Konservasi Konsep konservasi didefinisikan bermacam-macam. Dapat dilihat dari perbandingan definisi yang lain seperti di bawah ini : Tabel 1. Perbandingan Pengertian Konservasi No Penulis Definisi Keterangan 1. Theodore Konservasi itu sendiri merupakan Upaya memelihara Roosevelt (1902) berasal dari kata conservation yang secara bijaksana terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). 2. Mulyadi (2009) Konservasi juga dapat dipandang dari Pandangan dari segi ekonomi dan ekologi dimana segi ekonomi dan konservasi dari segi ekonomi berarti ekologi mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Dari perbandingan pengertian diatas konsep pertama lebih menekankan pada pengelolaan sumberdaya yang kita miliki dengan bijaksana. Pengelolaan dapat dilakukan secara bersama-sama namun tanpa membahayakan sumberdaya yang telah ada. Sedangkan konsep kedua lebih luas dengan definisi secara ekonomi dengan cara pengalokasian sebaik mungkin. Untuk secara ekologi tetap mempertahankan keberlanjutan yang ada. Dalam studi pustaka ini lebih memilih dari konsep kedua karena cakupan kajian yang seimbang antara manusia dan lingkungan yang berkepentingan. Konsep Keanekaragaman Hayati Berikut adalah pengertian dari konsep-konsep keanekaragaman hayati yang ada serta penjelasan bagian-bagiannya : Tabel 2. Perbandingan Pengertian Keanekaragaman Hayati No Penulis Definisi 1. Suryati (2011) Keanekaragaman hayati (biological diversity) adalah keragaman kehidupan dalam semua bentuk, tingkat, dan kombinasi, yang terbagi atas 3 (tiga) tingkatan, yaitu; keanekaragaman genetik (genetic diversity), keanekaragaman spesies ( species diversity ), dan keanekaragaman ekosistem (ecosystem diversity). Keragaman genetik adalah keragaman dan Keterangan Keragaman bentukbentuk kehidupan dan tiga keragaman genetik, spesies dan ekosistem 20 No Penulis Definisi Keterangan frekuensi terdapatnya gen dan atau cadangan genetik yang berbeda yang ada dalam makhluk hidup. Variasi genetik ini sangat beragam pada tiap spesies. Keragaman spesies adalah keragaman dan frekuensi terdapatnya spesies yang berbeda, sedangkan keragaman ekosistem adalah keragaman dan frekuensi terdapatnya ekosistem yang berbeda. 2. Alcamo Keanekaragaman hayati juga Istilah yang and Olesen didefinisikan sebagai berikut: komprehensif (2012) "Keanekaragaman hayati adalah mencakup istilah yang komprehensif yang keselurahan mencakup seluruh berbagai alam- kehidupan dan juga semua spesies tanaman, hewan, dan tiga keragaman mikroorganisme serta ekosistem yang genetik, spesies dan mereka adalah bagian, termasuk ekosistem kedua jumlah dan frekuensi ekosistem, spesies, dan gen dalam kumpulan diberikan. Hal ini umumnya dianggap dari keanekaragaman tiga aspek-genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekologi ". Dalam dua definisi diatas dijelaskan dengan baik apa yang disebut dengan keanekaragaman hayati. Konsep pertama lebih menjelaskan tentang keragaman yang ada. Sedangkan konsep kedua menyebutnya dengan istilah yang komprehensif mencakup keseluruhan kehidupan dengan mempertimbangkan aspek-aspek genetik, spesies dan ekosistem. Keduanya benar tidak adanya salah. Untuk persamaan yang ada keduanya menjelaskan tentang jenis-jenis keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem. Konsep Wilayah Pesisir Penelitian ini dilakukan di wilayah pesisir sehingga perlu untuk mengetahui bagaimana konsep wilayah pesisir tersebut. Tabel 3. Perbandingan Pengertian Wilayah Pesisir No Penulis Definisi 1. Sugandha (1999) Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut, secara fisiografis didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas, dan kadang materinya berupa kerikil. Keterangan Wilayah peralihan dapat ditinjau dari fisik 21 No Penulis 2. Djunaedi (2011) Definisi Keterangan Wilayah pantai/pesisir mempunyai Wilayah dengan karakter yang spesifik. Wilayah ini agregasi berbagai merupakan agregasi dari berbagai komponen dengan komponen ekologi dan fisik yang aspek ekologi dan saling terkait dan saling fisik mempengaruhi, serta secara ekologis sangat rapuh. Kedua konsep wilayah pesisir diatas memaknai wilayah pesisir secara ekologis dimana keduanya memandang wilayah pesisir dari segi fisik yang terlihat dan juga komponen-komponen penyusunnya. Perbedaannya pada konsep pertama dijelaskan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara daratan dan laut dan dijelaskan secara fisik brbeda dengan wilayah lain. Wilayah ini memiliki ciri khas yang dapat dijelaskan secara fisik. Sedangkan pada konsep kedua wilayah pesisir dijelaskan bahwa wilayah ini adalah wilayah yang dapat terjadi berbagai percampuran yang saling mempengaruhi dan terkait secara ekologis. Kedua konsep diatas dapat dijadikan acuan dasar dalam penelitian selanjutnya karena lebih dijelaskan keterkaitan wilayah ini baik secara fisik maupun ekologis. Konsep Pembangunan Berkelanjutan Konsep-konsep dari pembangunan berkelanjutan sendiri banyak ditemukan karena perbedaan pemahaman pembangunan yang dilakukan. Berikut penjelasannya : Tabel 4. Perbandingan Pengertian Pembangunan Berkelanjutan No Penulis Definisi Keterangan 1. Costanza (1991) Pembangunan berkelanjutan itu Pemenuhan sendiri, didefinisikan sebagai kebutuhan tanpa "Pembangunan yang dapat memenuhi mengorbankan kebutuhan generasi sekarang tanpa masa depan mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya." Harahap (2010) Pembangunan berkelanjutan Paradigma 3. merupakan suatu paradigma pemanfaatan pemanfaatan sumberdaya alam yang sumberdaya pesisir dapat dijadikan konsep dasar pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Pembanguanan berkelanjutan dijadikan sebagai sebuah cara untuk mengelolaan sumberdaya yang ada. Keduanya menjadi dasar pengelolaan sumberdaya. Konsep pertama mengenai pemenuhan kebutuhan yang tidak mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Sedangkan konsep kedua pembangunan berkelanjutan sebagai sebuah paradigma atau pandangan bahwa konsep ini dapat dijadikan acuan pemanfaatan sumberdaya pesisir. Karena penelitian ini mencakup wilayah pesisir maka konsep pembangunan berkelanjutan yang sesuai adalah konsep kedua dimana pembangunan berkelanjutan sebagai sebuah cara yang tepat mengelola sumberdaya wilayah pesisir. 22 Konsep Pendekatan Untuk dapat mengelola sebuah program diperlukan pendekatan-pendektan yang nantinya diharapkan dapat diterima oleh masyarakat. Tabel 5. Perbandingan Pendekatan-Pendekatan No Penulis Definisi 1. Costanza (1991) Konsepsi pengembangan wilayah dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan dan selalu terdapat isueisue yang lebih menonjol tergantung dari kondisi wilayah pesisir bersangkutan. Pendekatanpendekatan ini meliputi : (1) pendekatan ekologis; (2) pendekatan fungsional/ ekonomi; (3) pendekatan sosio-politik; (4) pendekatan behavioral dan kultural. 2. Keterangan 4 jenis pendekatan yang dapat dilakukan di wilayah pesisir diantaranya pendekatan ekologis, fungsional, sosiopolitik dan behavioral dan kultural Zulkifli (2013) Pendekatan yang dikenal dengan Pendekatan pendekatan ekosistem dalam ekosistem pembangunan berkelanjutan adalah pendekatan yang harus mengacu pada lingkungan itu sendiri baik sebagai subyek maupun sebagai obyek. Penjelasan dari pendekatan-pendekatan diatas sebagai berikut. Untuk konsep pertama ada 4 jenis pendekatan. Pendekatan ekologis menekankan pada tinjauan ruang wilayah sebagai kesatuan ekosistem. Pendekatan fungsional ekonomi, menekankan pada ruang wilayah sebagai wadah fungsional berbagai kegiatan, dimana faktor jarak atau lokasi menjadi penting. Pendekatan sosial politis, menekankan pada aspek “penguasaan” wilayah. Pendekatan ini melihat wilayah tidak saja dilihat dari berbagai sarana produksi namun juga sebagai sarana untuk mengakumulasikan kekuatan. Konflik-konflik yang terjadi dilihat sebagai konflik yang terjadi antar kelompok. Pendekatan ini juga melihat wilayah sebagai teritorial, yakni mengaitkan ruang-ruang bagian wilayah tertentu dengan satuan-satuan organisasi tertentu. Pendekatan behavioral dan kultural, menekankan pada keterkaitan antara wilayah dengan manusia dan masyarakat yang menghuni atau memanfaatkan ruang wilayah tersebut. Pendekatan ini menekankan perlunya memahami perilaku manusia dan masyarakat dalam pengembangan wilayah. Pendekatan ini melihat aspek-aspek norma, kultur, psikologi masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsepsi wilayah yang berbeda. Sedangkan pada konsep kedua digunakan pendekatan ekosistem dimana semuanya mengacu pada lingkungan. Konsep ini terlalu fokus pada kondisi lingkungan saja sehingga pendekatan yang sesuai adalah pendekatan pertama. Hal ini karena pendekatan tidak hanya harus terfokus pada alam secara keseluruhan namun juga memperhatikan aspek lainnya. Konsep Pengelolaan Dalam pembangunan berkelanjutan diperlukan pengelolaan yang sesuai dengan kondisi. Pengelolaan banyak dilakukan dalam berbagai bidang. Dalam penelitiaan ini difokuskan pengelolaan yang berkelanjutan. Pengelolaan yang lain juga terkait dengan sumberdaya alam yang ada. Berikut pengertian-pengertian pengelolaan yang diharapkan sesuai dengan konteks wilayah pesisir. 23 Tabel 6. Perbandingan Pengertian Pengelolaan No Penulis Definisi 1. Korten (1986) Pengelolaan disebut juga manajemen komunitas, mengacu kepada tiga alasan mendasar, yaitu: 1). Local Variety, maksudnya variasi kehidupan masyarakat lokal atau kehidupan yang berbeda menuntut system pengelolaan yang berbeda, tidak dapat diberikan perlakuan sama dan masyarakat lokal yang paling akrab dengan situasinya, 2). Local Resource, artinya sumberdaya secara tradisional dikuasai dan dikelola oleh masyarakat setempat, 3). Local ccountabillity, (tanggung jawab lokal), yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat biasanya lebih bertanggung jawab karena kegiatan yang dilakukan secara langsung akan mempengaruhi hidup mereka. 2. Satria, et al (2002) PSBM sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pengambilan keputusan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan di suatu daerah berada di tangan organisasi-organisasi dalam masyarakat di daerah tersebut. Pengelolaan sepenuhnya dilakukan para nelayan atau pelaku usaha perikanan di suatu wilayah tertentu melalui organisaasi yang sifatnya informal. 3. Bappedasu (2007) Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management) (ICZM) adalah suatu proses pengelolaan yang melibatkan penyusunan rencana strategis, rencana zonasi, rencana pengelolaan dan rencana aksi, terstruktur menurut hirarkinya. Rencana-rencana ini seharusnya disiapkan dengan partisipasi stakeholder yang paling terpengaruh oleh keputusan pengelolaan sumberdaya. Pendekatan terstruktur ini meningkatkan legalitas dan kerangka kerja kelembagaan untuk meyakinkan bahwa keputusan pengelolaan akan menghasilkan Keterangan Pengelolaan berarti manajeman komunitas berdasarkan 3 hal yaitu variasi kehidupan masyarakat lokal, sumberdaya lokal yang dikuasai masyarakat, dan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri Lebih mengarah ke dalam pembangunan berbasis masyarakat. Pengelolaan ini bisa diturunkan ke dalam unsur-unsur pengelolaan. Pengelolaan yang melibatkan perencanaan strategis, zonasi, dan aksi 24 No Penulis Definisi Keterangan perbaikan keadaan lingkungan dan sosial ekonomi, serta memenuhi keinginan stakeholder. Pengelolaan diatas merupakan konsep yang sangat berbeda. Dimana pada konsep pertama lebih dijelaskan bagaimana pengelolaan didasarkan pada manajeman komunitas. Untuk konsep kedua lebih mengarah kepada pengelolaan sumberdaya berbasis komunitas. Sedangkan konsep ketiga mengenai konsep pengelolaan secara terpadu. Dimana dalam pengelolaan secara terpadu mengintergrasikan berbagai pihak atau stakeholder baik dalam proses perencanaan strategis, perencanaan zonasi sampai dengan rencana aksi yang ada. Dalam hal ini konsep kedua lebih mendukung karena berbasis pada kepentingan masyarakat dan menuntut kepentingan masyarakat secara penuh. Menurut Satria (2012) membagi faktor keberhasilan pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat ke dalam dua faktor. Kedua faktor tersebut yaitu faktor eksternal dan faktor internal, faktor eksternal meliputi pengakuan dari pemerintah dan kebijakan sumber daya alam. Faktor internal yaitu sejarah, homogenitas, kompleksitas ekonomi, dan kepemimpinan. Selanjutnya faktor-faktor inilah yang digunakan dalam penelitian. Konsep Persepsi Konsep persepsi yang dapat digunakan bermacam-macam. Menurut pustaka yang lain berikut konsep persepsi yang ada: 25 Tabel 7. Perbandingan Konsep Persepsi No Penulis Definisi Persepsi adalah proses kognitif 1. Winardi (2004) dimana seorang individu memberikan arti kepada lingkungan. Persepsi meliputi kognisi (pengetahuan). Jadi, dengan demikian persepsi mencakup penafsiran objek-objek, simbolsimbol dan orang-orang dipandang dari sudut pengalaman penting. 2. Mardijono (2008) Persepsi adalah suatu proses mental yang rumit dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut. Dijelaskan juga bahwa persepsi terhadap konservasi berhubungan dengan pengetahuan lokasi zonasi, aturan yang berlaku, dan sanksi pelanggaran. Keterangan Persepsi mencakup pengetahuan dan penafsiran objekobjek, simbolsimbol dan orangorang Persepsi ini mencakup proses mental yang rumit dan hubungannya dengan konservasi persepsi masyarakat terhadap pengetahuan lokasi zonasi, aturan yang berlaku dan sanksi pelanggaran. Dalam konsep pertama lebih lengkap dimana mencakup aspek pengetahuan dan penafsiran objek-objek, simbol-simbol dan orang-orang. Namun dalam konsep yang kedua lebih sesuai dengan pengelolaan program terkait dengan konservasi. Persepsi masyarakat dapat diukur melalui persepsinya terkait pengetahuan lokasi zonasi, aturan yang berlaku dan sanksi pelanggaran. 26 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Konservasi berusaha mengalokasikan sumberdaya secara ekonomi dapat termanfaatkan secara optimal. Sedangkan secara ekologi alokasi sumberdaya dapat digunakan pada masa sekarang tanpa mengganggu masa depan. Keanekaragaman hayati ini perlu di konservasi maka keanekaragaman hayati dapat dijadikan program konservasi. Secara umum wilayah pesisir yang karakteristik yang khas yaitu komponen ekologi dan fisik memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Dalam pembangunan supaya tidak merusak kelestarian keanekaragaman hayati seharusnya menggunakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan mengintegrasikan pengelolaan-pengelolaan sumberdaya dan pendekatanpendekatan yang yang dapat diterima oleh berbagai pihak sesuai dengan prinsip keberlanjutan. Pembangunan berkelanjutan memerlukan dukungan dari stakeholderstakeholder terkait. Salah satu dari pihak tersebut adalah masyarakat. Konteks pembangunan berkelanjutan perlu melibatkan masyarakat supaya pengelolaan program konservasi keanekaragaman hayati di wilayah pesisir dapat berjalan secara berkelanjutan. Pembangunan yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan dapat terwujudkan bila persepsi masyarakat tinggi terhadap pengelolaan yang berkelanjutan. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Analisis Baru Berdasarkan ringkasan dan analisis pustaka, rangkuman dan pembahasan serta kesimpulan yang dibuat, maka munculah pertanyaan analisis baru yang akan dijadikan dasar penelitian selanjutnya, pertanyaan tersebut diantaranya: 1. Sejauh mana persepsi masyarakat terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati di wilayah pesisir ? 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap konservasi keanekaragaman hayati di wilayah pesisir ? Usulan Kerangka Analisis Baru Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Pembangunan yang dilakukan sudah seharusnya mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Pembangunan berkelanjutan menggunakan sumberdaya alam tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk mencapai hal ini tidak mudah perlu integrasi kebijakan dan juga peran serta berbagai pihak. Masyarakat, pemerintah dan swasta juga perlu dalam mengelola sumberdaya yang ada sehingga keanekaragaman hayati yang ada bisa tetap lestari. Pendekatan-pedekatan yang digunakan juga harus sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada. Seringkali pengelolaan tidak didukung dengan pendekatan yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini tentu berdampak buruk dalam pengelolaan program yang ada. Keterlibatan masyarakat dalam program-program tersebut juga penting. Faktor-faktor mempengaruhi persepsi masyarakat. Faktor internal dan eksternal dapat dianalisis melalui msyarakat. Persepsi 27 masyarakat juga dapat diukur melalui pengetahuan zonasi, aturan yang berlaku dan sanksi. Berikut kerangka analisis baru yang dapat dirumuskan. Internal (x1): Pengetahuan lokal Tingkat ketergantungan terhadap sumberdaya Tingkat produktivitas Kepatuhan terhadap pemimpin Keterlibatan dalam kelembagaan lokal Pengetahuan masyarakat terkait sumberdaya Persepsi mengenai manfaat kawasan konservasi laut daerah Persepsi Masyarakat (y) Pengetahuan zonasi Aturan yang berlaku Sanksi pelanggaran. Eksternal (x2): Peraturan Pemerintah Aturan lokal Keterangan : : Hubungan Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Baru 28 DAFTAR PUSTAKA Alcamo J and Olesen JE. 2012. Pembangunan dan Perubahan Iklim World Development. Jakarta : Salemba Empat. Astirin OP. 2000. Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia (Problem of Biodiversity Management in Indonesia). Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 15 September 2015]. Dapat diakses pada: http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0101/D010107.pdf Ayunita D dan Hapsari TD. 2012. Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat pada Pengelolaan KKLD Ujungnegoro Kabupaten Batang. Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 05 Oktober 2015]. Dapat diakses pada: http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/03/ANALISIS-PERSEPSIDAN-PARTISIPASI-MASYARAKAT-PESISIR.pdf Bappedasu. 2007. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi. Sumatera Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Carmen E, et al. 2015. Creating a biodiversity science community: Experiences from a European Network of Knowledge. Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 16 November 2015]. Dapat diakses pada: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1462901115000635 Costanza (1991) Ecological Economics: The Science and Management of Sustainability, Columbia University Press. Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan, dalam Orasi Ilmiah : Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumber Daya Dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43952/Isi.pdf?seque Djunaedi A. 2002. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir. Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 15 September 2015]. Dapat diakses pada: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/344/576 Dutton IM. 2001. Sikap dan Persepsi Masyarakat Mengenai Sumberdaya Pesisir dan Laut di Indonesia. Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 05 Oktober 2015]. Dapat diakses pada: http://www.crc.uri.edu/download/JurnalPLVol3No3O.pdf#page=47 Harahap (2010) Analisis Kritis atas Laporan Keuangan,Jakarta: Rajawali Pers. Korten .1986. Sosial Development : Putting People First : Beraucracy and The Poor : Closing The Gap. ( David Korten and Flipo B Alfonso eds ). The Asian Institute of Management, Manila, 2 ad Printing. Mardijono. 2008. Persepsi dan partisipasi nelayan terhadap pengelolaan kawasan. Jakarta : PT Pustaka. Mulyadi E. 2009. Konservasi Hutan Mangrove sebagai Ekowisata. Surabaya : Veteran. Nikijuluw VPH. 2001. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Terpadu. Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 05 Oktober 2015]. Dapat diakses pada: http://www.crc.uri.edu/download/Proceeding_ToT_ICM.pdf#page=17. Roosevelt T. 1902. Dalam Indrawan M, Primarck R., Suprijatna J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Salim (2007). Prinsip pembanguanan berkelanjutan. Jakarta : Media Saraswati AA. 2013. Konsep Pengelolaan Ekosistem Pesisir (Studi Kasus Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jateng). Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 05 Oktober 2015]. Dapat diakses pada: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/404 Satria A. 2002b. Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta [ID]: PT Pustaka Cidesindo. 29 Satria A. 2009a. Ekologi politik nelayan. Yogyakarta [ID]: LkiS Yogyakarta. Satria A. 2009b. Pesisir dan laut untuk rakyat. Bogor [ID]: IPB Press. Savitri SP. 2015. Upaya The Nature Conservancy Dalam Konservasi Terumbu Karang dan Lingkungan Pesisir Di Kawasan Perairan, Nusa Penida, Bali. Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 05 Oktober 2015]. Dapat diakses pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/hi/article/view/11510 Sihasale. 2013. Keanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Kota Ambon dan Konsekuensi Untuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 05 Oktober 2015]. Dapat diakses pada: http://www.jitode.ub.ac.id/index.php/jitode/article/view/101 Sugandha . 1999. Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Suhartini. 2009. Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati Dalam menunjang Pembangunan Yang Berkelanjutan. [internet]. [diunduh pada tanggal 15 September 2015]. Dapat diakses pada: Suryati T, dkk. 2007. Pemanasan Global dan Keanekaragaman Hayati. Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 15 September 2015]. Dapat diakses pada: https://scholar.google.co.id/scholar?q=Pemanasan+Global+dan+Keanekaragaman +Hayati&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5 Targetti S, et al. 2015. Relating costs to the user value of farmland biodiversity Measurements. Jurnal. [internet]. [diunduh pada tanggal 16 November 2015]. Dapat diakses pada: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0301479715302486 Winardi .2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta : Pranada Media. Zulkifli .2013. Masalah Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia . 30 LAMPIRAN Judul : Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia Penulis : Okid Parama Astrin LSM melihat potensi peran masyarakat Pembagian tanggung jawab pihak terkait Pemanfaatan langsung Spesies rentan Penelitian dari akademisi Integrasi berbagai sektor di pemerintahan Strategi Nasional Pengelolaan Hanya sebagian yang dimanfaatkan cara Permasalaha n Penyusustan keanekaragaman hayati Pembagian tanggung jawab pihak terkait Bioteknologi dan pemuliaan tanaman Kawasan konservasi in site dan ex situ Eksploitasi Pemenuhan kebutuhan dasar manusia Pemerintah menegakkan UU dan swasta melakukan kewajibannya juga Tidak mencakup aspek sosial budaya Degradasi lahan Konservasi yang kurang tepat Implementasi UU yang masih lemah 31 Judul : Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir Penulis : Achmad Djunaedi dan M. Natsir Basuki 1. Definisi masalah 2. Menetapkan kriteria evaluasi 3. Identifikasi alternatif-alternatif 4. Evaluasi alternatif-alternatif 5. Pembandingan alternatifalternatif 6. Penilaian outcome Kawasan Pesisir Proses perencanaan Menurunnya kualitas lingkungan Menurunnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat Degradasi lingkungan dan overuses Mengintregrasikan semua stakeholder dalam perencanaan Pendekatan perencanaan 32 Judul : Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang Pembangunan Yang Berkelanjutan Penulis : Suhartini Melindungi sistem pengetahuan Pelestarian kehati secara ex-situ Pengawetan Pengembangan sistem kehati yang 5 karakteristik pembangunan berkelanjutan berkelanjutan Konservasi Keanekaragaman Hayati 3 komponen utama 33 Judul : Sikap dan Persepsi Masyarakat Mengenai Sumberdaya Pesisir dan Laut di Indonesia Penulis : Ian M. Dotton Sumberdaya Pesisir Diskusi : Masyarakat menyadari pentingnya sda Pengetahuan masyarakat masih kurang Pemanfaatan sda kurang Metode : Survei Panitia pengarah survei Kesimpulan : Pengetahuan formal masyarakat masih kurang Nilai sda pesisir dimanfaatkan dengan tujuan fungsional Penentu kebijakan harus menetapkan kepentingan masyarakat juga 34 Judul : Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu Penulis : Victor PH. Nikijuluw Mengembangkan mata pencaharian alternatif Akses terhadap pasar Masyarakat Pesisir Pengembangan program PEMP Prinsip pengelolaan PEMP Proses PEMP Tujuan dan spektrum PEMP Program PEMP 35 Judul : Upaya The Nature Conservancy Dalam Konservasi Terumbu Karang dan Lingkungan Pesisir di Kawasan Perairan, Nusa Penida, Bali Penulis : Santi Pradayini Savitri NGO : menyalurkan aspirasi Profil The Nature Conservancy Sustainable development : konsep pembangunan berkelanjutan Kawasan Konservasi Perairan Advokasi kebijakan Stakeholders : pemegang pengaruh sistem Pendidikan publik Proses pendekatan Kesimpulan Peran Strategi Pendekatan 36 Judul : Pemanasan Global dan Keanekaragaman Hayati Penulis : Tuti Suryati, Fadilah Salim dan Titiresmi Populasi meningkat Meningkatnya temperatur ratarata bumi akibat efek rumah kaca yang disebabkan perubahan iklim Penyempitan spectrum produk Sistem ekonomi yang Tidak ramah lingkungan Hilangnya ekosistem sehingga kemampuan ekosistem turun Ketidakadilan Kurang pengetahuan Kenaikan temperatur Sistem hukum yang mendorong eksploitas Dampak Arah angin yang berubah sehingga ekonomi turun Es mencair dan permukaan air meningkat Peningkatan konsentrasi CO2 Pergeseran mass dan penyakit injeksi Tanaman cepat tumbuh tapi nutrisi kurang Dampak pemanasan global terhadap keanekaragaman hayati Pemutihan karang Upaya kesepakatan global melalui Protokol Kyoto 37 Judul : Keanekaragaman Hayati Di Kawasan Pantai Kota Ambon dan Konsekuensi Untuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Penulis : Daniel Anthoni Sihasale Terpelihara dan berkelanjutan Pengembangan sekarang jauh dari harapan Dikuatirkan masyarakat mengelola sendiri seharusnya : Akibat konflik horizontal obyek wisata memprihatinkan 3 pengelolaan yang berkelanjutan Keanekaragaman Hayati di Kota Ambon 5 wilyah ekologis Sumberdaya tinggi seperti terumbu karang Local Accontability Local Variety 38 Judul : Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Pada Pengelolaan KKLD Ujungnegoro Kabupaten Batang Penulis : Dian Ayunita ANND Dan Triasnani Dwi Hapsari Mengkaji persepsi masyarakat, partisipasi dan hubungannya Masalah Amenity, atraksi dan aksestabilitas Konsep Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Wisata berjalan dengan pengelolaan bersama masyarakat Purposive sampling responden Persepsi masih sebesar 81% Merasakan manfaat 77% Tingkat partisipasi 73% Hubungan kuat 39 Judul : Konsep Pengelolaan Ekosistem Pesisir (Studi Kasus Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jateng) Penulis : Adinda Arimbi Saraswati Konsep Konservasi Hutan Pantai Konsep Tumpangsari Pengelolaan Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir Konsep Sylvoforesty Konsep coastal agro-ecotourism Budidaya tambak Kemiringan lahan Kondisi topografi 40 Judul : Relating Costs To The User Value Of Farmland Biodiversity Meansurements Penulis : S. Targetti e.t Cluster 1 Cluster 2 Farm management indicators Cluster 3 Biodiversity Cluster 4 Habitat diversity indicators Genetic diversity indicators Species diversity indicators 41 Judul : Creating a Biodiversity Science Community : Experiences From European Network of Knowledge Penulis : Ester Carmen e.t Inclusiveness Discusion Effective communication Capacity building and participation Conclusion Policy usability Biodiversity and Ecosystem Capacity building Need to integrated the broad range of knownledge an values inherent 44 RIWAYAT HIDUP Ike Chandra Novitasari dilahirkan di Tulungagung, Jawa Timur pada tanggal 10 Januari 1993. Penulis adalah anak dari pasangan Bapak Musdi (Alm) dan Ibu Sulistyorini. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SDN Batangsaren I pada periode 20002006, SMPN 1 Tulungagung periode 2007-2009, dan SMA Katolik Santo Thomas Aquino Tulungagung periode 2010-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti berbagai macam kegiatan, UKM, dan organisasi di kampus. Penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Tahun 2014 penulis dipercayakan menjadi bagian dari pengurus inti sebagai Bendahara Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB. Selanjutnya pada tahun 2015 penulis kembali dipercayakan menjadi Bendahara Umum dan menjadi bagian Badan Pengurus Harian (BPH) UKM PMK IPB.