1 Pertemuan 12 PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA Kegagalan

advertisement
1
Pertemuan 12
PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA
Kegagalan atau kesulitan keuangan (failure) dan kebangkrutan (bankruptcy) sudah menjadi
istilah umum untuk menerangkan keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan.
Kegagalan keuangan dapat diartikan (Blum, 1974) sebagai ketidakmampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan
perusahaan mengalami kebangkrutan, atau menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan
para kreditor untuk mengurangi atau menghapus kewajibannya. Kesulitan keuangan
(financial distress) menunjukkan adanya masalah likuiditas yang parah yang tidak dapat
dipecahkan tanpa melalui penjadwalan kembali secara besar-besaran terhadap operasi dan
struktur perusahaan (Foste, 1986). Berdasarkan Undang-undang No.4 tahun 1998
mengartikan kebangkrutan sebagai suatu situasi yang dinyatakan pailit oleh keputusan
pengadilan.
Kebangkrutan suatu perusahaan akan merugikan berbagai pihak antara lain pemberi
pinjaman (tidak terbayarnya bunga maupun pokok pinjamannya), investor (turunnya atau
bahkan tidak lakunya investasi pada saham atau obligasi perusahaan yang bangkrut),
karyawan (adanya pemutusan hubungan kerja), dan manajemen. Bagi manajemen,
kebangkrutan akan menimbulkan biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung
meliputi biaya akuntan dan penasehat hukum, sedangkan biaya tidak langsung meliputi
hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena adanya batasan yang diberlakukan
oleh pengadilan.
Untuk menghindari terjadinya kerugian bagi berbagai pihak akibat kebangkrutan
suatu perusahaan, maka harus dilakukan analisis untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan sehingga dapat dilakukan tindakan preventif sebelum kerugian yang lebih
besar. Apabila manajemen dapat mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan lebih
awal, maka dapat dilakukan tindakan-tindakan preventif misalnya merger dengan perusahaan
lain, reorganisasi atau restrukturisasi pinjaman.
Analisa Laporan Keuangan
Endang Sri Utami
2
A. Penyebab Kebangkrutan
Pada dasarnya, penyebab kebangkrutan disebabkan oleh faktor internal perusahaan maupun
faktor eksternal baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan
maupun yang bersifat umum. Faktor internal perusahaan dapat disebabkan oleh:
1. Manajemen yang tidak baik, tidak efisien (biaya yang besar dengan pendapatan yang
tidak memadai sehingga perusahaan mengalami kerugian terus-menerus). Kerugian yang
terus-menerus mengindikasikan adanya kesulitan keuangan dan menjurus pada
kebangkrutan. Manajemen yang tidak efisien disebabkan oleh kurangnya kemampuan,
pengalaman dan ketrampilan manajemen tersebut.
2. Ketidakseimbangan antara jumlah modal perusahaan dengan jumlah hutang-piutangnya.
Hutang yang terlalu besar dapat mengakibatkan beban bunga yang besar dan
memberatkan perusahaan. Namun piutang yang terlalu besarpun dapat merugikan
perusahaan, karena modal kerja yang tertanam pada piutang terlalu besar. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya likuiditas perusahaan atau bahkan mengalami kesulitan
keuangan, lebih parah lagi kalau debitur-debitur perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajibannya tepat waktu atau bahkan menjadi kredit macet.
3. Sumber Daya Manusia secara keseluruhan tidak memadai ketrampilannya, integritas dan
loyalitas bahkan moralitasnya rendah sehingga banyak terjadi kesalahan, penyimpangan
dan kecurangan-kecurangan terhadap keuangan perusahaan serta penyalahgunaan
wewenang yang akibatnya akan sangat merugikan perusahaan.
Faktor eksternal yang bersifat umum yang dapat mengakibatkan kebangkrutan suatu
perusahaan adalah faktor politik, ekonomi, sosial dan budaya serta tingkat campur tangan
pemerintah dimana perusahaan berada. Selain itu, penggunaan teknologi yang keliru akan
mengakibatkan biaya implementasi dan biaya pemeliharaan yang besar, atau adanya
perkembangan teknologi produksi, teknologi informasi maupun transportasi yang tidak dapat
diikuti oleh perusahaan akan mengakibatkan kerugian dan akhirnya mengakibatkan
kebangkrutan perusahaan.
Faktor eksternal yang bersifat khusus, artinya faktor-faktor luar yang berhubungan
langsung dengan perusahaan antara lain faktor pelanggan, pemasok dan pesaing. Perubahan
selera atau kejenuhan konsumen yang tidak terdeteksi oleh perusahaan akan mengakibatkan
menurunnya penjualan dan akhirnya merugikan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian pasar
perlu selalu dilakukan sehingga selalu dapat mengikuti perubahan dan keinginan atau
perilaku konsumen.
Analisa Laporan Keuangan
Endang Sri Utami
3
Pemasok dan pesaing merupakan faktor penting yang harus diperhatikan agar
perusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Perusahaan harus menjalin hubungan yang baik
dengan para pemasok sehingga pemasok tidak dengan semaunya sendiri menaikkan harga
yang dapat merugikan perusahaan. Selain itu, perusahaan tidak boleh mengabaikan pesaing
yang besar maupun yang kecil-kecil. Kemampuan pesaing untuk menyesuaikan dengan
keinginan atau perilaku konsumen dan promosi yang efektif akan merugikan perusahaan
karena banyaknya pelanggan yang beralih ke perusahaan pesaing.
B. Problematika Kesulitan Keuangan
Istilah kesulitan keuangan (financial distress) digunakan untuk menggambarkan adanya
permasalahan dengan likuiditas yang tidak dapat dijawab atau diatasi tanpa harus melakukan
perubahan skala operasi atau restrukturisasi perusahaan. Pengelolaan kesulitan keuangan
jangka pendek (tidak mampu membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo) yang
tidak tepat akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar yaitu menjadi tidak solvabel
(jumlah hutang lebih besar daripada jumlah aktiva) dan akhirnya mengalami kebangkrutan.
Penelitian empiris (Foster, 1986) mengindikasikan bahwa perusahaan yang dalam kesulitan
keuangan (masalah likuiditas) tetapi berhasil mengatasinya maka perusahaan tersebut tidak
bangkrut. Namun ada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan tetapi karena
menghadapi kesulitan yang bersifat non keuangan (misalnya ingin mengatasi tekanan buruh)
akhirnya perusahaan tersebut memutuskan untuk menyatakan bangkrut.
Dalam kaitannya dengan kesehatan keuangan dan potensi kebangkrutan, maka
perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori:
1. Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan (posisi keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang sehat) sehingga tidak mengalami kebangkrutan.
2. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (jangka pendek) dan manajemen
berhasil mengatasi dengan baik sehingga tidak jatuh pailit (bangkrut).
3. Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan tetapi menghadapi kesulitan yang
bersifat non keuangan sehingga diambil keputusan menyatakan pailit.
4. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan manajemen tidak berhasil
mengatasi sehingga akhirnya jatuh pailit.
Analisa Laporan Keuangan
Endang Sri Utami
4
C. Beberapa Informasi Kesulitan Keuangan
Ada beberapa indikator atau sumber informasi tentang kemungkinan kesulitan keuangan:
1. Analisis terhadap laporan arus kas untuk saat ini dan periode-periode yang akan datang.
Keuntungan digunakannya sumber informasi ini adalah fokusnya yang langsung
menunjukkan gambaran kesulitan keuangan pada periode-periode yang dikehendaki.
2. Analisis terhadap corporate strategy. Dalam analisis tersebut mempertimbangkan
potensi para pesaing perusahaan yang berkaitan dengan struktur biaya secara relatif,
ekspansi dalam industri, kemampuan manajemen mengendalikan biaya serta kualitas
manajemen. Analisis yang difokuskan terhadap issue-issue strategi dapat memberikan
gambaran tentang pengaruh adanya perubahan secara tiba-tiba dalam suatu industri.
Sebagai contoh, analisis Break Even Point (BEP) dan struktur biaya akan dapat diperoleh
gambaran tentang potensi adanya kesulitan keuangan karena penurunan permintaan.
Dalam analisis BEP harus dilihat seberapa jauh penurunan penjualan dapat ditoleransi
agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan (margin of safety).
3. Analisis laporan keuangan dengan teknik perbandingan dengan beberapa perusahaan.
Analisis tersebut dapat difokuskan pada variabel keuangan tunggal (univariate analysis)
atau dengan berbagai kombinasi variabel keuangan (multivariate analysis).
4. Variabel-variabel yang diperoleh dari pihak eksternal, misalnya dari pasar modal atau
lembaga penilai obligasi (bond rating) atau konsultan investasi. Variabel-variabel
tersebut secara implisit dapat memberikan informasi tentang arus kas masa datang dan
strategi perusahaan serta informasi tentang laporan keuangan perusahaan.
D. Model Univariate
Laporan keuangan merupakan sumber utama untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan posisi keuangan, hasil-hasil yang diperoleh baik di masa lalu maupun saat ini. Selain
itu, berdasar laporan keuangan yang ada dapat diprediksi kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi di masa datang. Teknik analisa rasio keuangan sangat berguna untuk memprediksi
atau memperingatkan kebangkrutan perusahaan di masa datang dan secara akurat dapat
membedakan antara perusahaan yang akan jatuh pailit atau yang tidak pailit (Altman, 1968)
Pendekatan tunggal (univariate approach) adalah suatu model untuk memprediksi
kebangkrutan atau kesulitan keuangan dengan anggapan bahwa faktor yang mempengaruhi
variabel dependen (variabel tidak bebas) adalah sebuah variabel independen (variabel bebas).
Ada dua anggapan pokok dalam pendekatan ini, yaitu:
Analisa Laporan Keuangan
Endang Sri Utami
5
1. Distribusi variabel perusahaan yang mengalami kebangkrutan secara sistematis berbeda
dengan distribusi variabel perusahaan yang tidak mengalamai kebangkrutan.
2. Perbedaan distribusi variabel tersebut dapat digunakan untuk tujuan prediksi.
Wilian Beaver (The Accounting Review, Oktober 1968), dalam penelitiannya tentang
kebangkrutan dengan menggunakan satu variabel berhasil mengklasifikasikan perusahaan
yang mengalami kesulitan atau kegagalan keuangan jika mengalami salah satu kejadian
dalam periode kebangkrutan (periode penelitian 1954 – 1964) menjadi 4 klasifikasi, yaitu:
bangkrut atau pailit; gagal membayar hutang obligasi; pengambilan uang bank yang
melebihi simpanan (bank overdraf); tidak mampu membayar dividen saham preferen. Hasil
penelitian Beaver menunjukkan bahwa rasio keuangan yang terbaik untuk memperdiksi
kegagalan keuangan adalah:
1. Cash flow / total debt.
2. Net income / total assets (return on assets).
3. Total debt / total assets (debt ratio).
Hasil penelitian Beaver juga menghitung nilai rata-rata dari tiga puluh sembilan
perusahaan masing-masing tahun sebelum kebangkrutannya dan beberapa rasio keuangan
yang penting, hasil perhitungan menunjukkan bahwa: (1)kegagalan suatu perusahaan karena
kas tidak mencukupi dan piutang terlalu besar, namun apabila kas dan piutang ditambah
bersama-sama (keduanya merupakan elemen quick assets dan current assets) perbedaannya
menjadi tidak jelas antara perusahaan yang gagal dan perusahaan yang sukses; (2)perusahaan
yang gagal kecenderungannya disebabkan karena persediaan yang tidak mencukupi
kebutuhan. Dari hal di atas mengindikasikan bahwa dalam memprediksi kegagalan
perusahaan harus memperhatikan ketiga elemen aktiva lancar, yaitu: kas, piutang, dan
persediaan. Penganalisis harus waspada terhadap rendahnya kas dan tingginya piutang.
Rasio keuangan yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan
dapat berbeda satu dengan lainnya, sehingga setiap penganalisis bebas memilih rasio mana
yang akan digunakan. SFAC No.5 juga menyiratkan pentingnya penyajian informasi
tambahan berupa suplemen yang disertakan pada laporan keuangan tahunan yang
dipublikasikan berupa rasio-rasio keuangan penting yang berkaitan dengan likuiditas,
leverage, aktivitas, dan profitabilitas.
Analisa Laporan Keuangan
Endang Sri Utami
6
E. Model Multivariate
Model multivariate mengasumsikan bahwa variabel dependen (variabel tidak bebas)
dipengaruhi oleh beberapa variabel independen (variabel bebas) yang berinteraksi secara
bersama-sama untuk mempengaruhi variabel dependen, sehingga analisis antar variabel
dilakukan bersamaan. Dengan demikian, dalam analisis multivariate ada dua variabel untuk n
sampel dan analisis antar variabel dilakukan bersamaan
Variabel independen adalah rasio-rasio keuangan yang diperkirakan mempengaruhi
kebangkrutan, sedangkan variabel dependen adalah prediksi kebangkrutan (bangkrut dengan
nilai 0 dan tidak bangkrut dengan nilai 1) atau probabilitas kebangkrutan (0 – 1). Issue yang
timbul dalam model multivariate antara lain:
1. Variabel apa yang harus dimasukkan.
2. Bentuk apa yang harus dipakai (linear additive fashion atau nonlinear multiplicative
fashion).
3. Bobot yang harus diterapkan pada variabel-variabel yang dipilih.
Oleh karena sangat sedikitnya teori untuk mendukung prediksi kebangkrutan, maka
digunakan data hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman dalam pemilihan variabel.
Teknik statistik yang digunakan oleh sebagian besar peneliti adalah satu diantara tiga
klasifikasi berikut:
1. Analisis diskriminan yang dapat membantu dalam mengklasifikasikan observasi ke
dalam dua kelompok, yaitu: bangkrut dan tidak bangkrut.
2. Logit atau probit analysis yang dapat membantu untuk mengestimasi probabilitas
peristiwa yang akan terjadi berdasarkan variabel tertentu yang dirancang sebelumnya.
3. Recursive partitioning adalah teknik klasifikasi nonparametric.
F. Bukti-Bukti Internasional
Model prediksi kebangkrutan dengan pendekatan multivariate telah dikembangkan di banyak
negara. Model survey Altman (1983, 1984) yang dikutip Foster (1986) telah diterapkan di
Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Switzerlan, Brasil, Inggris, Irlandia, Canada, Belanda, dan
Perancis. Dalam survey tersebut diarahkan pada kesamaan rasio keuangan antara perusahaan
yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut di negara masing-masing. Dengan nilai Zi
menggunakan multivariate model Altman (1968) sebagai berikut:
Analisa Laporan Keuangan
Endang Sri Utami
7
Zi = 1,2X1i + 1,4X2i + 3,3X3i + 0,6X4i + 1,0X5i
Dimana:
X1i = (current assets – current liabilities) / total assets
X2i = retained earning / total assets
X3i = earning before interest and tax / total assets
X4i = market value of common and preferred equity / book value of total liabilities
X5i = sales / total assets
Berdasarkan sample estimasi yang digunakan dalam penelitian Altman untuk perusahaan
bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai-nilai kelima variabel tersebut sebagi berikut:
X1i
X2i
X3i
X4i
X5i
Perusahaan
Bangkrut
-0,061
-0,626
-0,318
0,401
1,500
Perusahaan
Tidak Bangkrut
0,414
0,355
0,154
2,477
1,900
Tabel berikut ini menyajikan rata-rata untuk lima variabel dan rata-rata nilai Zi. dari
lima negara tampak ada perbesaan antara rasio keuangan kelompok perusahaan yang
bangkrut dan yang tidak bangkrut.
Rasio Keuangan
Kelompok Bangkrut:
X1 = (CA – CL)/total assets
X2 = retained earning / total assets
X3 = EBIT / total assets
X4 = market value equity / total liabilities
X5 = sales / total assets
Average score for multivariate model
Kelompok Tidak Bangkrut:
X1 = (CA – CL)/total assets
X2 = retained earning / total assets
X3 = EBIT / total assets
X4 = market value equity / total liabilities
X5 = sales / total assets
Average score for multivariate model
NA = not available
Source: Altman (1984)
AS
(1968)
AS
(1977)
Australia
Brasil
-0,061
-0.626
-0,318
0,401
1,500
-0,258
0,150
-0,406
-0,005
0,611
1,310
1,271
0,062
-0,38
0,002
0,800
1,200
1,707
-0,120
0,010
0,050
0,350
0,880
1,124
0,414
0,355
0,154
2,477
1,900
4,885
0,309
0,294
0,112
1,845
1,620
3,878
0,187
0,220
0,086
3,110
NA
4,003
0,230
0,240
0,160
1,140
1,230
3,053
Canada
Japan
0,100 -0,181
NA -0,163
-0,120 -0,077
NA -,533
1,480 1,052
NA 0,667
0,300
NA
0,040
NA
2,310
NA
0,107
0,154
0,63
0,878
0,988
2,070
Altman (1983) kemudian mengembangkan model baru (reestimated) dengan
menggunakan variabel X4i sebagai pengganti harga pasar saham (market value of common
and preferred equity / book value of total liabilities). Koefisien model yang sudah direvisi
Analisa Laporan Keuangan
Endang Sri Utami
8
dapat diterapkan pada perusahaan yang go public maupun yang tidak go public, adalah
sebagai berikut:
Zi = 0,717X1i + 0,847X2i + 3,107X3i + 0,420X4i + 0,99X5i
Model baru tersebut mempunyai tingkat persentase kebenaran klasifikasi yang cukup baik,
dari 94% menjadi 95% dari sample estimasi (62/66 benar menjadi 63/66 benar). Titik cut-off
yang dilaporkan Altman adalah:
Tidak bangkrut jika Zi >
Bangkrut jika Zi <
Daerah rawan
Dengan
Nilai Pasar
2,99
1,81
1,81 – 2,99
Dengan
Nilai Buku
2,90
1,20
1,20 – 2,90
Daerah rawan menunjukkan daerah nilai Zi yang memungkinkan munculnya klasifikasi yang
salah (misclassifications).
Penelitian menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan variabel yang
melaporkan secara dini antara tiga sampai lima tahun sebelum tahun terjadinya kebangkrutan.
Pada periode tersebut rasio keuangan suatu perusahaan yang bangkrut mulai menunjukkan
perilaku yang berbeda dengan perusahaan yang tidak bangkrut. Demikian juga penilaian
pasar modal terhadap return saham perusahaan yang bangkrut mengalami penurunan sebelum
kebangkrutan diumumkan.
Analisa Laporan Keuangan
Endang Sri Utami
Download