Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) Lampiran 6.2: HandOut: BISNIS FRANCHISE/ WARALABA MENGAPA FRANCHISE? Bisnis franchise di Indonesia makin marak. Di kotakota besar sampai dengan di daerah, kini tersedia berbagai produk dan layanan yang telah dikenal luas. Misalnya, berbagai produk ayam goreng atau makanan cepat saji lainnya. Mengapa orang tertarik untuk menginvestasikan modalnya untuk bisnis franchise? Dalam bahasa Indonesia, Franchise dialihbahasakan menjadi waralaba, wara= lebih, laba=untung, jadi berarti lebih untung. Karena lebih untung, tentu saja bisnis ini menarik. Pandangaan lain tentang bisnis franchise adalah, karena bisnis ini merupakan format bisnis yang dipandang risiko kegagalannya lebih kecil ketimbang mendirikan sebuah usaha baru. Bisnis ini juga dipandang lebih mudah dari pada memulai dari nol, karena dengan membayar sejumlah tertentu, seorang pembeli franchise atau disebut dengan Franchisee dapat memperoleh hak-hak yang terkait dengan paket bisnis berupa lisensi untuk menggunakan mereknya, resep rahasia pemilik franchise atau Franchisor atau sistem manajemen mereka, peralatan serta bahan baku untuk usaha awal. Dengan hak-hak ini maka usaha dapat segera dimulai setelah seluruh perjanjian dan prosedur franchise dipenuhi. 1 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) Bisnis Franchise juga menjadi menarik, karena telah ada kepastian hukumnya di Indonesia. Bisnis Franchise diatur dengan Kepmen Perindustrian dan Perdagangan RI; UU Hak Paten; UU Merek; UU tentang Ra-hasia Dagang. DASAR HUKUM Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan diterbitkannya Peraturan pemerintah Republik Indonesia (PP) No.16 tahun 1997 tentang Waralaba, yang kemudian dicabut dan telah diganti dengan PP No. 42/ 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum untuk format waralaba adalah: Kepmen Perindustrian dan Perdagangan RI No.259/ MPP/KEP/7/1997 tanggal 30 Juli 1997 Undang Undang no 14 tahun 2001 tentang Hak Paten Undang Undang no. 15 tahun 2001 tentang Merek Undang Undang no 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang PENGERTIAN Untuk memahami lebih jauh tentang franchise, maka perlu dipahami terlebih dahulu pengertian franchise. Franchise (Prancis), yang berarti kejujuran atau kebebasan. Franchise secara mudah sering diartikan sebagai hakhak untuk menjual jasa atau layanan. 2 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) Dalam buku Jurus Jitu Antirugi Franchise, Eka Darma Pranoto (2010:4), menuliskan bahwa kita membeli satu paket bisnis dengan harga tertentu, sebagai gantinya pihak penjual paket bisnis akan memberikan kita lisensi untuk menggunakan mereknya, resep rahasia mereka atau sistem manajemen mereka, peralatan serta bahan baku untuk usaha awal. Pada bagian lain Eka (2010:2) menuliskan perlu dipahami bahwa bisnis franchise, seyogyanya merupakan bisnis khusus, jenis bisnis yang spesial, dan terbukti sudah sukses, sehingga layak diwaralabakan. Bisnis franchise bukan sekedar bisnis seumur jagung yang belum jelas tingkat return dan operasionalnya. DEFINISI Beberapa definisi tentang Franchise/ waralaba telah dirumuskan, antara lain: Berdasarkan rumusan AFI (Asosiasi Franchise Indonesia), suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (Franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. (Sonny Sumarsono, 2009:1) Menurut versi Pemerintah Indonesia, bahwa waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan 3 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) hak memanfaatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa (Sonny Sumarsono, 2009:1) Definisi lain menyebutkan bahwa, Franchise adalah membeli paket bisnis orang lain, dimana kita akan mendapat outlet untuk berjualan, paket peralatan usaha yang lengkap, bahan baku bulan pertama, tata cara dalam buku panduan, hak berkonsultasi, kepada pihak penjual franchise, serta lisesni penggunaan merek dagang bisnis tersebut (Eka Darma Pranoto, 2010:4) JENIS FRANCHISE Dari sisi asal produk atau layanan yang dipasarkan, franchise/waralaba ada 2 jenis, yaitu Franchise luar negeri dan franchise dalam negeri: a. Franchise luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima di berbagai negara, dan dirasakan lebih bergengsi b. Franchise dalam negeri, pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan, cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba. 4 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) Sedangkan berdasarkan pola pengoperasiannya, waralaba dibagi dalam dua jenis, yaitu waralaba dengan format bisnis dan waralaba produk dan merek dagang. a. Waralaba dengan format bisnis, franchisor memberikan hak (lisensi) kepada franchisee untuk menjual produk/jasa menggunakan merek, identitas dari sistem yang dimiliki franchisor b. Waralaba produk dan merek dagang, pemberian hak dan izin pengelolaan dari franchisor kepada franchisee untuk menjual produk dengan menggunakan merek dagang dalam bentuk keagenan, distributor, atau lisensi penjualan APA DAN SIAPA? Dalam upaya mempelajari lebih lanjut tentang Franchise maka perlu dipelajari beberapa istilah yang terkait dengan bisnis ini, antara lain: Franchise; Franchisor; Franchisee; Biaya Royalty/Royalty fee; Advertising fee; Area Franchise dan istilah-istilah lain dalam Franchise. Satu persatu akan dijelaskan sebagai berikut: 1. FRANCHISOR Franchisor adalah pihak penjual Franshise/pemberi waralaba. Franchisor dapat berupa badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan HAKI atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya. Franchisor 5 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) bertugas memberikan outlet dan bahan baku serta menyediakan pelatihan operasional bisnis kepada pihak franchisee. Dengan kata lain Franchisor membuat manual operasi sebagai panduan operasional secara detail bagi franchisee tentang bagaimana melakukan fungsi-fungsi dalam menjalankan bisnis. Bagian-bagian yang tercantum dalam manual operasi berkaitan dengan operasional, personalia, marketing, kehumasan, customer service, perawatan dsb. Penyimpangan terhadap manual operasi akan mengakibatan franchise kehilangan hak waralaba. (Sonny Sumarsono, 2009:6) 2. FRANCHISEE Franchisee adalah penerima waralaba. Adalah pi- hak yang membeli franchise. Franchise dapat berupa badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba. Franchise, adalah individu/perusahaan yang diberikan hak oleh franchisor dengan cara membeli hak tersebut untuk area dan periode tertentu. Hak yang didapat oleh Franchisee adalah menerima outlet, peralatan atau inventaris usaha lengkap, distribusi bahan baku, pelatihan produksi, menerima transfer rahasia manajemen, lisensi penggunaan merek bisnis, serta hak konsultasi. 6 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) 3. FRANCHISE FEE Dalam Bisnis Franchise, dikenal istilah Franchise Fee, adalah biaya pembelian hak waralaba yang dikeluarkan oleh franchisee setelah dinyatakan memenuhi syarat. Franchise Fee, merupakan biaya pembelian franchise yang harus dibayarkan pihak franchisee kepada pihak franchisor pada saat membeli paket bisnis tersebut. Franchise Fee, umumnya dibayarkan satu kali saja. Akan dikembalikan oleh franchisor dalam bentuk fasilitas pelatihan awal, dukungan set up awal dari outlet pertama yang akan dibuka franchisee. Contoh yang disajikan oleh Eka Darma Pranoto (2010:7), sebagai berikut: Asep membeli paket “Burger Super Yogya” (nama fiktif) dari franchisor Hendry. Maka sebagai Franchisee, Asep harus membayar 15 juta rupiah kepada Hendry. Uang 15 juta tersebut akan dibelanjakan 3,5 juta untuk pembuatan gerobak, 2 juta untuk pembelian alat-alat makan serta 1,5 juta untuk bahan baku bulan pertama, dan sisanya masuk kantong Hendry sendiri. Kalau dilihat si penjual untung besar. Ya!, tetapi bagi Asep, dapat berdagang dengan kelengkapan peralatan dan bahan standar, produk yang dijual telah dikenal (dengan menggunakan merek “Burger Super Yogya” ), sehingga menarik pelanggan, dan mendapat buku panduan berisi tata cara atau rahasia manajemen bisnis agar berhasil; pelatihan memasak dan yang terkait dengan prosedur operasi serta ‘bocoran resep 7 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) rahasia lainnya’; serta hak berkonsultasi kepada Hendry apabila pihak pembeli mengalami masalah, yang semuanya akan menjadi modal bisnis bagi Asep. 4. ROYALTY FEE Royalty Fee, merupakan biaya royalty yang harus dibayarkan pihak franchisee kepada franchisor sebagai konsekuensi penggunaan atas merek dagang bisnis. Pada franchise nyata Royalty Fee harus dibayar setelah 3 tahun pertama, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya Royalty Fee berkisar 5-15% dari penghasilan kotor, tetapi patokan Royalty Fee yang layak adalah 10%. Menurut Eka Darma Pranoto (2010:7), besar biaya royalty umumnya berkisar mulai dari 500 ribu/bulan. Jarang ada franchise yang mau mematok royalty di bawah 500 ribu/ bulan. Penggunaan biaya royalty, biasanya dikeluarkan untuk pemasaran. 5. ADVERTISING FEE Advertising Fee, merupakan biaya yang harus dike- luarkan oleh franchisee untuk pemasaran/promosi/periklanan. Merupakan biaya yang dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor untuk membiayai pos pengeluaran/ belanja iklan dari franchisor yang disebarluaskan secara nasional/internasional. 8 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) Menurut Sonny Sumarsono (2009:13), besarnya Advertising Fee maksimal 3% dari penjualan. Tidak semua franchisor mengenakan Advertising Fee adalah kenyataan bahwa tujuan dari jaringan waralaba adalah membentuk satu skala ekonomi yang demikian besar sehingga biayabiaya per outletnya menjadi sedemikian efisiennya untuk bersaing dengan usaha sejenis. Mengingat Advertising Fee merupakan pos pengeluaran yang dirasakan manfaatnya oleh semua jaringan, maka setiap anggota jaringan (franchise) diminta untuk memberikan kontribusi dalam bentuk Advertising Fee Salah satu contoh adalah, biaya iklan Mc Donalds, Pizza Hutz, atau lainnya di televisi dibayar menggunakan biaya pemasaran/Advertising Fee, yang dikumpulkan secara kolektif dari para Franchise Mc Donalds, Pizza Hutz di seluruh Indonesia. Jadi, dana dari ratusan franchise di seluruh pelosok nusantara akan dikumpulkan secara kolektif menjadi satu dan dikelola oleh pihak perwakilan franchisor di Indonesia, dan digunakan untuk mengiklankan produk di TV agar penjualan semakin meningkat. 6. AREA FRANCHISE Dalam bisnis franchise, dikenal Area Franchise, yai- tu semacam perwakilan franchise pada area tertentu. Disebut juga Master Franchise, dengan hak waralaba yang biasanya diberikan meliputi wilayah geografis tertentu 9 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) (biasanya negara) yang ditentukan dalam perjanjian waralaba. Pada praktiknya area franchise dapat diberikan target dan dead line terkait dengan jumlah outlet yang harus dibuka dalam kurun waktu tertentu. Selain itu Area Franchise/Master Franchise dapat menjual hak waralabanya kepada area, individual atau Multiple Franchisee. 7. MULTIPLE FRANCHISE Multiple Franchise, adalah Franchisor yang meme- gang hak waralaba untuk lebih dari satu outlet di area geografis tertentu, akan tetapi tidak bisa menjual hak waralaba yang dimilikinya. Sehingga Multiple Franchise hanya memegang hak untuk mengoperasikan waralaba saja. 8. INDIVIDUAL FRANCHISE Individual Franchise adalah Franchisee yang bertin- dak atas nama sendiri yang memegang hak waralaba untuk satu outlet saja, dan tidak dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya. 9. DEVELOPMENT AGREEMENT Adalah perjanjian antara Franchisor dengan Master Franchise atau Area Franchise berkaitan dengan komitmen franchise dalam hal target pengembangan waralaba di area geografis yang dimilikinya. 10 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) 10. BUSINESS FORMAT FRANCHISING Waralaba format bisnis merupakan jenis waralaba yang paling maju. Dalam waralaba format bisnis, Franchisor memberikan hak (lisensi) kepada franchisee untuk menjual produk/jasa menggunakan merek, identitas dari sistem yang dimiliki franchisor. Selain itu Franchisor melatih franchisee dalam hal pemasaran, penjualan, pengelolaan stock, akunting, personalia, pemeliharaan, pengembangan bisnis dan semua aspek yang berkaitan dengan pengelolaan usaha yang bersangkutan. Selain itu dalam waralaba format bisnis, franchisor juga memberikan dukungan untuk kesinambungan bisnis dalam bentuk konsultasi usaha, internal audit, pemusatan pembelian untuk mendapatkan harga terbaik, pengembangan produk dan advertising (Sonny Sumarsono, 2009: 14). 11. CONVERSION FRANCHISE Waralaba konversi adalah jenis waralaba dimana franchisor memberikan lisensi kepada usaha sejenis milik franchise untuk bergabung di dalam rantai usaha yang dimiliki franchisor untuk menggunakan merek, logo dan sistem operasi franchisor. Contoh penerapan waralaba konversi ini adalah dalam rantai hotel. 11 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) 12. DISCLOSURE Pada awal pembelian waralaba dikenal dengan sebutan FOC (Franchise Ofering Circular). Disclosure merupakan penyajian fakta berupa kondisi penjualan, personalia maupun keuangan dari franchisor kepada calon franchisee. Fakta yang disajikan merupakan dokumen rahasia, tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi, untuk mengetahui kondisi usaha dan memutuskan pembelian hak waralaba. Biasanya diberikan paling tidak sepuluh hari sebelum pembelian waralaba untuk dipelajari calon pembeli waralaba. Dalam praktik selanjutnya disclosure agreement kadang dilakukan jika franchisor memberikan satu informasi berkaitan dengan usaha waralaba tersebut kepada para franchisee-nya. 13. DISTRIBUTORSHIP (Dealer) Merupakan hak yang diberikan oleh pabrikan atau wholesaler kepada individu/perusahaan untuk menjual produk atau jasa kepada pihak lain. Distributorship, merupakan cikal bakal format waralaba yang paling sederhana Umumnya Distributorship yang hanya menyangkut perpindahan kepemilikan produk bukan merupakan format waralaba. Namun demikian Distributorship yang mencantumkan adanya disclosure dalam persyaratan kerjasamanya dapat disebut sebagai salah satu format waralaba yang paling sederhana (Sonny Sumarsono, 2009:15). 12 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) 14. FRANCHSEE’S QUALIFICATION QUESTIONAIRE Untuk menilai apakah calon franchisee layak untuk mengoperasikan bisnis franchisor, maka diperlukan penilaian kualifikasi. Untuk kepentingan tersebut digunakan Franchsee’s Qualification Questionaire atau Kuesioner Kualifikasi Pewaralaba/franchisee. Franchsee’s Qualification Questionaire, merupakan dokumen yang disiapkan franchisor untuk dilengkapi franchisee. Dokumen tersebut berisi informasi untuk menentukan kandidat mampu dan memiliki motivasi memulai usaha seperti yang dimiliki franchisor. Dokumen ini juga berisi tentang tertarik membeli hak waralaba dari franchisor dan kemampuan finansial kandidat. 15. MYSTERY SHOPERS Mystery Shopers adalah satu alat yang digunakan Franchisor atau franchisee untuk menilai seberapa baik penerapan standar operasional di satu outlet dari sisi pelanggan. 16. INITIAL INVESTMENT Initial Investment, adalah modal awal yang harus disetorkan dan dimiliki oleh Franchisee pada saat memulai usaha waralabanya. Merupakan biaya pembelian franchise yang harus dibayarkan pihak franchisee kepada franchisor pada saat membeli paket bisnis tersebut. Terdiri atas Fran- 13 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) chisee Fee, investasi untuk fixed asset dan modal kerja untuk menutup operasi selama bulan-bulan awal waralabanya. 17. MANUAL OPERASI/OPERATING MANUAL Manual operasi, adalah manual yang dibuat oleh Franchisor sebagai panduan operasional bagi Franchisee. Merupakan panduan komprehensif dan detail bagaimana cara melakukan fungsi-fungsi operasi bisnis franchisor. Manual ini memuat pangaturan yang terkait dengan operasional, personalia, marketing, keuangan, kehumasan, customer service, perawatan, dsb. Apabila Franchisee melanggar atau melakukan penyimpangan terhadap ketentuan dalam manual ini dapat kehilangan hak franchisee. Eka Darma Pranoto (2010:9-10), menuliskan tentang Manual Book, sebagai panduan cara mengelola bisnis yang berisikan standar manajeman (SOP) untuk mengelola bisnis franchise. Buku ini adalah hak terbesar bagi pembeli franchise, karena melalui buku ini franchisee dapat mentransfer ilmu dari franchisor dari sebuah dokumen tertulis. Manual Operasi, dengan sebutan SOP/Standar Operating Procedure, di dalamnya berupa sumber ilmu yang merupakan standar manajemen yang berlaku di franchise. SOP berisi tata cara bisnis agar bisa sukses, mulai dari memilih karyawan, tata cara produksi, pema-saran, dsb, yang bisa dikatakan salah satu rahasia kesuksesan bisnis yang ditransfer franchisor ke pihak franchisee. SOP 14 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) ini mengatur tata cara manajemen secara tertulis, jelas dan terumuskan. Contoh SOP untuk bisnis Burger: Secara berkala, karyawan harus selalu membuat masakan ½ jadi, misalnya potongan selada telah dipotong rapi, tomat yang sudah diiris, dsb, sehingga ketika ada pelanggan datang, penyajian dapat cepat dilakukan Sebelum usaha dimulai, X-banner harus dipasang tegak agar menarik konsumen Tiap malam, listrik di outlet harus dinyalakan agar menarik perhatian pelanggan Cara memasak adalah digoreng selama 3 menit. Patokannya adalah produk sudah kekuningan dan cukup keras. Memasak harus menggunakan api sedang agar tidak mudah gosong Secara berkala, pihak franchisee harus berkunjung ke outlet dan mencicipi rasa produk hasil masakan karyawan, dengan tujuan mengevaluasi dan memastikan bahwa rasa dan kualitas sudah sesuai standar. 18. COMPANY OWNED OUTLET/ PILOT STORE Company Owned Outlet atau Pilot Store adalah Outlet milik Franchisor Franchisor yang terpercaya adalah Franchisor yang telah terbukti sukses dan mengoperasikan outlet milik mereka sendiri yang disebut Pilot Store atau Company Owned 15 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) Outlet. Jangan pernah membeli waralaba kalau tidak terbukti akan outlet yang dipasarkan franchise/ waralabanya 19. OFFER Penawaran merupakan komunikasi lisan atau tertulis dari Franchisor kepada calon Franchisee. Komunikasi tertulis dpat berupa prospektus, dsb. Saran Eka Darma Pranoto (2010:30), dalam menilai tawaran franchise, pastikan anda selalu melakukan prinsip 3D: Disurvei, Dicek, Diputuskan mau diterima atau ditolak. KELEBIHAN BISNIS FRANCHISE Bagi mereka yang mempunyai modal tetapi belum menemukan ide bisnis, bisnis waralaba dapat menjadi pilihan, karena mempunya kelebihan: 1. Mereknya sudah dikenal luas oleh masyarakat Produk yang sudah dikenal masyarakat akan cenderung menjadi pilihan dibanding dengan produk baru, meskipun produknya sama, ciri khususnya sama, penataan gerainya sama, pelayanan sama. Masyarakat akan memilih produk yang telah dikenal, karena biasanya mereka menggunakan motto ‘yang pasti-pasti sajalah’. 2. Produknya memenuhi standar kualitas produksi. Karena franchise selalu menetapkan tata cara dan prosedur penyediaan produk. Dalam penetapan prosedur penyediaan produk atau layanan sudah didahului dengan 16 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) uji kelayakan dan evaluasi produk secara berkala. Apabila ada perubahan prosedur penyediaan produk untuk kualitas yang lebih baik pihak franchisor juga memberikan informasi kepada franchisee-nya. 3. Standar manajemennya sudah terbukti sukses dan ada jaminan pembimbingan/konsultasi. Dalam memilih franchise, calon franchisor berhak meminta bukti keberhasilan manajemen dengan melihat laporan keuangan franchisor sebagai gambaran tentang keberhasilan manajemen. Selain keberhasilan manajemen, franchisor yang baik (bukan asal-asalan) juga menyediakan pembimbingan dalam menangani keluhan pelanggan atau masalah lainnya terkait dengan manajemen operasi bisnis. CARA MEMBELI FRANCHISE SAMPAI OPENING Secara berturut-turut diringkas sebagaimana dijelaskan oleh Eka Darma Pranoto (2010:24-29): 1. Survei lokasi. Cari lokasi yang dekat dengan pangsa pasar, ramai dan berdaya beli kuat. Kalau tidak mampu bisa minta bantuan pihak franchisor 2. Pembayaran DP 80%. Pembayaran umumnya melalui transfer rekening. 3. Simpan Nota Transfer baik-baik. Dengan cara melakukan scan atau fotocopy. Kemudian kirim hasil scan ke franchisor sebagai bukti telah melakukan transfer 17 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) 4. Pengiriman Outlet. Yaitu peralatan dan barang inventtaris maupun bahan baku pada bulan-bulan awal oleh franchisor 5. Promosi dan Rekrutmen. Merupakan langkah persiapan operasi usaha dengan kegiatan menyebarkan brosur ke daerah sekitar dan melakukan upaya mencari karyawan. 6. Bayar sisa pembayaran 20%. Lakukan cara yang sama dengan langkah no.2. 7. Pelatihan Karyawan. Kirimkan karyawan yang telah Anda rekrut untuk mengikuti pelatihan di tempat franchisor. Atau Anda sendiri datang ke pelatihan, kemudian mentransfer kepada karyawan Anda. 8. Pelajari Buku Manual/Panduan. Buku panduan diterima dalam satu paket dengan pengiriman outlet. Pelajari minimal 2 kali, apabila ada yang kurang dimengerti dapat bertanya kepada franchisor atau customer service franchise Anda. 9. Pembukaan Usaha. Bawalah semua bahan baku ke tempat usaha dan lakukan pembukaan usaha. Bila Franchise Anda besar biasanya disertai pembagian voucher kepada calon pelanggan. SARAN-SARAN Zaenal Abidin (2008:58-59), dalam Monyet Aja Bisa Cari Duit!, menuliskan bahwa: Membeli Waralaba adalah salah satu jalan pintas kalau seseorang mau memulai usa- 18 Pengembangan Kewirausahaan di SMK (1) ha. Membeli waralaba bukan berarti membeli sukses. Membeli waralaba adalah membeli sistem. Kalau Anda membeli sistem yang sudah terbukti sukses, maka kemungkinan sukses apabila sistem itu Anda jalankan dalam usaha Anda. Membeli waralaba, mungkin akan mengurangi kesalahan-kesalahan yang tidak perlu terjadi. Sedangkan Eka Darma Pranoto (2010:2) mengingatkan bahwa kita harus dapat membedakan tawaran franchise yang kebetulan dan prospeknya cerah, dengan tawaran franchise yang cuma asal-asalan dan berpotensi meragukan pembeli. Kalau memang mau membeli Franchise, belilah yang benar-benar franchise dan jangan membeli yang sifatnya sekedar bisnis opportunity (bisnis yang tak jelas kualitasnya, tetapi disamarkan dengan label nama franchise). Lebih lanjut, ditambahkan Eka, meskipun bisnis franchise merupakan bisnis yang sistemnya sudah dirancang agar pembelinya bisa meraih untung lebih mudah hanya dengan menduplikasikan sistem. Namun, pada praktik nyatanya tidak semudah itu. Kadang sistem manajemen yang diberikan penjual franchise tidak bisa berjalan di lingkungan tertentu. Dalam konteks demikian, pihak pembeli franchise harus berani berkreasi sendiri kalau tidak ingin usahanya gulung tikar. 19