pekerjaan sosial dengan organisasi dan masyarakat

advertisement
PEKERJAAN SOSIAL DENGAN ORGANISASI DAN MASYARAKAT
PENGETAHUAN PEKERJAAN SOSIAL MAKRO
Dosen : Dra. Rini Hartini Rinda, M.Pd
Ellya Susilowati, M.Si. Ph.D
Disusun Oleh :
Dhea Rizky Maharani
(13.04.108)
Dewi Rara Aniyati
(13.04.255)
Adinta Kusumawati
(13.04.036)
Cici Arumsih
(13.04.102)
Dea Khansa Nabila
(13.04.045)
Nursyah Fajar Cantika
(13.04.)
Lisa Utami
(13.04.)
Mohammad Adam Arifin
(13.04.131)
Indra Chustiono Wibowo
(13.04.
)
Farhan
(13.04.
)
2H
SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
1|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konferensi Milford yang diselenggarakan pada tahun 1929 telah
mempertemukan antara para pendidik atau pengajar profesi pekerjaan
social (dari sekolah-sekolah pekerjaan social) dengan para pekerja social
yang
bekerja
pada
badan-badan
social.
Konferensi
tersebut
mendeskripsikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan praktek pekerjaan
social. Porter Lee, ketua konferensi dan juga direktur sekolah pekerjaan
social New York (The New York School Of Social Work) mengajukan
ide/gagasan bahwa Social Casework hendaknya diintegrasikan dengan
Psikologi, Psikiatri, Ilmu Politik, Ekonomi, dan Sosiologi. Hasil sintesis
dari gagasan tersebut yang dipadukan dengan pengalaman praktek di
berbagai bidang dapat membantu memformulasikan / merumuskan “The
Generic Social CaseWork Theory”. Laporan hasil konferensi itu juga
mencoba untuk : mengidentifikasi komponen-komponen umum didalam
praktek pekerjaan social, mengidentifikasi pengetahuan dasar yang
diperlukan oleh semua pekerjaan social yang akan melakukan prakteknya
di berbagai bidang, menekankan pada proses atau prosedur social
casework.
Asosiasi sekolah-sekolah pekerjaan social di Amerika Serikat
(Association Of School Of Social Work) pada tahun 1944 telah
merumuskan 8 (delapan) pengetahuan dasar yang perlu tercantum di
dalam kurikulum pendidikan pekerjaan social, yaitu : social casework,
social groupwork, community organization, social research and statistic,
social welfare administration, public welfare and child welfare, medical
information, psychiatric information. Kedelapan pengetahuan tersebut
perlu
dimasukan
ke
dalam
kurikulum
mengembangkan kompetensi mahasiswa.
2|Page
pekerjaan
social
untuk
Jika seorang bermaksud melakukan praktek pekerjaan sosial makro,
seseorang membutuhkan dasar pengetahuan, sistem nilai dan model
praktek. Dasar pengetahuan yang dimulai dengan pemahaman tentang
arena dimana seseorang melakukan praktek. Untuk praktisi makro, hal ini
berarti pemahaman tentang masyarakat dan organisasi.
Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan pemahaman yang lebih
jauh tentang masyarakat dan organisasi memfokuskan pada masyarakat
dan organisasi yang spesifik untuk diubah dengan cara tertentu. Upaya
perubahan pada tingkatan masyarakat menghendaki studi sistematik yang
dirancang
untuk
menghasilkan
pemahaman
yang
mendefinisikan
masyarakat tersebut.
B. Tujuan
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah COCD Dalam Pekerjaan Sosial.
2. Menjelasakan definisi pengetahuan secara umum.
3. Mengklasifikasikan pengetahuan yang ada dalam pekerjaan social
makro.
4. Mengembangkan kompetensi mahasiswa mengenai ilmu pengetahuan
dalam mata kuliah COCD Dalam Pekerjaan Social.
5. Sebagai referensi ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Pengetahuan (Body of Knowledge) Pekerjaan Sosial
Pokok dan pembedaan dari sebuah profesi adalah kemampuan dari
profesionalisme personal, melalui sebuah proses pemikiran aktif, untuk mengubah
pengetahuan ke dalam pelayanan profesional
yang disesuaikan terhadap
kebutuhan khusus dari klien. Pelajar dan praktisi pekerja sosial sering kali berpikir
dahulu mengenai “lakukan” dari model aksi daripada pengetahuan sebagai dasar
dari penentuan keputusan yang secara langsung dari aksi tersebut.
Suatu tuntutan profesi yang mempengaruhi keahlian digunakan secara
selektif dan terpisah sebagaimana yang dijelaskan dengan sebuah teori dan
pengetahuan, proses pengambilan keputusan dan tujuan dan nilai profesi.
Pekerjaan sosial dihadapkan pada siapa yang akan melakukannya dengan tugas
yang kompleks, yang secara konstan berubah, dan tidak rutin. Tugas-tugas unik
ini tidak boleh dalam artian dapat dikuasai dan dikomunikasikan dalam bentuk
teknik-teknik spesifik.
Pekerja Sosial di dalam memberikan pelayanan kepada klien harus
mempergunakan
pengetahuan-pengetahuan
ilmiah
yang
sudah
teruji
kevaliditasannya. Armando Morales dan Sheafor mendefinisikan pengetahuan
(knowledge) sebagai berikut : “Knowledge may be generally definied as the
equantance with or theoritical or practical understandig of some branch of
science, art, learning, or other are involving study, reseacrh, or practical and the
equisition of skills” (Morales dan Sheafor, 1983: 165). Pengetahuan pada umunya
dihasilkan dari research dan praktik yang sudah teruji ketepatan dan kebenarannya.
Pengetahuan Pekerjaan Sosial dapat di kelompokkan ke dalam 3
golongan, sesuai aspek intervensi pekerjaan sosial yaitu:
1. Pengetahuan tentang klien, baik klien sebagai individu, kelompok
maupun masyarakat.
4|Page
2. Pengetahuan tentang lingkungan sosial, yaitu pengetahuan yang
berkaitan denga masyarakat dan kebudayaan (society and culture).
3. Pengetahuan tentang profesi pekerjaan sosial profesional yang meliputi
pengetahuan tentang :
a. Diri sebagai seorang pekerja sosial (self)
b. Profesi
c. Intervensi
Pengetahuan-pengetahuan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
ENVIRONMENT
Social Worker
Knowledge of :
1. Self
2. Profession
3. Intervention
SOCIAL
WORK
INTERVENTION
PROBLEM OR CHANGE AREA
PERSON
Knowledge
client (s)
of
Knowledge of :
Society and Culture
B. Elemen-Elemen Pengetahuan Dalam Praktek Pekerjaan Sosial
Konperensi Milford yang diselenggarakan pada tahun 1929 telah
mempertemukan antara para pendidik atau pengajar profesi Pekerjaan Sosial
(dari sekolah-sekolah pekerjaan sosial) dengan para pekerja sosial yang
5|Page
bekerja pada badan-badan sosial. Konperensi tersebut mendiskusikan tentang
hal-hal yang berkaita dengan Praktek Pekerjaan Sosial. Porter Lee ketuan
konperensi dan juga direktur Sekolah Pekerjaan Sosial New York (The New
York School of Social Work) mengajukan ide/gagasan bahwa Social
Casework hendaknya diintegrasikan dengan Psikologi, Psikiatri, Ilmu politik,
Ekonomi, dan Sosiologi. Hasil sintesis dari gagasan tersebut yang dipadukan
dengan
pengalaman
praktek
di
berbagai
bidang
dapat
membantu
memformulasikan/merumuskan “The Generic Social Casework Theory”.
Laporan hasil konperensi itu juga mencoba untuk:
1. Mengidentifikasikan komponen-komponen umum di dalam Praktik
Pekerjaan Sosial.
2. Mengidentifikasikan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh semua
Pekerja Sosial yang akan melakukan prakteknya di berbagai bidang.
3. Menekankan pada proses atau prosedur Sosial Casework.
Asosiasi sekolah-sekolah pekerjaan sosial di Amerika Serikat
(Association of Schools of Social Work) pada tahun 1944 telah merumuskan
delapan pengetahuan dasar yang perlu tercantm di dalam kurikulum
pendidikan pekerjaan sosial, yaitu:
1.
Social Casework (yang umum maupun yang spesialis)
2.
Social Groupwork.
3.
Community Organization.
4.
SocialResearch and Statistic.
5.
Social Welfare Administration.
6.
Public Welfare and Child Welfare.
7.
Medical Information.
8.
Psychiatric Information.
Kedelapan pengetahuan di atas perlu di masukan ke dalam kurikulum
pekerjaan sosial karena pendidikan pekerjaan sosial pada prinsipnyya
6|Page
bertujuan unyuk mengenbangkan kompetensi para mahasiswanya dalam 3
bidang utama, yaitu:
1.
Pemahaman secara konseptual dan perseptual.
2.
Ketrampilan dalam metoda, prosedur dan proses.
3.
Kualitas pribadi yang profesional
Pada tahun 1956, NASW merumuskan pengetahuan-pengetahuan yang
harus dimilki oleh pekerja sosial , yaitu:
1. Human Development and Behaviour (Tingkah Laku dan Perkembangan
Manusia). Pengetahuan ini menekankan pada cara memandang individu
secara keseluruhan individu dan melihat pengaruh orang lain dan
lingkungan terhadap manusia, kondisi sosial, ekonomi dan kebudayaan.
2. Psikologi, dimana individu dapat memperoleh pertolongsn dari orang lain
dan sumber-sumber di luar dirinya.
3. Cara-cara bagaiman orang berkomuniksi dengan orang lain dan bagaimana
mengekspresikan semua perasaan, baik melalui perkataan maupun
perbuatan.
4. Proses kelompok dan pengaruh kelompok terhadap individu maupun
individu lain di dalam kelompok.
5. Pemahaman dan pengaruh interaksi antara individu, kelompok dan
masyarakat dengan kebudayaan-kebudayaan, yang meliputi keagamaan,
kepercayaan, nilai-nilai spiritual, hukum dan lembaga-lembaga sosial yang
lain.
6. Relationship, yaitu proses interaksi antar individu, antara individu dengan
kelompok , dan antara kelompok dengan kelompok lain.
7. Komuniti, yang meliputi proses internal (proses di dalam komuniti),
model-model pengenbangan dan perubahan komuniti, pelayanan sosial
dan sumber-sumber yang yang ada di dalam komuniti.
8. Pelayanan sosial, struktur, organisasi dan metode-metode pekerjaan sosial.
9. Diri pekerja sosial sendiri (self) dimana kesadaran dan tanggung jawab
terhadap emosi dan sikap sebagai seorang profesional.
7|Page
Sedang Werner Boehm pada tahun 1958 telah berpendapat bahwa
pengetahuan pekerjaan sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Pengetahuan yang telah teruji.
2. Hipotesa-hipotesa pengetahuan yang diperlukan untuk untuk transformasi
pengetahuan yang teruji.
3. Asumsi-asumsi pengetahuan yang diperlukan bagi transformasi hipotesa
dan kemudian untuk pengujian pengetahuan.
Pengetahuan pekerjaan sosial pada prinsipnya bersumber dari 3 hal, yaitu:
1. Pengetahuan pekerja sosial yang bersangkutan.
2. Literatur pekerjaan sosial.
3. Ilmu-ilmu sosial dan yang kemudian dikembangkan, sehingga sesuai
dengan kerangka referensi pengetahuan pekerjaan sosial.
Alfred Kadusin merumuskan bahwa pengetahuan pekerjaan sosial pada
dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi lima tingkat. Kelima tingkatan
pengetahuan tersebut dapat membantu pekerja sosial di dalam melakukan
proses pertolongan. Kelima tingkat pengetahuan tersebut adalah :
1. Pengetahuan Pekerjaan Sosial yang umum (General Social Work
Knowledge). Pengetahuan Pekerjaan Sosial umum tersebut mencakup:
a. Social Policy and Service (Pelayanan dan Kebijakan Sosial), yaitu
meliputi pengetahuan tentang permasalahan sosial, institusi dan
progrm-prgram yang ditujukan untuk mensegah, menyembuhkan dan
mengontrol permasalahan tersebut; gerakan dan kekuatan-kekuatan
yang mempengaruhi tujuan kesejahteraan sosial; pengaruh kebijakan
sosial; dan peranan pekerja sosial dalam merumuskan kebijakan sosial.
b. Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial (Human Behavior and
The Social Environment), yang mencakup pengetahuan tentang
pertumbuhan manusia dan perkembangan kepribadiannya (baik normal
maupun abnormal) ; penyakit atau permasalahan dan ketidakmampuan;
8|Page
nilai dan norma kebudayaan; proses komuniti; dan aspek-aspek lain
yang berkaitan dengan keberfungsian sosial individu maupun
kelompok.
c. Social Work Method (Metoda-Metoda Pekerjaan Sosial), yang
meliputi pengetahuan tentang metoda pelayanan langsung seperti
Casework, Groupwork, dan Community Organization; serta pelayanan
tidak langsung seperti Research (penelitian) dan Administrasi.
2. Pengetahuan Spesifik Tentang Bidang-Bidang Praktek
Pekerja Sosial ada yang bekerja pada badan-badan koreksional,
yangberkaitan dengan probasi, lembaga pemasyarakatan dan parole.
Pekerja sosial harus menyesuaikan diri dengan tujuan, philosofi, dan
fungsi-fungsi yang ada. Pekerja sosial perlu memahami bahwa fungsi
koreksional adalah pemberian punishment yang tepat dan mendidik
terhadap para pelanggar peraturan. Oleh sebab itu Pekerja Sosial perlu
mempunyai pengetahuan tentang :
a. Individu, yaitu bahwa individu berbeda dengan individu yang lain
(individualized)
b. Teori-teori kriminologi yang meliputi :
1) Teori konstitusi dan biologis
2) Teori psikogenik
3) Teori sosiologis
3. Pengetahuan spesifik tentang badan-badan sosial
Pekerja sosial dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang
penolong maupun penyembuh, maka perlu mempunyai pengetahuan yang
berkaitan dengan rencana-rencana penyembuhan dan sumber-sumber
kelembagaan yang diperlukan untuk memecahkan atau menyembuhkan
masalah kliennya. Pengetahuan yang diperlukan Pekerja Sosial dalam
melaksanakan tugas-tugasnya tersebut adalah :
1) Pengetahuan tentang family therapy
9|Page
2) Pengetahuan tentang group treatment, yang mencakup groupwork
dan group psychotherapy.
4. Pengetahuan spesifik tentang klien
Pengetahuan tentang klien dapat diperoleh melalui pemahaman
pengetahuan tentang :
a. Family constellation
b. Court contact and some background on problem behavior
c. Clinical
d. Cottage report
e. School report
f. Medical report
g. Intake evaluation and treatment recommendation
5. Pengetahuan spesifik tentang kontak
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka Pekerja
Sosial perlu mempunyai pengetahuan tentang kontak, sehingga ia dapat
berelasi denan kliennya secara memadai. Oleh sebab itu, seorang pekerja
sosial perlu mempunyai pengetahuan tentang interview.
Sedangkan Dean H. Hepworth dan Jo Ann Larsen menyatakan
bahwa pengetahuan Pekerjaan Sosial dapat dikelompokkan ke dalam
empat bagian, yaitu:
1. Human Behavior in the Social Environment (Tingkah Laku Manusia di
dalam Lingkungan Sosial). Kelompok pengetahuan ini mencakup
pengetahuan tentang:
a. Pertumbuhan dan perkembangan manusia yang menekankan pada
tugas-tugas kehidupan yang harus dilaksanakan oleh individu dalam
berbagai tingkat perkembangannya.
b. Pemahaman terhadap permasalahan yang dialami manusia.
10 | P a g e
c. Sumber-sumber dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh orang
dalam setiap tahap perkembangannya.
d. Interaksi antara individu dengan lingkungannya.
e. Kekuatan dan motivasi tingkah laku manusia, baik tingkah laku di
dalam kelompok maupun di dalam organisasi.
f. Faktor-faktor yang perlu dikembangkan agar kelompok dapat
mengatasi kesulitan dan permasalahannya.
g. Sumber-sumber emosional dan fisiki yang tidak berfungsi atau tidak
mencukupi.
h. Perencanaan dan pelaksanaan program-program pencegahan dan
penyembuhan yang efektif.
2. Social Policy (Kebiajakan Sosial)
Kelompok pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang:
a. Kebijakan sosial yang berkaitan dengan kurikulum dan disiplin.
b. Pemahaman dan pelaksanaan perumusan kebijakan sosial yang
berkaitan dengan sistem pelayanan, baik pada tingkat pemerintah
maupun swasta.
c. Misi dan etik profesi dalam hal kebijakan sosial.
d. partisipasi Pekerja Sosial dalam memanfaatkan dan mengembangkan
kebijakan
sosial
guna
meningkatkan
fungsionalitas
individu,
kelompok, dan masyarakat.
e. Komitmen Pekerjaan Sosial terhadap keadilan sosial. K
f. etimpangan distribusi kesempatan, sumber, barang dan pelayanan
yang diperoleh kelompok-kelompok yang kurang beruntung.
3. Social Work Methods (Metoda-metoda Pekerjaan Sosial)
Pekerjaan Sosial di dalam melaksanakan misi dan tujuan
profesinya, perlu memiliki pengetahuan tentang:
a. Cara-cara untuk meningkatkan keberfungsian sosial kliennya.
b. Proses pemecahan masalah.
11 | P a g e
c. Pemahaman terhadap permasalahan manusia dan penggalian serta
pemanfaatan sistem sumber.
d. Peranan-peranan yang dapat dilaksanakan Pekerjaan Sosial dalam
proses pemecahan masalah.
e. Interview, negosiasi, dan interaksi
4. Research (Penelitian)
Penelitian di dalam kerangka pengetahuan Pekerjaan Sosial
semakin lama dirasakan semakin peting. Hasil penelitian imiah merupakan
kekuatan bagi perkembangan pengetahuan profesi tersebut. Pekerja Sosial
di dalam membedakan antara kesimpulan-kesimpulan yang didukung datadata empirik dengan kesimpulan subyektif perlu mempunyai pengetahuan
dan pemahaman tentang pola-pola eksperimental (Experimental Design)
yang valid.
Max Siporin, D.S.W. membagi kerangka pengetahuan Pekerjaan
Sosial ke dalam empat kelompok, yaitu:
a. Teori kepribadian.
b. Teori sosial, khususnya tentag kolektivitas, kebudayaan dan institusiinstitusi.
c. Teori sistem kesejahteraan sosial.
d. Teori praktik pekerjaan sosial.
Charles Zastrow menyatakan bahwa pengetahuan pekerjaan sosial
dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu:
a. General Social Work Knowledge (Pengetahuan Pekerjaan Sosial yang
Umum/General). Pengetahuan ini mencakup tentang:
1) Social Policy and Services (Pelayanan Sosial dan Kebijakan
Sosial)
Kelompok ini mencakup pengetahuan mengenai:
a) Permasalahan sosial.
12 | P a g e
b) Pelayanan-pelayanan sosial yang ditujukan untuk mencegah
dan memecahkan masalah.
c) Ketimpangan-ketimpangan dalam memberikan pelayanan.
d) Isu-isu sosial yang aktual atau kontemporer.
e) Bagaimana merumuskan kebijakan sosial.
f) Kekuatan-kekuatan yang diperlukan untuk memperbaiki
kebijakan sosial.
g) Bagaimana menganalisis secara kritis dan mengubah
kebijakan sosial.
h) Apa peranan pekerja sosial di dalam perumusan kebijakan
sosial.
2) Human Behavior and the Social Environment (Tingkah Laku
Manusia dan Lingkungan Sosialnya). Kelompok ini berisi
pengetahuan tentang:
a) Pertumbuhan dan perkembangan manusia.
b) Perkembangan kepribadian, baik secara normal maupun
abnormal.
c) Norma, nilai, dan kebudayaan masyarakat.
d) Proses-proses masyarakat.
e) Aspek-aspek lain yang mempengaruhi keberfungsian sosial
individu maupun kelompok.
3) Methods Of Social Work Practice (Metoda-Metoda Praktek
Pekerjaan Sosial). Kelompok yang berisi pengetahuan tentang:
a) Strategi-strategi intervensi yang ada di dalam Casework,
Groupwork dan Community Organization.
b) Penelitian dan Administrasi.
13 | P a g e
b. Knowledge About A Specific Practice Field (Pegetahuan Yang
Berkaitan Dengan Bidang Praktek Yang Khusus)
Pekerja sosial dapat bekerja pada berbagai bidang (field), seperti
bidang kesehatan masyarakat. Untuk dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik, maka Pekerja sosial perlu mengetahui dan menguasai
pengetahuan:
1) Teori-teori yang membahas tentang permasalahan emosional.
2) Bagaimana pengaruh faktor-faktor heriditas dan social learning.
3) Bagaimana melakukan assessment dan diagnosa terhadap
gangguan-gangguan emosional.
4) Berbagai macam program penyembuhan yang ada di dalam
masyarakat.
5) Bagaimana melakukan assessment terhadap orang-orang yang
mendapat penilaian/label tidak baik dari masyarakat.
6) Bagaimana menganalisis dengan kritis berbagai program
penyembuhan yang baru.
7) Akibat-akibat
psikologis
yang
ditimbulkan
karena
menyalahgunakan obat.
8) Bagaimana menyembuhkan klien dengan teori-teori psikoterapi
kontemporer, seperti: psikoanalisis, terapi realitas, terapi
rasional, analisis transaksional, dan pengubahan perilaku.
c. Knowledge About A Specific Agency (Penegtahuan Yang Berkaitan
Dengan Badan-Badan Sosial Yang Khusus)
Pekerja sosial dapat bekerja pada berbagai macam badan sosial
(agencies), seperti: pusat-pusat kesehatan mental. Oleh sebab itu,
pekerja sosial perlu menguasai pengetahuan berikut ini:
1) Persyaratan apa saja yang diperlukan klien agar dapat menerima
pelayanan.
2) Bagaimana prosedurnya untuk menjadi klien.
3) Apakah diperlukan keputusan-keputusan pengadilan.
14 | P a g e
4) Siapakah yang akan membayar pelayanan yang diterima oleh
klien.
5) Catatan apa saja yag diperlukan untuk mencapai tujuan.
6) Bagaimana proses penempatan klien di dalam fastercare dan
group home.
7) Peranan apa saja yang diharapkan untuk dilakukan pekerja sosial
di dalam bekerjasama denngan anggota team yang lain, seperti
psychiatrists, psychologists, nurses, occupational therapists serta
anggota profesi lainnya.
8) Model-model penyembuhan apa yang dipergunakan oleh badan
sosial untuk melayani kliennya (individu, keluarga, dan
kelompok).
9) Program-program penyembuhan spesifik apa yang tersedia pada
badan sosial dan peranan apa yang perlu dilakukan pekerja sosial
dalam melaksanakan program-program tersebut.
d. Knowledge about each client (pengetahuan yang berkaitan dengan
klien)
Pekerja sosial di dalam usaha memecahkan masalah klien, perlu
mengetahui sedetail/ sebanyak mungkin informasi mengenai:
1) Apa sajakah kekhususan pribadi dan permasalahan yang dialami
klien (keunikan klien dan masalahnya)
2) Latar belakang klien, seperti umur, kehidupan masa kanak-kanak
hingga sekarang, relasinya dalam keluarga, pengaruh sekolah dan
pekerjaannya, kontaknya dengan badan sosial, serta kesehatannya
secara umum.
3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masalah klien, seperti
finansial, tekanan teman, hubungannya dengan sekolah dan
pekerjaan, tekanan keluarga, faktor rasial dan etnik, relasinya
dengan teman, tujuan hidup, minat dan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan.
15 | P a g e
4) Persepsi dan pendefinisian klien terhadap masalah klien yang
dialaminya.
5) Nilai dan moral klien yang mempengaruhi masalah.
6) Kekuatan-kekuatan klien
yang dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah.
7) Motivasi klien untuk memperbaiki hidup dan memecahkan
masalah.
8) Pengetahuan
tentang
kemungkinan-kemungkinan
strategi
penyembuhan yang dapat dipergunakan untuk memecahkan
masalah.
C. DASAR PENGETAHUAN DAN NILAI PRAKTEK MAKRO ( THE
KNOWLEDGE AND VALUE BASE OF MACRO PRACTICE )
Organisasi dan masyarakat dikenal oleh orang karena disitu orang
tinggal dan paling tidak pada satu komunitas dan berinteraksi dengan
berbagai organisasi. Namun, tinggal di dalam dan berinteraksi tidak
berarti bahwa orang-orang memahami sistem tersebut. Jadi, bagian
pertama dasar pengetahuan praktek makro ditujukan pada pemahaman
fundamental tentang masyarakat dan organisasi.
1. Pemahaman tentang Masyarakat
Masyarakat didefinisikan oleh Warren (1978) sebagai kombinasi
sistem dan unit sosial yang melakukan fungsi sosial utama sesuai dengan
kebutuhan orang-orang pada tingkatan lokal. Kemudian masyarakat berarti
organisasi aktivitis sosial yang menyediakan orang akses terhadap
kebutuhan hidup sehari-hari. Umumnya kita berpikir unit sosial dimulai
dengan unit domestik diperluas ketetanggaan atau ke asosiasi nirlaba,
kemudian ke masyarakat lebih luas. Masyarakat dapat tidak memiliki batas
spesifik, tetapi bermakna malakukan 5 fungsi penting yang dikemukakan
Warren, yaitu :
a. Produksi, distribusi, dan konsumsi.
b. Sosialiasi
16 | P a g e
c. Kontrol Sosial
d. Partisipasi Sosial
e. Dukungan timbal balik
Fungsi produksi, distribusi dan konsumsi merupakan aktivitas
masyarakat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan material orang
termasuk kebutuhan dasar makanan, pakaian, tempat tinggal dan
sebagainya. Pada saat ini orang adalah saling tergantung untuk kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan,
sanitasi, perkejaan, transportasi, rekreasi dan pelayanan lainnya.
Umumnya pertukaran yang diterima untuk barang dan jasa tersersebut
adalah uang. Uang menjadi faktor penting dalam mendefinisikan batas
konsumsi dan menjadi pertimbangan dalam upaya perubahan masyarakat.
Fungsi kedua masyarakat adalah sosialisasi norma, tradisi, dan
nilai dimana orang berinteraksi. Generasi muda yang tumbuh pada
masyarakat yang miskin akan mengembangkan perspektif nilai yang
berbeda pada masyarakat yang makmur. Sebagai contoh, sosialisasi
mengarahkan perkembangan sikap, persepsi dan sikap tersebut
mempengaruhi bagaimana orang memandang dirinya, orang lain, serta
tanggung jawab / hak interpersonal. Untuk memahami individu dan
populasi, maka perlu memahami norma, tradisi dan nilai masyarakat
dimana dia disosialisasikan.
Kontrol sosial adalah proses dimana anggota masyarakat
menjamin kepatuhan terhadap nilai dan norma hukum dan peraturan.
Kontrol sosial adalah fungsi yang dilaksanakan oleh lembaga yang
mewakili berbagai sektor, seperti pemerintah, pendidikan, agama dan
pelayanan sosial. Banyak pekerja sosial melayani dalam setting praktek
dimana mereka berkembang dengan keseimbangan antara peranan
sebagai penolong dan agen kontrol sosial, sekolah, lembaga koreksional,
kontrol parol dan probasi serta program pelatihan.
Setting lainnya dan berkaitan dengan bentuk kontrol seperti pola
distribusi pelayanan dan kriteria eligibilitias yang mengatur akses
17 | P a g e
terhadap sumber untuk kelompok rentan. Sebagai contoh manager kasus
sering menyeimbangkan redistribusi pelayanan dengan sumber terbatas.
Sensitivitas terhadap keterbatasan tersebut dapat mendorong praktisi
bekerja untuk perubahan hanya untuk menemukan bahwa pembuat
kebijakan
kunci
suka
menghambat
penerima
bantuan
daripada
menyediakan bantuan yang benar-benar dibutuhkan untuk memecahkan
masalah yang diidentifikasi. Memahami bagaimana kontrol sosial
dimanifestasikan dalam kebijakan kesejahteraan sosial, program,
organisasi dan masyarakat dapat menjadi realiata dan bukan ilusi, akan
tetapi membutuhkan pemahaman struktur dan proses pemberian
pelayanan.
Partisipasi sosial meliputi interaksi dengan orang lain dalam
kelompok
masyarakat,
asosiasi
dan
ornganisasi.
Masyarakat
menyediakan jalan untuk orang mengekpresikan kebutuhan, kepentingan
dan kesempatan sosialnya untuk membangun pertolongan alamiah dan
mendukung jaringan sosial. Beberapa orang dapat eksis tanpa bentuk
jalan sosial, bahkan ketika kebutuhan fisik dipenuhi. Beberapa
menemukan jalan ini melalui lembaga keagamaan lokal, beberapa
melalui organiasi kemasyarakatan dan beberapa melalui kelompok
ketetanggan. Memahani pola partisipasi sosial sasaran populasi sangat
menolong dalam memperkirakan keluasan masyarakat memenuhi
kebutuhan anggotanya.
Dukungan timbal balik adalah fungsi keluarga, teman, tetangga,
volunter dan profesional yang dilakukan dalam masyarakat ketika mereka
peduli terhadap orang sakit, pengangguran dan stress. Kebanyakan profesi
pertolongan berkembang sebagai respons terhadap ketidakmampuan
lembaga sosial lainnya (seperti unit domestik, lembaga keagamaan,
organisasi kemasyarakatan) untuk memenuhi kebutuhan dukungan timbal
balik dari anggota masyarakat. Ketika masyarakat tumbuh lebih kompleks
dan kapasitas suportif lembaga tradisional seperti keluarga dan tetangga
18 | P a g e
telah terganggu, profesi ditata dalam merespons terhadap kebutuhan yang
tidak dapat dipenuhi.
Jika kelima fungsi tersebut dilaksanakan dalam masyarakat
dipenuhi dengan cara konstruktif, sehat dan positif kemudian struktur
natural masyarakat akan menyediakan sumber yang dibutuhkan untuk
memelihara anggota masyarakat.
Secara singkat, masyarakat dapat dipertimbangkan sebagai sehat
dan tidak sehat, kompeten dan tidak kompeten, didasarkan pada
kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan hal ini dapat
menjadi benar untuk sasaran populasi yang tertekan dalam batas mereka.
2. Memahami Tentang Organisasi
Banyak masalah sosial yang kita hadapi di masa kini (seperti
penyalahgunaan obat), penyimpangan perilaku, dsb) terjadi dalam konteks
kehidupan masyarakat, sehingga ditangani pada tingkatan masyarakat.
Namun beberapa masalah yang dihadapi pekerjaan sosial dan klien timbul
karena hambatan organisasi. Masalah tersebut harus ditangani melalui
pengetahuan tentang fungsi organisasi dan memahami hambatan pada
lembaga pelayanan kemasyarakatan yang tidak memberikan perhatian
terhadap pelayanan berkualitas bagi klien.
Kolektivitas individu dapat dipertimbangkan sebagai organisasi
dan kelompok informal individu yang dapat secara bersama-sama
melakukan suatu tugas tertentu. Untuk tujuan kita, fokus pada kelompok
yang sesuai definisi Daft tentang “organisasi sebagai entiti sosial yang
tujuannya terarah dan sistem aktivitas terstruktur dengan batas yang
teridentifikasi” (1958, 8).
Awal sebelum revolusi industri, banyak individu hidup dalam
bidang pertanian dimana mereka secara personal bertanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka. Orang-orang membangun rumah
mereka, mencari air bagi mereka, membuat makanan dan membuat
pakaian mereka. Dalam masa modern, kebutuhan tersebut dipenuhi oleh
19 | P a g e
organisasi; pasar swalayan, restoran, perusahaan konstruksi, sekolah dan
lembaga kesejahteraan sosial. Masyarakat menyediakan struktur dimana
organisasi besar ini dapat berinteraksi, tetapi organisasi itu sendiri
menyelenggarakan fungsi penting masyarakat. Sosiologis Talcott Parson
menyatakan : “ perkembangan organisasi merupakan mekanisme penting
dimana masyarakat dibedakan, itu mungkin sesuatu dilakukan, mencapai
tujuan melebihi jangkauan individu” (1960, 41).
Organisasi pelayanan masyarakat “merupakan penataan besar
organisasi formal yang memiliki tujuan peningkatan kesejahteraan fisik,
sosial emosional dari beberapa komponen populasi” (Brager & Holloway
1978, 2). Dengan cara yang sama para swalayan telah berkembang sistem
terorganisir untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Sebagai contoh,
pada abad lalu hanya ada beberapa organisasi yang menyediakan
pelayanan, seperti perlindungan anak, day care, psikoterapi karena
masyarakat belum mencapai titik untuk menstimulasi perkembangannya.
Organisasi pelayanan kemasyarakatan dan Konstituen. Dalam
analisis organisasi pelayanan kemasyarakatan dan interaksinya dengan
masyarakat. Martin (1980) memfokuskan dengan cara menghubungkan
dengan hal dimana perbedaan tingkatan dan tipe, struktur lembaga
pelayanan dan respon konstituen dalam lingkungan. Dalam kaitan dengan
kepentingan pengambilan keputusan dalam organisasi, tingkatan adalah (1)
Direktur atau adminstrator senior, (2) Manager menengah, (3) Pemberi
pelayanan langsung (4) Staff pendukung dan pemelihara, dan (5) klien
individual. Organisasi eksternal tapi berpengaruh terhadap tindakan adalah
kelompok dewan penyantun sesuai dengan posisi dan kepentingannya.
Beberapa karakteristik model yang berharga. Pertama, sebagai
diidentifikasikan dari panah yang menghubungkan setiap level organisasi,
keputusan dibuat pada tingkat satu hirarki mengalir kebawah melalui
tingkatan subbagiannya. Efek keputusan juga bergerak hanya satu arah.
Tidak ada garis penting komunikasi dari tingkat bawah ke atas. Klien yang
mempati tingkatan hirakhi paling bawah memiliki input paling sedikit, dan
20 | P a g e
kontrol atas operasi organisasi yang bertanggung jawab dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan mereka. Hal ini mencerminkan ketidaktentuan posisi
dimana klien menemukan dirinya sendiri. Karena mereka bukan secara
penuh sebagai bagian organisasi, mereka cenderung dikeluarkan dari
pengambilan keputusan, karena mereka tidak dipandang sebagai
konstituen.
Mereka
memiliki
kemampuan
yang
kurang
untuk
mempengaruhi organisasi dari luar. Hal berbeda yang dilakukan terhadap
konsumen dalam hubungan dengan organisasi komersial. Usaha dan
sumber yang besar dicurahkan untuk menyenangkan konsumen dan untuk
menarik para pembeli barang dan jasa.
Apa makna tersebut, tidak seperti perusahaan komersial, lembaga
pelayanan kemasyarakatan tidak perlu harus memuaskan klien mereka.
Klien tidak membayar untuk pelayanan, pertanyaan apakah dipuaskan atau
tidak dengan pelayanan dipandang sebagai tidak relevan dengan apakah
lembaga akan kontinu menerima sumber-sumber yang diperlukan untuk
tetap
eksis.
Hal
ini
tidak
berarti
bahwa
organisasi
pelayanan
kemasyarakatan membatasi input klien untuk semua pembuatan keputusan.
Terdapat beberapa lembaga pelayanan kemasyarakatan yang memiliki
dewan penasehat dan sebagai wakil dari masyarakat yang mencakup
keanggotaan konsumen. Sejak 1960-an, ketika program perang terhadap
kemikinan mengembangkan mekanisme untuk partisipasi warga dan
konsumen, beberapa organisasi telah melanjutkan praktek tersebut.
Namun poin tentang dinamika organisasi dalam lembaga pelayanan
kemasyarakatan, seperti penyediaan pelayanan berkualitas dapat menjadi
sekunder untuk memenuhi standar yang diharapkan sumber dana. Sebab
sumber dana itu sendiri sering jauh dari kontak langsung dengan para
penerima pelayanan. Standar tersebut bisa tidak berkaitan dengan
kebutuhan klien. Situasi ini sering digambarkan sebagai konflik antara
efisiensi (tingkat dimana lembaga membuat pengggunaan sumbersumbernya secara optimal) dan efektifitas (tingkatan dimana pelayanan
tersebut memenuhi kebutuhan klien). Patti (1998) menggambarkan konflik
21 | P a g e
ini : “Cara lembaga mengelola dianggap lebih penting dari pada hasil yang
dicapai. Hal ini dapat dan menimbulkan situasi yang aneh dimana lembaga
dikelola dengan baik tapi memiliki pengaruh yang sedikit bagi klien yang
dilayani”.
Sebagai contoh lembaga di metropolitan menyediakan pelayanan
shelter bagi wanita gelandangan dan anak-anaknya. Banyak wanita berasal
dari hubungan yang kurang baik dengan pasanganya dan hasrat untuk
menggunakan shelter ( tempat penampungan ) sebagai tempat tinggal
hingga mereka menemukan pekerjaan yang akan memungkinkan mereka
hidup secara mandiri. Namun, untuk berkompetisi dalam memperoleh
pekerjaan mereka harus meninggalkan anak mereka di shelter, perjalanan
keberbagai bagian kota, dan kadang kala menghabiskan waktu yang
panjang mengisi formulir dan menunggu untuk interview. Namun disisi
lain, lembaga memiliki peraturan yang tidak mengijinkan anak kecil
ditinggalkan ibunya. Dengan demikian dibutuhkan pelayanan day care dan
lembaga tidak ingin menghadapi isu peraturan dan liabilitas untuk
menyediakan pelayanan tersebut. Akibatnya banyak wanita di shelter yang
memiliki anak kecil tidak dapat memperoleh pekerjaan, jadi ketika limit
tinggal pada shelter terlewati mereka harus pindah ke shelter lainya atau
kembali kehidupan di jalan atau ke pasangannya yang melakukan
perlakuan salah. Ironinya bahwa tinggal selama 30 hari di shelter dicatat
sebagai penyelesaian pelayanan yang dicatat oleh lembaga.
Skenario seperti tersebut seringkali terjadi, dan mereka merupakan
ciri organisasi yang distrukturkan secara birokrasi yang merupakan
perwujudan pendekatan berdasarkan peraturan-peraturan dan rasional
terhadap aspek operasional lembaga. Sebagaimana Sosin (1979)
menyimpulkan: “ Birokrasi secara formal adalah rasional yang mengikuti
seperangkat peraturan dengan baik. Tetapi secara substansial birokrasi
adalah irasional karena peraturan tersebut sering merusak subsatansi”
(p.400).
22 | P a g e
Fungsi organisasi. Miles (1975) mengidentifikasikan 5 fungsi
organisasi yang dipandang sebagai titik dimana perubahan dapat dilakukan:
a. Kepemimpinan dan pengarahan
b. Struktur organisasi dan rancangan pekerjaan.
c. Seleksi, latihan, perkiraan dan pengembangan.
d. Komunikasi dan kontol.
e. Motivasi dan sistem penghargaan.
Kepemimpinan dan Pengarahan mengacu kepada cara
dimana kebijakan dan keputusan dibuat dan gaya kepemimpinan
administrator tertinggi. Keputusan dapat dibuat satu pihak dan
kebawah atau mereka dapat dijangkau melalui dialog dan negosiasi
dengan pihak yang dipengaruhi. Supervisi dapat sangat ketat dan
mendetail, atau secara individual dapat diijinkan, mengarahkan dapat
mencapai tujuan yang disetujui. Kepemimpinan dan pengarahan
mempengaruhi organisasi dan kualitas kerja pekerja dan kualitas
pelayanan terhadap klien.
Struktur organisasi dan rancangan pekerjaan menentukan
cara menyusun organisasi dan program disusun dan cara menugaskan
beban kerja ditugaskan. Organisasi birokrasi mengikuti hierarki di
mana setiap orang melaporkan kepada atasannya, semua cara ke atas
dengan melalui rantai komando. Struktur yang lebih fleksibel dapat
digunakan tim yang dihubungkan secara longgar dan dikelompokkan
ke
dalam
produk
dan
jasa.
Rancangan
pekerjaan
dapat
terspesialisasikan dan longgar. Faktor ini dapat mempengaruhi cara
klien memasuki pelayanan dan siapa yang berhubungan dalam proses
dan karakteristik pelayanan yang mereka terima.
Satu sumber organisasi yang paling bernilai adalah para
pekerja, seleksi, pelatihan , prediksi dan pengembangan adalah
proses personil yang berkaitan dengan rekrutmen , evaluasi
dan
pengembangan staf, organisasi dapat memilih untuk menyeleksi dan
23 | P a g e
melatih orang yang sesuai dengan deskripsi yang ditentukan atau
mereka dapat berusaha menyeimbangkan kebutuhan organisasi
dengan kemampuan dan kepentingan individu. Evaluasi dapat
didasarkan pada kriteria spesifik atau dapat melakukan perkiraan
bersama antara supervisor dan staf yang difokuskan pada kemajuan
terhadap tujuan yang disepakati sebelumnya. Evaluasi kinerja menjadi
bermakna untuk pelayanan klien dan hal itu mengekspresikan perilaku
yang dihargai oleh organisasi.
Fungsi lain organisasi yang mempengaruhi kualitas kehidupan
kerja dan pelayanan klien adalah komunikasi dan kontrol. Sistem
komunikasi dapat diorientasikan terhadap perintah yang mengalir ke
bawah dan laporan yang mengalir ke atas. Dalam sistem ini, dapat
terjadi saling membagi informasi antara unit organisasi, di mana setiap
orang memiliki akses terhadap data yang menseminasikan data dalam
satu arah atau mereka dapat menyediakan untuk menyesuaikan kinerja
miliknya.
Akhirnya, sistem motivasi dan penghargaan dapat dibangun
sekitar faktor keloyalan / lama pengabdian atau mereka dapat berfokus
pada kinerja. Standard penghargaan dapat ditentukan secara sepihak
atau dapat ditentukan tipe prestasi yang sebaiknya dihargai.
Dalam analisas organisasi, seseorang sebaiknya cenderung
konsisten. Sebagai contoh, jika pekerja diharapkan responsif terhadap
rentang kebutuhan klien, mereka harus memiliki kewenangan dan
sumber untuk menyediakan pelayanan komprehensif. Jika mereka
diharapkan untuk spesialisasi, pelayanan perlu direstrukturisasikan
sehingga kebutuhan lain dapat dipenuhi oleh spesialis yang lain.
Bagaimanapun bentuk struktur staf harus dihargai untuk kinerja prima
dalam tugasnya yang dapat diidentifikasikan dari deskripsi tugas
daripada kesetiaan dan lama pengabdian. Hal ini merupakan faktor
yang harus diperhatikan seseorang dalam menganalisa dan memahami
organisasi.
24 | P a g e
Perubahan organisasi
menyakitkan
dapat
menjadi
proses
sulit
dan
karena kekakuan organisasi, kepemimpinan yang
kurang perhatian terhadap pelayanan klien dan faktor lainnya.
Bersamaan dengan perubahan masyarakat, kita percaya bahwa usaha
perubahan profesional dilakukan secara sistematik dan disengaja
menawarkan kesempatan untuk mencapai tujuan perubahan. Kita juga
percaya bahwa perubahan masyarakat dan organisasi terjadi dalam
konteks sistem nilai yang ganda dan sering kali konflik.
25 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai Pengetahuan Pekerjaan Sosial Makro
di makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengetahuan dalam pekerjaan sosial sangat penting dan juga sebagai
pokok dan pembedaan dari sebuah profesi, yakni kemampuan
mengubah pengetahuan ke dalam pelayanan profesional yang
disesuaikan terhadap kebutuhan khusus dari klien.
2. Pekerja Sosial di dalam memberikan pelayanan kepada klien harus
mempergunakan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah teruji
kevaliditasannya.
3. Pengetahuan-pengetahuan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial
terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang tentu dapat menunjang
kemampuan seorang pekerja sosial dalam melaksanakan praktek
pekerjaan sosial.
4. Dalam melakukan praktek pekerjaan social makro, seseorang
membutuhkan dasar pengetahuan, system nilai dan model praktek.
Dasar pengetahuan yang dimulai dengan pemahaman tentang arena
dimana seseorang melakukan praktek. Untuk praktisi makro, hal ini
berarti pemahaman pengetahuan tentang masyarakat dan organisasi.
Dalam hal praktek makro, pekerja social dapat mengeksplorasi fungsifungsi masyarakat dan organisasi, dalam rangka menjadi praktisi yang
efektif.
5. Organisasi dan masyarakat dikenal oleh orang karena disitu orang
tinggal dan paling tidak pada satu komunitas dan berinteraksi dengan
berbagai organisasi. Namun, tinggal di dalam dan berinteraksi tidak
berarti bahwa orang-orang memahami sistem tersebut. Jadi, bagian
pertama dasar pengetahuan praktek makro ditujukan pada pemahaman
fundamental tentang masyarakat dan organisasi.
26 | P a g e
6. Perubahan organisasi dapat menjadi proses sulit dan menyakitkan
karena kekakuan organisasi, kepemimpinan yang kurang perhatian
terhadap pelayanan klien dan faktor lainnya. Bersamaan dengan
perubahan masyarakat, kita percaya bahwa usaha perubahan
profesional dilakukan secara sistematik dan disengaja menawarkan
kesempatan untuk mencapai tujuan perubahan. Kita juga percaya
bahwa perubahan masyarakat dan organisasi terjadi dalam konteks
sistem nilai yang ganda dan sering kali konflik.
27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Heru Sukoco.1991.Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.
Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS
Siporin,Max.1972.Introduction to Social Work Practice. United State of America:
Macmillan Publishing Co., Inc.
28 | P a g e
Download