PEKERJAAN SOSIAL DENGAN ORGANISASI DAN MASYARAKAT PENGETAHUAN PEKERJAAN SOSIAL MAKRO Dosen : Dra. Rini Hartini Rinda, M.Pd Ellya Susilowati, M.Si. Ph.D Disusun Oleh : Dhea Rizky Maharani (13.04.108) Dewi Rara Aniyati (13.04.255) Adinta Kusumawati (13.04.036) Cici Arumsih (13.04.102) Dea Khansa Nabila (13.04.045) Nursyah Fajar Cantika (13.04.) Lisa Utami (13.04.) Mohammad Adam Arifin (13.04.131) Indra Chustiono Wibowo (13.04. ) Farhan (13.04. ) 2H SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG 1|Page BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konferensi Milford yang diselenggarakan pada tahun 1929 telah mempertemukan antara para pendidik atau pengajar profesi pekerjaan social (dari sekolah-sekolah pekerjaan social) dengan para pekerja social yang bekerja pada badan-badan social. Konferensi tersebut mendeskripsikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan praktek pekerjaan social. Porter Lee, ketua konferensi dan juga direktur sekolah pekerjaan social New York (The New York School Of Social Work) mengajukan ide/gagasan bahwa Social Casework hendaknya diintegrasikan dengan Psikologi, Psikiatri, Ilmu Politik, Ekonomi, dan Sosiologi. Hasil sintesis dari gagasan tersebut yang dipadukan dengan pengalaman praktek di berbagai bidang dapat membantu memformulasikan / merumuskan “The Generic Social CaseWork Theory”. Laporan hasil konferensi itu juga mencoba untuk : mengidentifikasi komponen-komponen umum didalam praktek pekerjaan social, mengidentifikasi pengetahuan dasar yang diperlukan oleh semua pekerjaan social yang akan melakukan prakteknya di berbagai bidang, menekankan pada proses atau prosedur social casework. Asosiasi sekolah-sekolah pekerjaan social di Amerika Serikat (Association Of School Of Social Work) pada tahun 1944 telah merumuskan 8 (delapan) pengetahuan dasar yang perlu tercantum di dalam kurikulum pendidikan pekerjaan social, yaitu : social casework, social groupwork, community organization, social research and statistic, social welfare administration, public welfare and child welfare, medical information, psychiatric information. Kedelapan pengetahuan tersebut perlu dimasukan ke dalam kurikulum mengembangkan kompetensi mahasiswa. 2|Page pekerjaan social untuk Jika seorang bermaksud melakukan praktek pekerjaan sosial makro, seseorang membutuhkan dasar pengetahuan, sistem nilai dan model praktek. Dasar pengetahuan yang dimulai dengan pemahaman tentang arena dimana seseorang melakukan praktek. Untuk praktisi makro, hal ini berarti pemahaman tentang masyarakat dan organisasi. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan pemahaman yang lebih jauh tentang masyarakat dan organisasi memfokuskan pada masyarakat dan organisasi yang spesifik untuk diubah dengan cara tertentu. Upaya perubahan pada tingkatan masyarakat menghendaki studi sistematik yang dirancang untuk menghasilkan pemahaman yang mendefinisikan masyarakat tersebut. B. Tujuan 1. Menyelesaikan tugas mata kuliah COCD Dalam Pekerjaan Sosial. 2. Menjelasakan definisi pengetahuan secara umum. 3. Mengklasifikasikan pengetahuan yang ada dalam pekerjaan social makro. 4. Mengembangkan kompetensi mahasiswa mengenai ilmu pengetahuan dalam mata kuliah COCD Dalam Pekerjaan Social. 5. Sebagai referensi ilmu pengetahuan bagi para pembaca. 3|Page BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Pengetahuan (Body of Knowledge) Pekerjaan Sosial Pokok dan pembedaan dari sebuah profesi adalah kemampuan dari profesionalisme personal, melalui sebuah proses pemikiran aktif, untuk mengubah pengetahuan ke dalam pelayanan profesional yang disesuaikan terhadap kebutuhan khusus dari klien. Pelajar dan praktisi pekerja sosial sering kali berpikir dahulu mengenai “lakukan” dari model aksi daripada pengetahuan sebagai dasar dari penentuan keputusan yang secara langsung dari aksi tersebut. Suatu tuntutan profesi yang mempengaruhi keahlian digunakan secara selektif dan terpisah sebagaimana yang dijelaskan dengan sebuah teori dan pengetahuan, proses pengambilan keputusan dan tujuan dan nilai profesi. Pekerjaan sosial dihadapkan pada siapa yang akan melakukannya dengan tugas yang kompleks, yang secara konstan berubah, dan tidak rutin. Tugas-tugas unik ini tidak boleh dalam artian dapat dikuasai dan dikomunikasikan dalam bentuk teknik-teknik spesifik. Pekerja Sosial di dalam memberikan pelayanan kepada klien harus mempergunakan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah teruji kevaliditasannya. Armando Morales dan Sheafor mendefinisikan pengetahuan (knowledge) sebagai berikut : “Knowledge may be generally definied as the equantance with or theoritical or practical understandig of some branch of science, art, learning, or other are involving study, reseacrh, or practical and the equisition of skills” (Morales dan Sheafor, 1983: 165). Pengetahuan pada umunya dihasilkan dari research dan praktik yang sudah teruji ketepatan dan kebenarannya. Pengetahuan Pekerjaan Sosial dapat di kelompokkan ke dalam 3 golongan, sesuai aspek intervensi pekerjaan sosial yaitu: 1. Pengetahuan tentang klien, baik klien sebagai individu, kelompok maupun masyarakat. 4|Page 2. Pengetahuan tentang lingkungan sosial, yaitu pengetahuan yang berkaitan denga masyarakat dan kebudayaan (society and culture). 3. Pengetahuan tentang profesi pekerjaan sosial profesional yang meliputi pengetahuan tentang : a. Diri sebagai seorang pekerja sosial (self) b. Profesi c. Intervensi Pengetahuan-pengetahuan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : ENVIRONMENT Social Worker Knowledge of : 1. Self 2. Profession 3. Intervention SOCIAL WORK INTERVENTION PROBLEM OR CHANGE AREA PERSON Knowledge client (s) of Knowledge of : Society and Culture B. Elemen-Elemen Pengetahuan Dalam Praktek Pekerjaan Sosial Konperensi Milford yang diselenggarakan pada tahun 1929 telah mempertemukan antara para pendidik atau pengajar profesi Pekerjaan Sosial (dari sekolah-sekolah pekerjaan sosial) dengan para pekerja sosial yang 5|Page bekerja pada badan-badan sosial. Konperensi tersebut mendiskusikan tentang hal-hal yang berkaita dengan Praktek Pekerjaan Sosial. Porter Lee ketuan konperensi dan juga direktur Sekolah Pekerjaan Sosial New York (The New York School of Social Work) mengajukan ide/gagasan bahwa Social Casework hendaknya diintegrasikan dengan Psikologi, Psikiatri, Ilmu politik, Ekonomi, dan Sosiologi. Hasil sintesis dari gagasan tersebut yang dipadukan dengan pengalaman praktek di berbagai bidang dapat membantu memformulasikan/merumuskan “The Generic Social Casework Theory”. Laporan hasil konperensi itu juga mencoba untuk: 1. Mengidentifikasikan komponen-komponen umum di dalam Praktik Pekerjaan Sosial. 2. Mengidentifikasikan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh semua Pekerja Sosial yang akan melakukan prakteknya di berbagai bidang. 3. Menekankan pada proses atau prosedur Sosial Casework. Asosiasi sekolah-sekolah pekerjaan sosial di Amerika Serikat (Association of Schools of Social Work) pada tahun 1944 telah merumuskan delapan pengetahuan dasar yang perlu tercantm di dalam kurikulum pendidikan pekerjaan sosial, yaitu: 1. Social Casework (yang umum maupun yang spesialis) 2. Social Groupwork. 3. Community Organization. 4. SocialResearch and Statistic. 5. Social Welfare Administration. 6. Public Welfare and Child Welfare. 7. Medical Information. 8. Psychiatric Information. Kedelapan pengetahuan di atas perlu di masukan ke dalam kurikulum pekerjaan sosial karena pendidikan pekerjaan sosial pada prinsipnyya 6|Page bertujuan unyuk mengenbangkan kompetensi para mahasiswanya dalam 3 bidang utama, yaitu: 1. Pemahaman secara konseptual dan perseptual. 2. Ketrampilan dalam metoda, prosedur dan proses. 3. Kualitas pribadi yang profesional Pada tahun 1956, NASW merumuskan pengetahuan-pengetahuan yang harus dimilki oleh pekerja sosial , yaitu: 1. Human Development and Behaviour (Tingkah Laku dan Perkembangan Manusia). Pengetahuan ini menekankan pada cara memandang individu secara keseluruhan individu dan melihat pengaruh orang lain dan lingkungan terhadap manusia, kondisi sosial, ekonomi dan kebudayaan. 2. Psikologi, dimana individu dapat memperoleh pertolongsn dari orang lain dan sumber-sumber di luar dirinya. 3. Cara-cara bagaiman orang berkomuniksi dengan orang lain dan bagaimana mengekspresikan semua perasaan, baik melalui perkataan maupun perbuatan. 4. Proses kelompok dan pengaruh kelompok terhadap individu maupun individu lain di dalam kelompok. 5. Pemahaman dan pengaruh interaksi antara individu, kelompok dan masyarakat dengan kebudayaan-kebudayaan, yang meliputi keagamaan, kepercayaan, nilai-nilai spiritual, hukum dan lembaga-lembaga sosial yang lain. 6. Relationship, yaitu proses interaksi antar individu, antara individu dengan kelompok , dan antara kelompok dengan kelompok lain. 7. Komuniti, yang meliputi proses internal (proses di dalam komuniti), model-model pengenbangan dan perubahan komuniti, pelayanan sosial dan sumber-sumber yang yang ada di dalam komuniti. 8. Pelayanan sosial, struktur, organisasi dan metode-metode pekerjaan sosial. 9. Diri pekerja sosial sendiri (self) dimana kesadaran dan tanggung jawab terhadap emosi dan sikap sebagai seorang profesional. 7|Page Sedang Werner Boehm pada tahun 1958 telah berpendapat bahwa pengetahuan pekerjaan sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Pengetahuan yang telah teruji. 2. Hipotesa-hipotesa pengetahuan yang diperlukan untuk untuk transformasi pengetahuan yang teruji. 3. Asumsi-asumsi pengetahuan yang diperlukan bagi transformasi hipotesa dan kemudian untuk pengujian pengetahuan. Pengetahuan pekerjaan sosial pada prinsipnya bersumber dari 3 hal, yaitu: 1. Pengetahuan pekerja sosial yang bersangkutan. 2. Literatur pekerjaan sosial. 3. Ilmu-ilmu sosial dan yang kemudian dikembangkan, sehingga sesuai dengan kerangka referensi pengetahuan pekerjaan sosial. Alfred Kadusin merumuskan bahwa pengetahuan pekerjaan sosial pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi lima tingkat. Kelima tingkatan pengetahuan tersebut dapat membantu pekerja sosial di dalam melakukan proses pertolongan. Kelima tingkat pengetahuan tersebut adalah : 1. Pengetahuan Pekerjaan Sosial yang umum (General Social Work Knowledge). Pengetahuan Pekerjaan Sosial umum tersebut mencakup: a. Social Policy and Service (Pelayanan dan Kebijakan Sosial), yaitu meliputi pengetahuan tentang permasalahan sosial, institusi dan progrm-prgram yang ditujukan untuk mensegah, menyembuhkan dan mengontrol permasalahan tersebut; gerakan dan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi tujuan kesejahteraan sosial; pengaruh kebijakan sosial; dan peranan pekerja sosial dalam merumuskan kebijakan sosial. b. Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial (Human Behavior and The Social Environment), yang mencakup pengetahuan tentang pertumbuhan manusia dan perkembangan kepribadiannya (baik normal maupun abnormal) ; penyakit atau permasalahan dan ketidakmampuan; 8|Page nilai dan norma kebudayaan; proses komuniti; dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan keberfungsian sosial individu maupun kelompok. c. Social Work Method (Metoda-Metoda Pekerjaan Sosial), yang meliputi pengetahuan tentang metoda pelayanan langsung seperti Casework, Groupwork, dan Community Organization; serta pelayanan tidak langsung seperti Research (penelitian) dan Administrasi. 2. Pengetahuan Spesifik Tentang Bidang-Bidang Praktek Pekerja Sosial ada yang bekerja pada badan-badan koreksional, yangberkaitan dengan probasi, lembaga pemasyarakatan dan parole. Pekerja sosial harus menyesuaikan diri dengan tujuan, philosofi, dan fungsi-fungsi yang ada. Pekerja sosial perlu memahami bahwa fungsi koreksional adalah pemberian punishment yang tepat dan mendidik terhadap para pelanggar peraturan. Oleh sebab itu Pekerja Sosial perlu mempunyai pengetahuan tentang : a. Individu, yaitu bahwa individu berbeda dengan individu yang lain (individualized) b. Teori-teori kriminologi yang meliputi : 1) Teori konstitusi dan biologis 2) Teori psikogenik 3) Teori sosiologis 3. Pengetahuan spesifik tentang badan-badan sosial Pekerja sosial dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang penolong maupun penyembuh, maka perlu mempunyai pengetahuan yang berkaitan dengan rencana-rencana penyembuhan dan sumber-sumber kelembagaan yang diperlukan untuk memecahkan atau menyembuhkan masalah kliennya. Pengetahuan yang diperlukan Pekerja Sosial dalam melaksanakan tugas-tugasnya tersebut adalah : 1) Pengetahuan tentang family therapy 9|Page 2) Pengetahuan tentang group treatment, yang mencakup groupwork dan group psychotherapy. 4. Pengetahuan spesifik tentang klien Pengetahuan tentang klien dapat diperoleh melalui pemahaman pengetahuan tentang : a. Family constellation b. Court contact and some background on problem behavior c. Clinical d. Cottage report e. School report f. Medical report g. Intake evaluation and treatment recommendation 5. Pengetahuan spesifik tentang kontak Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka Pekerja Sosial perlu mempunyai pengetahuan tentang kontak, sehingga ia dapat berelasi denan kliennya secara memadai. Oleh sebab itu, seorang pekerja sosial perlu mempunyai pengetahuan tentang interview. Sedangkan Dean H. Hepworth dan Jo Ann Larsen menyatakan bahwa pengetahuan Pekerjaan Sosial dapat dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu: 1. Human Behavior in the Social Environment (Tingkah Laku Manusia di dalam Lingkungan Sosial). Kelompok pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang: a. Pertumbuhan dan perkembangan manusia yang menekankan pada tugas-tugas kehidupan yang harus dilaksanakan oleh individu dalam berbagai tingkat perkembangannya. b. Pemahaman terhadap permasalahan yang dialami manusia. 10 | P a g e c. Sumber-sumber dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh orang dalam setiap tahap perkembangannya. d. Interaksi antara individu dengan lingkungannya. e. Kekuatan dan motivasi tingkah laku manusia, baik tingkah laku di dalam kelompok maupun di dalam organisasi. f. Faktor-faktor yang perlu dikembangkan agar kelompok dapat mengatasi kesulitan dan permasalahannya. g. Sumber-sumber emosional dan fisiki yang tidak berfungsi atau tidak mencukupi. h. Perencanaan dan pelaksanaan program-program pencegahan dan penyembuhan yang efektif. 2. Social Policy (Kebiajakan Sosial) Kelompok pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang: a. Kebijakan sosial yang berkaitan dengan kurikulum dan disiplin. b. Pemahaman dan pelaksanaan perumusan kebijakan sosial yang berkaitan dengan sistem pelayanan, baik pada tingkat pemerintah maupun swasta. c. Misi dan etik profesi dalam hal kebijakan sosial. d. partisipasi Pekerja Sosial dalam memanfaatkan dan mengembangkan kebijakan sosial guna meningkatkan fungsionalitas individu, kelompok, dan masyarakat. e. Komitmen Pekerjaan Sosial terhadap keadilan sosial. K f. etimpangan distribusi kesempatan, sumber, barang dan pelayanan yang diperoleh kelompok-kelompok yang kurang beruntung. 3. Social Work Methods (Metoda-metoda Pekerjaan Sosial) Pekerjaan Sosial di dalam melaksanakan misi dan tujuan profesinya, perlu memiliki pengetahuan tentang: a. Cara-cara untuk meningkatkan keberfungsian sosial kliennya. b. Proses pemecahan masalah. 11 | P a g e c. Pemahaman terhadap permasalahan manusia dan penggalian serta pemanfaatan sistem sumber. d. Peranan-peranan yang dapat dilaksanakan Pekerjaan Sosial dalam proses pemecahan masalah. e. Interview, negosiasi, dan interaksi 4. Research (Penelitian) Penelitian di dalam kerangka pengetahuan Pekerjaan Sosial semakin lama dirasakan semakin peting. Hasil penelitian imiah merupakan kekuatan bagi perkembangan pengetahuan profesi tersebut. Pekerja Sosial di dalam membedakan antara kesimpulan-kesimpulan yang didukung datadata empirik dengan kesimpulan subyektif perlu mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang pola-pola eksperimental (Experimental Design) yang valid. Max Siporin, D.S.W. membagi kerangka pengetahuan Pekerjaan Sosial ke dalam empat kelompok, yaitu: a. Teori kepribadian. b. Teori sosial, khususnya tentag kolektivitas, kebudayaan dan institusiinstitusi. c. Teori sistem kesejahteraan sosial. d. Teori praktik pekerjaan sosial. Charles Zastrow menyatakan bahwa pengetahuan pekerjaan sosial dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: a. General Social Work Knowledge (Pengetahuan Pekerjaan Sosial yang Umum/General). Pengetahuan ini mencakup tentang: 1) Social Policy and Services (Pelayanan Sosial dan Kebijakan Sosial) Kelompok ini mencakup pengetahuan mengenai: a) Permasalahan sosial. 12 | P a g e b) Pelayanan-pelayanan sosial yang ditujukan untuk mencegah dan memecahkan masalah. c) Ketimpangan-ketimpangan dalam memberikan pelayanan. d) Isu-isu sosial yang aktual atau kontemporer. e) Bagaimana merumuskan kebijakan sosial. f) Kekuatan-kekuatan yang diperlukan untuk memperbaiki kebijakan sosial. g) Bagaimana menganalisis secara kritis dan mengubah kebijakan sosial. h) Apa peranan pekerja sosial di dalam perumusan kebijakan sosial. 2) Human Behavior and the Social Environment (Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosialnya). Kelompok ini berisi pengetahuan tentang: a) Pertumbuhan dan perkembangan manusia. b) Perkembangan kepribadian, baik secara normal maupun abnormal. c) Norma, nilai, dan kebudayaan masyarakat. d) Proses-proses masyarakat. e) Aspek-aspek lain yang mempengaruhi keberfungsian sosial individu maupun kelompok. 3) Methods Of Social Work Practice (Metoda-Metoda Praktek Pekerjaan Sosial). Kelompok yang berisi pengetahuan tentang: a) Strategi-strategi intervensi yang ada di dalam Casework, Groupwork dan Community Organization. b) Penelitian dan Administrasi. 13 | P a g e b. Knowledge About A Specific Practice Field (Pegetahuan Yang Berkaitan Dengan Bidang Praktek Yang Khusus) Pekerja sosial dapat bekerja pada berbagai bidang (field), seperti bidang kesehatan masyarakat. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka Pekerja sosial perlu mengetahui dan menguasai pengetahuan: 1) Teori-teori yang membahas tentang permasalahan emosional. 2) Bagaimana pengaruh faktor-faktor heriditas dan social learning. 3) Bagaimana melakukan assessment dan diagnosa terhadap gangguan-gangguan emosional. 4) Berbagai macam program penyembuhan yang ada di dalam masyarakat. 5) Bagaimana melakukan assessment terhadap orang-orang yang mendapat penilaian/label tidak baik dari masyarakat. 6) Bagaimana menganalisis dengan kritis berbagai program penyembuhan yang baru. 7) Akibat-akibat psikologis yang ditimbulkan karena menyalahgunakan obat. 8) Bagaimana menyembuhkan klien dengan teori-teori psikoterapi kontemporer, seperti: psikoanalisis, terapi realitas, terapi rasional, analisis transaksional, dan pengubahan perilaku. c. Knowledge About A Specific Agency (Penegtahuan Yang Berkaitan Dengan Badan-Badan Sosial Yang Khusus) Pekerja sosial dapat bekerja pada berbagai macam badan sosial (agencies), seperti: pusat-pusat kesehatan mental. Oleh sebab itu, pekerja sosial perlu menguasai pengetahuan berikut ini: 1) Persyaratan apa saja yang diperlukan klien agar dapat menerima pelayanan. 2) Bagaimana prosedurnya untuk menjadi klien. 3) Apakah diperlukan keputusan-keputusan pengadilan. 14 | P a g e 4) Siapakah yang akan membayar pelayanan yang diterima oleh klien. 5) Catatan apa saja yag diperlukan untuk mencapai tujuan. 6) Bagaimana proses penempatan klien di dalam fastercare dan group home. 7) Peranan apa saja yang diharapkan untuk dilakukan pekerja sosial di dalam bekerjasama denngan anggota team yang lain, seperti psychiatrists, psychologists, nurses, occupational therapists serta anggota profesi lainnya. 8) Model-model penyembuhan apa yang dipergunakan oleh badan sosial untuk melayani kliennya (individu, keluarga, dan kelompok). 9) Program-program penyembuhan spesifik apa yang tersedia pada badan sosial dan peranan apa yang perlu dilakukan pekerja sosial dalam melaksanakan program-program tersebut. d. Knowledge about each client (pengetahuan yang berkaitan dengan klien) Pekerja sosial di dalam usaha memecahkan masalah klien, perlu mengetahui sedetail/ sebanyak mungkin informasi mengenai: 1) Apa sajakah kekhususan pribadi dan permasalahan yang dialami klien (keunikan klien dan masalahnya) 2) Latar belakang klien, seperti umur, kehidupan masa kanak-kanak hingga sekarang, relasinya dalam keluarga, pengaruh sekolah dan pekerjaannya, kontaknya dengan badan sosial, serta kesehatannya secara umum. 3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masalah klien, seperti finansial, tekanan teman, hubungannya dengan sekolah dan pekerjaan, tekanan keluarga, faktor rasial dan etnik, relasinya dengan teman, tujuan hidup, minat dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. 15 | P a g e 4) Persepsi dan pendefinisian klien terhadap masalah klien yang dialaminya. 5) Nilai dan moral klien yang mempengaruhi masalah. 6) Kekuatan-kekuatan klien yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah. 7) Motivasi klien untuk memperbaiki hidup dan memecahkan masalah. 8) Pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan strategi penyembuhan yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah. C. DASAR PENGETAHUAN DAN NILAI PRAKTEK MAKRO ( THE KNOWLEDGE AND VALUE BASE OF MACRO PRACTICE ) Organisasi dan masyarakat dikenal oleh orang karena disitu orang tinggal dan paling tidak pada satu komunitas dan berinteraksi dengan berbagai organisasi. Namun, tinggal di dalam dan berinteraksi tidak berarti bahwa orang-orang memahami sistem tersebut. Jadi, bagian pertama dasar pengetahuan praktek makro ditujukan pada pemahaman fundamental tentang masyarakat dan organisasi. 1. Pemahaman tentang Masyarakat Masyarakat didefinisikan oleh Warren (1978) sebagai kombinasi sistem dan unit sosial yang melakukan fungsi sosial utama sesuai dengan kebutuhan orang-orang pada tingkatan lokal. Kemudian masyarakat berarti organisasi aktivitis sosial yang menyediakan orang akses terhadap kebutuhan hidup sehari-hari. Umumnya kita berpikir unit sosial dimulai dengan unit domestik diperluas ketetanggaan atau ke asosiasi nirlaba, kemudian ke masyarakat lebih luas. Masyarakat dapat tidak memiliki batas spesifik, tetapi bermakna malakukan 5 fungsi penting yang dikemukakan Warren, yaitu : a. Produksi, distribusi, dan konsumsi. b. Sosialiasi 16 | P a g e c. Kontrol Sosial d. Partisipasi Sosial e. Dukungan timbal balik Fungsi produksi, distribusi dan konsumsi merupakan aktivitas masyarakat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan material orang termasuk kebutuhan dasar makanan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya. Pada saat ini orang adalah saling tergantung untuk kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, sanitasi, perkejaan, transportasi, rekreasi dan pelayanan lainnya. Umumnya pertukaran yang diterima untuk barang dan jasa tersersebut adalah uang. Uang menjadi faktor penting dalam mendefinisikan batas konsumsi dan menjadi pertimbangan dalam upaya perubahan masyarakat. Fungsi kedua masyarakat adalah sosialisasi norma, tradisi, dan nilai dimana orang berinteraksi. Generasi muda yang tumbuh pada masyarakat yang miskin akan mengembangkan perspektif nilai yang berbeda pada masyarakat yang makmur. Sebagai contoh, sosialisasi mengarahkan perkembangan sikap, persepsi dan sikap tersebut mempengaruhi bagaimana orang memandang dirinya, orang lain, serta tanggung jawab / hak interpersonal. Untuk memahami individu dan populasi, maka perlu memahami norma, tradisi dan nilai masyarakat dimana dia disosialisasikan. Kontrol sosial adalah proses dimana anggota masyarakat menjamin kepatuhan terhadap nilai dan norma hukum dan peraturan. Kontrol sosial adalah fungsi yang dilaksanakan oleh lembaga yang mewakili berbagai sektor, seperti pemerintah, pendidikan, agama dan pelayanan sosial. Banyak pekerja sosial melayani dalam setting praktek dimana mereka berkembang dengan keseimbangan antara peranan sebagai penolong dan agen kontrol sosial, sekolah, lembaga koreksional, kontrol parol dan probasi serta program pelatihan. Setting lainnya dan berkaitan dengan bentuk kontrol seperti pola distribusi pelayanan dan kriteria eligibilitias yang mengatur akses 17 | P a g e terhadap sumber untuk kelompok rentan. Sebagai contoh manager kasus sering menyeimbangkan redistribusi pelayanan dengan sumber terbatas. Sensitivitas terhadap keterbatasan tersebut dapat mendorong praktisi bekerja untuk perubahan hanya untuk menemukan bahwa pembuat kebijakan kunci suka menghambat penerima bantuan daripada menyediakan bantuan yang benar-benar dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang diidentifikasi. Memahami bagaimana kontrol sosial dimanifestasikan dalam kebijakan kesejahteraan sosial, program, organisasi dan masyarakat dapat menjadi realiata dan bukan ilusi, akan tetapi membutuhkan pemahaman struktur dan proses pemberian pelayanan. Partisipasi sosial meliputi interaksi dengan orang lain dalam kelompok masyarakat, asosiasi dan ornganisasi. Masyarakat menyediakan jalan untuk orang mengekpresikan kebutuhan, kepentingan dan kesempatan sosialnya untuk membangun pertolongan alamiah dan mendukung jaringan sosial. Beberapa orang dapat eksis tanpa bentuk jalan sosial, bahkan ketika kebutuhan fisik dipenuhi. Beberapa menemukan jalan ini melalui lembaga keagamaan lokal, beberapa melalui organiasi kemasyarakatan dan beberapa melalui kelompok ketetanggan. Memahani pola partisipasi sosial sasaran populasi sangat menolong dalam memperkirakan keluasan masyarakat memenuhi kebutuhan anggotanya. Dukungan timbal balik adalah fungsi keluarga, teman, tetangga, volunter dan profesional yang dilakukan dalam masyarakat ketika mereka peduli terhadap orang sakit, pengangguran dan stress. Kebanyakan profesi pertolongan berkembang sebagai respons terhadap ketidakmampuan lembaga sosial lainnya (seperti unit domestik, lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan) untuk memenuhi kebutuhan dukungan timbal balik dari anggota masyarakat. Ketika masyarakat tumbuh lebih kompleks dan kapasitas suportif lembaga tradisional seperti keluarga dan tetangga 18 | P a g e telah terganggu, profesi ditata dalam merespons terhadap kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi. Jika kelima fungsi tersebut dilaksanakan dalam masyarakat dipenuhi dengan cara konstruktif, sehat dan positif kemudian struktur natural masyarakat akan menyediakan sumber yang dibutuhkan untuk memelihara anggota masyarakat. Secara singkat, masyarakat dapat dipertimbangkan sebagai sehat dan tidak sehat, kompeten dan tidak kompeten, didasarkan pada kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan hal ini dapat menjadi benar untuk sasaran populasi yang tertekan dalam batas mereka. 2. Memahami Tentang Organisasi Banyak masalah sosial yang kita hadapi di masa kini (seperti penyalahgunaan obat), penyimpangan perilaku, dsb) terjadi dalam konteks kehidupan masyarakat, sehingga ditangani pada tingkatan masyarakat. Namun beberapa masalah yang dihadapi pekerjaan sosial dan klien timbul karena hambatan organisasi. Masalah tersebut harus ditangani melalui pengetahuan tentang fungsi organisasi dan memahami hambatan pada lembaga pelayanan kemasyarakatan yang tidak memberikan perhatian terhadap pelayanan berkualitas bagi klien. Kolektivitas individu dapat dipertimbangkan sebagai organisasi dan kelompok informal individu yang dapat secara bersama-sama melakukan suatu tugas tertentu. Untuk tujuan kita, fokus pada kelompok yang sesuai definisi Daft tentang “organisasi sebagai entiti sosial yang tujuannya terarah dan sistem aktivitas terstruktur dengan batas yang teridentifikasi” (1958, 8). Awal sebelum revolusi industri, banyak individu hidup dalam bidang pertanian dimana mereka secara personal bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Orang-orang membangun rumah mereka, mencari air bagi mereka, membuat makanan dan membuat pakaian mereka. Dalam masa modern, kebutuhan tersebut dipenuhi oleh 19 | P a g e organisasi; pasar swalayan, restoran, perusahaan konstruksi, sekolah dan lembaga kesejahteraan sosial. Masyarakat menyediakan struktur dimana organisasi besar ini dapat berinteraksi, tetapi organisasi itu sendiri menyelenggarakan fungsi penting masyarakat. Sosiologis Talcott Parson menyatakan : “ perkembangan organisasi merupakan mekanisme penting dimana masyarakat dibedakan, itu mungkin sesuatu dilakukan, mencapai tujuan melebihi jangkauan individu” (1960, 41). Organisasi pelayanan masyarakat “merupakan penataan besar organisasi formal yang memiliki tujuan peningkatan kesejahteraan fisik, sosial emosional dari beberapa komponen populasi” (Brager & Holloway 1978, 2). Dengan cara yang sama para swalayan telah berkembang sistem terorganisir untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, pada abad lalu hanya ada beberapa organisasi yang menyediakan pelayanan, seperti perlindungan anak, day care, psikoterapi karena masyarakat belum mencapai titik untuk menstimulasi perkembangannya. Organisasi pelayanan kemasyarakatan dan Konstituen. Dalam analisis organisasi pelayanan kemasyarakatan dan interaksinya dengan masyarakat. Martin (1980) memfokuskan dengan cara menghubungkan dengan hal dimana perbedaan tingkatan dan tipe, struktur lembaga pelayanan dan respon konstituen dalam lingkungan. Dalam kaitan dengan kepentingan pengambilan keputusan dalam organisasi, tingkatan adalah (1) Direktur atau adminstrator senior, (2) Manager menengah, (3) Pemberi pelayanan langsung (4) Staff pendukung dan pemelihara, dan (5) klien individual. Organisasi eksternal tapi berpengaruh terhadap tindakan adalah kelompok dewan penyantun sesuai dengan posisi dan kepentingannya. Beberapa karakteristik model yang berharga. Pertama, sebagai diidentifikasikan dari panah yang menghubungkan setiap level organisasi, keputusan dibuat pada tingkat satu hirarki mengalir kebawah melalui tingkatan subbagiannya. Efek keputusan juga bergerak hanya satu arah. Tidak ada garis penting komunikasi dari tingkat bawah ke atas. Klien yang mempati tingkatan hirakhi paling bawah memiliki input paling sedikit, dan 20 | P a g e kontrol atas operasi organisasi yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pelayanan mereka. Hal ini mencerminkan ketidaktentuan posisi dimana klien menemukan dirinya sendiri. Karena mereka bukan secara penuh sebagai bagian organisasi, mereka cenderung dikeluarkan dari pengambilan keputusan, karena mereka tidak dipandang sebagai konstituen. Mereka memiliki kemampuan yang kurang untuk mempengaruhi organisasi dari luar. Hal berbeda yang dilakukan terhadap konsumen dalam hubungan dengan organisasi komersial. Usaha dan sumber yang besar dicurahkan untuk menyenangkan konsumen dan untuk menarik para pembeli barang dan jasa. Apa makna tersebut, tidak seperti perusahaan komersial, lembaga pelayanan kemasyarakatan tidak perlu harus memuaskan klien mereka. Klien tidak membayar untuk pelayanan, pertanyaan apakah dipuaskan atau tidak dengan pelayanan dipandang sebagai tidak relevan dengan apakah lembaga akan kontinu menerima sumber-sumber yang diperlukan untuk tetap eksis. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi pelayanan kemasyarakatan membatasi input klien untuk semua pembuatan keputusan. Terdapat beberapa lembaga pelayanan kemasyarakatan yang memiliki dewan penasehat dan sebagai wakil dari masyarakat yang mencakup keanggotaan konsumen. Sejak 1960-an, ketika program perang terhadap kemikinan mengembangkan mekanisme untuk partisipasi warga dan konsumen, beberapa organisasi telah melanjutkan praktek tersebut. Namun poin tentang dinamika organisasi dalam lembaga pelayanan kemasyarakatan, seperti penyediaan pelayanan berkualitas dapat menjadi sekunder untuk memenuhi standar yang diharapkan sumber dana. Sebab sumber dana itu sendiri sering jauh dari kontak langsung dengan para penerima pelayanan. Standar tersebut bisa tidak berkaitan dengan kebutuhan klien. Situasi ini sering digambarkan sebagai konflik antara efisiensi (tingkat dimana lembaga membuat pengggunaan sumbersumbernya secara optimal) dan efektifitas (tingkatan dimana pelayanan tersebut memenuhi kebutuhan klien). Patti (1998) menggambarkan konflik 21 | P a g e ini : “Cara lembaga mengelola dianggap lebih penting dari pada hasil yang dicapai. Hal ini dapat dan menimbulkan situasi yang aneh dimana lembaga dikelola dengan baik tapi memiliki pengaruh yang sedikit bagi klien yang dilayani”. Sebagai contoh lembaga di metropolitan menyediakan pelayanan shelter bagi wanita gelandangan dan anak-anaknya. Banyak wanita berasal dari hubungan yang kurang baik dengan pasanganya dan hasrat untuk menggunakan shelter ( tempat penampungan ) sebagai tempat tinggal hingga mereka menemukan pekerjaan yang akan memungkinkan mereka hidup secara mandiri. Namun, untuk berkompetisi dalam memperoleh pekerjaan mereka harus meninggalkan anak mereka di shelter, perjalanan keberbagai bagian kota, dan kadang kala menghabiskan waktu yang panjang mengisi formulir dan menunggu untuk interview. Namun disisi lain, lembaga memiliki peraturan yang tidak mengijinkan anak kecil ditinggalkan ibunya. Dengan demikian dibutuhkan pelayanan day care dan lembaga tidak ingin menghadapi isu peraturan dan liabilitas untuk menyediakan pelayanan tersebut. Akibatnya banyak wanita di shelter yang memiliki anak kecil tidak dapat memperoleh pekerjaan, jadi ketika limit tinggal pada shelter terlewati mereka harus pindah ke shelter lainya atau kembali kehidupan di jalan atau ke pasangannya yang melakukan perlakuan salah. Ironinya bahwa tinggal selama 30 hari di shelter dicatat sebagai penyelesaian pelayanan yang dicatat oleh lembaga. Skenario seperti tersebut seringkali terjadi, dan mereka merupakan ciri organisasi yang distrukturkan secara birokrasi yang merupakan perwujudan pendekatan berdasarkan peraturan-peraturan dan rasional terhadap aspek operasional lembaga. Sebagaimana Sosin (1979) menyimpulkan: “ Birokrasi secara formal adalah rasional yang mengikuti seperangkat peraturan dengan baik. Tetapi secara substansial birokrasi adalah irasional karena peraturan tersebut sering merusak subsatansi” (p.400). 22 | P a g e Fungsi organisasi. Miles (1975) mengidentifikasikan 5 fungsi organisasi yang dipandang sebagai titik dimana perubahan dapat dilakukan: a. Kepemimpinan dan pengarahan b. Struktur organisasi dan rancangan pekerjaan. c. Seleksi, latihan, perkiraan dan pengembangan. d. Komunikasi dan kontol. e. Motivasi dan sistem penghargaan. Kepemimpinan dan Pengarahan mengacu kepada cara dimana kebijakan dan keputusan dibuat dan gaya kepemimpinan administrator tertinggi. Keputusan dapat dibuat satu pihak dan kebawah atau mereka dapat dijangkau melalui dialog dan negosiasi dengan pihak yang dipengaruhi. Supervisi dapat sangat ketat dan mendetail, atau secara individual dapat diijinkan, mengarahkan dapat mencapai tujuan yang disetujui. Kepemimpinan dan pengarahan mempengaruhi organisasi dan kualitas kerja pekerja dan kualitas pelayanan terhadap klien. Struktur organisasi dan rancangan pekerjaan menentukan cara menyusun organisasi dan program disusun dan cara menugaskan beban kerja ditugaskan. Organisasi birokrasi mengikuti hierarki di mana setiap orang melaporkan kepada atasannya, semua cara ke atas dengan melalui rantai komando. Struktur yang lebih fleksibel dapat digunakan tim yang dihubungkan secara longgar dan dikelompokkan ke dalam produk dan jasa. Rancangan pekerjaan dapat terspesialisasikan dan longgar. Faktor ini dapat mempengaruhi cara klien memasuki pelayanan dan siapa yang berhubungan dalam proses dan karakteristik pelayanan yang mereka terima. Satu sumber organisasi yang paling bernilai adalah para pekerja, seleksi, pelatihan , prediksi dan pengembangan adalah proses personil yang berkaitan dengan rekrutmen , evaluasi dan pengembangan staf, organisasi dapat memilih untuk menyeleksi dan 23 | P a g e melatih orang yang sesuai dengan deskripsi yang ditentukan atau mereka dapat berusaha menyeimbangkan kebutuhan organisasi dengan kemampuan dan kepentingan individu. Evaluasi dapat didasarkan pada kriteria spesifik atau dapat melakukan perkiraan bersama antara supervisor dan staf yang difokuskan pada kemajuan terhadap tujuan yang disepakati sebelumnya. Evaluasi kinerja menjadi bermakna untuk pelayanan klien dan hal itu mengekspresikan perilaku yang dihargai oleh organisasi. Fungsi lain organisasi yang mempengaruhi kualitas kehidupan kerja dan pelayanan klien adalah komunikasi dan kontrol. Sistem komunikasi dapat diorientasikan terhadap perintah yang mengalir ke bawah dan laporan yang mengalir ke atas. Dalam sistem ini, dapat terjadi saling membagi informasi antara unit organisasi, di mana setiap orang memiliki akses terhadap data yang menseminasikan data dalam satu arah atau mereka dapat menyediakan untuk menyesuaikan kinerja miliknya. Akhirnya, sistem motivasi dan penghargaan dapat dibangun sekitar faktor keloyalan / lama pengabdian atau mereka dapat berfokus pada kinerja. Standard penghargaan dapat ditentukan secara sepihak atau dapat ditentukan tipe prestasi yang sebaiknya dihargai. Dalam analisas organisasi, seseorang sebaiknya cenderung konsisten. Sebagai contoh, jika pekerja diharapkan responsif terhadap rentang kebutuhan klien, mereka harus memiliki kewenangan dan sumber untuk menyediakan pelayanan komprehensif. Jika mereka diharapkan untuk spesialisasi, pelayanan perlu direstrukturisasikan sehingga kebutuhan lain dapat dipenuhi oleh spesialis yang lain. Bagaimanapun bentuk struktur staf harus dihargai untuk kinerja prima dalam tugasnya yang dapat diidentifikasikan dari deskripsi tugas daripada kesetiaan dan lama pengabdian. Hal ini merupakan faktor yang harus diperhatikan seseorang dalam menganalisa dan memahami organisasi. 24 | P a g e Perubahan organisasi menyakitkan dapat menjadi proses sulit dan karena kekakuan organisasi, kepemimpinan yang kurang perhatian terhadap pelayanan klien dan faktor lainnya. Bersamaan dengan perubahan masyarakat, kita percaya bahwa usaha perubahan profesional dilakukan secara sistematik dan disengaja menawarkan kesempatan untuk mencapai tujuan perubahan. Kita juga percaya bahwa perubahan masyarakat dan organisasi terjadi dalam konteks sistem nilai yang ganda dan sering kali konflik. 25 | P a g e BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan mengenai Pengetahuan Pekerjaan Sosial Makro di makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengetahuan dalam pekerjaan sosial sangat penting dan juga sebagai pokok dan pembedaan dari sebuah profesi, yakni kemampuan mengubah pengetahuan ke dalam pelayanan profesional yang disesuaikan terhadap kebutuhan khusus dari klien. 2. Pekerja Sosial di dalam memberikan pelayanan kepada klien harus mempergunakan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah teruji kevaliditasannya. 3. Pengetahuan-pengetahuan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang tentu dapat menunjang kemampuan seorang pekerja sosial dalam melaksanakan praktek pekerjaan sosial. 4. Dalam melakukan praktek pekerjaan social makro, seseorang membutuhkan dasar pengetahuan, system nilai dan model praktek. Dasar pengetahuan yang dimulai dengan pemahaman tentang arena dimana seseorang melakukan praktek. Untuk praktisi makro, hal ini berarti pemahaman pengetahuan tentang masyarakat dan organisasi. Dalam hal praktek makro, pekerja social dapat mengeksplorasi fungsifungsi masyarakat dan organisasi, dalam rangka menjadi praktisi yang efektif. 5. Organisasi dan masyarakat dikenal oleh orang karena disitu orang tinggal dan paling tidak pada satu komunitas dan berinteraksi dengan berbagai organisasi. Namun, tinggal di dalam dan berinteraksi tidak berarti bahwa orang-orang memahami sistem tersebut. Jadi, bagian pertama dasar pengetahuan praktek makro ditujukan pada pemahaman fundamental tentang masyarakat dan organisasi. 26 | P a g e 6. Perubahan organisasi dapat menjadi proses sulit dan menyakitkan karena kekakuan organisasi, kepemimpinan yang kurang perhatian terhadap pelayanan klien dan faktor lainnya. Bersamaan dengan perubahan masyarakat, kita percaya bahwa usaha perubahan profesional dilakukan secara sistematik dan disengaja menawarkan kesempatan untuk mencapai tujuan perubahan. Kita juga percaya bahwa perubahan masyarakat dan organisasi terjadi dalam konteks sistem nilai yang ganda dan sering kali konflik. 27 | P a g e DAFTAR PUSTAKA Dwi Heru Sukoco.1991.Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya. Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS Siporin,Max.1972.Introduction to Social Work Practice. United State of America: Macmillan Publishing Co., Inc. 28 | P a g e